bab iii metode penelitian

advertisement
39
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS)
wilayah Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan. Kelompok sasaran
adalah masyarakat desa di kawasan TNKS wilayah Kabupaten Musi Rawas.
Penelitian berlangsung selama 10 bulan, dimulai bulan Januari 2009 - Oktober
2009.
3.2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian ini dimulai dengan menganalisis faktor internal dan
faktor eksternal yang mempengaruhi pemberdayaan masyarakat kawasan TNKS
wilayah Kabupaten Musi Rawas dengan menggunakan analisis faktor. Selanjutnya
akan diketahui besarnya nilai indikator ketidakberdayaan. Tahap berikutnya
menggunakan analisis AWOT, yaitu integrasi antara analisis AHP dan SWOT.
Tahap terakhir adalah penyusunan konsep pemberdayaan berdasarkan strategi hasil
analisis AWOT. Bagan alir pendekatan penelitian dapat dilihat pada Gambar 3:
Faktorfaktor
Internal
Analisis
Faktor
Faktor-faktor
Ketidakberdayaan
Tujuan
Pemberdayaan
AWOT
Faktorfaktor
Eksternal
Konsep
Pemberdayaan
Gambar 3. Pendekatan Penelitian
3.3. Jenis Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini digolongkan kedalam
faktor-faktor internal dan eksternal. Data ini meliputi data primer dan data
sekunder. Adapun jenis data dan aspek yang diamati dapat dilihat pada Tabel 5.
40
Tabel 5. Jenis Data dan Aspek yang diamati
No
Faktor-faktor internal
No
Faktor-faktor eksternal
1
Potensi SDA
1
Dukungan peraturan perundangan
2
Nilai-nilai budaya dan kearifan lokal
2
Keberpihakan pemerintah
3
Konflik sosial dan lingkungan
3
Dukungan politik
4
SDM masyarakat
4
Dukungan kelembagaan keuangan
5
Posisi geografis dan kondisi
infrastruktur
5
Ketersediaan pelatihan-pelatihan
6
Akses terhadap kelembagaan sosial
ekonomi
6
Implementasi kebijakan dan
keterkaitannya dengan kebutuhan lokal
7
Kerawanan terhadap bencana
7
Akses informasi
8
Alternatif mata pencaharian dan
Tingkat kesejahteraan
8
Pola perencanaan pembangunan
9
Partisipasi dalam pengelolaan Taman
9
Implikasi Pembangunan
10
Interaksi sosial masyarakat dg
lingkungan luar
11
Tingkat pendidikan
12
Tingkat kesehatan
13
Persepsi masyarakat terhadap
kawasan konservasi
10
Jaminan ekonomi
3.4. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan
dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Pengumpulan data dalam penelitian ini
menggunakan beberapa metode, yaitu dengan observasi (pengamatan), survei
(wawancara) dan kajian literatur. Data primer dikumpulkan melalui pendekatan
observasi dan wawancara mendalam (in-depth interview), guna memperoleh
data dan informasi langsung dari sumber aslinya tentang kondisi parameter yang
hendak dikaji secara akurat.
a.
Observasi: Observasi merupakan metode sistematis untuk mendapatkan
informasi yang mengandalkan pengamatan langsung di lapangan, baik yang
menyangkut objek, pola perilaku orang, kelompok, kejadian, proses,
hubungan, dan fenomena-fenomena atau adat kebiasaan, pola kehidupan,
kondisi permukiman, kondisi fasilitas umum dan sosial yang ada maupun
kondisi masyarakat dan lingkungan alam yang berkaitan dengan penggalian
data penelitian.
41
b.
Wawancara: Metode wawancara digunakan untuk memperoleh data dan
informasi yang akurat. Wawancara yang dilakukan terdiri dari wawancara
terstruktur dengan menggunakan kuesioner (pemandu wawancara) maupun
wawancara tidak terstruktur. Wawancara dilakukan terhadap masyarakat
desa sebagai objek kajian, Pemerintah Desa, Pejabat Pemerintah Daerah dan
instansi terkait serta pakar di bidang pemberdayaan dan konservasi.
c.
