BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Fungsi Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Manajemen adalah sebuah disiplin ilmu yang berkaitan dengan pengelolaan. Menurut Mangkunegara (2005) manajemen adalah suatu pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya yang ada pada individu atau pegawai. Adapun beberapa pengertian tentang manajemen menurut para ahli adalah sebagai berikut : Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumberdaya manusia dan sumber-sumber daya lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. (Malayu S.P Hasibuan, 2007). Manajemen adalah suatu seni perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, dan pengawasan sumber daya untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Manullang, (1996; 15). Dari definisi-definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa manajemen adalah suatu proses untuk mengatur sumber daya manusia dan sumnber daya organisasi atau perusahaan lainnya secara efektif dan efisien guna tercapainya tujuan organisasi. 2.1.2 Fungsi Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2007;10) fungsi manajemen terdiri dari : 1. Perencanaan Fungsi ini mencakup proses perumusan sasaran, membangun strategi untuk mencapai sasaran tersebut, dan mengembangkan rencana guna memadukan dan mengoordinasikan sejumlah aktivitas. 2. Pengorganisasian Adalah fungsi manajemen yang mencakup proses menentukan tugas apa yang harus dilakukan, siapa yang harus melakukan, bagaimana cara mengelompokan tugas tugas itu, siapa harus melapor ke siapa, dan di mana keputusan harus di buat. 3. Kepemimpinan Fungsi manajemen ini mencakup hal hal yang berhubungan dengan memotivasi bawahan, memengaruhi individu atau tim sewaktu mereka berkerja, meemiliki saluran komunikasi yang paling efektif, dan memecahkan berbagai macam masalah dengan berbagai macam alternatif penyelesaian dan memilih satu dari banyak alternatif tersebut. 4. Mengendalikan Fungsi manajemen ini adalah fungsi manajemen terakhir. Setelah sasaran ditentukan, rencana ditentukan, dan orang dirumuskan, pengaturan stuktur orang dipekerjakan, dilatih, dan diberi motivasi, harus ada sejumlah evaluasi untuk mengetahui apakah segala sesuatunya telah berjalan sesuai dengan apa yang direncanakan. Oleh karena itu, fungsi ini mencakup pemantauan kinerja actual, membandingkannya dengan standar yang telah di buat, dan membuat koreksi jika perlu. 2.2 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan bagian dari kegiatan yang dilakukan oleh suatu perusahaan dalam usaha untuk mempertahankan kelangsungan hidup, untuk berkembang, serta untuk memperoleh keuntungan yang lebih baik. Perusahaan tidak cukup hanya dengan menghasilkan produk tetapi juga harus memperhatikan pemasaran produk yang dihasilkan perusahaan tersebut, dan pemasaran berhubungan dengan mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan masyarakat. Menurut asosiasi pemasaran amerika , yang dikutip oleh kotler dan keller yang dialihbahasakan oleh Benyamin Molan (2007:6), mendefinisikan pemasaran sebagai berikut. pemasaran adalah fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya Definisi lain mengenai pemasaran menurut Lamb, Hair, dan Mc Daniel yang dialihbahasakan oleh David Octarevia (2006:6), mendefinsikan pemasaran sebagai berikut : Pemasaran adalah suatu proses perencanaan dan menjalankan konsep, harga, promosi dan distribusi sejumlah ide, barang, dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang mampu memuaskan tujuan individu dan organisasi . Berdasarkan definsi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pemasaran merupakan suatu proses untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan dengan membuat, menawarkan, dan secara bebas menukarkan produk atau jasa yang mempunyai nilai untuk memuaskan konsumen dan berhubungan dengan kegiatan-kegiatan usaha yang menggunakan prisnsip pemberian harga, promosi hingga mendistribusikan barang atau jasa kepada konsumen untuk mencapai sasaran serta tujuan organisasi. 2.2.1 Pengertian Manajamen Pemasaran Agar dapat tercapai tujuan perusahaan yaitu memberikan kepuasan kepada konsumen, maka setiap perusahaan harus menganalisa, merencanakan, dan mengimplementasikan dan mengontrol aktfitas pemasarannya. Hal ini dapat dilaksanakan dengan melaksanakan manajemen pemasaran. Menurut buchari alma dalam bukunya manajemen pemasaran Jasa (2004:130) definsi manajemen pemasaran jasa diuraikan sebagai berikut : manajemen pemasaran adalah kegiatan menganalisa, merencakan mengimplementasi, dan mengawasi segala kegiatan (program), guna memperoleh tingkat pertukaran yang menguntungkan dengan pembeli sasaran dalam rangka tujuan organisasi Jadi definsi-definsi diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen pemasaran adalah suatu proses dimana perusahaan memilih pasar sasaran dengan melaksanakan program-program yang diterapkan agar tercapainya tujuan. 