1 PENDAHULUAN Latar Belakang Jagung menempati posisi

advertisement
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jagung menempati posisi penting dalam perekonomian nasional karena
merupakan sumber karbohidrat dan bahan baku industri pakan dan pangan.
Peluang ekspor semakin terbuka mengingat negara penghasil jagung seperti Amerika,
Argentina dan Cina mulai membatasi volume ekspornya karena kebutuhan jagung
yang merata. Upaya peningkatan produksi jagung baik intensifikasi maupun
ekstensifikasi, selalu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan akan jagung diberbagai
daerah (Akil dan Dahlan, 2009).
Rendahnya produksi jagung di tingkat petani dapat mempengaruhi
produksi secara Nasional. Hal ini berkaitan dengan pengunaan varietas,
pengolahan tanah dan kepadatan tanaman persatuan luas yang tidak sesuai untuk
pertumbuhan tanaman jagung dan keragaman produktivitas tersebut diduga
disebabkan adanya perbedaan penggunaan benih bersertifikat, teknologi budidaya
kurang memadai, pola tanam yang tidak sesuai, ketidaktersediaan air dan kondisi
sosial ekonomi petani (Supriono, 2006).
Kementerian Pertanian (Kementan) di awal tahun 2012 menargetkan
produksi jagung sebanyak 19,83 juta ton. Sedangkan Badan Pusat Statistik (BPS)
pada tahun 2011 mencatat produksi jagung nasional mencapai 19,38 juta ton.
Dalam catatan BPS pada periode 2000-2011, kenaikan konsumsi jagung nasional
setiap tahun rata-rata 8 % sementara angka peningkatan produksi jagung hanya 6
% per tahun. Di sisi lain berdasarkan data Kementerian Pertanian Amerika Serikat
(USDA) menyebutkan, kebutuhan impor jagung Indonesia rata-rata 9 % atau 1,4
juta ton per tahun, sedangkan kenaikan areal tanam hanya 1 % per tahun
(BAPPEBTI, 2012).
Universitas Sumatera Utara
2
Pemerintah berupaya memperluas lahan pertanaman pangan termasuk
jagung, sebagai langkah dalam mencapai target peningkatan produksi. Perluasan
ini mencakup penggunaan lahan sub optimum termasuk tanah masam. Lahan sub
optimum di Indonesia mencapai 91.9 juta ha, dimana yang terluas adalah lahan
kering masam yang mencapai 62.6 juta hektar (68.1%) tersebar di Sumatera,
Kalimantan dan sebagian pulau Jawa. Sebagian dari lahan suboptimal ini sudah
dimanfaatkan
dan
sudah
menunjukkan
keberhasilan
dalam
proses
pengelolahannya, namun produktivitasnya masih relatif rendah (Lakitan dan
Gofar, 2013).
Keracunan Al merupakan salah satu faktor terbesar yang menghambat
pertumbuhan tanaman pada tanah masam. Rendahnya pH pada tanah masam
disebabkan oleh bahan-bahan yang berasal dari kandungan turunan kation-kation
basa rendah karena telah hilang dari tanah akibat tercuci (leaching) atau terbawa
ketika panen (Ganados et al., 1993).
Organ akar tanaman adalah bagian yang paling responsif terhadap media
tempat tumbuhnya. Hal ini terjadi karena bagian inilah yang mengalami kontak
langsung dengan tanah sehingga akan menunjukkan ciri yang khas sesuai dimana
tanaman itu ditanam. Akar juga merupakan salah satu karakter morfofisiologi
yang dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan tanaman dalam mengatasi
pengaruh cekaman Al. Salah satu metode yang digunakan untuk mengamati
sistem perakaran pada kondisi cekaman aluminium adalah dengan menggunakan
pot rhizotron yang diberi media tanah masam. Mempelajari perkembangan akar,
merupakan langkah untuk mencapai efisiensi akar dalam memanfaatkan unsur
hara pada lingkungan tercekam (Shen et al., 2011).
Universitas Sumatera Utara
3
Pendugaan parameter genetik yang meliputi nilai variabilitas genetik,
ragam genotipe, fenotipe dan ragam lingkungan, nilai heritabilitas, kemajuan
genetik, nilai korelasi fenotipe dan genotipe, merupakan informasi dasar bagi
upaya perbaikan suatu karakter tanaman melalui seleksi atau kegiatan pemuliaan
lainnya. Dikemukakan bahwa penampilan fenotipik suatu karakter tanaman
merupakan bagian dari faktor genetik, lingkungan, dan interaksi antara faktor
genetik dan lingkungan (Falconer dan Mackay, 1996).
Identifikasi karakter morfofisiologi akar beberapa hasil persilangan (F1)
jagung yang di tanam pada dua media tanam dalam rhizotron dilakukan dengan
tujuan menyeleksi karakter morfofisiologi akar dan menduga parameter genetik
karakter morfofisiologi akar sebagai informasi tahap seleksi selanjutnya.
Tujuan Penelitian
Untuk menyeleksi karakter morfofisiologi akar dan menduga parameter
genetik karakter morfofisiologi akar dari beberapa hasil persilangan (F1) tanaman
jagung (Zea mays L.) untuk tahap seleksi selanjutnya.
Hipotesis Penelitian
Ada pengaruh media tanam, populasi F1 serta interaksi antara media
tanam dan populasi F1 terhadap karakter morfofisiologi akar di dalam rhizotron.
Kegunaan Penulisan
Sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana di Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan serta sebagai sumber informasi bagi
pihak yang membutuhkan.
Universitas Sumatera Utara
Download