BAB II KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka Salesperson’s Customer Orientation Kesuksesan pelayanan penjual pada suatu perusahaan dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah tenaga penjual yang berorientasi pada pelanggan (Saxe dan weitz 1982). Menurut Saxe dan weitz 1982 (1982:343), memiliki sebuah definisi dari Salesperson’s Customer Orientation merupakan praktek dari marketing concept pada tingkat individu salesperson dan pelanggan, dimana dalam mempraktekan konsep pemasaran salesperson berusaha mencoba membantu pelanggan dalam melakukan keputusan pembelian yang akan memenuhi kebutuhan pelanggan. Salesperson’s Customer Orientation tidak terbatas pada interaksi antara salesperson dan pelanggan tetapi seluruh aktivitas salesperson yang akhirnya menuju kesuksesan dan secara terus menerus menciptakan nilai dari salesperson dengan menemukan kebutuhan laten pelanggan mereka dan mempertahankan kepuasan pelanggan. Seperti dua dimensi dasar yang dikonsepkan Brown et al (2002:110), adalah menemukan kebutuhan pelanggan dan “enjoyment” yaitu orientasi konsumen dari salesperson adalah memahami kebutuhan pelanggan dan menambahkan pelanggan santai dalam melakukannya yaitu berinteraksi dengan salesperson, sehingga salesperson dapat menemukan kebutuhan pelanggan. Anteseden dan konsekuensi dari kepercayaan pelanggan kepada tenaga penjual Bank Mandiri Herman Maulana Artikel ini di_digitalisasi oleh perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti,2012,telp.5663232 ext.8335 Konseptualisasi Salesperson’s Customer Orientation dicerminkan sabagai suatu tingkah laku yang membangun perusahaan. Brown et al (2002:110), menyatakan keberadaan salesperson adalah ukuran dasar dari ciri kepribadian yang lebih mendalam bahwa stabilitas emosi dan “agreeableness” salesperson mempengaruhi orientasi pada pelanggan yang akan memberikan nilai pada pelanggan karena dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Dalam pengertian salesperson customer orientation, (Saxe dan Weitz 1982, 344) berpendapat bahwa In personal selling, a salesperson’s customer orientation has been defined as “the degree to which he or she practice(s) the marketing concept by triying to help his or her customers make purchase decision that will satisfy these latent needs and, avoid action which sacrifice customer interest to increase the profitability of making an immediate sale. Mengartikan bahwa salesperson cenderung menempatkan prioritas dengan memberi perhatian pada penjualan yang memuaskan kebutuhan pelanggan. Penjual yang berorientasi pada pelanggan memerlukan banyak waktu untuk memahami keinginan pelanggan dengan mengajukan pertanyaan kepada pelanggan lalu memberikan rekomendasi yang sesuai dengan kebutuhan pelanggan, sehingga salesperson’s customer orientation dapat dianggap sebagai konsultan atau penasehat. Konsekuensi yang dapat ditimbulkan dari pemahaman akan kebutuhan, keinginan, dan pilihan pelanggan adalah apakah pelanggan akan merasa percaya atas pelayanan yang telah diberikan. Kemudian meneruskannya ke transaksi bisnis lalu mempertahankan konsumen agar tidak pindah ke perusahaan lain. Jadi dapat ditarik kesimpulan oleh Jones, Busch dan Dacin (2003:323) salesperson’s Anteseden dan konsekuensi dari kepercayaan pelanggan kepada tenaga penjual Bank Mandiri Herman Maulana Artikel ini di_digitalisasi oleh perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti,2012,telp.5663232 ext.8335 costomer orientation adalah tenaga penjual yang berusaha memahami kebutuhan dan keinginan pelanggan dalam menciptakan kepercayaan pelanggan, yang berperan penting dalam pelaksanaan strategi