Ciptakan Selai Mengkudu dan Bogem untuk Anti Hipertensi UNAIR NEWS – Hipertensi atau dikenal dengan tekanan darah tinggi dapat memicu beberapa penyakit kardiovaskular seperti serangan jantung, stroke, dan gagal jantung. Penyakit kardiovaskular merupakan pembunuh nomor satu di dunia. Bersarkan dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, penderita hipertensi di Indonesia sekitar 65 juta jiwa atau sekitar 25,8% dari keseluruhan penduduk Indonesia. Kondisi stres, obesitas, kurang olahraga, merokok, dan minum alkohol merupakan beberapa faktor penyebab hipertensi. Penderita hipertensi umumnya mengkonsumsi obat sebagai sarana pengobatan. Namun, konsumsi obat dapat menyebabkan kebosanan karena rasa yang tidak enak. Berangkat dari masalah itu, lima mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) Universitas Airlangga, yakni Septia Rahmadini (2014), Dian Cahyani Sisari (2014), Syifa’ul Janna (2014), Qurrotul A’yun (2014) dan Aprilia Rachmawati (2015), membuat inovasi produk yang dapat mengatasi hipertensi berupa selai dengan rasa yang lebih bisa dinikmati oleh masyarakat. Produk inovasi bernama “SEL-DUGEM (Selai Mengkudu dan Bogem) Anti Hipertensi” ini telah lolos bantuan dana pengembangan dari Dirjen Dikti, Kemenristekdikti RI tahun 2016 dalam kategori Program Kreatifitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K). “SEL-DUGEM (Selai Mengkudu dan Bogem) Anti Hipertensi” ini merupakan selai yang berasal dari buah mengkudu dan buah bogem. “Kandungan yang dimiliki buah mengkudu yaitu scopoletin dan xeronin memiliki khasiat menurunkan tekanan darah. Sedangkan kandungan pada buah bogem berupa senyawa bioaktif berpotensi sebagai antihipertensi,” ujar Septia Rahmadini. Produk SEL-DUGEM (Selai Mengkudu dan Bogem) Anti Hipertensi ini dijual dengan dua inovasi kemasan. Produk dengan berat 300 gram seharga Rp. 25.000 dan 100 gram dengan harga Rp.15.000. Selama empat bulan dibuat, produk ini sudah tersebar ke beberapa daerah di Jawa. Ke depan, produk ini akan dipasarkan ke luar Jawa hingga ke luar negeri. “SEL-DUGEM (Selai Mengkudu dan Bogem) Anti Hipertensi” dapat dipesan melalui Instagram dan Line dengan akun ‘seldugem’, melalui facebook dengan nama ‘mengkudu dan bogem’, serta kontak whatsaap 085645078780. (*) Editor : Binti Q. Masruroh Mahasiswa UNAIR ’Sulap’ Limbah Kulit Semangka Jadi Masker Antioksidan UNAIR NEWS – Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Airlangga berhasil berinovasi “menyulap” limbah kulit semangka menjadi masker wajah antioksidan yang alami. Dalam produksi pertama dalam pengenalan pasar, sudah terjual 140 Pcs dengan harga yang sangat terjangkap, Rp 6.000/Pcs. ”Dua manfaat sekaligus kami hadirkan. Pertama mengatasi permasalahan limbah, dan kedua menjadikan limbah tersebut menjadi produk bermanfaat dan punya nilai plus,” kata Amelya Mustika P, Ketua Tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKMK) FF UNAIR. Diakui, salah satu permasalahan yang sering dihadapi pelajar, mahasiswa, dan perempuan umumnya, adalah permasalahan kulit wajah. Mengapa? Karena para pelajar dan mahasiswa, dan perempuan aktif umumnya memiliki banyak aktivitas di luar rumah/kampus. Sehingga terpapar sinar ultraviolet dan polusi menyebabkan pembentukan radikal bebas meningkat dan memicu kerusakan pada kulit, mulai kulit wajah menjadi kusam, kasar, dan timbulnya noda hitam. Keadaan demikian menyebabkan kurangnya rasa percaya diri dan rasa kurang nyaman. Pada sisi yang lain, limbah juga merupakan permasalahan yang tiada habisnya.Mulai dari limbah organik maupun anorganik. Adanya limbah tentu sangat mengganggu masyarakat, maka diperlukan suatu upaya untuk mengolah limbah tersebut. Salah satunya mengolah limbah menjadi produk yang bermanfaat bagi masyarakat dan mempunyai nilai jual. Berangkat dari permasalahan tersebut, tim PKM-K (Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan) Fakultas Farmasi Universitas Airlangga yang beranggotakan Amelya Mustika P (2015), Septiani (2015), Theresa Binayu P (2015), M. Dzul Azmi A.A (2015), dan Galuh Ratri (2014) mengombinasikan suatu