BAB 11 Gatut Dwidjo Prijambodo, Eddy Rahardjo Kardiomiopati merupakan salah satu penyebab kematian yang berhubungan dengan kehamilan (8%). Kardiomiopati pada kehamilan dapat dibagi menjadi: - Peripartum cardiomyopathy (PPCM) - Dilated, hypertrophic obstructive cardiomyopathy (Restrictive) Peripartum Cardiomyopathy (PPCM) PPCM didefinisikan oleh National Institutes of Health didasarkan pada empat kriteria: - Kegagalan jantung pada periode enam bulan (bulan akhir kehamilan sampai lima bulan pasca persalinan) - Tidak ada penyebab yang ditemukan - Tidak ada penyakit jantung sebelumnya - Pada echocardiography ditemukan disfungsi ventriker kiri (LV): Ejection fraction < 45% dan LV end diastolic dimension > 2.7 cm/m2. PPSM merupakan 70% dari kematian hubungan dengan kehamilan dengan cardiomyopathy. Kematian lebih tinggi pada wanita kulit hitam, usia < 35tahun dan pada kehamilan multipel. PPCM merupakan penyebab dilated cardiomyopathy. Kemungkinan penyebabnya meliputi iskemia, alkoholism, toxin, defisiensi thiamine, penyakit jaringan, kelainan metabolisme, distrofi neoromuskuler, infeksi virus atau yang lain. Dapat terjadi kegagalan jantung. Pada penderita didapatkan lelah, dispnea, orthopnea, palpitasi dan hemoptysis. Tekanan vena jugularis meningkat, didapatkan murmur regurgitasi dan gallop. Pada gambaran radiologis dijumpai kardiomegali dan tanda kegagalan jantung. Pada EKG dijumpai aritmia dengan perubahan gelombang ST dan T yang non spesifik. Echo cardiography menunjukkan dilatasi ventrikel (Dilated Hypokinetic Ventricles). Penyebab PPCM tidak diketahui. Mortalitas 15-50%, kematian akibat gagal jantung, aritmia dan thromboemboli. PPCM dapat berhubungan dengan hipertensi pulmonal dan kegagalan organ multipel. 1 SEKSIO SESAREA PADA PASIEN DENGAN KARDIOMIOPATI Seksio Sesarea pada Pasien Kardiomiopati 11 ANESTESI OBSTETRI 11 Prinsip manajemen PPCM Terapi awal seperti manajemen gagal jantung - Menurunkan preload dengan restriksi cairan dan garam serta pemberian diuretika - Menurunkan afterload dengan pemberian nipedipine, amlodipine, nitroglycerin dan hydralazine - Monitoring invasif - Pemberian obat inotropik (digoxin, dopamin, dobutamine, milrinone) juga beta blockers. - Penggunaan defibrilator pada aritmia - Penting pemberian antikoagulan - Terapi Immuno suppressif dengan predinison oral dan azathioprine 6-8 minggu dapat mengurangi myocarditis dan memperbaiki fungsi LV - Terapi immunoglobulin intravena dapat berhasil pada PPCM. - Hemofiltrasi secara rutin dapat berhasil memperbaiki PPCM bila terapi konvensional gagal - Exchange transfusi pada PPCM dapat berhasil - Transplantasi jantung dapat dilakukan dengan sukses Pilihan Anestesi Pemakaian anestesi epidural merupakan pilihan yang terbaik untuk seksio sesarea pada PPCM. Penggunaan anestesi general dipergunakan dengan obat induksi yang cardio-stable (misal: etomidate) dan diperlukan opioid dosis tinggi. Dilaporkan ada satu pasien mengalami arest jantung, tapi dapat berhasil dilakukan resusitasi. Hyperthophic Obstuctive Cardiomyopathy Hypertrophic obstructive cardiomyopathy (HOCM) atau idiopathic hypertrophic subvalvular stenosis (IHSS) adalah penyakit yang ditandai obstruksi dynamic LV outflow disebabkan oleh contracting hypertrophied ventriccle dan septum selama sistolik. Penyakit ini biasanya tampak pada pasien usia 20-30 tahun dan kadang pada kehamilan. Pasien dengan HOCM meningkatkan resiko distritmia dan kematian mendadak. Pasien dapat asimptomatik atau simptom ringan (palpitasi, dispnea pada aktivitas, angina dan sinkop). 