studi karakteristik energi yang dihasilkan pada magnetic

advertisement
STUDI KARAKTERISTIK ENERGI YANG DIHASILKAN PADA
MAGNETIC SPRING MICROGENERATOR
Ryan Mirza Rahmansyah
Jurusan Teknik Mesin
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Jl. Arief Rahman Hakim, Kampus Sukolilo, Surabaya
Jawa Timur, Indonesia
Telp. (031)5946230, Fax. (031) 5922941, E-mail : [email protected]
Abstrak
Getaran dalam kehidupan di sekitar kita sering kali terbuang percuma dan tidak termanfaatkan.
Bahkan banyak yang menyebut bahwa getaran tersebut merupakan sesuatu yang merugikan. Dari
permasalahan tersebut, muncul gagasan untuk memanfaatkan energi yang timbul akibat getaran oleh sebuah
mekanisme pemanen energi getaran. Mekanisme tersebut akan mengkonversikan getaran menjadi energi
listrik. Pada Tugas Akhir ini dilakukan studi karakteristik dari pengujian mekanisme pemanen energi getaran
tentang besarnya voltase dan daya bangkitan dengan memvariasikan panjang kumparan (L), jumlah massa
magnetik (Mn) dan frekuensi putaran (f). Kuantitas tegangan listrik yang dibangkitkan diukur menggunakan
digital oscilloscope dan arus yang dihasilkan diukur menggunakan digital multimeter dimana dari tegangan
listrik dan arus bangkitan ini akan didapatkan daya bangkitan dari mekanisme pemanen energi getaran. Dari
Penelitian ini didapatkan data voltase dan daya bangkitan dari mekanisme pemanen energi getaran. Semakin
besar panjang kumparan (L), jumlah massa magnetik (Mn) dan frekuensi putaran (f) maka semakin besar
voltase dan daya yang dapat dibangkitkan dari mekanisme pemanen energi getaran, yaitu sebesar 0,74Volt
dan 0,145 mWatt. Sedangkan semakin kecil panjang kumparan (L), jumlah massa magnetik (Mn) dan
frekuensi putaran (f) maka semakin kecil voltase dan daya yang dapat dibangkitkan dari mekanisme pemanen
energi getaran, yaitu sebesar 0,32 Volt dan 0,038 mWatt
Kata Kunci : vibration energy harvesting, magnetic spring, massa magnetik, panjang kumparan, frekuensi,
microgenerator, induksi elektromagnetik
1. Pendahuluan
Menurut “BP Statistical Review of World
Energy 2005” ada 10 negara dengan konsumsi
energi dunia terbesar. Diantaranya adalah Amerika
Serikat, Jepang, Korea Utara, Korea Selatan,
Canada dan Jerman dengan konsumsi energi utama
yaitu minyak bumi. Selanjutnya adalah Inggris dan
Rusia dengan konsumsi energi utama yaitu gas
alam. Terakhir yaitu India dan China dengan
konsumsi terbesar berupa batubara. Kesepuluh
Negara tersebut total menghabiskan energi dunia
sebesar 64,76 % dan 35,24 % sisanya digunakan
oleh negara-negara lainnya di dunia termasuk
Indonesia. Semua energi tersebut menjadi energi
primer bagi banyak negara di dunia khususnya
Indonesia dan mayoritas digunakan pada setiap
aktivitas manusia, misalnya untuk transportasi,
industri, rumah tangga dan pada mesin-mesin
perkakas lainnya.
Dalam aktivitas disekitar kita banyak sekali
peralatan
maupun
mesin
yang
pada
pengoperasianya menimbulkan getaran. Mulai dari
peralatan yang memiliki ukuran yang sangat besar
sampai peralatan yang memiliki ukuran sangat
kecil sekalipun. Getaran yang timbul pada
peralatan-peralatan tersebut sebenarnya memiliki
potensi yang sangat besar. Berdasar pada kenyataan
tersebut timbul gagasan bagaimana membuat agar
getaran tersebut tidak terbuang percuma. Namun
membuat agar getaran tersebut dapat dimanfaatkan
kembali yaitu dengan memanen (harvesting) energi
dari getaran menjadi energi lain yang dapat
digunakan kembali untuk aktifitas manusia.
