BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Belakangan ini, lingkunagn bisnis mengalami perubahan yang sangat cepat. Globalisasi, libealisasi perdagangan, dan kemajuan teknologi informasi menciptakan realitas baru persaingan yang kian ketat. Tekanan - tekanan persaingan ini telah memaksa banyak organisasi dihadapkan pada lingkungan yang serba tidak pasti. Kita tak dapat memperkirakan dengan mudah apa yang akan terjadi di hari esok, segalanya serba tak menentu, akan tetapi kondisi ini tidak bisa dihindari. Kata Peter Drucker, kita hidup di era yang diskuntinyu. Apa yang terjadi hari ini belum tentu merupakan rentetan atau sambungan peristiwa kemarin, dan mungkin tidak akan menjadi bagian dari hari esok. Kondisi ini dipacu oleh adanya perubahan lingkungan yang sangat cepat disertai kemajuan teknologi dan sistem informasi yang juga begitu cepat. Perubahan lingkungan, khususnya lingkungan bisnis dan organisasi saat ini tidak sekedar berjalan sangat cepat tetapi juga bersifat tidak pasti. Implikasinya muncul fenomena – fenomena baru seperti globalosasi, dunia tanpa batas atau hilangnya batas – batas antara negara, antara daerah bahkan antar individu. Dalam lingkunan bisnis yang semakin komleks dan selalu berubah seperti saat ini diperlukan kepemimpinan yang mampu mengantisipasi ke depan, yang lebih relevan dengan situasi komleks seperti sekarang ini, Kepemimpinan transofrmasinal merupakan salah satu konsep “terobosan” yang berhasil menghidupkan kembali Kepemimpinan yang hampir mati selama dekade terakhir ini. gairah studi. Menurut konsep ini, tugas seorang pemimpin adalah berupaya memotivasi bawahannya agar dapat berprestasi melampui harapannya dan perkiraan sebelumnya. Esensi kepemimpinan adalah memfasilitasi pengembangan individu untuk merealisasi potensi dirinya. Kepemimpinan transformasional (transformasional leadership) adalah kepemimpinan yang hubungan pemimpin – bawahan lebih dari sekedar pertukara dan selalu berusaha meningkatkan, memberi stimulasi intelektual dan memberi inspirasi kepada bawahan untuk lebih mementingkan kepentingan kelompok diatas kepentingan pribadi (Yulk, 1994:297). Kepemimpinan transformational ini merupakan kepemimpinan yang berupaya untuk memotivasi bawahannya agar dapat berprestasi melampoi harapannya dan perkiraan sebelumnya. Dengan kata lain kepemimpinan transformasional ini menambahkan motivasi dalam diri bawahannya agar dapat selalu bekerja dengan baik untuk mencapai kinerja yang maksimal. Motivasi merupakan hasil sejumlah proses yang bersifat instrinsik atau ekstrinsik bagi seorang individu yang menyebabkan timbulnya sikap entosiasisme dan persistensi dalam hal melaksanakan kegiatan – kegiatan tertentu (Winardi, 2002.2) dengan ada motivasi yang tertanam dalam diri bawahan akan menjadikan bawahan tersebut mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap pekerjaannya. Dimana tujuan mereka bekerja tidak lagi semata – mata karena igin mendapat uang, melainkan adanya dorongan yang kuat untuk mencapai kepuasan batin misalnya jabatan yang tinggi dengan berusaha mencapai kinerja yang maksimal. Kinerja ini nantinya akan menjadikan tolak ukur keberhasilan bawahan pada pekerjaan yang mereka guluti. Motivasi juga dapat muncul dari dalam individu itu sendiri atau disebut motivasi intrinsik dapat pula berasal dari luar atau motivasi ekstrinsik. Pencapaian kinerja sebagai suatu konsep menunjukkan adanya kaitan antara hasil kerja dengan satuan waktu yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk dan jasa tertentu dari seorang tenaga kerja. Pencapaian kinerja yang tinggi akan menguntungkan kedua pihak, yaitu pihak bawahan itu sendiri dan organisasi tempat mereka bekerja. Dengan tercapainya kinerja yang tinggi akan memberikan kepuasan bagi seorang bawahan sekaligus tercapainya tujuan organisasi. Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggungjawab yang diberikan kepadanya (Anwar, 2001:67). Penerapan kepemimpinan transformational pada PT. Pertiwi Agung menjadikan PT. Pertiwi Agung dapat bertahan ditengah persaingan yang semakin ketat. Banyaknya perusahaan yang sejenis tidak menjadikan PT. Pertiwi Agung terpuruk, namun menjadikan PT. Pertiwi Agung semakin berkembang pesat. Adapun keberhasilan ini tidak hanya tercapai dengan adanya kepemimpinan tranformasional yang diterapkan PT. Periwi Agung. melainkan juga adanya motivasi yang mendorong para karyawan PT. Pertiwi Agung ini untuk selalu bekerja dengan baik dalam pencapaian hasil kerja yang maksimal. Hal ini dibuktikan dengan semakin meningkatnya kinerja dari para karyawan tersebut setiap harinya. Kesadaran dari karyawan ini menjadikan tujuan dari PT. Pertiwi Agung dapat tercapai, dimana tujuan tersebut adalah memproduksi hasil sebanyak – banyaknya dengan sulalu memperhatikan mutu dan kualitas dari barang – barang produksi yang dihasilkan. Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang TRANSFORMAIONAL HUBUNGAN DAN KEPEMIMPINAN MOTIVASI TERHADAP PENINGKATAN KINERJA KARYAWAN PT. PERTIWI AGUNG BEKASI 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hubungan kepemimpinan transformasional dan motivasi terhadap kinerja karyawan. 1.3 Batasan Masalah Dalam penelitian ini, masalah dibatasi pada : 1. penelitian dilakukan pada karyawan PT. Pertiwi Agung 2. motivasi adalah hal yang menyebabkan, menyalurkan dan mendukung perilaku manusia supaya mau bekerja giat dan antusias mencapai hasil yang optimal. Motivasi semakin penting karena manajer membagikan pekerjaan pada bawahannya untuk dikerjakan dengan baik dan teritegrasi kepada tujuan yang diinginkan. Untuk mengetahui sejauh mana motivasi karyawan, digunakan teori motivasi 2 faktor yang dikemukakan oleh Herzberg, dengan meneliti 2 faktor utama motivasi, yaitu (Stoner, 1994:15-17). a. faktor ekstrinsik yaitu kondisi ini diperlukan untuk mempertahankan level kepuasan kerja karyawan. Kondisi ini harus selalu ada dalam perusahaan. Apabila kondisi ini tidak terdapat dalam sebuah perusahaan akan, mengakibatkan ketidak puasan terhadap karyawan. Kondisi ini meliputi gaji, keamanan kerja (fasilitas yang diberikan perusahaan untuk keamanan dan kenyamanan kerja karyawan), kebijakan perusahaan (aturan –aturan kerja) serta hubungan dengan atasan (kerjasama dengan atasan). b. Faktor intrinsik yaitu kondisi yang digunakan untuk membangun level kepuasan karyawan, yang dapat meningkatkan kinerja karyawan. Kondisi ini tidak selalu ada. Jika kondisi ini ada akan lebih meningkatkan motivasi, tetapi jika tidak ada, tidak akan mengakibatkan ketidak puasan karyawan. Kondisi ini meliputi prestasi (hasil kerja yang dicapai karyawan), pengakuan (penghargaan terhadap hasil kerja karyawan), tanggung jawab terhadap pekerjaan dan kemungkinan berkembang (kesempatan untuk menduduki tingkat yang lebih tinggi). 2. Gaya kepemimpinan yang diteliti adalah gaya kepamimpinan transformasional. Kepemimpinan transformasional adalah kepemimpinan yang hubungan pemimpin – bawahan lebih dari sekedar pertukaran dan selalu beruaha meningkatkan, memberi stimulasi intelaktual dan memberi inspirasi kepada bawahan untuk untuk lebih mementingkan kepentingan kelompok diatas kepentingan pribadi (Yukl, 1994:297). Dimensi gaya kepemimpinan yang diteliti adalah : a. Pengaruh idealis (Idealized influence / charisma) komitmen, Perilaku yang dan keyakinan menekankan untuk pentingnya mencapai nilai-nilai, tujuan, dengan mempertimbangkan akibat moral dan etika dari keputusannya. Pemimpin ini memberikan kemampuan untuk berinspirasi untuk mewujudkan standar moral dan etika yang