produk yang selain dapat mengatasi permasalahan pada kulit wajah, juga membantu mengurangi limbah. Produk inovasi bernama “Watermelon Beauty Face Mask” ini telah lolos bantuan dana pengembangan dari Dirjen Dikti, Kemenristekdikti RI 2017. Kemasan ’Watermelon Beauty Face Mask’ yang dipasarkan. (Foto: Dok PKMK FF-UA) “Watermelon Beauty Face Mask” merupakan masker wajah yang berasal dari limbah kulit putih semangka, dimana kulit putih semangka itu memiliki kandungan antioksidan yang dapat menangkal radikal bebas serta mencerahkan kulit wajah. Menurut sebuah jurnal, kulit putih semangka kaya akan vitamin, mineral, enzim, dan klorofil. Vitamin-vitamin yang terkandung di dalamnya adalag vitamin A, vitamin B2, vitamin B6, vitamin E, dan vitamin C. Kandungan vitamin E, vitamin C. “Protein yang cukup banyak pada kulit putih buah semangka dapat digunakan untuk menghaluskan kulit, rambut, dan membuat rambut tampak berkilau. Sedangkan sitrulin, betakaroten dan likopen yang terdapat pada kulit putih buah semangka dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan,” kata Amelya Mustika, ketua Tim PKMK mengutip sebuah jurnal yang ditulis Rochmatika dkk (2012). “Sehingga kita tak perlu khawatir lagi untuk beraktivitas di luar ruangan. Selain itu, Watermelon Beauty Face Mask juga memiliki aroma yang menenangkan, sehingga sangat cocok untuk digunakan usai melakukan aktivitas sehari-hari,” tambah Amelya. Menariknya lagi, “Watermelon Beauty Face Mask” ini begitu diperkenalkan ke masyarakat, hingga kini sudah terjual 140 Pcs pada produksi pertama. Tim menjual dengan harga Rp 6.000/Pcs dinilai sangat terjangkau bila dibandingkan dengan manfaat yang dimiliki masker buatan mahasiswa Farmasi UNAIR ini. Guna memenuhi permintaan konsumen yang sudah mengenalnya, Watermelon Beauty Face Mask juga hadir dengan tiga varian, yang dibuat berdasarkan jenis kulit, yaitu untuk kulit kering, kulit normal, dan kulit berminyak. Tim berharap dengan penggunaan Watermelon Beauty Face Mask ini dapat melembabkan kulit yang kering pada penggunanya, juga mengurangi sebum bagi kulit yang berminyak, dan menjaga kelembaban untuk kulit normal. ”Tunggu apa lagi, segera pesan Watermelon Beauty Face Mask dan dapatkan kulit wajah Anda yang lebih sehat,” kata Amelya berpromosi. (*) Editor: Bambang Bes Mahasiswa UNAIR Ciptakan ’Pummach’, Alat Penurun Logam Berat pada Kerang UNAIR NEWS – Kerang, merupakan biota laut yang kaya gizi yang sangat digemari masyarakat untuk dikonsumsi. Sayangnya, selama ini di dalam kerang terdapat kandungan kadar logam berat seperti timbal (Pb), cadmium (Cd) dan merkuri (Hg) yang sangat berbahaya. Jika seseorang mengonsumsi makanan yang terpapar timbal (Pb) tinggi bisa menyebabkan keracunan, diare, dan pingsan mendadak. Jika mengonsumsi makanan yang terpapar cadmium (Cd) bisa merusak hati, paru-paru dan ginjal. Sedangkan makanan yang terpapar merkuri (Hg) bisa menyebabkan rusaknya jaringan kulit hingga saraf. Berangkat dari realitas itulah lima orang mahasiswa Universitas Airlangga membuat inovasi dan berhasil membuat alat yang bisa untuk menurunkan kadar logam berat tersebut. Alat tersebut diberi nama PUMMACH (Depuration Mini Machine) yang mudah dioperasionalkan di kalangan nelayan. Kelima mahasiswa dari lintas fakultas di UNAIR itu adalah Oktavia Arini Zuhriastuti (S1 Budidaya Perairan, 2014) sebagai ketua tim, Moch. Yazid Abdul Zalalil Amin (D3 Higiene Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja, 2014), Luqmanul Hakim (S1 Pendidikan Dokter Gigi, 2014), Ria Setiawati (S1 Pendidikan Dokter, 2014) dan Abdul Hamid (D3 Otomasi Sistem Instrumentasi, 2015). Dibawah bimbing Dr. Ir. Endang Dewi Masithah, MP., yang juga Wakil Dekan I Fakultas Perikanan dan Kelautan UNAIR, inovasi dan kreativitas itu dituangkan dalam Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penerapan Teknologi (PKM-T), dan berhasil lolos seleksi pendanaan Kemenristekdikti tahun 2017. Dijelaskan oleh Oktavia Arini Zuhriastuti, ketua Tim PKM-T, latar belakang digagasnya PUMMACH ini, karena laut sebagai tempat bermuaranya berbagai saluran