BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Statistik Deskriptif Pengaruh variabel CSR, Current Ratio, dan Debt to Equity Ratio terhadap Return On Asset, terlebih dahulu akan ditinjau mengenai deskripsi variabel penelitian dengan analisis statistik deskriptif. Statistik deskriptif memberikan gambaran suatu data yang dapat dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, nilai maksimum dan minimum. Selengkapnya mengenai hasil statistik deskriptif penelitian dapat di lihat pada tabel 4.1 sebagai berikut : Tabel 4.1 Statistik Deskriptif Variabel Yang Digunakan Sumber: data diolah dengan SPSS 22.00 Variabel profitabilitas Return On Asset (ROA) menunjukkan nilai mean sebesar 0,08. Hal ini berarti bahwa rata-rata perusahaan sampel mampu mendapatkan laba bersih sebesar 8% dari total asset yang dimiliki perusahaan dalam satu periode. Nilai minimum dimiliki oleh PT. Garuda Indonesia (Persero) pada tahun 2013 yaitu sebesar 0,004 yang berarti sampel terendah hanya mendapatkan laba bersih dari seluruh total asset yang dimiliki perusahaan dalam 55 56 satu periode dan nilai maksimum diketahui sebesar 0,31 yang di miliki oleh PT. Semen Baturaja (Persero) pada tahun 2012. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang diukur dengan indikator GRI memiliki nilai rata-rata 0,3708 dengan standar deviasi 0,10992 di mana nilai standar deviasi lebih kecil daripada nilai rata-rata menunjukkan bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial pada perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia memiliki fluktuasi yang kecil. Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan dengan nilai terendah adalah PT. Kimia Farma (Persero) Tbk pada tahun 2012 sebesar 0,15, sedangkan nilai tertinggi adalah 0,70 yang di miliki oleh PT. Timah (Persero) Pada tahun 2012. Variabel Current Ratio (CR) menunjukkan mean sebesar 2,09 Hal ini berarti rata-rata perusahaan sampel mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya sebesar 2,09 kali dari total aset yang di miliki perusahaan dalam satu periode. Nilai maksimumnya sebesar 10,88 kali dari total aset yang di miliki oleh PT. Semen Baturaja (Persero) pada tahun 2013 dan nilai mimimumnya sebesar 0,31 kali dari total aset yang dimiliki oleh PT. Bank Negara Indonesia (Persero) pada tahun 2013. Variabel Debt to Equity Ratio (DER) yang merupakan rasio total hutang dengan total ekuitas perusahaan menunjukkan nilai mean sebesar 3,02. Hal ini berarti bahwa rata-rata perusahaan sampel memiliki hutang sebesar 3,02 kali lebih besar dari modal sendiri (ekuitas) yang dimiliki perusahaan. Nilai minimum dari DER adalah sebesar 0,10 PT. Semen Baturaja (Persero) pada tahun 2013 yang berarti bahwa sampel terendah hanya memiliki hutang sebesar 0,10 kali dari 57 modal sendiri, sedangkan nilai maksimum DER dimiliki oleh PT. Bank Tabungan Negara (Persero) yaitu sebesar 10,24 atau dimilikinya hutang sebesar 10,24 kali modal sendiri yang dimiliki perusahaan. B. Uji Asumsi klasik 1. Uji normalitas data Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data yang normal atau mendekati normal. Untuk menguji apakah distribusi data normal atau tidak, salah satunya dengan menggunakan analisis grafik. Metode yang handal adalah dengan melihat normal probability plot, dimana pada grafik ini terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal. Sebagaimana di tampilak oleh gambar 4.1 berikut : Gambar 4.1 Normal Probability Plot Sumber: data diolah dengan SPSS 22.00 58 Berdasarkan grafik normal probability plot, menunjukkan bahwa model regresi layak dipakai dalam penelitian ini karena pada grafik normal plot terlihat titik-titik menyebar disekitar garis diagonal serta penyebarannya mengikuti arah garis diagonal dan data yang dimiliki terlihat merata dan cukup baik. Artinya model regresi tersebut memenuhi asumsi normalitas yang berarti bahwa data terdistribusi secara normal. Tabel 4.2 Uji Komolgorov Smirnov Sumber: data diolah dengan SPSS 22.00 Berdasarkan tabel 4.2 hasil uji Komolgorov-Smirnov diatas bahwa besarnya nilai Komolgorov-Smirnov adalah 0,109 dengan signifikansi sebesar 0,200 dimana > 0,05. Dengan demikian Ho diterima dan Ha ditolak yang berarti data terdistribusi normal. 