Hubungan Brand Image dengan Pengambilan Keputusan

advertisement
HUBUNGAN BRAND IMAGE DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
PEMBELIAN IPHONE SERIES
OLEH
SHANTY JUNITA
802011089
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Persyaratan Untuk
Mencapai Gelas Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITfAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK
KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai citivas akademika Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW), saya yang bertanda
tangan di bawah ini:
Nama
: Shanty Junita
NIM
: 802011089
Program Studi
: Psikologi
Fakultas
: Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Jenis Karya
: Tugas Akhir
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada UKSW hal
bebas royalty non-eksklusif (non-exclusive royality freeright) atas karya ilmiah saya
berjudul:
HUBUNGAN BRAND IMAGE DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
PEMBELIAN IPHONE SERIES
Dengan hak bebas royalty non-eksklusif ini, UKSW berhak menyimpan
mengalihmedia/mengalihformatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data, merawat dan
mempublikasikan tugas akhir saya, selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Salatiga
Pada Tanggal ; 28 Juli 2015
Yang menyatakan,
Shanty Junita
Mengetahui,
Pembimbing Utama
Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama
: Shanty Junita
NIM
: 802011089
Program Studi : Psikologi
Fakultas
: Psikologi, Universitas Kristen Satya Wacana
Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa tugas akhir, judul :
HUBUNGAN BRAND IMAGE DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
PEMBELIAN IPHONE SERIES
Yang dibimbing oleh :
Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA
Adalah benar-benar hasil karya saya.
Didalam laporan tugas akhir ini tidak terdapat keseluruhan atau sebagian tulisan atau
gagasan orang lain yang saya ambil dengan cara menyalin atau meniru dalam bentuk
rangkaian kalimat atau gambar serta symbol yang saya akui seolah-olah sebagai karya
sendiri tanpa memberikan pengakuan kepada penulis atau sumber aslinya.
Salatiga, 28 Juli 2015
Yang memberi pernyataan
Shanty Junita
LEMBAR PEGESAHAN
HUBUNGAN BRAND IMAGE DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
PEMBELIAN IPHONE SERIES
Oleh
Shanty Junita
802011089
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Untuk
Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Disetujui pada tanggal 28 Juli 2015
Oleh
Pembimbing Utama
Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA
Diketahui oleh,
Disahkan oleh,
Kaprogdi
Dekan
Dr. Chr. Hari Soetjiningsih, MS
Prof. Dr. Sutarto Wijono, MA
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITfAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
HUBUNGAN BRAND IMAGE DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
PEMBELIAN IPHONE SERIES
Shanty Junita
Sutarto Wijono
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITfAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2015
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara brand image dengan
pengambilan keputusan pembelian iphone series. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif.
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan purposive sampling, dengan
subjek berjumlah 80 mahasiswa. Pengumpulan data brand image diukur menggunakan skala
yang disusun oleh penulis berdasarkan aspek yang diungkap oleh Keller dalam (Durrani B.A.,
Godil D.I., Baig M.U., & Sajid S., 2015). Selanjutnya, pengumpulan data pengambilan
keputusan diukur menggunakan skala yang juga disusun oleh penulis berdasarkan aspek yang
diungkap oleh Kotler dalam (Boonwanna P., Srisuwannapa C., & Rojniruttikul N., 2014). Teknik
analisa data yang dipakai adalah teknik korelasi Spearman Rho. Berdasarkan hasil analisa data
diperoleh koefisien korelasi (r) -0,063 dengan nilai signifikansi 0,578 (p > 0,05) yang berarti
tidak ada hubungan antara brand image dengan pengambilan keputusan pembelian.
Kata kunci : Pengambilan keputusan pembelian, brand image
Abstract
The purpose of this study was to determine the relationship between brand image and making
purchase decision iphone series. This study used quantitative method. The sampling technique in
this study using purposive sampling, and the total subjects were 80 students. Data collection
brand image were measured using a scale developed by the researcher based on the aspects
revealed by Keller in (Durrani BA, Godil IN, Baig MU, and Sajid S., 2015). Moreover, the
decision-making data collection were measured using a scale which also compiled by the
researcher based on the aspects revealed by Kotler in (Boonwanna P., Srisuwannapa C., &
Rojniruttikul N., 2014). Data analysis technique that used is correlation Spearman Rho
technique. Based on the result of data analysis, the researcher found that correlation coeficient
(r) is -0.063 with significance value at 0.578 (p> 0.05), which means there is no significant
relationship between brand image and making purchase decision.
Key words: making purchase decision, brand image
PENDAHULUAN
Dalam perkembangan dunia modern dan globalisasi saat ini suatu kebutuhan akan
komunikasi adalah hal yang sangat penting bagi setiap kalangan masyarakat. Hal tersebut
disebabkan oleh adanya kebutuhan masyarakat akan teknologi khususnya dalam bidang
telekomunikasi yang semakin meningkat. Pada perkembangan berikutnya sebagian besar
masyarakat dituntut untuk memiliki handphone, yang merupakan salah satu jenis alat
komunikasi. Handphone dapat memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam berkomunikasi
dimanapun dan kapanpun. Hal tersebut membuat berbagai jenis handphone bermunculan di
pasaran yang menawarkan produk-produk baru yang berbeda dari sebelumnya. Akhirnya terjadi
persaingan yang meningkat dalam bidang telekomunikasi itu sendiri. Knight (dalam Anandhitya,
2011) mengatakan bahwa dalam era globalisasi, jumlah merek dan produk yang bersaing dalam
pasar menjadi sangat bervariasi. Oleh sebab itu, konsumen memiliki beragam pilihan dan
alternatif produk atau jasa yang dapat dengan mudah dipenuhinya. Sementara itu, para pebisnis
handphone berlomba-lomba untuk memberikan kemudahan bagi para konsumen dalam
berkomunikasi. Hal tersebut bertujuan agar dapat menarik minat konsumen itu sendiri dalam
membeli produknya. Dengan kata lain, setiap perusahaan handphone harus lebih pintar, dan
bekerja keras untuk menawarkan berbagai jenis produk baru dan menarik perhatian konsumen
apabila ingin tetap bertahan di pasaran.
