ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA BATIK BOGOR PADA UKM BATIK TRADISIKU BOGOR Oleh AMELIA PUTRI SAADIAH H24080107 DEPERTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 ANALISIS KELAYAKAN PENGEMBANGAN USAHA BATIK BOGOR PADA UKM BATIK TRADISIKU BOGOR SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA EKONOMI Pada Departemen Manajemen Fakultas Eknomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor Oleh: AMELIA PUTRI SAADIAH H24080107 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012 Judul Skripsi : Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Batik Bogor pada UKM Batik Bogor Tradisiku Nama : Amelia Putri Saadiah NIM : H24080107 Menyetujui, Dosen Pembimbing (Dr.Ir. Abdul Kohar Irwanto,M.Sc.) NIP 19491210 197803 1 002 Mengetahui, Ketua Departemen Manajemen (Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc.) NIP 19610123 198601 1 002 Tanggal lulus: RINGKASAN AMELIA PUTRI SAADIAH. H24080107. Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Batik Bogor pada UKM Batik Tradisiku Bogor. Di bawah bimbingan ABDUL KOHAR IRWANTO. Usaha Kecil dan Menengah yang biasa disingkat UKM memiliki peranan yang baik yaitu dapat membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia dengan terciptanya lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar UKM tersebut didirikan, sehingga dapat mendukung pendapatan rumah tangga. Batik merupakan warisan Indonesia yang sangat perlu dilestarikan karena batik merupakan tekstil khas Indonesia yang memiliki motif yang memiliki nilai seni yang tinggi. Perkembangan unit usaha, nilai produksi, dan nilai ekspor batik Indonesia menunjukan terjadinya peningkatan yang signifikan. Tidak hanya itu, pertumbuhan industri tekstil mengalami tren yang meningkat walaupun pada tahun 2007-2008 mengalami penurunan tetapi meningkat lagi pada tahun selanjutnya. Hal tersebut menunjukan bahwa peluang Batik Bogor Tradisiku untuk mengembangan usahanya cukup besar. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah 1) Menganalisis kelayakan pengembangan usaha UKM Batik Tradisiku bila dilihat dari aspek finansial dan non-finansial yaitu meliputi aspek pasar, aspek pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek ekonomi dan sosial. 2) Menganalisis sensitivitas UKM Batik Tradisiku terhadap perubahan yang terjadi. 3)Menganalisis perbandingan usaha UKM Batik Tradisiku pada kondisi normal tanpa pengembangan dan dengan pengembangan. Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pemilik usaha Batik Tradisiku dengan teknik wawancara langsung dan pengamatan (observasi) langsung di tempat usaha. Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan keuangan dan dokumen-dokumen perusahaan serta literatur yang relevan dengan peneliti berupa buku-buku, hasil penelitian terdahulu, dan publikasi elektronik (internet). Analisis yang digunakan adalah analisis kriteria investasi dan analisis sensitivitas dengan menggunakan Microsoft Exel dan perhitungan kapasitas optimum produksi menggunakan software Lindo dan forecasting menggunakan software Minitab. Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan analisis kriteria investasi NPV sebesar Rp 778.901.000, IRR sebesar 41,97 persen, Net B/C sebesar 3,729, Gross B/C sebesar 1,174, PI sebesar 6,341, dan PBP selama 3 tahun 9 bulan. Pada hasil kriteria investasi pada saat kondisi normal tanpa pengembangan diperoleh nilai NPV sebesar Rp 222.947.000, IRR sebesar 23,9 persen, Net B/C sebesar 1,804, Gross B/C sebesar 1,057, PI sebesar 2,774, dan PBP selama 4 tahun 11 bulan 22 hari. Hasil analisis switching value menunjukan bahwa tingkat sensitivitas usaha terhadap kenaikan inflasi berada pada batas 23,29 persen pada kondisi pengembangan dan 18,12 persen pada saat kondisi normal tanpa pengembangan. Perbandingan antara kondisi normal tanpa pengembangan dengan adanya pengembangan usaha diperoleh hasil melalui analisis kriteria investasi adalah akan lebih baik jika Batik Bogor Tradisiku mengembangkan usahanya karena lebih banyak mendapat keuntungan walaupun tanpa pengembangan usaha tetap layak dijalankan. Oleh karena itu dapat ditarik kesimpulan bahwa Batik Bogor Tradisiku sebaiknya melakukan pengembangan usaha. RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Amelia Putri Saadiah dilahirkan pada tanggal 25 Desember 1990 di Jakarta, merupakan anak ketiga dari pasangan Bapak H. Ai Djadja, SE dan Ibu Hj. Humani Tariana. Bersekolah di Sekolah Dasar Negeri Cipinang Melayu 04 Pagi Jakarta Timur tahun 1996 hingga tahun 2002, Sekolah Menengah Pertama Negeri 80 Jakarta Timur lulus pada tahun 2005, Sekolah Menengah Atas Negeri 91 Jakarta Timur lulus pada tahun 2008. Pada tahun 2008, diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri), diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Selama kuliah aktif sebagai Vice Manager General Affair Unit Kegiatan Mahasiswa Music Agricultural X-pression pada tahun 2010 dan sebagai anggota Departemen Olahraga pada Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen pada tahun 2011. Berpartisipasi di beberapa kegiatan BEM FEM dan BEM KM IPB, yaitu kepanitiaan Pujangga 2010, FEM Art Day 2010, Tax Goes to Campus 2010, Sportakuler 2010, dan OMI 2010. Mengikuti magang atau pelatihan kerja di bagian Keuangan, Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri, Kementrian Perindustrian Jakarta. v KATA PENGANTAR Puji dan syukur senantiasa dipanjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunianya-Nya kepada penulis dalam menyusun penelitian ini. Shalawat serta salam tercurah kepada Rasulullah SAW beserta para keluarga, sahabat serta para pengikutnya hingga akhir zaman. Terima kasih kepada Allah SWT atas segala kesempatan, kemudahan, dan kelancaran yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul “Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Batik Bogor pada UKM Batik Bogor Tradisiku” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor. Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari masih banyaknya kekurangan karena keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu penulis mengharapkan adanya penelitian berikutnya sebagai penyempurna skripsi ini. Bogor, April 2012 Penulis vi UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan dapat tersusun tanpa bantuan berbagi pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. Dr. Ir. Abdul Kohar Irwanto, M.Sc. selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing serta memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Abdul Basith, MS dan Dra. Siti Rahmawati, M.Pd. selaku dosen penguji sidang, yang telah bersedia meluangkan waktunya menjadi penguji sidang dan memberikan bimbingan, serta saran dalam penulisan skripsi ini. 3. Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc. selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB. 4. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati Departemen Manajemen, FEM IPB yang telah membantu memfasilitasi segala keperluan kuliah dan birokrasi yang harus diselesaikan oleh penulis. 5. Mama dan papa tercinta yang selalu mencurahkan kasih sayang, dukungan moral maupun materil, dan juga doa-doanya yang selalu dipanjatkan tiada henti bagi ketiga anaknya. 6. Kedua kakakku tersayang, Mas Aji dan Mbak Ajeng, yang selalu mendukung, memberikan semangat, serta doa. 7. Pemilik dan seluruh karyawan/wati di Batik Bogor Tradisiku yang membantu dalam proses pembuatan skripsi khususnya Pak Siswaya, Bu Siswaya, Mbak Lisa, Mbak Eva, Mas Ian, Le Oka, dan Mas Bana. 8. Teman-teman seperjuangan satu tema penelitian NisaUl serta Ka Afif, Wita, dan Rida serta teman-teman satu bimbingan Wirda, Sheila, Munsoy, dan Toe atas semangat, bantuan, dan kebersamaannya. 9. Teman seperjuangan satu tempat penelitian Ida dan Satriani yang selalu menemani, mendukung, serta motivasinya selama pengambilan data. 10. Sahabat-sahabat GNBH tersayang Ida Nurul, Risyayana, Raysah, Fitriannisa, Regita, Dewi Anugerah, Arni, dan Anggara Hidayat atas kebersamaan, canda tawa, kasih sayang, serta dukungannya. vii 11. Dara-dara Putri Bunda tersayang Ayu Sri, Mutia, Mafia, Dewi Anugerah, Shiella Fanny, Dina Restiana, Gita Sugi, Denissa, Lutfah Jamila, Unni, Teressa, Sagita Pinanti, dan Rini atas kebersamaan, canda tawa, kasih sayang, serta dukungannya. 12. Teman-teman MAX!! terhebat Denden, Matot, Mephy, Laras, Syifa, Andra, Ubur, Imo, Fikri, Wawan, Oka, dan Ibenk atas perjuangan serta canda tawanya. 13. Sahabat Wasser tersayang Ayu Kartika, Inggrid Indah, Ririn, Anggia, dan Amira atas kebersamaan, canda tawa, kasih sayang, serta dukungannya. 14. Tim Redaksi buku kenangan Management 45 Ardiansyah, Risya, Wirda, Ida, Lina Zahira, Dewi Anugerah, dan Rida Akzar atas perjuangannya dan pelajaran hidup selama penyusunan buku tersebut. 15. Teman-teman yang selalu membantu penulis Nabila, Antin, Sylvani Nugraha, Fadli, Icha Anggita, Nika, Mia, Yuti, Mega, Dudi, Ray, Mahendra, Mitha, dan Jejes. 16. Teman-teman BEM FEM IPB Kabinet Sinergi yang selama ini mendukung dan memberikan semangat serta pelajaran hidup. 17. Keluarga besar Manajemen 45, terima kasih atas ceritanya selama 3 tahun ini. viii DAFTAR ISI Halaman RINGKASAN RIWAYAT HIDUP ................................................................................... v KATA PENGANTAR ............................................................................... vi UCAPAN TERIMAKASIH...................................................................... vii DAFTAR ISI .............................................................................................. ix DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xi DAFTAR TABEL ..................................................................................... xii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xiii I. II. PENDAHULUAN ............................................................................ 1 1.1. Latar Belakang Penelitian ........................................................... 1.2. Perumusan Masalah .................................................................... 1.3. Tujuan Penelitian ........................................................................ 1.4. Manfaat Penelitian ...................................................................... 1.5. Ruang Lingkup Penelitian .......................................................... 1 3 3 4 4 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................. 5 2.1. Usaha Kecil Menengah ............................................................... 2.1.1 Pengertian UKM ................................................................ 2.1.2 Kriteria UKM .................................................................... 2.2. Batik............................................................................................ 2.2.1 Pengertian Batik ................................................................ 2.2.2 Sejarah Batik ..................................................................... 2.2.3 Proses Pembuatan Batik .................................................... 2.3. Studi Kelayakan Bisnis ............................................................... . 2.3.1 Tujuan Studi Kelayakan Bisnis ......................................... 2.3.2 Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis ................................ 2.4. Analisis Sensitivitas .................................................................... 2.5. Studi Terdahulu .......................................................................... 5 5 5 6 6 6 7 8 8 9 18 18 III. METODE PENELITIAN................................................................ 20 3.1. Kerangka Pemikiran Penelitian .................................................. 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...................................................... 3.3. Jenis dan Sumber Data................................................................ 3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data ....................................... 3.4.1 Analisis Kriteria Investasi ................................................. 3.4.2 Analisis Sensitivitas ........................................................... 20 21 22 22 22 24 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 25 4.1. Gambaran Umum Perusahaan .................................................... 4.2. Analisis Kelayakan Usaha .......................................................... 25 26 IV. ix 4.2.1 Aspek Pasar dan Pemasaran .............................................. 4.2.2 Aspek Teknis ..................................................................... 4.2.3 Aspek Manajemen dan Hukum ......................................... 4.2.4 Aspek Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan ......................... 4.2.5 Aspek Finansial ................................................................. 4.3. Implikasi Manajerial ................................................................... 29 32 35 37 38 47 KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 49 Kesimpulan ................................................................................................. Saran............................................................................................................ 49 49 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 51 LAMPIRAN ............................................................................................... 52 x DAFTAR GAMBAR No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Halaman Data Pertumbuhan Industri .................................................................. 2 Contoh Alur Informasi Antar Aspek .................................................... 10 Kerangka Pemikiran Penelitian............................................................ 21 Uji Stasioner dengan Autocorrelation ................................................. 28 Model Tren Linear ............................................................................... 29 Tahap Proses Produksi Kain Batik ...................................................... 33 Struktur Organisasi Usaha Batik Bogor Tradisiku .............................. 36 xi DAFTAR TABEL No. Halaman 1. Perkembangan Unit Usaha, Nilai Produksi dan Nilai Ekspor Batik Indonesia .............................................................................................. 2 2. Kapasitas Optimum Produksi .............................................................. 27 3. Metode Peramalan dan Nilai Kesalahan .............................................. 29 4. Ramalan Penjualan dan Kapasitas Optimum Produksi Batik Cap....... 31 5. Rencana Anggaran Biaya pada Batik Bogor Tradisiku ....................... 40 6. Biaya Operasional Batik Bogor Tradisiku ........................................... 41 7. Perbandingan Kriteria Investasi pada Kondisi Normal dan Kondisi Pengembangan Usaha Batik Bogor Tradisiku ....................... 42 8. Hasil Rekapitulasi Aspek Finansial pada Kondisi Normal dan Pengembangan Usaha Menggunakan Kriteria Investasi...................... 46 9. Hasil Rekapitulasi Aspek Finansial pada Kondisi Normal dan Pengembangan Usaha Menggunakan Analisis Sensitivitas ................. 47 10. Implikasi Manajerial dalam Fungsi Manajemen pada Pengembangan Usaha Batik Bogor Tradisiku............................................................... 48 xii DAFTAR LAMPIRAN No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. Halaman Perhitungan IRR menggunakan Gambar ............................................. 52 Alur Pikir Penelitian ............................................................................ 53 Program Linear Penentuan Kapasitas Optimum Produksi................... 54 Asumsi Peramalan Penjualan Batik Cap pada Pengembangan Batik Bogor Tradisiku ................................................................................... 55 Kebutuhan Fisik Kondisi Normal ........................................................ 58 Rencana Anggaran Biaya (RAB) Kondisi Normal .............................. 60 Perhitungan Penyusutan Kondisi Normal ............................................ 63 Perhitungan Kredit ............................................................................... 65 Perhitungan Biaya Kondisi Normal ..................................................... 67 Perhitungan Kriteria Investasi Kondisi Normal ................................... 68 Perhitungan Analisis Sensitivitas dengan Metode Switching Value Kondisi Normal (tingkat inflasi) .......................................................... 72 Kebutuhan Fisik Kondisi Pengembangan ............................................ 73 Rencana Anggaran Biaya (RAB) Kondisi Pengembangan .................. 75 Perhitungan Penyusutan Kondisi Pengembangan ................................ 78 Perhitungan Biaya Kondisi Pengembangan ......................................... 80 Perhitungan Kriteria Investasi Kondisi Pengembangan....................... 81 Perhitungan Analisis Sensitivitas dengan Metode Switching Value Kondisi Pengembangan (tingkat inflasi) .............................................. 