48 BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Perhitungan Komponen Z-Score Uraian pada bab sebelumnya telah dijelaskan bahwa model Altman (Z-Score) yang telah dikemukakan oleh Altman untuk negara-negara berkembang seperti Indonesia adalah : Z-Score = 0,717 X1 + 0,847 X2 + 3,107 X3 + 0,420 X4 + 0,998 X5 Keterangan : X1 = Working capital to total asset = Aktiva Lancar – Hutang Lancar Total Aktiva Laba Yang Ditahan X2 = Retained earning to total asset = Total Aktiva X3 = Earning before interest and tax to total asset = Laba Sebelum Bunga dan pajak Total Aktiva Nilai Buku Ekuitas X4 = Book value of equity to book value of debt = Nilai Buku Total Hutang X5 = Sales to total asset = Penjualan Total Aktiva 48 49 Rasio X1 yaitu Working Capital / Total Assets merupakan rasio yang mendeteksi likuiditas dari total aktiva dan posisi modal kerja (neto). Dimana modal kerja (Working Capital) diperoleh dari selisih antara aktiva lancar dengan utang lancar. Jika dikaitkan dengan indikator-indikator kebangkrutan dapat digunakan untuk mendeteksi adanya masalah pada tingkat likuiditas perusahaan. Rasio X2 yaitu retained earning / total assets. Rasio X2 akan mengukur besarnya kemampuan suatu perusahaan dalam memperoleh suatu keuntungan, ditinjau dari kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dibandingkan dengan kecepatan perputaran operating assets sebagai ukuran efesiensi usaha. Manajemen suatu perusahaan sangat berkepentingan untuk dapat melihat rasio ini, karena sekaligus akan terlihat tingkat efesiensi usaha dan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan hasil penjualannya. Rasio X3 yaitu Earning before Interest and Taxes / Total Assets merupakan rasio profitabilitas yang mendeteksi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan, sering disebut juga Earning Power of Investment atau Rate of Return on Total Assets atau Rentabilitas Ekonomis, merupakan rasio yang mengukur kemampuan dari modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan bagi semua investor termasuk pemegang saham dan obligasi. Rasio X4 yaitu Book value of Equity / Book value of Total Debt yang melambangkan solvabilitas (leverage) atau kemampuan financial jangka panjang dari suatu perusahaan. Untuk rasio X4 sering juga digunakan dalam 50 bentuk persamaan Net Worth / Total Debt. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan kepada setiap hutangnya melalui modalnya sendiri. Rasio X5 yaitu Sales / Total Assets merupakan rasio - rasio yang mengukur aktivitas perusahaan. Rasio ini dapat pula dikatakan sebagai rasio yang mengukur kemampuan modal yang diinvestasikan oleh perusahaan untuk menghasilkan revenue. Nilai Z-Score yang diperoleh maka kondisi keuangan perusahaan dapat diklasifikasikan kedalam tiga kelompok : 1) Apabila nilai Z-Score lebih besar dari 2,90 (Z-Score > 2,90), kondisi perusahaan dalam keadaan sehat. 2) Apabila nilai Z-Score diantara 1,2 sampai 2,90 (1,20 < Z-Score < 2,90), kondisi perusahaan dianggap dalam keadaan rawan bangkrut dan mengalami masalah keuangan yang harus segera ditangani agar tidak mengalami kebangkrutan. 3) Apabila nilai Z-Score lebih kecil dari 1,20 (Z-Score < 1,2 ), maka kondisi perusahaan dalam keadaan bangkrut dan memiliki resiko yang tinggi. Berikut ini adalah tabel perhitungan komponen Z-Score dari tahun 2008 – 2010 : 51 51 1 52 Keterangan : 1. PT. Akasha Wira International Tbk Berdasarkan tabel 4.1 diatas hasil perhitungan Working Capital / Total Assets (X1) PT. Akasha Wira International Tbk pada tahun 2008 adalah negatif, hal ini dikarenakan current liability Rp115.217.000.000,00 lebih besar dari current asset Rp59.208.000.000,00 yaitu selisihnya sebesar Rp56.009.000.000,00. Pada tahun 2009 terjadi penurunan hutang lancar dan aktiva lancar