hubungan kebiasaan makan dan pemeliharaan kesehatan

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Proses Perkembangan Gigi
Gigi mulai berkembang sebelum bayi dilahirkan. Pada tahap ini, status gizi
ibu merupakan masalah penting. Gigi anak-anak yang dilahirkan dari ibu yang
memiliki status gizi buruk dalam masa kehamilannya ternyata memiliki ketahanan
yang lebih rendah terhadap pembentukan karies di kemudian hari. Obat-obatan
tertentu yang diminum ibu selama kehamilannya dapat mempengaruhi proses
klasifikasi gigi sehingga membuat enamel berlubang-lubang kecil serta berubah
warnanya. Keadaan ini baru diketahui beberapa tahun setelah terjadi erupsi gigi tetap.
Dekalsifikasi atau pengapuran gigi merupakan proses yang berlangsung
selama bertahun-tahun. Jika dalam makanan terdapat flourida, unsur mineral ini akan
menyatu kedalam enamel. Pertumbuhan gigi yang paling sehat akan terjadi kalau
unsur gizi tersedia dalam jumlah yang memadai. Vitamin A diperlukan untuk
perkembangan enamel dan vitamin D untuk pembentukan lapisan dentin. Setelah gigi
terbentuk sempurna, defiensi vitamin yang menimbulkan kerusakan gusi yaitu
kekurangan vitamin C, yang akan mengakibatkan tanggalnya gigi (Beck, 1993).
18
Universitas Sumatera Utara
2.2. Penyakit Karies Gigi
Penyakit karies gigi merupakan penyakit yang paling banyak menyerang umat
manusia. Namun, oleh karena sifat-sifat penyakit ini antara lain prosesnya lambat dan
tidak mematikan, penderita tidak memberikan perhatian yang memadai, bahkan
perencana kesehatan juga menganggap penyakit ini bukan merupakan masalah
kesehatan yang utama. Penyakit karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras
gigi yang disebabkan oleh aktivitas metabolisme mikroorganisme dan dapat
mengakibatkan terjadinya proses demineralisasi jaringan keras gigi
Karies gigi seperti yang dedefenisikan oleh Newburn (1978) adalah proses
patologis berupa kerusakan pada jaringan gigi mulai dari email terus ke dentin. Faktor
didalam mulut berhubungan langsung dengan proses terjadinya karies gigi antara lain
struktur gigi, susunan gigi geligi dirahang, derajat keasaman (pH) saliva, kebersihan
mulut jumlah dan frekuensi makan makanan kariogenik
Proses terjadinya karies oleh plak merupakan rantai biologis yang tidak
terputus. Bila karbohidrat memasuki plak yang ada pada permukaan gigi,
mikroorganisme yang terdapat dalam plak akan mengeluarkan enzim sehingga terjadi
terjadi proses fermentasi karbohidrat yang menghasilkan asam, asam ini akan
melarutkan bahan-bahan anorganik gigi terutama kalsium (demineralisasi) dan
jaringan organik gigi yang lunak akan mudah rusak, dengan demikian proses karies
mulai terjadi (Tarigan, 1991).
19
Universitas Sumatera Utara
2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Karies Gigi
Dibawah ini akan diterangkan beberapa hal yang dapat mempengaruhi
terjadinya karies gigi pada manusia (Tarigan, 1993).
1. Ras
Pengaruh ras terhadap terjadinya karies gigi amat sulit ditentukan. Tetapi
keadaan tulang rahang sesuatu ras bangsa mungkin berhubungan dengan persentase
karies yang makin meningkat. Misalnya pada ras tertentu dengan rahang yang sempit,
sehingga gigi-gigi pada rahang sering tumbuh tidak teratur, tentu dengan keadaan gigi
yang yang tidak teratur ini akan sukar pembersihan gigi, dan ini akan mempertinggi
karies gigi, dan akan mempertinggi persentase karies pada ras tersebut (Tarigan,
1993).