perusahaan. Salesperson’s Selling Orientation Menurut Saxe & Weitz (1982), orientasi penjualan adalah fokus pada kegiatan penjualan dengan waktu periode jangka pendek seperti penjualan langsung, bahkan dengan mengorbankan kepuasan pelanggan, dan tidak memiliki orientasi untuk membina hubungan jangka panjang untuk menetapkan tujuan seperti loyalitas pelanggan. Tenaga penjual yang berorientasi pada penjualan mereka berkonsentrasi untuk membujuk pelanggan agar membeli produk bukan pada menjual produk yang paling memenuhi kebutuhan pelanggan. Menurut Kottler (2006) konsep selling orientation menyatakan bahwa apabila konsumen diabaikan begitu saja biasanya mereka tidak akan membeli cukup banyak produk/jasa, oleh karena itu perusahaan harus melakukan usaha penjualan dan promosi yang agresif untuk meningkatkan penjualan mereka. Dalam hal ini, perusahaan harus menggencarkan promosi mereka kepada pelanggannya agar konsumen mau mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa yang jarang digunakan konsumen bahkan tidak terpikirkan oleh konsumen untuk membelinya, contoh seperti asuransi (kotler, 2006). Kebanyakan perusahaan mempraktekan konsep ini ketika perusahaan memiliki kapasitas yang berlebih, sedangkan tujuan dari konsep orientasi penjualan adalah menjual apa Anteseden dan konsekuensi dari kepercayaan pelanggan kepada tenaga penjual Bank Mandiri Herman Maulana Artikel ini di_digitalisasi oleh perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti,2012,telp.5663232 ext.8335 yang perusahaan buat dan bukannya membuat apa yang diinginkan pasar (kotler, 2006). Fernando faramillo (2007) mengungkapkan bahwa selling orientation terjadi ketika tenaga penjual yang berusaha menjual produk atau jasa lebih menekankan pada peningkatan volume penjualan tanpa memikirkkan kebutuhan pelanggan. Salesperson’s Expertise Keahlian didefinisikan sebagai pengetahuan, kompetensi teknis, dan kemampuan salesperson untuk menyediakan jawaban pada pertanyaanpertanyaan spesifik. Berkat keahliannya, salesperson dapat mengurangi ketidakpastidan dan perasaan rapuh selama service encounter. Konsekuensinya, persepsi keahlian akan menjadi prediktor kepercayaan pelanggan terhadap salesperson (Crosby et al., 1990). Keahlian wiraniaga bermanfaat untuk membangun kepercayaan dan hubungan dengan pelanggan bahwa apa yang dijanjikan mengenai produk atau jasa yang ditawarkan memang sesuai dengan kebutuhan, keinginan, dan daya beli konsumen. Berbagai hasil penelitian dari Berry, Moormann, Despande dan Zaltman (1993) menyebutkan bahwa peranan keahlian wiraniaga sangat penting dalam membangun kepercayaan pelanggan, dan sekaligus menjadi salah satu fondasi hubungan jangka panjang antara perusahaan dengan pelanggannya. Seperti yang dikemukakan oleh Patricia M.Doney dan Joseph P.Cannon(1997:40) mengenai expertise: “Trust is based an a Partner’s Expertise focuses on an expectancy held by a person that the partner’s word or written Anteseden dan konsekuensi dari kepercayaan pelanggan kepada tenaga penjual Bank Mandiri Herman Maulana Artikel ini di_digitalisasi oleh perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti,2012,telp.5663232 ext.8335 statement can be relied on.” Yang dapat diartikan bahwa kepercayaan bagi pelanggan didasarkan pada keahlian wiraniaga yang terlihat dalam ucapannya maupun pertanyaan-pertanyaan tertulis, misalnya dalam melakukan presentasi kepada pelanggan. Keahlian dari wiraniaga ini merupakan keahliannya dalam meyakinkan pembeli bahwa ia dapat mengirimkan barang atau jasa sesuai dengan janjinya. Menurut Crosby, Evan dan Cowless (1990:72) atribut wiraniaga dari segi keahlian mempunyai pengaruh