yang lebih besar dari hutang lancar sehingga hasil perhitungan Working Capital / Total Assets mengalami kenaikan menjadi 0,2089 dari tahun sebelumnya yaitu – 0,3027. Hasil perhitungan retained earning / total assets (X2) PT. Akasha Wira International Tbk dari tahun 2008 – 2010 adalah negatif, hal ini dikarenakan tiga(3) tahun berturut-turut tahun 2008 - 2010 laba ditahan selalu negatif dan kemudian dibandingkan dengan total aktiva. Walaupun pada tahun 2010 PT. Akasha Wira International Tbk mengalami kenaikan signifikan total aktiva dari tahun sebelumnya dari Rp178.287.000.000,00 menjadi Rp324.493.000.000,00 hal ini tidak terlalu mempengaruhi hasil negatif perhitungan X2, tetapi hanya terjadi kenaikan nilai X2 sebesar 1,4288. Nilai negatif X3 pada tahun 2008 dikarenakan EBIT PT. Akasha Wira International Tbk adalah negatif Rp183.970.000,00 dibanding dengan total aktiva sebesar RpRp185.015.000,00 hasilnya adalah -0,9944. 2. PT. Cahaya Kalbar Tbk 53 Berdasarkan tabel 4.1 diatas hasil perhitungan Working Capital / Total Assets (X1) PT. Cahaya Kalbar Tbk dari tahun 2008 sampai dengan 2010 semakin menurun dikarenakan variabel – variabel pembentuknya juga menurun. Hasil perhitungan retained earning / total assets (X2) PT. Cahaya Kalbar Tbk tahun 2008 adalah negatif, hal ini dikarenakan pada tahun 2008 laba di tahan sebesar negatif Rp6.692.878.807,- akan tetapi pada tahun 2009 laba ditahan naik drastis sebesar positif Rp42.800.250.667 dan Rp50.049.811.157,- pada tahun 2010. Hasil perhitungan EBIT / total aktiva (X3) PT. Cahaya Kalbar Tbk tahun 2009 meningkat dikarenakan EBIT pada tahun 2009 meningkat yaitu sebesar Rp94.032.510.391,- dan menurun pada tahun 2010 yaitu Rp57.095.908.815,Hasil perhitungan Penjualan / Total aktiva (X5) PT. Cahaya Kalbar Tbk tahun 2008 – 2010 semakin menurun dikarenakan penjualan dari tahun 2008 sampai 2010 menurun terus. 3. PT. Delta Djakarta Tbk Berdasarkan tabel 4.1 diatas dari tahun 2008 – 2010 hasil perhitungan komponen – komponen pembentuk X1 sampai dengan X5 PT. Deltha Djakarta Tbk semakin membaik. 4. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Berdasarkan tabel 4.1 diatas hasil perhitungan Working Capital / Total Assets (X1) PT. Indofood Sukses Makmur Tbk pada tahun 2008 54 adalah negatif, hal Rp16.262.161.000.000,00 ini dikarenakan lebih Rp14.598.422.000.000,00 besar yaitu current dari current selisihnya liability asset sebesar Rp1.663.739.000.000,00. Untuk tahun 2009 dan 2010 ada kenaikan dikarenakan aktiva lancar dan total aktiva meningkat. Hasil perhitungan Sales/total assets (X5) PT. Indofood Sukses Makmur Tbk dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 semakin menurun, hal ini dikarenakan penjualan pada tahun 2008 menurun dan pada tahun 2010 walaupun penjualan naik kembali akan tetapi tidak sebanding dengan kenaikan total aktiva yang naik sebesar Rp6.893.002.000.000,- dari tahun sebelumnya. 5. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk Berdasarkan tabel 4.1 diatas hasil perhitungan Working Capital / Total Assets (X1) PT. Multi Bintang Indonesia Tbk pada tahun 2008 2010 adalah negatif, ini disebabkan hutang lancar yang lebih besar dibandingkan aktiva lancarnya. Pada tahun 2009 hutang perusahaan meningkat drastis sehingga variabel X1 adalah negatif 0,2926 dibandingkan tahun 2008 sebesar negatif 0,0386 dan 2010 sebesar negatif 0,0306. Laba di tahun 2009 hanya sebesar Rp82.339.000.000,- dibandingkan tahun 2008 sebesar Rp321.306.000.000,- dan tahun 2010 Rp448.349.000.000,- sehingga pada tahun 2008 hasil perhitungan Retained Earning/total asset (X2) hanya sebesar 0,0829. 