Kajian literatur dan dokumentasi: Kajian ini digunakan untuk memperoleh
data dan informasi pendukung yang diperlukan dalam penelitian ini melalui
penelusuran berbagai pustaka dan laporan dari berbagai instansi dan
institusi terkait sesuai atribut yang dikaji seperti laporan tahunan, laporan
hasil survei, publikasi-publikasi lainnya yang tersedia seperti monografi
desa, kebijakan-kebijakan dan peraturan-peraturan yang terkait dengan
penetapan ekosistem Kerinci Seblat sebagai kawasan konservasi dan aturanaturan lain yang mendukung program konservasi serta pemberdayaan
masyarakat. Data yang dikumpulkan meliputi data
karakteristik kawasan
TNKS, kondisi geografis, demografi, keadaan sosial-budaya-ekonomi
masyarakat, program-program yang berkaitan dengan pemberdayaan dan
pengelolaan kawasan serta peraturan-peraturan yang berkaitan dengan
TNKS.
Data primer didapatkan melalui wawancara dengan responden langsung
di lapangan yang terdiri dari masyarakat, pemerintah desa, kecamatan dan
pemerintah kabupaten Musi Rawas serta Balai TNKS. Sedangkan data sekunder
didapatkan dari berbagai dokumen-dokumen daerah, dokumen taman nasional,
data statistik daerah, serta dari berbagai level pemerintahan, LSM, dan lain-lain.
Dalam penggalian informasi untuk mengkuantifikasikan seluruh informasi
dari responden, maka digunakan skala Likert. Metode ini digunakan secara luas
yang mengharuskan responden untuk menunjukkan derajat setuju atau tidak setuju
kepada setiap statemen yang berkaitan dengan objek yang dinilai. Bentuk asal skala
Likert memiliki lima kategori. Apabila dirangking, maka susunannya akan dimulai
dari sangat tidak setuju (strongly disagree) sampai kepada sangat setuju (strongly
agree). Tetapi ada juga peneliti yang mengelompokkan derajat ini menjadi enam
42
(David LJ, 1993 dalam Rahayu,2005). Contoh pemberian pada skala likert dapat
dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Keterangan Nilai pada Skala Likert
Nilai
Keterangan
0
Responden yang memilih jawaban tidak tahu
1
Responden yang memilih jawaban sangat rendah
2
Responden yang memilih jawaban rendah
3
Responden yang memilih jawaban sedang.
4
Responden yang memilih jawaban tinggi
5
Responden yang memilih jawaban sangat tinggi
Menurut Rahayu (2005), keunggulan dari skala Likert antara lain sebagai
berikut: (1) mudah dibuat dan diatur, (2) responden mudah mengerti bagaimana
cara menggunakan skala pada kuesioner yang disediakan, dan (3) mengukur pada
tingkat skala ordinal. Pelaksanaan pengisian kuesionernya dapat dilakukan melalui
surat, telepon, maupun wawancara. Sedangkan kelemahan utama skala Likert
adalah sebagai berikut: (1) mengenai waktu pengisiannya yang lebih lama
dibandingkan skala lain, (2) validitas skala masih dipertanyakan, dan (3) terdapat
nilai yang sama pada ciri yang berbeda. Skala Likert jika nilainya mendekati nol
maka menunjukkan suatu keadaan yang tidak baik (negative condition).
Sebaliknya, jika skala Likert nilainya mendekati lima maka menunjukkan suatu
keadaan yang baik (positive condition).
3.5. Unit Penelitian dan Responden
Unit analisis dalam penelitian ini adalah Rumah Tangga Miskin (RTM)
terpilih, yang berdomisili di perdesaan di wilayah TNKS Kabupaten Musi
Rawas. Melalui hasil penelusuran awal ditetapkan secara purposive sebanyak 4
(empat) desa sebagai lokasi penelitian. Beberapa pertimbangan yang mendasari
penetapan desa sebagai lokasi penelitian, di antaranya: (1) Sebagian besar wilayah
desa (80%) mencakup
kawasan TNKS; (2) Desa-desa ini merupakan desa
tertinggal dengan persentase jumlah penduduk miskin yang relatif tinggi; (3) Datadata penunjang penelitian ini relatif tersedia, sehingga dapat mendukung jalannya
penelitian. Pertimbangan lain diantaranya ada dua kriteria desa, yaitu desa-desa
43
yang pernah mendapatkan program Integrated Conservation Development Project
(ICDP) dan desa-desa yang belum pernah mendapatkan program ICDP. Dari 10
desa ICDP-TNKS, terpilih dua desa sebagai sampel, sedangkan dari 24 desa Non
ICDP diambil sebanyak 2 desa.
