PENDAHULUAN P engelolaan Tanaman dan sumberdaya Terpadu (PTT) adalah suatu pendekatan budidaya yang mengutamakan pengelolaan tanaman, lahan, air dan OPT secara terpadu. KOMPONEN TEKNOLOGI PTT JAGUNG : Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT) jagung terdiri dari beberapa komponen teknologi yaitu: Pemilihan Varietas dan Benih Bermutu. Pada wilayah dengan periode hujan panjang dianjurkan menanam jagung jenis hibrida atau jenis komposit unggul yang sesuai dengan selera konsumen. Varietas unggul hasil Badan Litbang pertanian: (1) Varietas Hibrida : Bima7, Bima-8, Bima-9, Bima-10, Bima-11, Bima-12, Bima-13, Bima-14, Bima-15, Bima-16, Bima-17, Bima-18, Bima-19, Bima-19 URI, Bima-20 URI, Pulut URI-1, Pulut URI-2, Pulut URI-3, dan (2) Varietas komposit : Lagaligo, Gumarang, Kresna, Lamuru, Palakka, Sukmaraga, srikandi Kuning-1, Srikandi Putih-1, dan Anoman-1. Benih yang ditanam harus bermutu tinggi dengan daya kecambah tidak kurang dari 95%. Sebelum ditanam, benih dicampur dengan fungisida Metalaksil dengan takaran 2 g per kg benih. Agar terdapat tercampur merata, fungisida dibasahi terlebih dahulu dengan air sebanyak 10 ml untuk setiap 2 g metalaksil. Kebutuhan benih untuk 1 ha lahan berkisar antara 15 - 20 kg. Populasi Tanaman Populasi tanaman anjuran 66.600 per ha, yaitu dengan menanam jarak 75 cm x 20 cm (1 biji/lubang) atau 75 cm x 40 cm (2 biji/ lubang). tanah yang dianalisis di laboratorium tanah. (Tabel 1). Tabel 2. Kadar hara, takaran dan waktu pemberian pupuk anorganik pada tanaman jagung. Penanaman Pada lahan datar sampai berombak, penanaman dianjurkan menggunakan alat tanam ATB-2R Balitsereal (ditarik hand traktor). Alat tanam ini menanam benih dengan jarak 75 cm dan 40 cm, 2 biji per lubang. Penanaman dapat juga dilakukan dengan system alur yang dibuat dengan bajak singkal. Benih diletakkan dalam setiap alur (jarak antar alur 75 cm, dalam alur 40 cm), 2 bji per lubang dan benih ditutup dengan pupuk kandang dengan dosis 40 g per lubang tanam (2 t/ha). Penanaman juga dapat dilakukan secara konvensional pada lahan sempit dengan menggunakan tugal kayu. Pemupukan Prinsip utama pemupukan harus berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah yang dikenal dengan pemupukan berimbang (pemupukan spesifik lokasi). Untuk mengetahui kadar hara tanah pada lahan sawah dengan menggunakan alat perangkat uji tanah sawah (PUTS) dan pada lahan kering dengan menggunakan alat perangkat uji tanah lahan kering (PUTK), atau dapat menggunakan analisis tanah dengan uji Penggunaan BWD (Bagan Warna Daun) pada jagung diterapkan saat tanaman berumur 4045 HST (hari setelah tanam) setelah aplikasi pemupukan kedua. Penggunaan BWD bertujuan untuk memantau keseimbangan hara yang ada dalam tanaman terutama hara nitrogen (N). Pemberian N (urea) disesuaikan dengan kebutuhan tanaman (Tabel 2). Prosedur Pemantauan BWD 1. Pembacaan BWD dilakukan pada umur 40 45 HST tergantung umur varietas jagung yang ditanam. 2. Sampel daun yang dipakai adalah daun yang telah terbuka sempurna (daun ke-3 dari atas). Pilih 10 tanaman secara acak pada setiap petakan lahan (1,00 ha). 3. Lindungi daun yang akan dipantau warnanya dengan cara membelakangi matahari, sehingga daun atau alat BWD tidak terkena cahaya matahari langsung agar penglihatan tidak silau. 4. Daun diletakkan di atas BWD. Bagian daun yang dipantau adalah 1/3 dari ujung daun, kemudian warna daun dibandingkan dengan warna BWD, skala yang paling sesuai dicatat. BWD mempunyai nilai skala 2 - 5. Jika warna daun berada di antara skala 2 dan 3 gunakan nilai 2,5; di antara 3 dan 4 gunakan nilai 3,5; dan di antara 4 dan 5 gunakan 4,5. 5. Rata-ratakan nilai skala dari 10 daun yang dipantau. Nilai rata-rata skala digunakan untuk menentukan tambahan takaran pupuk urea. 6. Tambahan pupuk urea berdasarkan hasil pemantauan dapat dilakukan sesuai dengan takaran seperti pada Tabel 2. Penggunaan BWD pada tanaman jagung Tabel 2. Nilai skala berdasarkan pemantauan dengan BWD pada umur 40 - 45 HST dan takaran pupuk yang perlu ditambahkan baik untuk jagung jenis hibrida maupun komposit atau bersari bebas Pengelolaan Air Pada lahan kering di musim hujan, perlu dibuat saluran drainase pada saat pembumbunan. Pada lahan sawah di musim kemarau dan lahan sawah tadah hujan, pengairan tanaman mutlak diperlukan. Khusus pada musim kemarau pemberian air saat sebelum tanam 15, 30, 45, 60, dan 75 HST. PENGELOLAAN TANAMAN dan SUMBERDAYA TERPADU (PTT) JAGUNG Pengendalian Hama dan Penyakit Hama lalat bibit, penggerek batang dan penggerek tongkol disemprot insektisida karbofuran, sedangkan penyakit bulai dikendalikan dengan perlakuan benih (metalaksil 2 g per kg benih) dan bisa melalui pucuk tanaman 3-4 butir per tanaman. Pengendalian Gulma Penyiangan pertama umur 14 – 20 HST, penyiangan kedua 28-30 HST tergantung kondisi gulma, dilakukan secara manual atau herbisida kontak paraquat 1,0 - 1,5 l/ha. Panen dan Pasca Panen Sebelum panen bagian tanaman di atas tongkol dipangkas saat biji masak fisiologis atau k e l o b o t m u l a i mengering/berwarna cokelat. Panen saat cuaca cerah pada kadar air biji 30%. Tongkol segera dikupas dan dijemur. Pemipilan dilakukan jika kadar air 20% dan biji dijemur lagi hingga kadar air 14% dan siap dipasarkan. SCIENCE . INNOVATION . NETWORKS KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENELITAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN Seri : Tanaman Pangan Nomor : 04/Leaflet/APBN/2015/Yati Haryati., K. Permadi Cetakan Ke 3 / TA. 2015 BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN JAWA BARAT 2015