85 Dokumentasi ........................................................................................ 86 xiii I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Usaha Kecil Menengah yang biasa disingkat dengan UKM merupakan bagian terpenting dalam suatu perekonomian suatu negara, UKM memiliki peranan yang baik untuk meningkatkan lajunya perekonomian masyarakat. Selain itu, UKM dapat membantu pemerintah dalam mengurangi tingkat pengangguran di Indonesia dengan terciptanya lapangan kerja baru bagi masyarakat sekitar UKM tersebut didirikan, sehingga dapat mendukung pendapatan rumah tangga. Maka dari itu, pengembangan UKM di Indonesia perlu dilakukan dengan baik karena dapat mengatasi salah satu permasalahan negara Indonesia. Terbukti pada masa krisis ekonomi pada tahun 1997-1998, usaha kecil menengah justru dapat mempertahankan kelangsungan usahanya daripada usaha besar. Sehingga pada saat krisis tersebut dapat menumbuhkan sikap optimism bagi sebagian orang untuk dapat memulihkan ekonomi pada saat itu. Hal tersebut memperlihatkan bahwa kedudukan usaha kecil menengah di Indonesia semakin kokoh sehingga kita perlu mempertahankan UKM. Bogor merupakan salah satu kota pariwisata yang ramai didatangi oleh berbagai pengunjung dari berbagai kota dan negara. Posisi kota Bogor yang berbatasan langsung dengan Jakarta membuat Bogor menjadi kota yang strategis. Banyak wisata yang ditawarkan oleh Bogor yaitu wisata budaya, kuliner, belanja, dan ilmiah. Wisata kuliner merupakan alasan utama banyaknya pengunjung yang datang. Kuliner asli Bogor yang ramai didatangi pengunjung diantaranya adalah asinan Bogor, roti unyil, toge goreng, dan talas Bogor. Batik merupakan warisan Indonesia yang sangat perlu dilestarikan karena batik merupakan tekstil khas Indonesia yang memiliki motif yang memiliki nilai seni yang tinggi. Wisata Batik di Bogor perlu untuk dikembangkan karena Batik Bogor memiliki potensi yang besar. Oleh karena itu, batik Bogor perlu dikembangkan dan di publikasikan kepada masyarakat 2 khususnya masyarakat Bogor agar dapat melestarikan batik Bogor karena ada kecenderungan menurunnya budaya batik. Berdasarkan data perkembangan unit usaha, nilai produksi, dan nilai ekspor batik Indonesia pada Tabel 1 menunjukkan terjadinya peningkatan yang signifikan. Hal tersebut menunjukkan bahwa Batik Tradisiku Bogor memiliki peluang dalam mengembangkan usahanya khususnya di Kota Bogor. Tabel 1. Perkembangan unit usaha, nilai produksi, dan nilai ekspor batik Indonesia Unit Usaha Nilai Produksi Nilai Ekspor Tahun (UU) (Rp Juta) (US$ Juta) 2005 31.077 3.318.716 105 2006 30.107 3.140.679 110 2007 38.155 3.458.615 125 2008 39.728 3.610.530 114 2009 41.124 3.940.625 120 Sumber: majalah GEMA 2011 Selain itu pada sektor industri tekstil berdasarkan data dari kementrian perindustrian dijelaskan bahwa pertumbuhan industri tekstil mengalami tren yang meningkat. Sehingga hal tersebut memberikan gambaran bahwa Batik Tradisiku Bogor berpeluang untuk mengembangkan bisnis tekstil di Bogor. Berikut data pertumbuhan industri tekstil dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Data pertumbuhan industri 3 UKM Batik Tradisiku merupakan UKM yang bergerak di bidang produksi batik asli Bogor. Berdasarkan keputusan Walikota Bogor yang mewajibkan pada seluruh dinas pemerintahan Kota Bogor untuk mengenakan batik Bogor sebagai seragam membuat UKM tersebut optimis untuk mengembangkan batik Bogor agar dapat melestarikannya, serta dapat membuka lapangan pekerjaan baru bagi warga sekitar tempat UKM tersebut. Selain itu batik saat ini sangat trend dikalangan masyarakat Indonesia karena sedang digembor-gemborkan pelestarian warisan budaya bangsa yang sangat indah ini. Oleh karena itu, sangat diperlukannya penelitian mengenai analisis kelayakan pengembangan usaha pada UKM Batik Tradisiku yang diharapkan dapat berkembang di Bogor. Sehingga dapat dilihat kelayakan pengembangan usahanya dan daya saing UKM tersebut bila ditinjau dari berbagai aspek secara kualitatif dan kuantitatif. 1.2. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka perumusan masalahnya adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana kelayakan pengembangan usaha UKM Batik Tradisiku bila dilihat dari aspek finansial dan non-finansial yaitu meliputi aspek pasar, aspek pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek ekonomi dan sosial? 2. Bagaimana sensitivitas UKM Batik Tradisiku terhadap perubahan yang terjadi? 3. Bagaimana perbandingan usaha UKM Batik Tradisiku pada kondisi normal tanpa pengembangan dan dengan pengembangan? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang dipaparkan diatas, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis kelayakan pengembangan usaha UKM Batik Tradisiku bila dilihat dari aspek finansial dan non-finansial yaitu meliputi aspek pasar, aspek pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek ekonomi dan sosial. 4 2. Menganalisis sensitivitas UKM Batik Tradisiku terhadap perubahan yang terjadi. 3. Menganalisis perbandingan usaha UKM Batik Tradisiku pada kondisi normal tanpa pengembangan dan dengan pengembangan. 1.4. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi beberapa pihak yang memerlukannya, diantaranya adalah: 1. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi saran bagi perusahaan sebagai dasar dan bahan dalam pengambilan keputusan UKM Batik Tradisiku. 2. Bagi pembaca, penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan dan pengetahuan mengenai studi kelayakan pengembangan usaha dan sebagai rujukan bagi penelitian selanjutnya. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini berfokus pada usaha kecil menengah batik Bogor yaitu UKM Batik Tradisiku dalam menganalisis kelayakan pengembangan usaha yang melihat dari aspek finansial dan aspek non-finansial yaitu meliputi aspek pasar, aspek pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek ekonomi dan sosial, serta menganalisis sensitivitas UKM Batik Tradisiku terhadap perubahan yang terjadi. 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Kecil Menengah 2.1.1 Pengertian UKM Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 pengertian Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam UndangUndang ini. 2.1.2 Kriteria UKM Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah: 1. Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut: a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). 2. Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut: paling banyak 6 a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). 3. Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut: a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah). 2.2. Batik 2.2.1 Pengertian Batik Batik dijelaskan sebagai kain bergambar yang dibuat secara khusus dengan menuliskan atau menerakan malam (lilin) pada kain, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu, atau bisa dikenal dengan kain batik (Balai Pustaka dalam Wulandari, 2011). 2.2.2 Sejarah Batik Di Indonesia, batik memiliki sejarah dan riwayat yang panjang. Di setiap wilayah di Nusantara, batik memiliki perkembangan dan kisah yang menarik. Keberadaan Kerajaan Majapahit sebagai kerajaan yang besar, makmur, dan mengalami masa kejayaan selama beberapa abad telah membuat tradisi dan kebudayaannya mengakar kuat di wilayah Nusantara, termasuk diantaranya seni batik. Batik semakin eksis pada masa kerajaan Majapahit dengan wilayah dan kekuasaan yang sangat luas. Namun data yang lebih pasti tentang sejarah dan perkembangan batik di Indonesia mulai terekam 7 jelas sejak masa kerajaan Mataram Islam, yang bersumber dari keraton, seperti motif parang, rusak, semen rama, dan lain-lain. Awalnya batik digunakan sebagai hiasan pada daun lontar yang berisi naskah atau tulisan agar tampak lebih menarik. Seiring perkembangan interaksi bangsa Indonesia dengan bangsa asing, maka mulai dikenal media batik pada kain. Sejak itu, batik mulai digunakan sebagai corak kain yang berkembang sebagai busana tradisional, khususnya digunakan di kalangan ningrat keratin. Beberapa literatur, sejarah pembatikan di Indonesia sering dikaitkan dengan kerajaan Majapahit dan penyebaran agama Islam di Pulau Jawa. Hal ini dibuktikan dengan penemuan arca dalam Candi Ngrimbi dekat Jombang yang menggambarkan sosok Raden Wijaya, raja pertama Majapahit (memerintah 1294-1309), memakai kain batik bermotif kawung. Oleh sebab itu, kesenian batik diyakini telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit secara turun-temurun. 2.2.3 Proses Pembuatan Batik Kegiatan membatik merupakan salah satu kegiatan tradisional yang terus dipertahankan agar tetap konsisten seperti bagaimana asalnya. Walaupun motif dan corak batik di masa kini sudah beraneka ragam, proses pembuatan batik pada dasarnya masih sama. Adapun peralatan yang digunakan untuk membatik adalah gawangan, bandul, wajan, kompor, taplak, saringan malam, canting, mori, malam (lilin), dhingkik, dan pewarna alami. Berikut adalah proses pembuatan batik dari awal hingga akhir adalah sebagai berikut: 1. Ngemplong, merupakan tahap paling awal, yaitu kain mori dipalu untuk menghaluskan lapisan kain agar mudah dibatik. 2. Nyorek atau Memola, adalah proses menjiplak atau membuat pola di atas kain mori dengan cara meniru pola motif yang sudah ada. 3. Mbathik, merupakan proses menorehkan malam batik ke kain mori. 4. Nembok, adalah proses menutupi bagian-bagian yang tidak boleh terkena warna dasar dengan menggunakan malam. 8 5. Medel, adalah proses pencelupan kain yang sudah dibatik ke cairan warna secara berulang-ulang sehingga mendapatkan warna yang diinginkan. 6. Ngerok dan Mbirah, yaitu malam pada kain dikerok secara hati-hati dengan menggunakan lempengan logam, kemudian kain dibolas dengan air bersih. 7. Mbironi, adalah menutupi warna biru dan isen-isen pola yang berupa titik dengan menggunakan malam. 8. Menyoga, adalah dengan mencelupkan kain ke dalam campuran warna cokelat. 9. Ngelorod, merupakan tahap akhir dalam proses pembutan batik, yaitu melepaskan seluruh malam (lilin) dengan cara memasukan kain yang sudah cukup tua warnanya ke dalam air mendidih. 2.3. Studi Kelayakan Bisnis Bisnis diartikan sebagai seluruh kegiatan yang diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang perniagaan (produsen, pedagang, konsumen, dan industri dimana perusahaan berada) dalam rangka memperbaiki standar serta kualitas hidup mereka (Umar, 2009). Bisnis didefinisikan setiap kegiatan atau aktifitas yang menggunakan sumber daya modal baik dengan jumlah modal kecil, sedang, maupun dalam jumlah modal yang sangat besar, dengan maksud untuk menghasilkan dan atau menyediakan barang dan jasa yang dibutuhkan dan diinginkan konsumen untuk memenuhi kebutuhannya, dan dari kegiatan tersebut diharapkan akan diperoleh keuntungan (Sinaga, 2009). Studi kelayakan bisnis merupakan penelitian terhadap rencana bisnis yang tidak hanya menganalisis layak atau tidak layak bisnis dibangun, tetapi juga saat dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian keuntungan yang maksimal untuk waktu yang tidak ditentukan, misalnya rencana peluncuran produk baru (Umar, 2009). 2.3.1 Tujuan Studi Kelayakan Bisnis Sebelum menjalankan sebuah bisnis perlu untuk melakukan studi kelayakan bisnis terlebih dahulu. Seperti yang sudah dijelaskan 9 mengenai definisi studi kelayakan bisnis bahwa suatu bisnis perlu dilihat apakah memiliki potensi dan prospek yang baik bila dijalankan. Tujuan mengapa suatu bisnis dijalankan perlu dilakukan studi kelayakan, yaitu: 1. Menghindari resiko kerugian. Masa depan penuh dengan ketidakpastian. Untuk menimalisir resiko kerugian dimasa depan perlu dilakukannya studi kelayakan bisnis, baik resiko yang dapat dikendalikan maupun yang tidak dapat dikendalikan. 2. Memudahkan perencanaan. Jika sudah melakukan peramalan untuk masa depan, maka akan mempermudah dalam melakukan perencanaan. Perencanaan meliputi jumlah dana yang diperlukan, lokasi usaha, siapa saja yang melaksanakannya, bagaimana cara menjalankannya, berapa keuntungan yang didapat, serta bagaimana mengawasi jika terjadinya penyimpangan. 3. Memudahkan pelaksanaan pekerjaan. Dengan adanya perencanaan yang sudah dibuat akan memudahkan pelaksanaan bisnis. Pelaksana bisnis dalam menjalankan bisnis telah memiliki pedoman yang harus dilakukan. Kemudian pelaksanaan bisnis dilakukan secara sistematik sesuai dengan rencana sehingga perencanaan yang telah disusun dijadikan acuan dalam melaksanakan bisnis. 4. Memudahkan pengawasan. Pengawasan dilakukan agar kegiatan pelaksana bisnis tidak melenceng dari rencana bisnis yang telah disusun. 5. Memudahkan pengendalian. Setelah dilakukan pengawasan, apabila terdapat penyimpangan akan mudah terdeteksi dan segera dilakukannya pengendalian terhadap penyimpangan tersebut. Tujuan pengendalian adalah untuk mengembalikan pelaksanaan pekerjaan yang melenceng ke tempat yang sesungguhnya. 2.3.2 Aspek-aspek Studi Kelayakan Bisnis Proses analisis setiap aspek saling berketerkaitan antara satu aspek dan aspek lainnya sehingga hasil analisis aspek-aspek tersebut menjadi terintegrasi. Alur informasi antar aspek adalah sebagai berikut: 10 Aspek Pasar Fakta Lapangan Aspek Pemasaran Aspek Keuangan Aspek Lainnya Gambar 2. Contoh alur informasi antar aspek Disesuaikan dengan tahapan studi kelayakan diatas, dijelaskan bahwa pada tahap penelitian ada beberapa aspek yang akan dinilai dalam studi kelayakan bisnis yaitu aspek finansial dan non-finansial meliputi aspek pasar, aspek pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, aspek ekonomi dan sosial, aspek yudiris, dan aspek lingkungan. 1. Aspek Pasar Pasar, menurut salah satu ahli pemasaran, Stanton dalam Umar (2009), merupakan kumpulan orang-orang yang mempunyai keinginan untuk puas, uang untuk belanja, dan kemauan untuk membelanjakannya. Tiga faktor yang menunjang terjadinya pasar, yaitu orang dengan segala keinginannya, daya belinya, serta tingkah laku dalam pembeliannya. Aspek pasar merupakan aspek yang paling perlu untuk dikaji pertama karena jika aspek pasarnya saja tidak jelas maka prospek bisnis ke depan pun tidak jelas. Sehingga resiko kegagalan bisnis menjadi besar bila aspek pasar tidak jelas. Hal-hal pokok dalam aspek pasar, diantaranya adalah: a. Permintaan Permintaan dapat diartikan sebagai jumlah barang dan jasa yang diminta konsumen pada berbagai tingkat harga pada suatu waktu 11 tertentu (Kasmir dan Jakfar, 2009). Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan suatu barang atau jasa adalah harga barang itu sendiri, harga barang lain yang memiliki hubungan, pendapatan, selera, jumlah penduduk, dan faktor khusus (akses). b. Penawaran Penawaran adalah jumalah barang atau jasa yang ditawarkan produsen pada berbagai tingkat harga pada suatu waktu tertentu (Kasmir dan Jakfar, 2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran suatu barang atau jasa adalah harga barang itu sendiri, harga barang lain yang memiliki hubungan, teknologi, harga input (ongkos produksi), tujuan perusahaan, dan faktor khusus (akses). c. Bentuk pasar Adapun beberapa bentuk pasar yaitu pasar persaingan sempurna, pasar monopoli, pasar oligopoli, dan pasar persaingan monopolistik. Pasar persaingan sempurna adalah suatu pasar di mana terdapat sejumlah besar penjual dan pembeli, sehingga tindakan penjual secara individu tidak dapat mempengaruhi harga barang di pasar. Produknya relatif homogen. Pasar monopoli adalah sebuah bentuk pasar yang dikuasai oleh seorang penjual saja. Tidak ada barang substitusi dari barang yang yang dijual oleh penjual tersebut, serta terdapat hambatan untuk masuknya penjual dari luar. Hal tersebut dikarenakan penguasaan bahan mentah, penguasaan teknik produksi, tindakan yudiris dalam perolehan hak paten, serta karena luas pasar yang tak cukup besar untuk dilayani oleh lebih dari satu produsen. Pasar oligopoli merupakan perluasan dari pasar monopoli, sebuah struktur pasar yang hanya terdapat sedikit penjual. Hambatan untuk masuk industri sedikit sulit hal ini disebabkan modal yang diperlukan relatif besar. Perusahaan dalam pasar ini jarang 12 bersaing mengenai harga, tetapi bersaing pada faktor lain seperti kualitas atau desain. Pasar persaingan monopolistik adalah bentuk campuran antara pasar persaingan sempurna dengan pasar monopoli. Dikatakan mirip pasar persaingan sempurna karena ada kebebasan bagi perusahaan untuk masuk-keluar pasar, selain itu barang yang dijual tidak homogeny. Oleh karena barang-barang yang heterogen itu dimiliki oleh beberapa perusahaan besar saja, pasar ini mirip dengan monopoli. 