2.3 Pengertian Bauran pemasaran Pengertian bauran pemasaran menurut Kotler(2007:23) yaitu : bauran pemasaran (marketing mix) adalah seperangkat alat pemasran yang digunakan untuk terus-menerus mencapai tujuan pemasran yang dipasar sasaran Dari defnisi tersebut dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa bauran pemasaran merupakan sebuah alat yang digunakan oleh sebuah perusahaan untuk mempengaruhi permintaan terhadap produknya dan perangkat tersebut akan menentukan tingkat keberhasilan pemasaran bagi perusahaan. Kotler menjelaskan terdapat empat elemen bauran pemasaran yang biasa disebut 4P yaitu : Product, price, place dan promotion. Namun untuk bidang jasa menjadi 7P yaitu selain 4P diatas ditambah dengan people, physical evidence dan process. 2.3.1 Bauran Pemasaran Jasa Unsur-unsur bauran pemasaran untuk perusahaan jasa: 1. Product Products, merupakan bentuk penawaran organisasi jasa yang ditunjukan untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemuasan kebuthuan dan keinginan pelanggan. Dalam konteks ini produk bisa dalam bentuk apa saja ( baik yang berwujud maupun yang tidak berwujud) yang dapat ditawarkan kepada pelanggan potnesial untuk memenuhi kebuthan dan keinginan tertentu. 2. Price Price, keputusan bauran harga berkenaan dengan kebijakan strategis dan taktis, seperti tingkat harga, struktur diskon, syarat pembayaran dan tingkat diskriminasi harga dengan berbagai kelompok pelanggan. 3. Promotion Promotion adalah salah satu bentuk komunikasi pemasaran dan yang dimaksudkan dengan adalah aktivitas pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi, mempngaruhi/membujuk, dan/atau mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan dan produknya agar bersedia menerima, membeli dan loyal pada produk yang ditawarkan oleh perusahaan. 4. Place Place, keputusan distrbusi menyangkut kemudahan akses terhadap jasa bagi para pelanggan potensial. Keputusan ini meliputi keputusan lokasi fisik, seperti dimana sebuah restauran harus didirikan 5. People Merupakan orang-orang yang terlibat langsung dan saling mempengaruhi dalam proses pertukaran dari produk jasa. Dalam hubungannya dengan pemasaran jasa, maka people yang berfungsi sebagai service provider sangat mempengaruhi kualitas jasa yang diberikan. 6. Physical evidence Physical evidence, karakteristik intangible pada jasa menyebabkan pelanggan potensial tidak bisa menilai suatu jasa sebelum mengkonsumsinya. Ini menyebabkan resiko yang dipersepsikan konsumen dalam keputusan pembelian semakin besar. Oleh sebab itu, salah satu unsur penting dalam bauran pemasaran adalah upaya mengurangi tingkat resiko tersebut dengan jalan menawarkan bukti fisik dari karakteristik jasa. Bukti fisik ini bisa dalam berbagai bentuk, misalnya brosur paket liburan yang atraktif dan muat foto lokasi liburan dan tempat menginap. 7. Process Process, merupakan prosedur, mekanisme dan arus aktivitas aktual saat jasa yang disampaikan merupakan sistem penyajian atau operasi jasa. 2.4 Pengertian produk Produk merupakan segala sesuatu yang ditawarkan ke dalam pasar untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen. Produk juga merupakan seperangkat kepuasan yang diperoleh konsumen jika mereka melakukan transaksi (jual-beli). Pengertian produk ada beberapa batasan baik itu produk nyata (tangible) dan produk yang tidak nyata (intangible) Menurut kotler diterjemahkan oleh Molan (2005:69) adalah sebagai berikut : Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk memuaskan keinginan atau kebutuhan . Sedangkan menurut Stanton (1981:192) yang dikutip oleh Alma (2004:139) adalah sebagai berikut : A product is a set of tangible and intangible atributes, including packaging, colour, price manufacturer s prestige, and manufacturer s and retailer, which the buyer may accept as offering want satisfaction . Yang dikatakan produk ialah seperangkat atribut baik berwujud maupun tidak berwujud, termasuk di dalamnya masalah warna, harga, nama baik pabrik, nama baik toko yang menjual (pengecer), dan pelayanan pabrik serta pelayanan pengecer, yang diterima oleh pembeli guna memuaskan keinginannya. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa produk adalah segala seuatu yang ditawarkan pasar kepada konsumen dimana di dalamnya terdapat warna, harga nama baik pabrik, nama baik toko (pengecer), dan pelayanan pabrik serta pelayanan pengecer dimana semuanya dapat dirasakan konsumen untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan konsumen tersebut. 2.4.1 Lima Tingkatan produk Menurut Kotler (2007;408) ada lima tingkatan produk, yaitu core benefit, basic product, expected product, augment product dan potential product. Penjelasan tentang kelima tingkatan produk tersebut adalah: 1. Core benefit (produk utama/inti) Yaitu keuntungan mendasar dari sesuatu yang dibeli oleh konsumen. Aspek mendasar ini harus bisa dipenuhi secara baik oleh produsen, seperti orang hendak menginap di hotel, agar ia dapat tidur enak dan istirahat secara memuaskan, orang masuk restoran, ingin makan enak dan memuaskan. 