2. Umur
Sepanjang hidup dikenal 3 fase umur dilihat dari sudut gigi geligi :
a. Periode gigi campuran, disini gigi geraham paling sering terkena karies
b. Periode pubertas (remaja) umur antara 14 s/d 20 tahun
Pada masa pubertas terjadi perubahan hormonal yang dapat menimbulkan
pembengkakan gusi, akibatnya adalah penderita malas menyikat gigi,
sehingga kebersihan mulut kurang terjaga.
c. Umur antara 40 s/d 50 tahun
Pada usia ini sudah terjadi resesi atau penurunan gusi sehingga sisa makanan
lebih sukar dibersihkan (Tarigan, 1993)
20
Universitas Sumatera Utara
3. Makanan
Makanan sangat berpengaruh terhadap gigi dan mulut, pengaruh ini dapat
dibagi 2 yaitu :
a. Isi Makanan yang Menghasilkan Energi
Misalnya karbohidrat, protein, lemak, vitamin, serta mineral-mineral. Unsurunsur tersebut diatas berpengaruh pada masa pra erupsi serta pasca erupsi dari
gigi geligi
b. Fungsi Mekanis Makanan yang Dimakan
Makanan-makanan yang bersifat membersihkan gigi, jadi merupakan gosok
gigi alami, tentu saja akan mengurangi kerusakan gigi. Makanan yang bersifat
membersihkan gigi adalah apel, jambu air, bengkuang dan lain sebagainya.
Sebaiknya makanan-makanan yang lunak dan melekat pada gigi amat
merusak gigi seperti permen, coklat, biskuit dan lain sebagainya (Tarigan,
1993).
4. Unsur Kimia
Unsur-unsur kimia juga mempunyai pengaruh terhadap terjadinya karies gigi.
Unsur kimia yang paling mempengaruhi persentase terjadinya karies gigi adalah flour
(Tarigan, 1993).
5. Air Ludah
Pengaruh air ludah terhadap gigi sudah lama diketahui terutama dalam
mempengaruhi kekerasan email. Secara mekanis air ludah ini berfungsi untuk
membasahi rongga mulut dan makanan yang dikunyah. Sifat enzimatis air ludah ini
ikut didalam sistem pengunyahan untuk memecahkan unsur-unsur makanan.
21
Universitas Sumatera Utara
Di dalam air ludah ini dijumpai enzim-enzim yang bersifat bakteriologis yang
dapat membuat beberapa bakteri mulut menjadi tidak berbahaya. Sejak tahun 1901
oleh Rigolet telah diketahui bahwa pasien dengan sekresi air ludah yang sedikit atau
tidak sama sekali memiliki persentase karies gigi yang semakin meninggi
(Tarigan,1993).
6. Plak
Plak adalah lendir yang melekat pada permukaan gigi. Dalam plak ini terdapat
kuman-kuman dari ludah dan mulut, dimana plak ini merupakan tempat
bertumbuhnya bakteri. Tidak dapat disangkal bahwa setelah makan kita harus
meniadakan plak, karena plak merupakan awal terjadinya karies gigi (Tarigan, 1993).
Adapun tingkat penentuan karies berdasarkan stadium karies (dalamnya karies
gigi) dibagi atas tiga yaitu :
a. Karies Superficialis
Dimana karies baru mengenai enamel saja, sedang dentin belum terkena biasanya
penderita belum terasa ngilu
b. Karies Media
Dimana karies sudah mengenai dentin tetapi belum setengah dentin. Biasanya
perasaan ngilu baru ada pada waktu makan makanan asam-asam, manis-manis dan
minum es.
c. Karies Propunda
Dimana karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang-kadang
sudah mengenai pulpa (Tarigan, 1993).
22
Universitas Sumatera Utara
2.4. Kebiasaan Makan pada Anak Sekolah Dasar
Yang dimaksud dengan kebiasaan makan adalah tingkah laku manusia atau
kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan makan yang meliputi sikap,
kepercayaan dan pemilihan makanan (Khumaidi, 1994).
Upaya untuk membentuk kebiasaan makan yang baik hendaknya dilakukan
sejak dini. Lingkungan yang sangat besar peranannya dalam membentuk kebiasaan
makan anak adalah keluarga (Lisdiana, 1997).