2 Prinsip manajemen - Monitoring invasif pada pasien yang simptomatis atau pasien dengan aritmia atrial. - Hindari penurunan preload. Meningkatkan volume darah dan mempertahankan venous return penting untuk memperkecil obstruksi outflow - Pertahankan HR normal dan terapi agressif adanya aritmia atrial - Menghindari kenaikan kontraktilitas yang meningkatkan obstruksi dan menurunkan CO. - Beta blocker dapat berguna pada HOCM untuk mengatasi obstruksi LV outflow dengan menurunkan kontraksi jantung dan HR. Tapi beta blocker menyebabkan bradikardi janin dan intra uterine growth restriction (IUGR) - Esmolol menyebabkan hipotonia, hipotensi, hipoglikemi dan bradikardi pada kelahiran bayi pada ibu hamil dengan HOCM yang diterapi esmolol - Dapat dipilih labetalol 0,25mg – 1 mg/Kg BB - Hindari penurunan mendadak SVR - Terapi hipotensi dengan alpha agonist (Misal: phenylephrine atau metaraminol) 3 SEKSIO SESAREA PADA PASIEN DENGAN KARDIOMIOPATI Beberapa pasien HOCM dapat progressif terjadi gagal jantung kongestif klinis didapatkan LV hipertrophy. HOCM merupakan penyakit yang ditransmissi oleh autosomal dominant inheritance. Tanda khas dari penyakit ini adalah septum asimmetris dan hipertrofi ventrikel menyebabkan obstruksi dynamic out flow selama sistolik. Obstruksi LV outflow disebabkan hipertrofi masa otot pada dasar septum interventrikular. Ini mengakibatkan penurunan ventricle filling selama diastolik. Kontraksi atrium menjadi faktor penting pada kenaikan LVEDV. Faktor yang mempengaruhi derajat obstruksi adalah LVEDV, kekuatan kontraksi ventrikel dan tekanan transmural. Pada kehamilan, penurunan SVR dengan meningkatkan HR secara fisiologis merugikan pada HOCM. Perubahan fisiologis kehamilan ditoleransi dengan baik pada pasien dengan HOCM. Namun adanya HOCM yang laten dapat menyebabkan kehamilan problem klinis dan kematian mendadak pada kehamilan 11 Hindari ephedrine obstruksi dinamik. karena dapat meningkatkan ANESTESI OBSTETRI Pilihan Anestesi Epidural dan CSE dapat digunakan untuk analgesia pada persalinan. Dapat mengurangi kenaikan HR dan kontraktilitas akibat rilis katekolamin endogen pada persalinan karena nyeri dan cemas. Hipotensi diterapi dengan phenylephrine (50 µg inkremental), sedang ephedrine kontra indikasi. GA dapat dipakai untuk seksio sesarea pada pasien dengan HOCM. GA dapat menurunkan kontraksi myocard, oleh karena itu harus hati-hati untuk menghindari penurunan mendadak dari SVR. Dengan anestesi epidural secara titrasi seksio sesarea pada pasien dengan HOCM. Hindari penggunaan anestesi spinal yang single-shot. Pemberian oxytocin dapat menyebabkan takikardi dan hipotensi dapat menjadi problem pada pasien dengan HOCM. Namun dengan oxytocin lewat infus dapat ditoleransi dengan baik. Postpartum dapat terjadi edema paru, oleh karena itu perlu monitoring yang ketat selama 48-72 jam postpartum Daftar Pustaka 11 Birnbach DJ, Gatt SP, Datta S. “Textbook of Obstetric Anestesia”. Chapter 39: Cardiovascular Disease in the Pregnant Disease. Copyright © 2000 by Churchill Livingstone. Philadelphia, Pensylvania 19106. P.553-564 Gamblin DR, Douglas MJ & McKay RSF. Obstetric Anethesia and Uncommon Disorders. Section 1: Cardiovascular and Respiratory Disorders 91) Structural Heart Disease in Pregnant Women. © Cambridge University Press 2008. New york, USA. p. 1-27 Head A, Smith, Rowbotham. “Textbook of Anaesthesia” Fifth Edition Chapter 8. Drugs Acting on The Cardiovascular System Churchill Livingstone, Elsevier © 2007. Elsevier Limited. Printed in The Netherlands. P. 110-146 Lobatu EB, Gravenstein N, Kirby RR, “Complication in anesthesiology”. Chapter 48. Cesaria section © 2008 By Lippincott Williams & Wilkins. Philadelphia, PA 19106 USA. 4 Shnider SM, Levinson G. “Anesthesia for Obstetrics Second Edition Copyright © 1987 Williams & Wilkins. Baltimore, MD 21202, USA. p. 345-381. 1. Gelar2 tidak perlu dimasukkan 2. Tambahin kepustakaannya 3. Singkatan dipanjangkan dulu 4. Kalau bisa dibahasa Indonesiakan, contoh pulmonary hypertension, jadi hipertensi pulmonal SEKSIO SESAREA PADA PASIEN DENGAN KARDIOMIOPATI Norris MC. “Obstetric Anesthesia” Chapter 25: Anesthesia and Coexisting Maternal Disease” Copyright © 1993, By J.B. Lippincott Company, Philadelphia. P. 447-471. 11 5