2. Basic Product (Produk Dasar) Adalah produk yang mencerminkan versi dasar (fungsional) dari suatu produk. Oleh sebab itu kamar tidur hotel diberi perlengkapan, tempat tidur, kamar mandi, handuk dan sebagainya. 3. Expected Product. (produk yang diharapkan) Adalah suatu kumpulan atribut dan kondisi yang biasanya diharapkan dan disetujui pelanggan ketika mereka membeli produk tersebut. Untuk itu, perlengkapan rumah makan harus disediakan yang terbaik makanan yang enak, furnitur yang nyaman, udara yang segar dan sebagainya. 4. Augment Product ( produk yang ditingkatkan) Adalah suatu pelayanan tambahan yang diberikan untuk memenuhi keinginan pelanggan dan bahkan melampaui harapan mereka, sehingga mampu membedakan penawaran perusahaan dengan penawaran perusahaan pesaing. Misal, Tv, permainan kecil untuk menunggu makanan datang dan sebagainya. 5. Potential Product (produk potensial) Adalah semua tambahan yang mencangkup segala peningkatan dan transformasi dapat produk yang mungkin dilakukan dimasa mendatang. Produsen harus mencari tambahan nilai lain, yang dapat memuaskan pelanggannya, dan dapat disajikan sebagai surprise bagi para pelanggannya. 2.4.2 Klasifikasi produk Pemasar mengklasifikasikan produk kedalam berbagai jenis berdasarkan karakteristik-karakteristik produknya. Gagasan yang mendasari pemikiran ini adalah bahwa masin-masing jenis produk perlu memiliki strategi bauran pemasaran yang memadai. Kotler (2007) menyebutkan klasifikasi produk dan imlikasinya terhadap strategi pemasaran adalah sebagai berikut : 1. Berdasarkan Daya Tahan dan Wujud a. barang yang tidak tahan lama (Non Durable Goods) barang-barang berwujud yang biasanya dikonsumsi dalam satu atau beberapa kali penggunaan, seperti bir dan sabun. b. Barang Tahan Lama (Durable Goods). Barang berwujud yang biasanya tetap bertahan walaupun sudah digunakan berkali-kali: lemari es, peralatan mesin, dan pakaian. c. Jasa (Services). Produk-produk yang tidak berwujud tidak terpisahkan, dan mudah habis. 2.5 Jasa Bidang jasa mempunyai ruang lingkup yang sangat luas dan sangat beraneka ragam. Banyak dari berbagai sektor atau pada elemen masyarakat pada bidang dan jasa. Menurut kotler and keller (2007) mengemukakan pengertian jasa (service) sebagai : jasa adalah setiap tindakan atau kinerja yang ditawarkan oleh satu pihak ke pihak lain yang secara prinsip tidak berwujud dan tidak menyebabkan perpindahan kepemilikan. Produksi jasa dapat terikat atau tidak terikat pada suatu produk fisik. Sedangkan Tjiptono (2005;2007) mengemukakan : Jasa adalah setiap tindakan atau perbuatan yang dapat ditawarkan oleh suatu pihak ke pihak lain, yang pada dsarnya bersifat intangible ( tidak berwujud fisik) dan tidak menghasilkan kepemilikan sesuatu. Produksi jasa bisa berhubungan dengan produk fisik maupun tidak. Dari beberapa definisi diatas dapat diartikan bahwa didalam jasa terdapat aspek interaksi antara pihak konsumen dan pemberi jasa, meskipun pihak konsumen tidak menyadari secara langsung dari aktifitas jasa yang diberikan pemberi jasa. 2.5.1 Karakteristik jasa Karakteristik jasa adalah suatu sifat dari jasa yang ditawarkan oleh suatu pihak kepada pihak lain dan berfungsi untuk mebedakannya dengan produk barang. Menurut Tjiptono (2004:15) menerangkan empat karakteristik jasa sebagai berikut : 1. Intangiblity (Tidak Berwujud) Jasa intangible, artinya tidak dapat dilihat, dirasa, diraba, dicium, atau didengar sebelum membeli. Seseorang tidak dapat menilai hasil dari jasa sebelum ia menikmatinya sendiri. Apabila pelanggan membeli jasa, maka ia hanya menggunakan memanfaatkan, atau menyewa jasa tersebut. Pelanggan tersebut tidak lantas memiliki jasa yang dibelinya. 2. Inseparability (Tidak Dapat Dipisahkan) Barang biasanya diproduksi, kemudian dijual, lalu dikonsumsi. Sedangkan jasa biasanya dijual terlebih dahulu, baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi secara bersamaan. Interaksi antara penyedia jasa dan pelanggan merupakan ciri khusus dalam pemasaran jasa. Keduanya mempengaruhi hasil (outcome) dari jasa tersebut. Dalam hubungan penyedia jasa dan pelanggan ini, efektivitas individu yang menyampaikan jasa ( Contact-personnel) merupakan unsur penting. 3. Variability (Bervariasi) Jasa bersifat sangat variabel karena merupakan nonstandardized out-put, artinya banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis, tergantung pada siapa, kapan, dan dimana jasa tersebut dihasilkan. Dalam hal ini peyedia jasa dapat menggunakan tiga pendekatan dalam pengendalian kualitasnya, yaitu : a. Melakukan investasi dalam seleksi dan pelatihan personil yang baik. b. Melakukan standarisasi proses pelaksanaan (services- performance process) c. Memantau kepuasan pelanggan melalui sistem saran dan keluhan, survei pelanggan dan shopping Sehingga pelayanan yang kurang baik dapat dideteksi dan dikoreksi. 