Jika menyusun hidangan untuk anak, hal ini perlu diperhatikan di samping
kebutuhan gizi untuk hidup sehat dan bertumbuh kembang. Kecukupan zat gizi ini
berpengaruh pada kesehatan dan kecerdasan anak, maka perlu pengetahuan
kemampuan mengelola makanan sehat untuk anak adalah suatu hal yang amat penting
(Santoso, dkk. 1999).
Kebiasaan makan anak sekolah dasar yang sering dijumpai pada umumnya
yaitu suka jajan di sekolah dan di rumah tidak mau makan. Di samping itu pada
umumnya anak tidak sarapan, makan siang di luar rumah, tidak teratur dan tidak
memenuhi kebutuhan zat gizi. Hal ini akan mempengaruhi nafsu makan anak di
rumah dan dapat menyebabkan anak kekurangan gizi (Wahyuti, 1991).
Pada jaman modern ini, banyak kita jumpai jenis-jenis makanan yang bersifat
manis, lunak dan mudah melekat misalnya permen, coklat, bolu, biskuit dan lain-lain.
Dimana biasanya makanan ini sangat disukai oleh anak-anak. Makanan ini karena
sifatnya yang lunak maka tidak perlu pengunyahan sehingga gampang melekat pada
gigi dan bila tidak segera dibersihkan maka akan terjadi proses kimia bersama dengan
bakteri dan air ludah yang dapat merusak email gigi (Moestopo, 1993).
23
Universitas Sumatera Utara
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebiasaan makan pada dasarnya adalah
(Khumaidi, 1994).
a. Faktor ekstrinsik (yang berasal dari luar manusia) seperti lingkungan alam,
lingkungan sosial, lingkungan budaya serta lingkungan ekonomi.
b. Faktor intrinsik (yang berasal dari dalam diri manusia), seperti : asosiasi
emosional, keadaan jasmani dan kejiwaan yang sedang sakit serta penilaian yang
lebih terhadap mutu makanan juga merupakan faktor instrinsik
Keadaan kesehatan sangat mempengaruhi kebiasaan makan, misalnya sakit
gigi, memaksa orang untuk membiasakan makan makanan lunak. Keadaan ini
mengakibatkan nafsu makan menjadi menurun yang mengakibatkan seorang anak
mengalami penyakit kurang gizi (Astawan, 2004).
2.4.1. Makanan Sumber Karbohidrat dan Karies Gigi
Aristoteles adalah orang pertama yang mengaitkan hidrat arang dengan
pengeroposan gigi. Dia mengamati bahwa yang terkandung di dalam buah ara
menyebabkan kerusakan gigi. Tetapi tidak semua karbohidrat bersifat kariogenik.
Kariogenik pada suatu makanan tergantung pada :
a. Bentuk Fisik Makanan
Makanan yang lengket akan melekat pada permukaan gigi dan terselip di
dalam celah-celah gigi sehingga merupakan makanan yang paling merugikan
kesehatan gigi. Kerugian ini terjadi akibat proses metabolisme oleh bakteri
yang berlangsung lama sehingga menurunkan pH mulut untuk waktu lama
(Mustafa, 1993).
24
Universitas Sumatera Utara
b. Jenis Karbohidrat
Karbohidrat yang kompleks mempunyai molekul yang besar, sebaliknya
karbohidrat kecil mempunyai molekul kebebasan karbohidrat yang kecil
seperti sukrosa, glukosa, dan fruktosa.
Jenis karbohidrat yang menyebabkan karies gigi adalah sukrosa. Hasil
pengamatan epidemiologi membuktikan adanya hubungan antara angka
konsumsi gula yang tinggi dan insiden karies yang meningkat pada banyak
negara (Mustafa, 1993).
c. Kekerapan Konsumsi
Setelah makanan yang mengandung sukrosa pH mulut menurun dalam waktu
2,5 menit dan tetap rendah sampai selama 1 jam. Ini berarti jika gula pasir
dikonsumsi 3 kali sehari pH mulut selama 3 jam akan berada di bawah 5,5.
proses demineralisasi yang terjadi selama periode waktu ini sudah cukup
untuk mengikis lapisan email (Mustafa, 1993).
