BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Pelayanan air minum DKI

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. LatarBelakang
Pelayanan air minum DKI Jakarta dikelola melalui kerjasama
pemerintah swasta yaitu pemberian konsesi selama 25 tahun oleh
pemerintah dalam hal ini PAM Jaya kepada operator mitra swasta.
Harapannya agar tidak hanya menanamkan modalnya namun juga
alih pengetahuan, pengalaman dan teknologi dari awal kerjasama tahun
1998 hingga berakhir masa konsesi tahun 2022.
Menaruh perhatian pada biaya produksi dinilai wajar karena
umumnya biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan overhead
pabrik lebih besar dari beban perusahaan itu sendiri.
Dengan adanya konsesi maka tidak ada lagi biaya produksi di
PAM Jaya, melainkan menjadi tanggungan mitra swasta dalam hal ini PT
Palyja yang melayani wilayah barat Jakarta dan PT Aetra yang melayani
wilayah
timur
Jakarta.
Sehingga
PAM
Jaya
tidak
lagi
mengimplementasikan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 23 Tahun
2006 tentang Mekanisme Penetapan Tarif Air seperti yang dilakukan
Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) lainnya di Indonesia, dimana di
dalamnya terdapat perhitungan biaya berdasarkan prinsip pemulihan biaya
secara penuh (full cost recovery), antara lain biaya sumber air, biaya
2
pengolahan air, biaya transmisi dan distribusi, biaya keuangan serta biaya
umum dan administrasi.
Namun PAM Jaya bersama Badan Regulator Pelayanan Air
Minum DKI Jakarta tetap memiliki fungsi pengawasan (mikro dan makro)
terhadap kedua mitra swastanya tersebut.
Dijelaskan oleh PAM Jaya (2012) :
Dalam rangka fungsi pengawasan khususnya terkait dengan
harga pokok atau biaya produksiair (Rp/m³) serta untuk menilai
efisiensi pengeluaran biaya yang dibutuhkannya maka perlu
metode yang dapat dijadikan sebagai patokan guna menetapkan
biaya produksi air dimaksud.
Alasan penggunaan biaya produksi berbasis volume (Rp per meter
kubik) karena tarif kelompok pelanggan yang diatur dalam Peraturan
Gubernur No. 11 Tahun 2007 mengenai Mekanisme Penyesuaian Tarif
Otomatis berbasis m³. Selain itu prinsip full cost recovery (FCR) yang
diatur dalam Permendagri No. 23 Tahun 2006 biaya dasarnya berbasis
volume air terproduksi dikurangi tingkat kehilangan air standar (Rp/m³).
PT Palyja telah memisahkan struktur biaya dalam laporan
keuangan internalnya menjadi biaya variabel dan biaya tetap, serta
mempertimbangkan besar kecilnya biaya yang akan terjadi agar biayanya
efisien dengan membuat biaya standar. Namun dalam pembebanan biaya
variabel selain berbasis pada volume produksi juga berbasis pada jumlah
pelanggan, seperti yang terlihat pada tabel di bawah ini.
3
TABEL 1.1 Biaya Standar Variabel
Description
Unit cost
Variable expenses
Chemicals
Rp/m³
Energy
Rp/m³
Raw Water
Rp/m³
Cisadane/Tangerang/Bekasi/Interchange water
Rp/m³
Production Maintenance
Rp/m³
Customer Service(biayapelayananpelanggan)
Rp/customer
Network Maintenance (biayapemeliharaanjaringan)
Rp/customer
Sumber: Proyeksi Keuangan PT Palyja untuk Rebasing ketiga 2008-2012
Selain itu Chemicals dan Production Maintenance berbasis volume
air baku yang diolah di instalasi Pejompongan dan Miniplant. Energy
berbasis volume air baku yang telah diolah dan air curah. Raw water
berbasis volume air baku yang dibeli dari Jatiluhur. Sedangkan
Cisadane/Tangerang/Bekasi/Interchange water berbasis volume air curah
yang dibeli dari Tangerang.
Prinsip pemulihan biaya penuh (FCR) yang juga diatur dalam
Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum bisa diterapkan jika memasukkan
komponen biaya produksi yang seharusnya dan ada keseragaman dalam
pembebanan pada struktur biaya standar PT Palyja di atas.