4. Perishability (daya tahan) Jasa merupakan komoditas tidak tahan lama dan tidak dapat disimpan. Dengan demikian bila suatu jasa tidak digunakan, maka asa tersebut akan berlalu begitu saja. Kondisi di atas tidak akan menjadi masalah jika permintaanya konstan. Tetapi kenyatannya permintaan pelanggan akan jasa umumnya sangat bevariasi dan dipengaruhi faktor musiman. Oleh karena itu, perusahaan jasa harus mengevaluasi kapasitasnya (subtitusi dari persediaan jasa) guna menyeimbangkan permintaan dan penawaran. 2.5.2 Klasifikasi Jasa Penawaran sebuah perusahaan jasa terhadap pasar biasanya meliputi beberapa jenis jasa. Komponen ini merupakan bagian kecil dari keseluruhan penawaran perusahaan tersebut. Sebuah penawaran sebenarnya terdiri dari dua sisi ekstrim yaitu murni berupa barang pada satu sisi dan jasa murni pada sisi lainnya. Menurut Tjiptono (2005:6) penawaran jasa dapat dibedakan menjadi lima, yaitu : 1. Produk Fisik Murni Penawaran semata-mata hanya terdiri atas produk fisik. Misal sabun mandi, shampo, pasta gigi atau pengharum ruangan, tanpa ada jasa atau pelayanan yang menyertai produk tersebut. 2. Produk Fisik Dengan Jasa Pendukung Pada kategori ini penawaran terdiri atas suatu produk yang disertai dengan satu atau beberapa jasa untuk meningkatkan daya tarik pada konsumennya. Misalnya, produsen mobil harus memeberikan penawaran yang jauh lebih banyak daripada hanya sekedar menjual mobil saja, yaitu meliputi jasa pengantaran, reparasi, pemasangan suku cadang dan sebagainya. 3. Campuran Jasa campuran merupakan penawaran barang dan jasa dengan proporsi yang sama. Contohnya makanan ditawarkan di restoran disertai pelayanan yang mengesankan 4. Jasa Utama yang didukung dengan barang dan jasa minor. Penawaran terdiri atas suatu jasa pokok bersama-sama dengan jasa tambahan (pelengkap) dan atau barang-barang pendukung. Contohnya, penumpang pesawat yang membeli jasa transportasi. Selama menempuh perjalanan menuju tempat tujuannya, ada bebearapa unsur produk fisik yang disediakan, dan lain-lain. Jasa seperti ini memerlukan barang yang bersifat capital insentif (dalam hal ini pesawat) untuk realisasinya, tetapi penawaran utamanya adalah jasa. 5. Jasa murni Penawaran hampir seluruhnya berupa jasa. Misalnya, konsultan keuangan, konsultan properti, konsultan pemasaran dan lain-lain. Sebagai konsuekuensi dari adanya macam variasi bauran antara barang dan jasa maka sulit untuk mengklasifikasikan jasa bila tidak melakukan pembedaan lebih lanjut. Bayak pakar yang melakukan klasifikasi jasa, dimana masing-masing ahli menggunakan dasar pembedaan yang disesuaikan dengan sudut pandangnya masing-masing. 2.5.3 Strategi Pemasaran Perusahaan Jasa Perusahaan Jasa sangat bervariasi dan kompleks, karena banyak elemen yang mempengaruhinya seperti sistem internal organisasi, lingkungan fisik, iklan dan komentar dari mulut ke mulut, dan sebagainnya. Oleh karena itu Groonros yang dikutip oleh Tjiptono menegaskan bahwa pemasaran jasa tidak hanya membutuhkan pemasaran eksternal tetapi juga pemasaran internal dan interaktif. Ada beberapa strategi pemasaran yang dapat diterapkan perusahaan jasa seperti yang dikemukakan oleh Groonros (2005:30) a. Pemasaran eksternal Menjelaskan aktivitas normal yang dilakukan oleh perusahaan dalam mempersiapkan jasa, penetapan harga serta melakukan kegiatan distribusi dan promosi kepada para pelanggan. b. Pemasaran internal Menjelaskan tugas yang dilakukan perusahaan dalam rangka melatih dan memotivasi para karyawan sehingga dapat melayani lebih baik lagi terhadap pelanggan. Yang tak kalah penting yaitu pemberian reward sehingga dapat meningkatkan motivasi, moral kerja, loyalitas dan rasa kepada setiap orang yang berada dalam organisasi tersebut sehingga dapat memberikan sebuah kontribusi yang lebih baik ke perusahaan serta konsumen yang mereka layani c. Interaktif Menjelaskan tentang interaktif antara konsumen dengan karyawan. Dengan demikian diharapkan pada setiap karyawan yang loyal, bermotivasi tinggi dan dapat memberikan Total Quality Service kepada setiap pelanggan. Apabila ini berjalan dengan baik maka akan mengakibatkan hubungan ynag berkesinambungan dengan personil dan perusahaan yang bersangkutan. 2.6 Pengertian Kualitas dan Kualitas pelayanan Berikut beberapa pengertian dan definisi tentang Kualitas Pelayanan. Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berpengaruh dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan (Tjiptono, 2001). Sehingga definisi kualitas pelayanan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen serta ketepatan penyampaiannya dalam mengimbangi harapan konsumen (Tjiptono, 2007) Kualitas suatu produk atau pelayanan perlu mendapatkan perhatian besar dari manajaer, karena kualitas mempunyai hubungan langsung dengan kemampuan bersaing dan tingkat keuntungan yang diperoleh perusahaan. Kualitas yang rendah akan menempatkan perusahaan pada posisi yang kurang menguntungkan. Apabila konsumen merasa bahwa kualitas dari suatu produk tidak memuaskan, maka kemungkinan besar ia tidak akan menggunakan produk perusahaan tersebut lagi. Bahkan mungkin akan membeli dari pesaing yang menawarkan kualitas yang lebih baik. Karena konsumen merupakan pihak yang memegang peranan penting dalam menilai kualitas, maka manajer pemasaran perlu mengidentifikasi harapan dan mengukur kepuasan konsumen. Pengertian kualitas menurut Goetsh dan Davis (1994) yang dikutip Tjiptono (2004;51) yaitu : Kualitas adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa maupun proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Sedangkan menurut ISO 9000 yang dikutip oleh Rambat dan Hamdani (2006:175) yaitu : degree to which a set of inherent characteristic fulfils requirement . (derajat yang dicapai oleh karakteristik yang inherent dalam memenuhi persyaratan). Persyaratan dalam hal ini adalah need or expectation that is stated, genereally complied or obligatoir (yaitu, kebutuhan atau harapan yang dinyatakan, biasanya tersirat atau wajib. Sehingga kualitas merupakan perpaduan antara sifat dan karakteristik yang memenuhi persyaratan kebutuhan pelanggan. Menurut Wyckof yang dikutip Tjiptono (2004:59): Kualitas jasa adalah tingkat keunggulan yang diharapkan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan. Konsumen akan memberikan penilaian mengenai tingkat pelayanan yang diberikan oleh perusahaan. Jadi kualitas pelayanan merupakan pandangan konsumen mengenai tingkat pelayanan yang diberikan oleh perusahaan. Menurut Garvin (dalam Loveloc, 1994, : Ross, 1993) yang dikutip oleh Tjiptono (2004:52) ada lima macam perspektif kualitas yang berkembang. Kelima perspektif inilah yang bisa menjelaskan mengapa kualitas dapat diartikan secara beraneka ragam oleh orang yang berbeda dalam situasi yang berlainan. Adapun kelima macam perspektif kualitas tersebut adalah : 1. Transcendental Approach Dalam pendekatan ini, kualitas dipandang sebagai innate excellent, dimana kualitas dapat dirasakan atau diketahui, tetapi sulit didefinisikan dan dioperasionalisasikan. 2. Product-based Approach Pendekatan ini menganggap bahwa kualitas merupakan karakteristik atau atribut yang dapat dikuantitatifkan dan dapat diukur. Perbedaan dalam kualitas mencerminkan perbedaan dalam jumlah beberapa unsur atau atribut yang dimiliki produk. Karena pandangan ini sangat objektif maka tidak dapat menjelaskan perbedaan dalam selera, kebutuhan, dan preferensia individual. 3. User-based Approach Pendekatan ini didasarkan pada pemikiran bahwa kualitas tergantung pada orang yang memandangnya, sehingga produk yang paling memuaskan preferensi seseorang (misalnya perceived quality) merupakan produk yang berkualitas paling tinggi. 4. Manufacturing-based Approach Perspektif ini bersifat supply-based dan terutama memperhatikan praktik-praktik perekayasaan dan pemanufakturan, serta mendefinisikan kualitas sebagai penyesuaian atau sama dengan persyaratan (conformance to requirement). Jadi yang menentukan kualitas adalah standar-standar yang ditetapkan perusahaan, akan konsumen yang menggunakannya. 5. Value-based Approach Pendekatan ini memandang kualitas dari segi nilai dan harga. Dengan mempertimbangkan trade-off antara kinerja dan harga, kualitas didefinisikan sebagai affordable Excelent . Kualitas dalam perspektif ini bersifat relatif, sehingga produk yang memiliki kualitas paling tinggi belum tentu produk yang bernilai. Akan tetapi yang paling bernilai adalah barang atau jasa yang paling tepat dibeli (bestbuy). Pengertian kualitas dalam penelitian ini adalah ditinjau dari sudut pandang pemakai jasa atau konsumen (user-based). Aspek kualitas ini bisa diukur, pengukuran tingkat kepuasan erat dengan kualitas produk (barang/jasa). 2.6.1 Faktor faktor yang menentukan penilaian kualitas pelayanan Harapan maupun penilaian konsumen terhadap kinerja perusahaan menyangkut beberapa dimensi kualitas jasa. Terdapat lima dimensi kualitas jasa menurut Parasuraman.et.al yang dikutip oleh Rambat dan Hamdani (2006:182) yaitu : 1. Berwujud (tangible) Yaitu kemampuan suatu perusahaan dalam menunjukan eksistensinya kepada pihak eksternal. Penampilan dan kemampuan sarana dan prasarana fisik dan perusahaan yang dapat diandalkan keadaan lingkungan sekitarnya merupakan bukti nyata dari pelayanan yang diberikan oleh pemberi jasa. Hal ini meliputi fasilitas fisik (Contoh: gedung, gudang dan lain-lain), perlengkapan dan peralatan yang digunakan (teknologi), serta penampilan pegawainya. 2. Keandalan (Reliability) Yaitu kemampuan suatu perusahaan untuk memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat dan terpercaya. Kinerja harus sesuai dengan harapan pelanggan yang berarti ketepatan waktu, pelayanan yang sama untuk semua pelanggan tanpa kesalahan, sikap yang simpatik, dan dengan akurasi yang tinggi. 