Sejalan dengan teknologi yang terus bervariasi, maka handphone adalah salah satu jenis
produk yang dibutuhkan oleh konsumen. Handphone telah berubah menjadi alat komunikasi
yang pintar atau smartphone, yang memiliki aplikasi dan fitur lebih banyak, sehingga bisa
disebut sebagai komputer mini yang bisa digunakan dimana saja dan kapan saja (Dijey, 2013).
Ada berbagai macam merek handphone ataupun smartphone yang bertebaran di Indonesia,
seperti Iphone, Samsung, Nokia, Lenovo, Oppo, Sony Erickson, dan masih banyak lagi merek
yang ada dengan harga yang bervariasi. Penulis tertarik untuk meneliti salah satu jenis
handphone merek Iphone. Iphone merupakan salah satu smartphone yang sejak pertama
dikeluarkan mengalami peningkatan penjualan yang cukup tinggi. Salah satu bukti adanya
penurunan atau peningkatan Iphone dapat dilihat dalam tabel 1.
Tabel 1.
Grafik Penjualan Iphone Tahun 2007 – Tahun 2014
Sumber : Sign Up for Free Basic Account, Tahun 2014
Tabel 1 menunjukkan peningkatan yang pesat maupun penurunan penjualan Iphone sejak
awal dipasarkan pada tahun 2007. Iphone dirancang dan dipasarkan oleh Apple Inc, yang berasal
dari Amerika Serikat. Iphone tidak dapat disejajarkan dengan smartphone lainnya yang
menggunakan IOS Andorid, karena iphone memiliki IOS tersendiri dengan nama Iphone OS.
Akan tetapi, Iphone tetap memiliki berbagai competitor. Salah satu competitor handphone adalah
merek Samsung, karena Samsung telah menjadi smartphone dengan penjualan terbanyak di
Indonesia.
Akan tetapi, sebaik dan sebagus apapun produk yang dikeluarkan, semua itu tidak
terlepas dikarenakan pembeli atau konsumen. Oleh sebab itu, setiap perusahaan harus
mengetahui dan mempelajari perilaku konsumen saat mengambil keputusan dalam membeli
suatu produk. Karena setiap konsumen memiliki minat yang berbeda. Beberapa konsumen
sebelum membeli suatu produk, akan mengikuti tahap-tahap pengambilan keputusan yang tepat,
sehingga produk yang dipilih dengan teliti tidak mengecewakan. Adapun tahap-tahap yang
dilalui konsumen dalam proses pengambilan keputusan pembelian, yaitu pengenalan kebutuhan,
pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan perilaku setelah pembelian
(Kotler & Keller, 2006). Akan tetapi sebagian konsumen justru tidak mengikuti tahap-tahap
pengambilan keputusan pembelian. Berdasarkan observasi dan wawancara yang dilakukan
penulis terhadap beberapa mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana pada tanggal 14 Mei
2015 s/d 15 Mei 2015. Penulis menemukan bahwa hanya sebagian kecil konsumen yang akan
mengikuti tahap-tahap pengambilan keputusan dalam membeli suatu produk. Konsumen
berpendapat bahwa dengan mengikuti tahap-tahap pengambilan keputusan maka konsumen akan
mendapat kepuasan dalam memenuhi kebutuhan tanpa harus mencoba dan berganti produk.
Selain itu, ada juga konsumen yang hanya mengikuti sebagian dari tahap-tahap pengambilan
keputusan pembelian, karena konsumen berpendapat dengan mengikuti sebagian dari tahaptahap pengambilan keputusan pembelian itu sudah cukup. Sementara itu, sebagian besar dari
konsumen yang di wawancarai justru tidak mengikuti tahap-tahap pengambilan keputusan dalam
melakukan pembelian. Hal itu disebabkan oleh adanya kebutuhan mendadak yang harus dipenuhi
saat itu juga. Selain itu, konsumen ingin melakukan pembelian secara praktis tanpa harus
mengikuti tahap-tahap pengambilan keputusan pembelian. Konsumen cenderung berpikir bahwa
tahap-tahap pengambilan keputusan, terlalu memakan waktu yang lama untuk membeli suatu
produk. Konsumen berpendapat bahwa pemenuhan kebutuhan harus dilakukan dengan cepat.
Pada akhirnya, saat ada produk yang tidak memuaskan, konsumen akan beralih untuk mencoba
produk lainnya, hal itu dilakukan secara terus-menerus. Akan tetapi, konsumen melakukan
pengecualian, terhadap suatu produk yang memiliki harga mahal. Saat konsumen merasa suatu
produk memiliki harga yang mahal, konsumen akan mengikuti tahap-tahap pengambilan
keputusan pembelian, dengan mempertimbangkan banyak hal.
Seperti dalam penelitian Mohammad, Mohammed, Tasnuba, & Alexandru (2010), yang
meneliti mengenai keputusan pembelian mobil, konsumen cenderung akan mengikuti langkahlangkah tersebut jika berkaitan dengan produk yang memiliki harga tinggi. Selain itu, mereka
juga menemukan bahwa konsumen justru akan memilih jalan pintas. Konsumen cenderung tidak
mengikuti tahap-tahap pengambilan keputusan yang tepat, jika konsumen menganggap bahwa
potongan harga dari suatu produk atau produk yang memiliki harga cenderung rendah. Saat
konsumen memilih jalan pintas dalam melakukan pembelian, maka pengetahuan dan keterlibatan
konsumen akan cenderung rendah terhadap produk tersebut.
