Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Syiah Kuala Volume 2, Nomor 2, Maret 2017, hal. 56 - 66. KUNTRIBUSI MAULANA JAELANI MUSA DALAM MENGEMBANGKAN TAREKATNAQSYABANDIYAH DI KLUET UTARA (1957-1983) Fajar Ilham1, Husaini2, Teuku Abdullah3 Program Studi Pendidikan Sejarah, Fakulatas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Syiah Kuala Email: [email protected] [email protected] [email protected] ABSTRACT Corresponding to the title "Maulana Jaelani Musa’s Contribution in Developing Naqshbandi in North Kluet, 1957-1983", the purpose of this study is (1) to know the biography of Jaelani Musa, (2) To find out how Jaelani Musa’s efforts in developing Naqshbandi in North Kluet between 1957-1983, and (3) to find out the obstacles experienced by Jaelani Musa in developing Naqshbandiin North Kluet. The author uses historical research method or so-called historical method, which consists of five steps which aretopic selection, heuristics,verification, interpretation and historiography. Data collection was acquired by research documentationstudies, library research and interviews. Based on the results, study showed that: (1) Maulana Jaelani Musa was a Muslim scholar from NorthKluet. Maulana Jaelani Musa was born in 1910. Later in his life he waseducated in Dayah Darussalam,Labuhan Haji. (2) The Naqshbandi spread in North Kluetwas brought directly by Maulana Jaelani Musa, which he obtained from his teacher Tengku Haji Muhammad Waly al-Khalidy of Dayah Darussalam in Labuhan Haji, South Aceh. To establish Naqshbandi in Kluet withsulukactivity. (3) In developing Naqshbandi in North Kluet, Maulana Jaelani Musa was the first Muslim scholar to bring Naqshbandi in North Kluet after studying in Dayah Darussalam,Labuhan Haji Kata Kunci : Contribution, Jaelani Musa, Naqshbandi, Kluet. ABSTRAK Sesuai dengan judul yang diangkat yaitu “Kontribusi Jaelani Musa dalam mengembangkan thariqat Naqsyabandiyah di Kluet Utara, 1957-1983” maka tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui bagaimana riwayat hidup Jaelani Musa, (2) Untuk mengetahui bagaimana upaya Jaelani Musa dalam mengembangkan thariqat Naqsyabandiyah di Kluet Utara antara tahun 1957-1983, dan (3) untuk mengetahui apa saja yang menjadi hambatan Jaelani Musa dalam mengembangkan thariqat Naqsyabandiyah di Kluet Utara. Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian sejarah atau disebut metode sejarah, yang terdiri dari lima langkah kerja yaitu Pemilihan topik, heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Dalam pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian studi dokumentasi, studi kepustakaan, wawancara. Berdasarkan dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa: (1) Maulana Jaelani Musa merupakan tokoh ulama dari Kluet Utara. Maulana Jaelani Musa dilahirkan pada tahun 1910. 1 Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah FKIP Unsyiah. Dosen Pembimbing I. 3 Dosen Pembimbing II. 2 56 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Syiah Kuala Volume 2, Nomor 2, Maret 2017, hal. 56 - 66. Kemudian dalam hidupnya dia seorang yang berpendidikan yang pernah belajar di Dayah Darussalam Labuhan Haji. (2) Thariqat Naqsyabandiyah yang sekarang tersebar di Kluet Utara adalah thariqat yang dibawa langsung oleh Maulana Jaelani Musa, yang dia peroleh dari gurunya Tengku Haji Muhammad Waly al-Khalidy dari Dayah Darussalam Labuhan Haji, Aceh Selatan. Dalam rangka megembangkan thariqat Naqsyabandiyah di Kluet dengan aktivitas suluk.. (3) Dalam mengembangkan thariqat Naqsyabandiyah di Kluet Utara, Maulana Jaelani Musa adalah tokoh ulama pertama yang membawa tarikat thariqat Naqsyabandiyah di Kluet Utara setelah belajar di Dayah Darussalam Labuhan Haji. Kata Kunci : Kontribusi, Jaelani Musa, Thariqat Naqsyabandiyah, Kluet. 