3. Ketanggapan (responsiveness) Yaitu suatu kebijakan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat pada pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas, tidak membiarkan konsumen mengunggu persepsi yang negatif dalam kualitas pelayanan. 4. Jaminan (Assurance) Yaitu pengetahuan, kesopansantunan dan kemampuan para pegawai perusahaan untuk menumbuhkan rasa percaya para pelanggan kepada perusahaan. Hal ini meliputi beberapa komponen antara lain : komunikasi, kredibilitas, keamanan, kompetensi dan kesopansantunan. 5. Empati (Emphaty) Yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya memahami keinginan konsumen. Dimana suatu perusahaan diharapkan memiliki perhatian dan pengetahuan tentang pelanggan, memahami kebutuhan secara spesifik, serta memiliki waktu pengoprasian yang nyaman bagi pelanggan. Apabila kelima elemen tersebut diperhatikan, diharapkan akan memberikan kepuasan kepada konsumen. Kepuasan adalah fungsi dari perceived performance dan expectation. S= f(E.P) S = satisfaction E = Expectation P = Product Perceived Performance Jika jasa atau barang yang dibeli sesuai dengan apa yang diharapkan oleh konsumen, maka akan terdapat kepuasan dan sebaliknya akan timbul rasa kecewa pada kenikmatan yang diperoleh konsumen melebihi harapannya, maka konsumen akan merasa terpuaskan dan timbul perasaan untuk mengulangi kepuasan tersebut dan menceritakan atau memberikan rekomendasi kepada teman-teman di sekelilingnya. Menururt Parasuraman yang dikutip oleh Tjiptono (2004:80) ada lima gap yang menyebabkan kegagalan perusahaan dalam menyampaikan jasanya, kelima gap tersebut adalah : 1. Gap antara harapan konsumen dan persepsi manajemen. Pada kenyataannya pihak manajemen suatu perusahaan tidak dapat selalu merasakan atu memahami apa yang diinginkan para pelanggan secara cepat. Akibatnya manajemen tidak mengetahui bagaimana suatu jasa seharusnya didesain, dan jasa-jasa pendukung /sekunder apa saja yang diinginkan konsumen. 2. Gap antara persepsi manajemen terhadap harapan konsumen dan spesifikasi kualitas jasa. Kadangkala manajemen mampu memahami secara tepat apa yang diinginkan oleh pelanggan, tetapi mereka tidak menyusun suatu standar kinserja tertentu yang jelas. Hal ini bisa dikarenakan tiga faktor, yaitu: tidak adanya komitmen total manajemen terhadap kualitas jasa, kekurangan sumberdaya atau karena adanya kelebihan permintaan. 3. Gap antara spesifikasi kualitas jasa dan penyampaian jasa Ada beberapa penyebab terjadinya gap ini misalnya karyawan kurang terlatih (belum menguasai tugasnya), beban kerja melampaui batas, tidak dapat memenuhi standar kerja, atau bahkan tidak mau memenuhi standar kerja yang ditetapkan. 4. Gap antara penyampaian jasa dan komunikasi internal Seringkali harapan pelanggan dipengaruhi oleh iklan dan pernyataan atau janji yang dibuat perusahaan. Resiko yang dihadapi perusahaan adalah apabila janji yang diberikan ternyata tidak dapat terpenuhi 5. Gap antara jasa yang dirasakan dan jasa yang diharapkan Gap ini terjadi apabila pelanggan mengukur kinerja/prestasi perusahaan dengan cara yang berlainan, atau bisa juga keliru mempersepsikan kualitas jasa tersebut. Misalnya seorang dokter bisa saja akan terus mengunjungi pasiennya untuk menunjukan perhatiannya, tetapi pasien dapat menginterpretasikan sebagai suatu indikasi yang tidak berdampak berkenaan dengan penyakit yang dideritanya. Gambar 2.1 Model Kualits Jasa (Gap Model) Komunikasi dari Mulut ke Mulut Kebutuhan Sosial Pengetahuan Yang Lalu Jasa Yang Diharapkan Jasa Yang Dirasakan PEMASAR Penyampaian Jasa Komunikasi Eksternal Penjabaran Spesifikasi Persepsi Manajemen Sumber : Parasuratman, A, et., all (1985). A Conceptual Model of Service Quality and its Implication Future Research . Journal Of Marketing. Vol. 49. (fall). p. 44 2.6.2 Faktor-faktor Penyebab Kualitas Jasa Yang Buruk Ada berbagai macam faktor yang dapat menyebabkan kualitas suatu jasa menjadi buruk. Menurut Tjiptono (2004:85) faktor-faktor tersebut meliputi : 1. Produksi dan konsumsi yang terjadi secara simultan salah satu karakteristik jasa yang penting adalah inseparability, artinya jasa yang diproduksi dan dikonsumsi pada saat bersamaan. Dengan kata lain dalam memberikan jasa dibutuhkan kehadiran dan partisipasi pelanggan. Akibatnya timbul masalah-masalah sehubungan dengan interaksi produsen dan konsumen jasa. 2. Intensitas tenaga kerja yang tinggi Keterlibatan tenaga kerja yang insentif dalam penyampaian jasa dapat menimbulkan masalah pada kualitas, yaitu tingkat variabilitas yang tinggi. Hal-hal yang bisa mempengaruhinya adalah upah rendah (umumnya karyawan yang melayani pelanggan memiliki tingkat pendidikan dan upah yang paling rendah dalam suatu perusahaan), pelatihan yang kurang memadai atau bahkan tidak sesuai, tingkat turnover yang tinggi dan lain-lain. 3. Dukungan terhadap pelanggan internal (pelanggan perantara) kurang memadai. Karyawan front-line merupakan ujung tombak dari sistem pemberian jasa. Supaya mereka dapat memberikan jasa yang efektif, maka mereka perlu mendapatkan dukungan dari fungsi-fungsi utama manajemen (operasi, pemasaran, keuangan, dan sumber daya manusia) dukungan tersebut bisa berupa peralatan (perkakas, material, atau pakaian seragam), pelatihan keterampilan maupun informasi ( misalnya prosedur operasi). 