PERILAKU HARGA JAGUNG DI KABUPATEN GROBOGAN Anggita

advertisement
PERILAKU HARGA JAGUNG DI KABUPATEN GROBOGAN
Anggita Pratiwi Mandiri, Endang Siti Rahayu, Bekti Wahyu Utami
Fakultas Pertanian Program Studi Agribisnis, Universitas Sebelas Maret Surakarta
Jl .Ir . Sutami Kentingan 36 A Surakarta 57126 Tel . / Fax ( 0271 ) 637 457
Email : [email protected] . Tel . 085728709580
Abstract : This study aimed to determine the effect of the seasonal
nature of corn production on corn prices in Grobogan , knowing the
dynamics of long-term equilibrium price of corn in Grobogan , and find
out the price behavior and variability in the corn market Grobogan . The
basic method used is descriptive analytical method . Location deliberate
study determined that the consideration that Grobogan Grobogan is the
largest corn production center in central Java . The data used are
secondary data obtained from the recording . The analytical method
used is the analysis tables , and multiple linear regression . The results
showed that there was a tendency formation is influenced by the price of
corn production . Price fluctuations that occurred leading up to the point
of equilibrium and dynamic market in a state of stable long-term . The
degree of market integration and consumer market producers in the
short term is quite high with relatively low marketing margins so that it
can be said that the existing marketing system in Grobogan shows
imperfect competition market structure leads to oligopsonistic .
Keywords : Price , Price Behavior , Corn
Abstrak :Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sifat
musiman produksi jagung terhadap harga jagung di Kabupaten
Grobogan, mengetahui dinamika ekuilibrium harga jagung jangka
panjang di Kabupaten Grobogan, dan mengetahui perilaku harga dan
keragaan pasar komoditas jagung di Kabupaten Grobogan. Metode
dasar yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Lokasi
penelitian ditentukan secara sengaja yaitu Kabupaten Grobogan dengan
pertimbangan bahwa Kabupaten Grobogan merupakan sentra produksi
jagung terbesar di Jawa tengah. Data yang digunakan adalah data
sekunder yang diperoleh dari pencatatan. Metode analisis yang
digunakan adalah analisis tabel, dan regresi linier berganda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terjadi kecenderungan pembentukan
harga jagung dipengaruhi oleh produksi. Fluktuasi harga yang terjadi
mengarah ke titik keseimbangan dan pasar dalam keadaan dinamis
stabil jangka panjang. Derajat integrasi pasar produsen dan pasar
konsumen dalam jangka pendek cukup tinggi dengan margin pemasaran
yang relatif rendah sehingga dapat dikatakan bahwa sistem pemasaran
yang ada di Kabupaten Grobogan menunjukkan struktur pasar
persaingan tidak sempurna mengarah ke oligopsoni.
Kata Kunci :Harga, Perilaku Harga, Jagung.
PENDAHULUAN
Sektor pertanian adalah salah satu sektor
penting bagi sebagian besar penduduk
Indonesia, sehingga sektor pertanian
diharapkan menjadi basis pertumbuhan
ekonomi di masa yang akan datang.Salah
satu komoditi andalan di sektor pertanian
adalah jagung, karena jagung merupakan
salah satu bahan pokok makanan di
Indonesia yang memiliki kedudukan
cukup penting setelah beras (Cristoporus
dan Sulaeman, 2009). Kebutuhan jagung
di Indonesia saat ini cukup besar, yaitu
lebih dari 10 juta ton pipilan kering per
tahun. Adapun konsumsi jagung terbesar
untuk pangan dan industri pakan ternak.
Hal ini dikarenakan sebanyak 51% bahan
baku pakan ternak adalah jagung
(Budiman, 2011).
Daerah yang mempunyai produksi
jagung tinggi di Propinsi Jawa Tengah
meliputi wilayah Kabupaten Grobogan,
Wonogiri, Blora, Temanggung dan
Wonosobo.
Kabupaten
Grobogan
merupakan sentra produksi jagung
terbesar dengan produktivitas 55,94ku/ha.
Produk pertanian yang bersifat diproduksi
musiman karena dipengaruhi oleh iklim.
Pada saat panen raya jumlah produksi
akan banyak dan saat musim paceklik
jumlah produksi sedikit dan bahkan
mutunya kurang baik. Hal tersebut akan
menyebabkan harga produk pertanian
yang dipasarkan menjadi naik turun
(berfluktuasi) (Soekartawi, 2002).
Harga jagung di Kabupaten
Grobogan mengalami perubahan setiap
bulannya. Perubahan harga jagung di
Kabupaten
Grobogan
akan
mempengaruhi petani dalam berusahatani
jagung.
Menurut
Mosher
(1991)
perangsang yang paling efektif untuk
mendorong dan meningkatkan produksi
suatu komoditas adalah faktor harga yang
bersangkutan. Meskipun harga jagung
tidak mengalami fluktuasi yang begitu
besar, namun minat petani jagung untuk
berusahatani jagung tidak pernah surut
karena jagung semakin dibutuhkan oleh
konsumen baik sebagai bahan pakan
ternak maupun bahan pangan. Tingkat
harga yang tinggi dapat mempengaruhi
petani untuk berusahatani jagung.
Sebaliknya tingkat harga yang rendah
membuat petani enggan berusahatani
jagung.