Pengambilan Keputusan pembelian pada konsumen melibatkan persepsi mengenai
kualitas, nilai, dan harga suatu produk. Oleh sebab itu, pengambilan keputusan dapat memberi
dampak negatif atau positif. Hasil penelitian Lunenburg (2010) menyimpulkan, bahwa proses
pengambilan keputusan dapat memberi dampak terhadap kepuasan konsumen itu sendiri.
Dengan kata lain, kebutuhan konsumen menjadi terpenuhi atau tidak (James, Roger & Paul,
1994). Jadi, apabila produk yang dibeli dipandang mengecewakan, hasilnya dapat berdampak
negatif yaitu kekecewaan luar biasa sehingga konsumen akan melakukan perpindahan merek.
Hal tersebut sejalan dengan penelitian Anandhitya (2011) yang mendapati bahwa ketidakpuasan
berdampak positif dan signifikan terhadap keputusan perpindahan merek. Sementara itu, saat
produk yang dibeli sesuai kebutuhan dan harapan, maka akan berdampak positif yaitu terjadi
pembelian ulang pada produk yang sama.
Pada suatu kesempatan, Kotler & Keller (2009) menjelaskan bahwa pengambilan
keputusan saat membeli itu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor psikologis di
antaranya motivasi, persepsi, pembelajaran, dan memori seorang konsumen terhadap suatu
merek, dimana persepsi berkaitan erat dengan brand image itu sendiri, dan tidak dapat
dipisahkan. Karena brand image merupakan persepsi konsumen terhadap suatu produk (Keller,
1993). Selain itu, ada faktor sosial seperti kelompok acuan. Dari kelompok acuan tersebut, tidak
jarang kalangan mahasiswa menjadikannya faktor keputusan pembelian seperti pada handphone
atau smartphone. Hal ini disebabkan, biasanya mahasiswa membeli handphone atau smartphone
berdasarkan kelompoknya dan juga semata-mata hanya untuk dapat mengimbangi pergaulan
dirinya dengan kelompok acuannya.
Pada dasarnya pengambilan keputusan pembelian pada konsumen melibatkan persepsi.
Oleh sebab itu, setiap perusahaan harus menciptakan merek yang kuat yang mudah diingat oleh
konsumen. Suatu merek merupakan identitas yang membedakan produk satu dengan lainnya,
sehingga perusahaan berlomba-lomba untuk memberikan kualitas produk yang terbaik. Menurut
schifman & kanuk (2000) brand image adalah persepsi yang bertahan lama, dan dibentuk
melalui pengalaman, dan sifatnya relatif konsisten. Dengan kata lain, konsumen memandang
brand image sebagai bagian terpenting dari suatu produk, karena brand image mencerminkan
tentang suatu produk. Sehingga semakin baik dan positif sebuah brand image, maka akan
berdampak pada keputusan pembelian oleh konsumen. Hal ini, sejalan dengan penelitian Anwar,
Gulzar, Fahid, & Akram, (2011) yang menemukan bahwa brand image suatu produk
menentukan tingkat pembelian yang dilakukan konsumen. Semakin baik brand image suatu
produk, maka semakin besar dampak pada keputusan konsumen dalam membeli produk tersebut,
sehingga dapat terjadi dampak positif seperti pembelian ulang terus-menerus dan menimbulkan
kepercayaan pada produk tersebut. Dengan kata lain, perusahaan perlu memahami dengan baik
perilaku keputusan pembelian konsumen sebagai syarat yang harus dipenuhi untuk dapat sukses
dalam persaingan. Akan tetapi, hasil penelitian Bloemer, deRuyter & Peeters (1998) justru
mengungkapkan brand image tidak memiliki hubungan yang signifikan pada keputusan
pembelian konsumen. Karena brand image dianggap tidak mengambil peran yang mampu
mempengaruhi konsumen dalam membeli. Hal itu disebabkan oleh adanya variabel lain yang
memiliki peran lebih penting dalam mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.
Sebaliknya, Kotler (2005) membuktikan bahwa brand image memberikan sumbangan
yang berarti bagi loyalitas merek pada produk rokok. Sementara itu, Silvia & Alwi (2008)
menemukan bahwa citra merek meningkatkan keputusan pembelian konsumen. Lebih lanjut,
Janah (2013) menemukan bahwa citra merek berhubungan positif dan signifikan terhadap
keputusan pembelian mobil Suzuki. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Alamgir, Nasir,
Shamsuddoha M & Nedelea (2010) juga membuktikan bahwa brand image berpengaruh positif
terhadap pengambilan keputusan konsumen dalam membeli mobil. Seperti telah dijelaskan di
atas, bahwa brand image berhubungan dengan persepsi konsumen. Oleh sebab itu, jika suatu
produk memiliki merek yang unik dan terkenal, merek dari produk tersebut akan tertinggal
dalam benak konsumen, pada akhirnya produk tersebut akan dipertimbangkan untuk dibeli.
Melalui penelitian-penelitian yang telah dilakukan, penulis tetap tertarik untuk kembali
meneliti apakah terdapat hubungan antara Brand Image dengan Pengambilan Keputusan dalam
membeli. Hal itu membuat penulis tertarik karena penulis melihat bahwa penelitian-penelitian
sebelumnya menggunakan populasi dari kalangan orang dewasa yang telah memiliki pekerjaan.
Selain itu, penelitian-penelitian sebelumnya juga dilakukan di luar Salatiga dan di luar Indonesia.
Oleh karena itu, penulis ingin meneliti kembali dengan populasi dari kalangan mahasiswa yang
sebagian besar belum memiliki pekerjaan tetap dan masih berkuliah. Dari fenomena yang ada,
penulis melihat ada masalah dalam pengambilan keputusan pada konsumen dari kalangan
mahasiswa. Kebanyakan konsumen ingin memenuhi kebutuhan dengan cepat, tanpa
mempertimbangkan beberapa hal sebelum mengambil keputusan membeli.
