BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi pada saluran pernapasan merupakan penyakit yang umum terjadi pada masyarakat. Infeksi saluran napas berdasarkan pada lokasi infeksinya terbagi menjadi dua yaitu, infeksi saluran napas atas dan infeksi saluran napas bawah. Infeksi saluran napas atas meliputi rhinitis, sinusitis, faringitis, laringitis, epiglotitis, tonsilitis, otitis. Infeksi saluran napas bawah meliputi bronkitis, bronkiolitis dan pneumonia(Depkes RI, 2005). Infeksi saluran pernapasan akut masih menjadi masalah kesehatan dunia. Berdasarkan pada data WHO (2007), infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. ISPA mengakibatkan kematian pada 12,4 juta balita berumur 0-4 tahun setiap tahunnya. Dua pertiganya adalah bayi (golongan umur 0-1 tahun), yaitu sebesar 80,3% dan terjadi di negara berkembang. ISPA juga merupakan salah satu penyebab utama rawat inap di fasilitas pelayanan kesehatan terutama di perawatan anak. Di Indonesia, ISPA juga merupakan masalah kesehatan yang utama karena masih tingginya angka kejadian ISPA terutama pada balita. Hasil laporan riset kesehatan dasar tahun 2013 menunjukkan prevalensi ISPA di Indonesia sebanyak 25,5%, tidak jauh beda dengan prevelensi ISPA tahun 2007 sebesar 25,0% (Kementerian Kesehatan, 2013). Angka kesakitan (morbiditas) pneumonia pada bayi 2,2%, pada balita 3%, sedangkan angka kematian (mortalitas) pada bayi 23,8% dan balita 15,5% (Kementerian Kesehatan, 2010). 1 Bronkitis dan pneumonia merupakan infeksi saluran pernapasan bagian bawah yang disebabkan oleh virus, bakteri, dan jamur.Pneumonia adalah peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, dan alveoli, serta menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan gangguan pertukaran gas setempat(Zul, 2009). Bronkitis adalah peradangan yang terjadi pada cabang trakeobronkial, menyebabkan hiperemia dan odema pada membran mukosa dan mengakibatkan peningkatan sekresi bronkial (Ikawati, 2011). Keluhan utama yang sering muncul adalah dispnea/sesak napas, nyeri dada, demam, dan batuk (Amin, 2009). Antibiotik merupakan pengobatan terdepan untuk infeksi saluran pernapasan akibat bakteri. Pasien dengan infeksi saluran pernapasan akut diterapi dengan antibiotik spektrum luas. Cefixime adalah antibiotik golongan sefalosporin generasi ketiga dan merupakan antibiotika spektrum luas yang digunakan untuk terapi otitis media akut, bronkitis akut, infeksi saluran kemih oleh kuman yang sensitif, dan gonorhea. Cefixime stabil terhadap beta-laktamase yang dihasilkan oleh beberapa organisme, dan mempunyai aktivitas yang baik terhadap organisme penghasil beta-laktamase(Hossain dkk., 2011). Dosis oral untuk dewasa atau anak dengan berat badan lebih dari 50 kg ialah 200-400 mg sehari yang diberikan dalam 1-2 dosis. Untuk anak dengan berat badan < 50 kg diberikan suspensi dengan dosis 8 mg/kg sehari (Depkes RI, 2005). Cefixime aktif terhadap kuman Enterobacteriaceae, Haemophilus influenzae, Streptococcus pyogenes, Streptococcus pneumoniae, M. Catarrhalis dan kurang aktif terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa 2 (Mangunnegoro dkk., 1995). Menurut hasil penelitian Santosa dan Makmuri (1995) antibiotik cefixime efektif untuk pengobatan infeksi saluran pernapasan akut pada anak. Keluhan, gejala dan kelainan-kelainan laboratorium serta infeksi dengan cepat menghilang dan dapat memperpendek lama perawatan di rumah sakit dan juga mengurangi biaya perawatan. Hasil penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa terapi dengan cefixime memberikan hasil 100% pada pasien dengan