2.4.2 Pengaruh Zat Gizi terhadap Pertumbuhan Gigi
Menurut Mustafa (1993) ada beberapa pengaruh zat gizi terhadap
pertumbuhan gigi.
a. Kekurangan Vitamin A
Kekurangan vitamin A cukup besar pengaruhnya terhadap perkembangan
gigi anak. Vitamin ini berperan dalam penyusunan struktur email, sehingga
kekurangan vitamin A dapat menyebabkan pertumbuhan email yang tidak
sempurna (Mustafa, 1993).
25
Universitas Sumatera Utara
b. Kekurangan Vitamin D
Vitamin D fungsinya untuk pertumbuhan tulang dan gigi. Hubungan antara
Vitamin D dengan karies gigi dijelaskan dalam penelitian di USA dan Kanada
memberikan kesimpulan yang sama. Prevalensi dari karies lebih banyak
terdapat di negara-negara bagian utara dibandingkan dengan negara-negara
tropis.
Ini disebabkan sedikitnya sinar matahari dan mengakibatkan sintesa vitamin D
di kulit berkurang, pengikisan menyebabkan kerusakan pada gigi anak-anak.
Dalam hal ini vitamin D akan berfungsi pada waktu absorbsi dan metabolisme
kalsium dalam pembentukan tulang gigi (Mustafa, 1993).
c. Fluorida
Pada keadaan normal, dentin dan email mengandung garam-garam mineral
antara lain : kalsium, phosfor dan elemen lain yang mengandung fluoride.
Konsentrasi fluor dalam air minum berkisar antara 0,5 sampai 1 ppm, jumlah
ini akan berfungsi untuk melindungi gigi dari karies gigi akan tetapi pada
kadar fluor lebih dari 2 ppm maka akan menyebabkan bercak-bercak pada
gigi, dan pada email akan terlihat pita yang berwarna coklat. Fluorida dapat
melindungi gigi dari serangan bakteri sehingga tidak terjadi karies. Di USA
terlihat pemberian flourisasi mampu menurunkan karies sebanyak 60-70%
pada anak-anak yang menderita karies (Mustafa, 1993).
d. Garam Mineral
Mineral seperti kalsium, magnesium, besi serta tembaga dapat menghambat
terjadinya karies gigi (Mustafa, 1993).
26
Universitas Sumatera Utara
2.4.3. Kebiasaan atau Cara Mengonsumsi Makanan
Mengonsumsi karbohidrat dengan frekuensi yang lebih sering akan
meningkatkan kemungkinan terjadinya karies dibandingkan dengan mengonsumsi
dalam jumlah banyak tapi dengan frekuensi yang lebih jarang (Arisman, 2002).
Berhubungan dengan bagaimana cara mengonsumsi makanan yang dapat
menyebabkan karies gigi (kariogenik) tersebut dan juga berhubungan dengan oral
clearance time, yaitu waktu yang dibutuhkan oleh seseorang untuk mengeliminasi
makanan dari mulut, dan mengurangi konsentrasi karbohidrat sampai pada titik
terang. Seseorang yang mengulum makanan lebih lama didalam mulutnya,
mempunyai resiko karies lebih tinggi dari pada orang yang mengulum makanan/oral
clearance time makanan pendek (Tarigan, 1993).
Penelitian Nizel (1981) pada anak umur 6 tahun di Inggris yang dikutip oleh
Kosasih (2007) menguraikan bahwa makanan yang berbentuk lunak dan lengket
dapat berpengaruh langsung terhadap terjadinya penyakit karies gigi. Beliau juga
menguraikan tentang adanya hubungan antara zat gizi seperti vitamin dan mineral
protein hewani dan nabati, serta karbohidrat yang terkandung dalam makanan seharihari dapat mempengaruhi terjadinya penyakit karies gigi. Hal ini yang perlu
mendapat perhatian tidak hanya nutrisi saja, tetapi cara mengonsumsi jenis makanan
dan waktu pemberian, karena semua ini akan mempengaruhi kesehatan gigi dan
mulut. Sukrosa adalah salah satu jenis karbohidrat yang terkandung dalam makanan
seperti permen, coklat, dan makanan lainnya yang merupakan substrat untuk
pertumbuhan bakteri yang pada akhirnya akan meningkatkan proses terjadinya karies.