2. Aspek Pemasaran Pemasaran menurut Kotler dalam Kasmir dan Jakfar (2009) merupakan suatu proses sosial dan manajerial dengan mana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan serta mempertukarkan produk dan nilai dengan pihak lain. Aspek pemasaran merupakan aspek yang diteliti untuk mengetahui posisi produk di pasar, layak atau tidak produk bila diluncurkan ke pasar. Hal-hal pokok dalam aspek pemasaran yang perlu dianalisis adalah sebagai berikut: a. Segmentasi Segmentasi pasar artinya membagi pasar menjadi beberapa kelompok pembeli yamg berbeda yang mungkin memerlukan produk atau marketing mix yang berbeda pula. Pasar terdiri dari banyak sekali pembeli yang berbeda dalam beberapa hal, misalnya keinginan, kemampuan keuangan, lokasi, sikap pembelian, dan praktek-praktek pembeliannya. Dari perbedaanperbedaan ini dapat dilakukan segmentasi pasar. Beberapa aspek utama untuk mensegmentasikan pasar adalah aspek geografis, aspek demografis, aspek psikografis, dan aspek perilaku. b. Targeting Setelah segmen pasar diketahui, selanjutnya perlu melakukan analisis untuk dapat memutuskan berapa segmen pasar yang akan 13 dicakup, lalu memilih segmen mana yang akan dilayani. Analisis dapat dilakukan dengan menelaah tiga faktor, yaitu ukuran dan pertumbuhan segmen, kemenarikan struktural segmen, dan sasaran dan sumberdaya. c. Positioning Selanjutnya harus diputuskan adalah posisi produk yang ingin ditempati dalam segmen tersebut. Menentukan posisi pasar yaitu menentukan posisi yang kompetitif untuk produk atau suatu pasar. Posisi produk adalah bagaimana suatu produk yang didefinisikan oleh konsumen atas dasar atribut-atributnya. Untuk menentukan posisi pasar, terdapat tiga langkah, yaitu mengidentifikasi keunggulan kompetitif, memilih keunggulan kompetitif, dan mewujudkan dan mengkomunikasikan posisi. d. Bauran Pemasaran (4P) Bagi pemasaran bentuk barang, manajemen pemasaran perlu menganalisis bauran pemasaran dari produk yang akan dipasarkan tersebut. Bauran pemasaran atau yang biasa disebut Marketing Mix (4P) yang terdiri dari 4 komponen, yaitu product (produk), price (harga), place (distribusi/lokasi), dan promotion (promosi). Produk adalah sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapatkan perhatian untuk dibeli, untuk digunakan atau dikonsumsi yang dapat memenuhi keinginan dan kebutuhan. Harga adalah sejumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat memiliki dan menggunakan produk yang nilainya ditetapkan oleh pembeli dan penjual melalui tawar menawar, atau ditetapkan oleh penjual untuk satu harga yang sama terhadap semua pembeli. Lokasi dan distribusi serta saran dan prasarana pendukung menjadi sangat penting, hal ini disebabkan agar konsumen mudah menjangkau setiap lokasi yang ada serta mendistribusikan barang atau jasa serta memberikan rasa yang nyaman dan aman kepada seluruh konsumennya. Strategi jalur distribusi digunakan untuk 14 menentukan bagaimana mencapai target pasar dan bagaimana untuk menyelenggarakan fungsi-fungsi distribusi yang berbedabeda. Promosi merupakan kegiatan bauran pemasaran yang penting juga karena bila tidak ada promosi maka konsumen tidak akan mengenal produk yang kita tawarkan. Ada empat macam sarana promosi yang dapat digunakan untuk mempromosikan produknya yaitu periklanan, promosi penjualan, publisitas, dan penjualan pribadi. 3. Aspek Teknis Aspek teknis dilakuakan untuk menilai kesiapan perusahaan dalam menjalankan usahanya dengan menilai ketepatan lokasi, luas produksi, dan layout serta kesiagaan mesin-mesin yang akan digunakan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek ini adalah: a. Penentuan lokasi, pemilihan lokasi perlu dilakukan dengan pertimbangan yang sangat matang. Pemilihan lokasi terdiri dari lokasi kantor, lokasi gudang, dan lokasi pabrik. Dalam menganalisis lokasi harus sangat teliti karena dapat berakibat meningkatnya biaya yang akan dikeluarkan nanti. b. Luas produksi, penentuan luas produksi adalah berkaitan dengan jumlah produksi yang akan dihasilkan dalam waktu tertentu dengan mempertimbangkan kapasitas teknis dan peralatan yang dimiliki serta biaya yang paling efisien. c. Tata letak (layout), merupakan suatu proses dalam penentuan bentuk dan penempatan fasilitas yang dapat menentukan efisiensi produksi/operasi. Layout dirancang berkenaan dengan produk, proses, sumber daya manusia, dan lokasi sehingga da[at tercapai efisiensi operasi. d. Pemilihan teknologi, merupakan seberapa jauh derajat mekanisasi yang diinginkan dan manfaat ekonomi yang dikerjakan. 15 4. Aspek Manajemen dan Hukum Aspek hukum digunakan untuk melihat kelayakan suatu usaha berdasarkan peraturan dan perundang-undangan yang berlaku. Jika suatu rencana bisnis yang tidak layak tetap direalisasikan, bisnis berisiko besar akan dihentikan oleh pihak yang berwajib atau protes masyarakat (Umar, 2009). Tujuan dari aspek hukum adalah untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian dari dokumen-dokumen yang dimiliki. Penelitian pada aspek hukum ini sangat penting dilakukan mengingat sebelum usaha tersebut dijalankan, maka segala prosedur yang yang berkaitan dengan izin usaha atau berbagai persyaratan harus terpenuhi terlebih dahulu (Kasmir dan Jakfar, 2003) Tujuan dari aspek manajemen adalah untuk mengetahui apakah pembangunan dan implimentasi bisnis yang direncanakan, dilaksanakan, dan dikendalikan, sehingga rencana bisnis dapat dinyatakan layak atau sebaliknya. Aspek manajemen merupakan aspek yang cukup penting untuk dianalisis karena suatu usaha bila sudah dinyatakan layak untuk dilaksanakan tanpa didukung oleh manajemen yang baik, bukan tidak mungkin akan mengalami kegagalan. Adapun fungsi-fungsi manajemen yang harus dianalisis agar bisnis dapat dijalankan dengan baik. Setiap fungsi dapat berjalan sendiri, akan tetapi harus dilaksanakan secara berkesinambungan, karena kaitan antara satu fungsi dengan fungsi lainnya sangat erat. Fungsi-fungsi manajemen tersebut dapat diuraikan sebagai berikut: a. Perencanaan, adalah proses menentukan arah yang akan ditempuh dan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai tujuan telah ditetapkan. b. Pengorganisasian, adalah proses mengelompokan kegiatankegiatan atau pekerjaan-pekerjaan dalam unit-unit. Tujuannya agar tertata dengan jelas tugas, wewenang, dan tanggung jawab. 16 c. Pelaksanaan, adalah proses menjalankan kegiatan atau pekerjaan dalam organisasi. Dalam suatu organisasi para pemimpin/manajer harus dapat menggerakan bawahannya untuk melaksanakan tugas sesuai yang telah ditentukan. d. Pengawasan, adalah proses untuk mengukur dan menilai pelaksanaan tugas apakah telah sesuai dengan rencana. Jika dalam proses terjadi penyimpangan, maka akan segera dikendalikan. 5. Aspek Ekonomi dan Sosial Dalam aspek ekonomi dampak yang diberikan lebih ditekankan kepada masyarakat khususnya dan pemerintah pada umumnya. Bagi masyarakat adanya investasi ditinjau dari aspek ekonomi adalah akan memberikan peluang untuk meningkatkan pendapatannya. Sedangkan bagi pemerintah dampak yang diperoleh dari adanya bisnis ditinjau dari aspek ekonomi adalah dapat memberikan pemasukan berupa pendapatan baik bagi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Jika dilihat dari aspek sosial, dampak bagi masyarakat adalah tersedianya sarana dan prasarana yang dibutuhkan, seperti pembangunan jalan, jembatan, listrik, dan sarana lainnya. Kemudian bagi pemerintah dampaknya adalah perubahan demografi, perubahan budaya, dan kesehatan masyarakat. 6. Aspek Finansial Tujuan menganalisis aspek keuangan dari suatu studi kelayakan bisnis adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti kesediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah bisnis akan dapat berkembang terus (Umar, 2009). Penentuan layaknya suatu bisnis dijalankan dapat dilihat dari beberapa kriteria. Kriteria ini sangat tergantung dari kebutuhan masing-masing bisnis dan metode mana yang akan digunakan. Setiap 17 metode memiliki kelebihan dan kelemahan, sebaiknya menggunakan beberapa metode sekaligus. Adapun kriteria yang biasa digunakan untuk menentukan kelayakan suatu bisnis adalah sebagai berikut: a. Payback Period (PBP) Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas, dengan kata lain payback period merupakan rasio antara initial cash investment dengan cash inflow-nya yang hasilnya merupakan suatuan waktu. Selanjutnya nilai rasio ini dibandingkan dengan maximum payback period yang dapat diterima (Umar, 2009). b. Net Present Value (NPV) Net Present Value atau nilai bersih sekarang merupakan selisih antara Present Value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) di masa yang akan datang (Umar,2009). c. Internal Rate of Return (IRR) Metode Internal Rate of Return digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan di masa datang, atau penerimaan kas, dengan mengeluarkan investasi awal (Umar, 2009). Perhitungan IRR dengan menggunakan gambar dapat dilihat pada Lampiran 1. d. Profitability Index (PI) Metode Profitability Index digunakan dengan cara menghitung melalui perbandingan antara selisih benefit dengan biaya operasi dan pemeliharaan dibandingkan dengan jumlah investasi (Ibrahim, 2003). e. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) merupakan perbandingan antara net benefit yang telah di discount positif dengan net benefit yang telah di discount negatif (Ibrahim, 2003). 18 f. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) merupakan perbandingan antara benefit kotor yang telah di discount dengan cost secara keseluruhan yang telah di discount (Ibrahim, 2003). 2.4. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas yaitu untuk mengetahui altertnatif kemungkinan hasil studi kelayakan yang diperoleh sehubungan dengan dilakukannya berbagai kemungkinan perubahan atas salah satu atau beberapa komponen yang menyangkut pelaksanaan bisnis (Sinaga, 2009). Analisis sensitivitas ini sangat perlu dilakukan dalam studi kelayakan yang didasarkan pada asumsi dan proyeksi atas komponen-komponen yang berkaitan dengan pelaksanaan bisnis dimasa depan, sedangkan asumsi atau proyeksi tersebut mengandung ketidakpastian. Adapun perubahan-perubahan atas komponen-komponen, dapat disebabkan karena beberapa hal, yaitu terjadinya cost overrun, perubahan harga, waktu pelaksanaan. Tujuan utama dilakukannya analisis sensitivitas tersebut adalah 1) untuk memperbaiki desain dan atau pelaksanaan bisnis sehingga dapat meningkatkan IRR dan 2) untuk mengurangi resiko kerugian, dengan cara melakukan tindakan-tindakan pencegahan yang dianggap perlu pada saat pelaksanaan pembangunan proyek. 2.5. Studi Terdahulu Chaerunnisa (2007) meneliti Studi Kelayakan Pendirian Usaha Penggilingan Gabah di Desa Cikarawang. Hasil studi kelayakan usaha penggilingan gabah layak didirikan dapat dilihat dari aspek pasar dan pemasaran yang mencakup peluang pasar yang tersedia, permintaan, pesaing, dan strategi pemasaran. Aspek teknis dan teknologis mencakup kapasitas produksi ekonomis, mesin, peralatan, rencana investasi, lokasi, tata letak, dan proses produksi serta quality control. Aspek manajemen operasional terdiri dari struktur organisasi, pembagian tugas, kepemilikan dan legalitas serta gaji/upah. Aspek dampak usaha mencakup dampak manfaat dan lingkungan dari adanya penggilingan gabah tersebut. Analisis finansial mencakup 19 kebutuhan modal investasi dan kerja, sumber modal, identifikasi manfaat,criteria kelayakan investasi dan analisis sensitivitas. Kriteria kelayakan investasi menghasilkan NPV usaha bernilai Rp.254.889.000,00, IRR 40,58 persen, Net B/C atau PI adalah 8,54 dan PBP adalah 0,8 tahun. Nilai diatas menunjukkan kelayakan dari suatu usaha. Usaha layak jika NPV> 0, IRR lebih dari tingkat suku bunga pinjaman, PI> 1, dan PBP kurang dari periode analisis. Analisis sensitivitas menunjukkan bahwa tidak sensitif apabila terjadi penurunan volume penjualan sebesar 10 persen dan kenaikan harga input operasional sebesar 10 persen. Irfani (2011) meneliti Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Ransel Laptop di UKMK Yogi Tas Desa Laladon. Hasil analisis menunjukkan bahwa 1) pengembangan usaha layak dilakukan jika dilihat dari aspek pasar dan pemasaran dengan mempertimbangkan hasil forecasting yang dilakukan, 2) pengembangan usaha layak dari aspek teknis dan operasi dengan memepertimbangkan proses produksi, lokasi usaha, dan teknologi yang digunakan, 3) pengembangan usaha layak dari aspek hukum dan manajemen dengan mempertimbangkan ijin-ijin usaha, pembagian tugas yang jelas, serta sistem kompensasi, 4) pengembangan usaha layak dari aspek sosial ekonomi dengan pertimbangan penyerapan tenaga kerja walaupun kecil, 5) pengembangan usaha layak dilakukan dari aspek lingkungan karena tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, 6) pengembangan usaha layak dilakukan dari aspek finansial dengan menghasilkan kriteria investasi berupa NPV sebesar Rp.251.207.000, IRR sebesar 28,4 persen, Net B/C sebesar 1,79, Gross B/C sebesar 1,23, PI sebesar 2,52, dan PBP selama 2 tahun 10 bulan 27 hari, 7) analisis sensitivitas dengan metode switching value menggunakan parameter inflasi menunjukkan usaha masih layak dijalankan hingga angka maksimum inflasi menyentuh 14,37 persen. Lebih dari itu usaha tidak layak untuk dijalankan lagi. 20 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Bogor merupakan salah satu kota wisata yang perlu mengembangkan wisata lainnya, salah satunya adalah wisata Batik. Batik merupakan warisan Indonesia yang perlu dikembangkan dan dilestarikan. Salah satunya dengan mengembangkan batik Bogor sebagai salah satu kekayaan Indonesia. UKM Batik Tradisiku merupakan usaha yang bergerak di bidang batik khas Bogor. Pendiri Batik Tradisiku yaitu seorang yang memiliki kecintaan terhadap seni dan budaya Bogor, beliau mulai melirik usaha Batik yang memang belum ada di Bogor saat itu. Adanya keputusan walikota Bogor, peningkatan perkembangan unit usaha, nilai produksi, dan nilai eksport batik di Indonesia, serta kecenderungan menurunnya budaya batik membuat pemilik UKM Batik Tradisiku mencari peluang yang ada untuk membuat usaha Batik. Selain itu dengan adanya tren Batik saat ini, Bogor memiliki potensi dalam mengembangkan batiknya, sehingga masyarakat Bogor juga mengetahui keberadaan batik Bogor tersebut. Terlebih dahulu perlu dilakukan berbagai perencanaan yang matang dalam membuat suatu bisnis. Rencana pengembangan usaha batik Bogor akan terwujud apabila seorang pemilik usaha Batik Tradisiku perlu melakukan studi berupa analisis kelayakan pengembangan usaha. Analisis kelayakan pengembangan usaha akan menganalisis kelayakan usahanya dan daya saing UKM tersebut bila ditinjau dari berbagai aspek secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis secara kualitatif dilakukan pada aspek pasar, pemasaran, teknis, manajemen, serta ekonomi dan sosial. Sedangkan analisis secara kuantitatif dilakuakn pada aspek finansial. Dari hasil analisis ini akan diberikan rekomendasi apakah rencana pengembangan usaha layak untuk dijalankan. Kerangka Pemikiran Penelitian dapat dilihat pada Gambar 3 dan Alur Pikir Penelitian yang memperlihatkan alur dari penelitian ini dari awal hingga akhir yang menunjukkan hasil dari penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 2. 21 Usaha Batik Bogor pada UKM Batik Tradisiku Identifikasi kondisi yang ada: 1. Keputusan pemerintah kota Bogor 2. Peningkatan perkembangan unit usaha, nilai produksi, dan nilai ekspor batik di Indonesia 3. Adanya kecenderungan menurunnya budaya batik Pengembangan dengan meningkatkan kapasitas optimum produksi Analisis Kelayakan Pengembangan Usaha Batik Bogor Aspek non-finansial: 1. Aspek pasar 2. Aspek pemasaran 3. Aspek teknis 4. Aspek manajemen 5. Aspek ekonomi dan sosial Aspek finansial: 1. Kriteria investasi (PBP, NPV, IRR, PI, Net B/C, Gross B/C) 2. Analisis sensitivitas Layak Tidak Layak Implementasi Evaluasi Gambar 3. Kerangka Pemikiran Penelitian 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan UKM Batik Tradisiku, yang merupakan salah satu UKM di Bogor yang bergerak di bidang industri kerajinan batik. Batik Tradisiku berada di wilayah Kabupaten Bogor dan berlokasi di jalan Jalak No. 2 Tanah Sareal Bogor. Penelitian dilakukan secara sengaja dengan 22 persetujuan pemilik yang dilakukan pada bulan Februari 2012 sampai Maret 2012. 3.3. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dari pemilik usaha Batik Tradisiku dengan teknik wawancara langsung dan pengamatan (observasi) langsung di tempat usaha. Data sekunder diperoleh dari laporan keuangan dan dokumendokumen perusahaan serta literatur yang relevan dengan penelitian berupa buku-buku, hasil penelitian terdahulu, dan publikasi elektronik (internet). 3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data Data yang didapat dari hasil penelitian terdiri dari data kualitatif dan kuantitatif, yang selanjutnya akan dianalisis sesuai dengan jenisnya. Analisis data kualitatif dilakukan pada aspek pasar, pemasaran, teknis, manajemen, serta ekonomi dan sosial. Analisis data kuantitatif dilakukan pada aspek finansial. Kemudian hasil dari pengolahan data ini diinterpretasikan secara deskriptif untuk menggambarkan kelayakan usaha dari bisnis tersebut. Analisis kuantitatif dari aspek finansial dengan menghitung Payback Period (PBP), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Profitability index (PI), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C), serta analisis sensitivitas dengan bantuan komputer Microsoft Exel 2007. Selain itu melakukan perhitungan kapasitas optimum produksi dengan menggunakan software Lindo dan forecasting menggunakan Minitab. 