bab 1 pendahuluan - Repository Maranatha

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Masyarakat pada umumnya mengira bahwa akuntansi hanya sekedar
pembukuan yang mencatat pemasukan dan pengeluaran uang. Setelah terjadi kasuskasus seperti Enron, World Com dan Xerox, masyarakat dunia cukup terperanjat
karena skandal-skandal perusahaan besar yang menipu masyarakat justru terjadi di
negara yang selama ini dianggap sebagai barometer berbagai aturan dan standar
mengenai bursa saham, profesi akuntan, dan transparansi dalam laporan keuangan.
Banyaknya praktik-praktik kecurangan keuangan yang dilakukan para pelakupelaku bisnis memang sangat merugikan berbagai pihak. Kecurangan (fraud) dapat
didefinisikan sebagai tindakan kriminal (crime) yang dilakukan secara sengaja oleh
seseorang
atau
beberapa
orang
berupa
kecurangan
atau
ketidakberesan
(irregularities) atau penipuan yang melanggar hukum (illegal act)
mendapatkan
keuntungan
atau
mengakibatkan
kerugian
suatu
untuk
organisasi
(perusahaan). Terkuaknya berbagai kasus kecurangan keuangan ini telah menyentak
banyak pihak, baik dari pelaku bisnis sendiri maupun pelaku non bisnis. Sistem
pengendalian yang sudah ada selama ini dan implementasinya ternyata masih belum
dapat mencegah terjadinya berbagai tindak kecurangan keuangan yang sangat
meruntuhkan kepercayaan investor dan pihak-pihak lain yang juga mengalami
kerugian dari kejadian ini. Kasus ini merupakan salah satu contoh tidak adanya
1
Universitas Kristen Maranatha
2
BAB 1 PENDAHULUAN
internal kontrol yang baik yang dilakukan oleh auditor internal perusahaan yang
menyebabkan tidak adanya Good Corporate Governance di dalam perusahaan.
Misalnya saja dalam kasus Enron yang terjadi di Amerika Serikat tahun 2002
yang lalu. Enron Corporation adalah sebuah perusahaan energi Amerika yang
berbasis di Houston, Texas, Amerika Serikat. Enron merupakan salah satu
perusahaan terkemuka di dunia dalam bidang listrik, gas alam, bubur kertas dan
kertas, dan komunikasi. Pada tanggal 16 Oktober 2001, Enron menerbitkan laporan
keuangan triwulan ketiga. Pengumuman kepada pers menyatakan bahwa performa
laba bersih Enron telah meningkat menjadi $393 juta pada triwulan ketiga tersebut,
dibandingkan dengan $292 juta pada tahun sebelumnya. Pimpinan perusahaan Enron,
Kenneth Lay menyatakan bahwa Enron „secara berkesinambungan memberikan
prospek yang sangat baik‟ dan ia memilih untuk tidak menjelaskan secara rinci
tentang pembebanan biaya akuntansi khusus (special accounting charge / expense)
sebesar $1 miliar yang menyebabkan hasil aktual pada periode tersebut, bila
dilaporkan sesuai dengan GAAP ( generally accepted accounting principles) akan
menjadi kerugian sebesar $644 juta.
Pengumuman kepada pers tersebut memberikan peringatan kepad Wall Street.
Para analisis dan reporter bisnis mulai menggali untuk mengetahui apa yang terjadi
di balik pembebanan sebesar $1 miliar tersebut. Selanjutnya diketahui bahwa
pembebanan $1 miliar tersebut berasal dari transaksi-transaksi yang dilakukan
perusahaan yang didirikan oleh direktur keuangan Enron. Terbukanya rahasia ini
menimbulkan kecurangaan terhadap Enron. Kecurigaan tersebut semakin kuat ketika
diperoleh informasi yang lebih rinci tentang perusahaan yang didirikan oleh direktur
Universitas Kristen Maranatha
3
BAB 1 PENDAHULUAN
keuangan Enron, cara yang digunakan Enron untuk melaporkan pendapatan dan
budaya peusahaan secara umum. Harga saham perusahaan turun drastis dari $36,00
per lembarnya pada minggu sebelum 16 Oktober 2001 hingga menjadi $0,26 per
lembar pada tanggal 30 November. Enron mengajukan permohonan untuk
dinyatakan bangkrut pada tanggal 2 Desember 2001, yang merupakan kebangkrutan
paling besar dalam sejarah Amerika Serikat.
Dari kasus diatas, terdapat dua senator yang bereaksi terhadap skandal ini,
mereka adalah Paul Sarbanes dari Maryland dan Michael Oxley wakil rakyat dari
Ohio. Akibat dari reaksi mereka adalah timbulnya Sarbanes Oxley Act atau disebut
juga Public Company Accounting Reform and Investor Protection Act of 2002 yang
ditandatangani oleh presiden Amerika Serikat pada waktu itu yaitu George W Bush
pada pada 30 Juli 2002. Undang- undang ini diharapkan dapat mengangkat kembali
citra akuntan yang baik. Semua perusahaan publik yang listing di New York
Exchange diwajibkan untuk mematuhi (comply) terhadap aturan ini. Perusahaan
publik di Indonesia yang listing di New York Exchange (NYSE) juga harus tunduk
pada ketentuan Sarbanes-Oxley Act tersebut, selain terikat oleh ketentuan Badan
Pengawas Pasar Modal-Lembaga keuangan (Bapepam-LK). Di Indonesia masih
sedikit perusahaan yang sudah menerapkan Sarbanes Oxley Act, yaitu PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk.
Dalam Sarbanes-Oxley Act terdiri dari 11 title dan 68 section ini diatur tentang
akuntansi,
pengungkapan
(disclosure)
dan
pembaharuan
Good
Corporate
Governance (corporate governance), yang mensyaratkan adanya pengungkapan
yang lebih banyak mengenai informasi keuangan, keterangan tentang hasil-hasil
Universitas Kristen Maranatha
4
BAB 1 PENDAHULUAN
yang dicapai manajemen, kode etik bagi pejabat di bidang keuangan, pembatasan
kompensasi eksekutif, dan pembentukan komite audit yang independen. Dengan
demikian, diharapkan dapat memperbaiki praktek Good Coporate Governance.
Selain itu diatur pula mengenai hal-hal sebagai berikut :