yang positif terhadap efektifitas penjualan. Peranan keahlian wiraniaga dalam konteks transaksi jangka panjang sudah mulai diterima dalam kepustakaan pemasaran sebagai kualitas hubungan, dimana kepuasan dan kepercayaan terhadap wiraniaga akan meningkatkan kualitas hubungan. Menurut Sengupta et al (2000) menemukan bahwa karakteristik individu yang lain, kemampuan strategis dan kemampuan intrapreneurial, merupakan faktor penentu penting dari efektivitas penjual. Pengaruh dua variabel ini ditengahi oleh dua hubungan variabel yakni kualitas komunikasi dan kepercayaan pelanggan. Kemampuan strategis digambarkan oleh Sengupta et al (2000) seperti kapasitas teori suatu penjual pelanggan kunci untuk meneliti pelanggan, permasalahan bisnis dan berfokus kepada minat mereka yang jangka panjang. Mereka menggambarkan keahlian intrapreneurial seperti kemampuan untuk menempatkan personil atau sumber daya di dalam proses penjualan untuk membantu pelanggan. Anteseden dan konsekuensi dari kepercayaan pelanggan kepada tenaga penjual Bank Mandiri Herman Maulana Artikel ini di_digitalisasi oleh perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti,2012,telp.5663232 ext.8335 Variabel-variabel pada karakteristik individu lain yang termasuk keahlian seorang wiraniaga yang dapat mempengaruhi kinerja penjual yakni keahlian beradaptasi, karakteristik suara, keahlian berkomunikasi (Pitt et al., 1999). Banyak dari variabel bahwa pengaruh keahlian dari wiraniaga seperti keserasian penjualan, kemampuan mental, dan ciri-ciri pribadi adalah karakteristikkarakteristik yang individu dari wiraniaga. Kesuksesan perusahaan dalam menjual produk di pasar adalah tidak lepas dari mengembangkan kemampuan wiraniaganya dengan memadukan hasil penjualan dan kepercayaan pelanggan, hal itu harus dicapai seorang wiraniaga secara bersamaan. Customer Trust in the Salesperson Kepercayaan adalah suatu elemen penting dalam menentukan kualitas hubungan karena kepercayaan merupakan pondasi yang strategis dari kemitraan (Speakman dan Strauss, 1986). Kepercayaan juga memiliki peran penting karena memberikan fasilitas yang hanya tersedia di dalam hubungan perusahaan dengan konsumen yang terjalin dengan baik, hal ini akan tercipta dengan baik selama tidak ada kecenderungan kedua belah pihak untuk mengambil keuntungan antara satu dengan yang lainnya (Zaheer et al., 1998). Kepercayaan merupakan hal yang penting bagi hubungan perdagangan, karena hubungan yang didasarkan oleh kepercayaan yang tinggi akan membuat pihak-pihak tesebut berkeinginan untuk melaksanakan komitmen mereka demi hubungan tersebut (Morgan dan Hunt, 1994). Hubungan kerjasama yang terjalin berhasil antara perusahaan dengan Anteseden dan konsekuensi dari kepercayaan pelanggan kepada tenaga penjual Bank Mandiri Herman Maulana Artikel ini di_digitalisasi oleh perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti,2012,telp.5663232 ext.8335 konsumennya membutuhkan kepercayaan dan saling menghormati dalam hal kelebihan yang dimiliki oleh masing-masing pihak. Morgan dan Hunt (1994) menyatakan trust didefinisikan sebagai rasa yakin untuk mewujudkan keberhasilan suatu hubungan pemasaran yaitu, (1) Trust dapat mendorong pemasar untuk berusaha menjaga hubungan yang terjalin dengan cara bersikap kooperatif dengan rekan kerja. (2) Trust mengarahkan pemasaran untuk tidak tertarik pada keuntungan jangka panjang yang diperoleh dengan memperhatikan pelanggan yang ada. (3) Trust dapat mendorong pemasar untuk memandang langkah-langkah yang memiliki potensi resiko besar dengan bijaksana, Karena percaya bahwa rekan tidak akan mengambil kesempatan yang dapat merugikan pemasar. Menurut