27
Universitas Sumatera Utara
Dengan meningkatnya konsumsi snack dan makanan cepat saji yang
kebanyakan mengandung banyak gula, maka sering sulit bagi individu untuk
menghindarkan konsumsi gula yang banyak. Hubungan secara langsung antara DMF
dengan memakan makanan diantara waktu makan (ngemil), telah banyak dibuktikan
(Situmorang, 2006).
Maka dari itu langkah utama bagi individu untuk mengurangi insidensi karies,
yaitu dengan membatasi konsumsi makanan diantara waktu makan yang berupa
snack, makanan bergula, roti dan coklat (Arisman, 2002).
Beberapa jenis makanan dan sayuran telah diteliti untuk mengetahui
hubungannya dengan karies. Makanan yang mengandung protein yang tinggi seperti
daging dan kacang-kacangan akan diubah menjadi zat yang bersifat alkali oleh
bakteri dalam mulut, sehingga dapat menghambat terjadinya karies gigi. Buah-buahan
dan sayuran yang berserat dan berair serta sedikit mengandung karbohidrat bersifat
membersihkan karena harus dikunyah, sehingga dapat merangsang sekresi saliva
(Situmorang, 2006).
Panjaitan dalam diktat kuliah Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat FKG-USU
(1997) menerangkan hubungan kebiasaan makan dengan karies gigi menyimpulkan:
1.
Konsumsi karbohidrat jenis gula-gula yang mempunyai tendensi melekat pada
permukaan gigi, mempunyai resiko meningkatkan karies gigi.
2.
Bila jenis karbohidrat tersebut dikonsumsi diantara waktu makan, mempunyai
resiko lebih besar terjadinya karies gigi.
28
Universitas Sumatera Utara
3.
Konsentrasi gula yang tinggi dalam saliva mulut, sangat berhubungan dengan
lamanya waktu makanan dikulum dalam rongga mulut, sehinnga dapat
meningkatkan karies gigi.
2.4.4. Konsumsi Food Cleansing (Buah-Buahan)
Kebersihan gigi tidak terlepas dari penilaian adanya sisa makanan dalam
mulut, dapat berupa endapan lunak dan endapan keras yang melekat pada permukaan
gigi. Poole (1978) menyatakan bahwa mengonsumsi buah-buahan sehabis makan
sama dengan pembersihan gigi secara alami, karena hal ini dapat mengurangi
terjadinya karies gigi. Dimana makanan yang perlu pengunyahan yang baik akan
meningkatkan kebersihan mulut, misalnya jeruk atau apel yang dimakan sesudah
makan utama (nasi). Hal ini sangat efektif untuk anak-anak yang belum cukup umur
dan belum dapat membersihkan gigi secara efektif (Tarigan, 1993).
2.5. Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut
Adalah usaha-usaha seseorang dibidang kesehatan gigi dan mulut untuk
memelihara atau menjaga kesehatan gigi dan mulutnya agar tidak sakit dan usaha
penyembuhan bilamana sakit. Kebiasaan makan anak-anak sekolah dasar yang sering
dijumpai pada umumnya suka jajan makanan yang manis seperti coklat, permen, es
krim, biskuit dan lain-lain. Sebenarnya hal tersebut tersebut tidak akan menjadi
masalah bila sesudah mengonsumsi makanan yang mengandung gula hendaknya gigi
segera dibersihkan paling tidak dengan berkumur-kumur (Machfoedz, dkk, 2005).
29
Universitas Sumatera Utara
2.5.1. Perawatan dan Pemeriksaan Kesehatan Gigi dan Mulut
Pemeriksaan teratur ke dokter gigi sangat penting bagi kesehatan gigi anak.