air, sehingga menjadi tempat berkumpulnya berbagai zat pencemar lingkungan. Salah satu zat yang berbahaya itu adalah logam berat. Keberadaan logam berat di perairan sangat berbahaya, baik secara langsung untuk kehidupan biota laut maupun secara tak langsung bagi kesehatan manusia. Disisi lain, diantara biota laut yang dapat terpapar logam berat adalah kerang. Hal ini karena kerang bisa hidup dengan cara menyerap dan menyaring makanan di lingkungan habitatnya (filter feeder), jadi kerang dapat mengolah dan mentransformasi setiap logam berat yang masuk dalam tubuh dan menyebabkan kerang dapat bertahan hidup. ”Tentu saja hal itu membuat masyarakat cemas, sebab kerang merupakan salah satu makanan favorit di masyarakat karena memiliki kandungan gizi sangat baik dan ekonomis. Karena itulah kami berusaha membuat alat untuk membantu para nelayan bisa menurunkan kadar logam berat pada kerang tangkapannya, sehingga mampu meningkatkan daya beli konsumen,” kata Oktavia. Oktavia dan timnya melakukan praktik PUMMACH ini sentra penangkapan kerang di Desa Banjar Kemuning, Kecmatan Sedati, Kabupaten Sidoarjo. Disinilah masyarakat nelayan sekaligus diajari cara menurunkan kadar logam berat pada kerang tersebut. Berlangsungnya Proses Depurasi pada Alat PUMMACH. (Foto: Dok PKMT PUMMACH) Ditambahkan oleh Oktavia, untuk mengoperasionalkan mesin PUMMACH dibutuhkan daya listrik. Selain itu alat ini dirancang dari berbagai komponen, seperti kotak kontainer, pompa air, sinar UV, filter air, flow meter, pipa kran, dan rak kontainer. Cara pengoperasian alat ini, pertama harus mengecek kran untuk memastikan jalur diluar aliran tertutup rapat, tidak ada kebocoran. Selanjutnya mengisi kontainer dengan air laut yang sudah diatur salinitas dan suhunya. Berikutnya menyalakan semua komponen seperti sinar UV dan filter air. Terakhir memasukkan kerang pasca-panen itu ke dalam rak kontainer. Jika langkah itu sudah dilakukan, maka proses depurasi pada alat PUMMACH mulai berlangsung untuk selama 24 jam. Dalam kurun waktu itu kerang akan mengalami puasa, sehingga akan terjadi proses ekskresi, yaitu kerang mengeluarkan logam berat yang ada dalam saluran pencernaannya. Dari hasil proses eksresi tersebut akan diserap melalui filter air yang berbahan dari cangkang kerang. Proses itu akan berlangsung terusmenerus hingga kadar logam berat pada kerang menurun secara bertahap. Kelebihan dari alat PUMMACH ini, meskipun ukuran yang ditawarkan mini (kecil), tetapi kapasitas kerang yang dapat dimasukkan bisa 10 kg. Selain itu, Efektifitas penurunan logam berat pada kerang mampu mencapai hingga 40%. Kemudian yang terakhir, dengan adanya sinar UV pada PUMMACH maka kerang akan steril dari bakteri (salmonella, campylobacter, shigella, cholerae) dan virus (norovirus, hepatitis A, astrovirus). (*) Editor: Bambang Bes Iklim dan Cuaca Mempengaruhi Penularan Virus Dengue UNAIR NEWS – Berada di lintasan garis khatulistiwa, Indonesia tak lepas dari dampak penyakit tropis. Sejumlah penyakit tropis yang diakibatkan oleh gigitan nyamuk seperti Demam Berdarah Dengue (DBD) terus menjadi momok di Nusantara, khususnya wilayah perkotaan. Guru Besar Ilmu Kesehatan Lingkungan Prof. Dr. Ririh Yudhastuti, drh., M.Sc, mengatakan penduduk perkotaan lebih rentan terkena virus dengue yang ditularkan oleh vektor berupa nyamuk Aedes aegypti. Sebab, penduduk urban tinggal di lingkungan pemukiman yang memiliki tingkat densitas tinggi. Di Surabaya, setiap tahunnya kasus DBD selalu terjadi di sejumlah kawasan di Surabaya seperti Sawahan dan Tambaksari. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa program doktor Fakultas Kesehatan Masyarakat, virus dengue juga sudah menjangkiti kawasan-kawasan di Makassar seperti Toraja. “Bahkan, di tempat penampungan air, telur nyamuk itu sudah mengandung virus dengue,” tutur Ririh. Mengapa virus dengue lebih mudah ditularkan di kawasan perkotaan? Ririh menjelaskan, vektor Aedes aegypti memiliki jarak terbang yang rendah. Hanya seratus meter. Namun, Ririh menambahkan dataran tinggi juga perlu waspada dengan penyakit DBD karena virus ini juga sudah menjangkiti daerah-daerah sekitar pegunungan. Sebab pada dasarnya, nyamuk Aedes aegypti bersifat anthropophilic yakni lebih menyukai darah manusia. “Manusia memiliki tiga tipe kelenjar kulit salah satunya kelenjar eccrine. Kelenjar ini mengandung molekul carboxylic yang membedakan antara bau manusia dan mamalia lainnya. Kelenjar inilah yang dalam penciuman nyamuk Aedes aegypti sangat membangkitkan selera untuk menggigit maupun menghisap darah,” tutur Ririh yang baru saja dikukuhkan sebagai profesor, Sabtu (8/7). Peran ramalan cuaca Peningkatan curah hujan akan meningkatkan kelembaban dan temperatur. Hal ini akan mendukung seluruh aktivitas nyamuk termasuk memperpanjang umur dan bereproduksi. Vektor Aedes aegypti akan berkembang secara optimum pada temperatur 20–28 derajat Celcius. Umur nyamuk yang lebih panjang akan meningkatkan peluang bagi virus dengue untuk menyelesaikan masa inkubasi ekstrinsiknya. Indonesia, sebagai negara tropis dengan suhu udara 16–32 derajat Celcius dan kelembaban relatif 60–80 persen merupakan ruang yang ideal untuk mendukung perkembangbiakan nyamuk Aedes aegypti. Apalagi belakangan cuaca di Indonesia, termasuk Surabaya dan sekitarnya sering tak menentu. Keadaan cuaca kerap kali terjadi hujan lebat disertai angin kencang pada malam hari dan terik pada siang hari. “Secara biologis diperkirakan cuaca yang tidak menentu ini memainkan peran penting terjadinya penularan penyakit yang ditularkan vektor nyamuk Aedes aegypti,” tegas ahli nyamuk. Sebelum memasuki musim penghujan, masyarakat bisa memanfaatkan waktu untuk menerapkan program 3M plus yaitu menguras, menutup, mengubur atau menimbun barang-barang bekas, dan menyikat bersih dinding tempat penyimpanan air. “Beberapa tahun belakangan ini telah terjadi penularan DBD secara transovarial di daerah endemis DBD termasuk di Surabaya. Adanya kasus DBD setiap tahun di Surabaya menunjukkan adanya tendensi transovarial,” terang perempuan kelahiran Surakarta. Ririh berpesan agar masyarakat juga senantiasa berperilaku hidup bersih dan sehat untuk meminimalisir angka kejadian DBD. Penulis: Defrina Sukma S Dengan ’Aquascape Care’, Mahasiswa UNAIR Ajak Siswa SMPLB Lancar Berkomunikasi UNAIR NEWS – Pada banyak penelitian sebelumnya, seringkali ditemukan bahwa anak berkebutuhan khusus (ABK) memiliki sifat yang cenderung individual dan memiliki kemampuan kurang dalam berkomunikasi. Siswa di SMPLB Negeri Banyuwangi terdiri dari penyandang tuna netra, tuna rungu, tuna daksa, dan tuna grahita. Namun, mereka mudah tertarik akan hal-hal baru yang bersisfat ‘do action’. Dari itulah muncul ide Program Kreativitas Mahasiswa untuk bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-M) Aquascape Care (“Acar”) yang dilaksanakan oleh lima mahasiswa UNAIR PSDKU Banyuwangi. Tujuannya sebagai sarana peningkatan jiwa sosial dan kreativitas pada anak berkebutuhan khusus di SMPLB Negeri Banyuwangi. Kelima anggota PKM-M “Acar” tersebut adalah M. Reynaldy Thoriq Al Islam (ketua/angkatan 2016), Novia Salmatin (2016), Alvin Avia Aprilliana (2016), M. Fatikh Wirawan (2015), dan M. Fauzi Zarkazi (2015). Menurut M. Fauzi Zarkazi, Aquascape adalah sebuah bentuk perkembangan design aquarium handmade yang dibentuk sedemikian rupa, sehingga memiliki daya tarik baru. Pembuatan design dalam praktik Aquascape ini memungkinkan bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) untuk mengomunikasikan ide dan imajinasinya dalam suatu gambar. Beberapa program kerja yang telah dilaksanakan antara lain: sosialisasi serta pembelajaran pemotongan dan pengeleman kaca menggunakan alat dan bahan yang telah disediakan, penggunaan video sebagai media visualisasi, supaya anak-anak mudah dalam memahami materi yang sedang disampaikan. ”Kemudian juga pembentukan kelompok untuk membuat dan menghias akuarium dengan didampingi oleh satu mahasiswa dan guru. Minggu berikutnya yaitu ajang kreativitas menggambar bagi siswa. Tetapi sebelumnya kepada anak-anak diperlihatkan video tentang aquascape supaya mereka dapat berimajinasi,” tambah Fauzi Zarkazi. TESTIMONI peserta usai praktik