Hal
ini
tentunya
akan
mempengaruhi ketidakpastian jumlah
penawaran jagung. Berdasarkan latar
belakang di atas maka peneliti ingin
melakukan penelitian tentang analisis
Perilaku Harga Jagung di Kabupaten
Grobogan.Berdasarkan rumusan masalah
di tersebut, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh sifat musiman
produksi jagung terhadap harga jagung di
Kabupaten
Grobogan,
mengetahui
dinamika ekuilibrium harga jagung
jangka panjang di Kabupaten Grobogan,
mengetahui perilaku harga dan keragaan
pasar komoditas jagung di Kabupaten
Grobogan.
METODE PENELITIAN
Metode dasar penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif analitik.Metode deskriptif
analitik merupakan metode penelitian
yang memusatkan diri pada pemecahan
masalah-masalah yang ada pada masa
sekarang yang aktual.Kemudian data-data
yang dikumpulkan mula-mula disusun,
dijelaskan
kemudian
dianalisis
(Surakhmad, 1994).
Metode Pengambilan Lokasi Penelitian
Metode penentuan tempat penelitian
dilakukan secara sengaja, yaitu cara
pengambilan tempat atau lokasi penelitian
dengan mempertimbangkan alasan yang
diketahui dari tempat penelitian tersebut
(Singarimbun dan Effendi, 1995). Lokasi
penelitian diambil secara sengaja, yaitu di
Kabupaten
Grobogan.
Kabupaten
Grobogan dipilih karena memiliki luas
panen jagung terluas dan produksi
terbesar di Provinsi Jawa Tengah.Luas
panen jagung di Kabupaten Grobogan
sebesar 100.332 Ha dan produksi jagung
sebesar 559.835 ton.
Jenis Data dan Teknik Pengumpulan
Data
Jenis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data sekundertime
series yang berupa catatan harga jagung
di tingkat produsen bulanan tahun 20102012, harga jagung di tingkat konsumen
bulanan tahun 2010-2012dan produksi
jagung bulanan tahun 2010-2012 yang
diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten
Grobogan. Selain itu data berupa indeks
harga konsumen bulanan tahun 20102012, inflasi bulanan tahun 2010-2012
dan keadaan umum daerah penelitian
diperoleh
dari
BPS
Kabupaten
Grobogan.Teknik pengumpulan data yang
digunakan dengan cara pencatatan.
Metode Analisis Data
Untuk mengetahui analisis musiman
menggunakan pendekatan tabel.Melalui
analisis tabel, dari data harga bulanan dan
produksi bulanan selama 36 bulan dapat
melihat probabilitas dari terjadinya
produksi dan harga diatas rata-rata dan di
bawah rata-rata, produksi dan harga
tinggi, produksi dan harga rendah dari
fluktuasi harga caturwulanan selama
tahun 2010-2012.
Untuk menghitung analisis harga
dinamika jangka panjang dikembangkan
dari model Cobweb dengan asumsi
produsen merencanakan produksinya atas
dasar waktu yang lalu (t-1), dan harga
pada waktu sebelumnya (t-1). Oleh
karena itu model ekuilibrium harga
jangka panjang disusun sebagai berikut :
PFt = a0 + a1 PF(t-1) + a2 D…………….(1)
PFt adalah harga jagung di tingkat
produsen di Kabupaten Grobogan
padaperiode t (Rp/Kg);PF(t-1)adalah harga
jagung di tingkat produsen di Kabupaten
Grobogan
padaperiode
(t-1)
(Rp/Kg);a0adalah intersept;a1, a2 adalah
koefisien regresi;D adalah variabel
dummy dari faktor musiman (Raya dan
Sedang/Kecil)
Analisa keragaan berhubungan dengan
perhitungan efisiensi penetapan harga,
meliputi
integrasi
pasar,
margin
pemasaran dan elastisitas transmisi
harga.Untuk menganalisis integrasi pasar
digunakan model yang diadopsi dari
Umali, yang mempergunakan pendekatan
yang dikembangkan oleh Ravallion
sebagai berikut :
PFt = a0 + a1PF(t-1) + a2∆P + a3 PR(t-1)
+ a4T…………………………(2)
PFt adalah harga jagung di tingkat
produsen di Kabupaten Groboganpada
periode t (Rp/Kg);PF(t-1)adalah harga
jagung di tingkat produsen di Kabupaten
Groboganpada periode (t-1) (Rp/Kg);∆P
adalah selisih hargajagung ditingkat
konsumen pada periode tdengan harga
jagung di tingkat konsumen di
KabupatenGrobogan pada periode (t-1)
(Rp/Kg); PR(t-1)adalah harga jagung di
tingkat
konsumen
di
Kabupaten
Groboganpada periode (t-1) (Rp/Kg);T
adaah
trend
waktu;a0
adalah
intersep;a1,a2,a3,a4adalah
koefisien
regresi
Untuk menggambarkan derajat
keterkaitan pasar produsen dan pasar
eceran jangka pendek, dihitung dengan
menggunakn Timmer’s Index of Market
Connection (IMC). IMC didefinisikan
sebagai rasio koefisien lagged pasar
produsen dan koefisien lagged pasar
eceran, yaitu :IMC =
. Jika nilai IMC
rendah atau mendekati nol maka semakin
pendek, artinya derajat integrasi pasar
atau tingkat keterpaduan pasar dalamjangka
pendek cukup tinggi.