Harris dan Goode (2004), kepercayaan adalah sebagai perangkat pemasaran hubungan yang paling kuat yang tersedia untuk sebuah perusahaan. Namun demikian, seperti yang baru-baru ini digaris bawahi oleh Harris dan Goode (2004), dalam dinamika pelayanan, kepercayaan sering sekali diremehkan, dilewatkan atau diabaikan. Namun mendorong pelanggan untuk mempercayai perusahaan merupakan prioritas utama di antara tujuantujuan lain perusahaan, dan mengembangkan kepercayaan pada perusahaan merupakan prioritas utama di antara tujuan-tujuan dari perusahaan jasa, dan mengembangkan kepercayaan terhadap karyawan merupakan salah satu praktek yang paling banyak dikutip dalam membangun hubungan jangka panjang antara pelanggan dengan perusahaan. Anteseden dan konsekuensi dari kepercayaan pelanggan kepada tenaga penjual Bank Mandiri Herman Maulana Artikel ini di_digitalisasi oleh perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti,2012,telp.5663232 ext.8335 Dalam penelitiannya Doney dan Cannon (1997) mengungkapkan bahwa timbulnya kepercayaan dibangun oleh dua dimensi yaitu: Pertama, Credibility (kemampuan yang dapat dipercaya) merupakan dimensi pertama dari kepercayaan yaitu kredibilitas seorang wiraniaga dari pernyataannya baik secara lisan maupun tulisan dapat dipercaya. Kedua, Benevolence (perbuatan baik) merupakan dimensi kedua dari kepercayaan yaitu wiraniaga memperhatikan kesejahteraan konsumen dan termotivasi untuk memperoleh keuntungan bersama. Dalam hubungan bisnis, pengembangan kepercayaan dapat dilakukan melalui lima proses (Doney dan Cannon, 1997) antara lain: 1) Calculative process, Proses dimana perusahaan menghitung laba-rugi yang ditimbulkan oleh sikap pihak yang lain yang terlibat dalam hubungan tersebut. 2) Prediction prosess, Proses dimana salah satu pihak memprekdisikan perilaku pihak lain. Oleh karena itu, salah satu pihak harus memperoleh informasi tentang perilaku dan janji-janji masa lalu. 3) Capability process, Dalam proses ini satu pihak percaya bahwa pihak lain dapat memenuhi janjijanjinya. Oleh karena itu fokus utamanya ada pada komponen kredibilitas. 4) Intentionality proces, Dalam proses ini satu pihak mengevaluasi motivasi dari pihak lain. Sikap yang dapat dipercaya ditunjukkan ketika kedua belah pihak yang terkibat saling berbagi dalam mengembangkan nilai dan norma yang dapat memyebabkan pihak yang satu untuk memahami tujuan pihak yang lain. Dengan demikian fokus utamanya adalah pada itikad baik pihak lain. 5) Transference process, Dalam proses ini mulai terjadi perhatian satu Anteseden dan konsekuensi dari kepercayaan pelanggan kepada tenaga penjual Bank Mandiri Herman Maulana Artikel ini di_digitalisasi oleh perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti,2012,telp.5663232 ext.8335 pihak yang lebih baik terhadap hubungan untuk memperoleh kepercayaan dari pihak lain sebagai dasar agar pihak lain menunjukkan sikap yang dapat dipercaya. Hal ini menandakan bahwa kepercayaan dapat disalurkan dari pihak yang dapat dipercaya dari pihak lain. Menurut Marshall (2000), kepercayaan dapat di bangun oleh beberapa nilai yaitu: a. Keadaan yang dapat dipercaya (credibility) Bahwa untuk dapat dipercaya oleh orang lain maka seseorang harus mempunyai kredibilitas yang dapat diukur dengan seberapa besar kemampuan dalam melakukan sesuatu yang benar, konsistensi yaitu kata-kata maupun tindakan yang sesuai dan dapat dipercaya. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membangun kredibilitas adalah: 1. Kemampuan (abilities), yaitu kepercayaan bahwa perusahaan akan sanggup melakukan sesuatu yang benar. 