menggambar design Aquascape di SMPLB Negeri Banyuwangi. (Foto: Dok PKMM). Pada Minggu keempat, kegiatan yang diterapkan adalah pembuatan Aquascape. Alat dan bahan yang digunakan antara lain; carpet seet, pasir malang, berbagai aksesoris (seperti kayu, batu, dll), filter, pupuk, lampu 5/8 watt. Sebelum membuat Aquascape, anak-anak diberi pengarahan lewat video yang ditampilkan dan juga buku saku yang telah diberikan. Dari kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan komunikasi antar-siswa dan meningkatkan pula kreativitasnya. Mereka sangat aktif dan antusias dalam membuat aquascape. Hasil dari aquascape ini kemudian disimpan oleh pihak sekolah. Kemudian setiap kegiatan yang telah dilakukan dilanjutkan dengan pretest maupun post test sebagai indikator keberhasilan kegiatannya. Program kelanjutannya yaitu pembentukan kader dan pengadaan pameran untuk siswa SMPB Negeri Banyuwangi yang bekerja sama dengan Dinas Pariwisata dan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi. (*) Penulis: Siti Mufaidah Editor: Bambang Bes Mahasiswa FST UNAIR Produksi Masker Terapi Anti Flu dan Batuk UNAIR NEWS – Kelompok yang terdiri lima mahasiswa Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga berhasil berinovasi membuat masker terapi yang mengandung aroma ekstrak herbal yang bisa membantu mengatasi flu dan batuk. Masker yang dinamai “COCO-MASK (Common Cold Mask) ini merupakan masker yang memang diproduksi sebagai terapi dan upaya mengatasi flu dan batuk. Keunggulan masker ini dibandingkan masker biasa di pasaran, COCO MASK mengandung the best FST (Flexible design, Sambiloto herbal extract dan Top Grade) Masks. Sambiloto memiliki kandungan Andrographolide yang bisa meningkatkan imunitas (kekebalan) pada saluran pernafasan hidung sehingga efektif untuk mengatasi common cold (flu dan batuk). “Masker ini efektif digunakan selama 3-5 hari setelah gejala muncul,” kata Ayu Ummi Maufiroh (Biologi 2015), ketua kelompok. Sedang empat anggota kreatif lainnya adalah Lusky Andriana (Biologi 2015), Fitria Mustianingsih (Biologi 2015), Elza Ismaya Dewi (2015), dan Arjun Niam Al (Kimia 2014). Inovasi tersebut dituangkan dalam proposal Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K) berjudul “COCO-MASK (Common Cold Mask) Terapi Herbal Ekstrak Daun Andrographis paniculata sebagai Upaya Mengatasi Flu dan Batuk”. Setelah diseleksi oleh Kemenristekdikti, proposal tersebut lolos dan memperoleh dana hibah pengembangan dari Dirjen Dikti tahun 2016. Latar belakang dibuatnya inovasi ini, kata Ayu, secara umum pengobatan awal flu dan batuk atau common cold lebih sering menggunakan obat-obat simptomatis yang bisa dibeli bebas di pasaran (apotik atau toko obat). Misalnya obat analgesik (anti nyeri), antipiretik (penurun panas), dan antibiotik sederhana. Padahal dari beberapa jurnal Internasional menyebutkan bahwa pengobatan penyakit ini dengan menggunakan obat tersebut memberikan efek samping pada saluran cerna dan resistensi patogen. Penderita flu batuk akibat Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) non-spesifik merupakan infeksi yang disebabkan virus kategori air borne disease. Infeksi menular ketika tetesan patogen terkontaminasi dengan udara sehingga terhirup oleh manusia. Selain itu didukung pula suhu lingkungan yang cenderung berubah karena Indonesia yang memiiki iklim tropis dengan intensitas curah hujan yang tinggi. Gejala umumnya terlihat sekitar 1-3 hari setelah penularan dari batuk yang mengandung virus. Tanda dan gejala meliputi hidung berair dan tersumbat, sakit tenggorokan, batuk, sakit kepala ringan, dan mata berair. Dalam meminimalisir penularan efek tersebut, masyarakat umum cenderung menggunakan masker hidung. DIANTARA mahasiswa anggota Tim PKMK memasarkan Coco Mask dalam bazar di Mulyorejo Surabaya. (Foto: Dok PKMK). Produk COCO-MASK ini dijual secara eceran dan dikemas dalam kardus. Satu kardus berisi 6 masker herbal, sedang per lembar masker dijual Rp 5.000,-. Dengan tampilan produk masker yang warna-warni, sehingga menarik minat calon kalangan mahasiswa sampai masyarakat