Analisis marjin pemasaran untuk
mengetahui apakah pada struktur pemasaran
jagung yang ada marjinnya relatif rendah atau
tinggi. Dengan asumsi bahwa harga di tingkat
konsumen merupakan penjumlahan margin
pemasaran dan harga di tingkat produsen, maka
model yang dipergunakan adalah :
PRt = a0 + a1 PFt + a2 D……………….(3)
Elastisitas transmisi harga (ET) mengukur
perubahan harga di tingkat konsumen akibat
perubahan harga di tingkat produsen dengan
.
rumus ET=
. Jika PR dan PF mempunyai
.
hubungan linear maka
= a1 sehingga ET =
a1 . Jika sistem pemasaran persaingan
sempurna dimana a1 = 1, maka : ET =
………………………...(4)
a0adalah Intersept, a1,a2adalah koefisien
regresi, PF adalah harga jagung di tingkat
produsen pada periode t (Rp/Kg), PF(t-1) adalah
harga jagung di tingkat produsen pada (t-1)
(Rp/Kg), PR adalah harga jagung di tingkat
konsumen (Rp/Kg), PR(t-1) adalah harga jagung
di tingkat konsumen pada (t-1) (Rp/Kg), T
adalah trend waktu, D adalah variabel dummy
dari faktor musiman (Raya dan Sedang /Kecil).
Adapun uji terhadap asumsi klasik yang
dilakukan meliputi uji multikolinieritas, uji
autokorelasi, dan uji heteroskedastisitas.Selain
itu, perlu dilakukan pengujian model yang
meliputi, Uji Koefisien Determinasi (R2), Uji F
dan Uji t.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Musiman
Analisis produksi musiman dilakukan
dengan menggunakan pendekatan analisis
tabel.Perhitungan rata-rata produksi, produksi
besar derajat integrasi pasar dalam jangka
minimum jagung per caturwulan selama tahun
2010-2012 disajikan pada tabel 3.Analisis
produksi musiman dengan pendekatan tabel
menunjukkan probabilitas terjadinya produksi
di atas rata-rata yang disebut produksi tinggi,
produksi dibawah rata-rata yang disebut
produksi rendah, disajikan pada tabel 4.
Produksi jagung di Kabupaten Grobogan
pada periode 2010-2012 cenderung mengalami
penurunan. Pada tahun 2010 terjadi produksi
tinggi pada dua caturwulan, sedangkan pada
tahun 2011 dan 2012 hanya terjadi produksi
tinggi sebanyak satu kali pada setiap
caturwulan mengalami produksi tertinggi dan
produksi tinggi, sedangkan pada tahun 2011
pada caturwulan II dan II mengalami produksi
terendah dan pada caturwulan I mengalami
produksi rendah. Tahun 2012 pada caturwulan
II
dan
III
mengalami
produksi
rendah.Penurunan produksi jagung dikarenakan
tingkat harga yang rendah pada tahun 2010
sehingga membuat petani enggan berusahatani
jagung pada tahun berikutnya. Ketika produksi
jagung rendah menyebabkan penawaran akan
jagung rendah, sehingga terjadi kenaikan harga
pada kondisi terebut. Sesuai yang dikemukakan
oleh Mosher (1991) bahwa tingkat harga yang
tinggi dapat mempengaruhi petani untuk
berusahatani
jagung,
sehingga
terjadi
peningkatan produksi jagung pada tahun
2012.Selain itu penurunan produksi pada tahun
2011 diakibatkan karena serangan penyakit
bulai yang dialami oleh sebagian besar petani
jagung di kabupaten Grobogan.Analisis harga
musiman
dengan
pendekatan
tabel
menunjukkan probabilitas terjadinya harga di
atas rata-rata yang selanjutnya disebut harga
tinggi, harga di bawah rata-rata yang
selanjutnya disebut harga rendah, disajikan
pada tabel 6.
Jumlah
produksi
jagung
akan
mempengaruhi
jumlah
pasokan
yang
ditawarkan di pasaran. Kondisi penawaran
tersebut selanjutnya berinteraksi dengan
permintaan
sehingga
terbentuklah
keseimbangan harga di tingkat petani.
Berdasarkan rata-rata produksi dan harga,
urutan rata-rata produksi dari yang tertinggi
sampai terendah yaitu caturwulan II, III dan I,
sedangkan urutan rata-rata harga dari yang
tertinggi sampai yang terendah yaitu
caturwulan I, II dan III, walaupun pada tahun
2012 harga tinggi pada caturwulan III, akan
tetapi terjadi kecenderungan bahwa pada
caturwulan yang mempunyai produksi tingi
maka harganya rendah.
Urutan tersebut menunjukkan bahwa
terjadi kecenderungan produksi tinggi pada
caturwulan II yang menyebabkan harga rendah
pada caturwulan II, sedangkan produksi yang
lebih rendah pada caturwulan II dan I
menyebabkan harga pada caturwulan III dan I
lebih tinggi.Faktor selain produksi yang dapat
mempengaruhi pembentukan harga di tingkat
petani adalah kebutuhan jagung dan kualitas
jagung. Menurut Budiman (2011) kebutuhan
jagung saat ini cukup besar, adapun konsumsi
jagung terbesar untuk industri pakan ternak.