207).Sementaramenurut Abubakar, tarekat itu ialah jalan atau petunjuk dalam menunggangi hawa nafsu yang ada pada diri manusia masing-masing. Untuk menundukkan hawa nafsu seorang salik terlebih dahulu melakukan ibadah yang dicontohkan oleh Nabi dan dikerjakan oleh sahabat, tabi’in, turun-temurun sampai guru tarekat yang dinamakan Mursyid yang mengajar muridnya sesudah mendapat ijazah dari gurunya (Abubakar, 1985: 69). Berdasarkanstudi awal yang peneliti lakukan pada bulan 1 Januari 2015 dengan melakukan pengamatan dan wawancara didayahDarussaadahbahwa,tarekat Naqsyabandiyah yang berkembang di Aceh Selatan bersumber pada dayah Darussalam di Labuhan Haji yang dipimpin oleh Syeikh Haji Muhammad Wali al-Khalidy. Dayah yang didirikan oleh Syeikh Haji Muhammad Wali al-Khalidy mempunyai pengaruh sampai ke Kluet Utara, karena Maulana Jaelani Musa ialah Mursyid tarekat Naqsyabandiyah (Razali : 2013). Mengenai geografis, Kluet Utara adalah Kecamatan yang terletak di Kabupaten Aceh Selatan. yang memiliki beragam suku, yaitu suku Kluet, Aneuk Jame dan Aceh. Ketiga suku tersebut berdomisili di Kecamatan Kluet Utara. Adapun sejarah pengambilan kata Kluet bermula dari kata khalwat (dalam PENDAHULUAN Latar Belakang Pendidikan keagamaan di Indonesia telah lama berlangsung bersamaan dengan terbentuknya pusat-pusat penyebaran Islam. Tarekat yang berkembang luas di Indonesia salah satunya Naqsyabandiyah. Sementara di Provinsi Aceh tarekat Naqsyabandiyah dikembangkan oleh Syeikh Haji Muhammad Wali al-Khalidy di dayah Darussalam (Shaleh Putuhena, 2007: 364). Adapun mengenai ajaran tarekat Naqsyabandiyah, diperlukan uraian tentang tasawuf, karena tarekat adalah bagian dari tasawuf, jika dalam kaidah kata tasawuf secara bahasa terambil dari kata “safa” yang berarti bersih, dan jika secara istilah sudah diuraikan oleh Sayyid Nur bin Sayyid Ali, ialah “ metode pendidikan spiritual untuk memperkokoh keimanan, mencapai derajat ihsan, menyucikan jiwa dan memperbaiki hati” (Ahmad Dimyati, 2016: 20). Adapunmengenai sejarahtarekatNaqsyabandiyah, sebagaimana yang dikatakan Harun Nasution, bahwa perkembangannya tasawuf beralih pada tarekat melalui peran sufi, timbulnya tarekat ini memakai tempat kegiatan yang disebut ribat, yaitu tempat murid-murid berkumpul belajar dari Syekhnya(Sholihin, 2008: 57 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Syiah Kuala Volume 2, Nomor 2, Maret 2017, hal. 56 - 66. bahasa Arab), yang artinya menyendiri diri dari keramaian. Sementara ditinjau dari segi sosial, suku Kluet hidup berkelompok dan terpusat pada satu wilayah. Mengenai ajaran tarekat Naqsyabandiyah di Kleut Utara bukanlah hal yang asing lagi bagi masyarakat yang berdomisili di kawasan tersebut. Sebagaimana yang penulis ketahui bahwa, jauh sebelum tarekat Naqsyabandiyah hadir di Kluet Utara, praktek suluk (dalam bahasa Kluet “kaluet”), sudah dikenal di kalangan masyarakat Kluet. Perbedaannya,tarekatNaqsyabandiyahdipim pin oleh seorang Mursyid, sementara “kaluet” yaitu mengasingkan diri dari masyarakat untuk meditasi tanpa ada seorang Mursyid (Wawancara: Ali Hasyim,20 Juni 2015). Kecamatan Kleut Utara tercatat nama seorang mursyid yang memiliki peranan penting dalam perkembangan tarekat Naqsyabandiayah. Kontribusi Maulana Jaelani Musa terhadap tarekat Naqsyabandiayah tumbuh dan berkembang di beberapa Kecamatan, di antaranya: Kecamatan Pasi Raja, Kleut Timur, Kluet Barat, Kluet Selatan. Dalam peninggalan sejarah aliran tarekat Naqsyabandiayah yang di ajarkan oleh Maulana Jaelani Musa dapat diketahui dengan dayah Darurrahmah yang dipimpin oleh Hasbi Nyak’diwa, yaitu murid dari Maulana Jaelani Musa (Wawancara: Hasbi Nyak’diwa, 28 Juni 2015). Adapun kontribusi Maulana Jaelani Musa bagi masyarakat Kluet Utara ialah