identifikasi jenis pajak daerah dan

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Pengembangan Wilayah
Menurut
Sirojuzilam
(2005)
pengembangan
wilayah
pada
dasarnya
merupakan peningkatan nilai manfaat wilayah bagi masyarakat suatu wilayah
tertentu, mampu menampung lebih banyak penghuni, dengan tingkat kesejahteraan
masyarakat yang rata-rata membaik, disamping menunjukkan lebih banyak
sarana/prasarana, barang atau jasa yang tersedia dan kegiatan usaha-usaha masyarakat
yang meningkat, baik dalam arti jenis, intensitas, pelayanan maupun kualitasnya.
Menurut Budiharsono (2005) pengembangan wilayah setidak-tidaknya perlu
ditopang oleh 6 pilar/aspek, yaitu (1) aspek biogeofisik; (2) aspek ekonomi; (3) aspek
sosial budaya; (4) aspek kelembagaan; (5) aspek lokasi dan (6) aspek lingkungan.
Analisa pengembangan wilayah yang dilakukan dalam penelitian ini dilihat dari
aspek ekonominya. Di dalam aspek ekonomi ini terdapat PAD. Kemudian peneliti
akan melihat pengaruh PAD terhadap pertumbuhan ekonomi dikaitkan dengan
pengembangan wilayah Provinsi Sumatera Utara.
2.2.
Desentralisasi Fiskal
Menurut Devas, dkk (1998: 352–353) ada dua konsep dasar desentralisasi
yaitu desentralisasi politis dan desentralisasi manajemen, desentralisasi politis yaitu
transfer wewenang dan tanggung jawab kepada pemerintah daerah. Hal ini dilakukan
karena memandang bahwa pemerintah daerah lebih dekat kepada warga negara,
Universitas Sumatera Utara
sehingga mampu membuat keputusan yang mencerminkan kebutuhan dan prioritas,
sedangkan yang dimaksud desentralisasi manajemen yaitu praktek pendelegasian
wewenang dan tanggung jawab dari pusat-pusat biaya kepada manajer unit.
Saragih (1996: 37–38) mengatakan bahwa pembangunan daerah merupakan
bagian integral dan merupakan penjabaran pembangunan nasional. Dalam rangka
pencapaian sasaran pembangunan nasional dengan potensi, aspirasi dan permasalahan
pembangunan di berbagai daerah sesuai program pembangunan daerah yang
dicanangkan. Keseluruhan program pembangunan daerah tersebut dijabarkan di
dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sesuai dengan kemampuan
keuangan negara. Di samping itu kunci sukses dalam pencapaian sasaran
pembangunan daerah secara efektif dan efisien. Konsentrasi pemerintah dalam
meningkatkan pembangunan daerah adalah sejalan dengan semangat otonomi daerah
dan pelaksanaan desentralisasi.
Keterbatasan dana pusat bagi pembangunan daerah dan dalam rangka
penggalian potensi daerah memerlukan strategi pengelolaan dan pengembangan
sumber-sumber keuangan dalam meningkatkan PAD setiap daerah. Strategi
pengelolaan dan pengembangan sumber-sumber keuangan daerah bagi peningkatan
PAD adalah; pertama, strategi yang berkaitan dengan manajemen pajak/retribusi
daerah; kedua, strategi ekstensifikasi sumber penerimaan daerah; ketiga, strategi
dalam rangka peningkatan efisiensi institusi.
Universitas Sumatera Utara
2.3.
Pendapatan Asli Daerah
Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah Pasal
157, menyatakan bahwa sumber pendapatan daerah terdiri atas:
a. Pendapatan asli daerah yang selanjutnya disebut PAD, yaitu:
1) hasil pajak daerah;
2) hasil retribusi daerah;
3) hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan
4) lain-lain PAD yang sah;
b. Dana perimbangan; dan
c. Lain-lain pendapatan daerah yang sah.