4. Kesenjangan-kesenjangan komunikasi Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa komunikasi merupakan faktor yang sangat penting dalam kontak dengan pelanggan. Bila terjadi gap/kesenjangan dalam komunikasi maka akan timbulpenilaian atau persepsi negatif terhadap kualitas jasa. 5. Perlakuan ke semua pelangan dengan cara yang sama. Pelanggan adalah manusia yang bersifat unik, karena memiliki perasaan dan emosi. Dalam hal interaksi dengan pemberi jasa, tidak semua pelanggan bersedia menerima pelayanan/jasa yang sama atau seragam. 6. Perluasan atau pengembangan jasa secara berlebihan Di satu sisi, memperkenalkan jasa baru atau memperkaya jasa lama dapat meningkatkan peluang pemasaran dan menghindari terjadinya pelayanan yang buruk. Akan tetapi bila terlampau banyak menawarkan banyak jasa baru dan tambahan terhadap jasa yang telah ada, maka hasil yang diperoleh tidak selalu optimal bahkan tidak tertutup kemungkinan timbul masalah-maalah seputar standar kualitas jasa. 7. Visi bisnis jangka pendek. Visi janga pendek (seperti orientasi pada pencapaian target penjualan dan laba tahunan penghematan biaya, peingkatan produktivitas tahunan, dan lain-lain) bisa merusak kualitas jasa yang sedang dibentuk untuk jangka panjang. Gambar 2.2. Penyebab tidak terpenuhinya Harapan Pelanggan Pelanggan Keliru Mengkonsumsikan Jasa Yang di inginkan Pelanggan Keliru Menafsirkan Signal (Harga Positioning, Dll) Harapan Tidak Terpenuhi Kinerja Perusahaan Jasa Yang Buruk Miskomunikasi Penyediaan Jasa Oleh Peasing Miskomunikasi Rekomendas Mulut ke Mulut Sumber : Mudie, Petter and Angella Cottam (1993) The Management and Marketing of Service. Oxford: Buuterworth-Heinemann. Ltd., p. 223 2.6.3 Strategi Meningkatkan Kualitas Jasa Meningkatkan kualitas jasa tidaklah semudah membalikan telapak tangan, banyak faktor yang perlu dipertimbangkan sebelumnya. Upaya tersebut juga berdampak luas, yaitu terhadap budaya organisasi secara keseluruhan. Menurut Tjiptono (2004:88) ada beberapa cara yang harus dilakukan untuk meningkatkan kualitas jasa yaitu : 1. Meningkatkan Determinan Utama Kualitas Jasa Setiap perusahaan jasa perlu berupaya memberikan kualitas yang terbaik kepada pelanggannya. Untuk itu dibutuhkan identifikasi determinan utama kualitas jasa dari sudut pandang pelanggan. Oleh karena itu, langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan riset untuk mengidentifikasi determinan jasa yang paling penting bagi pasar sasaran. Langkah berikutnya adalah memperkirakan penilaian yang diberikan pasar sasaran terhadap perusahaan dan pesaing berdasarkan determinan-determinan tersebut. 2. Mengelola Harapan Pelanggan Semakin banyak janji yang diberikan perusahaan, maka semakin besar pula harapan pelanggan (bahkan bisa menjurus menjadi tidak realistis) yang pada perkiraanya akan menambah peluang tidak dapat terpenuhinya harapan pelanggan oleh perusahaan. Untuk itu, ada suatu hal yang dapat dijadian pedoman, yaitu: jangan janjikan apa yang tidak bisa diberikan, tetapi berikan lebih dari apa yang dijanjikan 3. Mengelola Bukti (evidence) Kualitas Jasa Pengelolaan bukti kualitas jasa bertujuan untuk memperkuat persepsi pelangan selama dan sesudah jasa diberikan. Oleh karena jasa merupakan kinerja dan tidak dapat dirasakan sebagaimana halnya barang, maka pelanggan cenderung memperhatikan fakta-fakta tangibles yang berkaitan dengan jasa sebagai bukti kualitas. 4. Mendidik Konsumen Tentang Jasa Membantu pelanggan dalam memahami suatu jasa merupakan upaya yang sangat positif dalam rangka menyampaikan kualitas jasa. Pelanggan yang lebih terididik akan dapat mengambil keputusan secara lebih baik. 5. Mengembangkan Budaya Kualitas Budaya kualitas merupakan sistem nilai organisasi yang menghasilkan lingkungan yang kondusif bagi pembentukan dan penyempurnaan kualitas secara terus-menerus. Budaya kualitas terdiri dari filosofi ,keyakinan ,sikap ,norma ,nilai tradisi ,prosedur , harapan, yang meningkatkan kualitas. Agar dapat tercipta budaya kualitas yang baik, dibutuhkan komitmen menyeluruh pada seluruh anggota organisasi. 6. Menciptakan Automating Quality Adanya otomatisasi dapat mengatasi variabilitas kualitas jasa yang disebabkan kurangya sumber daya manusia yang dimiliki. Meskipun demikian, sebelum memutuskan akan melakukan otomatisasi perusahaan perlu melakukan penelitian secara seksama untuk menentukan bagian mana yang membutuhkan sentuhan manusia dan bagian yang memerlukan otomatisasi. 