2. Konsistensi (consistency), yaitu kesesuaian atas kata-kata dan tindakan yang diberikan perusahaan terhadap konsumen. 3. Dapat dipercaya (trustworthy), yaitu yang berhubungan dengan kejujuran untuk melakukan apa yang dikatakan/ dijanjikan oleh perusahaan kepada konsumen. 4. Dapat diandalkan (reliable), yaitu kesanggupan perusahaan dalam mengadakan pelayanan yang telah dijanjikan secara akurat. Anteseden dan konsekuensi dari kepercayaan pelanggan kepada tenaga penjual Bank Mandiri Herman Maulana Artikel ini di_digitalisasi oleh perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti,2012,telp.5663232 ext.8335 b. Ketulusan hati (integrity) Ketulusan hati dari mitra yang bekerja sama merupakan langkah awal untuk membangun kepercayaan, sehingga akan timbul kepercayaan dari dalam diri seseorang. Ada beberapa faktor ketulusan hati yaitu: 1. Menghormati (honour) Menghormati adalah kemampuan dalam menerima segala konsekuensi yang timbul akibat mempertahankan kebenarannya tersebut, yaitu apabila terjadi kesalahan, harus ada ketersediaan antara pihak yang satu (perusahaan) dengan yang lainnya (konsumen) untuk memperbaikinya. 2. Kepercayaan dalam diri (self trust) Yaitu kepercayaan yang dimiliki dari masing-masing individu. 3. Penuh tanggung jawab (full resposibility) Adalah keinginan bertanggung jawab dari pihak perusahaan yang memalui tindakan dalam memberikan bantuan pada pihak lain (konsumen). 4. Kejujuran hati (high integrity) Yaitu melakukan sesuatu untuk konsumen dengan prinsip-prinsip dan nilai yang ada didalam perusahaan Ndubisi (2006) mengemukakan bahwa kepercayaan (trust) dalam suatu perusahaan dengan memperhatikan faktor keamanan dalam berinteraksi, Anteseden dan konsekuensi dari kepercayaan pelanggan kepada tenaga penjual Bank Mandiri Herman Maulana Artikel ini di_digitalisasi oleh perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti,2012,telp.5663232 ext.8335 selalu memberikan pelayanan yang sesuai dengan apa yang telah dijanjikan dan secara konsisten memberikan pelayanan yang berkualitas. Disamping harus mampu memenuhi kewajiban kepada konsumen, karyawan harus selalu menunjukan sikap hormat. Dengan demikian konsumen dapat memiliki keyakinan kuat akan pelayanan yang diberikan oleh perusahaan. Dari definisi dan uraian diatas, kepercayaan (trust) merupakan variabel penting dalam membangun hubungan jangka panjang (customer loyalty). Dengan adanya kepercayaan yang dibangun oleh salesperson, perusahaan mampu mempengaruhi kualitas hubungan antara pelanggan dan perusahaan. Customer Intention to Re-buy/Cross-buy Bagi produsen dan penyadia jasa kepercayaan pelanggan tidak cukup. Harus ada hasil timbal balik (feedback) dari adanya kepercayaan pelanggan. Feedback sangat diperlukan untuk mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan suatu produk atau jasa. Salah satu feedback yang dilakukan konsumen sebagai efek dari adanya kepercayaan pelanggan adalah adanya pembelian ulang (repurchase intention). Menurut Hellier, Geursen, dan Rickard (2003) repurcahse intention adalah : “Repurchase intention is the individual’s judgement about buying again a designated serci from the same company, taking into account his or her current situation and likely circumstances”. Artinya repurchase intention atau pembelian ulang adalah kecenderungan individu untuk membeli kembali suatu bentuk jasa dari perusahaan yang sama. Anteseden dan konsekuensi dari kepercayaan pelanggan kepada tenaga penjual Bank Mandiri Herman Maulana Artikel ini di_digitalisasi oleh perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti,2012,telp.5663232 ext.8335 Menurut Jones, Mothersbaugh, Beatty (2003), repurchase intentions dapat timbul karena