Selanjutnya responden dalam penelitian ini adalah Rumah Tangga
Miskin (RTM). RTM diambil dari populasi penerima Bantuan Langsung Tunai
(BLT) yang dicanangkan oleh Pemerintah sejak tahun 2005. Menurut Rahayu
(2005) dan Suliyanto (2005), untuk melakukan penelitian dengan menggunakan
analisis faktor, jumlah sampel minimal adalah lima kali jumlah variabel. Pada
penelitian ini, jumlah variabel yang diamati sebanyak 23 variabel, dengan
demikian, maka sampel minimalnya adalah sebesar
115 (5 x 23) sampel,
sehingga didapatkan jumlah kk seperti disajikan pada Tabel 7.
Tabel 7. Jumlah KK Miskin dan Jumlah Sampel Responden
Jumlah
KK
No
Nama Desa
Penduduk
KK
Miskin
Jumlah sample
1
Pasenan
1282
347
146
29
2
Napal Melintang
731
195
110
28
Napal Licin
1344
3
345
261
40
4
Batu Gane
1240
243
156
18
Total
9615
1774
1048
115
Sumber: Bappeda Kabupaten Musi Rawas, 2007 dan perhitungan
3.6. Analisis Data
3.6.1. Analisis Faktor
Faktor-faktor penyebab ketidakberdayaan masyarakat, baik faktor-faktor
internal maupun faktor-faktor eksternal ditentukan untuk merumuskan konsep
pemberdayaan yang akurat. Analisis faktor-faktor internal dan eksternal
menggunakan analisis faktor.
Secara teori persamaan ketidakberdayaan/keberdayaan dapat diturunkan
dari fungsi faktor-faktor yang berpengaruh sepanjang faktor-faktor tersebut
memenuhi
syarat.
Analisis
faktor-faktor
ketidakberdayaan
masyarakat
menggunakan metode analisis faktor, yang dibantu dengan program SPSS,
dengan tujuan terpenting yaitu menjelaskan hubungan di antara banyak variabel
dalam bentuk beberapa faktor. Langkah–langkah analisis faktor adalah sebagai
berikut:
44
1.
Data hasil survei yang didapatkan dari masing-masing faktor internal maupun
eksternal di input dalam program SPSS.
2.
Setiap indikator memiliki nilai, kemudian nilai-nilai dari semua indikator
digunakan untuk membentuk nilai dari faktor yang didukungnya. Analisis
komponen utama diterapkan dalam proses pembentukan nilai faktor tersebut.
Langkah–langkah yang dilakukan dalam analisis komponen utama adalah
sebagai berikut:
a. Data indikator dari salah satu faktor yang ingin dicari score nya dianalisis,
dimasukkan ke dalam software yang akan digunakan untuk melakukan
analisis komponen utama.
b. Setelah keluar output, dilihat nilai eigen value (akar ciri) nya. Jika nilai
akar ciri lebih dari 1, maka komponen tersebut bisa menjadi komponen
utama untuk faktor tersebut. Diulangi langkah a dan b untuk mancari nilai
faktor lainnya.
3.
Setelah masing-masing faktor memiliki nilai, maka dilakukan analisis faktor
agar didapatkan faktor-faktor yang memang menjadi faktor internal dan
eksternal. Langkah – langkah yang dilakukan dalam analisis faktor adalah
sebagai berikut:
a.
Memasukan semua data hasil dari AKU untuk faktor internal ke dalam
software untuk melakukan analisis faktor.
b.
Setelah didapat keluaran (output); Pertama melihat nilai KMO. Jika nilai
KMO lebih besar dari 0.5 maka dapat disimpulkan bahwa secara
keseluruhan instrument penelitian ini dinyatakan cukup valid. Kedua, lihat
nilai Barlett’s, jika nilai signifikansinya lebih dari α = 0,05 maka
instrument ini dinyatakan valid secara keseluruhan. Ketiga, melihat hasil
analisis korelasi menggunakan Anti-image Correlation, jika nilai
korelasinya lebih dari 0,5 atau mendekati 0,5 maka dapat disimpulkan
bahwa semua faktor tersebut sudah memenuhi kriteria validitas menjadi
faktor internal.
c.
