pembentukan portofolio optimal pada instrumen

advertisement
PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL PADA INSTRUMEN
REKSADANA SAHAM SYARIAH MENGGUNAKAN METODE
SINGLE INDEX MODEL
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Hafidz Nurizal
NIM : 1112081000127
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/ 2016 M
PEMBENTUKAN PORTOFOLIO OPTIMAL PADA INSTRUMEN
REKSADANA SAHAM SYARIAH MENGGUNAKAN METODE SINGLE
INDEX MODEL
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat Meraih Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
Oleh :
Hafidz Nurizal
NIM : 1112081000127
Di Bawah Bimbingan
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF
Hari ini Selasa, 6 Oktober 2015 telah dilakukan Ujian Komprehensif atas
mahasiswa :
1. Nama
: Hafidz Nurizal
2. NIM
: 1112081000127
3. Jurusan
: Manajemen/MIPS
4. Judul Skripsi
: Pembentukan Portofolio Optimal pada Instrumen
Reksadana Saham Syariah Menggunakan Metode
Single Index Model
Setelah mencermati dan memperhatikan penampilan dan kemampuan yang
bersangkutan selama proses Ujian Komprehensif, maka diputuskan bahwa
mahasiswa tersebut dinyatakan LULUS dan diberi kesempatan untuk
melaksanakan ke tahap Ujian Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
ii
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama
: Hafidz Nurizal
NIM
: 1112081000127
Fakultas
: Ekonomi dan Bisnis (FEB)
Jurusan
: Manajemen/MIPS
Dengan ini menyatakan bahwa dalam penulisan Skripsi ini, Saya :
1.
Tidak mengembangkan ide orang lain tanpa mampu mengembangkan
dan mempertanggungjawabkannya.
2. Tidak melakukan plagiat terhadap naskah karya orang lain.
3.
Tidak menggunakan karya orang lain tanpa menyebutkan sumber asli
atau tanpa izin pemilik karya.
4.
Tidak melakukan pemanipulasian dan pemalsuan data.
5.
Mengerjakan sendiri karya ini dan mampu bertanggung jawab atas
karya ini.
Jikalau dikemudian hari ada tuntutan pihak lain atas karya saya, dan telah
melakukan pembuktian yang telah dipertanggungjawabkan, ternyata memang
ditemukan bukti bahwa saya telah melanggar pernyataan diatas maka saya siap
dikenakan sanksi berdasarkan aturan yang berlaku di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Dengan demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya.
Jakarta, 20 Mei 2016
Yang menyatakan
Hafidz Nurizal
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama
: Hafidz Nurizal
2. Tempat, Tanggal Lahir
: Tangerang, 15 Desember 1993
3. Alamat
: Jl. Lembang I Rt. 001/06 No.40 Kelurahan
Sudimara Barat, Kecamatan Ciledug, Kota
Tangerang 15151, Provinsi Banten
4. Telepon
: 0812 9731 8948
5. Email
: [email protected]
II. PENDIDIKAN FORMAL
1. SDN Sudimara Barat 05
Tahun 1999-2005
2. SMP Muhammadiyah 2 Ciledug
Tahun 2005-2008
3. SMAN 13 Tangerang
Tahun 2008-2011
4. Program Profesional TI Perbankan Syariah,
Tahun 2011-2013
CCIT Fakultas Teknik Universitas Indonesia
5. Program Sarjana Strata 1 (S-1) Manajemen,
Tahun 2012-2016
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Jakarta.
III. PENDIDIKAN NON FORMAL
1. Pelatihan Pengaplikasian MYOB Accounting
Tahun 2011
2. Sekolah Pasar Modal Syariah Bursa Efek Indonesia
Tahun 2015
IV. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Rohis SMAN 13 Tangerang
Tahun 2008-2009
2. Divisi Humas Ikatan Remaja Musholah An-Nur
Tahun 2013-2014
3. Staff Departemen Olahraga BEM FEB
Tahun 2013-2014
4. Staff Departemen Ekonomi Kreatif DEMA FEB
Tahun 2015-2016
v
V. KEPANITIAAN
1. Koordinator Divisi Humas Muharram
2013 oleh Remaja Islam
Musholah An-Nur
2. Koordinator Divisi Humas Maulid Nabi 2013 oleh Remaja Islam
Musholah An-Nur
3. Koordinator Divisi Bendahara Isra Mi’raj 2014 oleh Remaja Islam
Musholah An-Nur
4. Anggota Acara OPAK 2014 (Orientasi Pengenalan Akademik dan
Kemahasiswaan) oleh BEM FEB UIN
5. Divisi Humas Panwaslu (Panitia Pengawas Pemilu) FEB Acara
Pemilihan Umum Raya UIN 2014
6. Mentor Acara OPAK 2015 (Orientasi Pengenalan Akademik dan
Kemahasiswaan) oleh DEMA FEB UIN
7. Koordinator Divisi Fun Race Acara Economy Expo 2015 oleh DEMA
FEB UIN
vi
ABSTRACT
This study purpose to analyze the formation of the optimal portfolio in
mutual funds shares of sharia by using the Single Index Model (SIM). The
variable in this study is the Composite Stock Price Index (CSPI) against the net
asset value (NAV). The sample in this study is a company listed on the Indonesia
Stock Exchange (BEI) is a stock mutual funds sharia period 2011-2015. Syariah
equity funds which have as many as seven syariah mutual fund shares. This
analysis tool to compare the value of Excess Return to Beta (ERB) with a value of
Cut Off Point (C *) in determining the optimal portfolio. ERB stock having a
value greater than or equal to the cut-off point is the share that will be included in
the candidate optimal portfolio, which certainly has the right proportions of each
month. The results showed that there are five sharia mutual fund shares that are
candidates for the optimal portfolio has ERB value greater than the value of the
cut-off point is Trim Syariah Saham ERBTrim > C* with value 0.627813 >
0.04394102, Batavia Dana Saham Syariah ERBBatavia > C* with value 1.418667
> 0.07579922, CIMB Principal Islamic Equity Growth Syariah ERBCIMB > C*
with value 35.56225 > 0.239235734, Cipta Syariah Equity ERBCipta > C* with
value 1.1334 > 0.024471134 and Manulife Syariah Sektoral Amanah ERBManulife >
C* with value 0.091404 > 0.025047421.
Keywords: Single Index Model, Optimal Portfolio, Syariah Mutual Fund Shares
vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pembentukan portofolio yang
optimal pada instrumen reksadana saham syariah dengan menggunakan Single
Index Model (SIM). Variabel pada penelitian ini adalah Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) terhadap Nilai Aktiva Bersih (NAB). Sampel dalam penelitian
ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu
reksadana saham syariah periode 2011-2015. Reksadana saham syariah yang
dipilih sebanyak tujuh reksadana saham syariah. Alat analisis ini membandingkan
nilai Excess Return to Beta (ERB) dengan nilai Cut Off Point (C*) dalam
menentukan portofolio optimal. Saham yang memiliki nilai ERB lebih besar atau
sama dengan nilai cut off point adalah saham yang akan masuk dalam kandidat
portofolio optimal, yang tentunya memiliki proporsi yang tepat pada setiap bulan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat lima reksadana saham syariah yang
menjadi kandidat portofolio optimal karena memiliki nilai ERB lebih besar
dibanding nilai cut off point-nya yaitu Trim Syariah Saham ERBTrim > C* yaitu
0.627813 > 0.04394102, Batavia Dana Saham Syariah ERBBatavia > C* yaitu
1.418667 > 0.07579922, CIMB Principal Islamic Equity Growth Syariah
ERBCIMB > C* yaitu 35.56225 > 0.239235734, Cipta Syariah Equity ERBCipta >
C* yaitu 1.1334 > 0.024471134 dan Manulife Syariah Sektoral Amanah > C*
yaitu 0.091404 > 0.025047421.
Kata Kunci : Single Index Model, Portofolio Optimal, Reksadana Saham Syariah
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang mengadakan dan Yang mengembalikan
makhluk-Nya, Yang Maha Membuat apa yang Dia kehendaki. Pemilik arsy yang
agung, Pemberi petunjuk kepada hamba-hamba pilihan-Nya menuju aturan
(manhaj)-Nya yang lurus dan “jalan” yang kokoh. Pemberi nikmat kepada mereka
setelah menyatakan syahadat tauhid dengan memelihara akidah mereka dari
kegelapan akibat keraguan dan kebimbangan. Syukur Alhamdulillah, segala puji
saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayahNya yang telah
dilimpahkan, sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan penyusunan
skripsi ini yang berjudul: “ Pembentukan Portofolio Optimal pada Instrumen
Reksadana Saham Syariah Menggunakan Metode Single Index Model “ Tak
lupa shalawat serta salam penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW yang membawa kita dari jaman jahiliyah ke jaman yang penuh
ilmu pengetahuan. Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat
menempuh ujian Sarjana Ekonomi pada Program Studi Manajemen, Konsentrasi
Manajemen Informasi Perbankan Syariah (MIPS), Fakultas Ekonomi dan Bisnis,
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa sejak awal penyusunan hingga terselesaikannya
skripsi ini banyak pihak yang telah membantu dan memberi dukungan baik moril
maupun materil. Untuk itu, tak lupa pada kesempatan ini, secara khusus, penulis
ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
ix
1. Ibunda Siti Wahyuni dan ayahanda Damsyik M Noor., S.IP tercinta yang
telah memberikan dukungan moral, material, spiritual, kasih sayang, cinta,
dan tidak pernah berhenti mendoakan serta mendidik penulis dengan penuh
kesabaran. Kalian adalah motivasi terkuat bagi penulis untuk bisa segera
menyelesaikan skripsi ini yang tidak terhingga. Semoga Allah Subhanahu
Wata’ala memberikan kesehatan dan kebahagiaan serta kemuliaan kepada
ibunda tercinta, dan semoga penulis dapat membahagiakan keduanya
meskipun tidak akan sebanding dengan apa yang telah mereka berikan,
Aamiin Ya Robbal ’Alamin.
2. Kakaku Hari Fauzi dan Hadi Maulana Serta Adikku tercinta Hani Rismawati
yang turut memberikan dukungan serta doa kepada penulis. Semoga Allah
Subhanahu Wata’ala memberikan kesehatan dan kebahagiaan serta kemuliaan
kepada kalian aamiin Ya Robbal ’Alamin.
3. Bapak Dr. Arief Mufraini, Lc., M.Si, sebagai Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4. Bapak Dr. Amilin, S.E.Ak, M.Si sebagai Wakil Dekan Bidang Akademik
Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Bapak Dr. Ade Sofyan Mulazid, M.H, sebagai Wakil Dekan Bidang
Administrasi Umum Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
6. Bapak Dr. Desmadi Saharuddin, Lc., M.A, sebagai Wakil Dekan Bidang
Kemahasiswaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
x
7. Bapak Dr. Herni Ali HT, S.E., MM, sebagai Dosen Pembimbing I yang telah
meluangkan waktunya di tengah kesibukan untuk membimbing dan
mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini serta motivasinya yang
begitu besar pada penulis.
8. Bapak Deni Pandu Nugraha, S.E, M.Sc, sebagai Dosen Pembimbing II yang
telah
meluangkan
waktu
dan
pikirannya
untuk
membimbing
dan
mengarahkan penulisan skripsi ini serta motivasinya yang begitu besar pada
penulis
9. Bapak Dr. Suhendra, S.Ag., MM sebagai Dosen Penasehat Akademik yang
telah mengarahkan dan memotivasi selama penulis menuntut ilmu di kampus
ini.
10. Ibu Dr. Muniaty Aisyah, M.M yang telah banyak membantu dan memberikan
jalan bagi kami di konsentrasi MIPS ini.
11. Ibu Titi Dewi Warnida, S.E., M.M, sebagai Ketua Jurusan Manajemen
12. Ibu Ella Patriana, M.M, sebagai Sekretaris Jurusan Manajemen
13. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, terima kasih atas curahan ilmu
yang Bapak dan Ibu berikan kepada penulis
14. Seluruh jajaran karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, atas kerja kerasnya
melayani mahasiswa dengan baik, membantu dalam mengurus kebutuhan
administrasi, keuangan dan lain-lainnya, khususnya Pak Alfred, Pak Ali, Pak
Ajib, Bu Halimah, Bu Ofa, Pak Rahmat, Pak Bonik, Pak Sofyan.
xi
15. Teman seperjuanganku selama di CCIT FTUI dan MIPS, terimakasih atas
dukungan dan motivasi kalian. Semoga Allah SWT selalu memudahkan
langkah kalian untuk menuju cita-cita dan tujuan.
16. Sahabat-sahabatku
yang
telah
kuanggap
sebagai
keluargaku
Masnurdiyansyah Gestama, Ahmad Rozali, Alfin Nurfaiz, Pramonosidi
Wijanarko, Subarkah Yudi Wijaya, Riyan Apriansyah, Rindo Khossario.
17. Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu,
tetapi mampu memberi semangat moril untuk tetap melanjutkan penulisan
skripsi ini sampai dengan selesai.
Penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini masih memiliki banyak
kekurangan. Dengan segenap kerendahan hati penulis mengharapkan saran,
arahan maupun kritikan yang konstruktif demi penyempurnaan hasil penelitian
ini. Akhirnya hanya kepada Allah semua ini penulis serahkan karena hanya
ridha-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga penulisan skripsi ini
dapat bermanfaat bagi semua pihak khususnya bagi penulis sendiri.
Jakarta, 20 Mei 2016
Hafidz Nurizal
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI .......................................................
i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .........................
ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ..........................................
iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ..................
iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ...................................................................
v
ABSTRACT ..................................................................................................
vii
ABSTRAK ...................................................................................................
viii
KATA PENGANTAR .................................................................................
ix
DAFTAR ISI ................................................................................................
xiii
DAFTAR TABEL .......................................................................................
xvii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................
xix
DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................
xx
BAB I
PENDAHULUAN ......................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................
1
B. Perumusan Masalah ..............................................................
14
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................
14
1. Tujuan Penelitian ...........................................................
14
2. Manfaat Penelitian .........................................................
14
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................
16
A. Landasan Teori ......................................................................
16
1. Investasi ..........................................................................
16
BAB II
xiii
2. Tingkat Keuntungan .......................................................
20
3. Tingkat Risiko ................................................................
21
4.
Portofolio .......................................................................
26
a. Pengertian Portofolio ..........................................
26
b. Prosedur Pembentukan Portofolio Optimal ........
27
c. Penentuan Portofolio Optimal .............................
30
5. Portofolio Efisien ............................................................
34
6. Seleksi Portofolio Optimal ..............................................
35
7. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) .........................
37
8. Pasar Modal .....................................................................
37
9. Instrumen Pasar Modal ...................................................
39
10. Reksadana Syariah ..........................................................
41
11. Pihak-pihak yang terlibat ................................................
42
12. Jenis-jenis Reksadana......................................................
45
13. Keuntungan Reksadana Syariah ......................................
51
14. Risiko Investasi Pada Reksadana Syariah .......................
54
15. Nilai Aktiva Bersih (NAB) .............................................
55
16. Kriteria Pemilihan Saham yang Memenuhi
BAB III
Prinsip-prinsip Syariah ....................................................
56
B. Penelitian Terdahulu .............................................................
58
C. Kerangka Pemikiran .............................................................
66
D. Hipotesis ...............................................................................
68
METODE PENELITIAN .........................................................
69
xiv
BAB IV
A. Ruang Lingkup Penelitian .....................................................
69
B. Metode Penentuan Sampel ....................................................
69
C. Metode Pengumpulan Data ...................................................
70
D. Metode Analisis Data ............................................................
71
E. Operasional Variabel Penelitian ............................................
79
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .......................
79
A. Hasil Penelitian ....................................................................
80
1. Mendeskripsikan Perkembangan NAB, IHSG dan SBI ....
80
2. Menghitung Realized Return, Expected Return, Standar
Deviasi dan Varian dari Masing-masing saham Individual,
IHSG dan SBI ...................................................................
84
3. Menghitung Alpha, Beta dan Variance Error Masingmasing saham....................................................................
85
4. Menghitung Nilai Excess Return to Beta (ERB) dan Nilai Ci
Masing-masing saham ......................................................
87
5. Menentukan Cut Off Point (C*) ........................................
88
6. Menentukan Saham Kandidat Portofolio ..........................
90
7. Menentukan Portofolio Optimal dan Proporsi Dana
Masing-masing Saham Pembentuk Portofolio .................
90
8. Menentukan Koefisien Korelasi dan Covariance Antar
Saham Pembentuk Portofolio Optimal .............................
91
9. Menghitung Tingkat Pengembalian dan Risiko
Portofolio ..........................................................................
xv
94
B. Pembahasan ...........................................................................
96
PENUTUP ..................................................................................
107
A. Kesimpulan ...........................................................................
107
B. Implikasi ................................................................................
108
C. Saran ......................................................................................
109
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................
111
DAFTAR LAMPIRAN ...............................................................................
112
BAB V
xvi
DAFTAR TABEL
No.
Keterangan
Halaman
1.1
Perkembangan Reksadana Syariah ......................................
7
1.2
Perkembangan Reksadana Saham Syariah ...........................
9
2.1
Penelitian Terdahulu ............................................................
62
3.1
Sampel Reksadana Saham Syariah ......................................
70
3.2
Operasional Variabel Penelitian ...........................................
79
4.1
Data IHSG ............................................................................
81
4.2
Data Return IHSG ................................................................
81
4.3
Data SBI ...............................................................................
82
4.4
E(Ri), STDev dan Varian Saham Individual .........................
85
4.5
Alpha, Beta dan Variance Error Saham Individual..............
86
4.6
Hasil Perhitungan ERB dan Peringkat ERB Rekadana
Saham Syariah .......................................................................
4.7
87
Perbandingan Nilai ERB dan C* pada Reksadana Saham
Syariah ...................................................................................
89
4.8
Perhitungan Skala Tertimbang (Zi) dan (Xi) ........................
90
4.9
Perhitungan Koefisien Korelasi dan Kovarians Reksadana
Saham Syariah .......................................................................
4.10
Koefisien Korelasi Antar Reksadana Saham Syariah
Pembentuk Portofolio ...........................................................
4.11
91
Kovarians Antar Reksadana Saham Syariah Pembentuk
xvii
92
Portofolio ..............................................................................
93
4.12
Perhitungan Return Portofolio Reksadana Saham Syariah ...
94
4.13
Perhitungan Risiko Portofolio Reksadana Saham Syariah ...
95
xviii
DAFTAR GAMBAR
No.
Keterangan
Halaman
2.1
Kerangka Pemikiran ..............................................................
67
4.1
Proporsi Dana Investasi.........................................................
104
xix
DAFTAR LAMPIRAN
No.
Keterangan
Halaman
1.
Data Reksadana Saham Syariah yang Menjadi Sampel ........
113
2.
Data Rerturn Reksadana Saham Syariah setelah diolah .......
113
3.
Data IHSG Sebelum di Olah .................................................
115
4.
Data SBI Sebelum di Olah ....................................................
115
5.
Data Return IHSG Setelah di Olah .......................................
116
6.
Data (Rf) SBI Setalah di Olah ...............................................
116
7.
Hasil Perhitungan Nilai Cut Off Point (C*) ..........................
117
8.
Hasil SPSS 21 Antara Return IHSG Terhadap Return NAB
117
xx
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada perkembangan era modern seperti saat ini kegiatan dan
pengelolaan dana sangat berkembang pesat, salah satunya yaitu dengan cara
berinvestasi pada pasar uang maupun pasar modal. Investasi merupakan
penanaman sejumlah dana dalam bentuk uang ataupun barang yang
diharapkan akan memberikan hasil yang lebih di kemudian hari. Investasi
dalam bentuk surat berharga (sekuritas) biasanya dapat dilakukan melalui
pasar uang atau pasar modal (Astuti dan Sugiharto, 2005 : 251). Investasi
yang ditanamkan ke pasar uang seperti deposito, SBI dan valuta asing,
sedangkan yang ditanamkan ke pasar modal seperti saham dan obligasi.
Berbagai bentuk instrumen investasi tersebut dapat memberikan banyak
peluang bagi investor untuk menginvestasikan modalnya. Bagi investor yang
suka dengan risiko dapat menanamkan modalnya di pasar modal berupa
saham, dengan imbalan pendapatan (return) yang tinggi.
Menurut Eduardus Tandelilin (2010 : 103) risiko investasi bisa
diartikan sebagai kemungkinan terjadinya perbedaan antara return aktual
dengan return yang diharapkan. Investor dalam berinvestasi, di samping
menghitung return yang diharapkan juga harus memperhatikan risiko yang
harus ditanggungnya. Oleh karena itu, investor harus pandai-pandai mencari
alternatif investasi yang menawarkan tingkat return diharapkan yang paling
1
1
tinggi dengan risiko tertentu, atau investasi yang menawarkan return tertentu
pada tingkat risiko terendah. Jika seorang investor menginginkan keuntungan
yang optimal, investor harus menentukan strategi yang baik. Husnan (2005 :
54) menjelaskan bahwa untuk dapat meminimalkan risiko investasi, pemodal
dapat melakukan diversifikasi yaitu dengan mengkombinasikan berbagai
sekuritas dalam investasi mereka, dengan kata lain mereka membentuk
portofolio.