Kebutuhan jagung mengalami peningkatan
seiring dengan meningkatnya permintaan
jagung sebagai campuran pakan ternak, hal ini
dikarenakan jagung digunakan sebagai bahan
baku pakan ternak. Beberapa tahun terakhir
proporsi penggunaan jagung oleh industri
pakan telah mencapai 50% dari total kebutuhan
nasional. Sesuai dengan kondisi di Kabupaten
Grobogan, bahwa kebutuhan akan jagung di
Kabupaten Grobogan cukup tinggi, hal ini
ditandai dengan banyaknya pedagang besar
yang menjadi suplier pakan ternak dari
JapfaComfeed, dan perusahaan produsen pakan
ternak lainnya. Kualitas jagung mempengaruhi
pembentukan harga di tingkat petani karena
sesuai dengan kondisi lapang bahwa semakin
baik mutu atau kualitas jagung maka semakin
tinggi harga jagung tersebut. Kualitas atau mutu
yang baik dicirikan dengan kandungan kadar air
kurang dari hingga 17%, tidak ada jamur atau
cendawan,
bersih
dan
lainnya.
Tabel 3. Rata-rata Produksi, Produksi Maksimum dan Produksi Minimum Jagung per Caturwulan Tahun 2010-2012 (Kg)
Caturwulan
Caturwulan
I
Caturwulan
II
Caturwulan
III
Tahun
2010-2012
2010-2012
2010-2012
Produksi Rata-rata
426373.60
563731.89
504933.60
Produksi Maksimum
496587.85
633625.88
661749.01
Produksi Minimum
328745.37
499833
420374.62
Sumber : Analisis Data Sekunder (2010-2012)
Tabel 4.Analisis Produksi Tinggi, dan Produksi Rendah Tahun 2011-2012
Tahun
2010
2011
2012
Produksi Caturwulan I
PT
PR
PT
Produksi Caturwulan II
PT
PR
PR
Produksi Caturwulan III
PT
PR
PR
Sumber : Analisis Data Sekunder (2010-2012)
Keterangan : PT : Produksi Tinggi
PR : Produksi Rendah
Tabel 5. Rata-rata Harga, Harga Maksimum dan Harga Minimum Jagung per Caturwulan Tahun 2010-2012 (Rp/Kg)
Harga
Caturwulan
I
Caturwulan
II
Caturwulan III
Tahun
2010-2012
2010-2012
2010-2012
Harga Rata-rata
2.662,68
2.240,25
2.477,21
Harga Maksimum
2.699,31
2.327,56
2.721,22
Harga Minimum
2.609,89
2.131,18
2.274,94
Sumber : Analisis Data Sekunder (2010-2012)
Tabel 6. Harga Tinggi, dan Harga Rendah Tahun 2010-2012
Tahun
2010
2011
2012
Harga Caturwulan I
HT
HT
HR
Sumber : Analisis Data Sekunder (2010-2012)
Harga Caturwulan II
HR
HT
HT
Harga Caturwulan III
HR
HR
HT
Analisis
Dinamika
Ekuilibrium
Harga Jangka Panjang
Berdasarkan
hasil
analisis
data
diperoleh model persamaan analisis
harga jangka panjang adalah sebagaii
berikut :
PFt = 849,603 + 0,69PF(t-1)– 33,736D
Hasil estimasi analisis harga
jangka panjang di tingkat produsen
terlihat bahwa F nyata pada tingkat
kepercayaan
99%.
Hal
ini
menunjukkan bahwa variasi variabel
bebas berupa harga jagung di tingkat
produsen pada periode sebelumnya dan
variabel dummy berupa faktor musiman
secara bersama-sama berpengaruh nyata
terhadap variabel tak bebas berupa
harga jagung di tingkat produsen pada
periode sekarang.
Berdasarkan nilai R2 dapat
diketahui bahwa variasi variabel bebas
berupa harga jagung di tingkat produsen
pada periode sebelumnya dan variabel
dummy berupa faktor musiman mampu
menjelaskan variabel tak bebas berupa
harga jagung di tingkat produsen pada
periode sekarang sebesar 58,9%
sedangkan sisanya 41,1% dijelaskan
oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam model regresi,
misalnya kebutuhan, barang substitusi,
dan kualitas jagung.
Dari analisis uji t harga jangka
panjang dapat diketahui bahwa nilai
PF(t-1)berpengaruh nyata pada tingkat
kepercayaan 99% dengan koefisien
sebesar 0,690. Arah hubungan yang
positif menunjukkan semakin besar
harga jagung ditingkat produsen pada
periode sebelum akan membuat harga
jagung di tingkat produsen pada periode
sekarang cenderung meningkat. Ini
berarti apabila ada peningkatan harga
jagung di tingkat konsumen pada
periode sebelumnya sebesar 1% maka
terjadi peningkatan sebesar 0,69% pada
harga jagung di tingkat produsen pada
periode sekarang. Hal ini terjadi karena
petani menjadikan harga jagung
sebelumnya menjadi acuan untuk harga
jagung pada periode sekarang, sehingga
pada
tingkat
petani
akan
mempertimbangkan harga aktual pada
periode yang lalu.
Nilai variabel musiman sebesar 152,165 berpengaruh nyata pada tingkat
kepercayaan 95%. Arah hubungan yang
negatif menunjukkan semakin besar
produksi akan membuat harga jagung di
tingkat produsen pada periode sekarang
cenderung menurun. Ini berarti apabila
ada peningkatan produksi jagung
sebesar 1 Kg maka terjadi penurunan
sebesar Rp 152,165/Kg pada harga
jagung di tingkat produsen pada periode
sekarang. Hal ini dikarenakan semakin
banyak penawaran jagung maka akan
terjadi penurunan harga jagung.
Menurut Setyowati (2006) menyatakan
bahwa harga produk pertanian turun
ketika musim panen raya ditandai
dengan penawaran yang tinggi, dan
harga
meningkat
ketika
musim
paceklik.