Mengulangi langkah 1 dan 2 untuk faktor eksternal, sehingga pada
akhirnya
akan
didapatkan
faktor
internal
dan
mempengaruhi ketidakberdayaan masyarakat TNKS.
eksternal
yang
45
3.6.2. Analisis Strategi Pemberdayaan dengan menggunakan Metode
AWOT
Setelah dilakukan analisis faktor internal dan eksternal, selanjutnya
dilakukan analisis pemilihan konsep pemberdayaan masyarakat dengan
melakukan pemilihan faktor-faktor strategis dengan masing-masing kekuatan,
kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki serta sasaran dan tujuan yang
ingin dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut, dilakukan analisis kebijakan
dengan pendekatan AWOT, yang merupakan gabungan antara pendekatan AHP
(Analytical Hierarchy Process) dan SWOT.
AHP banyak digunakan pada
keputusan untuk banyak kriteria, perencanaan, alokasi sumberdaya dan penentuan
prioritas dari strategi-strategi yang dimiliki pemain dalam situasi konflik (Saaty
dalam Marimin, 2004).
Tujuan integrasi ini adalah untuk meningkatkaan basis informasi kuantitatif
dari proses-proses perencanaan strategis. Integrasi AHP ke dalam SWOT
menghasilkan prioritas-prioritas yang ditentukan secara analitis berdasarkan faktorfaktor yang tercakup dalam SWOT dan membuat semua itu sepadan. SWOT
memberikan kerangka dasar untuk pembentukan suatu analisis keputusan,
sementara AHP membantu pembuatan SWOT lebih analitis, sehingga strategistrategi alternatif keputusan pemberdayaan dapat diprioritaskan. Tahapan metode A
WOT sebagai berikut.
3.6.2.1. Tahapan Analisis SWOT
Analisis SWOT ini merupakan salah satu tools yang dapat digunakan untuk
merumuskan strategi kebijakan pengambilan keputusan (decision making) yang
diterapkan dalam suatu institusi. Secara umum, analisis SWOT terdiri atas faktor
internal (IFAS, Internal Factor Analysis Strategic) dan faktor eksternal (EFAS,
External Factors Analysis Strategic). Faktor internal adalah faktor-faktor yang
berasal dari dalam institusi itu sendiri, sedangkan faktor eksternal adalah faktorfaktor yang bersumber dari luar institusi.
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi institusi ke depan, analisis ini didasarkan kepada logika yang
dapat memaksimalkan kekuatan (Strength) dan peluang (Opportunities), namun
46
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (Weakness) dan ancaman
(Threats). Kekuatan (strength) adalah suatu kemampuan atau keunggulan internal
yang dimiliki suatu institusi dalam melakukan kinerjanya. Kelemahan (weakness)
adalah suatu keterbatasan atau kekurangan atau ketidakmampuan internal institusi
dalam melalukan kinerjanya. Peluang (opportunities) adalah faktor eksternal yang
bersifat positif dan mendukung atau menguntungkan untuk pengembangan kinerja
institusi secara lebih baik lagi dimasa depan. Ancaman (threats) adalah tantangan,
faktor eksternal yang bersifat negatif dan melemahkan atau tidak menguntungkan
kinerja institusi di masa depan. Penyusunan strategi dikelompokkan dalam empat
bagian yaitu:
1.
Strategi Progresif (S) untuk menangkap peluang (O).
2.
Strategi Diversivikasi (S) untuk menghadapi tantangan (T).
3.
Strategi Turn Around (W) untuk menangkap peluang (T).
4.
Strategi Defensif (W) dan memanfaatkan peluang (O).
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam analisis SWOT adalah
sebagai berikut:
1.
Tahap inventarisasi faktor internal (IFAS) dan eksternal (EFAS)
Tahap ini merupakan tahap kegiatan pengumpulan dan pengklasifikasian dan
pra-analisis data. Pada pengumpulan data awal, data digolongkan atas data
eksternal dan data internal. Data eksternal meliputi: peluang (Opportunities) dan
ancaman (Threath) diperoleh dari lingkungan luar yang mempengaruhi strategi
manajemen institusi. Data internal meliputi kekuatan (Strength) dan kelemahan
(Weakness) diperoleh dari lingkungan dalam institusi. Untuk memudahkan analisis,
jumlah IFAS dan EFAS sebaiknya dibatasi 2-10 faktor saja yang merupakan isu
pokok (crusial issues). Pengumpulan data ini dilakukan dengan cara interview dan
inventarisasi data institusi.