Kunjungan rutin ke dokter gigi minimal dua kali setahun. Dianjurkan meskipun gigi
anak sehat. Dengan tujuan untuk konsultasi dan memberikan efek psikologis yang
baik pada anak terhadap dokter gigi sebelum anak benar-benar membutuhkan
perawatan gigi (Maulana, 2005).
Salah satu cara mekanis yang dianggap efektif dalam perawatan kesehatan
gigi adalah dengan menyikat gigi, agar sisa-sisa makanan dan plak pada permukaan
gigi dapat dibersihkan. Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam membersihkan
gigi kita harus memperhatikan prinsip dasar penyikatan. Seluruh rongga mulut harus
dapat disikat dengan baik sehingga tidak ada daerah yang masih terakumulasi oleh
plak, tekanan penyikatan jangan terlalu lemah sehingga gigi dapat dibersihkan dengan
baik (Anonim, 2007).
a. Waktu Menyikat Gigi
Cara yang paling sederhana untuk mencegah pembusukan gigi adalah dengan
menetapkan kegiatan rutin menyikat gigi. Menyikat gigi yang tepat waktunya
adalah setiap sesudah makan dan hendak tidur malam. Hal ini disebabkan
karena pada saat-saat itu tidak dalam keadaan aktif (tidak ada pembersihan
secara alamiah).
b. Lamanya Menyikat Gigi
Dianjurkan selama 3-5 menit. Hal ini disebabkan permukaan gigi terdiri dari
lebih kurang 80 daratan yaitu 32 daratan depan (bukal dan lingual), 32 dataran
dalam (bukal dan lingual) dan 20 dataran permukaan (bukal).
30
Universitas Sumatera Utara
c.
Cara Menyikat Gigi
Pada dasarnya menyikat gigi yang baik dan benar adalah dengan menyikat
semua permukaan gigi sampai bersih dan plak juga hilang sempurna. Gerakan
menyikat gigi dilakukan dengan pendek sehingga seluruh permukaan gigi dapat
tercapai oleh sikat gigi dan tidak terdapat kerusakan pada gusi. Selain itu teknik
penyikatan harus disesuaikan dengan anatomi gigi (Anonim, 2007).
Pemberian fluor pada gigi anak akan dapat mencegah terjadinya karies gigi.
Ada beberapa cara pemberian fluor yaitu :
a. Pemberian Fluor Secara Sistemik
- Fluoridasi air minum
- Melalui makanan
- Dalam bentuk obat-obatan
b. Pemberian Fluor Secara Lokal
- Topikal aplikasi (pengolesan fluor pada gigi)
- Kumur-kumur larutan fluor
- Penggunaan fluor dalam pasta gigi (Situmorang, 2006).
31
Universitas Sumatera Utara
2.5.2. Perilaku Pemeliharaan Kesehatan Gigi
Dimensi tingkat pelayanan kesehatan gigi, dapat dilakukan berdasarkan lima
tingkat pencegahan (five levels of prevention) dari leavell and clark yang dikutip
Herijulianti (2002) didalam bukunya adalah sebagai berikut :
1.
Promosi Kesehatan (Health Promotion)
Dalam tingkat ini pendidikan kesehatan gigi diperlukan untuk meningkatkan
derajat kesehatan gigi, misalnya dengan memilih makanan yang menyehatan yang
menyehatkan gigi, mengatur pola makanan yang mengandung gula.
2.
Perlindungan Khusus (Specific Protection)
Yang termasuk dalam program upaya pelayanan perlindungan khusus ini,
misalnya pembersihan karang gigi, menyikat gigi segera setelah makan, topikal
aplikasi, fluoridasi air minum dan sebagainya.
Pendidikan kesehatan gigi pada tingkat ini diperlukan agar masyarakat menjadi
sadar untuk memelihara kesehatan gigi, terutama untuk daerah yang belum
menyadari pentingnya pemeliharaan kesehatan gigi
3.
Diagnosa Dini dan Pengobatan Segera (Early Diagnosis And Prompt
Treatment)
Diagnosis dan pengobatan sedini mungkin perlu dilakukan, misalnya pemeriksaan
gigi dengan sinar- X secara berkala, penambalan gigi yang baru terkena karies,
penambalan fissure yang terlalu dalam dan sebagainya.