Uji multikolinearitas untuk
mengetahui
ada
atau
tidaknya
mulitikolinearitas,
dapat
dideteksi
dengan melihat nilai dari matriks
Pearson Correlation (PC). Dari hasil
analisis didapatkan bahwa nilai PC
lebih kecil dari 0,8. Hal ini
mengindikasikan bahwa antara variabel
bebas tidak terjadi multikolinearitas,
atau tidak terjadi hubungan yang saling
mempengaruhi.
Hasil analisis uji autokorelasi
menunjukkan bahwa nilai Durbin
Watson yaitu 2,086. Kriteria pengujian
autokorelasi dengan kriteria 1,65< DW
< 2,35 maka tidak terjadi autokorelasi,
dimana 1,65 < 2,086 < 2,35. Model
tersebut mengindikasikan tidak terjadi
autokorelasi. Derajat keeratan hubungan
antara nilai pengamatan yang satu
dengan yang lainya secara series dapat
diketahui dari nilai statistik Durbin-
Watson (DW). Dari hasil perhitungan
DW diperoleh nilai 2,086, sehingga
dapat
disimpulkan
tidak
terjadi
autokorelasi atau tidak ada keeratan
hubungan antara nilai pengamatan yang
satu dengan yang lainnya secara series.
Untuk mengetahui ada tidaknya
heteroskedastisitas dengan dilakukan
dengan melihat pola gambar Scatterplot.
Apabila titik-titik menyebar, tidak
membentuk
pola
bergelombang
menyebar kemudian menyempit dan
melebar kembali, tidak berpola, atau
tidak mengumpul dibawah atau diatas
saja
maka
tidak
terjadi
heteroskedatisitas. Hasil analisis uji
heteroskedastisitas menunjukkan titiktitik menyebar, maka mengindikasikan
tidak terjadi heteroskedastisitas.
Dari pengujian asumsi klasik
dapat diketahui bahwa model yang
digunakan baik dan telah memenuhi
criteria Best Linear Unbiasedness
Estimator (BLUE).
Analisis
Perilaku
Harga
dan
Keragaan Pasar dari Integrasi Pasar
Berdasarkan hasil analisis data
diperoleh model persamaan integrasi
pasar jagung di Kabupaten Grobogan
adalah sebagai berikut :
PFt = 1171,560 + 0,649PF(t-1)–
0,375∆P – 0,132PR(t-1) + 1,733T
Berdasarkan hasil analisis uji F
dapat diketahui bahwa nilai F pada
tingkat kepercayaan 95%. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel bebas
harga jagung ditingkat produsen periode
sebelum, selisih harga jagung di tingkat
konsumen pada periode sekarang dan
sebelum, harga jagung di tingkat
konsumen periode sebelum dan trend
waktu
secara
bersama-sama
berpengaruh nyata terhadap harga
jagung di tingkat produsen. Berdasarkan
hasil uji R dapat diketahui Variasi
variabel bebas secara bersama-sama
mampu menjelaskan variabel terikat
sebesar 76,7% sedang sisaya 23,3%
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak
dimasukkan dalam model, misalnya
harga barang substitusi, dan kebijakan
pemerintah.
Dari analisis uji t integrasi pasar
dapat diketahui bahwa nilai PF(tnyata pada tingkat
1)berpengaruh
kepercayaan 99% dengan koefisien
sebesar 0,649. Arah hubungan yang
positif menunjukkan semakin besar
harga jagung ditingkat produsen pada
periode sebelum akan membuat harga
jagung di tingkat produsen pada periode
sekarang cenderung meningkat. Ini
berarti apabila ada peningkatan harga
jagung di tingkat konsumen pada
periode sebelumnya sebesar 1% maka
terjadi peningkatan sebesar 0,649%
pada harga jagung di tingkat produsen
pada periode sekarang. Hal ini terjadi
karena petani menjadikan harga jagung
sebelumnya menjadi acuan untuk harga
jagung pada periode sekarang.
∆P berpengaruh nyata pada
tingkat kepercayaan 99% dengan
koefisien
sebesar
-0,375.
Arah
hubungan yang negatif menunjukkan
semakin besar selisih harga jagung di
tingkat konsumen pada periode
sekarang
dengan
sebelum
akan
membuat harga di tingkat produsen
pada periode sekarang cenderung
menurun. Ini berarti apabila ada
peningkatan harga jagung di tingkat
konsumen pada periode sebelumnya
sebesar 1% maka terjadi penurunan
sebesar 0,375% pada harga jagung di
tingkat produsen pada periode sekarang.
Sesuai dengan kondisi lapang di
Kabupaten
Grobogan
hal
ini
dikarenakan kurang mendukungnya
sarana dan prasarana yang terdapat di
Kabupaten Grobogan, akses jalan yang
kurang baik pada beberapa daerah dan
terbatasnya angkutan yang tidak
terdapat pada semua daerah, sehingga
menyebabkan lambatnya komunikasi
antar kedua pasar tersebut
PR(t-1) berpengaruh nyata pada
tingkat kepercayaan 95% dengan
koefisien
sebesar
-0,132.
Arah
hubungan yang negatif menunjukkan
semakin besar harga jagung di tingkat
konsumen pada periode lalu akan
membuat harga di tingkat produsen
pada periode sekarang cenderung
menurun. Ini berarti apabila ada
peningkatan harga jagung di tingkat
konsumen pada periode sebelumnya
sebesar 1% maka terjadi penurunan
sebesar 0,132% pada harga jagung di
tingkat produsen pada periode sekarang.