55 Hasil perhitungan EBIT/Total Asset (X3) dari tahun 2008 – 2010 makin meningkat terus sedangkan untuk perhitungan nilai buku Ekuitas/nilai buku hutang (X4) tahun 2009 hanya sebesar 0,1185 dikarenakan ekuitas yang rendah dibandingkan dengan tahun 2008 atau 2010. Hasil perhitungan Sales / total assets (X5) PT. Multi Bintang Indonesia Tbk dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2010 cenderung stabil. 6. PT. Mayora Indah Tbk Berdasarkan tabel 4.1 diatas dari tahun 2008 – 2010 hasil perhitungan komponen – komponen pembentuk X1 sampai dengan X5 PT. Mayora Indah Tbk semakin membaik tiap tahunnya. 7. PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk Walaupun total aktiva PT. Prasidha Aneka Niaga dari tahun 2008 – 2010 terus mengalami kenaikan, akan tetapi nilai hasil perhitungan Working Capital / Total Assets (X1) semakin menurun. Hal ini disebabkan karena kenaikan hutang lancar yang tidak diimbangi dengan kenaikan aktiva lancar. Hasil perhitungan retained earning / total assets (X2) PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk dari tahun 2008 – 2010 adalah negatif, hal ini dikarenakan tiga(3) tahun berturut-turut tahun 2008 - 2010 laba ditahan selalu negatif. Akan tetapi hasil perhitungan X2 terus mengalami kenaikan, 56 dikarenakan dari tahun 2008 – 2010 total aktiva perusahaan terus mengalami kenaikan dan laba di tahan membaik. Hasil perhitungan EBIT/Total Asset (X3), Book Value Equity to Book Value of Debt (X4) dan Hasil perhitungan Sales / total assets (X5) PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk dari tahun 2008 – 2010 relatif stabil. 8. PT. Siantar Top Tbk Berdasarkan tabel 4.1 diatas dari tahun 2008 – 2010 hasil perhitungan komponen – komponen pembentuk X1 sampai dengan X5 PT. Siantar Top Tbk relatif stabil. Tidak menunjukkan hasil perhitungan yang negatif. Akan tetapi hasil perhitungan masing – masing komponen Z-Score tidak menunjukkan nilai Z-Score yang baik. 9. PT. Sekar Laut Tbk Berdasarkan tabel 4.1 diatas hasil perhitungan Working Capital / Total Assets (X1) PT. Sekar Laut Tbk pada tahun 2008 - 2010 menunjukkan modal kerja perusahaan adalah seperlima dari total aktiva. Pada tahun 2008 sebesar 0,2071, tahun 2009 sebesar 0,2110 dan tahun 2010 sebesar 0,2278. 10. PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Tbk Berdasarkan tabel 4.1 diatas hasil perhitungan Working Capital / Total Assets (X1) PT. Ultrajaya Milk Industry and trading Tbk pada tahun 2008 - 2010 menunjukkan modal kerja perusahaan adalah seperlima dari total aktiva. Pada tahun 2008 sebesar 0,2187, tahun 2009 sebesar 0,2476 dan tahun 2010 sebesar 0,2382. 57 Perhitungan komponen Z-Score X2 sampai dengan X5 PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Tbk menunjukkan hal yang wajar dan tidak negatif. B. Analisis Z-Score untuk Memprediksi Kebangkrutan Berikut ini adalah tabel Z-Score masing-masing perusahaan, yang didasarkan pada laporan keuangan yang tersedia di BEI yang sudah diolah. Untuk memudahkan analisis, berikut ini disajikan rangkuman hasil perhitungan Z-Score masing-masing perusahaan selama 3 tahun dari tahun 2008 – 2010. Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Z-Score pada 10 Perusahaan Makanan dan Minuman yang terdaftar di BEI pada Tahun 2008 – 2010. No. Perusahaan 2008 2009 2010 1. PT. Akasha Wira International Tbk -4,930 B - 1.011 B 0.045 B 2. PT. Cahaya Kalbar Tbk 4,229 S 3.528 S 1.558 RB 3. PT. Delta Djakarta Tbk 3,738 S 4.999 S 5,780 S 4. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk 1,492 RB 1.705 RB 1.877 RB 5. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk 2,953 S 2.931 S 3.136 S 6. PT. Mayora Indah Tbk 2,464 RB 2.968 S 3.086 S 7. PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk 1,710 RB 1.299 RB 1.795 RB 8. PT. Siantar Top Tbk 2,017 RB 3.11 S 2.894 RB 9. PT. Sekar Laut Tbk 2,312 RB 2.48 RB 2.606 RB 10. PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company Tbk 2,501 RB 2.549 RB 2.525 RB Sumber : Data diolah 58 Keterangan : B : Bangkrut jika Z Score <1.2 RB : Rawan Bangkrut jika 1.2<Z Score<2.9 S : Sehat jika Z Score >2.9 Berdasarkan titik cut off model Altman (Z-Score) maka skor 2.90 merupakan ambang batas untuk perusahaan sehat/tidak bangkrut. Jadi perusahaan yang mempunyai skor diatas 2.90 dapat dikatakan sebagai perusahaan sehat/tidak bangkrut. Sedangkan perusahaan yang mempunyai skor dibawah dibawah 1.20 akan diklasifikasikan sebagai perusahaan yang berpotensi bangkrut. Kemudian skor antara 1.20 dan 2.90 diklasifikasikan sebagai perusahaan pada daerah grey area (daerah kelabu atau daerah rawan). Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa tiga tahun penelitian 2008 – 2010, hanya pada PT. Akasha Wira International Tbk yang mempunyai nilai Z-Score berturut – turut dibawah 1.2, sehingga dikatakan perusahaan dalam keadaan bangkrut, sementara itu ada empat perusahaan yang dalam tahun penelitian berturut –turut mempunyai nilai Z-Score lebih dari 2.9 sehingga dikategorikan perusahaan sehat yaitu PT. Cahaya Kalbar Tbk, PT. Deltha Djakarta Tbk, PT. Multi Bintang Indonesia Tbk dan PT. Mayora Indah Tbk. Berikut ini adalah analisis tiap perusahaan dan tindakan yang harus dilakukan perusahaan agar perusahaan dalam keadaan sehat/tidak bangkrut : 1. PT. Akasha Wira International Tbk. 59 Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa selama tahun penelitian 2008 – 2010, hanya PT. Akasha Wira International Tbk yang mempunyai nilai Z-Score negatif, sehingga dapat dikatakan perusahaan dalam keadaaan bangkrut. Hal ini disebabkan salah satunya karena membengkaknya hutang perusahaan, baik hutang lancar maupun hutang jangka panjang. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tersebut banyak mengandalkan pinjaman tanpa disertai tindakan antisipatif. Jadi untuk masa yang akan datang perusahaan harus merencanakan jatuh tempo kewajibannya dan mempertimbangkan tingkat suku bunganya sehingga perusahaan tidak mengalami masalah pada saat kewajiban yang harus dibayar. Sedangkan untuk pinjaman luar negeri sebaiknya perusahaan membatasi (hedging) pinjaman valuta asingnya sehingga pinjaman tersebut terhindar dari dampak negatif fluktuasi nilai tukar rupiah perusahaan juga harus lebih bijaksana dalam mengelola hutang-hutangnya. Dan para manajer keuangan beserta auditor dapat mengontrol proses penjualan dan total aktiva, diharapkan dengan terus meningkatkan penjualan dan total aktiva lambat laun perusahaan akan berada pada posisi sehat. 2. PT. Cahaya Kalbar Tbk Berdasarkan tabel diatas, dari hasil perhitungan Z-Score tahun 2008 dan 2009 perusahaan dalam kategori sehat. Akan tetapi pada tahun 2010 PT. Cahaya Kalbar Tbk mengalami penurunan Z-Score, tetapi masih diklasifikasikan dalm kelompok tidak bangkrut. hal ini disebabkan salah satunya adalah penjualan pada tahun 2010 mengalami penurunan dan 60 turunnya EBIT pada tahun 2010. Jadi untuk masa yang akan datang perusahaan perlu menerapkan inovasi dalam meningkatkan penjualan dan penetrasi pasar yang lebih baik lagi agar penjualan terus meningkat. Untuk itu diperlukan kecakapan manajemen dalam mengantisipasi perubahan pasar. 3. PT. Deltha Djakarta Tbk Berdasarkan tabel diatas nilai Z-Score PT. Deltha Djakarta Tbk menunjukkan peningkatan tiap tahunnya. Di tahun 2010 kinerja perusahaan semakin meningkat, hal ini disebabkan meningkatnya semua komponen Z-Score. 