Maulana Jaelani Musa telah mendirikan dayah Darussaadah pada tahun 1957 dan dayah Darussaadah, telah melahirkan muridmurid yang mengamalkan tarekat Naqsyabandiayahseperti Tgk. H. Sulaiman Amani, Tgk. Moh. Daud Al Yusufy, dan Tgk. H, M. Hasbi Nya'diwa. Dayah Darussaadah inimengajari amalan-amalan suluk. Pengajian suluk yang dipraktekkan di dayah Darussaadah meliputi segala aspek ajaran yang ada di dalam agama Islam. Maulana Jaelani Musadilahirkan pada tahun 1910 dan wafat pada tahun 1983. Setelah Maulana Jaelani Musa wafat, muridmuridnya menjadi generasi penerus tarekat Naqsyabandiyah (Wawancara: Hafni, 5 Oktober 2014). Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka masalah yang timbul adalah sejauh mana peran Maulana Jaelani Musa dalam mengembangkan tarekat Naqsyabandiyah di Kluet Utara. Untuk mengetahui jawaban dari permasalahan tersebut, maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan judul: “Kontribusi Maulana Jaelani Musa dalam Mengembangkan Tarekat Naqsyabandiyah di Kluet Utara (19571983)”. METODE PENELITIAN Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. (Maleong, 2007:6). Metode kualitatif adalah proses penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan. Penelitian ini adalah penelitian sejarah dengan menggunakan metode sejarah. Menurut Louis Gottschalk, metode sejarah ialah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau. Rekonstruksi yang imajinatif dari pada masa lampau berdasarkan data yang diperoleh dengan menempuh proses itu 58 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Syiah Kuala Volume 2, Nomor 2, Maret 2017, hal. 56 - 66. disebut historiografi (penulisan sejarah) yang sering dipersatukan dengan nama metode sejarah (Nugroho Notosusanto, 2008:39). Agar penulisan ini mendekati objektivitas maka perumusan tersebut menggunakan metode sejarah yang dikemukakan oleh Kuntowijoyo (2003: 89) yang terdiri beberapa langkah yaitu sebagai berikut: Kritik sumber dilakukan secara ekstern dan intern, baik terhadap sumber-sumber hasil wawancara di lapangan maupun sumbersumber tertulis yang diperoleh dari kepustakaan. Hal ini semua dilakukan untuk mendapatkan sumber yang otentik (dapat dipercaya kebenarannya). d. Interpretasi atau Penafsiran Untuk mengubah seluruh sumber data menjadi sejumlah fakta yang terkandung dalam beberapa dokumen maka perlu dilakukan analisis. Kegiatan ini untuk menyaring berbagai variabel data guna memperoleh fakta yang lebih mendekati kebenaran tentangkontribusi Maulana Jaelani Musa dalam mengembangkan tarekat Naqsyabandiyah di Kluet Utara 1957-1983. a. Pemilihan Topik Penelitian ini berjudul “Kontribusi Maulana Jaelani Musa Dalam Mengembangkan Tarekat Naqsyabandiyah di Kluet Utara 1957-1983” dipilih dan ditentukan sebagai masalah pokok untuk diteliti, karena topik ini menarik. Hal ini didasari pada observasi awal bahwa ternyata Maulana Jaelani Musa ialah Mursyid sekaligus Ulama yang sangat berperan dalam mengembangkan tarekat Naqsyabandiyah di Kluet Utara. b. Heuristik atau Pengumpulan Sumber Merupakan cara atau teknik yang dilakukan dalam penelitian untuk menemukan, mengklasifikasikan dan mengumpulkan sumber-sumber primer dan sekunder. Untuk mengumpulkan sumber data dalam penelitian ini, peneliti menerapkan model penelitian lapangan, dokumentasi dan penelitian kepustakaan (Rusydi Sulaiman, 2014:95). e. Historiografi atau Penulisan Sejarah Langkah terakhir dalam penelitian ini adalah menyusun seluruh fakta tentang sejarah kontribusi Maulana Jaelani Musa dalam mengembangkan tarekat Naqsyabandiyah di Kluet Utara yang telah berhasil dikumpulkan menjadi sebuah karya tulis ilmiah. Penyusunan fakta-fakta tersebut dilakukan secara sistematis dan terarah sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditentukan sebelumnya, sehingga menjadi sebuah kisah sejarah ilmiah yang mudah dipahami dan menarik untuk dibaca. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini beralokasi di Kabupaten Aceh Selatan Kecamatan Kluet Utara, peneliti membatasi lokasi penelitiannya di Kecamatan Kluet Utara tepatnya di Kota Fajar. Pemilihan ini dilakukan sesuai dengan observasi awal yang sudah dilakukan bahwa kecamatan c. Verifikasi atau Kritik Sumber Untuk menemukan data-data yang tepercaya tentang kontribusi Maulana Jaelani Musa dalam mengembangkan tarekat Naqsyabandiyah di Kluet Utara, maka seluruh sumber yang telah berhasil dikumpulkan sebelumnya peneliti uji kebenarannya secara kritis dan menyeluruh. 59 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Syiah Kuala Volume 2, Nomor 2, Maret 2017, hal. 56 - 66. tersebut merupakan tempat yang pernah mengajarkan tarekat Naqsyabandiyah. Untuk kelanjutan penelitian ini akan dilakukan sampai bulan Januari 2015. sumber dengan hanya mengambil keterangan yang benar-benar terkait dengan permasalahan yang akan diteliti. Langkah selanjutnya adalah peneliti memberikan penafsiran dengan teknik deskripsi, narasi dan analisis hal ini dilakukan untuk memperoleh fakta yang dapat dipercaya sesuai dengan objek yang diteliti. Setelah fakta-fakta diperoleh kemudian langkah selanjutnya ialah menuangkan fakta-fakta tersebut dalam bentuk cerita sejarah (Historiografi). Dalam setiap pembahasan peneliti memberikan penjelasan untuk menjelaskan hubungan pertanyaanpertanyaan mengenai fenomena yang ada. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini dikumpulkan dua sumber yaitu, sumber data primer dan data sekunder (Rusydi Sulaiman, 2014:95). Agar memudahkan proses pengumpulan data, diterapkan teknik pengumpulan data: 1) Studi Dokumentasi yaitu, salah satu cara dalam mengumpulkan data melalui melihat dan menulis arsip-arsip data yang diperoleh. 2) Wawancara yaitu, dilakukan terhadap Tengku tiga orang, Mursyid dua orang, Khalifah satu orang, Munafiz dua orang, Geuchik satu orang, dan beberapa anggota thariqat. 3) Studi Kepustakaan, pada tahap ini peneliti mengumpulkan berbagai literatur, yang dianggap mempunyai korelasi langsung atau tidak langsung dengan masalah yang diteliti baik berupa sumber-sumber data tertulis dari berbagai literatur yang ada, terutama yang menyangkut tentang pokok permasalahan yang diteliti tentang tarekat Naqsyabandiyah. HASIL DAN PEMBAHASAN Letak Geografi Kecamatan Kluet Utara Secara administratif Kecamatan Kluet Utara termasuk dalam Kabupaten Aceh Selatan. Secara geografis Kecamatan Kluet Utara terletak antara: Sebelah Utara berbatasan dengan Pasi Raja. Sebelah Timur berbatasan dengan Kleut Timur. Sebelah Barat berbatasan dengan Kluet Barat. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kluet Selatan Luas wilayah Kecamatan Kluet Utara meliputi 128,00 km2 yang terdiri atas dataran rendah dan pantai dan sebagian besar adalah dataran tinggi. Kecamatan Kluet Utara terdiri dari 3 mukim yaitu Mukim, Kuala Ba’U dan Mukim Asahan, dan 21 gampong, yaitu: Gampong Kedai Padang, Pasie Kuala Baru, Suaq Geringgeng, Simpang Lee, Simpang Empat, Jambo Manyang, Limau Purut, Pulo Kambing, Kampung Raya, Kreung Batu, Gunung Pulo, Pulo Ie, I, Kreung Batee, Pisie Kuala Asahan, Fajar Harapan, Krueng 1. Teknik Analisa Data Untuk mengolah data-data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini, peneliti melakukan teknik metode penelitian sejarah. Setelah sumber primer dan sumber sekunder terkumpul maka peneliti akan melakukan kritik sumber, baik secara intern maupun ekstern tentang keaslian dari sumber data yang telah dikumpulkan. Setelah mendapatkan data, peneliti melakukan kritik 60 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Syiah Kuala Volume 2, Nomor 2, Maret 2017, hal. 56 - 66. Kluet, Alur Mas, Kampung Tinggi, Kampung Ruak, Kota Fajar dan Gampong Pudung (PBS Kecamatan Kluet Utara Dalam Angka, 2015). tokoh masyarakat dalam bidang agama Islam (wawancara: Hafni 26 Juni 2015). 