4
Hal inilah yang mendasari peneliti untuk menelaah pembebanan
yang wajar untuk mengetahui besarnya biaya produksi PT Palyja
menggunakan laporan keuangan internal berupa realisasi biaya seperti
tampak pada Lampiran 3.
Biaya produksi per m³ belum dapat diketahui karena biaya
pemeliharaan jaringan dan biaya pelayanan pelanggan masih berbasis pada
jumlah pelanggan. Bahkan bisa saja kedua biaya ini merupakan biaya semi
variabel sehingga kurang akurat dalam pembebanan atau perlu adanya
basis yang lebih tepat.
Berdasarkan hal di atas pula peneliti ingin menentukan besarnya
biaya produksi berbasis unit dengan menggunakan metode full costing dan
variable costing, dimana keakuratannya menjadi masalah yang penting.
Biaya standar atau biaya satuan diperlukan agar perusahaan dapat
melaksanakan usaha pokok secara efisien. Biaya satuan ini akan dijadikan
dasar bagi stakeholder dalam menetapkan biaya produksi yang harus
ditanggung oleh setiap meter kubik air.
Dinyatakan oleh Hansen dan Mowen(2004 : 139) :
Melakukan perbandingan antara biaya total yang dibebankan
dengan jumlah unit dari objek biayanya menghasilkan biaya per
unit. Walaupun konsep ini kelihatan mudah, akan tetapi dalam
praktik sesungguhnya dapat menjadi lebih rumit.
Basis atau dasar pembebanan seperti apa yang lebih tepat untuk
mengetahui besarnya biaya produksi. Biaya pemeliharaan jaringan dan
biaya pelayanan pelanggan merupakan biaya overhead pabrik lainnya,
5
penelusuran biaya seperti apa yang sebaiknya digunakan di antara
penelusuran langsung atau penggerak.
B. RumusanMasalah
Berdasarkan latar belakang penelitian maka penulis tertarik memilih judul
“Pengaruh Jumlah Pelanggan dan Volume Produksi terhadap Biaya
Pemeliharaan Jaringan dan Biaya Pelayanan Pelanggan”. Dengan
rumusan masalah antara lain:
1. Bagaimanakah metode perhitungan biaya produksi yang wajar untuk
diterapkan di PT Palyja?
2. Bagaimanakah penentuan harga pokok produksi dengan prinsip
pemulihan biaya pada Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 23 Tahun
2006?
3. Apakah jumlah pelanggan dan volume produksi berpengaruh
signifikan secara simultan terhadap biaya pemeliharaan jaringan?
4. Apakah jumlah pelanggan berpengaruh signifikan secara parsial
terhadap biaya pemeliharaan jaringan?
5. Apakah volume produksi berpengaruh signifikan secara parsial
terhadap biaya pemeliharaan jaringan?
6. Apakah jumlah pelanggan dan volume produksi berpengaruh
signifikan secara simultan terhadap biaya pelayanan pelanggan?
7. Apakah jumlah pelanggan berpengaruh signifikan secara parsial
terhadap biaya pelayanan pelanggan?
6
8. Apakah volume produksi berpengaruh signifikan secara parsial
terhadap biaya pelayanan pelanggan?
C. TujuandanKegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui metode perhitungan biaya produksi yang wajar
untuk diterapkan di PT Palyja.
b. Untuk mengetahui penentuan harga pokok dengan prinsip
pemulihan biaya pada Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 23
Tahun 2006.
c. Untuk mengetahui apakah jumlah pelanggan dan volume
produksi berpengaruh signifikan secara simultan terhadap biaya
pemeliharaan jaringan.
d. Untuk mengetahui apakah jumlah pelanggan berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap biaya pemeliharaan jaringan.
e. Untuk
mengetahui
apakah
volume
produksi
berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap biaya pemeliharaan jaringan.
f. Untuk mengetahui apakah jumlah pelanggan dan volume
produksi berpengaruh signifikan secara simultan terhadap biaya
pelayanan pelanggan.
g. Untuk mengetahui apakah jumlah pelanggan berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap biaya pelayanan pelanggan.
7
h. Untuk
mengetahui
apakah
volume
produksi
berpengaruh
signifikan secara parsial terhadap biaya pelayanan pelanggan.
2. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini berguna bagi peneliti dan para stakeholder internal
maupun eksternal dalam melakukan pembebanan biaya produksi.
Download