Untuk memperoleh tingkat keuntungan investasi yang masksimal
dengan tingkat resiko yang tertentu maka sebaiknya investor memegang
beberapa saham (Portofolio) dari perusahaan (Emiten) yang berbeda sektor
industrinya. Hal ini merujuk pada nasehat-nasehat lama yaitu jangan menaruh
sebuah telur dalam satu keranjang yang sama ini menunjukkan bahwa dengan
memegang beberapa saham maka akan terjadi proses diversifikasi
(penyebaran resiko). Artinya apabila salah satu saham investor mengalami
penurunan harga maka investor tidak akan mengalami kerugian yang
signifikan karena masih memiliki jenis saham yang lain. Karena risiko
kerugian saham yang menurun harganya masih dapat dicover oleh saham
yang lainnya yang harganya tidak mengalami penurunan.
Dalam manajemen investasi modern dikenal pembagian risiko total
investasi ke dalam dua jenis risiko, yaitu risiko sistematis dan risiko tidak
sistematis. Risiko sistematis atau dikenal dengan risiko pasar, merupakan
berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara umum. Perubahan
pasar tersebut akan mempengaruhi variabilitas return suatu investasi.
2
Sedangkan risiko tidak sistematis merupakan risiko yang tidak berkaitan
dengan pasar secara keseluruhan. Risiko perusahaan lebih terkait dengan
kondisi mikro perusahaan penerbit sekuritas. Semua investor tentunya ingin
mempunyai tujuan untuk mendapatkan keuntungan dari penyertaan modalnya
ke perusahaan. Untuk mencapai tujuan tersebut, pihak investor harus
melakukan suatu analisis terhadap saham-saham yang akan dibeli. Seorang
investor yang rasional akan memusatkan perhatiannya pada 1) Tingkat return
tertinggi dengan tingkat risiko tertentu, dan 2) tingkat return tertentu dengan
risiko yang rendah. Kedua kondisi tersebut menunjukkan investasi pada
kondisi yang optimal. Jika seorang investor menginginkan keuntungan yang
optimal, investor harus menetukan strategi yang baik. Kalangan Fund
Manager dan analis selalu merujuk nasehat-nasehat lama jangan menaruh
telur dalam satu keranjang, di dalam investasi pun demikian jangan
meletakkan dana hanya dalam satu jenis saham hal ini biasa disebut dengan
istilah diversifikasi saham. Sehingga untuk mengurangi risiko, investor dapat
melakukan diversifikasi saham dengan membentuk suatu portofolio saham.
Masalah yang sering terjadi adalah investor berhadapan dengan
ketidakpastian ketika harus memilih saham-saham untuk dibentuk menjadi
portofolio pilihannya. Sudah barang tentu hal jawabannya adalah tergantung
preferensi risiko para investor itu sendiri. Para investor berhadapan dengan
banyak kombinasi saham dalam portofolio. Pada akhirnya harus mengambil
keputusan portofolio mana yang akan dipilih oleh investor. Seorang investor
yang rasional, tentu akan memilih portofolio yang optimal (Jogyianto, 2013:
3
337) yang dapat meminimalkan risiko pada tingkat keuntungan tertentu atau
mendapatkan return maksimal pada tingkat risiko tertentu.
Pasar
modal
merupakan
salah
satu
wahana
investasi
bagi
masyarakat.Sejalan dengan hal tersebut, penerbitan produk-produk investasi
di pasar modal sangat penting artinya sebagai alternatif bagi investor dalam
menginvestasikan dananya. Salah satu bentuk investasi tersebut adalah
reksadana (Bapepam-LK, 2012:1). Reksadana merupakan wadah yang cukup
diminati oleh sebagian besar investor di Indonesia. Reksadana merupakan
salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal
kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk
menghitung resiko investasi mereka. Reksadana dirancang sebagai sarana
untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal dan
mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, tetapi hanya memiliki
waktu dan pengetahuan yang terbatas (Heri Sudarsono, 2008:199). Saat ini
Reksadana syariah merupakan investasi yang menarik bagi masyarakat yang
ingin berinvestasi sesuai dengan syariah. Reksadana syariah merupakan
alternatif investasi yang hanya menempatkan dana pada debitor yang tidak
melanggar batasan syariah, dalam fundamental maupun operasional
perusahaan, sesuai dengan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Sebagai salah satu instrumen investasi, reksadana syariah memiliki
kriteria yang berbeda dengan reksadana konvensional pada umumnya.
Dimana perbedaan ini terletak pada pemilihan instrumen investasi dan
mekanisme investasi yang harus berpedoman pada sumber Alqur’an dan
4
Hadist serta hukum Islam yang lainnya. Dalam penyusunan portofolio
investasinya, reksadana syariah hanya dapat menempatkan dananya ke dalam
instrumen-instrumen investasi yang terbebas dari riba dan praktek-praktek
tidak halal menurut syariah. Pada instrumen pasar modal, reksadana syariah
hanya menempatkan dananya pada emiten atau perusahaan atau pihak-pihak
penerbit instrumen investasi yang tidak melakukan usaha-usaha yang
bertentangan dengan prinsip kehalalan syariah seperti riba, perjudian,
pornografi, minuman haram (alkohol), babi, dan hiburan yang bertentangan
dengan syariah dan lain-lain.
Menurut Usman (2000) dalam Hariandy Hasbi (2010:64) investor
dalam berinvestasi dapat memilih 4 jenis reksadana berbasis syariah, antara
lain: (1) reksadana syariah saham, jenis reksadana ini menawarkan imbal
hasil yang tertinggi jika dibandingkan reksadana lainnya. Tentunya, imbal
hasil yang tinggi ini juga diimbangi oleh tingkat risiko yang cukup tinggi (2)
reksadana syariah campuran, reksadana ini menempatkan investasi dalam
efek ekuitas serta hutang. Reksadana jenis ini lebih aman pada kondisi pasar
dimana terjadi volatilitas yang cukup tinggi dikarenakan investasi
ditempatkan di berbagai instrumen, baik itu saham, obligasi, maupun pasar
uang (3) reksadana pendapatan tetap, jenis reksadana ini menawarkan imbal
hasil terendah jika dibandingkan beberapa reksadana lainnya. Namun, tingkat
risiko yang ditawarkan juga rendah (4) reksadana terproteksi, reksadana ini
memberikan proteksi sebesar 100% dari nilai investasi awal dengan syarat
dan ketentuan khusus yang berlaku, reksadana ini cenderung diinvestasikan
5
pada instrumen pasar modal dan pasar uang yang lebih aman.
Salah satu ukuran kinerja investasi untuk reksadana syariah adalah
Nilai Aktiva Bersih (NAB). Menurut Heri Sudarsono (2008:218), nilai aktiva
bersih berasal dari nilai portofolio reksadana yang bersangkutan. Aktiva atau
kekayaan reksadana dapat berupa kas, deposito, SBPU, SBI, surat berharga
komersial, saham, obligasi, right, dan efek lainnya. Sementara kewajiban
reksadana dapat berupa fee manajer investasi yang belum dibayar, fee Bank
Kustodian yang belum dibayar, pajak-pajak yang belum dibayar, fee broker
yang belum dibayar serta efek yang belum dilunasi.
Nilai Aktiva Bersih merupakan jumlah aktiva setelah dikurangi
kewajiban-kewajiban yang ada. Sedangkan NAB per Unit Penyertaan
merupakan jumlah NAB dibagi dengan jumlah nilai Unit Penyertaan yang
beredar (Outstanding) yang telah beredar (dimiliki investor) pada saat
tertentu. NAB per saham/unit dihitung setiap hari oleh Bank Kustodian
setelah mendapat dana dari Manajer Investasi dan nilainya dapat dilihat dari
surat kabar yang dilihat reksadana bersangkutan setiap hari. Besarnya NAB
bisa berfluktuasi setiap hari, tergantung dari perubahan nilai efek dari
portofolio. Meningkatnya NAB mengindikasikan naiknya nilai investasi
pemegang saham per unit penyertaan. Begitu juga sebaliknya, menurun
berarti berkurangnya nilai investasi pemegang saham per unit penyertaan.
Perkembangan Reksadana Syariah di Indonesia Januari 2011 – Desember
2015 dapat dilihat pada tabel 1.1
6
Tabel 1.1
Perkembangan Reksadana Syariah
Sumber : Bapepam-LK, Statistik Pasar Modal Syariah
Perkembangan reksadana syariah di Indonesia mengalami perkembangan
yang cukup pesat. Apabila dilihat dari statistiknya pada Tabel 1.1 di atas, dapat
dilihat pada kurun waktu tahun 2011 sampai 2015 pertumbuhan jumlah reksadana
syariah di Indonesia menunjukan kecenderungan meningkat dari tahun ke tahun.
terdiri dari beberapa jenis reksadana yaitu Reksadana Terproteksi, Reksadana
Pendapatan Tetap, Reksadana Saham, Reksadana Indeks dan Reksadana
Campuran. Dapat dilihat pertumbuhan reksadana syariah dari tahun 2011 sampai
2013 mengalami peningkatan yang tidak terlalu signifikan akan tetapi
pertumbuhan yang paling signifikan terjadi pada tahun 2014 - 2015, yaitu naik
30% dari 70 reksadana syariah di tahun 2014 menjadi 85 reksadana syariah di
tahun 2015. Selain jumlah reksadana syariah yang meningkat, total Nilai Aktiva
Bersih (NAB) juga terus mengalami peningkatan selama periode 2011 hingga
2015. Sampai September 2015 total NAB reksadana syariah mencapai Rp
10.770.74 miliar dan telah terdapat 86 reksadana syariah yang dinyatakan efektif
7
oleh Bapepam. Hal ini menunjukkan bahwa ada peningkatan dari tahun-tahun
sebelumnya.
Dengan pertumbuhan reksadana syariah di Indonesia yang semakin baik
hal ini juga mendorong minat para investor untuk mengalokasikan dananya pada
produk reksadana saham syariah yang pertumbuhannya juga mengalami
peningkatan yang sangat baik. dengan melihat jenis-jenis produk reksadana
syariah yang memiliki karakterisitik yang berbeda-beda dengan melihat
pertumbuhan reksadana saham syariah yang cukup baik menjadikan investor lebih
tertarik untuk meninvestasikan dananya kepada produk reksadana saham syariah.
Selain itu ketertarikan investor pada reksadana saham syariah ini ditunjang oleh
potensi petumbuhan nilai investasi yang lebih besar jika dibandingkan dengan
reksadana yang lainnya. Dari definisi yang dikeluarkan oleh Bapepam-LK
reksadana saham marupakan reksadana yang melakukan investasi sekurangkurangnya 80% dari portofolio yang dikelolanya ke dalam efek yang bersifat
sekuritas (saham).
8
Perkembangan Reksadana Saham Syariah di Indonesia Januari 2011 –
Desember 2015 dapat dilihat pada tabel 1.2
Tabel 1.2
Perkembangan Reksadana Saham Syariah
Sumber : Bapepam-LK, Statistik Pasar Modal Syariah
Perkembangan reksadana saham syariah di Indonesia mengalami
perkembangan yang cukup baik. Apabila dilihat dari statistiknya pada Tabel 1.2
di atas, dapat dilihat pada kurun waktu tahun 2011 sampai 2015 pertumbuhan
jumlah reksadana saham syariah di Indonesia menunjukkan kecenderungan
meningkat dari tahun ke tahun. Dapat dilihat pertumbuhan reksadana saham
syariah dari tahun 2011 sampai 2015 mengalami peningkatan yang tidak terlalu
signifikan akan tetapi pertumbuhan yang paling signifikan terjadi pada Nilai
Aktiva Bersih (NAB) dari reksadana saham syariah pada tahun 2011 - 2014, yaitu
dari Rp. 1.588.63 Miliar naik ke angka Rp. 6.135.79 Miliar. Hal ini tentunya
tidak terlepas dari pertumbuhan dan meningkatnya jumlah reksadana saham
syariah tetapi juga baiknya kinerja dari reksadana dan manajer investasi saham
syariah dengan mengelola dana yang ditanamkan oleh para investor. Akan tetapi
apabila melihat Nilai Aktiva Bersih dari reksadana saham syariah pada September
9
2015 NAB pada tahun berikut mengalami penurunan yang cukup signifikan yakni
turun dari Rp. 6.135.79 Miliar pada tahun 2014 ke Rp. 5.206.85 Miliar pada
tahun 2015. Hal ini disebabkan karena adanya gangguan roda perekonomian
secara global yang sisebabkan oleh menguatnya nilai mata uang Dollar Amerika
Serikat serta adanya devaluasi nilai mata uang Cina sehingga menyebabkan
melemahnya nilai mata uang rupiah Indonesia terhadap Dolar Amerika Serikat
yang berdampak pada kegiatan investasi di Indonesia.
Reksadana saham syariah yang saat ini mulai banyak dilirik oleh investor
memiliki karakteristik yang berbeda daripada reksadana saham konvensional
biasa, jenis kegiatan usaha perusahaan dalam pandangan Majelis Ulama Indonesia
(MUI), unsur haram yang disyaratkan Dewan Syariah Nasional (DSN) MUI pada
umumnya terkait dengan : Alkohol, Perjudian, Produksi dengan bahan baku babi,
Pornografi, Jasa Keuangan dan Asuransi Konvensional (Darmadji, dan
Fakhruddin, 2008 : 169). Bagi investor muslim bukan hanya hal tersebut yang
harus diperhatikan, akan tetapi sejauh mana investasi yang dilakukan tidak
bertentangan dengan aspek syari’ah.
Banyaknya instrumen investasi yang ada mengharuskan investor dapat
membuat analisis investasi sebelum menanamkan dananya. Perkembangan
instrumen investasi yang menjanjikan seiring dengan terbukanya akses informasi
data maka semakin memudahkan para investor untuk mengambil keputusan dalam
berinvestasi, peningkatan kemampuan analisis bagi para investor sangatlah
penting disamping belum terjaminnya kemampuan manajer investasi dalam
pengelolaan dana. Investor dituntut mampu membentuk sendiri portofolio yang
10
efisien diberbagai instrumen investasi.
Portofolio merupakan sekumpulan instrumen investasi yang dibentuk
untuk memenuhi sasaran umum investasi. Portofolio juga dapat diartikan
gabungan dari beberapa aktiva, surat-surat berharga, saham atau kesempatan
investasi. Untuk membentuk portofolio yang optimal, investor harus menentukan
portofolio yang efisien terlebih dahulu. Portofolio efisien adalah portofolio yang
menghasilkan tingkat keuntungan tertentu dengan resiko terendah, atau resiko
tertentu dengan tingkat keuntungan tertinggi. Sedangkan portofolio optimal
merupakan portofolio yang dipilih oleh seorang investor dari sekian banyak
pilihan yang ada pada kumpulan portofolio yang efisien.
Berbagai metode telah diaplikasikan dalam upaya untuk menentukan
portofolio yang optimal salah satu cara diantaranya adalah dengan penggunaan
Model Indeks Tunggal (Single Index Model). Investasi pada dasarnya adalah uang
yang dipakai untuk menghasilkan uang. Uang diinvestasikan dalam objek yang
telah memberikan hasil, tetapi perlu diingat bahwa investasi dapat bertambah dan
dapat pula merosot nilainya, misalnya hasil yang didapat relatif kecil atau jumlah
pokoknya merosot. Berarti melakukan investasi mengandung resiko. Resiko
saham secara umum dibedakan menjadi dua yaitu risiko sistematis dan risiko
tidak sistematis. Risiko sistematis (Systematic Risk) atau dikenal dengan risiko
pasar, merupakan berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara umum,
resiko ini tidak dapat dihindari. Perubahan pasar tersebut akan mempengaruhi
variabilitas
return
suatu
investasi.
Sedangkan
risiko
tidak
sistematis
(Unsystematic Risk) merupakan risiko yang tidak berkaitan dengan pasar secara
11
keseluruhan. Resiko ini dapat dihindari melalui diversifikasi saham. Risiko
perusahaan lebih terkait dengan kondisi mikro perusahaan penerbit sekuritas.
Semua investor tentunya ingin mempunyai tujuan untuk mendapatkan keuntungan
dari penyertaan modalnya ke perusahaan.
Pada umumnya investor adalah Risk Averse. Risk Averse adalah investor
yang jika dihadapkan pada dua pilihan investasi dengan tingkat pengembalian
yang diharapkan sama dan resiko berbeda, maka ia memilih investasi dengan
tingkat resiko lebih rendah, dan jika mempunyai beberapa pilihan portofolio
efisien, maka pirtofolio yang optimal yang akan dipilih. Investasi pada hakekatnya
merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk
memperoleh keuntungan dimasa yang akan datang. Investasi merupakan
penggunaan uang untuk obyek-obyek tertentu dengan tujuan bahwa nilai obyek
tersebut selama jangka waktu investasi akan meningkat, paling tidak bertahan, dan
selama jangka waktu itu pula memberikan hasil secara teratur.
Untuk menganalisis portofolio, diperlukan sejumlah prosedur perhitungan
melalui sejumlah data sebagai input tentang struktur portofolio. Salah satu teknik
analisa portofolio optimal adalah menggunakan model indeks tunggal. Analisis
atas sekuritas dilakukan dengan membandingkan Excess Return to Beta (ERB)
dengan Cut Off Point-nya (Ci) dari masing-masing saham. Saham yang memiliki
ERB lebih besar darai Ci ( ERB > C*) dijadikan sebagai kandidat portofolio,
sedang sebaliknya yaitu Ci lebih besar dari ERB ( ERB < C* ) maka tidak
diikutkan sebagai kandidat portofolio. Pemilihan saham dan penentuan portofolio
optimal yang dilakukannya didasari oleh pendahulunya Harry Markowitz, yang
12
dimulai dari data historis atas saham individual yang dijadikan input, dan
dianalisis untuk menjadikan keluaran yang menggambarkan kinerja setiap
portofolio optimal dari atau sebaliknya.
Analisis portofolio dengan model indeks tunggal yang dilakukan secara
konsisten dapat digunakan untuk menentukan return maksimal pada risiko yang
minimal, dengan cara menghitung koefisien beta yang mencerminkan tingkat
resiko masing-masing saham yang diamati, dan return saham yang dapat dilihat
dari dividen yang dibagikan dan capital gain saham dalam beberapa periode
pengamatan (Ryan Oktanto, 2007 : 1).
Beta merupakan suatu pengukuran volatilitas (Volatility Return) suatu
sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar (Jogiyanto : 2013 : 405).
Indeks beta merupakan salah satu alat ukur yang akurat untuk mengukur suatu
portofolio yang mempunyai risiko terendah, maka saham yang dipilih adalah
saham-saham yang memiliki covariance dengan portofolio yang rendah,
portofolio saham dapat mengurangi resiko yang timbul (Yuli Kurniyati, 2007 : 5).
Rasionalitas investor diukur sejauh mana investor melakukan prosedur
pemilihan saham dan pembentukan portofolio optimal dari data historis Nilai
Aktiva Bersih (NAB) pada reksadana saham syariah terdaftar. Permasalahan ini
dapat dijawab melalui dua pendekatan, pertama dengan melakukan perhitungan
untuk memilih saham dan menentukan portofolio optimal dengan menggunakan
model indeks tunggal kedua menguji return dan resiko saham yang masuk dalam
kandidat protofolio. Pemilihan Obyek-obyek penelitian dengan menggunakan
produk reksadana saham syariah yang tercatat pada BAPEPAM-LK.
13
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pembentukan Portofolio Optimal Pada
Instrumen Reksadana Saham Syariah Menggunakan Metode Single Index
Model ”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis
merumuskan masalah sebagai berikut :
. Reksadana saham syariah apa saja yang dapat dijadikan sebagai
kandidat Portofolio Optimal pada produk reksadana saham syariah
dengan menggunakan Model Indeks Tunggal (Single Index Model)?
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Mengetahui reksadana saham syariah apa saja yang dapat dijadikan
sebagai kandidat Portofolio Optimal pada produk reksadana saham
syariah dengan menggunakan Model Indeks Tunggal (Single Index
Model).
2. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
yang baik bagi para pembaca maupun penyusun khususnya. Adapun
manfaat dari penelitian ini adalah :
1) Bagi Masyarakat
Memperluas pengetahuan tentang ilmu ekonomi khususnya dalam
pembentukkan portofolio optimal pada produk reksadana saham
14
syariah dengan menggunakan Model Indeks Tunggal (Single
Index Model).
2) Bagi Investor
Sebagai bahan dalam pengambilan keputusan bagi para investor
dalam memilih saham-saham syariah yang terdapat pada produk
reksadana saham syariah.
3) Bagi Akademisi
Sebagai bahan pengembangan ilmu pengetahuan secara teoritis
sebagaimana yang telah dipelajari dalam perkuliahan dan sebagai
bahan tambahan tentang pasar modal dan investasi syariah.
Menambah pengetahuan tentang pasar modal syariah dan
pembentukkan portofolio optimal pada produk reksadana saham
syariah dengan menggunakan Single Index Model.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Investasi
Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber dana
lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah
keuntungan di masa datang (Eduardus Tandelilin, 2010: 2). Selain itu,
investasi berarti mengorbankan dollar sekarang untuk dollar pada masa
depan (Sharpe, 1995: 1). Ini berarti adalah penanaman modal saat ini
untuk diperoleh manfaatnya di masa depan.