Obyek penelitian ini, yaitu smartphone merek Iphone, dimana penulis tertarik dengan
merek Iphone yang merupakan salah satu smartphone yang terkenal dan tercanggih di Indonesia
yang dikeluarkan oleh Apple Inc. Walaupun begitu banyak saingan dengan merek smartphone
lainnya dan harga jual yang termasuk cukup tinggi, mulai dari 5 juta hingga 18 juta, Iphone tetap
dapat menarik konsumen yang berada di Salatiga, khususnya mahasiswa UKSW, apakah
dikarenakan merek Iphone memiliki brand image yang positif?.
Berdasarkan uraian dari permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul, Hubungan Brand Image Dengan Pengambilan Keputusan dalam
Membeli Iphone Series.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengambilan Keputusan Pembelian
Pengambilan keputusan pembelian adalah keputusan konsumen mengenai preferensi atas
merek-merek yang ada di dalam kumpulan pilihan (Kotler, 2008). Sementara itu, Peter & Olson
(2002) menjelaskan pengambilan keputusan konsumen adalah suatu proses pengintegrasian yang
mengkombinasikan pengetahuan untuk mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif dan
memilih salah satu diantaranya. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan
pembelian konsumen merupakan suatu proses yang dilakukan konsumen dalam memilih,
membeli dan mengkonsumsi suatu produk atau jasa, sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya.
Aspek-aspek Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Menurut Kotler dalam (Boonwanna, Srisuwannapa, & Rojniruttikul, 2014) ada lima
aspek pengambilan keputusan pembelian:
1) Pengenalan Kebutuhan
Proses pembelian diawali dengan pengenalan masalah atau kebutuhan. Ketika kebutuhan
diketahui maka konsumen akan memahami kebutuhan mana yang harus segera dipenuhi dan
mana yang dapat ditunda pemenuhan kebutuhannya. Dengan demikian, dari sinilah keputusan
pembelian mulai dilakukan.
2) Pencarian Informasi
Ketika seseorang memiliki perasaan membutuhkan maka akan mencari informasi lebih lanjut
yang berkaitan dengan produk yang akan dibelinya. Namun ketika kebutuhan itu kurang kuat
maka kebutuhan konsumen tersebut hanya menjadi ingatan belaka.
3) Evaluasi Alternatif
Setelah memiliki informasi sebanyak mungkin, konsumen akan menggunakan informasi
tersebut untuk mengevaluasi alternatif yang ada kedalam satu susunan pilihan.
4) Keputusan Pembelian
Saat memutuskan pun biasanya ada perilaku tertentu dari individu. Situasi yang terjadi dapat
tergantung pada orang lain. Jika keputusan yang diambil adalah membeli maka konsumen
akan menjumpai serangkaian keputusan yang menyangkut jenis pembelian, waktu pembelian,
dan cara pembelian.
5) Perilaku Setelah Pembelian
Perilaku pascapembelian menjadi perhatian pemasar. Setelah membeli suatu produk,
konsumen akan mengalami beberapa tingkatan kepuasan ataupun ketidakpuasan, ada
kemungkinan konsumen tidak puas dikarenakan ada ketidaksesuaian antara harapan dan
kenyataan yang dirasakannya. Ketika konsumen puas perusahaan harus mencoba terus
menjalin dan mempertahankan hubungan dengan konsumen, begitu pula sebaliknya ketika
konsumen tidak puas maka perusahaan harus mencari tahu penyebab ketidakpuasan tersebut
dan berusaha menarik kembali minat konsumen.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian
Keputusan pembelian konsumen dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu, seperti faktor
psikologi :
 Motivasi
Motivasi merupakan kebutuhan yang mendorong seseorang secara kuat mencari kepuasan
atas kebutuhan tersebut.
 Persepsi
Persepsi didefinisikan sebagai proses dimana seseorang memilih, mengorganisasikan,
mengartikan masukan informasi untuk menciptakan suatu gambaran yang berarti dari dunia
ini. Oleh karena itu, persepsi berkaitan erat dengan brand image, dimana brand image
merupakan persepsi konsumen terhadap suatu merek.
 Pembelajaran
Menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang muncul dari pengalaman
 Memori
Semua informasi dan pengalaman seseorang individu selama menjalani hidup dapat diingat
dalam memori jangka panjang mereka. Psikologi kognitif membedakan antara memori jangka
pendek dan jangka panjang.
Citra Merek (Brand Image)
Merek (Brand)
Menurut Kotler (2004), Merek adalah suatu nama, istilah, tanda, lambang, rancangan,
atau kombinasi dari hal-hal tersebut, yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa
dari seorang atau sekelompok penjual dan untuk membedakannya dari produk pesaing. Dari
definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa merek merupakan salah satu faktor yang
berkontribusi dalam kesuksesan suatu organisasi.
Citra (Image)
Kotler (2001) juga mendefinisikan citra sebagai sikap, pikiran dan perasaan orang untuk
hal tertentu atau objek (dalam Management Journals 2011). Secara keseluruhan, image dapat
menghasilkan nilai dalam hal membantu pelanggan untuk memproses informasi, membedakan
merek, menghasilkan alasan untuk membeli, memberikan perasaan positif, dan menyediakan
dasar untuk ekstensi (Aaker, 1991).
Citra Merek (Brand Image)
Menurut Kotler dan Keller (2008) setiap produk yang terjual di pasaran memiliki citra
tersendiri di mata konsumennya yang sengaja diciptakan oleh pemasar untuk membedakannya
dari para pesaing mereka. Hsieh, Pan, & Setiono (2004) berpendapat, citra merek membantu
konsumen dalam mengenali kebutuhan dan kepuasan mengenai merek, juga membedakan merek
dari saingan lainnya memotivasi pelanggan untuk membeli merek.