adanya satisfaction yang di dapat dari pembelian sebelumnya, satisfaction tersebut mendorong konsumen untuk melakukan repurchase. Evaluasi penilaian yang di lakukan oleh konsumen adalah melalui setiap tahap yang dilakukan oleh penyedia jasa, dari seluruh tahapan itu konsumen dapat menilai sendiri apakah konsumen tersebut merasa puas atau tidak dengan jasa yang diterima oleh tenaga penjual. Moshe davidow (2003) mengatakan definisi dari repurchase intention adalah kesediaan pelanggan untuk terus menggunakan produk yang sana dengan jumlah yang sama seperti sebelumnya. Konsumen yang memiliki keyakinan tinggi terhadap sebuah produk dan retailer yang menjual produk tersebut, pasti akan menimbulkan keinginan konsumen untuk kembali ke retailer tersebut untuk melakukan pembelian kembali. Pada penelitian yang dilakukan oleh Hellier, Rodney dan Rickard (2003) repurchase intention dapat timbul melalui dua hal yaitu : (1) Brand Preference. Suatu tingkat dimana konsumen dilayani dengan baik oleh penyedia jasa yang digunakan pada saat ini, dan membandingkannya dengan penyedia jasa lain sebagai pertimbangannya. Konsumen akan melakukan penilaian terhadap penyedia jasa tersebut melalui perbandingan antara dua penyedia jasa tersebut dan penyedia jasa yang dapat memenuhi harapan konsumen akan membuat konsumen menjadi loyal atau setia terhadap penyedia jasa tersebut; (2) Customer Satisfaction. Suatu tingkatan keseluruhan dari perasaan senang dan kepuasan hati yang dirasakan oleh konsumen, sebagai hasil dari kemampuan penyedia jasa untuk memenuhi keinginan, harapan, dan kebutuhan konsumen terhadap suatu Anteseden dan konsekuensi dari kepercayaan pelanggan kepada tenaga penjual Bank Mandiri Herman Maulana Artikel ini di_digitalisasi oleh perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti,2012,telp.5663232 ext.8335 jasa. Keputusan yang dirasakan oleh konsumen akan membuat konsumen mempunyai keinginan untuk membeli kembali, misalkan seorang pelanggan bank yang merasa percaya kepada pelayanan yang di berikan oleh bank tersebut. Pendapatan yang berbeda dikemukakan dalam penelitian Davidow (2003:67) mengakatakan bahwa repurchase intention dapat timbul melalui beberapa tahapan-tahapan sebagai berikut : (1) Awareness (kesadaran). Untuk menumbuhkan loyalitas dimulai dengan konsumen untuk mengetahui tentang produk yang dipasarkan. Dalam tahap ini perusahaan memulai dengan membagi pengetahuan yang dibutuhkan untuk menggerakan produk dan jasa perusahaan. Kesadaran dapat terjadi melalui berbagai macam, yaitu melalui iklan (advertising), surat kabar (newspaper), katalog, informasi dari orang lain (word of mouth); (2) Initial Purchase (pembelian pertama). Pembelian pada saat pertama merupakan langkah yang sangat krusial dalam kemampuan perusahaan untuk menumbuhkan loyalitas, pembelian pertama adalah percobaan dan perusahaan dapat memberikan kesan produk yang positif atau negatif terhadap konsumen, karyawan, jasanya, dan bahkan keadaan di lingkungan sekitarnya. Ketika pembelian pertama sudah dilakukan, maka perusahaan memiliki kesempatan dengan sungguh-sungguh mulai menumbuhkan konsumen yang loyal; (3) Post Purchase Evaluation (Evaluasi Setelah Pembelian). Setelah pembelian dilakukan oleh konsumen, secara sadar atau tidak sadar mereka mengevaluasi transaksi tersebut. Jika konsumen mereka puas atau setidaknya tidak cukup puas untuk mempertimbangkan perpindahan kepada pesaing, tahap untuk keputusan untuk membeli kembali mungkin terjadi; (4) Decision to Repurchase (Keputusan untuk Anteseden dan konsekuensi dari kepercayaan pelanggan kepada tenaga penjual Bank Mandiri Herman Maulana Artikel ini di_digitalisasi