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan karena masih rendahnya
pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai kesehatan gigi, sehingga
32
Universitas Sumatera Utara
seringkali mereka membiarkan giginya yang berlubang tidak segera ditambal dan
mengakibatkan penyakit yang lebih parah.
4.
Pembatasan Cacat (Disability Limitation)
Pembatasan cacat merupakan tindakan pengobatan penyakit yang parah,
misalnya pulp capping, pengobatan urat saraf, pencabutan gigi dan sebagainya.
Pada tingkat ini pendidikan kesehatan diperlukan karena mereka sering tidak
mengobati penyakitnya secara tuntas. Misalnya pada perawatan urat saraf yang
memerlukan beberapa kali kunjungan atau mereka ingin segera mencabut giginya
walaupun sebenarnya masih dapat dilakukan penambalan.
5.
Rehabilitasi (Rehabilitation)
Rehabilitasi merupakan upaya pemulihan atau pengembalian fungsi dan bentuk
sesuai dengan aslinya, misalnya pembuatan gigi palsu.
Pendidikan kesehatan pada tingkat ini masih diperlukan untuk menyadarkan
masyarakat akan pentingnya mengembalikan fungsi pengunyahan setelah
dilakukan pencabutan dengan pembuatan gigi geligi tiruan selain itu juga
diberikan penerangan tentang kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi
akibat tidak dilakukan pembuatan geligi tiruan (Herijulianti, 2002).
Pencegahan karies gigi bertujuan untuk mempertinggi taraf hidup dengan
memperpanjang kegunaan gigi di dalam mulut. Pencegahan karies gigi dapat dibagi
atas 3 bagian, yaitu pencegahan primer, sekunder dan tertier. Pada masa pra erupsi
tindakan pencegahan yang dilakukan adalah tindakan pencegahan yang dapat
dilakukan yaitu primer, sekunder dan tertier (Tarigan, 1991).
33
Universitas Sumatera Utara
Tindakan pencegahan primer pada masa pra erupsi ditujukan pada
kesempurnaan struktur email dan dentin atau gigi pada umumnya. Seperti kita ketahui
yang mempengaruhi atau menentukan kekuatan dan kekerasan gigi. Misalnya vitamin
A, C, D dan mineral kalsium. Pemberian vitamin dan zat mineral diberikan pada ibu
hamil untuk kesempurnaan struktur gigi (Tarigan, 1991).
Tindakan yang dilakukan pada masa pasca erupsi ini terdiri dari pencegahan
primer, sekunder dan tertier.
a.
Pencegahan Primer
Yaitu pencegahan sebelum gejala klinik timbul yaitu dengan cara peningkatan dan
perlindungan
khusus.
Peningkatan
kesehatan
:
pendidikan
kesehatan,
meningkatkan keadaan sosio ekonomi seseorang, standart nutrisi yang baik,
membatasi frekuensi makanan dan minuman yang manis-manis dan pemeriksaan
berkala (Tarigan, 1991).
b. Pencegahan Sekunder
Diagnosa dini dengan pengobatan yang tepat dan membatasi ketidak
mampuan/cacat yaitu pengobatan yang cepat untuk menghentikan proses penyakit
dan mencegah terjadinya komplikasi. Pada gigi yang terserang karies dan masih
dapat dilakukan penambalan maka dilakukan perawatan gigi/restorasi gigi.
Dengan demikian, lengkung geligi dapat dipertahankan dalam keadaan utuh,
fungsi pengunyahan dipertahankan, infeksi dan peradangan kronis dapat
dihilangkan sehingga kesehatan jaringan mulut yang baik dapat dipertahankan.
Selain itu, mempertahankan gigi anterior dapat mempertahankan fungsi estetik,
34
Universitas Sumatera Utara
membantu fungsi bicara dan mencegah timbulnya efek psikologis bila gigi
tersebut harus dicabut (Tarigan, 1991).
c. Pencegahan Tertier
Gigi dengan karies yang sudah dilakukan pencabutan terhadap rehabilitasi dengan
pembuatan gigi palsu (Tarigan, 1991).