3. Upaya Maulana Jaelani Musa Dalam Mengembangkan Tarekat Naqsyabandiyah di Kluet Utara 19571983 a. Awal Mula Ajaran Tarikat Naqsyabandiyah di Kluet Utara Berdasarkan ajaran dari Muhammad Wali al-Khalidy, Maulana Jaelani Musa menyebarluaskan pengaruh ajaran tarekat Naqsyabandiyah ini pada tahun 1957 mendirikan dayah Darussaadah yaitu tempat masyarakat mengamalkan amalan suluk (khalwat). Antusias masyarakat Kluet terhadap tarekat Naqsyabandiyah tidak terlepas dari karakteristik masyarakat Kluet Utara sebagaimana yang penulis jelaskan di bab satu, yaitu mereka sangat rentan dengan mistis. Adapun yang dimaksud dengan suluk (khalwat), sebagaimana yang dikatakan dalam buku “ Pengantar Ilmu tarekat ” yaitu cara atau jalan yang dilakukan dalam istilah sufi untuk mendekati tuhan dan beroleh ma’rifah dari orang yang melakukan tarekat itu, yang dinamakan salik (Abubakar, 1985:121). Tarekat Naqsyabandiyah yang diajarkan oleh Maulana Jaelani Musa tumbuh dan berkembang, kemudian mempunyai pengikut yang luas di daerah pedesaan, hal ini diketahui karena tarekat Naqsyabandiyah yang diajarkan Maulana Jaelani Musa ini diteruskan oleh muridmuridnya yang memiliki kualitas spiritualnya paling tinggi seperti Tgk. H. Sulaiman Amani, pendiri dayah Nurussa'adah, Tgk. Moh. Daud Al Yusufy, pendiri dayah Madinatuddiniyah Babussa'adah, dan Tgk. H, M. Hasbi 1. Biografi Singkat Maulana Jaelani Musa Maulana Jaelani Musa, merupakan ulama Aceh yang lahir pada tahun 1910 di desa Bakau Kecamatan Labuhan Haji Tengah, Kabupaten Aceh Selatan. Maulana Jaelani Musa merupakan anak pertama dari pasangan Musa dan ibunya Haribah, Musa hanya mempunyai satu putra yaitu Maulana Jailani Musa. Pada tahun 1953 Maulana Jaelani Musa menikah dengan Ansari di karuniai tiga orang putra yaitu: Zubaili Abdul Khadil, Zazuli, dan Muhammad Yamin. Diantara ketiga putra Maulana Jaelani Musa, hanya Muhammad Yamin yang memiliki dayah Rauzatulsaadah di desa Kuala Ba’u dua kilo meter dari dayah Darussaandah (wawancara: Hafni 26 Juni 2015). 2. Pendidikan Mualana Jaelani Musa Putra satu satunya dari pasangan tersebut yang diajarkan ilmu agama Islam di dayah Jamiah Al-Khairiyah Kecamatan Labuhan Haji yang di pimpin oleh Teungku Muhammad Ali. Setelah menamatkan pendidikan yang ditempuh pada dayah yang dipimpin Teungku Muhammad Ali yang berasal Kecamatan Labuhan Haji, kemudian Maulana Jaelani Musa mempelajari tarekat Naqsyabandiyah , bahkan dia sampai diangkat sebagai Mursyid serta menjadi khalifah. Berkat pendidikan dan bimbingan yang tumbuh dengan mekar serta semangat yang tinggi sehingga Maulana Jaelani Musa dapat berhasil menjadi sebagai seorang 61 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Syiah Kuala Volume 2, Nomor 2, Maret 2017, hal. 56 - 66. Nya'diwa dayah Darurrahmah (Wawancara: Zakiamani, 5 Oktober 2015). b. Pemikiran Maulana Jaelani Musa Dalam Mengembangkan Tarekat Naqsyabandiyah di Kluet Utara. Dalam “Qawaid at-Tashawwuf,” Syaikh Ahmat Zaruq menyatakan Khalwat "menyendiri" atau lebih spesifik dari ‘uzlah. Dari segi tujuan dan bentuknya, khalwat adalah i’tikaf. Sementara menurut Ahmad bin Muhammad bin Ajibah al Hasani, dalam kitab “ikazul imam fi syarhir hikam”mengatakan khalwat adalah “kekosongan hati dari makhluk, terhimpunnya keinginan dan cita-cita hanya kepada Sang Pencipta serta kuatnya keteguhan “.Adapun dikalangan sufi diataranya :Al-Ghazali, berpendapat: bahwa berkhalwat itu meneladani Rasulullah Saw yang pernah melakukan khalwat di Goa Hira. Sebelum menerima wahyu pertama di Jabal Saur. Khalwat Rasulullah di Goa Hira adalah