3.4.1 Analisis Kriteria Investasi 1. Payback Period (PBP) Rumus: Kriteria: PBP > periode maksimum, maka usaha tidak layak PBP < periode maksimum, maka usaha layak 2. Net Present Value (NPV) 23 Rumus: dimana: = aliran kas pertahun pada periode t = investasi awal pada tahun 0 K = suku bunga (discount rate) Kriteria: NPV > 0, maka usaha layak NPV = 0, maka usaha tidak untung atau rugi NPV < 0, maka usaka tidak layak 3. Internal Rate of Return (IRR) Rumus: dimana: = NPV positif = NPV negatif = discount rate yang menghasilkan NPV positif = discount rate yang menghasilkan NPV negatif Kriteria: IRR ≥ discount rate, maka usaha layak IRR ≤ discount rate, maka usaha tidak layak 4. Profitability index (PI) Rumus: Kriteria: PI > 1, maka usaha layak PI < 1, maka usaha tidak layak 5. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Rumus: 24 NB i (+) = net benefit yang telah didiscount positif NB i (-) = biaya pada tahun t t = tahun I = discount rate (%) Kriteria: Net B/C > 1, maka usaha layak Net B/C < 1, maka usaha tidak layak 6. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) Rumus: B t = manfaat pada tahun t C t = biaya pada tahun t n = umur bisnis i = discount rate (%) Kriteria: Gross B/C > 1, maka usaha layak Gross B/C < 1, maka usaha tidak layak 3.4.2 Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dilakukan untuk mengetahui perubahan hasil bisnis, bila salah satu atau beberapa variabel komponen bisnis mengalami perubahan dimasa depan, dan tindakan apa yang perlu dilakukan. Analisis sensitivitas dapat menggunakan menggunakan metode switching value yaitu mencari nilai maksimal dari perubahan variabel yang mempengaruhi usaha. Dengan demikian analisis sensitivitas tersebut dapat membantu manajemen sehubungan dengan keputusan yang akan diambil berdasarkan evaluasi akhir hasil perhitungan analisis pengembangan kelayakan yang dilakukan, yaitu untuk menentukan apakah rencana pengembangan disetujui atau ditolak. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Perusahaan UKM Batik Bogor Tradisiku memiliki tempat produksi di dua tempat yang berbeda, tempat pertama terletak di Neglasari 1 RT 03/04 No.69 Cibuluh Bogor Utara sedangakan tempat kedua berada di jalan Jalak no. 2 RT 04/02 Tanah Sareal Bogor. Selain digunakan untuk produksi, tempat kedua juga digunakan sebagai Gallery untuk menjual produk yang diproduksi. Lokasi kedua tempat produksi UKM Batik Bogor Tradisiku ini berada di tempat yang cukup strategis dimana dapat dicapai dengan transportasi yang mudah serta letaknya yang tidak jauh dari pusat kota Bogor. Jaringan listrik dan air juga sudah baik untuk menunjang kegiatan usaha, sehingga menjadi keuntungan sendiri bagi Batik Bogor Tradisiku untuk memasarkan hasil produksi. Batik Bogor Tradisiku telah didaftarkan sebagai perusahaan yang memiliki nomor Tanda Daftar Perusahaan (TDP) 10.04.5.17.06359, pada tanggal 15 Januari 2009. Penanggung jawab Batik Tradisiku adalah pendirinya yaitu Bapak Siswaya, dengan nomor NPWP 59.202.841.9404.000. Batik Tradisiku juga telah mengantongi Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dengan nomor 517/32/PK/B/DIPERINDAGKOP dan Tanda Daftar Industri (TDI) dengan nomor 534/03.TDI-Diperindagkop pada tanggal 15 Januari 2009. UKM Batik Bogor Tradisiku didirikan pada tanggal 13 Januari 2008 oleh pendirinya Bapak Siswaya. Pria yang dilahirkan di Sleman-Yogyakarta ini telah melanglangbuana di Bogor selama lebih dari 26 tahun sehingga tumbuh rasa kecintaan beliau terhadap kota yang kerap dijuluki sebagai Kota Hujan ini dengan memberikan sesuatu untuk mengharumkan Kota Bogor ini. Gagasannya membuat Batik Bogor Tradisiku yang mengambil ikon-ikon khas Kota Bogor ini bertujuan untuk melestarikan budaya Batik dan untuk menumbuhkan kecintaan masyarakat Bogor terhadap Batik Bogor serta membawa nama harum Kota Bogor ke seluruh penjuru Nusantara hingga ke dunia Internasional. Alasan pemilik mendirikan Batik Bogor Tradisiku, yaitu: 26 1. Sebagai bentuk kecintaannya kepada Kota Bogor yang telah memberikan warna kehidupan selama 26 tahun. 2. Rasa ingin melestarikan budaya Indonesia yaitu Batik yang seyogyanya merupakan khasanah budaya Bangsa Indonesia yang telah turun temurun diwariskan nenek moyang bangsa Indonesia yang memang sudah diakui UNESCO pada 2 Oktober 2009. 3. Jiwa sosialnya yang tinggi membuatnya ingin membantu para pembatik Yogya yang kehilangan pekerjaan karena benca Gempa Bumi 2006 silam dan juga tentunya menciptakan lapangan pekerjaan untuk warga sekitar UKM yang membutuhkan pekerjaan. Awalnya berdirinya Batik Bogor Tradisiku memiliki motif yang memang membawa ikon kedaerahan Bogor seperti kijang, kujang, bunga teratai, dan lainnya. Kemudian pada 4 Juni 2009 sebagai peringatan Ulang Tahun Bogor ke-527 motif kujang kijang di launching oleh Walikota Bogor sendiri. Setelah itu motif tersebut di patenkan bersama dua motif batik Pakuan Pajajaran, yaitu Ragen Panganten dan Banyak Ngantrang, yang hak ciptanya dimiliki Pemda Kota Bogor. Batik Bogor Tradisiku dalam perjalanannya kembali mengeluarkan motif-motif yang membawa ikon Kota Bogor, salah satunya yang paling laris adalah motif Hujan Gerimis yang merupakan julukan Kota Bogor yaitu Kota Hujan yang airnya membawa berkah dan sebagai sumber kehidupan. Melihat dari segi pemsarannya, dalam waktu 4 tahun ini, Batik Bogor Tradisiku sudah mengalami perkembangan yang pesat. Masyarakat mulai mengenal keberadaan reputasi akan kekhasan dan kualitas Batik Bogor Tradisiku menunjukkan eksistensinya di dunia batik, tidak hanya di Bogor atau Jawa Barat saja, tetapi Batik Bogor Tradisiku turut menopang mahakarya Batik Indonesia. 4.2. Analisis Kelayakan Usaha Dalam melakukan pengembangan usaha, Batik Bogor Tradisiku melakukan pengembangannya dengan meningkatkan jumlah produksi dan meningkatkan pasar yang telah ada selama ini. Hal tersebut dilakukan untuk melihat apakah selama ini jumlah produksi yang dilakukan oleh UKM sudah 27 mencapai titik optimum. Oleh karena itu perlu dilakukan perhitungan kapasitas optimum produksi dengan mempertimbangkan sumber daya yang dimiliki dan melakukan peramalan penjualan terhadap pengembangan produksi yang akan dilakukan berdasarkan deret waktu (time series). Perhitungan untuk mengetahui banyaknya kapasitas produksi optimum yang perlu dikembangkan oleh Batik Bogor Tradisiku dilakukan menggunakan aplikasi Lindo dengan membuat model linear. Model linear dapat dilihat selengkapnya pada Lampiran 3. Penentuan formulasi persamaan linear tersebut berdasarkan margin laba, harga pokok produksi, modal, dan waktu pengerjaan sehingga menghasilkan formulasi yang disajikan pada Lampiran 3. Berdasarkan dari data yang telah diolah, didapat kapasitas optimum produksi sebesar 34 unit per bulan untuk batik tulis, 242 unit per bulan untuk batik cap, dan 325 unit per bulan untuk kain printing. Dapat dilihat pada Tabel 2 Kapasitas optimum produksi Batik Bogor Tradisiku. Tabel 2. Kapasitas optimum produksi Jenis Batik Batik Tulis Batik Cap Kain Printing Total Kondisi Normal (unit/bulan) Kapasitas Optimum (unit/bulan) 34 224 325 583 34 242 325 601 Penambahan produksi (unit/bulan) 0 18 0 18 Berdasarkan hasil perhitungan kapasitas optimum diperoleh bahwa hanya batik cap saja yang mengalami peningkatan produksi. Hal tersebut dikarenakan dalam penentuan kapasitas optimum yang dilakukan pada tiga jenis batik yang berbeda terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perhitungan. Faktor-faktor yang mempengaruhinya adalah laba yang dihasilkan, harga pokok produksi, dan waktu pengerjaannya. Pada batik cap akan lebih menguntungkan untuk ditingkatkan produksinya bila dilihat dari margin laba yang dihasilkan dengan waktu pengerjaannya yang tidak terlalu lama bila dibandingkan dengan batik tulis yang memerlukan waktu yang lebih lama dalam pengerjaannya walaupun memiliki margin laba yang lebih besar. Selain itu bila dilihat dari sisi penjualan, batik cap lebih banyak dipilih atau dibeli oleh konsumen dibandingkan dengan batik tulis. 28 Setelah dilakukan perhitungan kapasitas optimum produksi, diperlukannya peramalan penjualan pada batik cap agar dapat dilihat apakah pasar dapat menyerap produksi batik cap yang bertambah dalam pengembangan usaha yang dilakukan UKM. Data yang dibutuhkan untuk melakukan peramalam penjualan adalah data penjualan pada batik cap selama 48 bulan (4 tahun, Januari 2008-Desember 2011) dan menggunakan aplikasi Minitab. Diperlukan uji stasioner terlebih dahulu untuk menentukan jenis peramalan yang tepat. Berdasarkan hasil yang telah diolah, data penjualan Batik Cap menunjukkan tidak stasioner maka jenis peramalan yang tepat adalah Analisis Tren Linear, Analisis Tren Kuadratik, dan Double Exponential Smoothing. Tidak stasioner dimaksud bahwa pada data menunjukkan adanya tren atau seasonal (Santoso, 2009). Hasil dari uji stasioner menggunakan aplikasi Minitab dapat dilihat pada Gambar 4. Hasil peramalan dengan menggunakan ketiga metode Analisis Tren Linear, Analisis Tren Kuadratik, dan Double Exponential Smoothing menunjukkan bahwa metode yang paling tepat adalah metode Analisis Tren Linear karena metode ini menunjukkan tingkat kesalahan yang paling kecil. Metode peramalan yang tepat adalah yang memiliki tingkat kesalahan yang paling kecil. Hasil tingkat kesalahan dari jenis peramalan yang digunakan dapat dilihat pada Tabel 3. Autocorrelation Function for SALES (with 5% significance limits for the autocorrelations) 1,0 0,8 Autocorrelation 0,6 0,4 0,2 0,0 -0,2 -0,4 -0,6 -0,8 -1,0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Lag Gambar 4. Uji Stasioner dengan Autocorrelation 11 12 29 Tabel 3. Metode peramalan dan nilai kesalahan Jenis Peramalan Analisis Tren Linear Analisis Tren Kuadratik Double Exponential Smoothing MAPE 103,95 111,07 105,23 MAD 59,47 59,75 59,60 MSD 6893,71 6407,91 7539,65 Berikut hasil analisis tren menggunakan metode analisis tren linear sehingga menghasilkan peramalan penjualan yang menggunakan aplikasi minitab dapat dilihat pada Gambar 5. TREND ANALISIS LINEAR Linear Trend Model Yt = 19.8014 + 5.28957*t 400 Variable Actual Fits Forecasts SALES 300 Accuracy Measures MAPE 103,95 MAD 59,47 MSD 6893,71 200 100 0 1 6 12 18 24 30 36 Index 42 48 54 60 Gambar 5. Model Tren Linear Pada studi kelayakan pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku aspek yang perlu dikaji untuk menentukan bahwa usaha tersebut layak atau tidak layak untuk dikembangkan adalah dengan memperhatikan aspek finansial dan non-finansial yaitu meliputi aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen, dan aspek ekonomi dan sosial. 4.2.1 Aspek Pasar dan Pemasaran Pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku memiliki prospek yang cukup potensial di daerah Bogor. Hal tersebut dididasarkan pada ketentuan Walikota Bogor yang mewajibkan kepada seluruh Dinas di wilayah Bogor untuk mengenakan Batik Bogor pada hari-hari tertentu. Pada tahun 2011 sudah hampir semua dinas di wilayah Bogor memesan Batik Bogor di Batik Bogor Tradisiku sehingga memiliki potensi untuk seluruh Dinas di wilayah Bogor memesan Batik Bogor tersebut. Selain 30 itu, permintaan Batik Bogor untuk Dinas di Bogor berpotensi untuk naik karena setiap tahun Dinas selalu memesan Batik untuk seragam yang mereka kenakan setiap minggunya. Tidak hanya itu saja, sekolahsekolah di wilayah Bogor sudah ikut memesan batik Bogor. Penjualan Batik Bogor sendiri menunjukkan tren yang cenderung meningkat tiap tahunnya, walaupun pada tahun 2011 cenderung turun tetapi meningkat kembali dengan peramalan yang telah dilakukan untuk satu tahun kedepan. Dengan mempertimbangkan peramalan yang meningkat dan kapasitas optimum yang produksi, maka ditetapkan penjualan untuk tahun kedepan sebesar 7212 unit batik/tahun dan penjualan pakaian jadi serta seragam sebesar 4044 unit/tahun sehingga penjualan total sebesar 11256 unit/tahun. Berdasarkan hasil perhitungan kapasitas optimum bahwa kenaikan penjualan hanya terlihat pada penjualan Batik Cap saja sehingga peramalan penjualan juga dilakukan untuk Batik Cap saja. Dapat dilihat perbandingan ramalan penjualan dan kapasitas optimum produksi Batik Cap per bulan pada Tabel 4. Melihat dari Tabel 4 tersebut dapat dilihat bahwa peramalan penjualan Batik Cap sebesar 3691 unit/bulan. Dengan kapasitas sebesar 2904 dapat diasumsikan bahwa produksi sebesar 2904 dapat diserap oleh pasar seluruhnya. Batik Bogor Tradisiku memiliki satu pesaing di industri Batik Bogor. Pesaingnya yaitu Batik Bogor Handayani Geulis yang baru mulai merintis usahanya pada awal tahun 2012. Posisi Batik Bogor Tradisiku masih berada diatas pesaingnya dikarenakan Batik Bogor Tradisiku sudah merintis usahanya lebih lama, yaitu sudah berjalan 4 tahun dan sudah memiliki banyak pelanggan sehingga cukup susah pelanggan untuk beralih ke pesaingnya. Selain itu, Batik Bogor Tradisiku memiliki hubungan yang sangat baik dengan pelanggannya. Dengan menambahkan pelayanan yang lebih baik lagi kepada pelanggan tidak akan mudah pelanggan berpaling ke tempat lain. 31 Tabel 4. Ramalan penjualan dan kapasitas optimum produksi batik cap Tahun 2011 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total Ramalan Penjualan Batik Cap (unit/bulan) 278 284 289 294 300 305 310 316 321 326 331 337 3691 Kapasitas Optimum Produksi Batik Cap (unit/bulan) 242 242 242 242 242 242 242 242 242 242 242 242 2904 Bauran pemasaran atau yang biasa disebut Marketing Mix (4P), yaitu Produk, Lokasi, Harga, dan Promosi menunjukkan produk yang akan dipasarkan tersebut. Produk yang ditawarkan oleh Batik Bogor Tradisiku adalah berupa batik tulis, batik cap, kain printing, batik dalam bentuk pakaian jadi, dan seragam untuk siswa sekolah di wilayah Bogor dan sekitarnya. Lokasi Batik Bogor Tradisiku berada di Jalan Jalak No. 2 Tanah Sareal Bogor dekat dengan pusat kota Bogor sehingga konsumen mudah menjangkau dan fasilitas transportasi yang mudah sehingga memberikan rasa aman dan nyaman kepada seluruh konsumen. Harga yang ditawarkan untuk Batik Tulis antara Rp 450.000,00 hingga Rp 1.500.000,00, Batik Cap antara Rp 200.000,00 hingga Rp 400.000,00, kain printing antara Rp 65.000,00 hingga Rp 120.000,00, pakaian jadi sekitar Rp 160.000,00 hingga Rp 400.000,00, dan seragam Rp 39.000,00. Harga disesuaikan dengan tingkat kesulitan dalam pembuatan batik. Bentuk promosi yang dilakukan Batik Bogor Tradisiku adalah dengan mengikuti pameran yang ada di Bogor dan juga diluar Bogor. Salah satu pameran yang selalu diikuti oleh Batik Bogor Tradisiku adalah Ina Craft, Batik Bogor Tradisiku selalu mengikuti pameran ini setiap tahunnya. Selain itu, bentuk promosi lainnya adalah dengan membuat website Batik Bogor Tradisiku sehingga tidak hanya penduduk lokal yang bisa memesan tetapi 32 penduduk nasional dapat memesan lewat website Batik Bogor Tradisiku. Word of mouth dan pamflet juga digunakan sebagai bentuk promosi yang dilakukan oleh Batik Bogor Tradisiku. Oleh karena itu, dari aspek pasar dan pemasaran usaha pengembangan Batik Bogor Tradisiku layak untuk dijalankan. 4.2.2 Aspek Teknis Aspek teknis dimaksudkan apakah dari segi pembangunan usaha dan segi implementasi rutin bisnis secara teknis dapat dilaksanakan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam aspek ini adalah lokasi usaha, kebutuhan bakan baku dan proses produksi. 1. Lokasi usaha Faktor lokasi merupakan faktor yang secara langsung mempengaruhi kegiatan usaha karena lokasi usaha erat hubungannya dengan pemasran hasil produksi. Lokasi usaha Batik Bogor Tradisiku berada di dua tempat, tempat produksi pertama yaitu terletak di Neglasari 1 RT 03/04 No.69 Cibuluh Bogor Utara sedangakan tempat kedua berada di jalan Jalak no. 2 RT 04/02 Tanah Sareal Bogor. Tempat pertama merupakan tempat yang hampir seluruh proses produksi dilakukan disini kecuali proses pembuatan batik tulis dan batik cap berada di tempat kedua yang selanjutnya juga diproses di tempat pertama. Tempat kedua juga digunakan sebagai tempat pemasaran hasil produksi yang siap dipasarkan. Tempat pertama cocok sebagai tempat produksi karena lokasinya yang jauh dari hiruk pikuk kota Bogor yang ramai sehingga proses produksi dapat dilakukan dengan baik. Selain itu yang lokasinya dekat dengan hutan, maka dapat mencari kayu bakar dengan mudah untuk tambahan bahan baku. Awalnya tempat produksi batik bogor hanya di tempat pertama saja tetapi agar tempat pemasaran dapat mudah dijangkau oleh konsumen di Bogor, yang sejak awal target utama pemasarannya adalah masyarakat Bogor, maka pemilik mulai mencari tempat yang 33 lebih tepat. Tempat kedua digunakan sebagai gallery dan proses pembuatan batik tulis dan cap agar selain membeli konsumen dapat melihat proses produksi batik. Selain itu tempat pertama merupakan tempat yang cukup strategis dimana dapat dicapai dengan transportasi yang mudah serta letaknya yang tidak jauh dari pusat kota Bogor. Jaringan listrik dan air juga sudah baik untuk menunjang kegiatan usaha, sehingga menjadi keuntungan sendiri bagi Batik Bogor Tradisiku untuk memasarkan hasil produksi. 