Mardiasmo dan Makhfatih (2000: 8) menguraikan bahwa:
“Potensi penerimaan daerah adalah kekuatan yang ada di suatu daerah
untuk menghasilkan sejumlah penerimaan tertentu. Untuk melihat potensi
sumber penerimaan daerah dibutuhkan pengetahuan tentang perkembangan
beberapa variabel-variabel yang dapat dikendalikan dan yang tidak dapat
dikendalikan yang dapat mempengaruhi kekuatan sumber-sumber penerimaan
daerah”.
Widayat (1994: 32) menguraikan beberapa cara untuk meningkatkan PAD
melalui peningkatan penerimaan semua sumber PAD agar mendekati atau bahkan
sama dengan penerimaan potensialnya. Selanjutnya dikatakan bahwa secara umum
ada dua cara untuk mengupayakan peningkatan PAD sehingga maksimal yaitu
dengan cara intensifikasi dan ekstensifikasi. Lebih lanjut diuraikan bahwa salah satu
wujud nyata dari kegiatan intensifikasi ini untuk retribusi yaitu menghitung potensi
seakurat mungkin, maka target penerimaan bisa mendekati potensinya. Cara
ekstensifikasi dilakukan dengan mengadakan penggalian sumber-sumber objek
retribusi atau pajak ataupun dengan menjaring wajib pajak baru.
Universitas Sumatera Utara
2.4.
Pajak Daerah
Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, Pasal 1 Ketentuan Umum butir 10, menyatakan bahwa pajak daerah, yang
selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh
orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang,
dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan
daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Adapun jenis pajak menurut pasal 2 Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009
tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, antara lain:
a. Jenis pajak provinsi terdiri atas:
1) Pajak Kendaraan Bermotor;
2) Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor;
3) Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor;
4) Pajak Air Permukaan; dan
5) Pajak Rokok.
b. Jenis pajak kabupaten/kota terdiri atas:
1) Pajak Hotel;
2) Pajak Restoran;
3) Pajak Hiburan;
4) Pajak Reklame;
5) Pajak Penerangan Jalan;
6) Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan;
7) Pajak Parkir;
8) Pajak Air Tanah;
9) Pajak Sarang Burung Walet;
10)Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; dan
11)Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.
Para ahli perpajakan memberikan pengertian atau definisi berbeda-beda
mengenai pajak, namun demikian mempunyai arti dan tujuan yang sama. Munawir
(1998: 5) mengutip pendapat Jayadiningrat memberi definisi pajak sebagai suatu
Universitas Sumatera Utara
kewajiban menyerahkan sebagian dari pada kekayaan kepada negara disebabkan
suatu keadaan, kejadian dan perbuatan yang memberikan kedudukan tertentu, tetapi
bukan sebagai hukuman menurut peraturan-peraturan yang ditetapkan pemerintah
serta dapat dipaksakan akan tetapi tidak ada jasa balik dari negara secara langsung
untuk memelihara kesejahteraan umum.
Mangkoesoebroto (1993: 181) menyatakan pajak adalah suatu pungutan hak
prerogatif
pemerintah,
pungutan
tersebut
didasarkan
pada
undang-undang,
pungutannya dapat dipaksakan kepada subjek pajak di mana tidak dapat balas jasa
secara langsung terhadap penggunanya.
Pajak di samping sebagai sumber penerimaan negara yang utama (budgetair)
juga mempunyai fungsi lain seperti alat untuk mengatur dan mengawasi kegiatankegiatan swasta dalam perekonomian (regulair). Pajak sebagai alat anggaran juga
dipergunakan sebagai alat mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan
pemerintah terutama kegiatan rutin (Suparmoko, 2000: 96). Oleh sebab itu kedua
fungsi pajak di atas harus dijalankan secara seimbang karena apabila pengaturannya
tidak dilaksanakan secara seimbang sangat berpengaruh terhadap kegiatan
perekonomian.
Pengenaaan pajak dapat menimbulkan eksternalitas yang dapat merugikan
kepentingan umum, sehingga perlu adanya pengaturan untuk menjamin kelangsungan
sumber daya dalam jangka panjang. Sehubungan dengan itu maka keputusan untuk
mengenakan pajak terhadap suatu objek hendaknya dilakukan secara hati-hati dan
bijaksana untuk menghindari terjadunya disinsentif bagi perekonomian.