tafakkur tentang segala mahluk ciptaan Allah, memohon kepada Allah agar wahyu kembali turun setelah terputus beberap waktu karena Rasulullah saw berjanji menjawab pertanyaan seseorang musrik mengenai hakikat ruh tanpa mengatakan “Insya Allah”. (Abdul Qadir Isa, 2005: 164). Di Kluet Utara pelaksanaan thariqat Naqsyabandiyah pada umumnya di Dayah Darussaadah di gampong Kuta Fajar. Pelaksanaan aktivitas suluk yang dilakukan pada Dayah Darussaadah untuk meluruskan praktek kaluet (meditasi) “masyarakat gampong” di saat belum didirikannya dayah kegiatan suluk dan tawajjuh hanya dilakukan di tempat-tempat tertentu yang tidak diketahui masyarakat. Adapun aktivitas “suluk” (khalwat) yang ada dalam ajaran thariqat Naqsyabandiyah . Maulana Jaelani Musa yang sudah memiliki ijazah tarekat Naqsyabandiyah dari gurunya Muda Waly, dayah ini mengajarkan praktek amalan-amalan suluk (khalwat) secara berkala ada yang mengambil empat puluh hari dan ada yang sepuluh hari, yang dipimpin oleh guru tarekat (Wawancara: Zainal Abidin, 26 Juni 2015). Dalam pelaksanaan Suluk, para salik (orang yang melaksanakan suluk) melaksanakan amalan suluk sesuai dengan mazhab thariqat yang dianutnya. Mereka dipimpin oleh seorang mursyid atau khalifah. Seorang salik harus mempersiapkan fisik dan mentalnya dengan cara memperkuat keinginannya untuk meninggalkan atau melupakan segala kegiatan dunia selama menjalankan aktivitas suluk serta mengingat kematian dengan niat ikhlas melaksanakan suluk karena Allah SWT (Sehat Ihsan Shadiqin, 2008: 156). Adapun praktek suluk yang diajarkan oleh Maulana Jaelani Musa ialah membersihkan jiwa lahir dan batin agar dapat mendekatkan diri kepada Allah dan menyaksikan dalam hakikat. Usaha yang dilakukan oleh Maulana Jaelani Musa untuk mengembangkan aliran tarekat Naqsyabandiyah pada masyarakat Kluet Utara ialah meluruskan praktek “kaluet” yang dalam tarekat Naqsyabandiyah disebut suluk atau khalwat. Dalam hal ini, praktek suluk (khalwat) yang dikembangkan oleh Maulana Jaelani Musa meletakkan empat dasar prinsip dalam melakukan praktek suluk yaitu: 1. Taqwa kepada Allah, baik secara lahir maupun batin, bukan pada mursyidnya 62 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Syiah Kuala Volume 2, Nomor 2, Maret 2017, hal. 56 - 66. 2. Mengikuti jejak sunnah Nabi, baik dalam ucapan maupun tindakan 3. Rihda kepada Allah 4. Ingatlah Allah selalu, baik itu di dalam ribat (tempat khalwat) maupun lepas dari suluk. Empat dasar ini yang meluruskan praktek khalwat terhadap masyarakat Kluet Utara. Peserta suluk yang sudah mampu menerapkan empat prinsip ini di dalam aktivitas sehari-hari mereka, seterusnya Maulana Jaelani Musa mengajarkan muridmuridnya 11 asas dalam thariqat Naqsyabandiyah , sebagaimana asas yang sudah lazim diterapkan oleh para pengikut tarekat Naqsyabandiyah lainnya. Adapun yang diajarkan secara lisan dalam aspek-aspek pemikiran tasawuf yang dikembangkan oleh Maulana Jaelani Musa seperti: 1. Niat. Menurut Maulana Jaelani Musa, hakikat niat itu meniadakan selain yang diniati. Kesempurnaan niat tergantung pada amal yang mengiringinya. 2. Ubudiyah (Penghambaan). Penghambaan adalah kepatuhan terhadap perintah Allah dan menjauhi dari larangan-Nya, menghilangkan berbagai keinginan (syahwat) yang selalu melekat dalam diri manusia. 3. Tha’at. Orang-orang yang dimuliakan Allah dengan sikap ubudiyah (penghambaan) ialah mereka yang melaksanakan tha’at pada setiap dan tidak pernah mengendurkan suatu ketaatan, karena takut akan siksa bagi setiap kelalaian yang dilakukan. 4. Dzikir. Jika seseorang telah membiasakan lisannya untuk berdzikir dan hatinya untuk bersyukur, peliharalah 5. 6. 7. 