Pada umumnya investasi dibedakan menjadi dua, yaitu investasi
pada financial asset dan investasi pada real asset. Investasi pada financial
asset dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito,
commercial paper, Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), dan lainnya
(Huda, 2008: 8). Investasi juga dapat dilakukan di pasar modal, misalnya
berupa saham, obligasi, warrant, opsi dan yang lainnya. Sedangkan
investasi pada real asset dapat dilakukan dengan pembelian asset
produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, perkebunan, dan
lainnya. Tujuan investasi adalah mendapatkan sejumlah pendapatan
keuntungan. Dalam konteks perekonomian dan Bisnis, menurut Eduardus
Tandelilin (2010: 4) ada beberapa motif mengapa seseorang melakukan
investasi, antara lain:
16
16
1. Untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak di masa yang akan
datang. Kebutuhan untuk mendapatkan hidup yang layak merupakan
keinginan setiap manusia, sehingga upaya-upaya untuk mencapai hal
tersebut di masa depan selalu akan dilakukan.
2. Mengurangi tekanan inflasi.
Faktor inflasi tidak pernah dapat dihindarkan dalam kehidupan
Ekonomi dan Bisnis, yang dapat dilakukan adalah meminimalkan
risiko akibat adanya inflasi, hal demikian karena variabel inflasi
dapat mengoreksi seluruh pendapatan yang ada. Investasi dalam
sebuah bisnis tertentu dapat dikategorikan sebagai langkah mitigasi
yang efektif.
3. Sebagai dana untuk menghemat pajak.
Di beberapa negara belahan dunia banyak melakukan kebijakan yang
bersifat mendorong tumbuhnya investasi di masyarakat melalui
pemberian fasilitas perpajakan kepada masyarakat yang melakukan
investasi pada usaha tertentu
Untuk mencapai tujuan investasi, investasi membutuhkan suatu
proses dalam pengambilan keputusan, sehingga keputusan tersebut sudah
mempertimbangkan ekspektasi return yang didapatkan dan juga risiko
yang dihadapi. Menurut Sharpe (1995: 11), pada dasarnya ada beberapa
tahapan dalam pengambilan keputusan investasi antara lain:
17
1. Menentukan kebijakan investasi.
Pada tahapan ini, investor menentukan tujuan investasi dan
kemampuan/kekayaannya yang dapat diinvestasikan. Dikarenakan
ada hubungan positif antara risiko dan return, maka hal yang tepat
bagi para investor untuk menyatakan tujuan investasinya tidak
hanya untuk memperoleh banyak keuntungan saja, tetapi juga
memahami bahwa ada kemungkinan risiko yang berpotensi
menyebabkan kerugian. Jadi, tujuan investasi harus dinyatakan
baik dalam keuntungan maupun risiko.
2. Analisis sekuritas.
Pada tahapan ini berarti melakukan analisis sekuritas yang
meliputi penilaian terhadap sekuritas secara individual (atau
beberapa kelompok sekuritas) yang masuk dalam kategori luas dari
asset finansial yang telah diidentifikasi sebelumnya. Salah satu
tujuan melakukan penilaian tersebut adalah untuk mengidentidikasi
sekuritas yang salah harga (mispriced). Ada banyak pendekatan
terhadap analisis sekuritas, namun pendekatan tersebut dapat
dikategorikan kedalam dua klasifikasi. Klasifikasi pertama adalah
analisis teknis yang meliputi studi harga pasar saham dalam upaya
meramalkan gerakan harga pada masa depan untuk saham
perusahaan tersebut. Klasifikasi kedua adalah analisis fundamental
berupaya meramalkan saat dan besarnya aliran tunai dan kemudian
18
mengkonversikannya menjadi nilai sekarang (present value)
dengan menggunakan tingkat diskon yang tepat.
3. Pembentukan portofolio.
Pada tahapan ketiga ini adalah membentuk portofolio yang
melibatkan identifikasi asset khusus mana yang akan diinvestasikan
dan juga menentukan seberapa besar investasi pada tiap asset
tersebut. Di sini masalah selektifitas, penentuan waktu dan
diversifikasi perlu menjadi perhatian investor. Dalam investasi,
investor sering melakukan diversifikasi dengan mengombinasikan
berbagai sekuritas dalam
investasi mereka dengan kata lain
investor membentuk portofolio. Selektifitas juga disebut sebagai
microforecasting memfokuskan pada peramalan pergerakan harga
setiap
sekuritas.
Penentuan
waktu
disebut
juga
sebagai
macroforecasting yang memfokuskan pada peramalan pergerakan
harga saham biasa relatif terhadap sekuritas pendapatan tetap,
misal obligasi perusahaan. Sedangkan diversifikasi meliputi
konstruksi portofolio sedemikian rupa sehingga meminimalkan
risiko dengan memerhatikan batasan tertentu.
4. Melakukan revisi portofolio.
Pada tahapan ini, berkenaan dengan pengulangan secara
periodic dari tiga langkah sebelumnya. Sejalan dengan waktu,
investor mungkin mengubah tujuan investasinya yaitu membentuk
19
portofolio baru yang lebih optimal. Motivasi lainnya disesuaikan
dengan preferensi investor tentang risiko dan return itu sendiri.
5. Evaluasi kinerja portofolio.
Pada tahapan terakhir ini, investor melakukan penilaian
terhadap kinerja portofolio secara periodic dalam arti tidak hanya
return yang diperhatikan tetapi juga risiko yang dihadapi. Jadi,
diperlukan ukuran yang tepat tentang return dan risiko juga standar
yang relevan. Untuk melakukan kegiatan investasi, khususnya
investasi saham dipasar modal diperlukan pengetahuan yang cukup,
pengalaman, serta naluri untuk menganalisis saham mana yang
harus dibeli dan harus dijual sebagai investor harus rasional dalam
menghadapi pasar jual beli saham.
2. Tingkat Keuntungan
Tingkat keuntungan yang diharapkan pemodal dari investasi saham
adalah adanya keuntungan yang diterima dimasa depan, karena
investasi
saham mengandung resiko, maka keuntungan yang
diharapkan belum tentu sama dengan keuntungan yang sesungguhnya.
Keuntungan dan pendapatan investasi saham berupa Capital Gain dan
Deviden. Capital Gain diperoleh dari selisih harga jual dengan harga
beli sedangkan Deviden diperoleh dari pembagian laba bersih
perusahaan.
Expected return Tingkat pengembalian yang diharapkan diterima
dari suatu investasi, rata-rata tertimbang dari distribusi probabilitas
20
atas kemungkinan-kemungkinan hasil yang terjadi. Perhitungan tingkat
pengembalian yang diharapkan dapat dinyatakan dalam suatu
pernyataan yaitu :
E(Rs) = ∑
Tingkat pengembalian (Return) return dari suatu portofolio
merupakan rata-rata tertimbang dari return yang diharapkan dari
masing-masing saham yang membentuk portofolio tersebut.
Rp
∑
3. Tingkat Resiko
Seorang investor yang hanya menghitung return saja untuk suatu
investasi
tidaklah
diperhitungkan.
cukup.
Risiko
dari
investasi
juga
perlu
Return dan risiko merupakan dua hal yang tidak
terpisah, karena pertimbangan
suatu investasi merupakan trade-off
dari kedua faktor ini. Return dan risiko mempunyai hubungan yang
positif, semakin besar risiko yang harus ditanggung, semakin besar
return yang harus dikompensasikan (Jogiyanto, 20013: 257).
Suatu keputusan dikatakan dalam keadaan adalah risiko apabila
hasil keputusan tersebut tidak dapat diketahui sebelumnnya dengan
pasti, akan tetapi tahu probabilitasnya (nilai kemungkinan), dimana
ketidak pastian tersebut (uncertainly) dapat diukur dengan probabilitas.
Apabila dikaitkan dengan preferensi investor terhadap risiko, maka
risiko dibedakan menjadi tiga (Abdul Halim, 2005: 42) yaitu:
21
1. Risk Seeker, merupakan investor yang apabila dihadapkan pada
dua pilihan investasi yang memberikan tingkat pengembalian
yang sama dengan risiko yang berbeda, maka ia akan lebih
suka mengambil investasi yang risiko lebih besar. Biasanya
investor jenis ini bersifat agresif dan spekulatif dalam
mengambil keputusan investasi.
2. Risk Neutrality, merupakan investor yang akan meminta
kenaikan tingkat pengembalian yang sama untuk setiap
kenaikan risiko, investor jenis ini umumnnya cukup fleksibel
dan bersikap hati-hati (prudent) dalam mengambil keputusan
investasi.
3. Risk Averter, merupakan investor yang apabila dihadapkan
pada
dua
pilihan
investasi
yang
memberikan
tingkat
pengembalian yang sama dengan risiko yang berbeda, maka ia
akan lebih suka mengambil investasi yang dengan risiko yang
lebih kecil, biasanya investor jenis ini cenderung selalu
mempertimbangkan
secara
matang
dan
terencana
atas
keputusan investasinnya.
Menurut Eduardus Tandelilin (2010: 103), Ada beberapa sumber
risiko yang bisa mempengaruhi besarnya risiko suatu investasi.
Sumber-sumber tersebut antara lain:
22
1. Risiko suku bunga
Perubahan suku bunga bisa mempengaruhi variabilitas
return suatu investasi. Perubahan suku bunga akan mempengaruhi
harga saham secara terbalik, cateris paribus. Demikian pula
sebaliknya, jika suku bunga turun harga saham naik. Mengapa
demikian? Secara sederhana, jika suku bunga misalnya naik, maka
return investasi yang terkait dengan suku bunga (misalnya
deposito) juga akan naik. Kondisi seperti ini bisa menarik minat
investor
yang
sebelumnya
berinvestasi
di
saham
untuk
memindahkan dananya dari saham ke dalam deposito. Jika
sebagian besar investor melakukan tindakan yang sama maka
banyak investor yang menjual saham, untuk berinvestasi dalam
bentuk deposito. Berdasarkan hukum permintaan-penawaran, jika
banyak pihak menjual saham, cateris paribus, maka harga saham
akan turun.
2. Risiko pasar
Fluktuasi pasar secara keseluruhan yang mempengaruhi
variabilitas return suatu investasi disebut sebagai risiko pasar.
Fluktuasi pasar biasanya ditunjukkan oleh berubahnya indeks pasar
saham secara keseluruhan. Perubahan pasar dipengaruhi oleh
banyak faktor seperti munculnya resesi Ekonomi dan Bisnis,
kerusuhan ataupun perubahan politik.
23
3. Risiko inflasi
Inflasi yang meningkat akan mengurangi kekuatan daya
beli rupiah yang telah diinvestasikan. Oleh karenanya, risiko inflasi
juga bisa disebut sebagai risiko daya beli. Jika inflasi mengalami
peningkatan, investoe biasanya menuntut tambahan premium
inflasi untuk mengkompensasi penurunan daya beli yang
dialaminya.
4. Risiko bisnis
Risiko dalam menjalankan bisnis dalam suatu jenis industri
disebut sebagai risiko bisnis. Misalnya perusahaan pakaian jadi
yang bergerak pada industri tekstil, akan sangat dipengaruhi oleh
karakteristik industri tekstil itu sendiri.
5. Risiko finansial
Risiko ini berkaitan dengan keputusan perusahaan untuk
menggunakan utang dalam pembiayaan modalnya. Semakin besar
proporsi utang yang digunakan perusahaan, semakin besar risiko
finansial yang dihadapi perusahaan.
6. Risiko likuiditas
Risiko ini berkaitan dengan kecepatan suatu sekuritas yang
diterbitkan perusahaan bila diperdagangkan di pasar sekunder.
Semakin cepat suatu sekuritas diperdagangkan, semakin likuid
sekuritas tersebut, demikian sebaliknya. Semakin tidak likuid suatu
24
sekuritas semakin besar pula risiko likuiditas yang dihadapi
perusahaan.
7. Risiko nilai tukar mata uang
Risiko ini berkaitan dengan fluktuasi nilai tukar mata uang
domestik (Negara perusahaan tersebut) dengan nilai mata uang
Negara lainnya. Risiko ini juga dikenal sebagai risiko mata uang
(currency risk) atau risiko nilai tukar (exchange rate risk).
Dalam konteks portofolio, risiko dibedakan menjadi dua
(Abdul Halim, 2005:43) yaitu :
a. Risiko sistematis (Systematic Risk)
Risiko yang tidak dapat dihilangkan dengan melakukan
diversifikasi, karena fluktuasi risiko ini dipengaruhi oleh faktorfaktor makro dipengaruhi faktor-faktor makro yang dapat
mempengaruhi pasar secara keseluruhan sebagai contoh faktorfaktor makro tersebut adalah perubahan tingkat bunga, kurs valas,
dan kebijakan pemerintah. Sehingga sifatnya umum dan berlaku
bagisemua saham dalam bursa saham yang bersangkutan. Risiko
ini juga disebut undiversiable riks.
b.
Risiko tidak sistematis (Unsystematic Risk)
Merupakan risiko yang dapat dilakukan dengan melakukan
diversifikasi, karena risiko ini hanya dalam suatu perusahaan atau
industri tertentu. Fluktuasi risiko ini besarnya berbeda-beda
anatara satu saham dengan saham lain. Karena perbedaan inilah,
25
maka masing-masing saham memiliki tingkat sensitifitas yang
berbeda-beda terhadap perubahan pasar. Misalnya faktor struktur
asset tingkat likuiditas, dsb. Risiko ini juga disebut diversifiable
riks.
4. Portofolio
a. Pengertian Portofoilo
Menurut Irham dan Yovie (2009:2) Portofolio adalah sebuah
bidang ilmu yang khusus mengkaji bagaimana cara yang dilakukan
oleh seorang investor untuk menurunkan risiko dalam berinvestasi
secara
seminimal
mungkin,
termasuk
salah
satunya
dengan
menganekaragamkan risiko tersebut. Teori ini disebut teori portofolio
karena mempunyai cara mengestimasikan dana kedalam bentuk suratsurat berharga, teori ini didasarkan pada kenyataan bahwa pemilik
modal akan menginvestasikan uangnya kedalam berbagai jenis surat
berharga dengan tujuan mengurangi risiko yang harus ditanggung dan
kemudian ingin mendapatkan santunan (penghasilan) yang lebih tinggi.
Dalam teori ini resiko investasi dalam saham didefinisikan sebagai
investasi standar dan tingkat keuntungan. Menurut Jones (2003:3), “
Portfolio is the securities held by an investor taken as a unit ” Artinya
Portofolio adalah sejumlah sekuritas yang di pertahankan oleh investor
dalam satu kesatuan.
Resiko pasar dari masing-masing saham yang dimasukkan dalam
portofolio tersebut, dengan kata lain jika ingin membentuk portofolio
26
yang meimiliki resiko rendah, maka saham-saham yang dipilih
bukanlah saham-saham yang memiliki covariance dengan portofolio
yang rendah, apabila portofolio tersebut mewakili kesempatan investasi
yang ada, maka portofolio tersebut disebut sebagai portofolio pasar.
Manajer yang ingin mengubah resiko pasar yang dihadapinya dapat
melakukan hal tersebut dengan jalan merevisi beta dari portofolio.
Hal ini dapat dilakukan dengan jalan menyeimbangkan kembali
portofolio saham yang akan menghasilkan beta yang diinginkan dalam
proses minimisasi
risiko potorfolio, varian
(standar deviasi)
pengembalian merupakan alat ukur resiko portofolio, sebagai
tambahan kemungkinan tidak tercapainya pengembalian diharapkan
dapat dihitung. Jenis analisis ini disebut analisis resiko kerugian.
Portofolio normal merupakan tolak ukur yang disesuaikan terdiri dari
sekumpulan sekuritas yang umumnya dipilih dan ditimbang manajer
yang umumnya dilakukan. Pembentukkan portofolio normal bukanlah
merupakan hal yang mudah dilakukan. Kesimppulan yang didapat
portofolio adalah serangkaian kombinasi dari beberapa aktiva yang
diinvestasikan dan dipegang oleh pemodal, baik perorangan maupun
lembaga.
b. Prosedur Pembentukan Portofolio Optimal Menggunakan Single
Index Model
Metode Single Index adalah metode yang dikembangkan oleh
Sharpe. Metode ini dapat digunakan untuk menyederhanakan
27
perhitungan dari Metode Markowitz dengan menyediakan parameterparameter input yang dibutuhkan di dalam Metode Markowitz. Di
samping itu, metode indeks tunggal dapat juga digunakan untuk
menghitung return ekspektasi dan juga risiko portofolio (Jogiyanto,
2013:369).
Metode
indeks
tunggal
mengasumsikan
bahwa
tingkat
pengembalian antara dua efek atau lebih akan berkorelasi yaitu akan
bergerak bersama dan mempunyai reaksi yang sama terhadap satu
faktor atau indeks tunggal yang dimasukkan dalam metode (Abdul
Halim, 2005: 82). Metode indeks tunggal dapat digunakan dalam
penentuan portofolio optimal dengan cara membandingkan excess
return to beta (ERB) dengan cut-off-rate (Ci). Excess return to beta
(ERB) merupakan kelebihan return saham atas return aset bebas risiko
(risk free rate) yang disebut dengan return premium per unit risiko
yang diukur dengan beta. Cut-off-rate (Ci) merupakan hasil bagi
varian pasar dan return premium terhadap variance error saham
dengan varian pasar pada sensitivitas saham individual terhadap
variance error saham.
Konsep penghitungannya didasarkan pada metode perhitungan
Elton dan Gruber (1995) yaitu dengan cara menentukan ranking
(urutan) saham-saham yang memiliki ERB tertinggi ke ERB yang
lebih rendah. Pemeringkatan bertujuan untuk mengetahui kelebihan
return saham terhadap return bebas resiko per unit resiko. Saham -
28
saham yang mempunyai excess return to beta (ERB) sama dengan
atau lebih besar dari cut-off-point (C*) merupakan kandidat dalam
pembentukan portofolio optimal. Metode ini mengaitkan perhitungan
return setiap asset ada return indeks pasar. Secara matematis, metode
indeks tunggal adalah sebagai berikut (Eduardus Tandelilin,
2010:132).
Ri = αi + βi Rm + ei
Dimana:
Ri = return sekuritas i
Rm = return indeks pasar
αi = bagian return sekuritas i yang tidak dipengaruhi kinerja pasar
βi = ukuran kepekaan return sekuritas i terhadap perubahan return
pasar
ei = kesalahan residual
Perhitungan return sekuritas dalam metode indeks tunggal
melibatkan dua komponen utama (Eduardus Tandelilin, 2010: 132),
yaitu:
1. Komponen return yang terkait dengan keunikan perusahaan
dilambangkan dengan αi
2. Komponen return yang terkait dengan pasar dilambangkan dengan
βi Komponen keunikan perusahaan berkaitan dengan kejadiankejadian
mikro
yang
hanya
mempengaruhi
perusahaan
bersangkutan. Sedangkan komponen yang terkait dengan pasar
29
menyangkut
kejadian-kejadian makro yang
mempengaruhi
seluruh perusahaan. Komponen kesalahan residual (ei) merupakan
perbedaan antara sisi kiri persamaan (Ri) dengan sisi kanan
persamaan (αi + βi Rm). Kerena metode indeks tunggal, per
definisi, merupakan persamaan, maka sisi kanan dan sisi kiri harus
sama. Beta (β) merupakan ukuran kepekaan return sekuritas
terhadap return pasar. Semakin besar beta suatu sekuritas, semakin
besar kepekaan return sekuritas tersebut terhadap perubahan return
pasar. Asumsi yang dipakai dalam metode indeks tunggal adalah
bahwa sekuritas akan berkorelasi hanya jika sekuritas-sekuritas
tersebut mempunyai respons yang sama terhadap return pasar
(Eduardus Tandelilin, 2010: 133).
c. Penentuan Portofolio Optimal
Penentuan portofolio optimal dengan menggunakan single index
model (SIM).
1). Investasi Portofolio
Teori portofolio pertama kali dikembangkan oleh
Harry Markowitz (1952). Menurut Markowitz, Portofolio
adalah mengajarkan tentang berinvestasi dengan cara
memecah
dana
yang
diinvestasikan
tersebut
untuk
kemudian meletakannya bukan pada satu jalur namun pada
jalur yang berbeda-beda (Irham dan Yovi, 2009:58)
30
Dengan demikian, portofolio merupakan investasi
dalam bentuk sekuritas saham-saham yang memiliki risiko,
sehingga investor harus dapat memperkirakan berapa
keuntungan yang diharapkan, serta berapa penyimpangan
yang terjadi dari hasil yang diharapkan (Expected Return)
dari portofolio secara sederhana adalah rata-rata tertimbang
dari tingkat keuntungan yang diharapkan dari masingmasing saham. Faktor penimbang adalah proporsi dana
yang diinvestasikan pada masing-masing saham (Abdul
Halim, 2006:37)
Dalam hal ini Expected Return dari portofolio atau
tingkat keuntungan yang diharapkan dari portofolio adalah
proporsi dana yang diinvestasikan pada saham i dengan
tingkat keuntungan yang diharapkan dari sahm i (Abdul
Halim, 2006:37).