2. Kebutuhan bahan baku dan proses produksi Bahan baku berasal dari beberapa tempat, ada dari Pekalongan dan Bogor. Untuk pendistribusiannya dilakukan dengan sistem pemesanan dan dipaket dari Pekalongan ke Bogor untuk menghemat biaya distribusi. Untuk pembelian bahan baku di Bogor dilakukan dengan sistem pembelian sendiri atau langsung ke tempat penjualan karena lokasinya yang tidak jauh dari tempat produksi. Bahan baku langsung dibeli di tempat yang kualitasnya lebih baik dari tempat yang lain untuk menghasilkan produk yang berkualitas. Berikut merupakan proses produksi kain batik yang merupakan produk utama yang diproduksi oleh Batik Bogor Tradisiku. Tahapan proses produksi kain batik dapat dilihat pada Gambar 6. Membuat gambar atau desain Menyanting Memberi warna (pencelupan atau pencoletan) Perebusan atau pelodoran Gambar 6. Tahap Proses Produksi Kain Batik 34 a. Membuat gambar atau desain Proses pertama dalam membuat batik adalah membuat gambar atau desain dari batik bogor sendiri dengan menggunakan pinsil, ini merupakan tahapan untuk batik tulis dan cap saja. Sedangkan untuk kain printing tidak melewati tahapan ini. b. Menyanting Proses kedua adalah menyanting atau menggambar dengan menggunkan malam untuk menutupi kain agar tidak terkena warna saat proses pewarnaan. Batik tulis menggunakan canting tulis, batik cap menggunakan canting cap, sedangkan pada kain printing tidak melewati tahapan ini. c. Memberi warna (pencelupan atau pencoletan) Proses ketiga adalah memberi warna pada kain. Pada batik tulis dan cap proses pemberian warna adalah dengan mencelupkan kain ke air yang sudah diberi pewarna selama waktu yang ditentukan. Pada kain printing proses pertama langsung pada pemberian warna terhadap kain dengan menggunakan cetakan warna yang disebut plangkan. Sebenarnya proses printing sama dengan proses menyablon hanya saja pada kain printing di usaha Batik Bogor Tradisiku menggunakan obat berkualitas yang baik. Untuk batik tulis, cap, dan printing proses pewarnaan bisa dilakukan berkali-kali tergantung berapa warna yang digunakan. Pada kain printing warna yang berbeda digunakan pada plangkan yang berbeda pula. d. Perebusan atau pelodoran Proses terakhir adalah perebusan atau pelodoran malam yang tercetak di kain. Proses ini dilakukan kepada ketiga macam batik yang diproduksi. Hanya saja pada obatnya saja yang berbeda dalam setiap perlakuaan ketiga batik tersebut. Untuk batik tulis dan cap perebusan dilakukan biasa saja menggunakan air yang sudah diberi obat lalu malam akan luntur secara perlahan. Sedangkan untuk kain printing setelah pemberian warna kain di 35 rebus di obat yang berbeda setelah itu diberi pelembut kain. Setelah direbus lalu kain di angin-anginkan atau dijemur. Untuk proses produksi pakaian jadi dan seragam setelah membuat kain langsung dijait ke penjahit rekan dari usaha Batik Bogor Tradisiku. Yang dimaksud rekan atau mitra usaha Batik Bogor Tradisiku adalah Batik Bogor Tradisiku melakukan kerjasama dengan beberapa penjahit untuk membuat baju ke para penjahit tersebut. Tetapi Batik Bogor Tradisiku memiliki satu penjahit yang stand by dan bekerja secara langsung dengan Batik Bogor Tradisiku hanya saja segala kebutuhan bahan baku jahitan langsung dibebankan kepada penjahit sehingga pembayaran jahitan langsung diberikan kepada penjahit. 4.2.3 Aspek Manajemen dan Hukum Setelah membahas aspek pasar dan pemasaran serta aspek teknis, selanjutnya akan membahas aspek manajemen dan hukum. Penilaian kelayakan pengembangan usaha dalam aspek manajemen dan hukum meliputi masalah perizinan dan legalitas, struktur organisasi, deskripsi pekerjaan, dan tenaga kerja. 1. Perizinan dan Legalitas Badan Hukum Usaha Tujuan dari aspek hukum adalah untuk meneliti keabsahan, kesempurnaan, dan keaslian dari dokumen-dokumen yang dimiliki (Kasmir dan Jakfar, 2003). Usaha Batik Bogor Tradisiku secara resmi telah didaftarkan sebagai perusahaan yang memiliki nomor Tanda Daftar Perusahaan (TDP) 10.04.5.17.06359, pada tanggal 15 Januari 2009. Penanggung jawab Batik Tradisiku adalah pendirinya yaitu Bapak Siswaya, dengan nomor NPWP 59.202.841.9-404.000. Batik Tradisiku juga telah mengantongi Surat Izin Usaha Perdagangan (SIUP) dengan nomor 517/32/PK/B/DIPERINDAGKOP dan Tanda Daftar Industri (TDI) dengan nomor 534/03.TDI-Diperindagkop pada tanggal 15 Januari 2009. 36 2. Struktur Organisasi Struktur organisasi dibuat untuk menunjukkan kedudukan struktural masing-masing individu serta menunjukkan tugas dan fungsi mereka. UKM Batik Bogor Tradisiku dipimpin oleh seorang direktur utama yang bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan UKM seperti kegiatan produksi, operasional, pemasaran, keuangan, dan SDM. Pada setiap kegiatan tersebut terdapat seorang supervisor yang bertanggung jawab khusus untuk masing-masing kegiatan. Penanggung jawab produksi bertugas untuk mengkoordinasikan seluruh kegiatan-kegiatan yang bersangkutan dengan produksi yaitu diantaranya desain motif, proses pembatikan tulis dan cap, proses printing, proses pewarnaan, dan proses penjahitan. Penanggung jawab operasional bertanggung jawab dalam kegiatan-kegiatan operasional Batik Bogor Tradisiku seperti dalam hal transportasi dan belanja bahan baku batik. Penanggung jawab pemasaran bertanggung jawab untuk memasarkan produk batik baik itu pada galeri dan pameran. Penanggung jawab keuangan bertanggung jawab atas pencatatan keuangan serta mengontrol arus kas UKM Batik Bogor Tradisiku, sedangkan penanggung jawab SDM bertanggung jawab atas sumber daya manusia yang dibutuhkan oleh Batik Bogor Tradisiku. Adapun struktur organisasi UKM Batik Bogor Tradisiku dapat dilihat pada Gambar 7. Direktur Utama Penanggung Jawab Produksi Penanggung Jawab Operasional Penanggung Jawab Pemasaran Penanggung Jawab Keuangan Penanggung Jawab SDM Gambar 7. Struktur Organisasi Usaha Batik Bogor Tradisiku 37 3. Tenaga Kerja Tenaga kerja merupakan faktor yang penting dalam menjalankan suatu usaha. Jumlah semua tenaga kerja yang ada di Batik Bogor Tradisiku berjumlah 22 orang. Jam kerja yang berlaku bagi karyawan mulai dari jam 08.00 hingga 17.00 WIB atau sekitar 9 jam per hari. Pada awal pendirian tahun 2008, UKM Batik Tradisiku Bogor hanya memiliki 8 karyawan yang terbagi ke beberapa pekerjaan. Jumlah tenaga kerja dari awal usaha dapat dilihat pada Lampiran 5 yang menyajikan kebutuhan fisik dari tahun 0 (tahun 2008). Sistem perekrutan tenaga kerja di Batik Bogor Tradisiku tidak rumit. Tingkat pendidikan yang dibutuhkan juga tidak ditetapkan terlalu tinggi, tidak perlu juga mahir dalam membatik karena sebelumnya ada pelatihan terlebih dahulu dari Batik Bogor Tradisiku. Tenaga kerja yang direkrut juga tidak jauh dari orang sudah dikenal oleh pemilik sehingga pemilik dapat mengontrol karyawan agar dapat bekerja dengan baik. Dengan sistem seperti itu pemilik memiliki tenaga kerja yang memiliki kualitas yang baik. Sistem pemberian gaji yang diterapkan di usaha Batik Bogor Tradisiku adalah sistem bulanan dan sistem upah jika adanya kerja tambahan seperti menjaga pameran. Karyawan hanya mendapatkan libur seminggu sekali atau tergantung pesanan yang diterima. Selain itu karyawan diperbolehkan untuk meminta kasbon untuk keperluan mendadak dan mendapatkan bonus tambahan untuk tunjangan Hari Raya Idul Fitri. 4.2.4 Aspek Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan Pada aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan menunjukkan apa dampak yang diberikan usaha tersebut terhadap masyarakat pada khususnya dan pemerintah pada umumnya. Bila ditinjau dari aspek ekonomi dampak yang diberikan usaha Batik Bogor Tradisiku akan membuka peluang bertambahnya pendapatan bagi karyawan yang hampir sebagian karyawannya berasal dari Bogor dan pendapatan bagi 38 masyarakat sekitar tempat usaha. Selain itu bagi pemerintah, dampak yang dirasakan dari usaha Batik Bogor Tradisiku adalah memberikan pemasukan bagi pemerintah dengan pembayaran pajak yang dibayarkan Batik Bogor Tradisiku. Ditinjau dari aspek sosial dampak yang diberikan Batik Bogor Tradisiku akan membuka peluang kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar sehingga dapat membantu pemerintah dalam mengurangi angka pengangguran walaupun dalam jumlah kecil. Selain itu tersedianya sarana dan prasarana berupa jalanan dan listrik bagi daerah sekitar tempat usaha. Bila dilihat dari aspek lingkungan, usaha Batik Bogor Tradisiku memperhatikan keadaan lingkungan sekitar dan dampak yang ditimbulkan usaha tersebut. Hal tersebut dapat dilihat dari obat pewarna yang digunakan oleh Batik Bogor Tradisiku ramah lingkungan karena tidak berbahaya bagi lingkungan. Selain itu pada usaha Batik Bogor Tradisiku dapat dikatakan tidak menghasilkan limbah yang dapat mengganggu lingkungan hanya kain hasil batik yang dapat diberikan atau dijual kembali kepada orang lain yang akan menghasilkan barang lain. Oleh karena itu, dari aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan usaha pengembangan Batik Bogor Tradisiku layak untuk dijalankan. 4.2.5 Aspek Finansial Analisis aspek keuangan diteliti untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan (Umar, 2009). Penentuan layaknya suatu bisnis dapat dilihat dari beberapa kriteria. Pada pengembangan kelayakan usaha Batik Bogor Tradisiku dilihat dari aspek finansial terdiri dari rencana kebutuhan fisik, rencana anggaran biaya, biaya operasional, modal dan penerimaan, analisis kriteria investasi, dan analisis sensitivitas. Perhitungan kriteria investasi dilakukan dari awal usaha didirikan yaitu tahun 2008. Tahun persiapan (tahun 0) adalah tahun 2008 dan tahun pengembangan usaha (tahun 4). Hal tersebut dilakukan karena 39 pengembangan yang dilakukan UKM Batik Tradisiku Bogor berupa peningkatan produksi dengan melihat kapasitas optimum yang dapat dipenuhi dari sumber daya yang ada. Sehingga tidak memerlukan investasi berupa mesin atau peralatan lainnya dalam pengembangan yang dilakukan. 1. Rencana Kebutuhan Fisik Rencana kebutuhan fisik pada pengembangan kelayakan usaha Batik Bogor Tradisiku merupakan perencanaan kebutuhan fisik yang dibutuhkan oleh usaha tersebut. Kebutuhan fisik ini berupa kebutuhan bangunan, peralatan dan perlengkapan, bahan baku produksi, dan tenaga kerja. Dalam pengembangan kelayakan usaha ini yang meningkat adalah bahan baku dan peralatan yang dibutuhkan dalam peningkatan produksi usaha tersebut. Peningkatan bahan baku hanya terjadi pada bahan baku produksi kain batik cap karena pada peningkatan kapasitas optimum yang meningkat hanya pada batik cap saja. Bahan baku yang meningkat adalah bahan baku pada aktivitas produksi batik cap berupa kain prima, malam cap, obat pewarna cap, soda ash, minyak tanah, gas kecil, blue gas, dan kayu bakar. Untuk peralatan yang meningkat adalah pada canting cap saja karena adanya peningkatan pada produksi batik cap juga. Tetapi pengembangan usaha ini tidak menyebabkan pertambahan tenaga kerja. Hal tersebut didasarkan pada pengoptimalan sumber daya yang dimiliki usaha tersebut. Rincian kebutuhan fisik dapat dilihat pada Lampiran 5 dan 12. 2. Rencana Anggaran Biaya (RAB) Rencana anggaran biaya pada pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku merupakan seluruh biaya yang diperlukan dalam pengembangan usaha ini. Rencana anggaran ini merupakan biaya yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan fisik yang telah direncanakan. Biaya-biaya yang termasuk dalam dalam rencana anggaran biaya adalah biaya bangunan, peralatan dan perlengkapan, 40 bahan baku, lain-lain, serta tenaga kerja langsung dan tidak langsung. Pada pengembangan usaha ini, rencana anggaran biaya yang diperlukan adalah biaya peralatan dan perlengkapan, biaya bahan baku, biaya lain-lain, serta biaya upah tenaga kerja dan bonus. Ringkasan rencana anggaran biaya pada pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku dapat dilihat pada Tabel 5. Rencana anggaran biaya lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 6 dan 13. Tabel 5. Rencana anggaran biaya pada Batik Bogor Tradisiku Kondisi Pengembangan (Rp) Kondisi Normal (Rp) Item Biaya Peralatan dan Perlengkapan Biaya Bahan Baku Produksi Biaya Lain-lain Biaya Upah tenaga kerja dan Bonus Total 5.100.000 15.100.000 490.461.000 155.471.000 612.890.000 196.732.000 302.564.000 318.776.000 953.596.000 1.143.497.000 3. Biaya Operasional Biaya operasional dalam pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku terdiri dari biaya tetap (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). pengembangan Biaya operasional usaha Batik dan pada 1.281.218.000,00 yang Bogor kondisi dibutuhkan dalam Tradisiku sebesar Rp normal sebesar Rp 1.101.317.000,00. Biaya tetap adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh naik turunnya produksi yang dihasilkan (Ibrahim, 2003). Pada pengembangan usaha ini yang termasuk biaya tetap adalah biaya gaji tetap, biaya transportasi, biaya pemasaran, biaya listrik, biaya konsumsi, biaya ATK, biaya kebutuhan workshop, biaya pameran, dan biaya bunga pinjaman. Biaya Biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan dipengaruhi oleh naik turunnya produksi yang dihasilkan (Ibrahim, 2003). Pada pengembangan usaha ini yang termasuk biaya tidak tetap adalah biaya bahan baku, biaya upah tenaga kerja (penjahit) dan bonus. Ringkasan biaya operasional pada tahun pertama pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku dapat 41 dilihat pada Tabel 6. Biaya operasional yang lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 9 dan 15. Tabel 6. Biaya operasional pada tahun pertama pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku Biaya Operasional Biaya tetap Biaya variabel Total Kondisi Normal (Rp) 529.361.000 571.956.000 1.101.317.000 Kondisi Pengembangan (Rp) 586.096.000 695.122.000 1.281.218.000 4. Modal dan Penerimaan Modal merupakan keseluruhan modal yang diperlukan untuk membangun dan menjalankan usaha. Modal awal yang digunakan oleh Batik Bogor Tradisiku murni dari uang pemiliknya. Tetapi pada pertengahan Batik Bogor Tradisiku meminjam pada Bank BRI Syariah. Pada pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku tidak diperlukan modal awal karena pengembangan pada usaha ini hanya penambahan produksi pada kapasitas optimal dari sumber daya yang sudah dimiliki. Penerimaan merupakan komponen pemasukan dalam usaha. Komponen pemasukan pada pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku terdiri dari hasil penjualan hasil produksi dan nilai sisa. Nilai sisa merupakan nilai barang yang tidak habis dipakai selama umur bisnis. Total penjualan dari kelima produk yang dipasarkan pada kondisi pengembangan usaha adalah sebesar 1.649.412.000,00 dan pada kondisi normal sebesar Rp Rp 1.232.375.000,00. Jumlah penerimaan pada pengembangan usaha ini relatif sama untuk beberapa tahun kedepan, hanya saja dibedakan dari nilai akhir dari barang-barang. 5. Analisis Kriteria Investasi Analisis kriteria investasi merupakan penilaian pengembangan kelayakan usaha Batik Bogor Tradisiku, apakah pengembangan usaha layak untuk dijalankan. Analisis kriteria investasi memperhitungkan nilai waktu uang atau (time value of money). Adapun kriteria yang digunakan sebagai penilaian terhadap 42 pengembangan kelayakan usaha ini adalah Net Present Value (NPV), Internal Rate Return (IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C), Payback Period (PBP), dan Profitability Index (PI). Hasil perhitungan dari analisis kriteria investasi dapat dilihat pada Tabel 7. Perhitungan kriteria investasi dapat dilihat pada Lampiran 10 dan 16. Tabel 7. Perbandingan kriteria investasi pada kondisi normal dan kondisi pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku Kriteria Investasi Net Present Value (NPV) Internal Rate Return (IRR) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) Payback Period (PBP) Profitability Index (PI) Kondisi Normal Kondisi Pengembangan Rp 222.947.000 Rp 778.901.000 23,9% 41,97% 1,804 3,729 1,057 1,174 4 thn 11 bln 22 hari 2,774 3 thn 9 bln 0 hari 6,341 a. Net Present Value (NPV) Net Present Value atau nilai bersih sekarang merupakan selisih antara Present Value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) di masa yang akan datang (Umar,2009). Nilai NPV pada pengembangan sebesar Rp 778.901.000,00 dan pada kondisi normal sebesar Rp 222.947.000,00. Nilai ini menunjukkan keuntungan yang akan diperoleh selama umur usaha yang telah ditentukan dengan tingkat bunga sebesar 12%. Ketentuan suku bunga didasarkan pada bunga pinjaman BRI Syariah sebesar 12%. Makin tinggi nilai NPV maka semakin layak usaha dijalankan. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan usaha layak dijalankan karena NPV yang dihasilkan lebih besar dari pada nol (NPV>0), sesuai dengan syarat. b. Internal Rate Return (IRR) 43 Internal Rate Return merupakan tingkat pengembalian usaha terhadap modal yang ditanamkan. Nilai IRR pada pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku adalah 41,97% dan pada kondisi normal sebesar 23,9%. Angka ini lebih besar dari tingkat suku bunga pinjaman sebesar 12% yang berarti modal yang ditanamkan usaha tersebut memiliki tingkat pengembalian yang menguntungkan dibandingkan melakukan investasi di Bank. Semakin tinggi nilai IRR maka semakin layak usaha dijalankan. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan usaha layak dijalankan karena IRR yang dihasilkan lebih besar dari suku bunga pinjaman 12% (IRR>discount rate), sesuai dengan syarat. c. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net B/C merupakan merupakan perbandingan antara present value kas masuk dengan present value kas keluar. Nilai Net B/C pada pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku sebesar 3,729 sedangkan pada kondisi normal sebesar 1,804. Nilai ini berarti perbandingan penerimaan dari usaha lebih besar dari pada jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperolehnya. Semakin besar nilai Net B/C maka semakin layak usaha tersebut dijalankan. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan usaha layak dijalankan karena Net B/C yang dihasilkan lebih besar dari satu (Net B/C>1), sesuai dengan syarat. d. Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) Gross B/C merupakan present value manfaat kotor dengan present value biaya kotor. Nilai Gross B/C pada pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku sebesar 1,174 sedangkan pada kondisi normal sebesar 1,057. Nilai ini berarti perbandingan penerimaan kotor dari usaha lebih besar dari pada jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperolehnya. Semakin besar nilai Gross B/C maka semakin layak usaha tersebut dijalankan. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan usaha layak dijalankan 44 karena Gross B/C yang dihasilkan lebih besar dari satu (Gross B/C>1), sesuai dengan syarat. e. Payback Period (PBP) Payback Period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi (initial cash investment) dengan menggunakan aliran kas. Dengan kata lain PBP mengukur seberapa cepat investasi yang ditanamkan dapat kembali. Dapat dilihat dari hasil pengolahan menunjukkan bahwa PBP pada pengembangan usaha selama 3 tahun 9 bulan sedangkan pada kondisi normal selama 4 tahun 11 bulan 22 hari. Semakin cepat pengembaliannya maka semakin layak usaha tersebut dijalankan. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan usaha layak dijalankan karena PBP yang dihasilkan lebih kecil dari periode maksimum (PBP < periode maksimum), sesuai dengan syarat. f. Profitability Index (PI) Dari hasil perhitungan pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku sebesar 6,341 sedangkan pada kondisi normal sebesar 2,774. Nilai ini berarti perbandingan penerimaan dari usaha lebih besar dari pada jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperolehnya. Hal ini menunjukkan bahwa pengembangan usaha layak dijalankan karena PI yang dihasilkan lebih besar dari satu (PI > 1), sesuai dengan syarat. 6. Analisis Sesitivitas Analisis sensitifitas dilakukan untuk mengetahui perubahan hasil bisnis, bila salah satu atau beberapa variabel komponen bisnis mengalami perubahan dimasa depan, dan tindakan apa yang perlu dilakukan. Dalam pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku analisis yang dilakukan menggunakan metode switching value, yaitu mencari nilai maksimal dari perubahan variabel yang mempengaruhi usaha. Variabel yang digunakan adalah tingkat inflasi yang terjadi. Alasan menggunakan tingkat inflasi dikarenakan dengan berubahnya tingkat inflasi dapat menyebabkan beberapa komponen 45 biaya juga berubah sehingga dapat dianalisis seberapa besar inflasi maksimum yang dapat diterima perusahaan. Dari hasil perhitungan pengembangan usaha ditunjukan bahwa tingkat inflasi yang dapat ditolerir oleh usaha ini sebesar 23,29 persen dan saat kondisi normal tingkat inflasi yang dapat ditolerir adalah sebesar 18,12 persen. Apabila angka inflasi melebihi 23,29 persen pada saat pengembangan dan melebihi 18,12 persen pada saat kondisi normal maka usaha Batik Bogor Tradisiku tidak layak dijalankan karena NPV yang negatif. Perhitungan analisis sensitivitas dengan menggunakan metode Switching Value dapat dilihat pada Lampiran 11 dan 17. Hasil rekapitulasi analisis aspek finansial pada kondisi normal dan pengembangan usaha menggunakan kriteria invesatasi dapat dilihat pada Tabel 8 dan analisis aspek finansial pada kondisi normal dan pengembangan usaha menggunakan analisis sensitivitas dapat dilihat pada Tabel 9. 46 Tabel 8. Hasil rekapitulasi aspek finansial pada kondisi normal dan pengembangan usaha menggunakan kriteria investasi Ringkasan Rencana Anggaran Biaya (RAB) No. 1 2 3 4 No. 1 2 No. 1 No. 1 2 3 4 5 6 Kondisi Normal (Rp) Item Biaya Peralatan dan 5.100.000 Perlengkapan Biaya Bahan Baku 490.461.000 Produksi Biaya Lain-lain 155.471.000 Biaya Upah tenaga 302.564.000 kerja dan Bonus Total 953.596.000 Ringkasan Biaya Operasional Biaya Operasional Biaya Tetap Biaya Variabel Total Kondisi Normal (Rp) 529.361.000 571.956.000 1.101.317.000 Ringkasan Penerimaan Item Kondisi Normal (Rp) Hasil Penjualan&nilai 1.232.375.000 sisa Ringkasan Analisis Kriteria Investasi Item Net Present Value (NPV) Internal Rate Return (IRR) Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Gross Benefit Cost Ratio (Gross B/C) Payback Period (PBP) Profitability Index (PI) Kondisi Normal Kondisi Pengembangan (Rp) 15.100.000 612.890.000 196.732.000 318.776.000 1.143.497.000 Kondisi Pengembangan (Rp) 586.096.000 695.122.000 1.281.218.000 Kondisi Pengembangan (Rp) 1.649.412.000 Kondisi Pengembangan Rp 222.947.000 Rp 778.901.000 23,9% 41,97% 1,804 3,729 1,057 1,174 4 thn 11 bln 22 hari 2,774 3 thn 9 bln 0 hari 6,341 47 Tabel 9. Hasil rekapitulasi aspek finansial pada kondisi normal dan pengembangan usaha menggunakan analisis sensitivitas Ringkasan Analisis Sensitivitas Kondisi Normal Tingkat Inflasi No. Item 15% 20% 1 (210.561) (228.552) NPV (tahun 0 sampai tahun 5) (11.846) (25.590) (55.028) (83.434) 61.840 20.012 71.219 31.261 54.510 18.869 55.037 20.425 46.851 15.443 44.495 14.583 166.430 82.485 Total 222.947 (134.498) 2 Net B/C 1,804 0,602 Inflasi 18,12% Maksimum Ringkasan Analisis Sensitivitas Kondisi Pengembangan Tingkat Inflasi No. Item 15% 20% 25% 1 (210.561) (228.552) (246.543) NPV (tahun 0 sampai tahun 5) (11.846) (25.590) (38.520) (63.050) (90.771) (116.692) 61.840 20.012 (11.398) 170.380 105.383 69.202 148.370 84.999 52.931 138.092 74.750 45.570 121.277 60.977 35.416 110.632 52.242 29.417 258.431 130.636 84.752 Total 723.566 184.086 (95.865) 2 Net B/C 3,535 1,534 0,768 Inflasi 23,29% Maksimum 4.3. Implikasi Manajerial Implikasi manajerial merupakan rekomendasi dalam pengambilan langkah strategis atau pengambilan keputusan yang dapat dilakukan manajemen dalam menjalankan dan mengelola jalannya usaha. Implikasi manajerial ini dituliskan dalam bentuk fungsi manajemen yaitu perencanaan (planning), pelaksanaan (actuating), dan pengendalian (controlling). Implikasi manajerial dituangkan dalam beberapa aspek, yaitu aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek 48 ekonomi, sosial, dan lingkungan, serta aspek finansial. Implikasi manajerial pada pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Implikasi manajerial dalam fungsi manajemen pada pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku Aspek Perencanaan Pasar dan 1. Inovasi 1. pemasaran 2. Memperlu as pasar untuk meningkat 2. kan penjualan ke pelosok 3. kabupaten Bogor hingga keluar daerah Bogor. 4. Teknis Memperhatikan efisiensi lokasi produksi dan proses produksi Manajemen dan Hukum Memperhatikan tenaga kerja dan sistem kompensasi yang dijalankan perusahaan. Memperhatikan masyarakat dan lingkungan sekitar tempat uasaha. Ekonomi, Sosial, dan Lingkungan Finansial Membuat laporan keuangan yang tertata dengan rapi. Pelaksanaan Pengendalian Membuat motif-motif batik 1. Menjaga kualitas yang baru, mengikuti trend produk. baju sesuai perkembangan 2. Menjaga zaman, dan meningkatkan hubungan baik kualitas. dengan Mengikuti pameran di pelanggan dan Bogor dan luar Bogor. mitra pada UKM Karena perkembangan Batik Bogor zaman menuntut perusahaan Tradisiku. untuk mengikuti trend, 3. Memperhatikan membuat keluhan dan perusahaan Website yang dipegang oleh saran pelanggan. salah satu pegawai agar tidak terbengkalai. Memasarkan produk ke sekolah-sekolah dan pemerintah. 1. Menyatukan lokasi produksi Melakukan pada satu tempat agar proses controlling terhadap produksi menjadi lebih setiap kegiatan efisien. pembelian bahan 2. Mencatat setiap bahan baku baku, pemakaian bahan baku, dan yang terpakai. proses produksi. Memperhatikan kesejahteraan Memperhatikan laba karyawan dengan memberikan yang didapat untuk reward kepada karyawan menentukan tingkat terbaik dan mengupayakan upah upah bagi karyawan untuk meningkatkan yang lebih baik. kesejahteraan seluruh komponen perusahaan. Membuat peluang kerja bagi Menyesuaikan diri masyarakat sekitar jika dengan kehidupan memadai dan menjaga lingkungan sekitar kebersihan kingkungan sekitar dan mengontrol limbah setiap tempat usaha. kegiatan produksi agar tidak mencemari lingkungan. Mencatat segala pengeluaran Melakukan evaluasi (terutama pengeluaran bahan terhadap pencatatan baku) dan pemasukan secara laporan keuangan detail agar tercatat secara rapih. setiap bulannya. 49 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan dari beberapa aspek yang perlu dikaji dalam pengembangan kelayakan usaha Batik Bogor Tradisiku, dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya: 1. Hasil analisis kualitatif, yaitu aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis, aspek manajemen dan hukum, aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan menunjukkan bahwa pengembangan usaha Batik Bogor Tradisiku layak untuk dikembangkan. Dilihat dari aspek finansial dengan menggunakan tingkat discount rate sebesar 12 persen dan periode usaha selama enam tahun menunjukkan bahwa pengembangan usaha Batik Tradisiku Bogor layak untuk dikembangkankan. 2. Hasil analisis switching value menunjukkan bahwa tingkat sensitivitas usaha terhadap kenaikan inflasi berada pada batas 23,29 persen. 3. Perbandingan antara kondisi normal tanpa pengembangan dengan adanya pengembangan usaha diperoleh hasil melalui analisis kriteria investasi adalah akan lebih baik jika Batik Bogor Tradisiku mengembangkan usahanya karena lebih banyak mendapat keuntungan walau tanpa pengembangan usaha tetap layak dijalankan, hanya saja kurang menguntungkan. Saran Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan dari beberapa aspek yang perlu dikaji dalam pengembangan kelayakan usaha Batik Bogor Tradisiku, saran yang dapat dijadikan masukan bagi usaha Batik Bogor Tradisiku adalah: 1. Aspek Teknis, tata letak lokasi produksi sebaiknya dilakukan pada satu lokasi saja agar lebih efisien biaya dan waktu. 2. Aspek Manajemen, sebaiknya lakukan pembagian tugas yang lebih jelas agar pelaksanaan fungsi manajerial dapat dijalankan secara optimal. 3. Aspek Keuangan, sebaiknya mencatat pengeluaran dengan lebih detail dan segala kegiatan produksi yang dilakukan. 50 4. Aspek Pemasaran, sebaiknya melakukan inovasi terhadap motif-motif batik Bogor dan memperluas pasar hingga keluar daerah Bogor. DAFTAR PUSTAKA Chaerunnisa, R. 2007. Studi Kelayakan Usaha Penggilingan Gabah di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor. Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Ibrahim, Yacob. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: PT RINEKA CIPTA. Irfani, R. 2011. Studi Kelayakan Pengembangan Usaha Ransel Laptop di UKMK Yogi Tas Desa Laladon Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor. Skripsi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Kasmir dan Jakfar. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Santoso, Singgih. 2009. Bussiness Forecasting Metode Peramalan Bisnis Masa Kini dengan Minitab dan SPSS. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Sinaga, D. 2009. Studi Kelayakan Bisnis dalam Ekonomi Global. Jakarta: Mitra Wacana Media. Umar, H. 2009. Studi Kelayakan Bisnis: Teknik Menganalisis Kelayakan Rencana Bisnis secara Komprehensif. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Pengertian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah Wulandari, A. 2011. Batik Nusantara: Makna Filosofis, Cara Pembuatan dan Industri Batik. Yogyakarta: Penerbit ANDI. Kementrian Perindustrian. 2011. http://www.kemenperin.go.id/Ind/Publikasi/ MajGema/File/2011077.pdf [25 Januari 2012] Kementrian perindustrian. 2011. http://www.kemeperin.go.id/Ind/IndustriFactand Figure.pdf [13 Maret 2012] LAMPIRAN 52 Lampiran 1. Perhitungan IRR menggunakan Gambar NPV NPV1 a b i IRR i1 c i2 NPV2 d Rumus: 53 54 Lampiran 3. Program Linear Penentuan Kapasitas Optimum Produksi MAX 260611X1+125411X2+20106X3 ST 239389X1+99589X2+69894X3<=55000000 X1>34 X2>224 X3>325 X1+X2<=390 X1+X2+X3<=650 END LP OPTIMUM FOUND AT STEP 2 OBJECTIVE FUNCTION VALUE 1) 0.4580096E+08 VARIABLE VALUE X1 34.000000 X2 242.448700 X3 325.000000 ROW 2) 3) 4) 5) 6) 7) REDUCED COST 0.000000 0.000000 0.000000 SLACK OR SURPLUS DUAL PRICES 0.000000 1.259286 0.000000 -40848.136719 18.448704 0.000000 0.000000 -67910.515625 113.551292 0.000000 48.551296 0.000000 NO. ITERATIONS= 2 55 Lampiran 4. Asumsi Peramalan Penjualan Batik Cap pada Pengembangan Batik Bogor Tradisiku 2008 2009 2010 2011 Jan 45 92 311 317 Feb 23 47 154 156 Mar 36 73 250 257 Apr 57 124 342 311 Mei 54 118 320 289 Jun 33 69 219 217 Jul 66 143 398 365 Aug 26 52 184 192 Sept 7 17 32 20 Okt 56 140 224 107 Nov 46 103 266 232 Des 37 77 237 230 1. Fungsi Autokorelasi Autocorrelation Function for SALES (with 5% significance limits for the autocorrelations) 1,0 0,8 Autocorrelation 0,6 0,4 0,2 0,0 -0,2 -0,4 -0,6 -0,8 -1,0 1 2 3 4 5 6 7 Lag 8 9 10 11 12 56 Lanjutan Lampiran 4. 2. Model Analisis Tren Linear TREND ANALISIS LINEAR Linear Trend Model Yt = 19.8014 + 5.28957*t 400 Variable Actual Fits Forecasts SALES 300 Accuracy Measures MAPE 103,95 MAD 59,47 MSD 6893,71 200 100 0 1 6 12 18 24 30 36 Index 42 48 54 60 3. Model Analisis Tren Kuadratik TREND ANALISIS QUADRATIC Quadratic Trend Model Yt = -32.6632 + 11.5853*t - 0.128485*t**2 400 Variable Actual Fits Forecasts SALES 300 Accuracy Measures MAPE 111,07 MAD 59,75 MSD 6407,91 200 100 0 1 6 12 18 24 30 36 Index 42 48 54 60 57 Lanjutan Lampiran 4. 4. Model Double Exponential Smoothing DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING Variable A ctual Fits Forecasts 95.0% PI 400 300 Smoothing Constants A lpha (lev el) 0,2 Gamma (trend) 0,2 SALES 200 A ccuracy Measures MA PE 105,23 MA D 59,60 MSD 7539,65 100 0 -100 1 6 12 18 24 30 36 Index 42 48 54 60 Lampiran 2. Alur Pikir Penelitian FBYDD: Harga Produk Manajemen Produksi Lingkung an eksternal & internal Wawancara dan observasi langsung EXISTING PROBLEMS: Perlunya peningkatan perkembangan unit usaha, dan ekspor batik di Indonesia Ada kecenderungan menurunnya budaya batik FBYTDD: Ekonomi Tingkat suku bunga Kenaikan harga bahan baku Permintaan DATA& INFORMASI: Biaya produksi Biaya investasi Harga jual Modal pinjaman Biaya lain-lain Profil Dokumen perusahaan dan studi literatur (buku dan internet) PROSES: Analisis kelayakan non-finansial Analisis kelayakan finansial Analisis sensitivitas PARAMETER KONTROL: PBP < periode maksimum NPV > 0 IRR ≥ discount rate PI > 1 Net B/C > 1 Gross B/C > 1 FEEDBACK OUTPUT: Nilai NPV, IRR, Net B/C, Gross B/C, PI, dan PBP serta batas tingkat inflasi yang dapat ditolerir perusahaan OUTCOME: Rekomendasi langkahlangkah strategik UKM Batik Tradisiku untuk rencana pengembangan usaha layak untuk dijalankan IMPACT: - Kinerja perusahaan meningkat - Usaha berkembang dengan baik Lampiran 5. Kebutuhan Fisik Kondisi Normal NO A. B. ITEM BANGUNAN : 1 Cibuluh 2 Tanah Sareal PERALATAN & PERLENGKAPAN 1 PERALATAN : Kompor Minyak a. Tanah b. Kompor Gas c. Wajan d. Canting Cap e. Canting Tulis f. Gawangan g. Dingklek kayu h. Bak Kayu i. Drum j. Meja Printer 9 meter k. Plangkan l. Mixer Obat m. Mesin Jahit n. Mesin Obras o. Mesin Bordir p. Mesin Over Deck q. Tabung Gas 2 PERLENGKAPAN : a. Stand Hang Kayu b. Stand Hang Bambu c. Sketsel d. Lemari Bambu e. Manekin f. Sofa PERHITUNGAN RENCANA KEBUTUHAN FISIK USAHA BATIK TRADISIKU TAHUN ANALISA PROYEK STN 0 1 2 3 4 5 6 m2 m2 275 unit 5 10 unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit 2 7 20 30 10 20 2 4 3 2 8 60 20 unit unit unit unit unit set 4 7 8 Jumlah 9 275 300 300 15 60 10 1 12 1 1 3 1 1 1 2 10 10 3 1 6 60 20 60 20 20 2 4 3 1 60 20 60 20 14 20 49 570 180 40 4 8 2 26 2 10 2 2 2 10 60 20 1 1 3 3 1 1 1 2 1 1 1 3 2 2 6 2 14 2 5 2 5 1 45 3 7 60 20 10 60 20 4 4 5 4 11 1 Lanjutan lampiran 5. C. D. g. Meja h. Kursi i. Lemari Kaca j. Laptop k. Printer l. Mobil m. Motor n. AC BAHAN BAKU PRODUKSI 1 Kain Primis 2 Kain Prima 3 Malam Tulis 4 Malam Cap 5 Obat Pewarna Tulis 6 Obat Pewarna Cap 7 Obat Pewarna Printing 8 Soda Kue 9 Soda Ash 10 Soda Api 11 Monutex 12 Watter Glass 13 Softener 14 Minyak Tanah 15 Gas Kecil 16 Blue Gas 17 Kayu Bakar 18 Label TENAGA KERJA 1 Karyawan Tetap unit unit unit unit unit unit unit unit 2 15 1 2 yard yard kg kg kg kg kg kg kg kg kg kg kg liter unit unit truk unit 172 1.075 77 726 3 16 357 2.345 161 3.166 5 35 6 12 17 1 1 0,5 145 org 8 1 1 4 15 1 2 1 1 2 1 1 1 2 1 37 1 1 0,5 390 994 25.015 447 4.406 15 97 240 1.201 34 89 2.403 3.577 18 358 6 9 2 3.732 911 19.126 410 4.040 14 89 158 791 31 66 1.581 2.635 13 154 49 14 3,5 4.057 911 19.126 410 4.040 14 89 158 791 31 66 1.581 2.635 13 