umum. pembeli dari Ditambahkan oleh Ayu, selama tiga bulan produk ini dibuat, sudah terjual 108 buah masker yang tersebar ke beberapa daerah di Jawa. Kedepan produk ini akan dipasarkan ke luar Jawa, bahkan diproyeksi juga ke luar negeri. Selain itu “COCO-MASK” bisa dipesan melalui instagram dengan akun cocomask_herbal atau line dengan id @syr3010a. “Dengan harga yang ekonomis dan tidak menguras kantong, tetapi sudah bisa mendapatkan masker yang memiliki manfaat lebih sebagai terapi dibandingkan masker biasa,” kata Ayu Ummi M dengan nada optimis. (*) Editor: Bambang Bes Dikembangkan, Bantalan Tulang Rawan untuk Penderita Degenerasi Diskus Intervertebralis UNAIR NEWS – Chronic Low Back Pain (CLBP) merupakan salah satu masalah kesehatan yang sering dijumpai di masyarakat. Sekitar 60-80% dari penduduk dunia selama hidupnya pernah mengalami paling tidak nyeri pungung bawah. Penyebabnya bermacam-macam, salah satunya adalah degenerasi diskus invertebralis, yaitu bantalan tulang rawan pada tulang belakang yang berfungsi sebagai penyangga beban tubuh dan body shock absorber. Pasien dapat merasakan nyeri, mati rasa, bahkan kelemahan pada anggota tubuh yang disebabkan oleh saraf yang tertekan. Berbagai cara untuk penyembuhan nyeri punggung bawah ini diantaranya adalah tindakan konservatif dan pembedahan. Tetapi tindakan konservatif dan pembedahan ini bisa menimbulkan komplikasi serta infeksi. Berawal dari kasus diatas, maka lima mahasiswa Prodi Teknobiomedik Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga yaitu Cityta Putri Kwarta (2012), Miftakhul Jannah (2012), Dina Kartika Putri (2012), Evlyn Anggraini Santoso (2013), dan Wilda Kholida Annaqiyah (2013), berhasil membuat injectable hydrogel berbasis polimer untuk terapi degenerasi diskus intervertebralis. Dibawah bimbingan dosen Dr. Prihartini Widiyanti, drg.,M.Kes., mereka menjadikan inovasi temuan itu sebagai Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian Eksakta (PKM-PE) dengan judul “Paduan Hyaluronic Acid (HA) – Polyethylene Glycol (PEG) sebagai Injectable Hydrogel untuk Terapi Penderita Degenerasi Diskus Intervertebralis”. Proposal ini memperoleh pembiayaan dari Dirjen Dikti Kemenristek dalam Program PKM-PE 2016. Hasil Uji In Vitro Injection Model Hidrogel ke Agarose. (Foto: Dok Tim) Cityta Putri Kwarta, ketua Tim ini menjelaskan, dalam prosesnya kelompok penelitiannya ini menggunakan polimer alam yakni Hyaluronic Acid dan polimer sintetik Polyethylene Glycol serta menambahkan Enzim Horse Radish Peroxide sebagai bahan utama pembuatan hidrogel. Ketiga material ini dipilih karena memiliki sifat biokompatibel, biodegradable, dan nontoksik. Untuk memenuhi kriteria sifat tersebut, hidrogel melewati beberapa uji, yakni uji swelling untuk melihat kemampuan mengembang, uji degradasi untuk melihat seberapa lama sampel bertahan dalam tubuh, uji sitotoksisitas untuk menguji sifat toksik sampel, uji in vitro injection model untuk mengetahui proses gelasi hidrogel, dan uji Fourier Transform Infra Red (FTIR) untuk meggambarkan ikatan kimiawi pada bahan. ”Jadi injectable hydrogel ini sudah lolos uji coba dan memenuhi syarat sebagai hidrogel untuk bantalan tulang rawan. Harapan kami hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan injectable hydrogel dalam bidang medis di masa yang akan datang,” pungkasnya. (*) Editor : Bambang Bes Mahasiswa Antropologi UNAIR Teliti Uniknya Tradisi Lamaran di Lamongan UNAIR NEWS – Pada umumnya proses lamaran (meminang) dalam perkawinan dimulai oleh pihak laki-laki, tetapi di Kabupaten Lamongan inisiatif itu dari pihak perempuan yang meminang calon suaminya. “Keunikan” inilah yang menggelitik lima mahasiswa jurusan Antropologi FISIP Universitas Airlangga (UNAIR) tertarik melakukan penelitian tentang lamaran wanita terhadap pria. Kelima mahasiswa Antropologi FISIP UNAIR itu adalah Luluk Oktavia, Yusuf Bilal Abdillah, Biandro Wisnuyana, Dyah Bratajaya Wisnu Puteri, dan Selvi Nur An Nisaa Permata. Kemudian mereka menuangkan ide ini dalam proposal Program Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian Sosial