04_PTT Jagung.cdr - BPTP Jawa Barat

advertisement
PENDAHULUAN
P
engelolaan Tanaman dan sumberdaya
Terpadu (PTT) adalah suatu pendekatan
budidaya yang mengutamakan pengelolaan
tanaman, lahan, air dan OPT secara terpadu.
KOMPONEN TEKNOLOGI PTT JAGUNG :
Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya
Terpadu (PTT) jagung terdiri dari beberapa
komponen teknologi yaitu:
Pemilihan Varietas dan Benih Bermutu.
Pada wilayah dengan periode hujan panjang
dianjurkan menanam jagung jenis hibrida atau
jenis komposit unggul yang sesuai dengan
selera konsumen. Varietas unggul hasil Badan
Litbang pertanian: (1)
Varietas Hibrida : Bima7, Bima-8, Bima-9,
Bima-10, Bima-11,
Bima-12, Bima-13,
Bima-14, Bima-15,
Bima-16, Bima-17,
Bima-18, Bima-19,
Bima-19 URI, Bima-20 URI, Pulut URI-1, Pulut
URI-2, Pulut URI-3, dan (2) Varietas komposit :
Lagaligo, Gumarang, Kresna, Lamuru, Palakka,
Sukmaraga, srikandi Kuning-1, Srikandi
Putih-1, dan Anoman-1.
Benih yang ditanam harus bermutu tinggi
dengan daya kecambah tidak kurang dari 95%.
Sebelum ditanam, benih dicampur dengan
fungisida Metalaksil dengan takaran 2 g per kg
benih. Agar terdapat tercampur merata,
fungisida dibasahi terlebih dahulu dengan air
sebanyak 10 ml untuk setiap 2 g metalaksil.
Kebutuhan benih untuk 1 ha lahan berkisar
antara 15 - 20 kg.
Populasi Tanaman
Populasi tanaman anjuran 66.600 per ha,
yaitu dengan menanam jarak 75 cm x 20 cm (1
biji/lubang) atau 75 cm x 40 cm (2 biji/
lubang).
tanah yang dianalisis di laboratorium tanah.
(Tabel 1).
Tabel 2. Kadar hara, takaran dan waktu
pemberian pupuk anorganik pada
tanaman jagung.
Penanaman
Pada lahan datar
sampai berombak,
penanaman dianjurkan menggunakan alat
tanam ATB-2R Balitsereal (ditarik hand
traktor). Alat tanam ini menanam benih
dengan jarak 75 cm dan 40 cm, 2 biji per
lubang. Penanaman dapat juga dilakukan
dengan system alur yang dibuat dengan bajak
singkal. Benih diletakkan dalam setiap alur
(jarak antar alur 75 cm, dalam alur 40 cm), 2 bji
per lubang dan benih ditutup dengan pupuk
kandang dengan dosis 40 g per lubang tanam
(2 t/ha). Penanaman juga dapat dilakukan
secara konvensional pada lahan sempit
dengan menggunakan tugal kayu.
Pemupukan
Prinsip utama pemupukan harus
berdasarkan kebutuhan tanaman dan status
hara tanah yang dikenal dengan pemupukan
berimbang (pemupukan spesifik lokasi).
Untuk mengetahui kadar hara tanah pada
lahan sawah dengan menggunakan alat
perangkat uji tanah sawah (PUTS) dan pada
lahan kering dengan menggunakan alat
perangkat uji tanah lahan kering (PUTK), atau
dapat menggunakan analisis tanah dengan uji
Penggunaan BWD (Bagan Warna Daun) pada
jagung diterapkan saat tanaman berumur 4045 HST (hari setelah tanam) setelah aplikasi
pemupukan kedua. Penggunaan BWD
bertujuan untuk memantau keseimbangan
hara yang ada dalam tanaman terutama hara
nitrogen (N). Pemberian N (urea) disesuaikan
dengan kebutuhan tanaman (Tabel 2).
Prosedur Pemantauan BWD
1. Pembacaan BWD dilakukan pada umur 40 45 HST tergantung umur varietas jagung
yang ditanam.
2. Sampel daun yang dipakai adalah daun
yang telah terbuka sempurna (daun ke-3
dari atas). Pilih 10 tanaman secara acak
pada setiap petakan lahan (1,00 ha).
3. Lindungi daun yang akan dipantau
warnanya dengan cara membelakangi
matahari, sehingga daun atau alat BWD
tidak terkena cahaya matahari langsung
agar penglihatan tidak silau.
4. Daun diletakkan di atas BWD. Bagian daun
yang dipantau adalah 1/3 dari ujung daun,
kemudian warna daun dibandingkan
dengan warna BWD, skala yang paling
sesuai dicatat. BWD mempunyai nilai skala
2 - 5. Jika warna daun berada di antara
skala 2 dan 3 gunakan nilai 2,5; di antara 3
dan 4 gunakan nilai 3,5; dan di antara 4 dan
5 gunakan 4,5.
5. Rata-ratakan nilai skala dari 10 daun yang
dipantau. Nilai rata-rata skala digunakan
untuk menentukan tambahan takaran
pupuk urea.
6. Tambahan pupuk urea berdasarkan hasil
pemantauan dapat dilakukan sesuai
dengan takaran seperti pada Tabel 2.
Penggunaan BWD pada tanaman jagung
Tabel 2. Nilai skala berdasarkan pemantauan
dengan BWD pada umur 40 - 45 HST
dan takaran pupuk yang perlu
ditambahkan baik untuk jagung
jenis hibrida maupun komposit atau
bersari bebas
Pengelolaan Air
Pada lahan kering di musim hujan, perlu dibuat
saluran drainase pada saat pembumbunan.
Pada lahan sawah di musim kemarau dan
lahan sawah tadah hujan, pengairan tanaman
mutlak diperlukan. Khusus pada musim
kemarau pemberian air saat sebelum tanam
15, 30, 45, 60, dan 75 HST.
PENGELOLAAN TANAMAN dan
SUMBERDAYA TERPADU
(PTT) JAGUNG
Pengendalian Hama dan Penyakit
Hama lalat bibit, penggerek batang dan
penggerek tongkol disemprot insektisida
karbofuran, sedangkan penyakit bulai
dikendalikan dengan perlakuan benih
(metalaksil 2 g per kg benih) dan bisa melalui
pucuk tanaman 3-4 butir per tanaman.
Pengendalian Gulma
Penyiangan pertama umur 14 – 20 HST,
penyiangan kedua 28-30 HST tergantung
kondisi gulma, dilakukan secara manual atau
herbisida kontak paraquat 1,0 - 1,5 l/ha.
Panen dan Pasca Panen
Sebelum panen bagian tanaman di atas
tongkol dipangkas saat
biji masak fisiologis atau
k e l o b o t m u l a i
mengering/berwarna
cokelat. Panen saat cuaca
cerah pada kadar air biji
30%. Tongkol segera
dikupas dan dijemur. Pemipilan dilakukan jika
kadar air 20% dan biji dijemur lagi hingga
kadar air 14% dan siap dipasarkan.
SCIENCE . INNOVATION . NETWORKS
KEMENTERIAN PERTANIAN
BADAN PENELITAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN
Seri : Tanaman Pangan
Nomor : 04/Leaflet/APBN/2015/Yati Haryati., K. Permadi
Cetakan Ke 3 / TA. 2015
BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN
JAWA BARAT
2015
Download