Membentuk Public Company Accounting Oversight Board (PCAOB) yang
bertujuan untuk mengawasi audit atas perusahaan publik dan melindungi
kepentingan investor.

Melarang jasa non audit, hukum secara spesifik melarang kantor akuntan publik
untuk melakukan 8 jasa non audit, yaitu pembukuan, desain dan implementasi
sistem keuangan, jasa penilaian, jasa aktuaris, outsourching jasa audit intern,
fungsi manajemen atau sumber daya manusia, broker pialang, penasehat
investasi atau jasa investement banking, jasa hukum, dan jasa professional
lainnya yang tidak berhubungan dengan audit.

Perputaran partner, pemimpin atau coordinating partner audit atau concurring
reviewer tidak dapat memberikan jasa audit kepada klien yang sama lebih dari 5
tahun berturut-turut.

Laporan kepada komite audit, auditor diharuskan untuk melaporkan kepada
komite audit tentang semua kebikjakan akuntansi yang berlaku, perlakuan
informasi keuangan dan informasi penting lainnya yang telah didiskusikan
dengan manajemen.

Penugasan auditor, dibutuhkan 1 tahun “Cooling off Period”

Studi tentang kewajiban perputaran kantor akuntan public akan dilaksanakan
oleh General Accounting Office (GAO)
Universitas Kristen Maranatha
5
BAB 1 PENDAHULUAN