Aspek-aspek Brand Image
Menurut Keller dalam (Durrani, Godil, Baig, & Sajid, 2015) aspek-aspek brand image
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Keunggulan asosiasi merek (favorability of brand association)
Hal ini dapat membuat konsumen percaya bahwa atribut dan manfaat yang diberikan oleh
suatu brand dapat memuaskan kebutuhan dan keinginan konsumen sehingga menciptakan
sikap yang positif terhadap brand tersebut.
2. Kekuatan asosiasi merek (strenght of brand association)
Hal ini bergantung pada bagaimana informasi masuk dalam ingatan konsumen dan bagaimana
informasi tersebut dikelola oleh data sensoris di otak sebagai bagian dari brand image. Ketika
konsumen secara aktif memikirkan dan menguraikan arti informasi pada suatu produk atau
jasa, akan tercipta asosiasi yang semakin kuat pada ingatan konsumen.
3. Keunikan asosiasi merek (uniqueness of brand association)
Sebuah brand haruslah unik dan menarik sehingga produk tersebut memiliki ciri khas dan
sulit untuk ditiru para pesaing. Keunikan suatu produk akan memberikan kesan yang cukup
membekas terhadap ingatan pelanggan akan keunikan brand. Sebuah brand yang memiliki
ciri khas haruslah dapat melahirkan keinginan pelanggan untuk mengetahui lebih jauh
dimensi brand yang terkandung di dalamnya.
Hubungan Brand Image Dengan Pengambilan Keputusan Pembelian
Image yang diyakini oleh konsumen dari sebuah merek sangatlah bervariasi dari persepsi
masing-masing individu. Apabila image yang tertanam dalam suatu produk baik, maka
konsumen akan membeli produk itu untuk dikonsumsi. Namun sebaliknya, jika image yang
tertanam benak konsumen mengenai merek tersebut negatif, maka harapan setelah pembelian
konsumen akan merasa tidak puas. Image yang positif akan menjadi kekuatan bagi brand yang
digunakan produk tersebut. Seperti dalam penelitian Anwar, Gulzar, Fahid, & Akram, (2011)
yang menemukan bahwa brand image suatu produk menentukan tingkat pembelian yang
dilakukan konsumen. Semakin baik brand image suatu produk, maka semakin besar dampak
pada keputusan konsumen dalam membeli produk tersebut, sehingga dapat terjadi dampak positif
seperti pembelian ulang terus-menerus dan menimbulkan kepercayaan pada produk tersebut.
Akan tetapi, hasil penelitian Bloemer, deRuyter & Peeters (1998) justru mengungkapkan
brand image tidak memiliki hubungan yang signifikan pada keputusan pembelian konsumen.
Karena dianggap brand image tidak mengambil peran yang mampu mempengaruhi konsumen
dalam membeli. Hal itu disebabkan adanya variabel lain yang memiliki peran lebih penting
dalam mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.
Hipotesis
Berdasarkan pemahaman tersebut, hipotesis yang dihasilkan dalam penelitian ini adalah :
H0 : Tidak ada hubungan antara Brand Image dengan Pengambilan Keputusan Pembelian Iphone
Series pada mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana.
H1 : Ada hubungan antara Brand Image dengan Pengambilan Keputusan Pembelian Iphone
Series pada mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana.
METODE PENELITIAN
Partisipan
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana yang
menggunakan Iphone Series. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 80 mahasiswa Universitas
Kristen Satya Wacana pengguna Iphone Series, dimana jumlah ini sudah melebihi jumlah sampel
minimum menurut Frankel & Wallen (1993) yaitu sebesar 50 sampel, dan juga menurut Azwar
(2012) yaitu 60 orang. Partisipan terdiri dari 39 perempuan dan 41 laki-laki yang berusia antara
19-23 tahun. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Sampel dalam
penelitian ini mempunyai kriteria tertentu, adapun kriteria tersebut sebagai berikut :
a. Merupakan mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga
b. Menggunakan salah satu dari series Iphone, yaitu Iphone 2, Iphone 3, Iphone 4, Iphone 5,
Iphone 6, dan Iphone 6+
Prosedur Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penulis melakukan pengumpulan data
dengan menyebarkan angket atau kuesioner pada tanggal 15 Mei 2015 s/d 22 Mei 2015 dengan
cara, penulis langsung mencari mahasiswa yang menggunakan Iphone, bertanya dan meminta
tolong dengan teman yang sekiranya mempunyai kenalan mahasiswa yang juga menggunakan
Iphone. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode purposive sampling, yaitu teknik
menentukan sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan yang dikehendaki
(Anshori, 2009). Pada penelitian ini, penulis menggunakan try out terpakai, dimana subjek yang
digunakan untuk try out digunakan sekaligus untuk penelitian. Data yang diperoleh dalam
penelitian ini kemudian diolah menggunakan bantuan program computer SPSS 17.0 for
windows.
Instrumen Penelitian
Skala Brand Image
Skala brand image disusun oleh penulis berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan
Keller, (dalam Durrani, Godil, Baig, & Sajid, 2015) yaitu Keunggulan asosiasi merek
(favorability of brand association), Kekuatan asosiasi merek (strenght of brand association), dan
Keunikan asosiasi merek (uniqueness of brand association).
Penilaian skala ini adalah, makin tinggi skor yang diperoleh, maka brand imagenya
semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah skor yang diperoleh maka brand
imagenya semakin rendah. Skala ini menggunakan format Likert yang terdiri dari 4 alternatif
jawaban. Total aitem yang digunakan adalah 27 aitem. Setelah dilakukan pengujian daya
diskriminasi aitem, maka ditemukan terdapat 1 aitem yang gugur (aitem 24). Dari uji reliabilitas
dengan Alpha Cronbach diperoleh hasil α = 0,846 ( > 0,80), yang berarti reliabilitas alat ukur
tergolong reliabel (Guilford, 1956).