59 2. Uji Multikolinieritas Untuk mendeteksi ada tidaknya gejala multikolonieritas antar variabel independen digunakan Variance Inflation Factor (VIF) dan Tolerance. Batas dari tolerance value adalah 0,10 dan batas VIF adalah 10. Apabila tolerance value > 0,10 dan nilai VIF < 10 maka tidak terjadi multikolonieritas. Sampel hasil yang ditunjukkan dalam output SPSS maka besar nilai VIF dan nilai tolerance dari masing-masing variabel independen dapat dilihat pada tabel 4.3 sebagai berikut: Tabel 4.3 Uji Multikolinieritas Sumber: data diolah dengan SPSS 22.00 Berdasarkan tabel diatas memperlihatkan hasil pengujian multikolonieritas. Hasil pengujian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada variabel independen yang memiliki nilai tolerance > 0,10 dan nilai VIF < 10. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai tolerance untuk CSR sebesar 0.969 dan VIF 1.032, CR dengan nilai tolerance sebesar 0.891 dan VIF 1.122, DER dengan nilai tolerance sebesar 0.896 dan VIF 1.116. Dengan demikian model regresi dalam penelitian ini terbukti terbebas dari gejala multikolonieritas. 60 3. Uji Autokorelasi Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya korelasi antar anggota dari observasi yang disusun menurut time series. Asumsi autokorelasi didefinisikan sebagai terjadinya korelasi diantara data pengamatan, dimana munculnya suatu data dipegaruhi oleh data sebelumnya. Penyimpangan autokorelasi dalam penelitian diuji dengan uji Durbin-Watson (DW test). Berdasarkan output SPSS 22.00, maka hasil uji autokorelasi pada tabel 4.4 sebagai berikut: Tabel 4.4 Output Durbin-Watson Sumber: data diolah dengan SPSS 22.00 Dari tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai D-W sebesar 2,035. Dengan jumlah predictors sebanyak 3 buah (k=3) dan sampel sebanyak 36 perusahaan (n=36), berdasarkan tabel D-W dengan tingkat signifikansi 5%, maka dapat ditentukan nilai (dl) adalah sebesar 1,295 dan nilai (du) adalah 1,654 dengan demikian nilai du < DW < 4-du yaitu 1,654 < 2,035 < 2.346 yang menandakan bahwa tidak terdapat autokorelasi positif dan negatif dalam model regresi, atau dengan kata lain, variabel CSR, DER, CR dalam penelitian ini telah terbebas dari masalah autokorelasi. 61 4. Uji Heteroskedastisitas Uji ini bertujuan menguji apakah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain. Model regresi yang baik adalah model yang bebas dari masalah heterokedastisitas (homokedastisitas). Selengkapnya mengenai hasil uji untuk heterokedastisitas dapat dilihat pada gambar 4.2 sebagai berikut: Gambar 4.2 Uji Heteroskedastisitas Sumber: data diolah dengan SPSS 22.00 Dengan grafik scatterplots diatas terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka 0 pada sumbu Y dan tidak terdapat suatu pola yang jelas pada penyebaran data tersebut. Hasil ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas pada model regresi, sehingga model regresi layak digunakan untuk memprediksi Return On Asset (ROA) 62 berdasarkan variabel yang mempengaruhinya yaitu CSR, Current Ratio (CR), dan Debt to Equity Ratio (DER). C. Uji Koefisien Determinasi (R2) Hasil uji Adjusted R2 dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut: Tabel 4.5 Hasil Uji Adjusted R2 Sumber: data diolah dengan SPSS 22.00 Dari tabel diatas diketahui bahwa nilai adjusted R2 adalah sebesar 0,341. Hal ini berarti bahwa sebesar 34,1% variabel dependen atau ROA dipengaruhi oleh variabel independen yaitu CSR, CR, DER. Sedangkan sisanya yaitu sebesar 65,9% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi ROA. D. Uji Signifikan Simultan (Uji Statistik F) Uji F