Dalam perkembangan teknologi saat ini, telah
banyak berkembang berbagai macam cara untuk
memanen energi. Objek energi yang akan dipanen
juga cukup beragam, mulai dari KERS (Kinetic
Energy Recovery System), TERS (Thermal Energy
Recovery System) dan VERS (Vibration Energy
Recovery System). Telah banyak kita ketahui
bahwa setiap peralatan yang beroperasi akan
menimbulkan getaran, meskipun getaran tersebut
sangatlah sedikit. Maka sudah dapat diperkirakan
bahwa potensi yang dimiliki oleh getaran atau
VERS (Vibration Energy Recovery System)
sangatlah besar untuk dimanfaatkan dan berbagai
fenomenanya yang belum dikembangkan.
Langkah yang digunakan untuk memanen
energi khususnya VERS (Vibration Energy
Recovery System) sendiri cukup beragam. Mulai
dari digunakannya mekanisme pemanen energi,
memanfaatkan material piezoelectric dan dengan
memanfaatkan sifat-sifat yang ada pada magnet.
Salah satu cara untuk memanfaatkan getaran yang
timbul adalah dengan mengkonversi kedalam
bentuk energi lain dengan menggunakan energy
converter berupa mekanisme pemanen energi
getaran dengan prinsip induksi elektromagnetik.
Pengujian pada mekanisme pemanen energi
getaran dengan prinsip induksi elektromagnetik
pada solenoid dibahas dalam penelitian [6], dimana
dihasilkan bahwa mekanisme satu magnet tetap
(magnetic spring) pada sisi bawah selongsong
dengan magnet tunggal (massa magnetik) yang
bergerak di tengah selongsong, kemudian
digetarkan dengan gerak manusia berjalan lambat
akan menghasilkan voltase bangkitan terbesar.
pengaruh
panjang
Penelitian
tentang
kumparan terhadap voltase bangkitan yang
dihasilkan pada mekanisme Vibration Energy
Harvesting dibahas pada penelitian [3], dimana
hasil penelitian mengindikasikan bahwa panjang
kumparan yang secara geometris pendek (dengan
jumlah
lilitan
tertentu/konstan)
akan
memaksimalkan voltase yang dapat di-harvest oleh
mekanisme VEH metode electromagnetic.
Pada penelitian Tugas Akhir ini akan
dilakukan studi empirik pengaruh panjang
kumparan, jumlah massa magnetik (sebagai
pengaruh magnetic spring) dan frekuensi putaran
terhadap voltase bangkitan maksimum dari
mekanisme Vibration Energy Harvesting (VEH)
sehingga energi yang dihasilkan dari mekanisme
ini dapat lebih efektif dan maksimal.
posisi setimbang dan, T adalah periode. Gerak
diulang pada t = T.
Gerak harmonik sering dinyatakan sebagai
proyeksi suatu titik yang bergerak melingkar
dengan kecepatan konstan terhadap suatu garis
lurus, dapat dituliskan sebagai :
x = A sin ω
Besaran ω diukur dalam radian per detik dan
disebut frekuensi lingkaran. Karena gerak berulang
dalam 2π radian, maka didapat hubungan :
1
πœ”πœ” = 2πœ‹πœ‹ = 2πœ‹πœ‹πœ‹πœ‹
𝑇𝑇
Kecepatan dan percepatan gerak harmonik
dapat diperoleh secara mudah dengan menurunkan
persamaan 2.4, sehingga didapat :
πœ‹πœ‹
αΊ‹ = πœ”πœ”πœ”πœ”πœ”πœ”πœ”πœ”πœ”πœ”πœ”πœ”πœ”πœ” = πœ”πœ”πœ”πœ”πœ”πœ”πœ”πœ”πœ”πœ”(πœ”πœ”πœ”πœ” + )
2
ẍ = −πœ”πœ”2 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴 = πœ”πœ”2 𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴𝐴(πœ”πœ”πœ”πœ” + πœ‹πœ‹)
Pada tugas akhir ini, eksitasi harmonik y(t)
didapat dari disk yang berputar secara eksentrik,
sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 2.
2. Dasar Teori
Gerak Harmonik
Gerak harmonik adalah gerak bolak - balik
benda melalui suatu titik keseimbangan tertentu
dengan banyaknya getaran benda dalam setiap
sekon selalu konstan. Waktu pengulangan T
1
disebut periode osilasi dan kebalikannya, 𝑓𝑓 =
𝑇𝑇
yang disebut frekuensi.
