ABSTRAK Krisis ekonomi yang terjadi sehingga banyak

advertisement
ABSTRAK
Krisis ekonomi yang terjadi sehingga banyak perusahaan di Indonesia harus
melakukan restrukturisasi. Perusahaan harus mengurangi karyawannya dengan alasan
efisiensi. Kondisi seperti ini diikuti meningkatnya pemutusan hubungan kerja sehingga setiap
karyawan yang tidak mempunyai kompetensi tinggi harus memikirkan alternatif pekerjaan
lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Oleh karena itu penulis meneliti kasus Tinjauan
atas kewenangan pengusaha untuk memberhentikan pekerja berdasarkan 1 (satu) surat
peringatan dengan rumusan masalah sebagai berikut: Apakah dengan memberikan 1 (satu)
kali surat peringatan dapat memberikan kewenangan bagi pengusaha untuk memberhentikan
pekerja, Apakah mekanisme pemberhentian kerja bagi pekerja yang melanggar peraturan
ketenagakerjaan dan Bagaimana pertimbangan hakim dalam memutuskan nomor perkara
194/PHI.G/2011/PN.JKT.PST yang dikaitkan dengan aspek pembinaan. Pada penulisan
skripsi ini digunakan metode penelitian hukum normatif. Berdasarkan pembahasan tersebut
Sdr. R. Prio Wibowo yang diberhentikan dengan 1 (satu) kali surat peringatan saja oleh PT.
Cipta Imajinasi Disain yang seharusnya diberikan sebanyak 3 (tiga) kali oleh PT. Cipta
Imajinasi Desain untuk melakukan Pemutusan Hubungan Kerja tidak sesuai berdasarkan
Undang-Undang Ketenagakerjaan. Berdasarkan Menurut pendapat penulis, berdasarkan
uraian bab III (tiga) tentang Prosedur Penyelesaian Perselisihan Pemutusan Hubungan Kerja
antara Sdr. R. Prio Wibowo dengan PT. Cipta Imajinasi Desain merujuk pada teori sesuai
berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2004 Tentang Perselisihan Hubungan Industrial.
Akan tetapi PT. Cipta Imajinasi Desain terhadap dasar Pemutusan Hubungan Kerja kepada
Sdr. R. Prio Wibowo tidak sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No 13 Tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan dan menurut teori Faustinus Cardoso Gomes yaitu (teguran) sebagai
upaya pembinaan dikarenakan, PT. Cipta Imajinasi Desain hanya menerbitkan Surat
Peringatan 1 (satu) kali yaitu Surat Peringatan III (tiga), Dalam pertimbangan putusan hakim
Pengadilan
Negeri
Jakarta
Pusat
bahwa,
putusan
nomor
perkara
194/PHI.G/2011/PN.JKT.PST telah mempertimbangkan unsur-unsur yang terdapat pada
Majelis Hakim lalai dalam memeriksa bukti-bukti dan tidak melihat dalam surat edaran
Mahkamah Konstitusi yang menyatakan kewenangan pengusaha kepada pekerja untuk
melakukan Pemutusan Hubungan Kerja dengan alasan pekerja telah melakukan kesalahan
berat harus melihat due process of law melalui putusan pengadilan terlebih dahulu yang
sebagai kekuatan hukum yang mengikat. Berdasarkan pembahasan tersebut dapat disimpulkan
sebagai berikut Menurut penulis, dengan memberikan 1 (satu) kali surat peringatan untuk
memberhentikan pekerja yaitu tidak benar, dikarenakan Surat Peringatan harus diterbitkan
secara bertahap oleh pengusaha bagi pekerja yang melakukan kesalahan yang ketentuannya
telah diatur dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan, Menurut penulis PT. Cipta Imajinasi
Desain terhadap dasar Pemutusan Hubungan Kerja kepada Sdr. R. Prio Wibowo tidak sesuai
berdasarkan Undang-Undang No 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan dan teori
Faustinus Cardoso Gomes yaitu (teguran) sebagai upaya pembinaan dikarenakan, PT. Cipta
Imajinasi Desain hanya menerbitkan Surat Peringatan 1 (satu) kali yaitu Surat Peringatan III
(tiga), Dalam hal ini penulis berpendapat, Pengadilan Negeri Jakarta Pusat dalam putusannya
Majelis Hakim lalai dalam memeriksa bukti-bukti dan tidak melihat dalam surat edaran
Mahkamah Konstitusi. Oleh karena itu, Sebaiknya Sebaiknya pengusaha harus memberikan
upaya pembinaan kepada pekerja untuk meningkatkan kesadaran pekerja.
iv 
Download