Hal ini membuktikan bahwa ada
komunikasi yang kurang baik antara
produsen
dan
konsumen
yang
disebabkan fasilitas yang kurang
memadai yaitu sarana dan prasarana
perhubungan di Kabupaten Grobogan.
Kondisi jalan yang kurang mendukung
serta angkutan yang tidak selalu tersedia
dan terbatas sehingga kurang lancar
komunikasi antara pasar produsen dan
konsumen. Produsen kesulitan untuk
menjual langsung ke pasar konsumen
sehingga produsen menjual jagung ke
pedangang perantara.
Uji
multikolinearitas
menunjukan ada atau tidaknya masalah
yang timbul berkaitan dengan adanya
hubungan linear di antara variabelvariabel bebas. Ada atau tidaknya
mulitikolinearitas
dapat
dideteksi
dengan melihat nilai dari matriks
Pearson Correlation (PC). Dari hasil
analisis didapatkan bahwa nilai PC
lebih kecil dari 0,8. Hal ini
mengindikasikan bahwa antara variabel
bebas tidak terjadi multikolinearitas,
atau tidak terjadi hubungan yang saling
mempengaruhi.
Berdasarkan
hasil
uji
autokorelasi dapat diketahui bahwa
derajat keeratan hubungan antara nilai
pengamatan yang satu dengan yang
lainya secara series dapat diketahui dari
nilai statistik Durbin-Watson (DW).
Dari hasil perhitungan DW diperoleh
nilai 1,938, sehingga dapat disimpulkan
tidak terjadi autokorelasi atau tidak ada
keeratan
hubungan
antara
nilai
pengamatan yang satu dengan yang
lainnya secara series.Untuk mengetahui
ada tidaknya heteroskedastisitas dengan
dilakukan dengan melihat pola gambar
Scatterplot. Hasil analisis menunjukkan
titik-titik
menyebar,
maka
mengindikasikan
tidak
terjadi
heteroskedastisitas.Dari
pengujian
asumsi klasikdapat diketahui bahwa
model yang digunakan baik dan telah
memenuhi
criteria
Best
Linear
Unbiasedness Estimator (BLUE).
Berdasarkan
hasil
analisis
perilaku harga dan keragaan pasar
melalui
analisis
integrasi
pasar
diketahui bahwa perubahan harga di
tingkat konsumen tidak sepenuhnya
ditransmisikan ke pasar produsen. Hal
ini ditunjukkan dengan nilai a2 sebesar
0,375. Hal ini mengindikasikan bahwa
derajat keterpaduan pasar dalam jangka
panjang dalam keadaan rendah, dimana
perubahan harga di tingkat konsumen
tidak sepenuhnya ditransmisikan ke
pasar produsen namun masih dalam
persentase yang cukup tinggi. Adanya
teknologi yang semakin canggih akan
memudahkan
untuk
mendapatkan
informasi tentang harga antara pasar
yang satu dengan pasar yang lain.
Hasil analisis keterpaduan pasar
diperoleh
nilai
IMC/Derajat
keterpaduan pasar dalam jangka pendek
sebesar 0,22, dimana nilai tersebut
mendekati nol. Secara umum semakin
kecil nilai IMC atau semakin mendekati
nol maka semakin tinggi derajat
integrasi pasar dalam jangka pendek.
Nilai tersebut mengindikasikan bahwa
derajat integrasi pasar atau tingkat
keterpaduan pasar dalam jangka pendek
cukup tinggi. Hal tersebut dikarenakan
sebagian
petani
sudah
dapat
menggunakan teknologi seiring dengan
perkembangan
waktu
sehingga
memperlancar arus komunikasi antara
produsen dan konsumen.
Analisis
Perilaku
Harga
dan
Keragaan
Pasar
dari
Margin
Pemasaran
Berdasarkan hasil analisis data
diperoleh model persamaan analisis
margin pemasaran adalah sebagai
berikut :
PRt = 6997,241 + 1,207 PFt– 33,736D
Hasil analisis uji F signifikan
pada tingkat kepercayaan 99%. Hal ini
menunjukkan variasi variabel bebas
berupa harga jagung di tingkat produsen
pada periode sebelum dan variabel
dummy berupa faktor musiman secara
bersama-sama
brpengaruh
nyata
terhadap variabel terikat yaitu harga
jagung di tingkat konsumen pada
periode sekarang. Dari hasil uji R2dapat
diketahui bahwa variasi variabel bebas
mampu menjelaskan variabel terikat
sebesar 58,2% sedangkan sisanya
41,8% dipengaruhi oleh variabel lain
yang tidak dimasukkan dalam model
misalnya biaya pengangkutan, suplai
dari daerah lain, dan kebijakan
pemerintah.