tinggi. Merangsang komitmen anggota, memberi keyakinan kepada anggota tentang pencapaian tujuan organisasi dan untuk kerja. b. Motivasi Inspirasional (Inspirational motivatino) Pemimpin mengkomunikasikan harapan-harapan yang tinggi penggunaan simbol untuk memusatkan usaha, mengekspresikan tujuan penting melalui cara yang sederhana. Pemimpin berusaha memberikan arti dan makna dan kemampuan untuk mencapai ciptaan citra dari pernyataan organisasi dimasa depan. c. Rangsangan intelektual (Intellectual stimulation) Perilaku pemimpin yang mendorong bawahan untuk memikirkan cara kerja yang dilakukan dan mendorong bawahan untuk mencari cara kerja baru. Pemimpin mempromosikan intelejensia, rasionalitas dan penyelesaian masalah, masalah semangat untuk keluar dari pekerjaan rutin, serta merangsang jalan keluar yang inovatif. d. Konsiderasi individual (Individualized Consideration) Pemimpin memberi perhatian secara personal, menjamu tiap karyawan secara individual, melatih dan memberi nasehat atau saran. Pemimpin memperlakukan anggota secara pribadi yang utuh dan menghargai perhatian anggota terhadap organisasai. Oleh karena itu, anggota merasa diperhatikan dan diperlakukan secara khusus oleh atasannya, sehingga bersedia menampilkan untuk kerja yang maksimal 3. Kinerja karyawan Untuk mengukur kinerja, masalah yang paling pokok adalah menempatkan kriterianya. Menurut (Jessup, 1979) yang pertama dilakukan dalam hal ini adalah ukuran mengenai sukses, dan bagian – bagian mana yang dianggap penting sekali dalam suatu pekerjaan usaha untuk menentukan ukuran tentang sukses. Adapun indicator variable kinerja antara lain (Sugiyono, 2002, 235) a) Kualitas kerja Kualitas kerja adalah hasil yang diperoleh dari pekerjaan sendiri yang tidak dapat diukur dengan angka – angka, misalnya: ketaatan dalam prosedur, disiplin , dedikasi. b) Kuantitas kerja Kuantitas kerja adalah hasil yang diperoleh dari pekerjaan itu sendiri yang dapat diukur dengan angka – angka, misalnya: pencapaian target tanpa waktu, produktif. c) Etike kerja Etika kerja adalah panduan tingkah laku obyektif, jujur, dan semangat pengabdian yang menjadi pegangan setiap karyawan berdasarkan nilai – nilai akhlak mulia. d) Kreatifitas kerja Kreatifitas kerja adalah mengembangkan sesuatu yang baru yang tidak ada sebelumnya dalam suatu pekerjaan, misalnya: inovatif, terobosan baru, keterbukaan. e) Kemandirian Kemendirian adalah seseorang yang mampu bekerja sendiri. Adapun gambaran dari variable dan aspek yang akan diteliti adalah sebagai berikut Motivasi > Faktor ekstrinsik > faktor intrinsik Kinerja > kualitas kerja > kuantitas krja > etika kerja Kepemimpinan > kreatifitas kerja Transformasinal > kemandirian > intellectual stimulation > individualized consideration > inspirational motivation > idealised influence Gambar 3.1 Variabel Dan Aspek Yang Diteliti 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis bagaimana hubungan kepemimpinan transformasional terhadap motivasi kinerja karyawan pada PT. PERTIWI AGUNG. 1.5 Manfaat Penelitian Penelitian ini berguna untuk : 1. Bagi penulis : Sebagai sumbangan dan memperluas wawasan bagi kajian ilmu yang telah dipelajari diperkuliahan dalam ilmu manajemen sumber daya manusia sehingga dapat dijadikan sebagai suatu rujukan untuk mengembangkan penelitian sumber daya manusia yang akan datang. 2. Bagi perusahaan : Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumbangan pikiran bagi pimpinan perusahaan untuk dapat memotivasi dan meningkatkan kinerja karyawan, dengan demikian pemimpin dapat merencanakan dan menentukan prioritas di berbagai sektor. 3. Bagi pembaca : Dapat memberikan sumbangan penting dan memperluas kajian ilmu manajemen khususnya sumber daya manusia yang menyangkut peningkatan kinerja karyawan.