Perusahaan harus membuat Sistem Pengendalian interen melalui jasakantor
akuntan publik.
Singkatnya,
Sarbanes-Oxley
Act
adalah
suatu
ketentuan
mengenai
akuntabilitas, praktik akuntansi dan keterbukaan informasi pada perusahaan publik
yang listing di NYSE serta termasuk pula tata cara pengelolaan data. Ketentuan
mengenai audit kontrol internal sangatlah esensial bagi Good Corporate
Governance. Adanya audit kontrol internal meyakinkan baik investor maupun
stakeholder lainnya bahwa perusahaan memiliki sistem dan prosedur kontrol internal
yang baik.
Salah satu seksi yang ada dalam Sarbanes-Oxley Act adalah seksi 404 yang
mengatur tentang penilaian manajemen atas pengendalian internal (Management
Assesment of Internal Controls). Seksi 404 memuat ketentuan yang mewajibkan
penyediaan audit Sarbanes-Oxley Act tahunan yang menunjukkan efektivitas kontrol
internal atas pelaporan keuangan, dan memperoleh pernyataan dari auditor eksternal
bahwa kontrol telah berjalan efektif. Ketentuan ini menuntut perusahaan untuk
memahami, mendokumentasi, dan menyempurnakan kontrol internal terkait
pelaporan keuangan, dengan terus meningkatkan akurasi proses bisnis dan informasi
transaksionalnya, serta membangun perbaikan proses secara berkelanjutan. Selain itu
juga mengharuskan perusahaan melakukan penilaian (assement) terhadap efektifitas
struktur dan prosedur pengendalian internal pada setiap akhir tahun fiskal. Sarbanes
Oxley Act section 404 menerangkan tentang :
Universitas Kristen Maranatha
6
BAB 1 PENDAHULUAN
a. Tanggung jawab manajemen terhadap internal controls over financial reporting
(ICOFR)
b. Atestasi manajemen terhadap efektifitas internal control over financial reporting
(ICOFR) berdasarkan pengujian yang dilakukan
c. Auditor harus melakukan atestasi dan melaporkan evaluasi atas laporan
manajemen.
Untuk mendukung pernyataan atas efektivitas pengendalian internal dalam
perusahaan adalah upaya manajemen dalam memastikan dilakukannya pengujian
atas efektifitas pengendalian internal adalah dengan melibatkan internal audit dalam
memantau dan melakukan pengujian atas efektifitas pengendalian internal
perusahaan.
Penerapan Sarbanes-Oxley Act sangat berdampak pada tugas dan tanggung
jawab manajemen perusahaan, khususnya pada bagian internal audit. Hal ini
dikarenakan penerapan Sarbanes-Oxley Act Section 404 mewajibkan manajemen
untuk memberikan laporan atas pengendalian internal perusahaan. Artinya, internal
auditor harus memeriksa pelaksanaan pengendalian internal di perusahaan, untuk
dapat dilaporkan dan diberikan opini oleh auditor eksternal.
Dengan adanya keterlibatan langsung auditor internal di dalam melakukan
pengujian atas efektifitas pengendalian internal dalam laporan keuangan, maka
manajemen mengharapkan bahwa hasil pengujian tersebut dapat dijadikan dasar bagi
manajemen untuk memberikan pembuktian bahwa pernyataan manajemen atas dasar
pengendalian internal atas laporan keuangan telah diuji dan didukung oleh bukti yang
memadai.
Universitas Kristen Maranatha
7
BAB 1 PENDAHULUAN
Internal audit menjadi bagian yang penting dalam penerapan Sarbanes-Oxley
Act terutama dalam kaitannya dengan perwujudan Good Corporate Governance.
Laporan atas pengendalian internal yang diwajibkan dalam Sarbanes-Oxley Act
Section 404 dilaksanakan oleh manajemen, dengan mengacu pada hasil pemeriksaan
yang dilaksanakan oleh internal audit. Oleh karena itu, penerapan Sarbanes-Oxley
Act Section 404 tidak dapat dilepaskan dari bagian internal audit perusahaan. Dengan
demikian maka dengan adanya Sarbanes-Oxley Act, internal auditor mempunyai
pekerjaan dan tanggung jawab yang baru sehubungan dengan keterlibatannya dalam
proses implementasi Sarbanes-Oxley Act di perusahaan yang menerapkannya.
Secara umum istilah Good Corporate Governance sendiri lebih ditujukan
untuk sistem pengendalian dan pengaturan perusahaan, dalam arti lebih ditujukan
pada tindakan yang dilakukan eksekutif perusahaan agar tidak merugikan para
stakeholder. Good Corporate Governance memang menyangkut orang (moralitas),
etika kerja, dan prinsip-prinsip kerja yang baik.