Hasil analisis uji t dapat
diketahui variabel harga jagung di
tingkat petani pada periode sekarang
berpengaruh nyata pada tingkat
kepercayaan 99% dengan koefisien
1,207. Arah hubungan yang positif
menunjukkan semakin tinggi harga
jagung di tingkat produsen pada periode
sekarang akan membuat harga jagung di
tingkat konsumen pada periode
sekarang meningkat. Ini berarti apabila
ada peningkatan harga jagung di tingkat
produsen pada periode sekarang di
Kabupaten Grobogan sebesar 1% maka
terjadi peningkatan harga jagung di
tingkat konsumen pada periode
sekarang sebesar 1,207%. Hal ini terjadi
karena kegiatan pemasaran jagung
antara produsen dan konsumen terdapat
saluran pemasaran, pada setiap saluran
pemasaran memerlukan biaya dan
mencari keuntungan, sehingga apabila
terjadi kenaikan harga di tingkat
produsen maka terjadi kenaikan harga
pada tingkat konsumen. Keadaan ini
sesuai dengan teori yang dikemukakan
oleh Suherty (2009) bahwa pada
lembaga pemasaran terdapat aktivitasaktivitas yang telah dilaksanakan serta
keuntungan yang diharapkan oleh
lembaga pemasaran yang terlibat dalam
kegiatan pemasaran. Pada penelitian
terdahulu
yang
dilakukan
oleh
Handayani (2004) menunjukkan hasil
yang sama yaitu ketika terjadi kenaikan
harga di tingkat produsen pada periode
sekarang menyebabkan kenaikan harga
di tingkat konsumen pada periode
sekarang.
Kenyataan
di
lapang
menunjukkan bahwa sebagian petani
menjual jagung tidak langsung ke
konsumen akhir namun melalui
lembaga pemasaran seperti pedagang
tingkat desa, kecamatan, kabupaten,
maupun pedagang besar, maka terjadi
kenaikan harga di tingkat konsumen.
Ada
atau
tidaknya
mulitikolinearitas
dapat
dideteksi
dengan melihat nilai dari matriks
Pearson Correlation (PC). Dari hasil
analisis didapatkan bahwa nilai PC
lebih kecil dari 0,8. Hal ini
mengindikasikan bahwa antara variabel
bebas tidak terjadi multikolinearitas,
atau tidak terjadi hubungan yang saling
mempengaruhi.
Hasil analisis uji autokorelasi
dapat diketahui derajat keeratan
hubungan antara nilai pengamatan yang
satu dengan yang lainya secara series
dapat diketahui dari nilai statistik
Durbin-Watson (DW). Dari hasil
perhitungan DW diperoleh nilai 1,789,
sehingga dapat disimpulkan tidak
terjadi autokorelasi atau tidak ada
keeratan
hubungan
antara
nilai
pengamatan yang satu dengan yang
lainnya secara series.
Untuk mengetahui ada tidaknya
heteroskedastisitas dengan dilakukan
dengan melihat pola gambar Scatterplot.
Hasil analisis menunjukkan titik-titik
menyebar, maka mengindikasikan tidak
terjadi
heteroskedastisitas.Dari
pengujian asumsi klasik dapat diketahui
bahwa model yang digunakan baik dan
telah memenuhi criteria Best Linear
Unbiasedness Estimator (BLUE).
Margin pemasaran rata-rata pada
struktur
pemasaran
jagung
di
Kabupaten Grobogan adalah Rp
373,62/Kg, dimana nilai margin
tersebut termasuk rendah. Hal ini
diindikasikan oleh nilai koefisien
regresi variabel jagung di tingkat petani
periode sekarang (a1) yang mendekati
satu yaitu sebesar 1,207. Arti nilai
tersebut adalah bahwa perubahan harga
di tingkat konsumen yang sedikit lebih
besar daripada di tingkat produsen.
Margin yang rendah ini dikarenakan
produsen
jagung
di
Kabupaten
Grobogan di daerah perbukitan, menjual
ke pedagang pengumpul atau menjual
ke pasar lokal tanpa melalui saluran
pemasaran yang terlalu panjang.
Sedangkan produsen yang terdapat di
daerah yang terdapat sarana transportasi
atau angkutan yang memadai langsung
memasarkan ke konsumen sehingga
dapat menekan biaya pemasaran,
dimana biaya pemasaran tersebut
merupakan
salah
satu
unsur
pembentukan margin pemasaran.
Analisis
Perilaku
Harga
dan
Keragaan Pasar dari Elastisitas
Transmisi Harga.
Elastisitas transmisi harga untuk
mengukur perubahan harga di tingkat
konsumen akibat perubahan harga di
tingkat produsen dengan rumus
.
ET=
. Dari model diatas dapat
.
diperoleh
.
.
sebesar a1dan rasio rata-
rata harga di tingkatpetani dan harga di
.
,
tingkat eceran (Pf/Pr) sebesar . , =
0,868. Dengan demikian akan diperoleh
.
,
: ET = a1. = 1,207. . , = 1,048
Nilai elastisitas transmisi harga
jagung adalah 1,048, nilai tersebut tidak
sama besar dengan nilai a1dalam
analisis margin pemasaran yaitu 1,207,
akan tetapi nilai keduanya mendekati
satu. Dari hubungan kedua nilai tersebut
maka dapat diketahui bentuk struktur
pasar yang ada. nilai elastisitas
transmisi harganya tidak sama dengan
rasio rata-rata harga di tingkat petani
dan harga di tingkat konsumen tetapi
perbedaannya tidak terlalu besar. Dari
kondisi ini dapat diambil kesimpulan
bahwa struktur pemasaran yang ada
merupakan pasar persaingan tidak
sempurna mengarah pada oligopsoni.
Pada struktur pasar ini petani sebagai
produsen secara individu tidak dapat
mempengaruhi harga atau bersifat
penerima harga, sehingga penerima
petani produsen sangat ditentukan harga
yang berlaku di pasar secara umum.