Humaniora (PKMPSH). Proposal berjudul “Menguak Tradisi Lamaran (Calon Mempelai Wanita Terhadap Calon Mempelai Pria) di Kabupaten Lamongan, Jawa Timur” ini berhasil lolos seleksi dan mendapatkan pendanaan pengembangan dari Kementrian, Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi. ”Ini benar-benar bagai pepatah Lain ladang lain belalang, Lain lubuk lain ikannya – artinya di setiap daerah memiiki adat istiadat berbeda, satu aturan di suatu daerah bisa berbeda dengan aturan di daerah lainnya. Salah satunya di Lamongan Jawa Timur ini,” kata Luluk Oktavia, ketua penelitian. Ternyata terdapat kisah dibalik tradisi lamaran ini, yang tidak lain adalah kisah yang terjadi di zaman kerajaan dahulu. Dimulai dari sebuah kisah tentang Tumenggung Lamongan. Ia mempunyai dua anak laki-laki yang rupawan, namanya Panji Laras Liris. Ketampanan pemuda ini sangat terkenal, hingga membuat dua putri dari Kerajaan Kediri jatuh cinta kepada Panji Laras Liris. Singkat cerita, kedua puteri dari Kerajaan Kediri itu pergi ke daerah Lamongan untuk meminang Panji Laras Liris. Pada akhirnya saat masih ditengah perjalanan sudah ditolak, karena Panji Laras Liris merasa jijik melihat kaki sang puteri yang banyak bulu seperti kaki kuda. Salah satu pelaksanaan tradisi lamaran yang hingga saat ini masih dilaksanakan di Kab. Lamongan: pihak perempuan yang melamar lakilaki. (Foto: Istimewa) Maka dari itu, hingga saat ini masyarakat Lamongan memiliki anggapan keyakinan bila laki-laki Lamongan menikah dengan wanita asal Kediri, mereka akan mendapatkan kesialan dalam hubungan rumah tangganya. Dari cerita inilah melahirkan tradisi di Lamongan bahwa pihak wanita yang harus melamar pria. “Jadi dalam lamaran ini ada beberapa prosesi, seperti njaluk, ganjur, milih dino, dan pernikahan. Di mana orang tua pihak wanita meminta kepada si pria untuk menjadi menantunya. Setelah meminta (njaluk), mereka melakukan ganjuran (lamaran) ke pihak pria, lalu pihak pria membalas ganjuran itu selang beberapa hari. Kalau semua sudah saling setuju, baru kedua pihak menentukan hari pernikahannya, setelah itu mereka menikah,” tambah Luluk Oktavia. Pada tradisi lamaran ini terdapat nilai-nilai social, yaitu pihak wanita yang mendatangi pria. Disini terkesan bahwa ada penghargaan dari seorang wanita kepada pria. Selain itu terdapat kesan bahwa seorang pria harus menjaga wanita karena ia juga mampu memberikan sesuatu kepada pria dipercayainya itu. Jadi bila ada laki-laki yang menggantungkan hidupnya pada seorang wanita dan tangganya berantakan, maka harga diri laki-laki itu akan di masyarakat umum. yang hanya rumah turun Perspektif lain juga terlihat pada seserahan yang dibawa pihak wanita dalam proses lamaran. Setelah diterima oleh pihak pria, dalam pernikahan nanti si pria akan memberikan mahar yang lebih besar dari nilai seserahan yang telah diterima itu. ”Ini memberikan kesan bahwa terdapat rasa gengsi dari pihak pria jika mahar yang diberikan lebih kecil dari seserahan yang dibawa pihak wanita. Sebagai calon kepala keluarga haruslah mapan dan memiliki derajat lebih tinggi dari isterinya. Oleh karena itu, mereka menunjukkannya dari mahar yang diberikan kepada calon istrinya,” tambah Luluk. (*) Editor: Bambang Bes Mendulang Rupiah dari Limbah Ternak UNAIR NEWS – Limbah telah menjadi masalah perkotaan yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Limbah yang berasal dari industri, rumah tangga, hingga peternakan kerap kali menimbulkan permasalahan yang bisa merusak lingkungan. Beda hal dengan Guru Besar bidang Ilmu Reproduksi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Prof. Dr. Herry Agoes Hermadi yang menjadikan pengolahan limbah ternak sebagai sumber ekonomi baru. Sebagai peneliti sekaligus dosen di FKH UNAIR, ia tertantang untuk berkontribusi dalam menyelesaikan persoalan lingkungan. “Limbah rumah potong hewan seperti perut sapi (rumen), sebenarnya jika diperas akan menghasilkan cairan bio fermentor. Ini bermanfaat untuk mengurangi bau pada septic tank bahkan mampu menguras WC (water closet) tanpa disedot,” tutur Herry. Sari rumen bisa