Universitas Sumatera Utara
Penggalian sumber-sumber keuangan daerah yang berasal dari pajak daerah
ditentukan oleh 2 (dua) hal, yaitu: dasar pengenaan pajak dan tarif pajak. Model
Leviathan mengatakan bahwa pengenaan tarif pajak yang lebih tinggi secara teoritis
tidak selalu menghasilkan total penerimaan yang maksimal. Kondisi ini tergantung
pada respons wajib pajak, permintaan dan penawaran barang yang dikenakan tarif
pajak lebih tinggi untuk mencapai total penerimaan yang maksimal. Model Leviathan
ini memberikan pelajaran kepada kita bahwa peningkatan penerimaan pajak daerah
tidak harus dicapai dengan mengenakan tarif pajak yang terlalu tinggi, tetapi dengan
pengenaan tarif pajak yang lebih rendah dikombinasikan dengan struktur pajak yang
meminimalkan penghindaran pajak dan respon harga dan kuantitas barang terhadap
pengenaan pajak sedemikian rupa, maka akan dicapai Total Penerimaan Maksimum
(Sidik, 2002).
Tarif Pajak Daerah
Kurva laffer
t‘
Total penerimaan Daerah
T‘
Gambar 2.1. Model Leviathan
Universitas Sumatera Utara
2.5.
Retribusi Daerah
Menurut Munawir (1998) retribusi merupakan iuran kepada pemerintah yang
dapat dipaksakan dan jasa balik secara langsung dapat ditunjuk. Paksaan di sini
bersifat ekonomis karena siapa saja yang tidak merasakan jasa balik dari pemerintah
dia tidak akan dikenakan iuran itu.
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka dapat dilihat sifat-sifat retribusi
menurut Haritz (1995: 84) adalah sebagai berikut:
a. pelaksanaan bersifat ekonomis;
b. ada imbalan langsung kepada pembayar;
c. iurannya memenuhi persyaratan formal dan material tetapi tetap ada
alternatif untuk membayar;
d. retribusi merupakan pungutan yang umumnya budgetairnya tidak
menonjol;
e. dalam hal-hal tertentu retribusi daerah digunakan untuk suatu tujuan
tertentu, tetapi dalam banyak hal tidak lebih dari pengembalian biaya yang
telah dibukukan oleh pemerintah daerah untuk memenuhi permintaan
masyarakat.
Sebagaimana telah diungkapkan sebelumnya diketahui bahwa beberapa atau
sebagian besar pemerintah daerah belum mengoptimalkan penerimaan retribusi
karena masih mendapat dana dari pemerintah pusat. Upaya untuk meningkatkan PAD
perlu dikaji pengelolaannya untuk mengetahui berapa besar potensi yang riil atau
wajar, tingkat keefektifan dan efisiensi. Peningkatan retibusi yang memiliki potensi
yang baik akan meningkatkan pula PAD.
Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan
Retribusi Daerah Pasal 1 nomor 64 bahwa yang dimaksud dengan Retribusi
daerah adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian
Universitas Sumatera Utara
izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah
Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Oleh karena itu retribusi
merupakan pembayaran atas penggunaan barang atau jasa yang disediakan
untuk umum oleh Pemerintah, maka umumnya pemungutan retribusi
dilakukan di tempat pemakaian. Retribusi dapat juga ditagihkan kepada badan
atau orang pribadi atas dasar pembayaran dengan penggunaan terbatas
(dijatahkan) atau pembayaran dengan periode tertentu yang telah disepakati.
2.6.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
PDRB merupakan salah satu indikator ekonomi makro yang dapat
memberikan petunjuk sejauh mana perkembangan ekonomi dan strutur ekonomi
daerah. Produk Nasional Bruto (PNB) atau Produk Domestik Bruto (PDB) tersebut
dapat dianggap sebagai indikator peningkatan kesejahteraan masyarakat secara umum
(Sirojuzilam, 2005).