bertujuan untuk mengetahui apakah seluruh variabel independen secara bersama-sama (simultan) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen. Signifikansi model regresi pada penelitian ini diuji dengan melihat nilai signifikansi (sig.) yang ada di tabel 4.6 Selengkapnya mengenai hasil uji F penelitian dapat diihat sebagai berikut 63 Tabel 4.6 Hasil Uji Staistik F Sumber: data diolah dengan SPSS 22.00 Pada tabel 4.6 dapat diketahui bahwa variabel independen yaitu CSR, Likuiditas (CR), dan Solvabilitas (DER), secara simultan atau bersama-sama mampu menjelaskan perubahan pada variabel dependen yaitu Return on Asset (ROA). Hal ini dapat dilihat dari nilai Fhitung (7,043) dengan tingkat signifikan sebesar 0,001 yang lebih kecil dari 0,05 (α = 0,05). Maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh simultan yang signifikan antara CSR, CR, DER, terhadap ROA. E. Uji Signifikan Parameter Individual (Uji Statistik t) Hasil uji t dapat dilihat dari nilai signifikansi, CSR, Current Ratio (CR), dan Debt to Equity Ratio (DER) dalam menerangkan variabel dependen, yaitu Return On Asset (ROA) pada tabel dibawah ini: 64 Tabel 4.7 Hasil Uji Statistik t Sumber: data diolah dengan SPSS 22.00 Pembahasan di dalam penelitian ini menggunakan satu variabel dependen yaitu Return on Asset (ROA) dan ketiga variabel independen yaitu CSR, Likuiditas (CR), dan Solvabilitas (DER). a. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSRD) terhadap profitabilitas (ROA) Berdasarkan dari hasil uji statistik t pada tabel 4.7 dapat diketahui bahwa variabel Corporate Social Responsibility dengan menggunakan indikator CSRD menunjukkan nilai thitung sebesar (-0.94) dengan probabilitas signifikansi adalah (0,925). Tingkat signifikansi tersebut adalah lebih besar dari taraf signifikansi α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa: “Tidak Terdapat pengaruh yang signifikan antara Corporate Social Responsibility dengan indikator CSRD terhadap profitabilitas dengan indikator Return on Asset (ROA)”. b. Pengaruh Likuiditas (Current Ratio) terhadap profitabilitas (ROA) Berdasarkan dari hasil uji statistik t pada tabel 4.7 dapat diketahui bahwa variabel likuiditas dengan menggunakan indikator current ratio menunjukkan 65 nilai thitung sebesar (2,078) dengan probabilitas signifikansi adalah (0,046). Tingkat signifikansi tersebut adalah lebih kecil dari taraf signifikansi α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa: “Terdapat pengaruh positif yang signifikan antara likuiditas dengan indikator Current Ratio (CR) terhadap profitabilitas dengan indikator Return on Asset (ROA)”. c. Pengaruh Solvabilitas (DER) terhadap profitabilitas (ROA) Berdasarkan dari hasil uji statistik t pada tabel 4.7 dapat diketahui bahwa variabel Solvabilitas dengan menggunakan indikator Debt to Equity Ratio menunjukkan nilai thitung sebesar (-3,207) dengan probabilitas signifikansi adalah (0,003). Tingkat signifikansi tersebut adalah lebih kecil dari taraf signifikansi α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa: “Terdapat pengaruh negatif yang signifikan antara solvabilitas dengan indikator Debt to Equity Ratio (CR) terhadap profitabilitas dengan indikator Return on Asset (ROA)”. F. Interpretasi penelitian a. Pengaruh Corporate Social Responsibility (CSRD) terhadap profitabilitas (ROA) Berdasarkan pengujian di atas, maka di ketahui bahwa tidak terdapat pengaruh antara variabel Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap Profitabilitas perusahaan. Hal ini konsisten dengan penelitian yang di lakukan oleh Desak Made Riza Amelia Permana pada tahun 2013. Yang menyatakan tidak adanya pengaruh yang signifikan antara Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap nilai 66 perusahaan dan kinerja keuangan perusahaan. Tidak adanya pengaruh dalam hal ini di karenakan perusahaan BUMN yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) sebagian