2). Proses investasi
Untuk
mencapai
tujuan
investasi,
investasi
membutuhkan suatu proses dalam pengambilan keputusan,
sehingga keputusan
tersebut sudah mempertimbangkan
ekspektasi return yang didapatkan dan juga risiko juga
risiko yang dihadapi. Menurut Sharpe (1995:11), pada
dasarnya ada beberapa tahapan dakam pengambilan
keputusan investasi antara lain
31
a. Menentukan kebijakan investasi
Pada tahapan ini, investor menentukan tujuan
investasi
dan
kemampuan/kekayaannya
yang
dapat
diinvestasikan. Dikarenakan ada hubungan positif antara
risiko dan return, maka hal yang tepat bagi para investor
untuk menyatakan tujuan investasinya tidak hanya untuk
memperoleh
memahami
banyak
bahwa
keuntungan
ada
saja,
kemungkinan
tetapi
juga
risiko
yang
berpotensi menyebabkan kerugian. Jadi, tujuan investasi
harus dinyatakan baik dalam keuntungan maupun risiko.
b.
Analisis sekuritas
Pada tahapan ini berarti melakukan analisis
sekuritas yang meliputi penilaian terhadap sekuritas secara
individual (atau beberapa kelompok sekuritas) yang masuk
dalam kategori luas dari asset finansial yang telah
diidentifikasi sebelumnya. Salah satu tujuan melakukan
penilaian tersebut adalah untuk mengidentidikasi sekuritas
yang salah harga (mispriced). Ada banyak pendekatan
terhadap analisis sekuritas, namun pendekatan tersebut
dapat dikategorikan kedalam dua klasifikasi. Klasifikasi
pertama adalah analisis teknis yang meliputi studi harga
pasar saham dalam upaya meramalkan gerakan harga pada
masa depan untuk saham perusahaan tersebut. Klasifikasi
32
kedua adalah analisis fundamental berupaya meramalkan
saat
dan
besarnya
aliran
tunai
dan
kemudian
mengkonversikannya menjadi nilai sekarang (present
value) dengan menggunakan tingkat diskon yang tepat.
c.
Pembentukan portofolio
Pada
tahapan
ketiga
ini
adalah
membentuk
portofolio yang melibatkan identifikasi assett khusus mana
yang akan diinvestasikan dan juga menentukan seberapa
besar investasi pada tiap asset tersebut. Di sini masalah
selektifitas, penentuan waktu dan diversifikasi perlu
menjadi perhatian investor. Dalam investasi, investor
sering melakukan diversifikasi dengan mengombinasikan
berbagai sekuritas dalam investasi mereka dengan kata
lain investor membentuk portofolio. Selektifitas juga
disebut sebagai microforecasting memfokuskan pada
peramalan pergerakan harga setiap sekuritas. Penentuan
waktu disebut juga sebagai macroforecasting yang
memfokuskan pada peramalan pergerakan harga saham
biasa relatif terhadap sekuritas pendapatan tetap, misal
obligasi perusahaan. Sedangkan diversifikasi meliputi
konstruksi
portofolio
sedemikian
rupa
sehingga
meminimalkan risiko dengan memerhatikan batasan
tertentu.
33
d. Melakukan revisi portofolio.
Pada tahapan ini, berkenaan dengan pengulangan
secara periodic dari tiga langkah sebelumnya. Sejalan
dengan
waktu,
investor
mungkin
mengubah
tujuan
investasinya yaitu membentuk portofolio baru yang lebih
optimal. Motivasi lainnya disesuaikan dengan preferensi
investor tentang risiko dan return itu sendiri.
e. Evaluasi kinerja portofolio
Pada tahapan terakhir ini, investor melakukan
penilaian terhadap kinerja portofolio secara periodic dalam
arti tidak hanya return yang diperhatikan tetapi juga risiko
yang dihadapi. Jadi, diperlukan ukuran yang tepat tentang
return dan risiko juga standar yang relevan. Untuk
melakukan kegiatan investasi, khususnya investasi saham
dipasar modal diperlukan pengetahuan yang cukup,
pengalaman, serta naluri untuk menganalisis saham mana
yang harus dibeli dan harus dijual sebagai investor harus
rasional dalam menghadapi pasar jual beli saham.
5. Portofolio Efisien
Portofolio efisien (Efficient Portfolio) adalah portofolio
yang berada didalam kelompok yang layak menawarkan kepada
para investor ekspektasi return maksimum atas berbagai level
resiko dan juga resiko minimum untuk berbagai level ekspetasi
34
return. Efisien selalu dilihat dari segi biaya, maka portofolio yang
efisien juga melihat dari segi biaya yang paling efektif dari
berbagai portofolio yang ditawarkan, karena setiap investor tidak
menginginkan menginvestasikan dananya pada tempat-tempat
yang dianggap tidak efisien.
Investor dapat menentukan kombinasi dari aspek-aspek dan
membentuk portofolio, baik yang efisien maupun tidak efisien.
Yang penting bagi investor adalah bagaimana menentukan
portofolio yang dapat memberikan kombinasi tingkat resiko dan
keuntungan yang optimal.
Suatu portofolio dikatakan efisien apabila portofolio
tersebut ketika dibandingkan dengan portofolio lain memenuhi
kondisi berikut (Abdul Halim, 2005:54) :
a. Memberikan ER (Expected Return) terbesar dengan resiko
yang sama, atau
b. Memberikan resiko terkecil ER (Expected Return) yang sama.
6. Seleksi Portofolio Optimal
Dalam pembentukan portofolio, investor selalu ingin
memaksimalkan return yang diharapkan dengan tingkat risiko
tertentu. Karakteristik seperti ini disebut sebagai portofolio yang
efisien. Sedangkan portofolio optimal adalah portofolio yang
dipilih investor dari sekian banyak pilihan yang ada pada
portofolio efisien (Eduardus Tandelilin, 2010: 157).
35
Pembentukan portofolio yang efisien kita harus berpegang
pada asumsi tentang bagaimana perilaku investor dalam pembuatan
keputusan investasi yang diambilnya. Salah satu asumsi yang
paling penting adalah bahwa semua investor tidak menyukai
risiko. Investor seperti ini jika dihadapkan pada dua pilihan
investasi yang menawarkan return yang sama dengan risiko yang
berbeda, akan cenderung memilih investasi dengan risiko yang
lebih rendah. Sedangkan, portofolio optimal merupakan portofolio
yang dipilih seorang investor dari sekian banyak pilihan yang ada
pada kumpulam portofolio efisien. Tentunya investor memilih
portofolio yang sesuai dengan preferensi investor bersangkutan
terhadap
return
maupun
terhadap
risiko
yang
bersedia
ditanggungnya.
Sebagaimana telah disebutkan di bagian awal, dalam teori
portofolio dikenal adanya konsep portofolio efisien dan portofolio
optimal. Portofolio efisien adalah portofolio yang menyediakan
return maksimal bagi investor dengan tingkat risiko tertentu, atau
portofolio yang menawarkan risiko terendah dengan tingkat return
tertentu. Sedangkan portofolio optimal adalah portofolio yang
dipilih investor dari sekian banyak pilihan yang ada pada
portofolio efisien. (Eduardus Tandelilin, 2010: 158) Pemilihan
portofolio optimal didasarkan pada preferensi investor terhadap
return yang dihadapkan dan risiko yang ditunjukkan oleh kurva
36
indiferen.
Kurva
indiferen
merupakan
suatu
kurva
yang
menunjukkan berbagai kombinasi efek yang memberikan tingkat
pengembalian yang sama (indifference) bagi investor. Kemiringan
(slope) IC menunjukkan tingkat substitusi marginal dari tingkat
pengembalian dan risiko. (Abdul Halim, 2005: 61).
7. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) atau Composite
stock price index menggunkan seluruh saham tercatat sebagai
komponen perhitungan indeks. Masing-masing pasar modal
memiliki indeks yang dibentuk berdasarkan saham-saham yang
dipakai sebagai dasar dalam perhitungan indeks harga. Sebagai
contoh
IHSG
dimasing-masing
negara
memiliki
tingkat
perkembangan yang berbeda.
Indeks harga saham gabungan seluruh saham adalah suatu
nilai yang digunakan untuk mengukur kinerja gabungan seluruh
saham yang tercatat disuatu bursa efek. Maksud gabungan seluruh
saham ini adalah kinerja saham yang dimaksudkan dalam
perhitungan seluruh saham yang tercatat dibursa tersebut.
8. Pasar Modal
Menurut Undang-Undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun
1995, pasar modal
didefinisikan sebagai
“Kegiatan
yang
bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek,
perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya,
37
serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek”. Samsul
(2008: 43), mengartikan pasar modal sebagai sarana atau tempat
bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen
keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari 1 (satu) tahun. Pada
dasarnya, pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen
keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik dalam
bentuk utang, ekuitas (saham), instrumen derivatif, maupun
instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi
perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah) dan sarana
bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal
memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan
kegiatan terkait lainnya (Darmadji, dan Fakhruddin, 2008: 1).
Pasar modal memiliki peran besar bagi Ekonomi dan Bisnis
suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus
fungsi Ekonomi dan Bisnis dan fungsi keuangan. Pasar modal
dikatakan memiliki fungsi Ekonomi dan Bisnis karena pasar
menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua
kepentingan, yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (yaitu
investor) dan pihak
yang memerlukan dana (yaitu issuer, pihak
yang menerbitkan efek atau emiten). Dengan adanya pasar modal,
maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan
dana tersebut dengan harapan memperoleh imbal hasil (return),
sedangkan pihak issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat
38
memanfaatkan dana tersebut untuk kepentingan investasi tanpa
harus menunggu tersedianya dana dari operasi perusahaan.
Pasar modal dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena
memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbal
hasil bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang
dipilih. Dengan adanya pasar modal, diharapkan aktivitas
perekonomian dan bisnis dapat meningkat karena pasar modal
merupakan alternatif pendanaan bagi perusahaan, sehingga dapat
beroperasi dengan skala yang lebih besar, dan selanjutnya akan
meningkatkan
pendapatan
perusahaan
dan
kemakmuran
masyarakat luas (Darmadji, dan Fakhruddin, 2008: 3).
9.
Instrumen Pasar Modal
Bentuk instrument di pasar modal disebut efek, yaitu surat
berharga yang berupa: (1) saham (2) obligasi (3) bukti right dan
(4) produk turunan atau biasa disebut derivative. (Samsul, 2006:
45).
a. Saham adalah tanda bukti memiliki perusahaan dimana
pemiliknya
disebut
juga
sebagai
pemegang
saham
(shareholder atau stockholder). Bukti bahwa seseorang atau
suatu pihak dapat dianggap sebagai pemegang saham
adalah apabila mereka sudah tercatat sebagai pemegang
saham dalam buku yang disebut Daftar Pemegang Saham
(DPS).
39
b. Obligasi (bonds) adalah tanda bukti perusahan memiliki
utang jangka panjang kepada masyarakat yaitu diatas 3
tahun. Pihak yang membeli obligasi disebut pemegang
obligasi
(bondholder)
dan pemegang obligasi
akan
menerima kupon sebagai pendapatan dari obligasi yang
dibayarkan setiap 3 bulan atau 6 bulan sekali.
c. Bukti right adalah hak untuk membeli saham pada harga
tertentu dalam jangka waktu tertentu. Hak membeli itu
dimiliki oleh pemegang saham lama, harga tertentu di sini
berarti harganya sudah ditetapkan di muka dan biasa
disebut harga pelaksanaan atau harga tebusan (strike price
atau exercise price).
d. Waran adalah hak untuk membeli saham pada harga
tertentu dalam jangka waktu tertentu. Waran tidak saja
dapat diberikan kepada pemegang saham lama, tetapi juga
sering diberikan kepada pemegang obligasi pada saat
perusahaan menerbitkan obligasi. Harga tertentu berarti
harganya sudah ditetapkan di muka sebesar di atas harga
pasar saat diterbitkan. Jangka waktu tertentu berarti setelah
6 bulan, atau dapat setelah 3 tahun, 5 tahun, atau 10 tahun.
40
10. Reksadana Syariah
Menurut fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) No.
20/DSN/-MUI/IV/2001, Reksadana Syariah adalah reksadana yang
beroperasi menurut ketentuan dan prinsip syariah islam, baik
dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (Shahibul
maal / rabb al-mal) dengan manajer investasi sebagai wakil
pengguna investasi, maupun antara manajer investasi sebagai wakil
shahibul maal dengan pengguunaan investasi.
Reksadana syariah berasal dari kata reksa, yang beratrti
kelola atau pelihara, dana yang berarti uang dan syariah adalah
aturan-aturan yang sesuai dengan islam. Jadi reksadana syariah
adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari
masyarakat pemodal, dan selanjutnya diinvestasikan dalam
portofolio efek oleh manajer investasi serta sesuai dengan
ketentuan atau peraturan dan hukum yang telah ditetapkan pokokpokoknya oleh Allah SWT (Ahmad Rodoni, 2009:79).
Reksadana di Amerika Serikat dikenal dengan istilah
Mutual Fund, di Inggris dikenal dengan sebutan Unit Trust, dan di
Jepang dikenal dengan istilah Investment Trust, sedangkan di
Malaysia, reksadana dikenal sebagai Unit trust. Definisi yang
diberikan Choong (1999) adalah, “unit trust is an investment
scheme that pools from many investors who share similiar
financial objective investment strategy and risk tolerance” (Ahmad
41
Rodoni, 2009:80).
Salah satu tujuan dari reksadana syariah adalah memenuhi
kebutuhan kelompok investor yang ingin memperoleh pendapatan
investasi dari sumber yang bersih dan dapat dipertanggung
jawabkan secara religius, serta sejalan dengan prinsip – prinsip
syariah. Dari sisi tujuan reksadana syariah dapat disejajarkan
dengan Social Responsible Investment (SRI) atau Etihcal
Investment,
Socially
Aware
Investment
dan
Value-Based
Investment. Tujuan utama reksadana syariah bukan semata-mata
mencari keuntungan tetapi juga memiliki tanggung jawab sosial
terhadap lingkungan, komitmen terhadap nilai-nilai yang diyakini
tanpa harus mengabaikan keinginan investornya (Sofiyanti
Ghufron dkk, 2005:15-16 ).
11. Pihak-pihak yang Terlibat
Menurut Ahmad Rodoni (2009:87) seorang calon investor
yang akan menginvestasikan dananya pada salah satu Reksadana
Terbuka umumnya akan menghadapi pihak-pihak yang terkait
didalamnya yaitu:
1. Perusahaan Reksadana
Merupakan perseroan terbatas yang telah memperoleh izin
usaha dari Bapepam dengan bertujuan untuk Reksadana yang
akan mengelola dan bertanggung jawab atas dana para
pemegang saham Reksadana.
42
2. Manajer Investasi
Merupakan perseroan yang telah memperoleh izin usaha
dari Bapepam-LK sebagai manajer investasi dan minimum ada
pegawainya yang telah memperoleh izin profesi dari BapepamLK sebagai wakil manajer investasi. Perseroan ini mempunyai
kontrak dengan perusahaan Reksadana untuk melaksanakan
investasi kembali dana yang telah dihimpun. Kegiatan manajer
investasi adalah manajemen portofolio (jual beli efek), analisa
efek serta perdagangan (jual beli) efek dengan harga terbaik.
Biasanya manajer investasi ini dirangkap oleh perusahaan
Reksadana.
Menurut Eko Pratomo (2007:41), sebelum dapat menjual
reksadana kepada investor, manajer investasi harus terlebih
dahulu membentuk reksadana dengan membuat akta Kontrak
Investasi Kolektif (KIK) bersama bank kustodian. Kemudian,
menjalani proses pernyataan pendaftaran kepada Bapepam-LK
untuk mendapatkan pernyataan efektif, sehingga reksadana
dapat dijual kepada investor. Umumnya, manajer investasi
bekerjasama dengan agen penjual (bank, perusahaan asuransi,
atau pihak lainnya) untuk menawarkan dan menjual reksadana
kepada investor. Dari dana yang terkumpul, manajer investasi
akan
melakukan
pengelolaan
investasi,
sesuai
dengan
kebijakan investasi yang telah ditentukan dalam KIK. Proses
43
investasi yang dilakukan, antara lain:
a) Melakukan analisis makro dan mikro
b) Menentukan alokasi aset (distribusi penempatan pada efek
pasar uang, efek utang atau efek saham).
c) Menentukan alokasi sektor (distribusi jenis industri yang
dipilih)
d) Menentukan pilihan emiten/pihak tempat berinvestasi
e) Melaksanakan transaksi melalui bank atau pialang (broker)
f) Memonitor kinerja dan melakukan penyesuaian portofolio
3. Agen Penjualan
Agen penjualan inilah melaksanakan penjualan secara
langsung kepada masyarakat
cabangnya
atau
subagensi
pemodal melalui cabanglainnya.
Transaksi
jual-beli
berlangsung dengan investor terjadi disini. Disinilah investor
dapat meminta prospektus penawaran umum saham reksadana,
agen penjualan ini biasanya dirangkap oleh manajer investasi.
4. Kustodian
Kustodian (custodian) merupakan institusi yang berfungsi
untuk menyimpan dan mengamankan dokumen efek (surat
berharga). Kustodian tidak terlibat didalam operasi sehari-hari
yang
berhubungan
dengan
keputusan
investasi.
Untuk
menghindari terjadinya kolusi, maka kustodian tidak boleh
berafiliasi dengan manajer investasi. Kustodian umumnya
44
adalah bank, yang telah memperoleh izin usaha dari BapepamLK sebagai kustodian.
Kustodian melaksanakan perintah dari manajer investasi
dalam transaksi jual-beli efek dalam hal pengeluaran dan
pemasukan dana serta penyimpanan efek hasil pembelian yang
dilakukan oleh manajer investasi. Jadi manajer investasi tidak
menyimpan efek yang telah dibeli maupun uang yang dihimpun
dari para pemegang saham reksadana. Praktek Kustodian di
Indonesia dipercaya oleh Bapepam-LK untuk menghitung
NAB setiap hari, jadi tidak dilakukan oleh suatu institusi yang
disebut trustee.
5. Transfer Agent
Fungsi dari transfer agent adalah melaksanakan registrasi
dari pencatatan permintaan para pemegang saham reksadana
mengenai pembelian dan penebusan serta membuat daftar para
pemegang saham yang uptodate. Fungsi ini di Indonesia,
dipercayakan kepada kustodian.
12. Jenis-jenis Reksadana
Menurut Mohamad Heykal (2012:92), berdasarkan jenisnya
reksadana dapat dibagi kepada tiga bagian yaitu:
1. Pembagian Reksadana Berdasarkan Bentuk Hukum
a) Reksadana berbentuk perseroan
Reksadana berbentuk perseroan (PT Reksa Dana)
45
merupakan suatu perusahaan (dalam hal ini perseroan
terbatas) yang bergerak pada pengelolaan portofolio
investasi pada surat-surat berharga yang tersedia di
pasar investasi. Dari kegiatan tersebut PT Reksa Dana
akan
memperoleh
keuntungan
dalam
bentuk
peningkatan nilai aset perusahaan (sekaligus nilai
sahamnya), yang kemudian juga akan dapat dinikmati
oleh para investor yang memiliki saham pada
perusahaan tersebut.
b) Reksadana berbentuk kontrak investasi kolektif (KIK)
Reksadana berbentuk KIK adalah kontrak yang
dibuat antara manajer investasi dan bank kustodian
yang juga mengikat pemegang unit penyertaan sebagai
investor.
Dengan
begitu
reksadana
KIK
bukan
merupakan reksadana yang berbentuk badan hukum
tersendiri. Melalui kontrak ini manajer investasi diberi
wewenang untuk mengelola portofolio kolektif dan
bank
kustodian
diberikan
wewenang
untuk
melaksanakan investasi penitipan dan administrasi
investasi kolektif. Fungsi dari kontrak investasi kolektif
sama halnya dengan Anggaran Dasar dan Anggaran
Rumah Tangga dalam suatu perusahaan. Saat ini
seluruh reksadana yang ada di Indonesia adalah
46
reksadana berbentuk KIK.
2. Pembagian Reksadana Berdasarkan Sifat Operasional
Berdasarkan sifat operasionalnya, reksadana dapat
dibedakan menjadi reksadana terbuka (open-end) dan
reksadana tertutup (close-end). Beberapa perbedaan
keduanya dapat dijelaskan sebagai berikut. Reksadana
terbuka menjual sahamnya melalui penawaran umum
untuk seterusnya dicatatkan pada Bursa Efek. Investor
tidak dapat menjual kembali saham yang dimilikinya
kepada reksadana melainkan kepada investor lain melalui
pasar bursa dimana harga jual belinya ditentukan oleh
mekanisme bursa. Penjualan saham tersebut dilakukan
melalui manajer investasi.