Skala Pengambilan Keputusan Pembelian
Skala pengambilan keputusan pembelian disusun oleh penulis berdasarkan aspek-aspek
yang dikemukakan Kotler dalam (Boonwanna, Srisuwannapa, & Rojniruttikul, 2014) yaitu
Pengenalan Kebutuhan, Pencarian Informasi, Evaluasi Alternatif, Keputusan Pembelian, dan
Perilaku Setelah Pembelian.
Penilaian skala ini adalah, makin tinggi skor yang diperoleh, maka pengambilan
keputusan pembeliannya semakin tinggi. Begitu pula sebaliknya, semakin rendah skor yang
diperoleh maka pengambilan keputusannya semakin rendah. Skala ini menggunakan format
Likert yang terdiri dari 4 alternatif jawaban. Total aitem yang digunakan adalah 18 aitem.
Setelah dilakukan pengujian daya diskriminasi aitem, maka ditemukan tidak terdapat aitem yang
gugur. Dari uji reliabilitas dengan Alpha Cronbach diperoleh hasil α = 0,785 ( > 0,70), yang
berarti reliabilitas alat ukur tergolong reliabel (Guilford, 1956).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Deskripstif
Pengambilan Keputusan
Tabel 2 : Kategorisasi Pengukuran Skala Pengambilan Keputusan
NO.
1.
2.
3.
4.
5.
Interval
61,2 ≤ x ≤ 72
50,4 ≤ x < 61,2
39,6 ≤ x < 50,4
28,8 ≤ x < 39,6
18 ≤ x < 28,8
Kategori
Mean
Sangat Tepat
Tepat
59,15
Cukup Tepat
Tidak Tepat
Sangat Tidak Tepat
Jumlah
SD = 4,79 Min = 46 Max = 69
N
28
49
3
0
0
80
Presentase (%)
35%
61,25%
3,75%
0%
0%
100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa mahasiswa yang memiliki skor
pengambilan keputusan yang berada pada kategori sangat tidak tepat dan tidak tepat berjumlah
jumlah 0 mahasiswa dan presentase 0%, mahasiswa dengan pengambilan keputusan yang berada
pada kategori cukup tepat berjumlah 3 mahasiswa dan presentase 3,75%, mahasiswa dengan
pengambilan keputusan yang berada pada kategori tepat berjumlah 49 mahasiswa dan presentase
61,25%, mahasiswa dengan pengambilan keputusan yang berada pada kategori sangat tepat
berjumlah 28 mahasiswa dan presentase 35%. Berdasarkan presentase di atas, ditemukan ratarata mahasiswa mengikuti tahap-tahap pengambilan keputusan pada kategori tinggi, dengan
mean = 59,15. Skor yang diperoleh subjek bergerak dari skor minimum sebesar 46 sampai
dengan skor maksimum sebesar 69 dengan standard deviasi 4,79.
Brand Image
Tabel 3 : Kategorisasi Pengukuran Skala Brand Image
NO.
1.
2.
3.
Interval
88,4 ≤ x ≤ 104
72,8 ≤ x < 88,4
57,2 ≤ x < 72,8
Kategori
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Mean
83,47
N
15
59
6
Presentase (%)
18,75%
73,75%
7,5%
41,6 ≤ x < 57,2
26 ≤ x < 41,6
4.
5.
Rendah
Sangat Rendah
Jumlah
SD = 7,40 Min = 61 Max = 102
0
0
80
0%
0%
100%
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa mahasiswa yang melihat brand image pada
kategori sangat rendah dan rendah berjumlah 0 mahasiswa dan presentase 0%, mahasiswa yang
melihat brand image pada kategori sedang berjumlah 6 mahasiswa dan presentase 7,5%,
mahasiswa
yang melihat brand image pada kategori tinggi
berjumlah 59 mahasiswa dan
presentase 73,75%, mahasiswa yang melihat brand image pada kategori sangat tinggi berjumlah
15 mahasiswa dan presentase 18,75%. Berdasarkan presentase di atas, ditemukan rata-rata
mahasiswa melihat brand image pada kategori tinggi, dengan mean = 83,47. Skor yang diperoleh
subjek bergerak dari skor minimum sebesar 61 sampai dengan skor maksimum sebesar 102
dengan standard deviasi 7,40.
Uji Normalitas
Tabel 4 : Hasil Uji Normalitas Brand Image dengan Pengambilan Keputusan
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Pengambilan_Keputus
Brand_Image an
N
Normal Parametersa,,b
Most Extreme
Differences
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
80
83.4750
7.40163
.159
.106
-.159
1.418
.036
80
59.1500
4.79213
.100
.089
-.100
.897
.397
Berdasarkan uji hasil pengujian normalitas pada tabel 2 di atas, salah satu variabel
memiliki signifikansi p > 0,05, dan variable lainnya memiliki signifikan p < 0,05. Variabel brand
image memiliki nilai K-S-Z sebesar 1,418 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,036
(p < 0,05). Oleh karena nilai signifikansi p < 0,05, maka distribusi data brand image berdistribusi
tidak normal. Akan tetapi pada variabel pengambilan keputusan memiliki nilai K-S-Z sebesar
0,897 dengan probabilitas (p) atau signifikansi sebesar 0,397 (p > 0,05). Dengan demikian data
pengambilan keputusan berdistribusi normal.
Uji Linearitas
Table 5 : Hasil Uji Linearitas antara Brand Image dengan Pengambilan Keputusan
ANOVA Table
Sum of
Squares
Pengambilan_Kep Between
utusan *
Groups
Brand_Image
(Combined)
Linearity
Mean
Square
Df
F
Sig.