Menurut Surat keputusan NO. KEP-117/M-MBU/2002 prinsip Good
Corporate Governance sendiri dikalsifikasikan menjadi 5 hal yaitu transparansi,
kemandirian, akuntabilitas, pertanggungjaawaban dan kewajaran. Pelaksanaan Good
Corporate Governance yang efektif dapat menciptakan sistem pengendalian pada
perusahaan sehingga dapat meminimalkan kesalahan-kesalahan seperti praktek KKN
(korupsi, kolusi, nepotisme) yang mungkin terjadi di dalam perusahaan.
Sebagai perusahaan yang terdaftar di Securities and Exchange Commission
(SEC), PT. Telekomunikasi Imdonesia Tbk berkewajiban untuk memenuhi ketentuan
Sarbanes Oxley Act dan peraturan pelaksanaan yang ditetapkan oleh SEC terkait
Universitas Kristen Maranatha
8
BAB 1 PENDAHULUAN
Sarbanes Oxley Act. PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk telah mengimplementasikan
program Internal Control Over Financial Reporting (ICFR) sesuai dengan Sarbanes
Oxley Act section 404 yang dikeluarkan oleh SEC dan ketentuan Committee of
Sponsoring Organizations (COSO).
Dari uraian latar belakang penelitian sebelumnya terutama dengan melihat
penerapan Sarbanes-Oxley Act Section 404 yang dilaksanakan oleh internal auditor
dalam mewujudkan Good Coorporate Governance di dalam perusahaan, maka
penulis bermaksud untuk mengangkat topik tersebut dalam sebuah penelitian dengan
judul :” Analisis Hubungan Antara Penerapan Sarbanes-Oxley Act Section 404
Oleh Internal Auditor Dengan Perwujudan Good Corporate Governance di PT.
Telekomunikasi Indonesia Tbk”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah diuraikan diatas, maka
penulis mengidentifikasikan permasalahan sebaga berikut :
Bagaimana hubungan antara penerapan Sarbanes-Oxley Act section 404 oleh internal
auditor dengan perwujudan Good Corporate Governance.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian
Adapun maksud dan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui apakah penerapan Sarbanes-Oxley Act section 404 yang dilaksanakan
oleh auditor internal memiliki suatu hubungan yang positif dan signifikan dengan
Universitas Kristen Maranatha
9
BAB 1 PENDAHULUAN
perwujudan Good Corporate Governance serta peneliti ingin mengembangkan
kembali kasus dari peneliti sebelumnya yaitu analisis hubungan Sarbanes-Oxley Act
Section 404 terhadap kinerja auditor dan Sarbanes-Oxley section 404 terhadap
perwujudan Good Corporate Governance dengan harapan di penelitian kali ini
peneliti dapat mendapatkan hasil yang lebih baik serta dapat menggali kembali
kekurangan yang ada pada penelitian sebelumnya.
Penelitian ini merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengkaji lebih jauh
mengenai hubungan antara penerapan Sarbanes-Oxley Act Section 404 oleh internal
auditor dengan perwujudan Good Corporate Governance di PT. Telekomunikasi
Indonesia Tbk. Penelitian mengambil permasalahan mengenai Sarbanes-Oxley Act
section 404
karena Sarbanes-Oxley Act merupakan hal yang cukup baru bagi
perusahan-perusahaan di Indonesia sehimgga penelitian tentang Sarbanes-Oxley Act
di Indonesia masih sedikit.
1.4 Kegunaan Penelitian
Berdasarkan maksud dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan
sebelumnya, penulis berharap penelitian ini akan memberikan manfaat, yaitu :
1. Manfaat Bagi Internal Auditor
Memberikan sumbangan pemikiran berupa pembahasan secara umum mengenai
perwujudan Good Corporate Governance dalam perusahaan yang menerapkan
Sarbanes-Oxley Section 404 yang dilaksanakan oleh internal auditor.
Universitas Kristen Maranatha
10
BAB 1 PENDAHULUAN
2. Manfaat Bagi Penulis

Untuk memperdalam ilmu dan pengetahuan, khususnya dalam hal penerapan
Sarbanes-Oxley Section 404 dan Good Corporate Governance.

Penelitian ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan program sudi
S1 akuntansi di Universitas Kristen Maranatha.

Sebagai tambahan informasi dan referensi bagi pihak akademisi dan masyarakat
umum mengenai penerapan Sarbanes-Oxley Act section 404 dan perwujudan
GCG, serta penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi dan titik tolak bagi
mahasiswa lain dalam melakukan penelitian selanjutnya.
Universitas Kristen Maranatha
Download