Hal ini dapat diperagakan dengan sebuah
massa yang digantung pada sebuah pegas seperti
terlihat pada gambar 2.3. Jika massa tersebut
dipindahkan dari posisi diam dan dilepaskan, maka
massa tersebut akan berosilasi naik turun.
Gambar 2. Eksitasi gerak harmonik
Gambar 1. Rekaman gerak harmonik
Gerakan osilasi dapat dinyatakan oleh
1
persamaan π‘₯π‘₯ = 𝐴𝐴 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 2πœ‹πœ‹ , dengan A adalah
𝑇𝑇
amplitudo atau simpangan terbesar diukur dari
Elektromagnetik
Jika displacement (posisi) sebuah massa
magnetik berubah dengan waktu dan massa
tersebut bergerak di dalam/dikelilingi oleh suatu
kumparan yang dialiri dengan arus listrik, maka
suatu medan magnet akan terbangkitkan atau
terinduksikan.
F = B I L sin θ
Sehingga didapat arus yang melewati konduktor
sebesar :
𝐹𝐹
I=
𝐡𝐡 𝐿𝐿 𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠
Arus listrik ini berharga nol ketika medan magnet
yang memotong kawat membentuk sudut θ = 0o
dan berharga maksimum pada θ = 90o.
Dimana : I = Arus listrik
F = Gaya Magnetik (Gaya Lorentz)
B = Kuat Medan Magnet
L = Panjang kumparan
Medan Magnet Pada Rangkaian Solenoidal
Rangkaian solenoidal adalah rangkaian yang
terdiri dari beberapa loop melingkar koaksial,
dengan jari-jari yang sama dan mengalir arus yang
sama juga. Jika L adalah panjang dan N jumlah
loop, jumlah loop per unit panjang adalah N/L dan
jumlah loop dipenampang sepanjang dR adalah
(N/L)dR.
Tenaga listrik ini berasal dari tenaga mekanik
yaitu tenaga untuk menggerakkan magnet di dalam
kumparan.
W = F.s
W = B.i.l.s
W = B.i.l.v.Δt
(2)
Dari substitusi persamaan 1 dan 2, maka GGL
induksi akibat pengaruh panjang kumparan adalah
e.i.Δt = B.i.l.v.Δt
e=B.l.v
Gambar 3. Penghitungan medan magnet pada titik
P yang terletak pada sumbu solenoid
Hukum Kekekalan Energi
"Energi tidak dapat diciptakan dan juga tidak
dapat dimusnahkan"
Jadi perubahan bentuk suatu energi dari
bentuk yang satu ke bentuk yang lain tidak
merubah jumlah atau besar energi secara
keseluruhan.
Perumusan
atau
persamaan
mekanik
(berhubungan dengan hukum kekekalan energi) :
Dari Gambar 2.8, R = a cot β, dR = -a csc2 β dβ,
dan a2+R2 = a2 csc2. Dengan mensubstitusikan
harga-harga tersebut maka didapatkan :
πœ‡πœ‡0 𝐼𝐼𝐼𝐼
(−𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠𝑠 𝑑𝑑𝑑𝑑)
𝑑𝑑𝑑𝑑 =
2𝐿𝐿
Dengan mengintegralkan maka didapat :
β
µ IN 2
µ IN
− sin β dβ = 0 (cos β 2 − cos β 1 )
B= 0
2 L β∫1
2L
dengan menganggap β1 = π dan β2 = 0 akan
menghasilkan
µ 0 IN
B=
Em = Ep + Ek
dimana : Em
Ek
Ep
= Energi mekanik
= Energi kinetik
= Energi potensial
L
Dan untuk titik di ujung dengan β1 = π/2 dan β2 = 0
atau β1 = π dan β2 = π/2 maka menjadi :
µ IN
B= 0
2L
Gaya Gerak Listrik (GGL) Induksi
Jika GGL induksi yang terjadi adalah e dan
kuat arusnya I, tenaga listrik yang terjadi dalam Δt
detik adalah :
W = e.I.Δt
(1)
Gambar 4. menjelaskan sebuah kumparan N
𝑑𝑑Φ
lilitan ditembus fluks magnetik dengan laju
𝑑𝑑𝑑𝑑
sehingga akan menimbulkan GGL induksi.