154 49 14 3,5 4.057 911 19.126 410 4.040 14 89 158 791 31 66 1.581 2.635 13 154 49 14 3,5 4.057 911 19.126 410 4.040 14 89 158 791 31 66 1.581 2.635 13 154 49 14 3,5 4.057 911 19.126 410 4.040 14 89 158 791 31 66 1.581 2.635 13 154 49 14 3,5 4.057 911 19.126 410 4.040 14 89 158 791 31 66 1.581 2.635 13 154 49 14 3,5 4.057 911 19.126 410 4.040 14 89 158 791 31 66 1.581 2.635 13 154 49 14 3,5 4.057 10 22 22 22 22 22 22 22 22 7.901 162.319 3.555 36.574 117 770 1.347 6.736 269 551 13.472 22.020 110 1.490 351 109 28 32.666 Lampiran 6. Rencana Anggaran Biaya (RAB) Kondisi Normal NO A. B. ITEM PERHITUNGAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) USAHA BATIK TRADISIKU (Rp 000) TAHUN ANALISA PROYEK 0 1 2 3 4 5 6 BANGUNAN : 1 Cibuluh 2 Tanah Sareal Total Biaya Bangunan PERALATAN & PERLENGKAPAN 1 PERALATAN : a. Kompor Minyak Tanah b. Kompor Gas c. Wajan d. Canting Cap e. Canting Tulis f. Gawangan g. Dingklek h. Bak Kayu i. Drum j. Meja Printer 9 meter k. Plangkan l. Mixer Obat m. Mesin Jahit n. Mesin Obras o. Mesin Bordir p. Mesin Over Deck q. Tabung Gas 2 PERLENGKAPAN : a. Stand Hang Kayu b. Stand Hang Bambu c. Sketsel d. Lemari Bambu e. Manekin f. Sofa 7 8 9 82.500 900.000 900.000 82.500 125 208 140 14.000 120 1.500 2.000 2.700 280 12.750 240 1.500 300 900 60 5.050 300 3.600 8.400 10.200 700 1.250 3.000 3.500 1.100 3.500 1.000 300 900 30 6.000 300 3.600 300 900 210 300 3.600 300 3.600 2.000 2.700 280 300 3.600 60 300 900 30 300 3.600 300 3.600 8.400 12.600 1.600 1.500 4.800 3500 1100 3500 1.000 700 1.600 1.600 1.500 5.000 850 1.750 1.300 550 4.500 850 1300 690 300 3.600 Lanjutan Lampiran 6. C. D. g. Meja h. Kursi i. Lemari Kaca j. Laptop k. Printer l. Mobil m. Motor n. AC Total Biaya Peralatan dan Perlengkapan BAHAN BAKU PRODUKSI : 1 Kain Primis 2 Kain Prima 3 Malam 4 Malam Cap 5 Obat Pewarna Tulis 6 Obat Pewarna Cap 7 Obat Pewarna Printing 8 Soda Kue 9 Soda Ash 10 Soda Api 11 Monutex 12 Watter Glass 13 Softener 14 Minyak Tanah 15 Gas Kecil 16 Blue Gas 17 Kayu Bakar 18 Label Total Biaya Bahan Baku Produksi LAIN - LAIN : 1 Listrik, Telepon, dan Air 2 Transportasi dan Akomodasi 3 ATK 1.500 2.925 1.500 1500 4.500 2.500 4.500 125.000 30.000 3.627 189.698 22.180 32.260 28.607 5.100 25.790 9.600 16.160 7.580 3.900 1.739 6.989 3.486 18.145 1.994 3.992 3.606 15.244 7.230 79.150 4.136 8.706 45 97 131 14 58 625 145 37.363 285 14 58 625 390 119.541 10.062 161.346 20.124 110.151 11.511 24.233 19.221 5.982 271 1.073 180.194 17.885 72 2.821 89 570 2.210 3.732 571.548 12.300 164.486 18.450 100.988 10.553 22.217 12.651 4.364 248 790 118.605 13.174 53 1.386 735 854 4.550 4.057 490.461 12.300 164.486 18.450 100.988 10.553 22.217 12.651 4.364 248 790 118.605 13.174 53 1.386 735 854 4.550 4.057 490.461 12.300 164.486 18.450 100.988 10.553 22.217 12.651 4.364 248 790 118.605 13.174 53 1.386 735 854 4.550 4.057 490.461 12.300 164.486 18.450 100.988 10.553 22.217 12.651 4.364 248 790 118.605 13.174 53 1.386 735 854 4.550 4.057 490.461 12.300 164.486 18.450 100.988 10.553 22.217 12.651 4.364 248 790 118.605 13.174 53 1.386 735 854 4.550 4.057 490.461 12.300 164.486 18.450 100.988 10.553 22.217 12.651 4.364 248 790 118.605 13.174 53 1.386 735 854 4.550 4.057 490.461 12.300 164.486 18.450 100.988 10.553 22.217 12.651 4.364 248 790 118.605 13.174 53 1.386 735 854 4.550 4.057 490.461 4.177 13.277 508 4.177 13.277 508 8.353 26.554 1.017 16.511 33.175 3.699 16.511 33.175 3.699 16.511 33.175 3.699 16.511 33.175 3.699 16.511 33.175 3.699 16.511 33.175 3.699 16.511 33.175 3.699 Lanjutan Lampiran 6. 4 5 6 7 D. Konsumsi Pemasaran Kebutuhan Workshop Biaya Pameran Total Biaya Lain-lain TENAGA KERJA 1 Karyawan Tetap 2 Penjahit 3 Bonus+THR Total Biaya tenaga Kerja TOTAL 9.097 1.707 8.373 1.080 38.219 9.097 1.707 8.373 1.080 38.218 18.194 3.414 16.746 2.160 76.437 32.866 24.972 33.927 10.322 155.471 32.866 24.972 33.927 10.322 155.471 32.866 24.972 33.927 10.322 155.471 32.866 24.972 33.927 10.322 155.471 32.866 24.972 33.927 10.322 155.471 32.866 24.972 33.927 10.322 155.471 32.866 24.972 33.927 10.322 155.471 57.600 10.875 4.305 72.780 420.560 78.000 31.200 12.915 122.115 302.054 183.194 93.201 18.947 295.342 1.600.586 221.069 70.974 10.521 302.564 977.103 221.069 70.974 10.521 302.564 953.596 221.069 70.974 10.521 302.564 974.286 221.069 70.974 10.521 302.564 958.096 221.069 70.974 10.521 302.564 964.656 221.069 70.974 10.521 302.564 956.076 221.069 70.974 10.521 302.564 952.396 Lampiran 7. Perhitungan Penyusutan Kondisi Normal Perhitungan Biaya Penyusutan Asset 14 15 16 17 18 Jenis Asset Terkena Biaya Penyusutan Bangunan Bangunan Kompor Kompor Wajan Wajan Wajan Dingklek Bak Kayu Drum Meja Printer 9 meter Mixer Obat Mesin Jahit Mesin Jahit Mesin Jahit Mesin Jahit Mesin Obras Mesin Bordir Mesin Over Deck Tabung Gas Tabung Gas Stand Hang Kayu Stand Hang Bambu Sketsel Lemari Bambu Manekin 19 20 Sofa Meja No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Tahun 0 2 0 2-4-6-8 0 2&7 3&8 0&5 0&5 0&5 2&7 2&7 0 2 3,7&8 5 0&5 0&5 0&5 0&5 2&7 0 3&8 0 0&5 0 1 0 0&5 Nilai Awal Asset (Rp 000) 82.500 900.000 333 1.200 140 60 30 2.000 2.700 280 8.400 700 3.000 1.250 1.600 4.800 3.500 1.100 3.500 1.000 1.500 5.000 850 1.750 1.300 550 690 4.500 1.500 Nilai Akhir Asset (Rp 000) 10% 8.250 90.000 33,3 120 14 6 3 200 270 28 840 70 300 125 160 480 350 110 350 100 150 500 85 175 130 55 69 450 150 Umur Ekonomis (th) 20 25 2 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 10 5 10 5 10 10 10 5 Biaya Penyusutan (Rp/th 000) 3.713 32.400 149,85 540 25,2 10,8 5,4 360 486 50,4 1.512 126 540 225 288 864 630 198 630 180 270 450 153 158 234 49,5 62,1 405 270 Nilai buku (Rp) 45.375 576.000 660 27,6 19,2 3.864 322 1.760 690 544 131,1 Lanjutan Lampiran 7. 21 22 23 24 25 26 27 28 29 Kursi Lemari Kaca Laptop Printer Mobil Motor AC Canting cap Plangkan 0 0 1&6 1 0 0 3 0 1 2 3 2 3 Total Penyusutan Dibulatkan 2.925 1.500 4.500 2.500 125.000 30.000 3.627 14.000 12.750 5.050 6.000 10.200 12.600 1.266.385 292,5 150 450 250 12.500 3.000 362,7 1.400 1.275 505 600 1.020 1.260 126.639 127.000 10 10 5 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 263,25 135 810 225 11.250 2.700 326,43 1.260 1.147,5 454,5 540 918 1.134 66.147,93 67.000 1.260 475 1.341,99 2.422,5 1.414,0 2.220 2.856 4.662 646.044 647.000 Lampiran 8. Perhitungan Kredit DATA PERHITUNGAN CICILAN BRI SYARIAH ( =R ) R= An ( r / (1-(1+r)^-n)) Tk suku bunga bank= 12% Periode pinjaman = 1 Th Grace period = 1 Th An Besarnya pinjaman = 50.000 (x000Rp) R= 56.000 ('000Rp) R Total cicilan pinjaman pokok + biaya bunga bank. Bunga dan Pengembalian Peminjaman Pokok TAHUN ANALISA NO URAIAN 0 1 2 3 4 5 56.000 A CICILAN 6.000 B BUNGA BANK (12%) 50.000 C PENGEMBALIAN PINJAMAN POKOK 50.000 D KUMULATIP PENGEMBALIAN PINJAMAN POKOK 50.000 0 E SISA KREDIT r n 6 DATA PERHITUNGAN CICILAN BANGUNAN ( =R ) R= An ( r / (1-(1+r)^-n)) Tk suku bunga = 11% Periode pinjaman = 10 Th Grace period = 1 Th An Besarnya pinjaman = 900.000 (x000Rp) R= 152.821 ('000Rp) R Total cicilan pinjaman pokok + biaya bunga bank. Bunga dan Pengembalian Peminjaman Pokok TAHUN ANALISA NO URAIAN 0 1 2 3 4 5 6 152.821 152.821 152.821 152.821 A CICILAN 99.000 93.080 86.508 79.214 B BUNGA BANK (11%) 53.821 59.742 66.313 73.608 C PENGEMBALIAN PINJAMAN POKOK 53.821 113.563 179.876 253.484 D KUMULATIP PENGEMBALIAN PINJAMAN POKOK 900.000 846.179 786.437 720.124 646.516 E SISA KREDIT 7 8 9 r n 7 152.821 71.117 81.704 335.188 564.812 8 152.821 62.129 90.692 425.880 474.120 9 152.821 52.153 100.668 526.548 373.452 Lanjutan Lampiran 8. r n An R NO A B C D E DATA PERHITUNGAN CICILAN MOBIL ( =R ) R= An ( r / (1-(1+r)^-n)) Tk suku bunga = 6% Periode pinjaman = 3 Th Grace period = 1 Th Besarnya pinjaman = 125.000 (x000Rp) R= 46.764 ('000Rp) Total cicilan pinjaman pokok + biaya bunga bank. Bunga dan Pengembalian Peminjaman Pokok TAHUN ANALISA URAIAN 0 1 2 3 4 5 46.764 46.764 46.764 CICILAN 7.500 5.144 2.647 BUNGA BANK (6%) 39.264 41.620 44.117 PENGEMBALIAN PINJAMAN POKOK 39.264 80.883 125.000 KUMULATIP PENGEMBALIAN PINJAMAN POKOK 85.736 44.117 0 SISA KREDIT 6 7 8 9 Lampiran 9. Perhitungan Biaya Kondisi Normal Perhitungan Biaya Usaha Batik Tradisiku (Rp 000) No Jenis Biaya A. Biaya Tetap (Fixed Cost=FC) 1 Gaji Tetap 2 Listrik, Telepon, dan Air 3 Konsumsi 4 ATK 5 Transportasi dan Akomodasi 6 Pemasaran 7 Kebutuhan Workshop 8 Biaya Pameran Total Biaya Tetap Biaya Variabel (Variable Cost=VC) 1 Bahan Baku Produksi 2 Upah Tenaga Kerja (penjahit) 3 Bonus Total Biaya Variabel Total Biaya Operasional (FC+VC) Pembayaran Bunga Pinjaman TOTAL BIAYA B. C. 0 1 2 3 Tahun Analisa Proyek 4 5 6 7 8 9 57.600 4.177 9.097 508 13.277 1.707 8.373 1.080 95.819 78.000 4.177 9.097 508 13.277 1.707 8.373 1.080 116.218 183.194 8.353 18.194 1.017 26.554 3.414 16.746 2.160 259.631 221.069 16.511 32.866 3.699 33.175 24.972 33.927 10.322 376.540 221.069 16.511 32.866 3.699 33.175 24.972 33.927 10.322 376.540 221.069 16.511 32.866 3.699 33.175 24.972 33.927 10.322 376.540 221.069 16.511 32.866 3.699 33.175 24.972 33.927 10.322 376.540 221.069 16.511 32.866 3.699 33.175 24.972 33.927 10.322 376.540 221.069 16.511 32.866 3.699 33.175 24.972 33.927 10.322 376.540 221.069 16.511 32.866 3.699 33.175 24.972 33.927 10.322 376.540 37.363 10.875 4.305 52.543 148.362 46.764 195.126 119.541 31.200 12.915 163.656 279.874 46.764 326.638 571.548 93.201 18.947 683.695 943.326 46.764 990.090 490.461 70.974 10.521 571.956 948.496 208.821 1.157.318 490.461 70.974 10.521 571.956 948.496 152.821 1.101.318 490.461 70.974 10.521 571.956 948.496 152.821 1.101.318 490.461 70.974 10.521 571.956 948.496 152.821 1.101.318 490.461 70.974 10.521 571.956 948.496 152.821 1.101.318 490.461 70.974 10.521 571.956 948.496 152.821 1.101.318 490.461 70.974 10.521 571.956 948.496 152.821 1.101.318 Lampiran 10. Perhitungan Kriteria Investasi Kondisi Normal Perhitungan Net Present Value (NPV) (Rp. 000) No. A. B. C. Item PENERIMAAN 1 Penjualan 2 Pinjaman 3 Nilai Akhir Asset PENERIMAAN KOTOR PENGELUARAN 1 Investasi Awal 2 Operating Cost D. E. F. G. H. TOTAL BIAYA KEUNTUNGAN KOTOR PAJAK KEUNTUNGAN BERSIH Discount Factor (DF) 12% I. PV NET BENEFIT J. NPV Tahun ke 0 149.263 1 2 335.551 953.289 149.263 335.551 33 953.322 164.698 195.126 359.824 (210.561) 22.180 326.638 348.818 (13.268) 32.260 990.090 1.022.350 (69.027) (210.561) 1 (13.268) 0,892857 (210.561) (11.846) 222.947 3 1.232.255 50.000 4 5 6 7 8 9 1.232.255 1.232.255 1.232.255 1.232.255 1.232.255 1.232.255 1.282.255 120 1.232.375 1.988 1.234.243 584 1.232.839 1.191 1.233.446 368 1.232.623 490.691 1.722.946 (69.027) 0,7971939 28.607 1.157.318 1.185.925 96.331 9.450 86.881 0,7117802 5.100 1.101.318 1.106.418 125.958 13.894 112.064 0,6355181 25.790 1.101.318 1.127.108 107.136 11.070 96.065 0,5674269 9.600 1.101.318 1.110.918 121.922 13.288 108.633 0,5066311 16.160 1.101.318 1.117.478 115.969 12.395 103.573 0,4523492 7.580 1.101.318 1.108.898 123.726 13.559 110.167 0,4038832 3.900 1.101.318 1.105.218 617.728 156.205 461.523 0,36061 (55.028) 61.840 71.219 54.510 55.037 46.851 44.495 166.430 Lanjutan Lampiran 10. Perhitungan IRR dan Net B/C NO A B C D E URAIAN KEUNTUNGAN BERSIH DF (n = 10, r = 23%) NPV1 (r1 = 23%) DF (n = 10, r = 24%) NPV2 ( r2 = 24%) 1 TAHUN ANALISA 0 -210.561 1,0000 -210.561 1,0000 -210.561 1 -13.268 0,8130 -10.787 0,8065 -10.700 2 -69.027 0,6610 -45.626 0,6504 -44.893 3 86.881 0,5374 46.688 0,5245 45.568 4 112.064 0,4369 48.960 0,4230 47.400 5 96.065 0,3552 34.123 0,3411 32.769 6 108.633 0,2888 31.371 0,2751 29.884 7 103.573 0,2348 24.317 0,2218 22.977 PERHITUNGAN IRR : r1 = Tk suku bunga/thn = 0,23 23% r2 NPV1 = = Tk suku bunga/thn = 0,24 24% 11.138 NPV2 = -1.258 IRR = IRR = r1 + (NPV1 / (NPV1-NPV2))*(r2-r1) 0,2390 23,90 % ARTINYA : PROYEK INI MEMILIKI KEMAMPUAN MENGEMBALIKAN MODAL IRR = 23,9% YANG LEBIH BESAR DARI SUKU BUNGA (12%) SEHINGGA MEMILIKI PROSPEK MENGUNTUNGKAN (LAYAK UNTUK DIJALANKAN) 2 8 110.167 0,1909 21.029 0,1789 19.710 PERHITUNGAN NET B/C : NET B/C = (JUMLAH NPV YANG POSITIV) (JUMLAH NPV YANG NEGATIV) NPV POSITIV = 500.382 NPV NEGATIV = NET B/C = -277.435 1,804 9 461.523 0,1552 71.622 0,1443 66.588 NPV 11.138 -1.258 Lanjutan Lampiran 10. Perhitungan Payback Period (PBP), Profitability Index (PI), dan Gross B/C No. Item Tahun Analisa 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Biaya operasional rutin + pemeliharaan (operational cost=OC) Biaya Total (investasi + operasional = TC) Pajak Total cost Penerimaan Kotor (Gross Benefit=GB) Penerimaan Bersih (Net Benefit=NB) Discount Factor (DF)=12% Present Value (PV) dari OC Present Value (PV) dari TC Present Value (PV) dari GB Jumlah kumulatif PV dari GB Present Value (PV) dari NB Jumlah kumulatif PV dari NB 1 2 3 4 5 PV 6 7 8 9 195.126 326.638 990.090 1.157.318 1.101.318 1.101.318 1.101.318 1.101.318 1.101.318 1.101.318 359.824 348.818 1.022.350 1.185.925 1.106.418 1.127.108 1.110.918 1.117.478 1.108.898 1.105.218 9.450 13.894 11.070 13.288 12.395 13.559 156.205 359.824 348.818 1.022.350 1.195.374 1.120.311 1.138.178 1.124.206 1.129.873 1.122.457 1.261.423 149.263 335.551 953.322 1.282.255 1.232.375 1.234.243 1.232.839 1.233.446 1.232.623 1.722.946 (210.561) (13.268) (69.027) 86.881 112.064 96.065 108.633 103.573 110.167 461.523 1 0,89285 0,79719 0,71178 0,63551 0,56742 0,50663 0,45234 0,40388 0,36061 195.126 291.641 789.293 823.756 699.907 624.917 557.962 498.180 444.804 397.146 5.322.733 359.824 311.445 815.011 844.118 703.149 639.551 562.826 505.490 447.865 398.553 5.587.830 149.263 299.599 759.983 912.684 783.197 700.343 624.595 557.949 497.836 621.312 5.906.759 149.263 448.862 1.208.845 2.121.529 2.904.725 3.605.068 4.229.663 4.787.612 5.285.448 5.906.759 (210.561) (11.846) (55.028) 61.840 71.219 54.510 55.037 46.851 44.495 166.430 (210.561) (222.407) (277.435) (215.595) (144.376) (89.866) (34.829) 12.023 56.517 222.947 222.947 Lanjutan Lampiran 10. Perhitungan Payback Period (PBP) No. Item 1 2 Investasi Manfaat Bersih PBP PBP PBP 0 1 2 3 164.698 (210.561) (13.268) (69.027) (nilai investasi-kas masuk bersih)x 1tahun (205.974) (93.910) 2.155 0,02 4,98 11,76 4tahun+11bulan+22hari 4 tahun 11 bulan 22 hari 86.881 Tahun ke 4 112.064 5 96.065 6 7 8 108.633 103.573 110.167 22,8 Perhitungan Profitability Index (PI) jumlah PV GB jumlah PV OC total Investasi 5.906.759 5.322.733 210.561 PI PI (jumlah PV GB-jumlah PV OC)/total investasi 2,774 Perhitungan Gross B/C jumlah PV GB jumlah PV TC 5.906.759 5.587.830 Gross B/C Gross B/C jumlah PV GB/jumlah PV TC 1,057 9 461.523 Lampiran 11. Perhitungan Analisis Sensitivitas dengan Metode Switching Value Kondisi Normal (tingkat inflasi) tahun 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 inflasi (%) total benefit 149.263 335.551 953.322 1.282.255 1.232.375 1.234.243 1.232.839 1.233.446 1.232.623 1.722.946 15 359.824 348.818 1.022.350 1.185.925 1.106.418 1.127.108 1.110.918 1.117.478 1.108.898 1.105.218 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 (210.561) (13.268) (69.027) 96.331 125.958 107.136 121.922 115.969 123.726 617.728 3 4 5 6 7 8 9 9.450 13.894 11.070 13.288 12.395 13.559 156.205 0 1 1 0,893 20 25 total biaya 377.815 395.806 366.259 383.700 1.073.467 1.124.585 1.245.221 1.304.517 1.161.739 1.217.060 1.183.463 1.239.819 1.166.464 1.222.010 1.173.352 1.229.226 1.164.343 1.219.788 1.160.479 1.215.740 selisih (228.552) (246.543) (30.708) (48.149) (120.145) (171.262) 37.034 (22.262) 70.637 15.316 50.780 (5.575) 66.376 10.830 60.095 4.221 68.281 12.836 562.467 507.206 pajak 2.453 5.814 766 3.828 5.388 541 4.759 211 5.578 642 136.864 117.522 DF 1 1 0,833 0,800 30 413.797 401.141 1.175.702 1.363.813 1.272.380 1.296.174 1.277.555 1.285.099 1.275.232 1.271.000 (264.534) (65.590) (222.380) (81.558) (40.005) (61.931) (44.716) (51.653) (42.609) 451.945 98.181 1 0,769 2 3 4 5 6 7 8 9 0,797 0,712 0,636 0,567 0,507 0,452 0,404 0,361 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 (210.561) (13.268) (69.027) 86.881 112.064 96.065 108.633 103.573 110.167 461.523 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 15% (210.561) (11.846) (55.028) 61.840 71.219 54.510 55.037 46.851 44.495 166.430 NPV 222.947 Net B/C 1,804 Inflasi maksimum 0,694 0,640 0,579 0,512 0,482 0,410 0,402 0,328 0,335 0,262 0,279 0,210 0,233 0,168 0,194 0,134 manfaat bersih (228.552) (246.543) (30.708) (48.149) (120.145) (171.262) 34.581 (22.262) 64.823 14.550 46.952 (5.575) 60.988 10.288 55.335 4.010 62.703 12.194 425.604 389.684 NPV & Net B/C 20% (228.552) (25.590) (83.434) 20.012 31.261 18.869 20.425 15.443 14.583 82.485 (134.498) 0,602 0,1811862 18,12% 0,592 0,455 0,350 0,269 0,207 0,159 0,123 0,094 (264.534) (65.590) (222.380) (81.558) (40.005) (61.931) (44.716) (51.653) (42.609) 353.765 Lampiran 12. Kebutuhan Fisik Kondisi Pengembangan NO A. B. ITEM PERHITUNGAN RENCANA KEBUTUHAN FISIK PENGEMBANGAN USAHA BATIK TRADISIKU TAHUN ANALISA PROYEK ST N 0 1 2 3 4 5 6 7 BANGUNAN : 1 Cibuluh 2 Tanah Sareal PERALATAN & PERLENGKAPAN 1 PERALATAN : Kompor Minyak a. Tanah b. Kompor Gas c. Wajan d. Canting Cap e. Canting Tulis f. Gawangan g. Dingklek kayu h. Bak Kayu i. Drum j. Meja Printer 9 meter k. Plangkan l. Mixer Obat m. Mesin Jahit