2.
Tahap evaluasi faktor internal dan faktor eksternal (IFE DAN EFE)
Pada tahap ini faktor internal dan faktor eksternal yang telah terhimpun
dievaluasi nilainya dengan cara dilakukan scoring (skore) masing-masing untuk
aspek kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Skore dapat dilakukan dengan
cara mengkuantifikasi komponen faktor-faktor tersebut menurut gradasinya,
biasanya menggunakan metode abu-abu (grey scale methode) yang berisi kisaran
47
nilai ekstrim positif, ekstrim negative dan average. Dalam prakteknya biasanya
tercerminkan dengan nilai kuantitatif 1-3, 1-5, 1-7. atau 1-19; dengan atribut
kualitatif baik, sedang, jelek; sangat baik, baik, sedang, kurang dan tidak baik;
sempurna baik, sangat baik, baik, sedang, kurang, tidak baik, sangat tidak baik, dan
sempurna jelek.
3.
Tahap Pembobotan (weighting):
Pada tahap ini dapat menggunakan metode perbandingan berpasangan
(pairwise comparison) dengan cara memberi nilai masing-masing alternative cara
dengan kisaran nilai antara 0-1 dalam nilai absolute; 10-100 persen dan 100-1000
permil. Langkah-langkah pembuatan matriks IFE dan EFE sebagai berikut:
a.
Pada kolom 1, dilakukan penyusunan terhadap semua faktor internal dan
eksternal, yang terbagi kedalam kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman.
b.
Pada kolom 2, pemberian bobot masing-masing faktor mulai dari 1,00
(sangat penting) sampai dengan 0,00 (tidak penting) (contoh penggunaan
salah satu metode pembobotan dengan kisaran 0-1). Masing-masing faktor
internal dan eksternal bobotnya 100% atau 1. Bobot 1 selanjutnya dibagi
jumlah komponen, untuk nilai rata-rata. Kemudian, bobot sesungguhnya
masing-masing
komponen
dinilai
dengan
metode
perbandingan
berpasangan dengan menggunakan professional judgement si penilai.
c.
Pada kolom 3, diisi perhitungan rating terhadap faktor-faktor tersebut
berdasarkan pengaruhnya terhadap kondisi institusi yang bersangkutan.
Rentang nilai rating 1 berarti kurang berpengaruh sampai 5 berarti sangat
berpengaruh.
d.
Kolom 4, diisi dengan cara mengalikan bobot pada kolom 2 dengan
rating pada kolom 3.
e.
Penjumlahan total skor pembobotan untuk masing-masing faktor internal
dan eksternal.
f. Meletakkan nilai skor pada kuadran yang sesuai untuk menentukan
alternatif strategi yang tepat
48
Tabel 8. Skala Perbandingan Berpasangan
Intensitas
pentingnya
1 (0,1)
3 (0,3)
5 (0,5)
7 (0,7)
9 (0,9)
Definisi
Kedua komponen sama pentingnya
Komponen yg satu sedikit lebih penting ketimbang yg lainnya
Komponen yg satu sangat penting ketimbang yg lainnya
Satu komponen jelas lebih penting dari komponen yg lainnya
Satu komponen mutlak lebih penting ketimbang komponen lainnya
4. Penentuan posisi strategi pada matriks IFE dan EFE SWOT
5. Tahap pengambilan keputusan: pemaknaan dan penentuan strategi
Berdasarkan hasil identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal tersebut,
dapat dikemukakan 4 strategi dengan
menggunakan analisis SWOT sebagai
berikut: 1). STRATEGI SO: Strategi SO adalah strategi yang menggunakan
kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Jika kedua faktor tersebut
dikombinasikan maka akan menjadi pendukung bagi strategi yang dikembangkan;
2). STRATEGI ST:Strategi ST adalah strategi yang menggunakan kekuatan untuk
mengatasi ancaman; 3). STRATEGI WO:Strategi meminimalkan kelemahan
melalui pemanfaatan peluang yang ada; 4). STRATEGI WT:Strategi WT adalah
strategi dengan meminimalkan kelemahan untuk menghindari ancaman yang ada.
Diagram Analisis SWOT dapat dilihat pada Gambar 4.