8. dengan baik-baik dan amalkan secara terus-menerus. Wara’. Mereka yang ahli sopan santun, selalu minta perlindungan diri kepada Allah, sangat berhati-hati dan senantiasa menjauhkan diri dari segala bentuk perilaku dosa itulah ahli wara’. Zuhud. Bersyukur kepada Allah. Pada hakikatnya membersihkan hati dari halhal selain Allah. Tawakkal. Pasrah kepada kehendak Allah bagi orang-orang yang taqwa. Sementara taqwa itu sendiri tidak akan sempurna jika tidak disertai rasa tawakal. Ridha. Apa saja yang sudah menjadi ketentuan Allah. Demikianlah aspek-aspek pemikiran Maulana Jaelani Musa dalam tasawuf yang dikembangkan di Kluet Utara, yang tentunya menjadi khazanah yang tak ternilai harganya bagi yang mau mengambil dan mengamalkannya (wawancara: Hasbi Nya’diwa, 7 Oktober 2014). 5. Aktivitas Maulana Jaelani Musa dalam Bidang Tarekat Naqsyabandiyah Tarekat Naqsyabandiyah yang dikembangkan Maulana Jaelani Musa Secara de facto merupakan buah karyanya dengan mengadakan suluk (khalwat) secara berkala di dayah Darussaadah yang di pimpinnya. Antusias masyarakat untuk mengikuti tarekat Naqsyabandiyah di wilayah tersebut sangat besar, masyarakat secara berbondong-bondong mengikuti suluk dan amalan-amalan lain yang diterapkan dalam tarekat Naqsyabandiyah (Wawancara: Zakiamani, 5 Oktober 2015). 63 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Syiah Kuala Volume 2, Nomor 2, Maret 2017, hal. 56 - 66. yaitu membaca Al-Quran, kitab akhlak, Masailal Muhtadi, kitab Tauhid, Ibadah dan Tarikh (kitab sejarah para Nabi dan Rasul). Pada tingkat dewasa diajarkan berupa fiqh, tasawuf, Nahwu dan Saraf, Hadits, Ushul Fiqh, Bala’gah, Al-Quran/Qiraat dan ilmu Mantiq. Selain dari aktivitas suluk yang di kembangkan Maulana Jaelani Musa ada juga dengan jalan da’wah kepada masyarakat. Selain dari aktivitas dakwah Maulana Jaelani Musa juga akrab dengan masyarakat, keahlian beliau dalam menyesuaikan diri dalam lingkungan masyarakat merupakan suatu metode yang paling mudah untuk menuangkan ajaran Islam (Wawancara: M. Hasbi Nyak’ Diwa, 25 Juli 2016). 6. Dalam Organisasi Selain mendirikan dayah Darussaadah dan dakwah, Maulana Jaelani Musa juga berkecimpung dalam organisasi PERTI (Persatuan Tarbiyah Islamiyah). Pada saat Maulana Jaelani Musa menuntut ilmu di dayah Darussalam. Adapun organisasi PERTI adalah suatu lembaga yang memberikan bantuan kepada dayah agar dapat berkembang. Beberapa anggota PERTI yang lebih muda, seperti Teungku Adnan Mahmud dari Bakongan dan Teungku Maulana Jailani Musa di Kluet Utara, sebagai khalifah yang diangkat oleh gurunya Tengku Syeikh Haji Muhammad Wali al-Khalidy (Kairuddin Zakas, 2013: 89). KESIMPULAN Berdasarkan uraian yang telah penulis jelaskan pada bab I sampai bab IV, dapatlah penulis mengambil beberapa kesimpulan penting, di antaranya adalah sebagai berikut: a. Maulana Jaelani Musa adalah seorang tokoh ulama penganut thariqat Naqsyabandiyah. Maulana Jaelani Musa dibai’at dan diangkat sebagai mursyid dalam thariqat Naqsyabandiyah untuk wilayah Kleut Utara. Pada tahun 1957 Maulana Jaelani Musa mengembangkan ajaran thariqat Naqsyabandiyah kepada masyarakat hingga sampai dia dipanggil kembali oleh Allah pada tahun 1983. b. Upaya Maulana Jaelani Musa dalam mengembangkan thariqat Naqsyabandiyah di Kleut Utara, mendapat perkembangan dengan adanya murid-murid Maulana Jaelani Musa sebagai penerus ajaran thariqat Naqsyabandiyah. Adapun selain itu Maulana Jaelani Musa juga mengajak 7. Kontribusi dan Dakwah Maulana Jaelani Musa Dalam bidang ibadah Maulana Jaelani Musa telah memberikan kontribusi yang besar terhadap masyarakat Kluet Utara. Terutama dalam bidang shalat baik shalat wajib secara berjamaah maupun shalat sunat. Shalat secara bahasa artinya do’a. Arti shalat menurut istilah syari’at adalah sebuah perkataan dan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Shalat yang wajib adalah shalat lima waktu yang harus ditunaikan