besar melaporkan dan menjalankan tanggung jawab sosial hanya semata-semata untuk mentaati undang-undang No, 40 tahun 2007 pasal 74 dan Undang-undang No. 25 tahun 2007 pasal 15 huruf b mengenai kewajiban perusahaan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial, serta adanya sanksi hukum yang mengikat jika tanggung jawab sosial tidak dilaksanakan dan dilaporkan oleh perusahaan. Perusahaan belum menyadari sepenuhnya dalam jangka panjang yang akan di dapat dari pelaksanaan kegiatan tanggung jawab sosial. Peningkatan profitabilitas perusahaan seharusnya juga di ikuti dengan peningkatan pelaksanaan tanggung jawab sosial, namun pada kenyataannya perusahaan melaksanakan tanggung jawab sosial yang serupa setiap tahunnya, bahkan terjadi penurunan pelaksanaan tanggung jawab sosial, namun sebaliknya ketika profitabilitas perusahaan menurun, kegiataan tanggung jawab sosial malah peningkatan, hal tersebut di karenakan perusahaan ingin mengirimkan sinyal positif atau good news kepada investor. Perusahaan yang dalam operasinya tidak memiliki dampak langsung terhadap lingkungan cenderung menganggap pelaksanaan tanggung jawab sosial hanya bagian dari cara perusahaan untuk meningkatkan reputasi perusahaan. Perusahaan BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dari berbagai macam sektor perusahaan yang memiliki sensitivitas yang berbeda-beda terhadap lingkungan, sehingga tanggung jawab sosial yang di lakukan pun berbeda pada masing-masing perusahaan, baik dari jumlah kegiatan tanggung jawab sosial maupun jenis 67 tanggung jawab sosial yang di lakukan oleh perusahaan. Perusahaan cenderung masih menganggap tanggung jawab sosial sebagai beban karena perusahan, hal ini dikarenakan perusahaan di wajibkan membuat laporan seluruh informasi kegiatan pelaksanaan tanggung jawab sosial. Pengungkapan tanggung jawab sosial yang pada dasarnya digunakan oleh perusahaan sebagai suatu strategi untuk meningkatkan nilai perusahaan dalam jangka panjang, pada kenyataanya hanya menjadi suatu bagian produk sosial untuk menarik investor. Kesadaran untuk melaksanakan tanggung jawab sosial tidak muncul dari dalam diri perusahaan, namun merupakan dorongan dari pihak luar. Saat ini tidak seluruh perusahaan BUMN yang terdafar di Bursa Efek Indonesia mengungkapkan tanggung jawab sosial perusahaannya secara terpisah dari Sustainability Report, perusahaan sebaiknya memiliki kebijakan khusus dan pengimplementasian, serta bagaimana tanggung jawab sosial perusahaan dapat di sajikan secara terpisah dari Sustainability Report, sehingga mendapatkan respon yang postif dari Stakeholder. Perusahaan hendakanya memiliki komiten yang tinggi terhadap pelaksanaan dan pengungkapan CSR, sehingga muncul feedback positif bagi perusahaan. Kegiatan tanggung jawab sosial yang telah di jalankan di rasa tidak berjalan secara optimal, hal ini pada kenyataannya perusahaan hanya cenderung menekankan pada salah satu aspek saja. Oleh karena itu perusahaan diharapkan dapat memenuhi aspek Basic Responsibility, Organizational Responsibility dan Societal Responsibility secara seimbang. Menurut Solihin (2009), kegiatan tanggung jawab sosial perlu dipantau untuk memastikan bahwa dalam 68 pelaksanaannya tidak menyimpang dari rencana yang telah ditetapkan, sehingga apabila terjadi penyimpangan perusahaan dapat melakukan perbaikan atau tindakan koreksi yang tepat. Menurut Robbins dan Coulter (2009), terdapat empat tahapan dalam pelaksanaan kegiatan tanggung jawab sosial, di mana pada tahap awal, tanggung jawab sosial lebih tertuju kepada pemilik perusahaan dan manajer, tahap kedua, tanggung jawab sosial kepada para karyawan, tahap ketiga, tanggung jawab sosial yang ditujukan kepada masyarakat yang terkena dampak operasional dari bisnis perusahaan, dan tahap yang terakhir, tanggung jawab sosial yang ditujukan kepada komunitas masyarakat yang lebih luas. Operasi perusahaan yang