7. Menindaklanjuti Jasa Menindaklanjuti jasa dapat membantu memisahkan aspek-aspek jasa yang perlu ditingkatkan. Perusahaan perlu mengambil inisiatif untuk menghubungi sebagian atau semua pelanggan untuk mengetahui tingkat kepuasaan dan persepsi mereka terhadap jasa yang diberikan. Perusahaan dapat pula memberikan kemudahan bagi para pelanggan untuk berkomunikasi, baik yang menyangkut kebutuhan maupun keluhan mereka. 8. Mengembangkan Sistem Informasi Kualitas Jasa Sistem informasi kualitas jasa merupakan suatu sistem yang menggunakan berbagai macam pendekatan riset secara sistematis untuk mengumpulkan data menyebarkan informasi dan kualitas jasa guna mendukung pengambilan keputusan. Informasi yang dibutuhkan mencangkup segala aspek yaitu data saat ini dan data masa lalu, kuantitatif dan kualitatif, internal dan eksternal, sebagai informasi mengenai perusahaan dan pelanggan. 2.7 Minat Beli Ulang Menurut Kotler dan Keller (2007), Minat Beli konsumen adalah sebuah perilaku konsumen dimana konsumen mempunyai kainginan dalam membeli atau memilih suatu produk, berdasarkan pengalaman dalam memilih, menggunakan dan mengkonsumsi atau bahkan mengingingkan sesuatu produk. Minat beli ulang pada dasarnya adalah perilaku pelanggan dimana pelanggan merespon positif terhadap kualitas serta kepuasan yang di dapatkan konsumen dari perusahaan dimana mengkonsumsi kembali produk perusahaan tersebut. Dengan terciptanya kepuasaan konsumen dapat memerikan manfaat, diantaranya hubungan perusahaan dan pelanggannya menjadi harmonis serta akan membentuk suatu rekomendasi bagi konsumen dimana rekomendasi tersebut juga dapat menguntungkan bagi perusahaan. Minat Yaitu kecenderungan sesorang untuk membeli produk Transaksional Minat Referensial Yaitu kecenderungan sesorang untuk mereferensikan produk yang telah dibelinya, agar juga dibeli oleh orang lain. Minat Yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang Preferensial yang memiliki preferensi utama pada produk tersebut, preferensi ini dapat berubah bila terjadi sesuatu dengan Minat Eksploratif Yaitu minat yang menggambarkan perilaku seseorang yang selalu mencari informasi mengenai produk yang diminatinya dan mencari informasi untuk mendukung sifat0sifat positif dari produk tersebut 2.8 Hubungan Kualitas Pelayanan Terhadap Minat Beli Ulang Konsumen adalah pihak yang dapat menilai baik-tidaknya suatu pelayanan. Konsumen menilai pelayanan tersebut dengan cara membandingkan pelayanan yang mereka terima dengan pelayanan yang mereka harapkan. Konsumen menjadi semakin kritis terhadap berbagai bentuk jasa pelayanan yang diberikan oleh suatu perusahaan. Mereka mengharapkan pelayanan yang diberikan oleh perusahaan dapat sesuai dengan yang mereka harapkan. Oleh karena itu perusahaan harus menyadari dan memahami tentang pentingnya pelayanan yang prima untuk mencapai kepuasan konsumen agar dapat bertahan dalam bisnis dan memenangkan persaingan. Meskipun demikian, tidaklah mudah untuk mewujudkan kepuasan konsumen secara menyeluruh. Hal ini disebabkan harapan mereka dipengaruhi oleh pengalaman pembelian sebelumnya. Jika para pemasar meningkatkan harapan terlalu tinggi, para pembeli kemungkinan besar akan kecewa. Sebaliknya jika para pemasar menetapkan harapan terlalu rendah , para pembeli kemungkinan besar akan tidak akan tertarik. Maka idealnya setiap perusahaan harus meningkatkan harapan yang diikuti dengan kinerja yang memenuhi harapan tersebut. Minat beli ulang merupakan minat pembelian yang didasarkan atas pengalaman pembelian yang telah dilakukan di masa lalu. Minat beli ulang yang tinggi mencerminkan tingkat kepuasan yang tinggi dari konsumen ketika memutuskan untuk mengkonsumsi suatu produk. Keputusan untuk mengkonsumsu atau menolak suatu produk timbul setelah konsumen mencoba suatu produk tersebut dan kemudian timbul rasa suka atau tidak suka terhadap produk tersebut. Rasa suka terhadap produk timbul bila konsumen mempunyai persepsi bahwa produk yang mereka gunakan berkualitas baik dan dapat memenuhi atau bahkan melebihi keinginan dan harapan konsumen. Dengan kata lain produk tersebut mempunyai nilai yang tinggi di mata konsumen. Tingginya minat beli ulang tersebut akan membawa dampak yang positif terhadap keberhasilan produk di pasar. Minat beli ulang adalah perilaku pelanggan dimana pelanggan merespons positif terhadap kualitas produk / jasa dari suatu perusahaan dan berniat mengkonsumsi kembali produk perusahaan tersebut. Menurut Kotler dan Keller (2007) : Minat beli konsumen adalah sebuah perilaku konsumen dimana konsumen mempunyai keinginan dalam membeli atau memilih suatu produk, berdasarkan pengalaman dalam memilih, menggunakan dan mengkonsumsi atau bahkan menginginkan suatu produk Berdasarkan hal tersebut, maka perusahaan harus memikirkan bagaimana caranya memenuhi kebutuhan, dan keinginan dari konsumen pada waktu , tempat, dan kualitas pelayanan yang baik sehingga akan menimbulkan minat beli ulang dari para konsumennya.