639.848
28
22.852
.992
.496
5.819
1
5.819
.253
.617
1.020
.463
Deviation from
Linearity
Within Groups
634.028
27
23.483
1174.352
51
23.027
Total
1814.200
79
Dari uji linearitas, maka diperoleh nilai Fbeda sebesar 1,020 (p > 0,05) dengan sig.= 0,463
(p > 0,05) yang menunjukkan hubungan antar brand image dengan pengambilan keputusan
adalah linier.
Analisis Korelasi
Tabel 6 : Hasil Uji Korelasi antara Brand Image dengan Pengambilan Keputusan
Correlations
Pengambilan_
Brand_Image Keputusan
Spearman's rho Brand_Image
Correlation
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
Pengambilan_Keputusa Correlation
n
Coefficient
Sig. (2-tailed)
N
1.000
-.063
.
80
-.063
.578
80
1.000
.578
80
.
80
Berdasarkan hasil pengujian uji korelasi Spearman-Brown diperoleh koefisien korelasi
antara brand image dengan pengambilan keputusan sebesar -0,063 dengan sig. = 0,578 (p >
0,05) yang berarti tidak ada hubungan signifikan antara brand image dengan pengambilan
keputusan pembelian.
Pembahasan
Berdasarkan hasil pengujian terhadap hipotesis penelitian, diperoleh hasil bahwa H0
diterima, dan H1 ditolak. Hasil uji hipotesis menunjukkan koefisien korelasi sebesar -0,063
dengan sig. = 0,578 (p > 0,05) yang berarti tidak ada hubungan signifikan antara brand image
dengan pengambilan keputusan pembelian. Ada beberapa kemungkinan yang dapat
menyebabkan kedua variabel tersebut tidak berhubungan signifikan. Pertama, sebagian besar
konsumen menganggap bahwa brand image bukan menjadi sesuatu yang penting bagi mereka, di
dalam proses pengambilan keputusan. Oleh karena itu, konsumen tidak menjadikan brand image
sebagai hal yang utama dalam pemenuhan kebutuhan. Kedua, pada umumnya konsumen
menganggap bahwa brand image bukan satu-satunya hal yang menjadi bahan pertimbangan
untuk mempengaruhi pengambilan keputusan dalam membeli suatu produk.
Pernyataan tersebut didukung oleh hasil penelitian Bloemer, deRuyter dan Peeters (1998)
yang menemukan bahwa brand image tidak memiliki hubungan yang signifikan pada keputusan
pembelian konsumen, karena dianggap bahwa ada variabel lainnya yang memiliki peran
langsung terhadap keputusan pembelian itu sendiri, misalnya harga dan sebagainya. Dalam
penelitian ini pun mendapatkan hasil bahwa brand image tidak berhubungan dengan
pengambilan keputusan, karena seorang konsumen bisa saja mengikuti tahap-tahap pengambilan
keputusan akan tetapi tidak memperhitungkan brand image itu sendiri, karena sebagian
konsumen menganggap bahwa brand image bukanlah suatu hal yang penting dan yang utama
dalam mengambil keputusan untuk memenuhi kebutuhannya.
Selain itu, dalam penelitian Mohammad, Mohammed, Tasnuba, dan Alexandru (2010),
juga menyatakan bahwa konsumen justru akan memilih jalan pintas atau tidak mengikuti tahaptahap pengambilan keputusan yang tepat, jika adanya potongan harga dari suatu produk atau
produk yang memiliki harga cenderung rendah, sehingga brand image tidak menjadi bahan
pertimbangan dalam membeli. Seperti yang diungkapkan dalam penelitian Kennard (1995)
bahwa atribut produk lebih memiliki hubungan positif terhadap pengambilan keputusan
pembelian dibandingkan dengan brand image. Walaupun suatu produk memiliki brand image
yang positif, konsumen tetap melakukan perbandingan dengan melihat atribut produk seperti
kualitas dan harga. Sehingga brand image tidak menjadi hal yang utama dan satu-satunya
pertimbangan dalam mengambil keputusan membeli.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya, Silvia & Alwi (2008)
yang menemukan bahwa brand image meningkatkan keputusan pembelian konsumen, dimana
saat suatu produk memiliki brand image yang positif di masyarakat, maka hal itu akan
meningkatkan keputusan pembelian konsumen pada produk tersebut, karena dianggap bahwa
brand image berhubungan dengan persepsi konsumen. Lebih lanjut, Alamgir, Nasir,
Shamsuddoha M & Nedelea (2010) juga membuktikan bahwa brand image berpengaruh positif
terhadap pengambilan keputusan konsumen dalam membeli mobil, penelitian tersebut
mengungkapkan saat suatu merek sudah dipercaya oleh konsumen maka dengan kata lain merek
tersebut memiliki citra yang positif di mata konsumen, sehingga hal itu akan mempengaruhi
pengambilan keputusan pembelian konsumen pada merek tersebut. Akan tetapi penelitian ini
menemukan hasil yang berbeda.
Tidak adanya hubungan antara brand image dengan pengambilan keputusan pembelian
dalam penelitian ini bisa dikarenakan item-item yang digunakan dalam kuesioner, untuk
mengukur brand image dan pengambilan keputusan belum spesifik, sehingga hal ini membuat
tidak ada korelasi antar dua variabel.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan maka dapat ditarik
kesimpulan, bahwa tidak ada hubungan antara brand image dengan pengambilan keputusan
pembelian iphone series pada mahasiswa Universitas Kristen Satya Wacana, yang berarti H0
diterima, dan H1 ditolak.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dicapai, serta mengingat masih banyaknya
keterbatasan dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai berikut
a. Bagi konsumen
Setiap konsumen sebaiknya dapat melakukan evaluasi sebelum mengambil keputusan
dalam membeli suatu barang. Evaluasi yang dapat dilakukan dalam mengenali kebutuhan,
bertanya dan meminta rekomendasi dari keluarga ataupun teman sebelum membeli suatu
produk, serta membandingkan suatu produk dengan produk lainnya.
b. Bagi produsen
Setiap produsen hendaknya memberikan kebenaran dari produk yang dipasarkan, agar
konsumen tidak salah mendapat informasi. Sehingga konsumen bisa berpikir cermat dan
mempertimbangkan berbagai hal terkait beberapa faktor yang mempengaruhi proses
pengambilan keputusan pembelian. Jadi, tidak hanya mengambil keuntungan sepihak yang
dapat merugikan konsumen.
c. Bagi peneliti selanjutnya
Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai pengambilan keputusan pembelian pada
konsumen karena masih ada beberapa variabel lain selain brand image yang dapat mengambil
peran pada pengambilan keputusan pembelian konsumen.