Sementara itu, reksadana tertutup menjual saham atau
unit penyertaannya secara terus menerus sepanjang ada
investor yang membeli. Saham ini tidak perlu dicatatkan
di Bursa Efek dan harganya ditentukan didasarkan atas
Nilai Aktiva Bersih (NAB) / Net Asset Value (NAV) per
saham yang dihitung oleh Bank Kustodian. Pada dasarnya
reksadana berbentuk perseroan dapat beroperasi secara
terbuka maupun tertutup, sedangkan reksadana berbentuk
KIK hanya dapat beroperasi secara terbuka.
47
3. Pembagian Reksadana Berdasarkan Jenis Investasi
Berdasarkan jenis investasinya reksadana terbagi
menjadi empat kategori, yaitu:
a) Reksadana Pasar Uang (Money Market Fund / MMF)
Reksadana pasar uang adalah reksadana yang
melakukan investasi 100% pada efek pasar uang yaitu
efek-efek utang yang berjangka kurang dari satu tahun.
Umumnya, instrumen atau efek yang masuk dalam
kategori ini meliputi deposito, SBI, obligasi, serta efek
utang lainnya dengan jatuh tempo kurang dari satu
tahun. Reksadana pasar uang merupakan reksadana
dengan tingkat risiko paling rendah dan cocok untuk
investor yang ingin menginvestasikan dananya dalam
jangka pendek (kurang dari satu tahun).
b) Reksadana Pendapatan Tetap (Fixed Income Fund /
FIF)
Reksadana pendapatan tetap merupakan reksadana
yang melakukan investasi sekurang-kurangnya 80%
dari portofolio yang dikelolanya ke dalam efek bersifat
utang, seperti obligasi dan surat utang lainnya dan 20%
dari dana yang dikelola dapat diinvestasikan pada
instrumen lainnya. Reksadana jenis ini memiliki risiko
relatif besar dari reksadana pasar uang dengan tujuan
48
investasi untuk menghasilkan return yang stabil. Efek
bersifat utang umumnya memberikan penghasilan
dalam bentuk bunga, seperti deposito, SBI, obligasi dan
instrumen lainnya. FIF yang terdapat di Indonesia lebih
banyak memanfaatkan instrumen obligasi sebagai
bagian terbesar investasinya.
c) Reksadana Saham (Equity Fund / EF)
Reksadana
saham
adalah
reksadana
yang
melakukan investasi sekurang-kurangnya 80% dari
portofolio yang dikelolanya ke dalam efek bersifat
ekuitas (saham) dan 20% dari dana yang dikelola
diinvestasikan pada instrumen lainnya. Reksadana jenis
ini
memiliki
tingkat
risiko
yang paling
tinggi
dibandingkan dengan jenis reksadana lain, tentunya
juga memiliki return yang lebih tinggi. Berbeda dengan
efek pendapatan tetap seperti deposito dan obligasi,
dimana investor lebih berorientasi pada pendapatan
bunga, efek saham umumnya memberikan potensi hasil
yang lebih tinggi
berupa
capital
gain
melalui
pertumbuhan harga-harga saham. Selain hasil dari
capital gain, efek saham juga memberikan hasil lain
berupa dividen.
49
d) Reksadana Campuran (Balance Fund / BF)
Reksadana campuran tidak memiliki batasan alokasi
investasi yang boleh dilakukan. Reksadana campuran
dapat melakukan investasinya baik pada efek utang
maupun ekuitas dan porsi alokasi yang lebih fleksibel.
Perkembangan terakhir, Bapepam-LK mengeluarkan
aturan baru berkaitan dengan jenis-jenis reksadana yang
sedikit berbeda dari reksadana yang selama ini beredar.
Sekilas mengenai reksadana tersebut adalah sebagai
berikut (Mohamad Heykal, 2012:96) :
a. Reksadana
Terproteksi
(Capital
Protected
Fund)
Jenisnya reksadana pendapatan tetap, namun
manajer investasi memberikan perlindungan
terhadap investasi awal investor sehingga
nilainya tidak berkurang saat jatuh tempo.
Sebagian besar dana yang dikelola akan
dimasukkan pada efek bersifat utang yang pada
saat jatuh tempo sekurangnya dapat menutup
nilai yang diproteksi. Sisanya diinvestasikan
kepada efek lain, sehingga investor masih punya
peluang memperoleh peningkatan NAB (Nilai
Aktiva Bersih).
50
b. Reksadana dengan Penjaminan (Guaranted
Fund)
Reksadana ini menjamin bahwa investor
sekurangnya akan menerima sebesar nilai
investasi awal pada saat jatuh tempo, sepanjang
persyaratannya dipenuhi. Jaminan ini diberikan
lembaga penjamin berdasarkan kontrak lembaga
itu dengan manajer investasi dan bank kustodian
(bank yang mewakili kepentingan investor
untuk mengawasi ketaatan manajer investasi).
Manajer
investasi
wajib
menginvestasikan
sekurang-kurangnya 80% dari efek bersifat
utang yang masuk kategori layak investasi.
c. Reksadana Indeks
Portofolio reksadana terdiri atas efek-efek
yang menjadi bagian dari indeks acuan. Manajer
investasi wajib menginvestasikan minimal 80%
dari NAB pada sekurangnya 80% efek yang
menjadi bagian indeks acuan.
13. Keuntungan Reksadana Syariah
Menurut Mohamad Heykal (2012:97), pada dasarnya setiap
kegiatan investasi mengandung dua unsur yaitu return
(keuntungan) dan risiko. Berikut ini terdapat beberapa
51
keuntungan dalam menginvestasikan melalui reksadana:
1. Tingkat likuiditas yang baik, yang dimaksud dengan
likuiditas disini adalah kemampuan untuk mengelola uang
masuk dan keluar dari reksadana. Dalam hal ini yang paling
sesuai adalah reksadana untuk saham-saham yang telah
dicatatkan di Bursa dimana transaksi terjadi setiap hari,
tidak seperti deposito berjangka atau sertifikat deposito
periode tertentu. Selain itu pemodal dapat mencairkan
kembali saham/unit penyertaan setiap saat sesuai dengan
ketetapan yang dibuat masing-masing reksadana sehingga
memudahkan investor untuk mengelola kasnya.
2. Manajer profesional, reksadana dikelola oleh manajer
investasi yang handal, ia mencari peluang investasi yang
paling baik untuk reksadana tersebut. Pada prinsipnya,
manajer investasi bekerja keras untuk meneliti ribuan
peluang investasi bagi pemegang saham/unit reksadana.
Sedangkan pilihan investasi itu sendiri dipengaruhi oleh
tujuan investasi dari reksadana tersebut.
3. Diversifikasi, adalah istilah dimana tidak menempatkan
seluruh dana di dalam suatu satu peluang investasi, dengan
maksud membagi risiko.
4. Biaya rendah, karena reksadana merupakan kumpulan dana
dari banyak investor sehingga besarnya kemampuan
52
melakukan investasi akan menghasilkan biaya transaksi
yang murah. Sedangkan manfaat yang diberikan Reksadana
Syariah bagi pemerintah dan Bursa Efek yaitu sebagai
berikut (Ahmad Rodoni, 2009:94) :
a) Memobilisasi dana masyarakat, dimana reksadana
(sebagai emiten) merupakan lahan yang tepat bagi
investasi pemodal segala strata, baik besar maupun
kecil. Investor-investor lembaga akan lebih percaya
kepada manajer investasi yang mengelola reksadana.
b) Meningkatkan
peranan
swasta
nasional
dalam
menghimpun dana masyarakat. Selama ini produk
reksadana dikelola oleh manajer investasi asing,
sehingga dikhawatirkan dapat menaikkan
capital
outflows yang berimplikasi pada mengguncangnya
stabilitas neraca pembayaran (balance of payment).
c) Mendorong perdagangan surat-surat berharga di pasar
modal
Indonesia,
likuiditas
bursa
sehingga
dan
dapat
kapitalis
meningkatkan
pasar
(market
capitalization). Tingginya transaksi perdagangan efek
di bursa akan menarik masuknya modal asing (capital
inflows)
sehingga
makin
menguatkan
neraca
pembayaran.
53
d) Dapat mengoreksi tingkat bunga, karena pergeseran dana
dari bank ke capital market.
14. Risiko Investasi pada Reksadana Syariah
Menurut Abdul Manan (2009:161), Bapepam menyebutkan
beberapa risiko yang kemungkinan bisa terjadi apabila investor
berinvestasi di reksadana, antara lain:
a. Risiko berkurangnya nilai unit penyertaan
Risiko ini dipengaruhi oleh turunnya harga dari efek (saham,
obligasi, dan surat-surat berharga lainnya) yang menjadi bagian
dari portofolio reksadana di bursa yang mengakibatkan
menurunnya nilai unit penyertaan.
b. Risiko Likuiditas
Penjualan kembali (redemption) sebagian besar unit penyertaan
oleh pemilik kepada manajer investasi secara bersamaan dapat
menyulitkan manajer investasi menyediakan uang tunai bagi
pembayaran tersebut.
c. Risiko Politik dan Ekonomi
Perubahan
kebijakan
di
bidang
politik
dan
ekonomi
mempengaruhi kinerja perusahaan, tidak terkecuali perusahaan
yang mempengaruhi efek yang termasuk dalam portofolio
reksadana.
d. Risiko Wanprestasi
Risiko ini dapat timbul saat perubahan asuransi yang
54
mengasuransi harta kekayaan reksadana tidak dapat membayar
ganti rugi atau membayar lebih rendah dari nilai pertanggungan
saat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, seperti pihak-pihak
terkait dengan reksadana yakni pialang, bank kustodian, agen
pembayaran, atau bencana alam, kebakaran serta kerusuhan
yang mungkin dapat mempengaruhi penurunan NAB yang
bersangkutan.
15. Nilai Aktiva Bersih (NAB)
Nilai Aktiva Bersih (NAB) adalah jumlah aktiva setelah
dikurangi kewajiban-kewajiban yang timbul selama reksadana
diperdagangkan. Aktiva reksadana berasal dari nilai porttofolio
reksadana, yang dapat berupa Kas, Deposito, Surat Berharga Pasar
Uang (SBPU), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Saham, Obligasi
dan Efek lainnya. Sementara kewajiban reksadana dapat berupa fee
Manajer Investasi yang belum dibayar, fee Bank Kustodian yang
belum dibayar, fee pialang yang belum dibayar, pembelian efek
yang belum dilunasi dan pajak-pajak belum dibayar.
Unit penyertaan (UP) adalah sauan kepemilikan investor
atas reksadana. Sedangkan NAB per Unit penyertaan berarti nilai
NAB dibagi dengan Unit Penyertaan (UP) yang beredar
(Outstanding). Secara singkat NAB/Unit dapat dijelaskan sebagai
harga beli per Unit penyertaan jika investor ingin berinvestasi
direksadana, sekaligus sebagai harga jual per Unit penyertaan jika
55
investor ingin mencairkan investasinya. Informasi NAB/Unit
menjadi indikator untung ruginya investasi, dengan mengetahui
pada harga berapa investor membeli dan pada harga berapa
investor menjualnya.
16. Kriteria Pemilihan Saham yang Memenuhi Prinsip-prinsip
Syariah
Dari sekian banyak emiten yang tercatat di Bursa Efek
Indonesia, terdapat beberapa emiten yang kegiatan usahanya belum
sesuai dengan syariah. Berdasarkan arahan Dewan Syariah
Nasional dan Peraturan Bapepam – LK Nomor IX.A.13 tentang
Penerbitan Efek Syariah, jenis kegiatan utama suatu badan usaha
yang dinilai tidak memenuhi syariah Islam adalah (Indonesia Stock
Exchange, 2010: 13):
1. Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau
perdagangan yang dilarang.
2.
Menyelenggarakan jasa keuangan yang menerapkan konsep
ribawi, jual beli risiko yang mengandung gharar dan maysir.
3. Memproduksi, mendistribusikan, memperdagangkan dan atau
menyediakan :
a. Barang dan atau jasa yang haram karena zatnya (haram lidzatihi).
b. Barang dan atau jasa yang haram bukan karena zatnya
(haram li-ghairihi) yang ditetapkan oleh DSN-MUI, dan
56
atau
c. Barang dan atau jasa yang merusak moral dan bersifat
mudarat.
4.
Melakukan investasi pada perusahaan yang pada saat transaksi
tingkat (nisbah) hutang perusahaan kepada lembaga keuangan
ribawi lebih dominan dari modalnya, kecuali investasi tersebut
dinyatakan kesyariahannya oleh DSN-MUI.
Sedangkan kriteria saham yang masuk dalam katagori
syariah adalah:
1. Tidak melakukan kegiatan usaha sebagaimana yang
diuraikan di atas.
2. Tidak melakukan perdagangan yang tidak disertai dengan
penyerahan
barang/jasa
dan
perdagangan
dengan
penawaran dan permintaan palsu
3. Tidak melebihi rasio keuangan sebagai berikut:
a. Total hutang yang berbasis bunga dibandingkan dengan
total ekuitas tidak lebih dari 82% (hutang yang berbasis
bunga dibandingkan dengan total ekuitas tidak lebih
dari 45% : 55%).
b. Total pendapatan bunga dan pendapatan tidak halal
lainnya
dibandingkan
dengan
total
pendapatan
(revenue) tidak lebih dari 10%.
57
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh Riska Rosdiana (2012),
mengenai “Analisis optimalisasi portofolio saham syariah (studi kasus
pada jakarta islamic index tahun 2006-2010) “ dalam anailisis ini variabel
yang diteliti yaitu return pasar (IHSG) terhadap return sekuritas, dengan
menggunakan metode single index model dan cosntant correlation peneliti
menemukan portofolio optimal yang terbentuk dengan metode single
index model memberikan hasil rata-rata return portofolio yaitu sebesar
(Rp) 0.1437 dan rata-rata resiko portofolio sebesar 0.3716 sedangkan
portofolio yang terbentuk dengan metode constant correlation memberikan
hasil rata-rata return portofolio sebesar (Rp) 0.1170 dan rata-rata resiko
portofolio sebesar 0.005712.
Penelitian yang dilakukan oleh Edgar Pandu Putra (2012),
mengenai
“Optimalisasi
portofolio
pada
index
LQ-45
dengan
membandingkan metode single index model dan constant correlation
periode agustus 2009 - juli 2012 “ dalam analisis ini variabel yang diteliti
yaitu return pasar (IHSG) terhadap return sekuritas dengan menggunakan
metode
single
index
model
dan
constant
correlation.
Dengan
menggunakan metode single index model peneliti menemukan sahamsaham syariah yang terdiri dari UNTR, GGRM, KLBF, ASII, BBRI,
BBCA, INDF, BBNI, dan BMRI. Dari portofolio tersebut didapat
expected return sebesar 18,828% dan risk sebesar 2,494%. Sedangkan
portofolio yang dibentuk oleh metode constant correlation terdiri dari
58
ASII, GGRM, INTP, JSMR, KLBF, PTBA, SMGR, dan UNTR. Dari
portofolio tersebut didapat expected return 19,707% dan risk sebesar
1,584%.
Penelitian yang dilakukan oleh J. Francis Mary, G. Rathika (2015),
mengenai “ The single index model and the construction of optimal
portfolio with CNXPHARMA SCRIP ” pada periode September 2010 –
September 2014 dengan menerapkan metode single index model sharpe
menggunakan harga penutupan bulanan 10 sample perusahaan yang
terdaftar pada NSE dan harga indeks CNX PHARMA. Peneliti
menemukan bahwa hanya ada satu perusahaan yang terpilih untuk
keputusan investasi dengan nilai cut off point -0.111182.
Penelitian yang dilakukan oleh Yuliati (2011), mengenai “ Analisis
pembentukkan portofolio optimal pada saham LQ-45 dan JII di Bursa efek
indonesia dengan metode single index model dan cut off point “ dalam
analisis ini variabel yang diteliti yaitu return pasar (IHSG) terhadap return
sekuritas dengan menggunakan metode single index model dan cut off
point. Pada periode 2006 - 2010 Dengan menggunakan metode single
index model peneliti menemukan saham LQ-45 yang terbentuk yaitu
terdiri AALI, ASII, BBCA, BDMN, BMRI, BNBR, BNGA, BNII, INDF,
INKP, ISAT, PGAS, MEDC. Sedangkan saham JII yang terbentuk terdiri
dari BUMI, INCO, INTP, KLBF, PTBA, UNTR dan UNVR.
Penelitian yang dilakukan oleh Renta Wachya (2006), mengenai “
Pembentukan
portofolio
optimal
pada
reksadana
saham
dengan
59
menggunakan metode markowitz “ dalam analisis ini variabel yang diteliti
yaitu return pasar (IHSG) terhadap return sekuritas dengan menggunakan
metode markowitz. Dengan menggunakan metode markowitz peneliti
menggunakan
16
sample
reksadana
saham
yang
secara
aktif
diperdagangkan dari Januari 2001 – Desember 2005 dengan nilai average
return bulanan positif. Dari hasil penelitian menunjukan bahwa investor
dapat melakukan investasi portofolio sepenuhnya yaitu 100% pada
Reksadana saham Schroder Dana Prestasi Plus, dengan menginvestasikan
100% maka akan mendapatkan tingkat return portofolio sebesar 42,33%
dengan standar deviasi 23,19% serta indeks reward to variability ratio
sebesar 1,2953. Lalu dari hasil penelitian terhadap pengukuran kinerja
dengan menggunakan metode Sharpe terdapat tujuh reksadana saham yang
kinerjanya berada diatas pasar yaitu Reksadana Schroder Dana Prestasi
Plus, Si Dana Saham, Rencana Cerdas, Phisnisi Dana Saham, Panin Dana
Maksima, Citer reksadana Ekuitas dan Bahana.
Penelitian yang dilakukan oleh Jiwa Adisetya (2006), mengenai “
Pembentukan portofolio optimal pada instrumen reksadana saham
menggunakan metode single index model dan efficient frontier markowitz
“dalam analisis ini variabel yang diteliti yaitu return pasar (IHSG)
terhadap return sekuritas dengan menggunakan metode single index model
dan efficient frontier markowitz. Sampel yang digunakan sebanyak 16
sampel reksadana saham pada periode 2001 - 2005. Berdasarkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa reksadana saham yang terpilih menjadi
60
pembentuk portofolio optimal antara metode single index model dan
efficient frontier markowitz adalah sama. Yaitu TRIM Kapital, Rencana
Cerdas dan Si Dana Saham.
Penelitian yang dilakukan oleh Ardi Sanjaya Hamdani (2015),
mengenai “Pembentukan Portofolio Optimal Pada Indeks Kompas 100
Periode 2013-2014“ dalam analisis ini variabel yang diteliti yaitu return
saham yang masuk kedalam indeks kompas 100 dengan menggunakan
metode single index model. Pada periode 2013 - 2014 Dengan
menggunakan metode single index model dalam penelitian didapatkan
hasil bahwa portofolio oprimal yang terbentuk dari indeks kompas adalah
BBRI, BBCA, BMRI, ASII, GGRM, SMCB, INTP, JSMR, BBKP,
MEDC, AKRA, ENRG, BBNI, PNLF, AALI, BSDE, CTRA dan CPIN.
61
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No
Peneliti/
Tahun
Judul
Penelitian
Variabel
dan Metode Penelitian
Persamaan
Hasil Penelitian
Perbedaan
1.
J. Francis, The Single Index 1. Menggunakan 1. Penelitian
Peneliti menemukan
G. Rathika Model And The
Single Index
menggunakan
bahwa hanya ada satu
(2015)
Construction Of
Model.
sampel
perusahaan
yang
Optimal Portfolio
sebanyak
7 terpilih
untuk
with
Reksadana
keputusan
investasi
CNXPHARMA
saham syariah.
dengan nilai cut off
SCRIP
2. Variabel yang point -0.111182.
digunakan
adalah
Resadana
Saham Syariah.
3. Periode
penelitian yaitu
pada
Bulan
Januari 2011 –
Desember
2015.
2.
Ardi
Sanjaya
Hamdani
(2015)
Pembentukan
1. Menggunakan 1.Penelitian
Portofolio
Single Index
menggunakan
Optimal
Pada
Model.
sampel
Indeks Kompas
sebanyak
7
100
Periode
Reksadana
2013-2014
saham syariah.
2.Variabel
yang
digunakan
adalah
Resadana
Saham Syariah.
3. Periode
penelitian yaitu
pada
Bulan
menggunakan
variabel suku
bunga Januari
2011
–
Desember 2015
Dalam
penelitian
didapatkan
hasil
bahwa
portofolio
oprimal yang terbentuk
dari indeks kompas
adalah BBRI, BBCA,
BMRI, ASII, GGRM,
SMCB, INTP, JSMR,
BBKP,
MEDC,
AKRA, ENRG, BBNI,
PNLF, AALI, BSDE,
CTRA dan CPIN.
62
No
Peneliti/
Tahun
Judul
Penelitian
Variabel
dan Metode Penelitian
Persamaan
Hasil Penelitian
Perbedaan
3.
Riska
Rosdiana
(2012)
Analisis
1. Menggunakan 1.Penelitian
Optimalisasi
Single Index
menggunakan
Portofolio Saham
Model.
sampel
Syariah Pada JII
sebanyak
7
Tahun 2006-2010
Reksadana
saham syariah.
2. Variabel yang
digunakan
adalah
Resadana
Saham Syariah.