PELUANG
3.Mendukung
strategi Turn
Around
1.Mendukung
strategi Progresif
KEKUATAN
KELEMAHAN
4.Mendukung
strategi Defensif
2.Mendukung
strategi
Diversifikasi
ANCAMAN
Gambar 4. Diagram Analisis SWOT
49
3.6.2.2. Analisis Hierarchy Process
Setelah analisis SWOT dilakukan, selanjutnya adalah analisis dengan
menggunakan AHP. Proses Hierarki Analitik (Analytical Hierarchy Prosess –
AHP), pertama kali dikembangkan oleh Dr. Thomas L. Saaty (1970) dengan
maksud untuk mengorganisasikan informasi dan judgement dalam memilih
alternatif yang paling disukai. Dengan menggunakan AHP, suatu persoalan yang
akan dipecahkan dalam suatu kerangka berpikir yang terorganisisr, sehingga
memungkinkan dapat diekspresikan untuk mengambil keputusan yang efektif atas
persoalan tersebut. Persoalan yang kompleks dapat disederhanakan dan dipercepat
proses pengambilan keputusannya.
Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan kompleks yang
tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi bagian-bagiannya, serta menata
dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat kepentingan setiap variabel diberi nilai
numerik secara subjektif tentang arti penting variabel tersebut secara relatif
dibandingkan dengan variabel yang lain. Dari berbagai pertimbangan tersebut
kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan variabel yang memiliki prioritas
tertinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil pada sistem tersebut (Marimin,
2004).
Secara grafis, persoalan AHP dapat dikonstruksikan sebagai diagram
bertingkat, yang dimulai dengan goal/sasaran, lalu kriteria level pertama, sub
kriteria dan alternatif. Dari berbagai kriteria dan sub kriteria serta alternatif di atas,
akan diberikan bobot relatif dengan melakukan perbandingan berpasangan
(pairwise comparasion) secara konsisten, sehingga akan diperoleh suatu himpunan
bilangan yang merepresentasikan prioritas relatif dari setiap kriteria dan alternatif
tersebut.
Faktor-faktor proses pemberdayaan masyarakat di kawasan TNKS yang telah
diidentifikasi dan diselesaikan menjadi unsur-unsurnya, yaitu kriteria dan alternatif
kemudian
disusun
menjadi
struktur
hierarki.
Dengan
maksud
untuk
mempersepsikan gagasan, mengidentifikasikan dan mengkomunikasikan secara
realistis yang kompleks ke dalam bagian yang menjadi elemen pokoknya.
Kemudian bagian ini diuraikan ke dalam bagian-bagian yang lebih spesifik dan
50
seterusnya secara terstruktur (Saaty 1991). Kriteria dan alternatif dinilai melalui
perbandingan berpasangan (pairwise comparison). Saaty (1983) dalam Marimin
(2004) memberikan kriteria nilai dengan skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik
dalam mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala
Saaty seperti tertuang dalam Tabel 8.
Setiap kriteria dan alternatif perlu dilakukan perbandingan berpasangan.
Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk menentukan peringkat
relatif dari seluruh alternatif. Baik kriteria kualitatif maupun kriteria kuantitatif
dapat dibandingkan sesuai dengan jugment yang telah ditentukan untuk
menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot atau prioritas dihitung dengan manipulasi
matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematik.
Semua elemen dikelompokkan secara logis dan diperingkatkan secara
konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang logis. Analisis data baik data hasil
wawancara dengan menggunakan analisis pairwise comparisons maupun data
struktur hirarki keputusan dilakukan dengan menggunakan rumus matematik dalam
paket program AHP. Data hasil penelitian diolah untuk mengetahui konsistensi
indeks dan konsistensi ratio matrik pendapat individunya. Selanjutnya dilakukan
pengolahan data hingga menghasilkan vektor prioritas sistem untuk menghasilkan
masing-masing alternatif. Analisis hasil masing-masing level diselesaikan dengan
expert choice 2000, yang merupakan program komputer yang dapat menyelesaikan
persoalan dengan metode AHP. Semua langkah-langkah manual AHP dapat
dikerjakan dengan software ini, mulai dari pembuatan grafis hasil brainstorming,
struktur hierarki, pengisian nilai kriteria sampai menghasilkan grafik dan tampilan
data yang diinginkan.
Download