4. PT. Indofood Sukses Makmur Tbk Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa selama tahun penelitian 2008 – 2010, PT. Indofood Sukses Makmur Tbk mempunyai nilai Z-Score kurang dari 2,9, sehingga dapat dikatakan perusahaan dalam keadaaan rawan bangkrut. Hal ini disebabkan karena membengkaknya hutang perusahaan dan rendahnya nilai laba sebelum bunga dan pajak (EBIT). Nilai laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) ini berhubungan dengan komponen X3, penurunan nilai EBIT dipengaruhi oleh piutang dagang yang meningkat, rugi terus menerus dalam beberapa kuartal, persediaan meningkat tetapi penjualan menurun, terlambatnya hasil penagihan piutang, kredibilitas perusahaan menurun, serta kesediaan memberikan kredit pada konsumen yang tidak dapat membayar pada waktu yang ditetapkan. 61 5. PT. Multi Bintang Indonesia Tbk Berdasarkan tabel diatas nilai Z-Score PT. Multi Bintang Indonesia Tbk menunjukkan peningkatan tiap tahunnya. Di tahun 2010 kinerja perusahaan semakin meningkat, hal ini disebabkan meningkatnya semua komponen Z-Score. 6. PT. Mayora Indah Tbk Berdasarkan tabel diatas nilai Z-Score PT. Mayora Indah Tbk menunjukkan peningkatan tiap tahunnya dan termasuk dalam kategori perusahaan sehat. Walaupun pada tahun 2008 nilai Z-Score kurang dari 2,9 akan tetapi ditahun-tahun berikutnya nilai komponen – komponen ZScore semakin kearah yang lebih baik sehingga untuk tahun 2009 dan 2010 nilai Z-Score mencapai lebih dari 2,9. 7. PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa selama tahun penelitian 2008 – 2010, PT. Prasidha Aneka Niaga Tbk mempunyai nilai Z-Score kurang dari 2,9, sehingga dapat dikatakan perusahaan dalam keadaaan rawan bangkrut. Hal ini disebabkan salah satunya karena laba ditahan tahun 2008 – 2010 adalah negatif. Nilai laba ditahan berhubungan dengan komponen X2 penurunan nilai laba biasanya dipengaruhi oleh profitabilitas kumulatif terhadap panjangnya waktu, maka ini mengisyaratkan bahwa semakin muda suatu perusahaan, semakin besar kemungkinan untuk bangkrut. Untuk masa yang akan datang perusahaan harus meningkatkan laba ditahan agar perusahaan dalam kondisi sehat di masa yang akan datang. 62 8. PT. Siantar Top Tbk Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pada tahun 2008 dan 2010, PT. Siantar Top Tbk mempunyai nilai Z-Score kurang dari 2,9, sehingga dapat dikatakan perusahaan dalam keadaaan rawan bangkrut. Hal ini disebabkan salah satunya karena pada tahun tersebut rendahnya nilai laba sebelum bunga dan pajak (EBIT). Hal ini menunjukkan kinerja yang relatif berfluktuasi yang ditujukan dengan selalu berada pada posisi rawan bangkrut. Waktu berjalannya perusahaan beroperasi, memiliki modal yang cukup untuk mengantisipasi kesulitan perputaran keuangan. 9. PT. Sekar Laut Tbk Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa selama tahun penelitian 2008 – 2010, PT. Sekar Laut Tbk mempunyai nilai Z-Score kurang dari 2,9, ini menunjukkan kinerja perusahaan yang kurang baik sehingga dapat dikatakan perusahaan dalam keadaaan rawan bangkrut. Hal ini disebabkan salah satunya karena nilai laba ditahan kurang baik dan pembelian kredit yang kurang bagus, untuk masa yang akan datang perusahaan jangan terlalu lunak dalam memberikan syarat – syarat kredit kepada perusahaan afiliasinya, memaksimalkan penagihan piutang perusahaan. 10. PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Tbk Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa selama tahun penelitian 2008 – 2010, PT. Ultra Jaya Milk Industry and Trading Tbk mempunyai nilai ZScore kurang dari 2,9, sehingga dapat dikatakan perusahaan dalam keadaaan rawan bangkrut. Hal ini disebabkan salah satunya karena 63 membengkaknya hutang perusahaan, baik hutang lancar maupun hutang jangka panjang. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tersebut banyak mengandalkan pinjaman tanpa disertai tindakan antisipatif dan ketidakmampuan manajemen dalam mengendalikan biaya. Untuk masa yang akan datang perusahaan perlu melakukan anggaran dan pengendalian biaya agar tidak terjadi varian yang inefesien.