3.Periode
penelitian yaitu
pada
Bulan
Januari 2011 –
Desember
2015.
4.Menggunakan
Metode
Constant
Correlation
Peneliti menemukan
portofolio optimal
yang terbentuk dengan
metode single index
model memberikan
hasil rata-rata return
portofolio yaitu
sebesar (Rp) 0.1437
dan rata-rata resiko
portofolio sebesar
0.3716 sedangkan
portofolio yang
terbentuk dengan
metode constant
correlation
memberikan hasil
rata-rata return
portofolio sebesar
(Rp) 0.1170 dan ratarata resiko portofolio
sebesar 0.005712.
4.
Edgar
Pandu
(2012)
Optimalisasi
1. Menggunakan 1.Penelitian
Portofolio pada
Single Index
menggunakan
Index
LQ-45
Model.
sampel
dengan
sebanyak
7
Membandingkan
Reksadana
Metode
Single
saham syariah.
Index Model dan
2. Variabel yang
Constant
digunakan
Correlation
adalah
Resadana
Saham Syariah.
3. Periode
penelitian yaitu
pada
Bulan
Januari 2011 –
Desember
2015.
4. Menggunakan
Metode
Peneliti menemukan
saham-saham syariah
yang
terdiri
dari
UNTR,
GGRM,
KLBF, ASII, BBRI,
BBCA, INDF, BBNI,
dan
BMRI.
Dari
portofolio
tersebut
didapat
expected
return
sebesar
18,828% dan risk
sebesar
2,494%.
Sedangkan portofolio
yang dibentuk oleh
metode
constant
correlation terdiri dari
ASII, GGRM, INTP,
JSMR, KLBF, PTBA,
SMGR, dan UNTR.
63
No
Peneliti/
Tahun
Judul
Penelitian
Variabel
dan Metode Penelitian
Persamaan
Hasil Penelitian
Perbedaan
Constan
Correlation
5.
Yuliati
(2011)
6.
Renta
Wachya
(2006)
Dari
portofolio
tersebut
didapat
expected
4
return
19,707% dan risk
sebesar 1,584%.
Analisis
1. Menggunakan 1.Penelitian
Peneliti menemukan
Pembentukan
Single Index
menggunakan
saham LQ-45 yang
Portofolio
Model.
sampel
terbentuk yaitu terdiri
Optimal
Pada
sebanyak
7 AALI, ASII, BBCA,
Saham LQ 45
Reksadana
BDMN,
BMRI,
dan JII di Bursa
saham syariah.
BNBR, BNGA, BNII,
Efek Indonesia
2. Variabel yang INDF, INKP, ISAT,
dengan Metode
digunakan
PGAS,
MEDC.
Cut Off Point
adalah
Sedangkan saham JII
Resadana
yang terbentuk terdiri
Saham Syariah. dari BUMI, INCO,
3. Periode
INTP, KLBF, PTBA,
penelitian yaitu UNTR dan UNVR.
pada
Bulan
Januari 2011 –
Desember
2015.
Pembentukan
1. Variabel
1.Penelitian
Hasil
penelitian
Portofolio
yang diteliti
menggunakan
menunjukan
bahwa
Optimal
pada
Reksadana
sampel sebanyak investor
dapat
Reksadana
Saham
7
Reksadana melakukan investasi
Saham
dengan
saham
syariah portofolio sepenuhnya
Menggunakan
dan
16 yaitu
100%
pada
Metode
Reksadana
Reksadana
saham
Markowitz
Saham.
Schroder Dana Prestasi
2.Periode
Plus,
dengan
penelitian yaitu menginvestasikan
pada
Bulan 100% maka akan
Januari 2011 – mendapatkan tingkat
Desember 2015. return
portofolio
1. sebesar
O
42,33%
dengan standar deviasi
23,19% serta indeks
reward to variability
ratio sebesar 1,2953.
64
No
Peneliti/
Tahun
Judul
Penelitian
Variabel
dan Metode Penelitian
Persamaan
7.
Jiwa
Adisetya
(2006)
Hasil Penelitian
Perbedaan
Pembentukan
1. Variabel
1. Penelitian
Portofolio
yang diteliti
menggunakan
Optimal
pada
Reksadana
sampel
Instrumen
Saham
sebanyak
7
Reksadana
Reksadana
Saham
2. Menggunaka
saham syariah
Menggunakan
n
metode
dan
16
Metode
Single
Single Index
Reksadana
Index Model dan
Model
Saham.
Efficient Frontier
2. Periode
Markowitz
penelitian yaitu
pada
Bulan
Januari
2011
_
Desember
2015.
3. Menggunakan
Metode
Efficient
Frontier
Markowitz
Sumber : Hasil Kesimpulan Penelitian Terdahulu
Lalu
dari
hasil
penelitian
terhadap
pengukuran
kinerja
dengan menggunakan
metode
Sharpe
terdapat
tujuh
reksadana saham yang
kinerjanya
berada
diatas pasar yaitu
Reksadana Schroder
Dana Prestasi Plus, Si
Dana Saham, Rencana
Cerdas, Phisnisi Dana
Saham, Panin Dana
Maksima,
Citerreksadana Ekuitas
dan Bahana.
Reksadana saham yang
terpilih menjadi
pembentuk portofolio
optimal antara metode
single index model
dan efficient frontier
markowitz adalah
sama. Yaitu TRIM
Kapital, Rencana
Cerdas dan Si Dana
Saham.
65
C. Kerangka Pemikiran
Investasi merupakan penanaman sejumlah dana dalam bentuk uang
ataupun barang yang diharapkan akan memberikan hasil yang lebih di
kemudian hari. Investasi dalam bentuk surat berharga (sekuritas) biasanya
dapat dilakukan melalui pasar uang atau pasar modal (Astuti dan Sugiharto
2005 : 251). Investasi yang ditanamkan ke pasar uang seperti deposito,
SBI dan valuta asing, sedangkan yang ditanamkan ke pasar modal seperti
saham dan obligasi. Berbagai bentuk instrumen investasi tersebut dapat
memberikan banyak peluang bagi investor untuk menginvestasikan
modalnya. Bagi investor yang suka dengan risiko dapat menanamkan
modalnya di pasar modal berupa saham, dengan imbalan pendapatan
(return) yang tinggi.
Definisi portofolio optimal adalah yang mampu memberikan
tingkat keuntungan tertentu dengan resiko yang lebih rendah untuk
membentuk suatu portofolio yang optimal maka dilakukan terlebih dahulu
adalah
memilih
saham-saham
berdasarkan
dengan
kriteria,
memeringkatkan saham dengan menentukan cut off rate (C*), setelah
saham-saham tadi dapat dikatakan optimal dengan menentukan proporsi
masing-masing saham yang akan memberikan portofolio optimal.
66
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Bank Indonesia
Bursa Efek Indonesia
Return Pasar
(IHSG)
(X)
BAPEPAM-LK
Return NAB (Nilai Aktiva Bersih)
(Reksadana Saham Syariah)
(Y)
()
Varian Saham dan Pasar
SBI
Risiko Saham Sistematis dan Tidak Sistematis
ERB > C*
Masuk Kandidat Portofolio
Optimal
ERB < C*
Tidak Masuk Kandidat
Portofolio Optimal
Kesimpulan, Implikasi, Saran
67
D. Hipotesis
Berdasarkan tujuan penelitian maka hipotesis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah regresi linear sederhana sebagai berikut :
Hipotesis perbandingan antara Excess Return to Beta (ERB)
dengan Cut Off Point (C*) pada Reksadana Saham Syariah dengan
menggunakan Single Index Model (SIM).
H0 : ERB < C* Tidak termasuk kandidat saham portofolio optimal
pada reksadana saham syariah
Ha : ERB > C* Termasuk kandidat saham portofolio optimal pada
reksadana saham syariah
68
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah saham reksadana
syariah yang terdaftar (Listing) pada BAPEPAM-LK (Badan Pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan) data yang digunakan adalah data
sekunder yaitu yang diperoleh dari publikasi BAPEPAM-LK berupa data
Nilai Aktiva Bersih (NAB) bulanan, publikasi Bank Indonesia (BI) berupa
data Sertifikat Bank Indonesia (SBI) satu bulanan selama tahun 20112015, dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Dalam penelitian ini
saham yang dijadikan sebagai penelitian adalah saham-saham reksadana
syari’ah yang secara aktif masuk dalam periode penelitian selama Januari
2011 sampai Desember 2015., mampu bersaing dengan saham-saham
lainnya.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi sampel dalam penelitian ini adalah data NAB reksadana
saham yang diperdagangkan selama periode Januari 2011 sampai
Desember 2015. Data yang dipilih untuk dimasukkan dalam perhitungan
adalah reksadana saham syariah yang aktif beroperasi selama periode
penelitian. Jumlah reksadana saham syariah yang aktif beroperasi itu
sebanyak 7 reksadana saham syariah. Sementara beberapa reksadana
saham syariah lain yang tidak diperdagangkan secara simultan tidak
69
69
dimasukkan kedalam data penelitian. Ke 7 reksadana saham syariah yang
termasuk dalam obyek penelitian itu dapat dilihat pada tabel 3.1
Tabel 3.1
Sampel Reksadana Saham Syariah
Sumber : BAPEPAM-LK, data diolah
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini terdiri atas :
1. Data Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), merupakan indeks
gabungan seluruh saham yang terdaftar (listing) pada Bursa Efek
Indonesia (BEI).
2. Data Nilai Aktiva Bersih (NAB) dari masing-masing reksadana saham
syariah yang tercatat pada BAPEPAM-LK.
3. Tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI), merupakan suku
bunga tahunan. Sekuritas ini yang termasuk bebas resiko (Risk Free).
Data yang diperoleh dan digunakan dalam penelitian ini mencakup
periode Januari 2011 – Desember 2015, selain data-data diatas penulis
menggunakan data indeks bulanan Harga Saham Gabungan (IHSG)
dan Nilai Aktiva Bersih (NAB).
70
D. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini perhitungan return dan risiko saham secara
individual berdasarkan pada Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksadana saham
syariah dan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Metode ini digunakan
untuk mencari persamaan regresi. Beta sekuritas dapat dilakukan dengan
menggunakan return sekuritas sebagai variabel dependen dan returtn pasar
sebagai variabel independen. Persamaan regresi yang dihasilkan dari data
ini akan menghasilkan koefisien beta yang diasumsikan stabil dari waktu
ke waktu selama periode penelitian, akan tetapi bila periode penelitian
terlalu lama, anggapan bahwa beta konstan dan stabil adalah kurang tepat,
karena sebenarnya beta berubah dari waktu kewaktu (Jogiyanto,
2013:431).
Persamaan regresi yang digunakan untuk mengasumsikan beta
dapat didasarkan pada model indeks tunggal dengan rumus :
Ri = αi + βi ( Rm ) + ei
Dimana:
Ri
= return sekuritas i
Rm
= return indeks pasar
αi
= bagian return sekuritas i yang tidak dipengaruhi kinerja pasar
βi
= ukuran kepekaan return sekuritas i terhadap perubahan return
pasar
ei
= kesalahan residual
71
Persamaan tersebut diatas merupakan persamaan regresi linear
sederhana yang dihitung dengan Ri sebagai variabel tergantung dan Rm
sebagai variabel bebas.
Adapun langkah-langkahnya sebagai beerikut :
1) Memilih reksadana saham syariah sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan, yaitu reksadana saham syariah yang memiliki kapitalisasi
pasar terbesar yang berpengaruh terhadap IHSG dan selanjutnya
perhitungan-perhitungan yang diperlukan sebagai berikut :
a. Menghitung Return dan Standar Deviasi Reksadana saham syariah
Rm =
Keterangan :
Rm
= Return bulan bersangkutan
NABperunitn
= NAB perunit bulan bersangkutan
NABperunitn-1
= NAB perunit bulan sebelumnya
b. Menghitung Return Pasar
Rm =
Keterangan :
Rm
= Return pasar
IHSGt
= Harga saham penutup (Close)
IHSGt-1
= Harga saham pembuka (Open)
72
c. Menghitung Standar Deviasi digunakan untuk mengukur resiko dari
realized return, yang dapat dihitung dengan rumus :
Keterangan :
σ
= Standar Deviasi (SD)
Xi
= Realized Return ke-i saham i
= Rata-rata realized return saham i
n
= Jumlah realized return saham
Varian digunakan untuk mengukur resiko expected return saham i.
Varian dapat dihitung dengan cara, yaitu menkuadratkan standar
deviasi.
d. Menghitung resiko sistematis saham dilambangkan dengan beta.
Beta adalah resiko unik dari saham individual, menghitung
keseorangan (slope) realized return suatu saham dengan realized
return pasar (IHSG) dalam periode tertentu. Beta digunakan untuk
menghitung Excess Retrun to Beta (ERB) dan βi yang diperlukan
untuk menghitung cut off point. Beta dapat dihitung dengan
program
Excel
menggunakan
rumus
dibawah
ini
atau
menggunakan SPSS 21.
βi =
(rm)
73
Keterangan :
βi
= Beta saham i
σi
= Standar deviasi saham i
σm
= Standar deviasi pasar
rm
= Korelasi realized return saham i dengan realized
return pasar
e. Menghitung Alpha. Alpha merupakan intercept realized return
saham i dengan realized return pasar (IHSG), membandingkan
perhitungan realized return pasar (IHSG) dalam periode waktu
tertentu. Alpha dihitung dengan rumus atau menggunakan program
SPSS 21.
α = R i – β i * Rm
Keterangan :
α
= Alpha saham i
βi
= Beta saham i
Rm
= Return pasar
2) Menentukan peringkat, saham berdasarkan ERB tertinggi sampai
terendah.
a. Menghitung Excess Return to Beta (ERB). ERB digunakan untuk
mengukur return premium saham relatif terhadap 1 unit resiko
yang tidak dapat didiversifikasikan yang diukur dengan beta. ERB
menunjukkan hubungan antara return dan resiko yang merupakan
74
faktor penentu investasi.
(
)
ERB =
Keterangan :
ERB
= Excess Return to Beta
E(Ri) = Expected Return
Rf
= Risk free rate of return
b. menentukkan Cut of Point (C*) yaitu titik pembatas (Ci) yang
merupakan nilai C untuk saham ke i yang dihitung dari akumulasi
nilai-nilai A1 sampai dengan nilai Ai dan nilai-nilai B1 sampai
dengan nilai Bi. Nilai Ci merupakan hasil bagi varian pasar dan
sensitifitas saham individual terhadap variance error saham. Cut
off Point (C*) merupakan nilai Ci terbesar dari sederetan nilai Ci
saham. Unique cut off point ini menunjukkan batas pemisah antara
penerimaan dan penolakan saham untuk portofolio efisien.
∑
∑
c. Menentukkan Portofolio Optimal
Jika ERB > C* maka saham masuk kedalam portofolio optimal.
Jika ERB < C* maka saham tidak dimasukkan kedalam portofoilo
optimal.
75
d. menentukkan skala timbangan saham atau investasi relatif saham
(Zi)
[
Zi =
(
)
]
Keterangan :
βi
= Beta saham i
= Variance error saham i
ERB
= Excess return to beta saham i
C*
= Cut off point
e. Menentukkan proporsi dana untuk portofolio optimal
Xi =
∑
Keterangan :
Xi
= Prosentase dana saham i
Zi
= proporsi dana saham i
∑
= Jumlah Xi
f. Menentukan alpha portofolio yang merupakan rata-rata tertimbang
dari alpha masing-masing saham. Alpha ini digunakan untuk
menhitung expected return portofolio atau tingkat keuntungan yang
diharapkan. Persamaannya adalah :
αp
=
∑
76
Keterangan :
αp
= Alpha portofolio saham
= Proporsi saham
= Alpha saham i
g. Menentukan beta portofolio yang merupakan rata-rata tertimbang
dari beta individual masing-masing saham pembentuk portofolio.
Dihitung dengan menggunakan rumus :
βp
=
∑
Keterangan :
βp
= Beta portofolio
∑
= Proporsi dana saham i
= Beta saham i
h. Menentukan expected return portofolio E(Rp) merupakan rata-tara
tertimbang dari return individual masing-masing saham pembentuk
portofolio, dihitung dengan rumus :
E(Rp) = ∑
(
)
Keterangan :
E(Rp)
= Expected return portofolio
∑
= Proporsi dana saham i
(
)
= Expected return saham i
77
i. Menentukan resiko suatu portofolio optimal yang dihitung
berdasarkan model indeks tunggal menggunakan persamaan
sebagai berikut (Jogianto, 2013:387) :
=
∑
Keterangan :
= Resiko portofolio saham
= Beta portofolio saham
= Resiko indeks pasar
= Proporsi saham i
= Varian dari keseluruhan residu saham i
78
E. Operasional Variabel Penelitian
Variabel Independen (X)
Variabel Dependen (Y)
Definisi variabel penelitian ini
adalah return pasar (Market
Return), yaitu Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG) selama periode
Januari 2011 sampai Desember
2015. Data IHSG mewakili data
pasar,
diperlukan
untuk
menghitung tingkat return (Rm) dan
resiko pasar. Dalam penelitian ini
konsep return yang digunakan
adalah market return (Rm) adalah
prosentase
perubahan
harga
penutupan bulanan indeks sekarang
pada bulan ke t dikurangi harga
penutupan indeks sebelumnya pada
hari ke t-1 kemudian hasilnya
dibagi dengan harga penutupan
saham A pada hari ke t-1
Definisi
operasional
variabel
penelitian ini adalah return NAB.
Dalam penelitian ini konsep return
yang digunakan adalah realized
return (Rt) adalah prosentase
perubahan NAB A pada bulan ke t
dikurangi harga penutupan NAB A
pada hari ke t-1 kemudian hasilnya
dibagi dengan harga penutupan
NAB A pada hari ke t-1.
RM =
Rn =
–
79
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Adapun indikator untuk melakukan pemilihan reksadana saham
syariah yang menjadi kandidat portofolio dengan Model Indeks Tunggal
perhitungannya menggunakan program Microsoft Excel dan SPSS 21.
Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan perkembangan Nilai Aktiva Bersih (NAB), IHSG
dan SBI
Data Nilai Aktiva Bersih (NAB) adalah jumlah aktiva setelah
dikurangi kewajiban-kewajiban yang timbul selama reksadana
diperdagangkan. Aktiva reksadana berasal dari nilai porttofolio
reksadana, yang dapat berupa Kas, Deposito, Surat Berharga Pasar
Uang (SBPU), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Saham, Obligasi dan
Efek lainnya. Data Nilai Aktiva Bersih (NAB) yang digunakan adalah
Nilai Aktiva Bersih (NAB) yang tercatat pada BAPEPAM-LK setiap
bulan selama periode Januari 2011 – Desember 2015.
Data kedua yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selama periode tahun 2011 –
2015 yang diperoleh dari laporan Bursa Efek Indonesia (BEI). Data
IHSG mewakili data pasar yang diperlukan untuk menghitung tingkat
return pasar (Rm) atau Nilai Aktiva Bersih (NAB) dan Risiko pasar
80
80
(σ2m). Untuk menghitung tingkat return pasar (Rm) atau Nilai Aktiva
Bersih (NAB) digunakan rumus :
Rm
=
Tabel dibawah ini menunjukkan data IHSG dan return IHSG tahun
2011 - 2015
Tabel 4.1
Data IHSG
Sumber : Laporan BEI Tahun 2011 – 2015, Data diolah
Tabel 4.2
Data Return IHSG
Sumber : Hasil Olah Data
81
Data diatas adalah data return IHSG (Rm) dapat dilihat bahwa nilai
terendah atau minimum adalah -0,09007. Dari nilai tersebut dapat
dilihat nilai terendah untuk return IHSG (Rm) pada bulan Agustus
tahun 2013 sedangkan nilai tertinggi (maksimum) adalah 0.0768. dari
nilai tersebut dapat dilihat nilai tertinggi untuk return IHSG (Rm) pada
bulan Agustus tahun 2013.
Data ketiga yang diperlukan adalah data tingkat suku bunga SBI
per bulan yang diperoleh dari laporan Bank Indonesia selama periode
tahun 2011 – 2015. Data SBI per bulan ini digunakan sebagai proxy
return aktiva bebas risiko atau risk free rate of return (Rf) dengan
pertimbangan bahwa return dan risiko saham juga dihitung secara
bulanan. Seperti terlihat pada tabel 4.3 berikut ini.
Tabel 4.3
DATA SBI
Sumber : Laporan Bank Indonesia setelah diolah Tahun 2011 – 2015
82
Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.3 diatas setelah melakukan pengolahan
data melalui SPSS 21 antara tingkat Return Pasar (Rm) dengan Return
Sekuritas reksadana saham syariah maka memiliki hasil Expected
Return market sebesar 0.0045. Apabila Expected Return positif, dapat
disimpulkan bahwa pasar modal memberikan return bagi investor.
Selanjutnya dalam menghitung tingkat pengembalian bebas risiko
(Risk free rate) digunakan tingkat suku bunga SBI yang berjangka
waktu 1 bulan dengan alasan bahwa suku bunga SBI merupakan
sertifikat yang bebas risiko. Untuk perhitungan risk free rate dilakukan
secara perbulan yaitu degan cara mencari rata-rata tertimbang dari
tingkat suku bunga SBI selama periode 2011 – 2015 tersebut.