dimanfaatkan untuk menghancurkan limbah kotoran yang dihadapi Kota Surabaya. Berdasarkan pengamatannya, warga di atas 50 persen masyarakat di Kota Surabaya masih membuang limbah kotorannya di sungai. “Mereka memiliki WC yang masih open defecation bukan close defecation. Ini artinya pembuangannya selalu bermuara ke sungai,” terangnya. Selain itu, bio fermentor juga dapat dimanfaatkan untuk memproses fermentasi bahan pakan. Jika cairan bio fermentor dicampur dengan pupuk NPK dan disemprotkan di tanaman, kesuburan tanaman tersebut akan membaik. Limbah lainnya yang bisa dimanfaatkan dari keberadaan peternakan adalah darah hewan yang sudah dipotong. Dalam satu hari, para pemotong hewan bisa menyembelih sekitar seratus ekor sapi. Tak disangka, darah yang dibuang ini bisa dikembangkan menjadi pakan ternak yang memilki nilai ekonomis. “Setiap sapi bisa bisa menghasilkan 20 sampai 30 liter darah per hari. Bayangkan jika tiap harinya ada sekitar 100 ekor sapi yang disembelih namun tidak dimanfaatkan akan sayang sekali,” tutur Herry yang menjadi dosen pembimbing lapangan kegiatan Kuliah Kerja Nyata – Belajar Bersama Masyarakat UNAIR ini. Penulis: Helmy Rafsanjani Editor: Defrina Sukma S Madu Lebah Apis Dorsata Bisa Sebagai Obat Anti Osteoporosis UNAIR NEWS – Gangguan osteoporosis sering diderita oleh masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas Airlangga, diusulkan kepada penderita untuk mengonsumni madu lebah Apis dorsata sebagai alternative obat antiosteoporosis. Usul itu disampaikan sebab kandungan dalam madu Apis dorsata terdapat asam glukonat yang dapat meningkatkan absorpsi kalsium di dalam usus. Kandungan fenol pada madu ini juga dapat berperan dalam metabolisme tulang serta flavonoid dapat mencegah terjadinya pengeroposan tulang. Kelima mahasiswa peneliti yang tergabung dalam kelompok Program Kreativias Mahasiswa bidang Penelitian Eksakta (PKMPE) itu diketuai M. Huda Ramadhan Ibrahim, dengan anggota Abdullah Hasib, Samsi Yordan, Siti Nur Rohmah, dan Salsabilla Abani. Dibawah bimbingan Dr. Ira Yudaniayanti, drh., M.P., dosen mereka, penelitian ini kemudian dituangkan dalam proposal PKMPE dan lolos seleksi Ditjen Dikti, sehingga memperoleh dana penelitian dalam program PKM Kemenristekdikti tahun 2016-2017. Diterangkan oleh M. Huda Ramadhan, yang dilakukan timnya adalah meneliti kadar abu kalsium dan gambaran histopatologi tulang hewan coba yang telah diinduksi osteoporosis dengan cara pengambilan ovarium atau biasa disebut Ovariohysterectomy dan diberi madu sebagai perlakuan sehari-hari selama empat bulan. Osteoporosis, lanjutnya, bersal dari kata osteo (tulang) dan porous (keropos), yang disebut juga pengeroposan tulang. Osteoporosis memiliki resiko yang merugikan penderita, dimana akan menyebabkan terjadinya fraktur pada tulang, nyeri pada punggung, dan dapat menyebabkan stres fisik, nyeri pinggang, sakit lutut, sakit persendian, nyeri pada paha, nyeri di kaki, gangguan fungsi aktivitas sehingga menimbulkan hilangnya kemandirian. Penyebab terbanyak Osteoporosis di Indonesia adalah faktor gender, usia, gangguan metabolisme tulang, kurangnya aktivitas, kekurangan protein, dan kurangnya asupan vitamin D. Seorang wanita diindikasikan empat kali lebih rentan terserang osteoporosis dibandingkan dengan pria. Dari penelitian itu, kata Huda, hasilnya sangat luar biasa. Kadar kalsium abu tulang menunjukkan hasil tertinggi pada hewan coba yang diberi perlakuan madu dengan dosis tertinggi. Hasil gambaran histopatologi tulang yang diberi madu dengan dosis tertinggi juga menunjukan tidak terlihatnya osteoporosis berbeda dengan tulang yang diinduksi osteoporosis, namun tidak diberi madu sama sekali. “Dengan penelitian ini diharapkan ada perbedaan gambaran histopatologi dan kadar abu kalsium untuk setiap kelompok perlakuan, dan akhirnya perbedaan itu terlihat nyata sehingga madu dapat dijadikan sebagai obat antiosteoporosis,” ujar M. Huda Ramadhan. Dari penelitian ini juga diharapkan bahwa madu dapat digunakan sebagai bahan ilmiah yang aman untuk mencegah terjadinya osteoporosis. (*) Editor: Bambang Bes