Becker (1979) mengajukan beberapa klasifikasi perilaku yang berhubungan
dengan kesehatan (Health Related Behaviour) salah satu diantaranya adalah perilaku
kesehatan (Health Behaviour), yaitu hal-hal yang berkaitan dengan tindakan atau
kegiatan seseorang dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Termasuk
juga tindakan-tindakan untuk mencegah penyakit, kebersihan perorangan, memilih
makanan, sanitasi dan sebagainya (Herijulianti, 2002).
2.6. Usaha Kesehatan Gigi Sekolah
Usaha Kesehatan Gigi Sekolah adalah bagian integral dari Usaha Kesehatan
Sekolah (UKS) yang melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut secara
terencana, pada para siswa, terutama siswa Sekolah Tingkat Dasar (STD) dalam
kurun waktu tertentu, diselenggarakan secara berkesinambungan melalui paket UKS
yaitu paket minimal, paket standar dan paket optimal (Herijulianti, 2002).
UKGS di lingkungan STD mempunyai sasaran semua anak sekolah tingkat
pendidikan dasar (6-14 tahun). Adapun tujuan dilaksanakannya program UKGS
adalah :
1. Mendiagnosa dan mengobati penyakit-penyakit gigi dan mulut sedini mungkin
(early diagnosis dan prompt treatment).
35
Universitas Sumatera Utara
2. Mencegah terjadinya penyakit-penyakit gigi dan mulut serta akibat-akibatnya
(ill health effects).
3. Memberikan pendidikan kesehatan gigi yang mengarah kepada “personal care”
(to educate and motivate) (Herijulianti, 2002).
Pelayanan kesehatan gigi dan mulut diberikan pada anak usia sekolah dengan
maksud agar mendapatkan generasi yang sehat dan bangsa yang kuat, seperti yang
diharapkan oleh pemerintah yang dituangkan dalam Undang-undang Pokok
Kesehatan Bab 1 Pasal 3 Ayat 1 berbunyi : “Pertumbuhan anak sempurna dalam
lingkungan hidup yang sehat adalah penting untuk mencapai generasi yang sehat dan
bangsa yang kuat”.
36
Universitas Sumatera Utara
2.7. Kerangka Konsep Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian maka dapat dibuat kerangka konsep penelitian
yang menggambarkan hubungan variabel kebiasaan makan meliputi frekuensi makan
jajanan, frekuensi makan sehari dan jenis makanan serta pemeliharaan kesehatan gigi
dan mulut dengan variabel karies gigi pada anak sekolah dasar. Frekuensi makan
jajanan, frekuensi makan sehari yang sering dan berulang-ulang dengan jenis
makanan yang manis, sehingga menjadi media pertumbuhan yang baik bagi bakteri
didalam mulut. Bakteri yang menempel pada permukaan bergula tersebut akan
menghasilkan asam dan melarutkan permukaan email yang mengakibatkan proses
awal karies pada email. Hal ini akan diperberat oleh perilaku memelihara kesehatan
gigi dan mulut yang tidak baik akan menyebabkan timbulnya karies gigi. Kerangka
konsep penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
Kebiasaan Makan :
- Frekuensi makan jajanan
- Frekuensi makan sehari
- Jenis makanan
Karies Gigi
Pemeliharaan Kesehatan
Gigi dan Mulut
- Menyikat gigi
- Berkumur-kumur
- Pemberian flour
- Pemeriksaan gigi ke
Poliklinik gigi
- Mengurangi makanan
yang manis
37
Universitas Sumatera Utara
2.8. Hipotesa Penelitian
Hipotesa dalam penelitian ini adalah :
Ho : Tidak ada hubungan antara kebiasaan makan dengan timbulnya karies gigi
Ha : Ada hubungan antara kebiasaan makan dengan timbulnya karies gigi
Ho : Tidak ada hubungan antara pemeliharaan kesehatan gigi dengan timbulnya
karies gigi
Ha : Ada hubungan antara pemeliharaan kesehatan gigi dengan timbulnya karies
gigi
38
Universitas Sumatera Utara
Download