Dari tabel data 4.3 diatas didapatkan rata-rata risk free rate
pertahun sebesar 6.15% artinya apabila investor menanamkan dananya
pada SBI berjangka 1 bulan, maka secara rata-rata pertahun investor
akan
memperoleh
bunga
sebesar
6.15%
dari
dana
yang
ditanamkannya. Dalam penelitian ini, karena harga saham reksadana
saham syariah adalah data saham per bulan. Maka dari itu antara
Expected return E(Rm) dan tingkat suku bunga dibandingkan untuk
menentukan portofolio optimal dalam 1 bulanan. Jika tingkat E(Rm) >
SBI maka dipasar modal lebih memberikan tingkat keuntungan yang
lebih besar dari Rf yaitu rata-rata risk free rate pertahun dibagi 12
bulan, dan didapatkan nilai sebasar 0.51% per bulan. Adanya tingkat
pengembalian bebas risiko sebesar 0.51% per bulan, serta tingkat
83
pengembalian pasar sebesar 0.0045.
2. Menghitung realized return, expected return standar deviasi dan
varian dari masing-masing saham individual, IHSG dan SBI
menggunakan program Excel atau SPSS 21.
Realized return diperoleh dari prosentase perubahan harga
penutupan saham i pada bulan ke t dikurangi harga penutupan saham i
pada bulan ke t-1 kemudian hasilnya dibagi dengan harga saham
penutupan saham i pada bulan ke t-1. Expected return dihitung dengan
rumus Average, Standar deviasi dihitung dengan rumus STDev dan
varian dihitung dengan rumus Var. Hasil perhitungan realized return
masing-masing diperlihatkan pada lampiran.
Dalam penelitian ini yang menjadi alat investasi adalah reksadana
saham syariah pada periode 2011 – 2015 dengan menggunakan Single
Index Model dalam menganalisis.
Berikut ini adalah hasil perhitungan tingkat pengembalian
(expected return) dan risiko (standar deviasi) dan varian dari masingmasing saham individual terlihat pada tabel 4.4 berikut ini.
84
Tabel 4.4
E(Ri), STDev dan Varian Reksadana Saham Syariah Individual
Sumber : Hasil Olah Data
Saham yang memiliki tingkat pengembalian E(Ri) yang positif
terdapat 5 saham sedangkan saham yang negatif hanya terdapat 2
saham yaitu reksadana saham syariah PNM Ekuitas Syariah dan
Mandiri
Investa
Atraktif
Syariah.
Sehingga
dapat
diperoleh
kesimpulan bahwa Expected return E(Ri) positif menunjukkan bahwa
saham itu layak untuk dijadikan alternatif dalam berinvestasi.
Sedangkan STDev digunakan untuk mengukur risiko dari realized
return. STDev yang paling tinggi terdapat pada reksadana saham
syariah CIMB Principal Islamic Eqity Growth Syariah sebesar 1.19539
3. Menghitung Alpha, Beta dan variance error masing-masing reksadana
saham syariah.
Untuk menghitung alpha, beta dan variance error masing-masing
saham menggunakan Excel. Alpha dihitung dengan rumus intercept,
merupakan perbandingan return realisasi suatu saham dengan return
pasar pada suatu periode tertentu. Beta dihitung dengan rumus slope,
mencerminkan volatilitas return suatu saham terhadap return pasar.
Variance error merupakan risiko unik atau unsysmetric risk suatu
85
saham. Hasil perhitungan alpha, beta dan variance error masingmasing saham individual terlihat pada tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5
Alpha, Beta Dan Variance Error Reksadana Saham Syariah
Individual
Sumber : Hasil Olah Data
Tabel
diatas
menunjukkan
bahwa
regresi
tersebut
akan
menghasilkan nilai αi (merupakan ukuran return sekuritas I yang tidak
terkait dengan return pasar atau nilai yang menunjukkan pengharapan
dari bagian tingkat saham i yang tidak dipengaruhi oleh perubahan
pasar). Dan β (menunjukkan besarnya slope yang mengindikasikan
peningkatan return harapan pada sekuritas i untuk setiap kenaikan
return pasar sebesar 1% atau alat pengukur sistematik dari suatu
sekuritas atau portofolio relatif terhadap risiko pasar). Variance error
merupakan varian dari kesalahan residu sekuritas ke – i. Perusahaan
yang memiliki nilai alpha tertinggi dari reksadana saham syariah
adalah reksadana saham syariah PNM Ekuitas Syariah sebesar 0.006
sedangkan perusahaan yang memiliki nilai beta tertinggi pada
reksadana saham syariah adalah reksadan saham syariah Manulife
Syariah Sektoral Amanah sebesar 0.13.
86
Dilihat dari tabel diatas secara umum saham yang peka terhadap
kondisi pasar ditunjukkan oleh koefisien beta (β). Koefisien beta dapat
bernilai posotif dan negatif. Jika beta positif maka kenaikan return
pasar akan menyebabkan kenaikan return saham. Sebaliknya, jika beta
negatif maka kenaikan return pasar akan menyebabkan penurunan
return saham. Saham yang memiliki beta (β) secara keseluruhan
bernilai positif pada reksadana saham syariah. Besarnya koefisien beta
yang normal adalah β = 1. Bila β < 1 disebut sebagai saham yang
lemah (defensive stocks), yang berarti jika ada kenaikan return pasar
sebesar X%, maka return saham akan naik kurang dari X% dan begitu
pula sebaliknya. Β > 1 disebut saham agresif (aggresive stocks), yang
berarti jika return pasar naik sebesar X% maka return saham akan
mengalami kenaikkan lebih dari X% dan begitu pula sebaliknya saham
dalam penelitian ini semuanya bernilai positif.
4. Menghitung nilai Excess Return to Beta (ERB) dan nilai Ci masingmasing saham.
Tabel 4.6
Hasil Perhitungan Excess Return to Beta (ERB) & Peringkat ERB
Reksadana Saham Syariah 2011 – 2015
Sumber : Hasil Olah Data
87
Dilihat dari perhitungan pada tabel 4.6 berdasarkan hasil
perhitungan diatas kemudian dihitung nilai excess return to beta
(ERB) dan nilai Ci masing-masing saham. Nilai ERB yang diperoleh
diurutkan atau diranking dari nilai ERB terbesar ke nilai ERB yang
terkecil. Nilai Ci merupakan hasil bagi varian pasar dan return
premium terhadap variance residual error saham dengan varian pasar
pada sensitivitas saham individual terhadap variance residual error
saham. Nilai ERB yang dipilih untuk masuk kedalam portofolio
optimal adalah saham-saham yang memiliki ERB positif. Pada
reksadana saham syariah terdapat 5 saham yang memiliki ERB positif.
Sedangkan untuk saham yang ERB-nya bernilai negatif hanya 2 saham
saja yaitu reksadana saham syariah PNM Ekuitas Syariah dan Mandiri
Investa Atraktif Syariah. saham-saham yang memiliki ERB negatif
tidak memenuhi syarat untuk membentuk portofolio yang optimal.
5. Menentukan Cut Off Point (C*)
Nilai cut off point (C*) adalah nilai Ci maksimum dari sederetan
nilai Ci saham. Nilai cut off point (C*) digunakan sebagai titik
pembatas untuk menentukan saham yang masuk kandidat dengan yang
tidak masuk kandidat portofolio.
88
Tabel 4.7
Perbandingan Nilai ERB dengan Cut Off Point pada Reksadana
Saham Syariah 2011 -2015
Sumber : Hasil Olah Data = C* = 0.239235734
Setelah didapat hasil perhitungan cut off point (Ci) maka nilai ERB
yang positif diperbandingkan dengan nilai cut off point (Ci) tersebut.
Jika ERB suatu saham lebih besar dari cut off point-nya, maka saham
tersebut memenuhi kriteria untuk masuk kedalam portofolio optimal
dan jika ERB suatu saham lebih kecil dari cut off point-nya, maka
saham tersebut tidak memenuhi kriteria untuk masuk dalam
pembentukan portofolio optimal. Dari tabel 4.7 diatas dapat diketahui
bahwa ada 5 saham pada reksadana saham syariah yang memenuhi
kriteria untuk masuk kedalam pembetukan portofolio optimal, karena
nilai ERB dari masing-masing saham tersebut lebih besar dari nilai
masing-masing cut off point-nya. Reksadana saham syariah yang
masuk dalam kandidat yaitu Trim Syariah Saham, Batavia Dana
Saham Syariah, CIMB Principal Islamic Equity Growth Syariah, Cipta
Syariah Equity dan Manulife Syariah Sektoral Amanah. untuk
penentuan unique cut off point (C*) yang merupakan nilai Ci tertinggi
optimum berada pada angka 0. 239235734 atau pada reksadana saham
CIMB Principal Islamic Equity Growth Syariah unique cut off point ini
89
menunjukkan batas pemisah antara penerimaan dan penolakan saham
untuk portofolio efisien.
6. Menentukan saham kandidat portofolio
Saham yang menjadi kandidat portofolio adalah saham yang
mempunyai nilai Excess Return to Beta (ERB) lebih besar dari atau
sama dengan nilai cut off point. Tabel 4.7 telah memperlihatkan
saham-saham yang menjadi kandidat portofolio optimal berdasarkan
ERB > C*.
7. Menentukan portofolio optimal dan proporsi dana masing-masing
saham pembentuk portofolio.
Setelah mengetahui saham dari reksadana saham syariah yang
terpilih untuk masuk ke dalam pembentukkan portofolio yang optimal,
maka akan dihitung besarnya proporsi (Xi) yang layak diinvestasikan
pada saham-saham terpilih tersebut. Terlebih dahulu akan ditentukan
skala tertimbang dari masing-masing saham (Zi) yang akan
ditunjukkan oleh tabel 4.8.
Tabel 4.8
Perhitungan Skala Tertimbang (Zi) dan Proporsi Dana (Xi) pada
Rekasadana Saham Syariah
Sumber : Hasil Olah Data
90
Dilihat dari tabel 4.8 mengenai perhitungan skala tertimbang (Zi)
dan proporsi dana (Xi). Proporsi dana pada 5 rekasadana saham syariah
yaitu TRIM 15%, BATAVIA 11.6%, CIMB 57.5%, CIPTA 11% dan
MANULIFE 4.9%.
8. Menentukan koefisien korelasi dan covariance antar saham pembentuk
portofolio optimal.
Setelah menentukan saham-saham pembentuk portofolio kemudian
dihitung koefisien korelasi diperlukan untuk mengetahui hubungan
return saham-saham pembentuk portofolio dan hubungan return
saham dengan return pasar yang dihitung dengan SPSS 21.
Covariance merupakan perbandingan perhitungan realized return
saham A dengan realized return saham B. Covariance dihitung dengan
program SPSS 21. Hasil perhitungan koefisien korelasi antar saham
pembentuk portofolio ditunjukkan pada tabel 4.9 dibawah ini.
Tabel 4.9
Koefisien Korelasi Dan Kovarians Reksadana Saham Syariah
Pembentuk Portofolio
Sumber : Hasil Olah Data
Dilihat dari tabel 4.9 menunjukkan bahwa korelasi memiliki nilai
positif dari masing-masing reksadana saham syariah. Nilai dari
koefisien korelasi berkisar dari +1 sampai dengan -1. Nilai koefisien
91
korelasi +1 menunjukkan korelasi positif sempurna, nilai koefisien
korelasi 0 menunjukkan tidak ada korelasi dan nilai koefisien korelasi
-1 menunjukkan korelasi negatif sempurna.
Jika dua buak aktiva mempunyai return dengan koefisien korelasi
+1 (positif sempurna), maka semua risikonya tidak dapat di
diversifikasi atau risiko portofolio tidak akan berubah sama dengan
aktiva individualnya. Jika dua buah aktiva mempunyai return dengan
koefisien korelasi -1 (negatif sempurna), maka semua risikonya dapat
di diversifikasi atau risiko portofolio akan sama dengan nol. Jika
koefisien korelasinya diantara +1 dan -1, maka akan terjadi penurunan
risiko di portofolio, tetapi tidak menghilangkan semua risikonya.
(Jogiyanto, 295:2013).
Tabel 4.10
Koefisien Korelasi Antar Reksadana Saham Syariah Pembentuk
Portofolio
Sumber : Hasil Olah Data
92
Tabel 4.11
Kovarians Antar Reksadana Saham Syariah Pembentuk
Portofolio
Sumber : Hasil Olah Data
Kovarian menunjukkan hubungan arah pergerakan dari nilai-nilai
return sekuritas satu dengan sekuritas lainnya. Nilai kovarian yang
positif menunjukkan nilai-nilai dari dua variabel bergerak ke arah
yang sama, yaitu jika satu meningkat yang lainnya juga meningkat
atau jika satu menurun yang lainnya juga menurun. Nilai kovarian
yang negatif menujukkan nilai-nilai dari dua variabel bergerak ke arah
yang berlawanan, yaitu jika satu meningkat yang lainnya menurun
atau jika satu menurun yang lainnya meningkat. Nilai kovarian yang
nol menunjukkan nilai-nilai dari dua variabel tidak ada hubungannya
dengan pergerakan variabel lainnya. (Jogiyanto, 2013:287)
Reksadana saham syariah yang memiliki korelasi positif yang
bernilai tinggi adalah reksadana saham Manulife Syariah Sektoral
Amanah sebesar 0.281
sementara korelasi positif rendah yaitu
reksdana saham Cipta Syariah Equity sebesar 0.053 sedangkan untuk
kovarians yang positif dimana kecenderungan dua sekuritas bergerak
dalam arah yang sama. Jika return reksadana saham syariah naik
maka return sekuritas IHSG naik, demikian sebaliknya. Saham yang
93
memiliki kovarians positif yang memiliki nilai tinggi adalah CIMB
Principal Islamic Equity Growth Syariah sebesar 0.005.
9. Menghitung Tingkat Pengembalian dan Risiko Portofolio
Return harapan dari suatu portofolio dapat diestimasi dengan
menhitung rata-rata tertimbang dari return harapan dari masingmasing aset individual yang ada dalam portofolio. Persentase nilai
portofolio yang diinvestasikan dalam setiap aset-aset individual dalam
portofolio disebut sebagai bobot portofolio, yang dilambangkan
dengan W. Jika seluruh bobot portofolio dijumlahkan, akan berjumlah
total 100% atau 1,0 artinya seluruh dana telah diinvestasikan dalam
portofolio.
Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan perhitungan alpha
portofolio, beta portofolio serta return portofolio :
Tabel 4.12
Perhitungan Return Portofolio Reksadana Saham Syariah
Sumber : Hasil Olah Data
Dapat dilihat hasil perhitungan pada tabel 4.10 diatas menunjukkan
bahwa return portofolio reksadana saham syariah sebesar 0.096 atau
9.6% per bulan.
94
Tabel 4.13
Perhitungan Risiko Portofolio Reksadana Saham Syariah
Sumber : Hasil Olah Data
Dari hasil perhitungan tabel 4.11 tersebut didapatkan risiko
portofolio pada reksadana saham syariah sebesar 0.001802057 atau
0.18%. Risiko portofolio tidak dapat dikurangi hanya dengan
menjumlahkan risiko masing-masing sekuritas yang ada dalam
portofolio.
Menghitung
risiko
portofolio
tidak
sama
dengan
menghitung return portofolio, karena risiko portofolio bukan rata-rata
tertimbang risiko masing-masing sekuritas individual dalam portofolio.
Dengan menggunakan ukuran kovarians seperti yang telah dibahas,
kita dapat menghitung besarnya risiko portofolio, baik yang terdiri dari
dua buah sekuritas maupun n sekuritas. Dalam menghitung risiko
portofolio, ada tiga hal yang perlu ditentukan yaitu :
1. Varians setiap sekuritas.
2. Kovarians antara satu sekuritas dengan sekuritas lainnya.
3. Bobot portofolio untuk masing-masing sekuritas.
95
B. Pembahasan
Berdasarkan dari hasil penelitian diatas dapat dijelaskan bahwa
dari data return IHSG (Rm) dapat dilihat bahwa nilai terendah atau
minimum adalah -0,09007. Dari nilai tersebut dapat dilihat nilai terendah
untuk return IHSG (Rm) pada bulan Agustus tahun 2013 sedangkan nilai
tertinggi (maksimum) adalah 0.0768. dari nilai tersebut dapat dilihat nilai
tertinggi untuk return IHSG (Rm) pada bulan Agustus tahun 2013.
Sedangkan Berdasarkan tabel 4.1 dan 4.3 diatas setelah melakukan
pengolahan data melalui SPSS 21 antara tingkat Return Pasar (Rm) dengan
Return Sekuritas reksadana saham syariah maka memiliki hasil Expected
Return market sebesar 0.0045 atau 0.45%.
Apabila Expected Return
positif, dapat disimpulkan bahwa pasar modal memberikan return bagi
investor. Selanjutnya dalam menghitung tingkat pengembalian bebas risiko
(Risk free rate) digunakan tingkat suku bunga SBI yang berjangka waktu 1
bulan dengan alasan bahwa suku bunga SBI merupakan sertifikat yang
bebas risiko. Untuk perhitungan risk free rate dilakukan secara perbulan
yaitu degan cara mencari rata-rata tertimbang dari tingkat suku bunga SBI
selama periode 2011 – 2015 tersebut. Dari tabel data 4.3 diatas didapatkan
rata-rata risk free rate pertahun sebesar 6.15% artinya apabila investor
menanamkan dananya pada SBI berjangka 1 bulan, maka secara rata-rata
pertahun investor akan memperoleh bunga sebesar 6.15% dari dana yang
ditanamkannya.
96
Penelitian yang dilakukan dengan sampel sebanyak 7 reksadana
saham syariah selama periode tahun 2011-2015 dengan menggunakan
Single Index Model (SIM) diperoleh kandidat portofolio :
Dari perhitungan Expected return tertinggi reksadana saham syariah :
a. E(Ri) CIMB = 0.143274
b. E(Ri) TRIM = 0.038066
c. E(Ri) BATAVIA = 0.030817
Dari perhitungan Expected return terendah reksadana saham syariah :
a. E(Ri) MANDIRI = - 0.00457
b. E(Ri) PNM = - 0.019439
c. E(Ri) MANULIFE = 0.012999
Saham yang memiliki tingkat pengembalian E(Ri) yang positif
terdapat 5 saham sedangkan saham yang negatif hanya terdapat 2 saham
yaitu reksadana saham syariah PNM Ekuitas Syariah dan Mandiri
Investa Atraktif Syariah. Sehingga dapat diperoleh kesimpulan bahwa
Expected return E(Ri) positif menunjukkan bahwa saham itu layak
untuk dijadikan alternatif dalam berinvestasi. Sedangkan STDev
digunakan untuk mengukur risiko dari realized return. STDev yang
paling tinggi terdapat pada reksadana saham syariah CIMB Principal
Islamic Eqity Growth Syariah sebesar 1.19539
Dari perhitungan Standar Deviasi tertinggi reksadana saham syariah :
a. SD CIMB = 1.19539
b. SD BATAVIA = 0.17926
97
c. SD MANDIRI = 0.12911
Dari perhitungan Standar Deviasi terendah reksadana saham syariah :
a.
SD PNM = 0.08781
b.
SD CIPTA = 0.08966
c.
SD MANULIFE = 0.09079
Sedangkan STDev digunakan untuk mengukur risiko dari realized
return. STDev yang paling tinggi terdapat pada reksadana saham
syariah CIMB Principal Islamic Eqity Growth Syariah sebesar 1.19539
Dari perhitungan Alpha tertinggi reksadana saham syariah :
a. Alpha PNM = 0.006
b. Alpha MANDIRI = 0.005
c. Alpha BATAVIA, CIMB, CIPTA = 0.004
Dari perhitungan Alpha terendah reksadana saham syariah :
a. Alpha TRIM = 0.002
b. Alpha MANULIFE = 0.003
c. Alpha BATAVIA, CIMB, CIPTA = 0.004
Dari perhitungan Beta tertinggi reksadana saham syariah :
a. BETA MANULIFE = 0.131
b. BETA PNM = 0.0.067
c. BETA TRIM = 0.059
Dari perhitungan Beta terendah reksadana saham syariah :
a. BETA CIMB = 0.004
b. BETA BATAVIA = 0.021
98
c. BETA CIPTA = 0.025
Secara umum saham yang peka terhadap kondisi pasar ditunjukkan
oleh koefisien beta (β). Koefisien beta dapat bernilai posotif dan
negatif. Jika beta positif maka kenaikan return pasar akan
menyebabkan kenaikan return saham. Sebaliknya, jika beta negatif
maka kenaikan return pasar akan menyebabkan penurunan return
saham. Saham yang memiliki beta (β) secara keseluruhan bernilai
positif pada reksadana saham syariah.