Menurut Rahardja dan Manurung (2002) yang dimaksud dengan PDRB
adalah nilai barang dan jasa akhir, yang diproduksi oleh sebuah perekonomian dalam
satu periode (kurun waktu) dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang berada
(berlokasi) dalam perekonomian tersebut. PDRB menurut harga berlaku artinya nilai
barang dan jasa dihitung berdasarkan harga pada tahun yang bersangkutan yang
berarti ternasuk kenaikan harga, sedangkan PDRB menurut harga konstan, nilai
barang dan jasa yang dihasilkan dihitung berdasarkan tahun dasar.
Universitas Sumatera Utara
Cara penghitungan PDRB atas dasar harga konstan telah menghilangkan
pengaruh harga atau inflasi, sehingga dapat menunjukkan nilai yang sebenarnya
(Widodo, 1990). Dengan mempedomani dan menghitung PDRB tersebut baik
berdasarkan harga berlaku maupun berdasarkan harga konstan, dapat dilihat
pertumbuhan ekonomi serta tingkat kemakmuran penduduk di suatu daerah, dimana
tinggi rendahnya tingkat kemakmuran di suatu daerah biasanya diukur dengan besar
kecilnya angka pendapatan perkapita yang diperoleh dari pembagian antara
pendapatan regional dengan jumlah penduduk pertengahan tahun.
2.7.
Penelitian Terdahulu
Reksohadiprodjo (1999) berpendapat bahwa penerimaan pajak merupakan
bagian terpenting dari penerimaan pemerintah di samping penerimaan dari minyak
bumi dan gas alam serta penerimaan negara bukan pajak. Apabila Indonesia ingin
mandiri maka penerimaan dari pajak haruslah ditingkatkan agar supaya dapat
dijadikan substitut pinjaman luar negeri.
Insukindro, dkk (1994) berpendapat bahwa pajak dan retribusi daerah sebagai
sumber utama PAD, dan pada umumnya retribusi daerah lebih dominan. Sumbangan
penerimaan asli daerah terhadap total penerimaan APBD rendah, karena upaya
merealisasikan peningkatan pendapatan asli daerah tidak didasarkan potensi PAD
tetapi ditargetkan berdasarkan realisasi sebelumnya.
Sembiring (2001) melakukan analisis potensi PAD bagi pengembangan
wilayah Kabupaten Karo. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh PAD
Universitas Sumatera Utara
terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Karo. Hasil penelitian tersebut
menyimpulkan PAD berpengaruh signifikan terhadap PDRB dan pendapatan
perkapita Kabupaten Karo.
Mahalli (2005) melakukan analisis kebijakan fiskal kota Medan di era
otonomi daerah. Tujuan penelitian untuk menganalisa dan merumuskan kebijakan
fiskal yang seharusnya ditempuh oleh Pemerintah Kota Medan. Metode analisis yang
digunakan regresi. Hasil penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pajak daerah
berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, sementara pengeluaran
pemerintah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Implikasi dari
penelitian yaitu implementasi desentralisasi memerlukan tuntutan perubahan yang
mendesak di berbagai sektor baik dari eksekutif, legislatif maupun yudikatif.
Penelitian ini dengan penelitian terdahulu terdapat beberapa kesamaan antara
lain permasalahan yang dibahas serta metodologinya. Adapun yang membedakan
dengan penelitian terdahulu, adalah mengenai lokasi penelitian serta data yang
digunakan yaitu Provinsi Sumatera Utara.
2.8.
Kerangka Pikir Penelitian
Untuk mempermudah pemahaman kita tentang konsep penelitian ini, maka
dapat disusun kerangka pikir peneliti seperti pada gambar berikut:
Universitas Sumatera Utara
POTENSI
PAJAK DAERAH
POTENSI
RETRIBUSI DAERAH
PENINGKATAN PAD
PENINGKATAN APBD
PENINGKATAN PDRB
PENGEMBANGAN WILAYAH
Gambar 2.2. Kerangka Pikir Penelitian
2.9.
Hipotesis
Sesuai dengan latar belakang masalah dan tujuan penelitian, maka hipotesis
terhadap penelitian ini adalah pajak daerah dan retribusi daerah memberikan
pengaruh positif terhadap pengembangan wilayah.
Universitas Sumatera Utara
Download