Gambar 4. Kumparan yang ditembusi fluks
magnetik dengan laju v
Bila penghantar PQ (panjang = β„“) digeser ke kiri
dengan kelajuan v di dalam medan B, maka akan
terjadi GGL induksi.
3. Metodologi
Pada tugas akhir ini bertujuan untuk
merancang dan mengetahui karakteristik alat
pemanen energi listrik dengan memanfaatkan
energi dari getaran yang ada di lingkungan sekitar
kita.
Pada tahap ini mekanisme pengujian
bangkitan energi listrik dimodelkan dengan
rangkaian variasi panjang kumparan (L) dan
jumlah massa magnetik (Mn) serta frekuensi
putaran (f) pada mekanisme pemanen energi
getaran. Variasi panjang kumparan yang digunakan
adalah 2 mm, 4 mm, 6 mm, 8 mm dan 10 mm.
Terdapat juga variasi lainnya yaitu variasi jumlah
massa magnetik (Mn) dan frekuensi putaran (f)
yang telah ditentukan.
Untuk jumlah massa magnetik, digunakan
kepingan disk magnetik dengan tebal masingmasing 1 mm dan ditumpuk dengan jumlah 20
keping (20 mm), 25 keping (25 mm) dan 30 keping
(30 mm). Sedangkan untuk variasi kecepatan
putaran, digunakan stroboscope untuk menentukan
nilai rpm-nya yaitu 150 rpm, 250 rpm dan 350 rpm.
Jumlah lilitan yang digunakan telah ditentukan
yaitu sebanyak 2000 lilitan.
Pemilihan variasi ini diambil karena belum
adanya penelitian yang dilakukan untuk variasi
panjang kumparan dan jumlah massa magnetik
pada spesimen yang akan di uji serta variasi
frekuensi putaran pada mekanisme pemanen energi
getaran. Oleh karena itu, diambil variasi tersebut
untuk meneliti apakah dengan variasi tersebut nilai
optimum voltase dapat dibangkitkan dengan
mekanisme ini.
Mekanisme pemanen energi getaran ini
terdiri dari beberapa peralatan yang berperan
sangat penting untuk menunjang jalannya
mekanisme ini. Peralatan – peralatan tersebut
terdiri dari motor DC, disk eksentrik, papan
pendorong, dan mekanisme pembangkit daya.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di
bawah ini :
merupakan interprestasi dari getaran yang akan
dipanen atau di harvest energinya, dimana massa
magnetic bergerak secara osilatif di dalamsebuah
kumparan yang terbuat dari kawat konduktif.
Akibat dari pergerakan massa magnetic ini, arus
listrik akan mengalir pada kumparan. Akibatnya
voltase dan daya bangkitan yang timbul pada
mekanisme ini dapat dipanen dan ditampun guntuk
dimanfaatkan pada kebutuhan energy lainnya.
Gambar 5. Skema mekanisme pemanen energi
getaran metode elektromagnetik
Untuk proses pengambilan data voltase
bangkitan dari mekanisme Vibration Energy
Harvesting
(VEH),
maka
bagian-bagian
mekanisme Vibration Energy Harvesting (VEH)
dirangkai dengan peralatan-peralatan untuk
mengambil data voltase bangkitan. Skema
pengujian
mekanisme
Vibration
Energy
Harvesting (VEH) dapat dilihat pada gambar di
bawah ini :
Gambar 7. Rangkaian mekanisme pembangkit
daya
4. Hasil dan Pembahasan
Dari hasil eksperimen didapatkan grafik dari
oscilloscope kemudian diolah dan didapatkan
grafik fungsi panjang kumparan, frekuensi putaran
terhadap voltase dan daya bangkitan.
Gambar 7, Gambar 8 dan Gambar 9
merupakan grafik 3D voltase yang dihasilkan dari
seluruh variasi panjang kumparan, jumlah massa
magnetik dan frekuensi putaran. Dari grafik terlihat
bahwa variasi yang dapat membangkitkan voltase
terbesar adalah variasi panjang kumparan (L) 10
mm dan frekuensi putaran (f) 350 rpm pada jumlah
massa magnetik 30 mm (30 Keping) yaitu 0,74
Volt. sedangkan voltase bangkitan terkecil
diperoleh pada variasi panjang kumparan (L) 2 mm
dan frekuensi putaran (f) 150 rpm pada jumlah
massa magnetik 20 mm (20 Keping) yaitu 0,32
Volt.