OtitisMedia Akut (OMA), 83,3% pada pasien sinusitis akut, 100% pada pasien pneumonia dan 88,57% pada pasien uncomplicated urinary tract infection (Dreshaj dkk., 2011). Hasil klinis pasien di Bangladesh yang diterapi cefixime menunjukkan sembuh sebanyak 77%, sebanyak 21,2% menunjukkan hasil jauh lebih baik dan 1,8% lebih baik setelah mendapat terapi (Hossain dkk., 2011). Sediaancefixime generik dan brandedbanyak digunakan di Rumah Sakit Rajawali Citra untuk terapi infeksi saluran pernapasan akut dibandingkan dengan sediaan antibiotik lainnya (amoksisilin, amoksiklav, cefadroxil). Penggunaan obat generik untuk terapi suatu penyakit sering dipertanyakan dalam hal mutu apabila dibandingkan dengan obat branded. Harga obat generik yang relatif lebih murah dibandingkan dengan obat branded merupakan salah satu sebab munculnya anggapan bahwa mutu obat generik lebih rendah dibandingkan dengan obat branded. Dalam pembuatan suatu obat ada dua komponen penting yaitu zat aktif dan bahan tambahan. Bahan tambahan atau eksipien yang biasanya digunakan antara lain bahan pengisi, pelicin, penghancur, dan lain-lain. Sediaan kapsul cefixime antara branded dan generik pasti memiliki zat aktif yang sama namun 3 belum tentu memiliki formulasi dan produksi yang sama. Komposisi bahan tambahan, dan teknik pembuatan, pencampuran, pencetakan kapsul, dan lain-lain bisa berbeda-beda antar pabrik. Untuk itu ada syarat uji BA/BE sebelum obat mendapat surat izin edar.Uji BA/BE (bioavailabilitas dan bioekivalensi) bertujuan untuk menjamin ketersediaan obat di dalam darah, dan kesetaraan biologinya dengan obat originalnya. Namun faktanya terkadang ada orang yang alergi terhadap bahan tambahan dari obat tersebut atau orang yang sudah terbiasa dengan bahan aktif dan bahan tambahan pada obat dengan bahan aktif yang sama lainnya sehingga menimbulkan reaksi yang berbeda terhadap obat tersebut. Masyarakat beranggapan semakin mahal harganya maka mutunya akan semakin bagus. Mikail, B. melakukan survey di sejumlah apotek di kawasan Jakarta Timur dan hasilnya berupa obat generik dianggap sebagai obat kelas dua, dan kurang berkhasiat dibanding obat branded(Mikail, 2012). Menurut Dirjen Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan, Maura Linda Sitanggang, dalam Mikail (2012) mitos tentang obat generik adalah obat kelas dua dan tak berkualitas masih melekat. Obat generik juga sering dicap sebagai obat bagi kaum tak mampu. Minimnya informasi obat adalah salah satu faktor penyebab obat generik dipandang sebelah mata. Polemik mutu obat generik dan branded ini juga sering ditanyakan oleh tenaga kesehatan seperti dokter, yaituantara obat generik dan brandedmana yang memberikan efek terapi lebih baik. Perlu dilakukan penelitian yang membandingkan efek terapetik cefixime generik dibanding cefixime branded, sehingga dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang ada. 4 B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan penelitian adalah sebagai berikut: Apakah ada perbedaan efek terapi antara sediaan cefixime generik dengan sediaan cefixime branded dilihat dari keadaan klinis pasien? C. Keaslian Penelitian Penelitian tentang terapi infeksi saluran pernapasan bagian bawah pada anak telah banyak dilakukan, terutama mengenai terapi antibiotik pada anak. Beberapa penelitian mengenai efektivitas cefixime pada infeksi saluran pernapasan bagian bawah pada anak dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Penelitian Cefixime pada Infeksi Saluran Pernapasan Akut Peneliti Santosa G., dan Makmuri, 1995 Judul Efektivitas dan Keamanan Cefixime pada Pengobatan Infeksi Saluran Pernapasan pada Anak Trihadi D., dan Evaluasi Klinik Hermawati, Pengobatan 1995 Cefixime Oral pada Infeksi Saluran Pernapasan Bawah Non Tuberkulosis Perbedaan 1. Evaluasi terhadap terapi cefixime. 