oleh setiap muslim selama sehari semalam. Sejak pertama berdirinya dayah Darussaadah telah mempunyai 250 orang murid dan terus bertambah di setiap tahunnya. Untuk melatih masyarakat dan anak didiknya agar mengerti cara beribadah kepada Allah diajarkan dulu dengan hukum syari’at. Adapun kitab-kitab pengangan masing-masing disesuaikan dengan tingkatan, yaitu: pada tingkatan anak-anak dan remaja diajarkan materi dasar 64 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Syiah Kuala Volume 2, Nomor 2, Maret 2017, hal. 56 - 66. masyarakat senantiasa berdzikir karena dapat mengantarkan seseorang pada ketenangan bathin. Melaksanakan amalan-amalan dalam suluk dengan bertawajuh dan melaksanakan shalatshalat sunnah yang kesemuanya itu dapat menghindarkan diri dari perbuatan yang tercela, dengan tujuan untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat. c. Sampai saat ini, thariqat Naqsyabandiyah di Kleut Utara, mendapat dukungan dari masyarakat, hal ini dapat diketahui karena Tgk. H. M. Hasbi Nya’Diwa adalah murid Maulana Jailani Musa yang diangkat menjadi khalifah sebagai penerus thariqat Naqsyabandiyah dan dapat berjalan di Kleut Utara. Berdasarkan uraian kesimpulan yang telah dikemukakan di atas, penulis memberikan beberapa saran yang dapat penulis sampaikan sebagai berikut: Islam agar dapat mengamalkan dengan sebaik-baiknya d. Kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan demi kelengkapan dan kesempurnaan tulisan ini. DAFTAR PUSTAKA Aboebakar, 1985. Pengantar Ilmu Tarekat, Solo: CV. Rahmadhani. Putuhena Shaleh. 2007. Historiografi Haji Indonesia, Yogyakarta: LKis. Aboebakar, 1993. Tarekat dalam tasawwuf, Kelanta: Pustaka Aman Press. Iliyas Mukhlisuddin, 2012. Pendidikan Dayah Di Aceh, Yogyakarta: Pale Indonesia Media. Bagir, Haidar. 2006. Buku Saku Tasawuf, Bandung: Mizan. a. Kepada umat Islam khususnya yang ada di Aceh, thariqat Naqsyabandiyah jangan dipahami sebagai ajaran-ajaran yang mengandung unsur bid’ah, karena thariqat itu merupakan cara untuk mendekatkan diri dan bertafakkur kepada Allah SWT melalui dzikrullah dan doa-doa. b. Diharapkan juga kepada seluruh masyarakat Aceh agar dapat meningkatkan ketaqwaan dengan memperbanyak dzikir kepada Allah SWT. c. Untuk menjaga kelestarian dan kemurnian thariqat Naqsyabandiyah , maka diharapkan kepada seluruh umat Chairuddin, Zakas. 2013 Sejarah Perkembangan Administrasi dan Organisasi Pendidikan di Aceh, Darussalam: Syiah Kuala University Press. Dimiyati, Ahmad. 2016. Model Dakwah Kaum Naqsyabandiyah , Yogyakarta: Deepublis. Hasimi, 2002. Perkembangan dan Pengaruh Tarekat Naqsyabandiyah di Aceh, (1940-1982). Banda Aceh: Balai Kajian Sejarah dan Nilai Tradisional Banda Aceh. 65 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Syiah Kuala Volume 2, Nomor 2, Maret 2017, hal. 56 - 66. Kuntowijoyo. 2005. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Benteng Budaya. Maleong, Laxy (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya. Nur, Syam. 2008. Tasawuf Yogyakarta: LKiS. Kultural, Razali, Nurhayati. 2013. Peranan Syaikhul Islam Syeikh Muhammad Waly AlKhalidy Dalam Pengembangan Pendidikan Tarikat Naqsyabandiyah did Aceh. Peuradeun, I (1). Said, Faud (1996). Hakikat Thariqat Naqsyabandiyah . Jakarta: PT. Alhusna Zikra. Shadiqin, Sehat Ihsan (2008). Tasawuf Aceh. Banda Aceh: Bandar Publishing. Arikunto, Suharsimi (2014). Prosedur Penelitian. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Sri Mulyati (2006). Mengenal dan Memahami Tarekat-Tarekat Mukhtabarah di Indonesia. Jakarta: Kencana. Taher, Alamsyah (2009). Metode Penelitian Sosial. Banda Aceh: Syiah Kuala University Press. 66 Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Sejarah FKIP Universitas Syiah Kuala Volume 2, Nomor 2, Maret 2017, hal. 56 - 66. 67