Dan perhitungan excess return to beta (ERB) dari 5 reksadana
saham syariah diperoleh sebagai berikut :
a. ERB CIMB = 35.56225
b. ERB BATAVIA = 1.418667
c. ERB CIPTA = 1.1334
d. ERB TRIM = 0.627813
e. ERB MANULIFE = 0.091404
Nilai excess return to beta (ERB) mencerminkan besarnya return
yang dapat dihasilkan oleh suatu saham relatif terhadap suatu unit risiko
yang tidak dapat didiversifikasikan yang diukur dengan beta. Beta
mencerminkan volatilitas return pasar. Mengukur systematic risk dari
suatu saham relatif terhadap risiko pasar. Dengan demikian berarti
masing-masing saham memiliki kepekaan yang berbeda terhadap
perubahan pasar. Semakin besar koefisien beta saham berarti semakin
peka terhadap perubahan pasar dan disebut sebagai saham agresif.
99
Sedangkan βi = 1 berarti saham memiliki risiko yang sama dengan
risiko rata-rata pasar. Oleh karena systematic risk tidak dapat
dihilangkan melalui diversifikasi, maka dalam pembentukan portofolio
investor perlu mempertimbangkan nilai ERB tiap saham kandidat.
Diversifikasi yang dilakukan berhasil menurunkan risiko dilihat
dari risiko portofolio yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan
risiko individual saham. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan
bahwa faktor penting dalam diversifikasi portofolio adalah adalah
korelasi yang rendah antar return asset pembentuk portofolio. Semakin
rendah koefisien korelasi maka semakin besar pula potensi manfaat dari
diversifikasi tersebut.
Untuk mengetahui bahwa portofolio maka perlu dihitung ERB tiap
saham dengan menggunakan basis periode per tahun. Hasil perhitungan
ERB yang sudah diurutkan dari nilai ERB terbesar ke nilai ERB terkecil
kemudian dibandingkan dengan ranking ERB tiap saham kandidat yang
dihitung menggunakan basis periode lima tahun. Hal ini dilakukan
untuk melihat konsistensi nilai ERB saham pembentuk portofolio yang
dihitung dengan basis periode berbeda.
Hasil perhitungan menunjukkan untuk tiap basis periode waktu
nilai ERB tiap saham mengalami perubahan sehingga saham yang
menjadi kandidat portofolio juga mengalami perubahan. Hal ini
disebabkan oleh fluktuasi harga saham antar waktu yang menyebabkan
perubahan return
saham antar waktu dan selanjutnya menjadikan
100
perbedaan koefisien beta antar waktu. Beta saham yang tidak stabil
tersebut akan mempengaruhi nilai ERB tiap saham yang menjadi faktor
penentu kandidat portofolio.
Dari perhitungan Cut Off Point (C*) 5 reksadana saham syariah :
a. C* CIMB = 0.239235734
b. C* BATAVIA = 0.07579922
c. C* TRIM = 0.04394102
d. C* MANULIFE = 0.025047421
e. C* CIPTA = 0.024471134
Untuk penentuan Unique Cut Off Point (C*) yang merupakan nilai
Ci tertinggi optimum berada pada angka 0.239235734 atau pada
reksadana saham CIMB Principal Islamic Equity Growth Syariah
Unique Cut Off Point ini menunjukkan batas pemisah antara
penerimaan dan penolakan saham untuk portofolio efisien.
Dari perhitungan untuk menentukan proporsi dana masing-masing saham
pembentuk portofolio dari 5 reksadana saham syariah :
a. Xi CIMB = 0.57667626
b. Xi TRIM = 0.15016935
c. Xi BATAVIA = 0.11513191
d. Xi CIPTA = 0.10945259
e. Xi MANULIFE = 0.04856989
Proporsi dana pada 5 reksadana saham syariah yaitu TRIM 15%,
BATAVIA 11.6%, CIMB 57.5%, CIPTA 11% dan MANULIFE 4.9%.
101
Dari perhitungan koefisien korelasi antara return IHSG dengan return
NAB reksadana saham syariah :
a. KORELASI TRIM = 0.176
b. KORELASI BATAVIA = 0.085
c. KORELASI CIMB = 0.105
d. KORELASI CIPTA = 0.053
e. KORELASI MANULIFE = 0.281
Jika dua buak aktiva mempunyai return dengan koefisien korelasi
+1 (positif sempurna), maka semua risikonya tidak dapat di
diversifikasi atau risiko portofolio tidak akan berubah sama dengan
aktiva individualnya. Jika dua buah aktiva mempunyai return dengan
koefisien korelasi -1 (negatif sempurna), maka semua risikonya dapat di
diversifikasi atau risiko portofolio akan sama dengan nol. Jika koefisien
korelasinya diantara +1 dan -1, maka akan terjadi penurunan risiko di
portofolio, tetapi tidak menghilangkan semua risikonya.
Dari perhitungan kovarian antara return IHSG dengan return NAB
reksadana saham syariah :
a. KOVARIAN TRIM = 0.001
b. KOVARIAN BATAVIA = 0.001
c. KOVARIAN CIMB = 0.005
d. KOVARIAN CIPTA = 0.000
e. KOVARIAN MANULIFE = 0.001
Kovarian menunjukkan hubungan arah pergerakan dari nilai-nilai
102
return sekuritas satu dengan sekuritas lainnya. Nilai kovarian yang
positif menunjukkan nilai-nilai dari dua variabel bergerak ke arah yang
sama, yaitu jika satu meningkat yang lainnya juga meningkat atau jika
satu menurun yang lainnya juga menurun. Nilai kovarian yang negatif
menujukkan nilai-nilai dari dua variabel bergerak ke arah yang
berlawanan, yaitu jika satu meningkat yang lainnya menurun atau jika
satu menurun yang lainnya meningkat. Nilai kovarian yang nol
menunjukkan nilai-nilai dari dua variabel tidak ada hubungannya
dengan pergerakan variabel lainnya.
Dari perhitungan Return Portofolio reksadana saham syariah :
a. Return Portofolio = 0.096
Return portofolio reksadana saham syariah sebesar 0.096
atau 9.6% per bulan.
Dari perhitungan Risiko Portofolio reksadana saham syariah :
a. Risiko Portofolio = 0.001802057
Risiko portofolio pada reksadana saham syariah sebesar
0.001802057 atau 0.18%. Risiko portofolio tidak dapat dikurangi
hanya dengan menjumlahkan risiko masing-masing sekuritas yang
ada dalam portofolio. Menghitung risiko portofolio tidak sama
dengan menghitung return portofolio, karena risiko portofolio
bukan
rata-rata
tertimbang
risiko
masing-masing
sekuritas
individual dalam portofolio.
103
Berdasarkan Hipotesis yang ada dari hasil penelitian Reksadana Saham
Syariah yang menjadi kandidat portofolio optimal adalah Trim Syariah Saham
ERBTrim > C* yaitu 0.627813 > 0.04394102, Batavia Dana Saham Syariah
ERBBatavia > C* yaitu 1.418667 > 0.07579922, CIMB Principal Islamic Equity
Growth Syariah ERBCIMB > C* yaitu 35.56225 > 0.239235734, Cipta Syariah
Equity ERBCipta > C* yaitu 1.1334 > 0.024471134 dan Manulife Syariah Sektoral
Amanah > C* yaitu 0.091404 > 0.025047421.
Selain itu investor dapat menanamkan modalnya pada masing-masing
Reksadana Saham Syariah yang masuk dalam portofolio optimal adalah :
Gambar 4.1
Proporsi Dana Investasi
Sumber : Hasil Olah Data
Proporsi dana yang dapat Investor tanamkan pada 5 rekasadana saham
syariah yaitu TRIM 15%, BATAVIA 11.6%, CIMB 57.5%, CIPTA 11% dan
MANULIFE 4.9%.
104
Hal ini sesuai dengan Penelitian yang dilakukan oleh Renta Wachya
(2006), mengenai “ Pembentukan portofolio optimal pada reksadana saham
dengan menggunakan metode markowitz “ dalam analisis ini variabel yang diteliti
yaitu return pasar (IHSG) terhadap return sekuritas dengan menggunakan metode
markowitz. Dengan menggunakan metode markowitz peneliti menggunakan 16
sample reksadana saham yang secara aktif diperdagangkan dari Januari 2001 –
Desember 2005 dengan nilai average return bulanan positif. Dari hasil penelitian
menunjukan bahwa investor dapat melakukan investasi portofolio sepenuhnya
yaitu 100% pada Reksadana saham Schroder Dana Prestasi Plus, dengan
menginvestasikan 100% maka akan mendapatkan tingkat return portofolio sebesar
42,33% dengan standar deviasi 23,19% serta indeks reward to variability ratio
sebesar 1,2953. Lalu dari hasil penelitian terhadap pengukuran kinerja dengan
menggunakan metode Sharpe terdapat tujuh reksadana saham yang kinerjanya
berada diatas pasar yaitu Reksadana Schroder Dana Prestasi Plus, Si Dana Saham,
Rencana Cerdas, Phisnisi Dana Saham, Panin Dana Maksima, Citer reksadana
Ekuitas dan Bahana.
Hasil penelitian lainnya yaitu dilakukan oleh Jiwa Adisetya (2006),
mengenai “ Pembentukan portofolio optimal pada instrumen reksadana saham
menggunakan metode single index model dan efficient frontier markowitz “dalam
analisis ini variabel yang diteliti yaitu return pasar (IHSG) terhadap return
sekuritas dengan menggunakan metode single index model dan efficient frontier
markowitz. Sampel yang digunakan sebanyak 16 sampel reksadana saham pada
periode 2001 - 2005. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa reksadana
105
saham yang terpilih menjadi pembentuk portofolio optimal antara metode single
index model dan efficient frontier markowitz adalah sama. Yaitu TRIM Kapital,
Rencana Cerdas dan Si Dana Saham.
106
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses pembentukan portofolio pada Reksadana Saham Syariah
melalui beberapa penyeleksian saham dengan menggunakan Cut Off Point yang
terlebih dahulu dibandingkan dengan Excess Return to Beta (ERB). Sekuritas
yang membentuk portofolio optimal adalah sekuritas yang memiliki nilai ERB
lebih besar atau sama dengan nilai cut off point atau nilai ERB yang memiliki nilai
positif. Dari perhitungan dengan menggunakan Single Index Model (SIM)
terhadap 7 reksadana saham syariah, hasilnya menunjukkan terdapat 5 reksdana
saham syariah yang memiliki nilai ERB lebih besar atau sama dengan nilai cut off
point dan akan menjadi kandidat portofolio. Jadi dalam penelitian portofolio
optimal dibentuk oleh 5 reksadana saham syariah yaitu Reksadana Saham Syariah
yang menjadi kandidat portofolio optimal adalah Trim Syariah Saham ERBTrim >
C* yaitu 0.627813 > 0.04394102, Batavia Dana Saham Syariah ERBBatavia > C*
yaitu 1.418667 > 0.07579922, CIMB Principal Islamic Equity Growth Syariah
ERBCIMB > C* yaitu 35.56225 > 0.239235734, Cipta Syariah Equity ERBCipta >
C* yaitu 1.1334 > 0.024471134 dan Manulife Syariah Sektoral Amanah > C*
yaitu 0.091404 > 0.025047421. Serta besarnya proporsi yang dapat investor
tanamkan pada masing-masing reksadana saham syariah adalah TRIM 15%,
BATAVIA 11.6%, CIMB 57.5%, CIPTA 11% dan MANULIFE 4.9%.
107
107
Penggunaan metode Single Index Model (SIM) untuk menentukan
portofolio efisien berdasarkan besarnya nilai cut off point dan excess return beta
mempunya kelebihan karena mempertimbangkan juga systematic risk saham yang
diukur dengan beta. Saham yang mempunyai koefisien beta antar waktu relatif
stabil berarti mempunyai excess return beta antar waktu relatif stabil juga. Oleh
karena itu investor perlu membandingkan nilai excess return to beta tiap saham
kandidat dengan basis periode waktu yang berbeda. Investasi pada saham selalu
mengandung unsur risiko, baik unsystematic risk maupun systematic risk.
Unsystematic risk dapat dihindari investor melalui diversifikasi, yaitu membentuk
portofolio, sedangkan systematic risk dapat dihindari investor dengan memilih
saham-saham yang mempunyai nilai excess return to beta yang besar. Informasi
nilai beta dan nilai excess return to beta dapat dimanfaatkan untuk
mempertimbangkan
alternatif investasi
dan
mengoptimalkan penyusunan
portofolio saham.
B. Implikasi
Implikasi yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
1. Bagi penulis penelitian ini dapat menambah wawasan dalam bidang pasar
modal khususnya mengenai instrumen pasar modal saham. Serta
mengetahui bagaimana pentingnya memilih saham dan pembentukan
portofolio optimal.
2. Bagi akademisi untuk menambah pengetahuan mengenai keuangan dan
pasar modal khususnya mengenai investasi dalam portofolio.
3. Bagi
investor
penelitian
ini
dijadikan
bahan
acuan
dalam
108
mempertimbangkan suatu keputusan investasi dari berbagai alternatif
investasi yang ditawarkan ketika investor menginginkan kekayaannya
diinvestasikan.
4. Bagi perusahaan sebagai pihak yang memerlukan dana dapat menerbitkan
saham dan menjualnya dipasar modal untuk memanfaatkan dana tersebut
dalam mengembangkan proyek-proyeknya, tanpa harus membayar beban
bunga tetap seperti jika meminjam dana pada Bank.
5. Bagi pemerintah dapat meningkatkan kegiatan perekonomian negara dan
kemakmuran masyarakat luas.
C. Saran
1. Data Nilai Aktiva Bersih (NAB), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)
dan Suku Bunga Indonesia (SBI), yang digunakan adalah Nilai Aktiva
Bersih bulanan sehingga kurang mencerminkan keadaan pada harian
pengamatan. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan Nilai Aktiva
Bersih harian sehingga kemungkinan dapat memberikan hasil yang baik.
2. Perluasan penggunaan sampel dengan memperhatikan sektor industrinya
dapat dilakukan agar diketahui pengaruh sektor industrinya dapat
dilakukan agar diketahui pengaruh sektor industri terhadap hasil
penelitian.
3. Periode pengamatan penelitian cukup pendek hanya lima tahun yaitu dari
tahun 2011-2015. oleh karena itu perlu untuk memperpanjang waktu
pengamatan agar hasil penelitian lebih akurat.
109
4. Bagi perusahaan yang sahamnya belum memenuhi syarat untuk masuk
dalam
portofolio
optimal,
dapat
melakukan
perbaikan
kinerja
perusahaannya, agar performa sahamnya menjadi lebih baik.
110
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Manan “Aspek Hukum Dalam Penyelenggaraan Investasi di Pasar Modal
Syariah Indonesia”. Kencana, Jakarta, 2009.
Ahmad Rodoni, Herni Ali “Manajemen Keuangan Modern” Mitra Wacana
Media, 2014.
Ahmad Rodoni “Investasi Syariah”. Lembaga Penelitian UIN Jakarta, Jakarta,
2009.
Ardi Sanjaya Hamdani “Pembentukan Portofolio Optimal Pada Indeks Kompas
100 Periode 2013-2014” Jurnal Ilmiah Mahasiswa Surabaya, Vol 4 No
2, 2015.
Ch. Naveen “Application Of Sharpe Single Index Model to BSE” International
Journal Of Management Studies, Vol 4 No 2, 2014.
Edgar Pandu Putra “Optimalisasi Portofolio pada Index LQ-45 dengan
Membandingkan
Metode Single Index Model dan Constan
Correlation Periode Agustus 2009-Juli
2012” 2013.
Eduardus Tandelilin “Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio” Kanisius,
Yogyakarta, 2010.
Heykal, Mohamad. “Tuntunan dan Aplikasi Investasi Syariah” PT. Elex Media
Komputindo, Jakarta, 2012
Husain Ali Bkehet, Ali Matar “Risk Adjusted Performance : A Two Model
Approach
Application In Amman Stock Exchange (ASE)”
International Journal Of Business and
Science, Vol 3 No 7, 2012.
Jiwa Adisetya “Pembentukan Portofolio Optimal pada instrumen reksadana
saham menggunakan metode single index model dan efficient frontier
markowitz” 2006.
Jogiyanto Hartono“ Teori Portofolio dan Analisis Investasi” Edisi ke Delapan,
BPFE, Yogyakarta, 2013.
Jones Charles P “Invesments : analysis and management” 9th Edition, New
Jersey: Jonh Wiley & Sons, Inc, 2006.
J. Francis Mary, G, Rathika “The Single Index Model and Thr Construction Of
Optimal Portfolio With CNXPHARMA Scrip”
111
111
Kusuma, Marita “Pembentukkan Portofolio Saham-saham Perusahaan yang
Terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII)” 2009.
Rosdiana, Riska “Analisis Optimalisasi Portofolio Saham Syari’ah” Hal 1-5,
2012.
Sarayut Nathaphan, Pornchai Cunhachinda “Estimation Risk Modeling In Optimal
Portfolio
Selection : An Empirical Study From Emerging Markets”
Economics Research International, Vol 2010.
Sekolah Pasar Modal Syariah, Bursa Efek Indonesia, 2015.
Sigit Triharjono “Single Index Model Sebagai Alat Analisis Optimalisasi
Portofolio Investasi Saham (Studi kasus pada Kelompok Saham LQ-45
di BEI Tahun 2009-2011)” Jurnal
Ilmu Manajemen dan Bisnis, Vol 4
No 1, 2013.
Sutarti “ Analisis Saham-saham Jakarta Islamic Index untuk Membentuk
Portofolio Optimal dengan Menggunakan Single Index Model” 2007.
Yash pal Taneja, Shirpa Bansal “Efficient Security Selection : A Study Of
Portfolio Evaluation Techniques” International Journal Of Business
Economics and Management Research, Vol 1 Issue 3, 2011.
http://artikel.staff.uns.ac.id/2009/01/05/pembentukan-portofolio-saham-yangoptimal-dengan-menggunakan-beberapa-model-analisis/
www.duniainvestasi.com
aria.bapepam.go.id/reksadana
Idx.go.id
www.bi.go.id
112
Lampiran 1
Data Reksadana Saham Syariah yang Menjadi Sampel
Lampiran 2
113
114
Lampiran 3
Data IHSG Sebelum di Olah
Lampiran 4
Data SBI Sebelum di Olah
115
Lampiran 5
Data Return IHSG Setelah di Olah
Lampiran 6
Data (Rf) SBI Setelah di Olah
116
Lampiran 7
Hasil Perhitungan Nilai Cut Off Point (C*)
Lampiran 8
Hasil SPSS 21 Antara Return IHSG Terhadap Return NAB
1. TRIM
Coefficients
Model
Unstandardized Coefficients
a
Standardized
t
Sig.
Coefficients
B
Std. Error
(Constant)
.036
.016
R_IHSG
.523
.385
Beta
2.206
.031
1.358
.180
1
.176
a. Dependent Variable: R_TRIM
Descriptive Statistics
Mean
Std. Deviation
N
R_TRIM
.0381
.12559
60
R_IHSG
.0045
.04218
60
117
2. BATAVIA
Coefficients
Model
a
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients
B
Std. Error
Beta
(Constant)
.029
.023
R_IHSG
.361
.556
1.248
.217
.649
.519
1
.085
a. Dependent Variable: R_BATAVIA
Descriptive Statistics
Mean
Std. Deviation
N
R_BATAVIA
.0308
.17927
60
R_IHSG
.0045
.04218
60
3. PNM
Coefficients
Model
Unstandardized Coefficients
a
Standardized
t
Sig.
Coefficients
B
(Constant)
Std. Error
-.021
.011
.291
.271
Beta
-1.822
.074
1.076
.286
1
R_IHSG
.140
a. Dependent Variable: R_PNM
Descriptive Statistics
Mean
Std. Deviation
N
R_PNM
-.0194
.08780
60
R_IHSG
.0045
.04218
60
118
4. CIMB
Coefficients
Model
a
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients
B
(Constant)
Std. Error
Beta
.130
.156
2.975
3.701
.835
.407
.804
.425
1
R_IHSG
.105
a. Dependent Variable: R_CIMB
Descriptive Statistics
Mean
Std. Deviation
N
R_CIMB
.1433
1.19539
60
R_IHSG
.0045
.04218
60
5. MANDIRI
Coefficients
Model
a
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients
B
(Constant)
Std. Error
Beta
-.007
.017
.490
.397
-.406
.687
1.236
.222
1
R_IHSG
.160
a. Dependent Variable: R_MANDIRI
Descriptive Statistics
Mean
R_MANDIRI
R_IHSG
Std. Deviation
N
-.0046
.12911
60
.0045
.04218
60
119
6. CIPTA
Coefficients
Model
a
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients
B
Std. Error
Beta
(Constant)
.029
.012
R_IHSG
.113
.279
2.461
.017
.404
.688
1
.053
a. Dependent Variable: R_Cipta
Descriptive Statistics
Mean
Std. Deviation
N
R_Cipta
.0294
.08966
60
R_IHSG
.0045
.04218
60
7. MANULIFE
Coefficients
Model
a
Unstandardized Coefficients
Standardized
t
Sig.
Coefficients
B
Std. Error
Beta
(Constant)
.010
.011
R_IHSG
.604
.271
.902
.371
2.228
.030
1
.281
a. Dependent Variable: R_Manulife
Descriptive Statistics
Mean
Std. Deviation
N
R_Manulife
.0130
.09079
60
R_IHSG
.0045
.04218
60
120
Download