Sesuai yang dikemukakan oleh
Rahayu (2013) bahwa struktur pasar
jagung di Kabupaten Grobogan adalah
oligopsoni karena petani tidak memiliki
posisi tawar. Selain itu ditinjau dari ada
tidaknya diferensiasi produk, pedagang
pengumpul dan pedagang besar sedikit
melakukan diferensiasi produk untuk
menurunkan kadar air yang sesuai
dengan permintaan pasar. Biasanya
petani menjual ke pedagang pengumpul
dan pedagang besar dengan kadar air
18-24%, maka pedagang pengumpul
dan pedagang besar harus menurunkan
kadar air tersebut kurang dari hingga
17%,
bahkan
apabila
pasar
menginginkan mutu terbaik dari jagung
pipilan, maka pedagang besar harus
menurunkan kadar air kurang dari 14%,
misalnya perusahaan pakan ternak
seperti Japfacomfeed dan lainnya.
Ditinjau dari segi penjual dan pembeli,
jumlah penjual di tingkat pasar desa
cukup banyak yaitu hamper seluruh
petani jagung menjual produk jagung.
Sedangkan pembeli adalah pedagang
pengumpul desa, pedagang kecamatan,
yang memiliki tingkat kekuasaan yang
sedang dalam mempengaruhi pasar.
Pedagang besar memiliki tingkat
kekuasaan
lebih
tinggi
untuk
mempengaruhi
pasar
dibanding
pedagang
pengumpul
desa
dan
kecamatan, fenomena ini sesuai dengan
fakta di lapangan, pedagang besar
mampu menentukan harga yang akan
diberikan kepada petani dan pedagang
sesuai dengan kualitas jagung yang
dijual, dan banyak jagung yang terbeli.
sama besar dengan rasio rata-rata harga
jagung ditingkat produsen dan tingkat
konsumen menunjukkan bahwa struktur
pasar yang terjadi adalah pasar
persaingan tidak sempurna mengarah
pada oligopsoni. Perlu adanya usaha
dalam rangka mengatasi harga yang
berfluktuasi.
Cara
yang
dapat
diusahakan
adalah
dengan
pembangunan gudang penyimpanan
jagung agar dapat mengatur pasokan
penawaran jagung. Serta pembangunan
unit-unit pengeringan jagung, sehingga
kualitas mutu jagung di tingkat
produsen semakin baik dan sesuai
dengan persyaratan mutu pasar, maka
akan meningkatkan harga jagung.
SIMPULAN
Budiman H, 2011. Sukses Bertanam
Jagung.
Pustaka
Baru
Press.Yogyakarta.
Sifat musiman produksi jagung
berpengaruh terhadap harga jagung di
Kabupaten Grobogan, ketika caturwulan
yang mempunyai produksi tinggi maka
harga cenderung turun, begitu juga
sebaliknya. Dinamika ekuilibrium harga
jagung jangka panjang di Kabupaten
Grobogan dalam keadaan dinamis stabil
jangka panjang. Perilaku harga dan
keragaan pasar dapat diketahui bahwa
integrasi pasar jangka panjang cukup
rendah yang berarti bahwa kurang
terdapat hubungan keterkaitan harga
yang stabil dalam jangka panjang,
sehingga menyebabkan perubahan
harga di tingkat konsumen tidak
sepenuhnya ditransmisikan ke pasar
produsen
namun
masih
dalam
persentasi yang cukup tinggi. Integrasi
pasar antara pasar produsen dan pasar
konsumen (integrasi pasar jangka
pendek) cukup tinggi yang berarti
bahwa perubahan harga satu pasar
dalam
satu
periode
segera
ditransmisikan atau disampaikan secara
baik kepada pasar lainnya. Margin
pemasaran relatif rendah dan nilai
estimasi transmisi harga yang tidak
DAFTAR PUSTAKA
Cristoporus dan Sulaeman, 2009.
Analisis Produksi dan Pemasaran
Jagung di Desa Labuan Toposo
Kecamatan Tawaeli Kabupaten
Donggala. Jurnal Agroland Vol.
16, No. 2 : 141-147. Jurusan
Sosial
Ekonomi
Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas
Tadulako.
Handayani Sugiharti, 2004. Perilaku
Harga dalam Pemasaran Cabai
Merah di Daerah Istimewa
Yogyakarta. Jurnal SEPA Vol. 1
September 2004. Jurusan Sosek
Fakultas Pertanian. Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
Mosher, A. T. 1991. Menggunakan dan
Membangun Pertanian. Yayasan
IKAPI. Jakarta.
Rahayu Endang Siti, 2013. Analisis
Struktur Pasar (Market Structure)
Jagung di Kabupaten Grobogan.
Journal
of
Rural
and
Devolepment, Vol. IV, No. 1.
Lembaga
Penelitian
dan
Pengabdian pada Masyarakat,
Universitas Sebelas Maret
Setyowati,
2006.AnalisisPenawaranJagung
di
KabupatenWonogiri.Jurnal
SEPA Vol. 3, No. 1, 1
Sepetember
2006.JurusanSosekFakultasPertan
ian.
UniversitasSebelasMaret.
Surakarta.
Soekartawi,
2002.PrinsipEkonomiPertanianTe
oridanAplikasi.Raja
GrafindoPersada. Jakarta.
Surakhmad
W,
1994.
PengantarMetodologiIlmiah.
Tarsito. Bandung.
SingarimbunMasridanSofian Effendi,
1995.MetodePenelitianSurvei.
LP3ES. Jakarta
Download