oleh perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti,2012,telp.5663232 ext.8335 Membeli kembali). Komitmen untuk membeli kembali adalah sikap yang sangat krusial terhadap loyalitas bahkan lebih penting dari kepuasan. Dengan kata lain tanpa pembelian yang berulang loyalitas tidak akan ada. Motivasi untuk melakukan pembelian kembali sering terjadi pada saat pertama ketika konsumen merasa memiliki ikatan emosional dengan produk atau jasa tersebut; (5) Repurchase (Pembelian Kembali). Tahap akhir dalam proses ini adalah pembelian kembali yang sesungguhnya sebagai syarat untuk dipertimbangkan menjadi pelanggan loyal yang sesungguhnya, pelanggan harus membeli lagi dan lagi dari produk yang sama atau bebeda. B. Rerangka Konseptual Kepercayaan dipengaruhi oleh berbagai oleh berbagai faktor diantaranya adalah orientasi pelanggan yang mengacu kepada bantuan yang diberikan oleh salesperson kepada konsumennya dalam melakukan keputusan pembelian yang akan dapat memuaskan kebutuhan pelanggan (Siguaw, Brown dan Widing 1994). Kepercayaan pelanggan memainkan peranan sebagai mediator relasional antara keahlian salesperson, orientasi pelanggan, orientasi penjualan, dan niat pelanggan untuk melakukan pembelian ulang. Seperti landasan penting dari teori relational marketing (Morgan, dan Hunt, 1994; Palmatier et al., 2006), bahwa kepercayaan merupakan mediator relasional utama antara penggerak dan konsekuensi relasional. Keahlian salesperson sangat di butuhkan dalam menjawab pertanyaanpertanyaan spesifik dari para konsumen yang dapat mengurangi ketidakpastian Anteseden dan konsekuensi dari kepercayaan pelanggan kepada tenaga penjual Bank Mandiri Herman Maulana Artikel ini di_digitalisasi oleh perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti,2012,telp.5663232 ext.8335 dan perasaan rapuh selama service encounter. Keahlian salesperson juga sangat berpengaruh dalam meningkatkan kepercayaan konsumen terhadap perusahaan serta dapat digunakan untuk menjalin hubungan yang baik terhadap konsumen, seperti yang dikemukakan oleh Donney dan Cannon (1997) bahwa pelanggan akan lebih percaya kepada wiraniaga yang memiliki keahlian. Hal tersebut dapat terjadi karena produk atau jasa yang ditawarkan oleh salesperson sesuai dengan apa yang dijanjikan dan sesuai dengan kebutuhan, keinginan dan daya beli konsumen. Faktor lain yang dapat menentukan keberhasilan salesperson adalah menyangkut kesenangan seorang konsumen dengan wiraniaga dalam hal keramahan, santun dan bisa menciptakan suasana yang akrab yang dapat menciptakan adanya rasa kepercayaan pelanggan (Patricia M. Doney dan Joseph P. Cannon, 1997). Orientasi penjualan yang dilakukan oleh perusahaan memiliki pengaruh yang negatif terhadap kepuasan dan kepercayaan (Min-Shing Huang, 2008), karena perusahaan yang melakukan orientasi pada penjualannya hanya berkonsentrasi untuk membujuk pelanggan agar membeli produk mereka bukan pada menjual produk yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Hal tersebut akan berdampak pada ketidakpercayaan konsumen dalam menggunakan produk atau pelayanan jasa perusahaan tersebut dan dapat menimbulkan komitmen dalam hati konsumen untuk tidak lagi menggunakan produk atau pelayanan jasa perusahaan tersebut di masa yang akan datang. Kepercayaan pelanggan saja tidak cukup bagi produsen dan penyedia jasa, harus ada timbal balik (feedback) dari pelanggan yaitu berupa Anteseden dan konsekuensi dari kepercayaan pelanggan kepada tenaga penjual Bank Mandiri Herman Maulana Artikel ini di_digitalisasi oleh perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti,2012,telp.5663232 ext.8335 pembelian ulang dari