n. Mesin Obras o. Mesin Bordir p. Mesin Over Deck q. Tabung Gas 2 PERLENGKAPAN : a. Stand Hang Kayu b. Stand Hang Bambu c. Sketsel d. Lemari Bambu e. Manekin m2 m2 275 unit 5 10 unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit 2 7 20 30 10 20 2 4 3 2 8 60 20 unit unit unit unit unit 4 8 Jumlah 9 275 300 300 15 60 10 1 12 1 1 3 1 1 1 2 10 10 3 1 6 60 20 60 20 20 2 4 3 1 60 20 60 20 14 20 59 570 180 40 4 8 2 26 2 10 2 2 2 10 60 20 1 1 3 3 1 1 1 2 1 1 1 3 2 2 6 2 14 2 5 2 5 45 3 7 10 60 20 10 60 20 4 4 5 4 11 Lanjutan Lampiran 12. C. D. f. Sofa g. Meja h. Kursi i. Lemari Kaca j. Laptop k. Printer l. Mobil m. Motor n. AC BAHAN BAKU PRODUKSI 1 Kain Primis 2 Kain Prima 3 Malam Tulis 4 Malam Cap 5 Obat Pewarna Tulis 6 Obat Pewarna Cap 7 Obat Pewarna Printing 8 Soda Kue 9 Soda Ash 10 Soda Api 11 Monutex 12 Watter Glass 13 Softener 14 Minyak Tanah 15 Gas Kecil 16 Blue Gas 17 Kayu Bakar 18 Label TENAGA KERJA 1 Karyawan Tetap set unit unit unit unit unit unit unit unit 1 2 15 1 yard yard kg kg kg kg kg kg kg kg kg kg kg liter unit unit truk unit 172 1.075 77 726 3 16 357 2.345 161 3.166 5 35 6 12 17 1 1 0,5 145 org 8 1 4 15 1 2 1 1 2 1 2 1 1 1 1 2 1 37 1 1 0,5 390 994 25.015 671 4.406 15 97 240 1.201 34 89 2.403 3.577 18 358 6 9 2 3.732 911 19.126 410 4.040 14 89 158 791 31 66 1.581 2.635 13 154 49 14 3,5 4.057 907 19.580 408 8.712 13 96 158 791 33 66 1.581 2.630 13 157 50 15 4 4.044 907 19.580 408 8.712 13 96 158 791 33 66 1.581 2.630 13 157 50 15 4 4.044 907 19.580 408 8.712 13 96 158 791 33 66 1.581 2.630 13 157 50 15 4 4.044 907 19.580 408 8.712 13 96 158 791 33 66 1.581 2.630 13 157 50 15 4 4.044 907 19.580 408 8.712 13 96 158 791 33 66 1.581 2.630 13 157 50 15 4 4.044 907 19.580 408 8.712 13 96 158 791 33 66 1.581 2.630 13 157 50 15 4 4.044 10 22 22 22 22 22 22 22 22 7.874 165.041 3.767 64.609 117 812 1.347 6.736 281 550 13.472 21.994 110 1.509 357 115 28 32.588 Lampiran 13. Rencana Anggaran Biaya (RAB) Kondisi Pengembangan NO A. B. PERHITUNGAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) PENGEMBANGAN USAHA BATIK TRADISIKU (Rp 000) TAHUN ANALISA PROYEK ITEM 0 1 2 3 4 5 6 7 BANGUNAN : 82.500 1 Cibuluh 900.000 2 Tanah Sareal Total Biaya Bangunan 82.500 900.000 PERALATAN & PERLENGKAPAN 1 PERALATAN : 125 300 300 300 a. Kompor Minyak Tanah 208 900 900 900 b. Kompor Gas 140 60 30 210 60 c. Wajan 14.000 12.750 5.050 6.000 10.000 d. Canting Cap 120 240 300 300 300 300 300 300 e. Canting Tulis 1.500 1.500 3.600 3.600 3.600 3.600 3.600 3.600 f. Gawangan 2.000 2.000 g. Dingklek 2.700 2.700 h. Bak Kayu 280 280 i. Drum 8.400 8.400 j. Meja Printer 9 meter 10.200 12.600 k. Plangkan 700 700 l. Mixer Obat 3.000 1.250 1.600 4.800 1.600 m. Mesin Jahit 3.500 3500 n. Mesin Obras 1.100 1100 o. Mesin Bordir 3.500 3500 p. Mesin Over Deck 1.000 1.500 1.000 1.500 q. Tabung Gas 2 PERLENGKAPAN : 5.000 a. Stand Hang Kayu 850 b. Stand Hang Bambu 1.750 c. Sketsel 1.300 1300 d. Lemari Bambu 550 690 e. Manekin 4.500 f. Sofa 8 9 300 900 30 300 3.600 1.600 850 300 3.600 Lanjutan Lampiran 13. C. D. g. Meja h. Kursi i. Lemari Kaca j. Laptop k. Printer l. Mobil m. Motor n. AC Total Biaya Peralatan dan Perlengkapan BAHAN BAKU PRODUKSI : 1 Kain Primis 2 Kain Prima 3 Malam 4 Malam Cap 5 Obat Pewarna Tulis 6 Obat Pewarna Cap 7 Obat Pewarna Printing 8 Soda Kue 9 Soda Ash 10 Soda Api 11 Monutex 12 Watter Glass 13 Softener 14 Minyak Tanah 15 Gas Kecil 16 Blue Gas 17 Kayu Bakar 18 Label Total Biaya Bahan Baku Produksi LAIN - LAIN : 1 Listrik, Telepon, dan Air 2 Transportasi dan Akomodasi 3 ATK 1.500 2.925 1.500 1500 4.500 2.500 4.500 125.000 30.000 3.627 189.698 22.180 32.260 28.607 15.100 25.790 9.600 16.160 7.580 3.900 1.739 6.989 3.486 18.145 1.994 3.992 3.606 15.244 7.230 79.150 4.136 8.706 45 97 131 14 58 625 145 37.363 285 14 58 625 390 119.541 10.062 161.346 30.186 110.151 11.511 24.233 19.221 5.982 271 1.073 180.194 17.885 72 2.821 89 570 2.210 3.732 581.610 12.300 164.486 18.450 100.988 10.553 22.217 12.651 4.364 248 790 118.605 13.174 53 1.386 735 854 4.550 4.057 490.461 12.240 168.388 18.360 217.800 10.502 23.958 12.651 4.364 265 789 118.602 13.152 53 1.414 750 915 4.643 4.044 612.890 12.240 168.388 18.360 217.800 10.502 23.958 12.651 4.364 265 789 118.602 13.152 53 1.414 750 915 4.643 4.044 612.890 12.240 168.388 18.360 217.800 10.502 23.958 12.651 4.364 265 789 118.602 13.152 53 1.414 750 915 4.643 4.044 612.890 12.240 168.388 18.360 217.800 10.502 23.958 12.651 4.364 265 789 118.602 13.152 53 1.414 750 915 4.643 4.044 612.890 12.240 168.388 18.360 217.800 10.502 23.958 12.651 4.364 265 789 118.602 13.152 53 1.414 750 915 4.643 4.044 612.890 12.240 168.388 18.360 217.800 10.502 23.958 12.651 4.364 265 789 118.602 13.152 53 1.414 750 915 4.643 4.044 612.890 4.177 13.277 508 4.177 13.277 508 8.353 26.554 1.017 16.511 33.175 3.699 16.849 35.498 3.958 16.849 35.498 3.958 16.849 35.498 3.958 16.849 35.498 3.958 16.849 35.498 3.958 16.849 35.498 3.958 Lanjutan Lampiran 13. 4 5 6 7 D. Konsumsi Pemasaran Kebutuhan Workshop Biaya Pameran Total Biaya Lain-lain TENAGA KERJA 1 Karyawan Tetap 2 Penjahit 3 Bonus+THR Total Biaya tenaga Kerja Total 9.097 1.707 8.373 1.080 38.219 9.097 1.707 8.373 1.080 38.218 18.194 3.414 16.746 2.160 76.437 32.866 24.972 33.927 10.322 155.471 33.538 49.944 36.302 20.643 196.732 33.538 49.944 34.606 20.643 196.732 33.538 49.944 34.606 20.643 196.732 33.538 49.944 34.606 20.643 196.732 33.538 49.944 34.606 20.643 196.732 33.538 49.944 34.606 20.643 196.732 57.600 10.875 4.305 72.780 420.560 78.000 31.200 12.915 122.115 302.054 183.194 93.201 18.947 295.342 1.610.648 221.069 70.974 10.521 302.564 977.103 236.544 70.974 11.258 318.776 1.143.497 236.544 70.974 11.258 318.776 1.154.187 236.544 70.974 11.258 318.776 1.137.997 236.544 70.974 11.258 318.776 1.144.557 236.544 70.974 11.258 318.776 1.135.977 236.544 70.974 11.258 318.776 1.132.297 Lampiran 14. Perhitungan Penyusutan Kondisi Pengembangan Perhitungan Biaya Penyusutan Asset 14 15 16 17 18 Jenis Asset Terkena Biaya Penyusutan Bangunan Bangunan Kompor Kompor Wajan Wajan Wajan Dingklek Bak Kayu Drum Meja Printer 9 meter Mixer Obat Mesin Jahit Mesin Jahit Mesin Jahit Mesin Jahit Mesin Obras Mesin Bordir Mesin Over Deck Tabung Gas Tabung Gas Stand Hang Kayu Stand Hang Bambu Sketsel Lemari Bambu Manekin 19 20 Sofa Meja No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Tahun 0 2 0 2-4-6-8 0 2&7 3&8 0&5 0&5 0&5 2&7 2&7 0 2 3,7&8 5 0&5 0&5 0&5 0&5 2&7 0 3&8 0 0&5 0 1 0 0&5 Nilai Awal Asset (Rp 000) 82.500 900.000 333 1.200 140 60 30 2.000 2.700 280 8.400 700 3.000 1.250 1.600 4.800 3.500 1.100 3.500 1.000 1.500 5.000 850 1.750 1.300 550 690 4.500 1.500 Nilai Akhir Asset (Rp 000) 10% 8.250 90.000 33,3 120 14 6 3 200 270 28 840 70 300 125 160 480 350 110 350 100 150 500 85 175 130 55 69 450 150 Umur Ekonomis (th) 20 25 2 2 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 10 5 10 5 10 10 10 5 Biaya Penyusutan (Rp/th 000) 3.713 32.400 149,85 540 25,2 10,8 5,4 360 486 50,4 1.512 126 540 225 288 864 630 198 630 180 270 450 153 158 234 49,5 62,1 405 270 nilai buku (Rp) 45.375 576.000 660 27,6 19,2 3.864 322 1.760 690 544 131,1 Lanjutan Lampiran 14. 21 22 23 24 25 26 27 28 29 Kursi Lemari Kaca Laptop Printer Mobil Motor AC Canting cap Plangkan 0 0 1&6 1 0 0 3 0 1 2 3 4 2 3 Total Penyusutan Dibulatkan 2.925 1.500 4.500 2.500 125.000 30.000 3.627 14.000 12.750 5.050 6.000 10.000 10.200 12.600 1.276.385 292,5 150 450 250 12.500 3.000 362,7 1.400,0 1.275,0 505,0 600,0 1.000,0 1.020,0 1.260,0 127.639 128.000 10 10 5 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 263,25 135 810 225 11.250 2.700 326,43 1.260 1.147,5 454,5 540 900 918 1.134 67.047,93 68.000 1.260 475 1.341,99 2.422,5 1.414,0 2.220 4.600 2.856 4.662 650.644 651.000 Lampiran 15. Perhitungan Biaya Kondisi Pengembangan Perhitungan Biaya Pengembangan Usaha Batik Tradisiku (Rp 000) No. Jenis Biaya A. Biaya Tetap (Fixed Cost=FC) 1 Gaji Tetap 2 Listrik, Telepon, dan Air 3 Konsumsi 4 ATK 5 Transportasi dan Akomodasi 6 Pemasaran 7 Kebutuhan Workshop 8 Biaya Pameran Total Biaya Tetap Biaya Variabel (Variable Cost=VC) 1 Bahan Baku Produksi 2 Upah Tenaga Kerja (penjahit) 3 Bonus Total Biaya Variabel B. Total Biaya Operasional (FC+VC) C. Pembayaran Bunga Pinjaman TOTAL BIAYA 0 1 2 3 Tahun Analisa Proyek 4 5 6 7 8 9 57.600 4.177 9.097 508 13.277 1.707 8.373 1.080 95.819 78.000 4.177 9.097 508 13.277 1.707 8.373 1.080 116.218 183.194 8.353 18.194 1.017 26.554 3.414 16.746 2.160 259.631 221.069 16.511 32.866 3.699 33.175 24.972 33.927 10.322 376.540 236.544 16.849 33.538 3.958 35.498 49.944 36.302 20.643 433.275 236.544 16.849 33.538 3.958 35.498 49.944 36.302 20.643 433.275 236.544 16.849 33.538 3.958 35.498 49.944 36.302 20.643 433.275 236.544 16.849 33.538 3.958 35.498 49.944 36.302 20.643 433.275 236.544 16.849 33.538 3.958 35.498 49.944 36.302 20.643 433.275 236.544 16.849 33.538 3.958 35.498 49.944 36.302 20.643 433.275 37.363 10.875 4.305 52.543 119.541 31.200 12.915 163.656 581.610 93.201 18.947 693.757 490.461 70.974 10.521 571.956 612.890 70.974 11.258 695.122 612.890 70.974 11.258 695.122 612.890 70.974 11.258 695.122 612.890 70.974 11.258 695.122 612.890 70.974 11.258 695.122 612.890 70.974 11.258 695.122 148.362 279.874 953.388 948.496 1.128.397 1.128.397 1.128.397 1.128.397 1.128.397 1.128.397 46.764 46.764 46.764 208.821 152.821 152.821 152.821 152.821 152.821 152.821 195.126 326.638 1.000.152 1.157.318 1.281.218 1.281.218 1.281.218 1.281.218 1.281.218 1.281.218 Lampiran 16. Perhitungan Kriteria Investasi Kondisi Pengembangan Perhitungan Net Present Value (NPV) (Rp. 000) Tahun ke No. Item A. PENERIMAAN 1 Penjualan 2 Pinjaman 3 Nilai Akhir Asset PENERIMAAN KOTOR 149.263 335.551 953.289 149.263 335.551 33 953.322 PENGELUARAN 1 Investasi Awal 2 Operating Cost TOTAL BIAYA 164.698 195.126 359.824 22.180 326.638 348.818 (210.561) (13.268) B. C. D. 0 1 2 3 1.232.255 50.000 4 5 6 7 8 9 1.649.292 1.649.292 1.649.292 1.649.292 1.649.292 1.649.292 1.282.255 120 1.649.412 1.988 1.651.280 584 1.649.876 1.191 1.650.483 368 1.649.660 671.691 2.320.983 32.260 1.000.152 1.032.412 28.607 1.157.318 1.185.925 15.100 1.281.218 1.296.318 25.790 1.281.218 1.307.008 9.600 1.281.218 1.290.818 16.160 1.281.218 1.297.378 7.580 1.281.218 1.288.798 3.900 1.281.218 1.285.118 (79.089) 96.331 353.094 344.272 359.058 353.105 360.862 1.035.864 9.450 65.773 63.568 67.264 65.776 67.715 302.552 E. KEUNTUNGAN KOTOR F. PAJAK G. KEUNTUNGAN BERSIH (210.561) (13.268) (79.089) 86.881 287.320 280.704 291.793 287.329 293.146 733.312 H. Discount Factor (DF) 12% 1 0,892857 0,7971939 0,7117802 0,6355181 0,5674269 0,5066311 0,4523492 0,4038832 0,36061 I. PV NET BENEFIT (210.561) (11.846) (63.050) 61.840 182.597 159.279 147.832 129.973 118.397 264.440 J. NPV 778.901 Lanjutan Lampiran 16. Perhitungan IRR dan Net B/C NO A B C D E URAIAN KEUNTUNGAN BERSIH DF (n = 10, r = 42%) NPV1 (r1 = 42%) DF (n = 10, r = 41%) NPV2 ( r2 = 41%) 1 0 -210.561 1,0000 -210.561 1,0000 -210.561 1 -13.268 0,7042 -9.343 0,7092 -9.410 3 86.881 0,3492 30.343 0,3567 30.993 0,42 0,41 42% 41% -255 IRR = 9.422 IRR = TAHUN ANALISA 4 5 287.320 280.704 0,2459 0,1732 70.666 48.619 0,2530 0,1794 72.693 50.368 6 291.793 0,1220 35.591 0,1273 37.133 7 287.329 0,0859 24.681 0,0903 25.933 8 293.146 0,0605 17.733 0,0640 18.764 PERHITUNGAN IRR : r1 r2 NPV1 = = = Tk suku bunga/thn = Tk suku bunga/thn = NPV2 = 2 2 -79.089 0,4959 -39.223 0,5030 -39.781 r1 + (NPV1 / (NPV1-NPV2))*(r2-r1) 0,4197 41,97 % ARTINYA : PROYEK INI MEMILIKI KEMAMPUAN MENGEMBALIKAN MODAL IRR = 41,97% YANG LEBIH BESAR DARI SUKU BUNGA (12%) SEHINGGA MEMILIKI PROSPEK MENGUNTUNGKAN (LAYAK UNTUK DIJALANKAN) PERHITUNGAN NET B/C : NET B/C = NPV POSITIV = (JUMLAH NPV YANG POSITIV) (JUMLAH NPV YANG NEGATIV) 1.064.357 NPV NEGATIV = NET B/C = -285.456 3,729 9 733.312 0,0426 31.239 0,0454 33.290 NPV -255 9.422 Lanjutan Lampiran 16. Perhitungan Payback Period (PBP), Profitability Index (PI), dan Gross B/C No. Item Tahun Analisa 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Biaya operasional rutin + pemeliharaan (operational cost=OC) Biaya Total (investasi + operasional = TC) Pajak Total cost Penerimaan Kotor (Gross Benefit=GB) Penerimaan Bersih (Net Benefit=NB) Discount Factor (DF)=6% Present Value (PV) dari OC Present Value (PV) dari TC Present Value (PV) dari GB Jumlah kumulatif PV dari GB Present Value (PV) dari NB Jumlah kumulatif PV dari NB 1 PV 2 3 4 5 6 7 8 9 195.126 326.638 1.000.152 1.157.318 1.281.218 1.281.218 1.281.218 1.281.218 1.281.218 1.281.218 359.824 348.818 1.032.412 1.185.925 1.296.318 1.307.008 1.290.818 1.297.378 1.288.798 1.285.118 359.824 348.818 1.032.412 9.450 1.195.374 65.773 1.362.092 63.568 1.370.576 67.264 1.358.083 65.776 1.363.154 67.715 1.356.514 302.552 1.587.671 149.263 335.551 953.322 1.282.255 1.649.412 1.651.280 1.649.876 1.650.483 1.649.660 2.320.983 (210.561) (13.268) (79.089) 86.881 287.320 280.704 291.793 287.329 293.146 733.312 1 0,89285 0,79719 0,71178 0,63551 0,56742 0,50663 0,45234 0,40388 0,36061 195.126 291.641 797.315 823.756 814.237 726.998 649.105 579.558 517.463 462.020 5.857.219 359.824 311.445 823.032 844.118 823.834 741.632 653.969 586.868 520.524 463.427 6.128.671 149.263 299.599 759.983 912.684 1.048.231 936.981 835.879 746.595 666.270 836.970 7.192.453 149.263 448.862 1.208.845 2.121.529 3.169.760 4.106.740 4.942.619 5.689.214 6.355.484 7.192.453 (210.561) (11.846) (63.050) 61.840 182.597 159.279 147.832 129.973 118.397 264.440 (210.561) (222.407) (285.456) (223.616) (41.019) 118.260 266.092 396.065 514.461 778.901 778.901 Lanjutan Lampiran 16. Perhitungan Payback Period (PBP) No. Item 1 2 Investasi Manfaat Bersih PBP PBP PBP Tahun ke 0 164.698 (210.561) 1 (13.268) 2 3 (79.089) 86.881 4 287.320 5 280.704 (nilai investasi-kas masuk bersih)x 1tahun (216.036) 71.284 0,25 3,75 3tahun+9bulan 3 tahun 9 bulan 9 0 Perhitungan Profitability Index (PI) jumlah PV GB jumlah PV OC total Investasi 7.192.453 5.857.219 210.561 jumlah PV GB jumlah PV TC 7.192.453 6.128.671 PI PI (jumlah PV GB-jumlah PV OC)/total investasi 6,341 Perhitungan Gross B/C Gross B/C Gross B/C jumlah PV GB/jumlah PV TC 1,174 6 291.793 7 287.329 8 293.146 9 733.312 Lampiran 17. Perhitungan Analisis Sensitivitas dengan Metode Switching Value Kondisi Pengembangan (tingkat inflasi) tahun 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 inflasi (%) total benefit 149.263 335.551 953.322 1.282.255 1.649.412 1.651.280 1.649.876 1.650.483 1.649.660 2.320.983 15 20 359.824 348.818 1.032.412 1.185.925 1.321.951 1.332.641 1.316.451 1.323.011 1.314.431 1.310.751 377.815 366.259 1.084.032 1.245.221 1.388.049 1.399.273 1.382.274 1.389.162 1.380.153 1.376.289 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 (210.561) (13.268) (79.089) 96.331 327.461 318.639 333.425 327.472 335.229 1.010.232 3 4 5 6 7 8 9 9.450 59.365 57.160 60.856 59.368 61.307 293.581 0 1 1 0,893 25 total biaya 395.806 383.700 1.135.653 1.304.517 1.454.146 1.465.905 1.448.096 1.455.312 1.445.874 1.441.826 selisih (228.552) (246.543) (30.708) (48.149) (130.710) (182.331) 37.034 (22.262) 261.363 195.266 252.007 185.375 267.602 201.780 261.321 195.171 269.507 203.786 944.694 879.156 pajak 2.453 42.841 26.316 40.502 23.844 44.401 27.945 42.830 26.293 44.877 28.446 270.643 247.705 DF 1 1 0,833 0,800 30 35 413.797 401.141 1.187.273 1.363.813 1.520.244 1.532.537 1.513.919 1.521.463 1.511.596 1.507.364 431.788 418.582 1.238.894 1.423.110 1.586.341 1.599.169 1.579.741 1.587.613 1.577.317 1.572.901 (264.534) (65.590) (233.951) (81.558) 129.168 118.743 135.957 129.020 138.064 813.619 (282.525) (83.031) (285.572) (140.854) 63.071 52.111 70.135 62.870 72.343 748.081 14.375 12.811 15.394 14.353 15.710 224.767 5.057 3.961 5.763 5.037 5.984 201.828 1 0,769 1 0,741 2 3 4 5 6 7 8 9 0,797 0,712 0,636 0,567 0,507 0,452 0,404 0,361 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 (210.561) (13.268) (79.089) 86.881 268.096 261.479 272.569 268.104 273.922 716.650 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 (210.561) (11.846) (63.050) 61.840 170.380 148.370 138.092 121.277 110.632 258.431 NPV 723.566 3,535 Net B/C Inflasi maksimum 0,694 0,640 0,592 0,579 0,512 0,455 0,482 0,410 0,350 0,402 0,328 0,269 0,335 0,262 0,207 0,279 0,210 0,159 0,233 0,168 0,123 0,194 0,134 0,094 manfaat bersih (228.552) (246.543) (264.534) (30.708) (48.149) (65.590) (130.710) (182.331) (233.951) 34.581 (22.262) (81.558) 218.523 168.949 114.793 211.505 161.531 105.931 223.202 173.835 120.564 218.491 168.878 114.667 224.631 175.339 122.355 674.051 631.452 588.852 NPV & Net B/C 20% 25% (228.552) (246.543) (25.590) (38.520) (90.771) (116.692) 20.012 (11.398) 105.383 69.202 84.999 52.931 74.750 45.570 60.977 35.416 52.242 29.417 130.636 84.752 184.086 (95.865) 1,534 0,768 0,2328783 23,29% 0,549 0,406 0,301 0,223 0,165 0,122 0,091 0,067 (282.525) (83.031) (285.572) (140.854) 58.014 48.150 64.371 57.833 66.359 546.253 86 Lampiran 18. Dokumentasi Kain Printing “Hujan Gerimis” Batik Cap Motif “Pagi Sore” Batik Tulis Motif “Kijang” Pakaian Jadi (kemeja dan dress) Proses Menyanting Proses Pembuatan Kain Printing Proses Penjemuran