2. Parameter yang diamati adalah respon kliniknya (sembuh, perbaikan, dan gagal). 3. Subyek penelitian adalah infeksi saluran pernapasan akut baik bagian atas maupun bagian bawah (pneumonia bakterial, bronkitis bakterial, dan faringotonsilitis bakterial). 1. Evaluasi terhadap terapi cefixime. 2. Subyek penelitian adalah pasien dewasa dengan bronkitis kronis eksaserbasi akut, bronkitis akut, bronkietaksis terinfeksi, dan pneumonia dari umur 15-34 tahun 3. Evaluasi meliputi gambaran manifestasi klinis, perbaikan klinik dan respon bakteriologis 5 Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan terletak pada evaluasi yang dilakukan, dimana penelitian ini mengevaluasi perbandingan efek terapetik antibiotik cefixime generik dengan cefixime branded. Perbedaan lainnya terletak pada parameter yang diamati, dimana pada penelitian ini membandingkan gejala klinis pasien (demam, batuk, pilek, dan gejala lain)sebelum dan sesudah terapi. Subyek penelitian ini adalah pasien anak dengan infeksi saluran pernapasan bagian bawah (bronkitis akut dan pneumonia). Penelitian tentang perbandingan obat generik dan paten maupun generik dan branded juga sudah banyak dilakukan guna membuktikan bahwa manfaat sediaan generik sama baiknya dengan obat paten ataupun branded. Beberapa penelitian mengenai perbandingan obat generik dengan obat paten maupun obat generik dengan obat branded dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Penelitian Perbandingan Produk Obat Peneliti Erny Saharso 2005 dan D., Harianto, Sabarijah, Transitawuri, F., 2006 Isnawati, A., Alegantina, S., Arifin, K.M, 2003 Judul Perbandingan Diazepam Generik dan Diazepam Paten dalam Penanganan Kejang Umum Tonik Klonik pada Anak Perbandingan Mutu dan Harga Tablet Amoksisilin 500 mg Generik Dengan Non Generik yang Beredar di Pasaran Profil Disolusi dan Penetapan Kadar Tablet Kotrimoksazol Generik Berlogo dan Tablet dengan Nama Dagang Perbedaan 1. Evaluasi terhadap diazepam generik dan diazepam paten. 2. Parameter yang diamati adalah waktu penghentian kejang umum tonik klonik, dan efek samping yang mungkin terjadi 1. Evaluasi terhadap amoksisilin generik dengan amoksisilin non generik 2. Mengevaluasi perbandingan mutu (sesuai syarat Farmakope Indonesia) serta harga obat. 1. Mengevaluasi Kotrimoksazol 2. Parameter penelitian yaitu penetapan kadar dan uji disolusi 6 Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Perbedaan terletak pada obat yang digunakan, dimana pada penelitian ini digunakan antibiotik cefixime generik dan cefixime branded. Perbedaan lainnya yaitu pada evaluasi yang dilakukan, pada penelitian ini evaluasi yang dilakukan yaitu membandingkan gejala klinis sebelum dan sesudah terapi antibiotik cefixime generik dan antibiotik cefixime branded. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: a. Dapat mengetahui efek terapetikproduk cefixime generik dibanding cefixime branded. b. Dapat memberikan informasi kepada masyarakat dan dokter, tentang perbandingan efek terapetik antara obat generik dan obat branded. E. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan efek terapetik antara produk cefixime generik dengan cefixime branded terhadap keadaan klinis pasien ditinjau dari gejala klinis sesudah dilakukan terapi pada pasien pneumonia dan bronkitis akut di poli rawat jalan bagian anak RS Rajawali Citra. 7