pelanggan (repurchase intention). Dengan adanya pembelian ulang dari pelanggan, produsen dan penyedia jasa dapat mengetahui sejauh mana tingkat keberhasilan produk dan jasa mereka. Salah satu cara yang biasa dilakukan oleh perusahaan agar terciptanya repurchase intentions pelanggan adalah dengan memberikan produk dan pelayanan yang berkualitas kepada para pelanggannya yang dapat memuaskan pelanggan serta menciptakan kepercayaan konsumen, sejalan dengan banyaknya pengalaman pembelian pada sebuah jasa yang meningkat mengindikasikan bahwa para konsumen yang membeli suatu produk dapat menciptakan kepuasan dan kepercayaan mereka terbentuk pada evaluasi atau pertimbangan mereka akan pengetahuannya mengenai jasa tersebut (Soder and Lund, 2003). Gambar 2.1 Rerangka konseptual Salesperson’s Customer Orientation Salesperson’s Selling Orientation Customer Trust in the Salesperson Customer’s Intention to Re-buy/Cross-buy Salesperson’s Expertise Anteseden dan konsekuensi dari kepercayaan pelanggan kepada tenaga penjual Bank Mandiri Herman Maulana Artikel ini di_digitalisasi oleh perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti,2012,telp.5663232 ext.8335 C. Perumusan Hipotesis Tam dan Wong (2001) menunjukkan bahwa terdapat pengaruh positif antara orientasi pelanggan terhadap kepuasan pelanggan dan kepercayaan pelanggan, kepuasan dan kepercayaan yang didapatkan oleh konsumen terjadi karena adanya orientasi pelanggan diantara konsumen dan penjualnya. Dapat dikatakan bahwa orientasi pelanggan antara konsumen dan penjual akan menghasilkan kepercayaan satu sama lain. H1 : Orientasi pelanggan berpengaruh positif terhadap kepercayaan konsumen kepada salesperson. Goff et al. (1997) mengemukakan bahwa adanya dampak yang berlawanan antara orientasi pelanggan dan orientasi penjualan terhadap kepuasan pelanggan. Menurut Tam dan Wong (2001), orientasi kepada pelanggan memiliki dampak positif terhadap kepuasan pelanggan dan kepercayaan pelanggan, akan tetapi orientasi penjualan memiliki dampak negatif terhadap keduanya. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa orientasi penjualan, dibandingkan orientasi pelanggan, akan memiliki dampak negatif kepada kepercayaan pelanggan terhadap salesperson H2 : Orientasi penjualan berpengaruh negatif terhadap kepercayaan konsumen kepada salesperson. Keahlian salesperson dapat didefinisikan sebagai pengetahuan yang dimiliki oleh salesperson, kompetensi teknis dan kemampuan untuk menyediakan jawaban atas pertanyaan tertentu dari para pelanggan. Keahlian salesperson dapat mengurangi ketidakpastian dan perasaan rapuh selama service Anteseden dan konsekuensi dari kepercayaan pelanggan kepada tenaga penjual Bank Mandiri Herman Maulana Artikel ini di_digitalisasi oleh perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti,2012,telp.5663232 ext.8335 encounter. Konsekuensinya, persepsi keahlian akan menjadi prediktor kepercayaan pelanggan terhadap salesperson (Crosby et al., 1990) H3 : Keahlian salesperson berpengaruh positif terhadap kepercayaan pelanggan pada salesperson. Kennedy et al. (2001) menyatakan bahwa kepercayaan pelanggan pada salesperson memotivasi pelanggannya untuk berniat menggunakan kembali jasa yang sama atau yang berbeda dan merupakan tindakan antisipasi terhadap interaksi pada masa yang akan datang. H4 : Kepercayaan pelanggan berpengaruh positif terhadap niat pelanggan untuk membeli ulang/ melakukan pembelian silang. Anteseden dan konsekuensi dari kepercayaan pelanggan kepada tenaga penjual Bank Mandiri Herman Maulana Artikel ini di_digitalisasi oleh perpustakaan Fakultas Ekonomi-Universitas Trisakti,2012,telp.5663232 ext.8335