semakin besar, seharusnya diikuti dengan semakin luas cakupan tanggung jawab sosial yang dilakukan, namun pada kenyataannya ketika operasi perusahaan semakin besar, pelaksanaan tanggung jawab sosial belum menyentuh komunitas masyarakat yang berada di luar lingkungan operasi bisnis yang dijalankan. b. Pengaruh Likuiditas (Current Ratio) terhadap profitabilitas (ROA) Berdasarkan pengujian di atas, maka di ketahui bahwa terdapat pengaruh positif yang signifikan antara variabel Likuiditas dengan menggunakan indikator Current Ratio terhadap Profitabilitas perusahaan. Hal ini konsisten dengan penelitian yang di lakukan oleh Azlan Syam pada tahun 2013. Yang menyatakan Likuditas berpengaruh secara signifikan terhadap profitabilitas. Hal tersebut di perkuat oleh penjelasan secara teoritis, dimana current ratio menunjukkan bahwa bagaimana perusahaan memenuhi kewajiban yang sudah hampir jatuh tempo dan 69 kemampuan memperoleh laba (profitabilitas) berbanding lurus dengan likuiditas sehingga perusahaan dituntut untuk mengambil resiko jika ingin memperoleh laba tinggi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Current Ratio merupakan proksi yang baik bagi perubahan laba yang akan datang. Pengaruh Current Ratio adalah positif. Dimana Current Ratio yang tinggi cenderung mengalami peningkatan perubahan laba dan Current Ratio yang rendah mengalami penurunan laba. c. Pengaruh Solvabilitas (Debt to Equity Ratio) terhadap profitabilitas (ROA) Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel solvabilitas dengan menggunakan indikator debt to equity ratio berpengaruh negatif terhadap ROA. Hal ini berarti bahwa apabila debt to equity ratio mengalami kenaikan maka akan menurunkan jumlah ROA, sebaliknya apabila debt to equity ratio mengalami penurunan maka akan menaikkan jumlah ROA. Hal ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitri Linda Rahmawati pada tahun 2012. Hal ini mengindikasikan bahwa hutang berbanding terbalik dengan ROA. Pada saat debt to equity ratio rendah, hutang rendah maka meningkatkan profit karena perusahaan tidak harus menanggung beban bunga dan mengurangi resiko financial distress. Rasio solvabilitas dapat di tingkatkan dengan cara meningkatkan jumlah penghasilan tanpa di ikuti dengan kenaikan biaya-biaya. Dalam hal ini perusahaan tidak dapat menggunakan modalnya secara efisien dan efektif maka perusahaan mengalami kesulitan dalam melunasi hutan-hutangnya dan berpengaruh negatif terhadap laba. 70 G. Analisis regresi liner berganda Dari hasil penelitian maka diperoleh persamaan regresi berganda adalah sebagai berikut : ROA = 0,094 -0,009 CSR +0,012 CR -0,013 DER + ε Berdasarkan persamaan regresi diatas dapat diinterpretasikan sebagai berikut: 1. Koefisien konstanta sebesar 0,094 ini dapat diartikan bahwa profitabilitas (ROA) akan bernilai 0.094 apabila masing-masing variabel CSR, likuiditas dan solvabilitas bernilai 0. 2. Variabel CSR memiliki koefisien regresi sebesar -0,009. Nilai koefisien regresi negatif menunjukkan bahwa CSR berpengaruh negatif terhadap profitabilitas. Hal ini menggambarkan bahwa jika setiap kenaikan satu persen variabel CSR, dengan asumsi variabel lain tetap maka akan menurunkan profitabilitas sebesar -0,009. 3. Variabel likuiditas memiliki koefisien regresi sebesar 0,012. Nilai koefisien regresi positif menunjukkan bahwa likuiditas berpengaruh positif terhadap profitabilitas. Hal ini menggambarkan bahwa jika setiap kenaikan satu persen variabel likuiditas, dengan asumsi variabel lain tetap maka akan menaikkan profitabilitas sebesar 0,012. 4. Variabel solvabilitas memiliki koefisien regresi sebesar -0,013. Nilai koefisien regresi negatif menunjukkan bahwa solvabilitas berpengaruh negatif terhadap profitabilitas. Hal ini menggambarkan bahwa jika setiap kenaikan satu persen variabel solvabilitas, dengan asumsi variabel lain tetap maka akan menurunkan profitabilitas sebesar -0,013.