Gambar 6. Skema pengujian mekanisme VEH
Voltase (Volt)
Dalam garis besarnya, cara kerja mekanisme
Vibration Energy Harvesting (VEH) yang
dirancang adalah sebagai berikut :
Osilasi translatif didapat dari papan pendorong
yang terhubung dengan sebuah disk eksentrik yang
diputar oleh sebuah motor DC. Selongsong dengan
dililiti kumparan dan di dalamnya terdapat massa
magnetic yang menginduksi kumparan bergerak
bolak-balik secara harminik akibat dari pergerakan
translasi papan pendorong akibat amplitude yang
ditimbulkan oleh pputaran disk eksentrik. Gerak
translasi linear dari massa magnetic dengan
pantulan yang disebabkan oleh magnetic spring
Voltase Bangkitan VS Panjang Kumparan dan
Frekuensi Putaran Disk - Mn = 20 mm (20
keping)
0.60-0.80
0.40-0.60
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00
0.20-0.40
0.00-0.20
2
4
6
8
350 RPM
250 RPM
150 RPM
10
Panjang Kumparan (mm)
Gambar 7. Grafik komparasi voltase bangkitan
akibat dari variasi panjang kumparan dan frekuensi
0.40-0.60
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00
0.20-0.40
0.00-0.20
2
4
6
8
350 RPM
250 RPM
150 RPM
10
Panjang Kumparan (mm)
Gambar 8. Grafik komparasi voltase bangkitan
akibat dari variasi panjang kumparan dan frekuensi
putaran pada jumlah massa magnetik 25 mm (25
keping)
Voltase (Volt)
Voltase Bangkitan VS Panjang Kumparan dan
Frekuensi Putaran Disk - Mn = 30 mm (30
keping)
0.60-0.80
0.40-0.60
0.80
0.60
0.40
0.20
0.00
0.20-0.40
0.00-0.20
2
4
6
8
350 RPM
250 RPM
150 RPM
10
Panjang Kumparan (mm)
Gambar 9. Grafik komparasi voltase bangkitan
akibat dari variasi panjang kumparan dan frekuensi
putaran pada jumlah massa magnetik 30 mm (30
keping)
Pada trend grafik kali ini, nilai voltase
bangkitan semakin kecil seiring dengan
menurunnya nilai panjang kumparan (L).
Fenomena ini disebabkan karena pada titik
panjang kumparan (L) 10 mm, mekanisme
pemanen energi getaran sudah melewati batas
optimum voltase bangkitan pengaruh panjang
kumparan (L). Pada titik ini nilai kuat medan
magnet (B) yang semakin meningkat akibat
pengaruh panjang kumparan (L) yang semakin
mengecil tidak lagi berlaku, karena massa
magnetik sudah terlalu jauh melewati kumparan
sehingga pengaruh medan magnet pada kumparan
semakin berkurang.
Fenomena semakin meningkatnya nilai
voltase
bangkitan
(e)
akibat
pengaruh
bertambahnya jumlah massa magnetik (Mn)
disebabkan karena semakin bertambahnya jumlah
massa magnetik (Mn) nilai kuat medan magnet (B)
yang dihasilkan akan semakin meningkat. Jarak
antara massa magnetik dengan kumparan yang
semakin meningkat akan semakin dekat.
Akibatnya pengaruh kuat magnet terhadap
kumparan akan semakin besar. Hal inilah yang
menyebabkan jumlah massa magentik (Mn) yang
Gambar 10, Gambar 11 dan Gambar 12
merupakan grafik 3D voltase yang dihasilkan dari
seluruh variasi panjang kumparan, jumlah massa
magnetik dan frekuensi putaran. Dari grafik terlihat
bahwa variasi yang dapat membangkitkan daya
terbesar adalah variasi panjang kumparan (L) 10
mm dan frekuensi putaran (f) 350 rpm pada jumlah
massa magnetik 30 mm (30 Keping) yaitu 0,145
mWatt. sedangkan daya bangkitan terkecil
diperoleh pada variasi panjang kumparan (L) 2 mm
dan frekuensi putaran (f) 150 rpm pada jumlah
massa magnetik 20 mm (20 Keping) yaitu 0,038
mWatt.