DAFTAR PUSTAKA
Aaker, D.A. (1991). “Managing Brand Equity: Capitalizing on the value of a brand name”. New
York: Free Press.
Alamgir M., Nasir T., Shamsuddoha M., & Nedelea A. (2010). Influence Of Brand Name On
Consumer Decision Making Process- An Empirical Studi On Car Buyers. Va Trimitem
Atasat, 10 (2).
Alfian, B. (2012). Pengaruh Citra Merek (Brand Image) Terhadap Pengambilan Keputusan
Pembelian Mobil Toyota Kijang Innova Pada PT. Hadji Kalla Cabang Polman. Skripsi.
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Hasanuddin, Makassar.
Anonym. (2010). Kuliah 10: Sampling, http://www.google.com diakses pada tanggal 13 Maret
2012 pukul 20.33.
Anwar, A., Gulzar, A., Fahid, B.S., Akram, S.N. (2011). Impact Of Brand Image, Trust And
Affect On Consumer Brand Extension Attitude: The Mediating Role Of Brand Loyalty.
International Journal of Economics and Management Sciences, 1 (5), 73-79.
Arianto A.B. (2011). Pengaruh Atribut Produk, Harga, Kebutuhan Mencari Variasi dan
Ketidakpuasan Konsumen terhadap Keputusan Perpindahan Merek dari Samsung
Galaxy Series di Kota Malang.
Azwar, S. (2012). Penyusunan Skala Psikologi (Edisi 2). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Boonwanna P., Srisuwannapa C., & Rojniruttikul N. (2014). Brand Equity Affecting Purchasing
Decision Process of Doughnut from the Department Store in Bangkok. Proceedings of
Annual Tokyo Business Research Conference.
Durrani B.A., Godil D.I., Baig M.U., & Sajid S. (2015). Impact Of Brand Image On Buying
Behaviour Among Teenagers. European Scientific Journal, 11 (5).
Ferrinadewi, Erna. (2009). Merek & psikologi konsumen: implikasi pada strategi pemasaran.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Frankel, J., & Wallen, N. (1993). How to Design and Evaluate Research in Education (2nd ed).
New York : McGraw-Hill Inc.
Ghozali, Imam. (2007). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
James F.E., Roger D.B., Paul W.M., (1994). Perilaku Konsumen (Edisi ke-6 jilid 1). Binarupa
Aksara, Jakarta.
Jeddi S., Atefi Z., Jalali M., Poureisa A., & Haghi H. (2013). Consumer Behaviour and
Consumer Buying Decision Process. International Journal of Business and Behavioral
Sciences, 3 (5).
Keller, K.L., (1993). Conceptualizing, Measuring, and Managing Customer-Based Brand Equity.
Journal of Marketing, 57.
Keller, K.L. (2003). Strategic Brand Management, Building Measurement and Managing Brand
Equity, Upper Sadle River, NJ Pearson Education Internasional.
Kennard, M. (1995). Influence Of Brand Image On Consumer Decision Making Process.
International Journal of Business, 6 (10).
Kotler & Keller. (2006). Manajamen Pemasaran (Edisi-12). Jakarta: Indeks.
Kotler, P., & Armstrong, G. (2008). Prinsip-prinsip Pemasaran Jilid 1 (Edisi 12). Ahli bahasa
Benyamin Molan. Jakarta : Erlangga.
Kotler, Philip. (2004). Manajemen Pemasaran 2, Edisi Millenium, PT. Ikrar Mandiri, Jakarta.
Kotler, P. (2005). Manajemen Pemasaran (Edisi 11). Diterjemahkan oleh Benyamin Molan Jilid
2. Jakarta : Indeks.
Lunenburg F C. (2010). The Decision Making Process. National Forum Of Educational
Administration And Supervision Journal, 27 (4).
Oladepo I., & Abimbola S. (2015). The Influence Of Brand Image And Promotional Mix On
Consumer Buying Decision- A Study Of Beverage Consumers In Lagos State, Nigeria.
British Journal of Marketing Studies, 3 (4), 97-109.
Peter & Olson. (2002). Perilaku Konsumen Strategi Pemasaran. Jakarta : Erlangga.
Rangkuti, Freddy. (2009). The Power of Brands. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.
Schiffman, L., & Kanuk, L.L. (2000). Perilaku Konsumen (Edisi ketujuh). Jakarta : Indeks.
Seema A.S., (2014). Managing Brand Image Overtime: A Study on Dhara Edible Oil. Kadakia
International Journal of Research in Multidiscipline.
Silvia, R. and Alwi, S. (2008). Online corporate brand image, satisfaction, and loyalty. Brand
Management, 16 (3), 119-144.
Somantri, A & Sambas, A. (2006). Aplikasi Statistika dalam Penelitian. Bandung: CV Pustaka
Setia.
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.
Thakur, S. (2012). Brand Image, Customer Satisfaction And Loyalty Intention: A study In The
Context Of Cosmetic Product Among The People Of Central India. International
Journal of Multidisciplinary Managament Studies, 2.
Download