Daya Bangkitan VS Panjang Kumparan dan
Frekuensi Putaran Disk - Mn = 20 mm (20
keping)
Daya (mWatt)
Voltase (Volt)
Voltase Bangkitan VS Panjang Kumparan dan
Frekuensi Putaran Disk - Mn = 25 mm (25
keping)
0.60-0.80
semakin bertambah akan menghasilkan voltase
bangkitan (e) semakin besar pula.
0.100-0.150
0.150
0.050-0.100
0.100
0.000-0.050
0.050
350 RPM
250 RPM
150 RPM
0.000
2
4
6
8
10
Panjang Kumparan (mm)
Gambar 10. Grafik komparasi daya bangkitan
akibat dari variasi panjang kumparan dan frekuensi
putaran pada jumlah massa magnetik 20 mm (20
keping)
Daya Bangkitan VS Panjang Kumparan dan
Frekuensi Putaran Disk - Mn = 25 mm (25
keping)
0.100-0.150
Daya (mWatt)
putaran pada jumlah massa magnetik 20 mm (20
keping)
0.150
0.050-0.100
0.100
0.000-0.050
0.050
350 RPM
250 RPM
150 RPM
0.000
2
4
6
8
10
Panjang Kumparan (mm)
Gambar 11. Grafik Komparasi Daya Bangkitan
akibat dari Variasi Panjang Kumparan dan
Frekuensi Putaran Pada Jumlah Massa Magnetik 25
mm (25 Keping)
Daya (mWatt)
Daya Bangkitan VS Panjang Kumparan dan
Frekuensi Putaran Disk - Mn = 30 mm (30
keping)
0.100-0.150
0.150
0.050-0.100
0.100
0.000-0.050
0.050
350 RPM
250 RPM
150 RPM
0.000
2
4
6
8
10
Panjang Kumparan (mm)
Gambar 12. Grafik Komparasi Bangkitan Daya
akibat dari Variasi Panjang Kumparan dan
Frekuensi Putaran Pada Jumlah Massa Magnetik 30
mm (30 Keping)
Fenomena meningkatnya daya (P) bangkitan
akibat bertambahnya panjang kumparan (L) ini
disebabkan karena dengan semakin bertambahnya
panjang kumparan (L), semakin banyak kuat
medan yang memotong kumparan. Dengan
semakin banyaknya perpotongan kuat medan
magnet yang memotong kumparan maka arus yang
mengalir pada kumparan juga semakin besar. Hal
inilah yang menyebabkan daya (P) bangkitan yang
dihasilkan akan semakin meningkat.
5. Konklusi
Pada penelitian yang telah dilakukan yaitu
analisa pengaruh variasi panjang kumparan,
jumlah massa magnetic dan frekuensi putaran
terhadap volatase dan daya yang dihasilkan pada
mekanisme Vibration Energy Harvesting (VEH)
didapatkan kesimpulan bahwa semakin besar
panjang kumparan (L), jumlah massa magnetik
(Mn) dan frekuensi putaran (f) maka semakin besar
voltase dan daya yang dapat dibangkitkan dari
mekanisme Vibration Energy Harvesting (VEH).
Daftar Pustaka
[1] D. Dimargonas, Andrew. 2002. Vibration for
Engineers. New jersey : Prentice Hall PTR.
[2] Halliday, David, Robert Resnick. 1978.
Physics Parts 1 and 2. New York : John
Wiley & Sons.
[3] Hendrowati, Wiwiek, Bambang Daryanto W.,
Harus Laksana G. Pengaruh Variasi
Panjang Kumparan Terhadap Voltase
yang Dihasilkan Mekanisme Vibration
Energy Harvesting 978-602-97742-0-7.
[4] Kinbrell, JackT. 1991. Kinematics Analysis
and Synthesis. New York : McGraw-Hill Inc.
[5] Reitz R. Jhon. 1979. Foundations of
Electromagnetic Theory 3rd edition.
Washington D.C, Inc : Adison-Wesley.
[6] Saha, C.R., T. O’Donnell, N. Wang, and P.
McCloskey. “Electromagnetic Generator for
Harvesting Energy from Human Motion”.
Sensors and Actuators A 147, 248-253,
2008.
[7] S. Rao, Singiresu. 2004. Mechanical
Vibration. Singapore : Prentice Hall PTR.
[8] Vierck Robert K. 1995. Analisis Getaran.
Bandung : Refika Aditama, Eresco.
Download