Cegah Bahaya Merkuri, Mahasiswa UNAIR Produksi

advertisement
Ciptakan Selai Mengkudu dan
Bogem untuk Anti Hipertensi
UNAIR NEWS – Hipertensi atau dikenal dengan tekanan darah
tinggi dapat memicu beberapa penyakit kardiovaskular seperti
serangan jantung, stroke, dan gagal jantung. Penyakit
kardiovaskular merupakan pembunuh nomor satu di dunia.
Bersarkan dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013,
penderita hipertensi di Indonesia sekitar 65 juta jiwa atau
sekitar 25,8% dari keseluruhan penduduk Indonesia.
Kondisi stres, obesitas, kurang olahraga, merokok, dan minum
alkohol merupakan beberapa faktor penyebab hipertensi.
Penderita hipertensi umumnya mengkonsumsi obat sebagai sarana
pengobatan. Namun, konsumsi obat dapat menyebabkan kebosanan
karena rasa yang tidak enak.
Berangkat dari masalah itu, lima mahasiswa Fakultas Perikanan
dan Kelautan (FPK) Universitas Airlangga, yakni Septia
Rahmadini (2014), Dian Cahyani Sisari (2014), Syifa’ul Janna
(2014), Qurrotul A’yun (2014) dan Aprilia Rachmawati (2015),
membuat inovasi produk yang dapat mengatasi hipertensi berupa
selai dengan rasa yang lebih bisa dinikmati oleh masyarakat.
Produk inovasi bernama “SEL-DUGEM (Selai Mengkudu dan Bogem)
Anti Hipertensi” ini telah lolos bantuan dana pengembangan
dari Dirjen Dikti, Kemenristekdikti RI tahun 2016 dalam
kategori Program Kreatifitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K).
“SEL-DUGEM (Selai Mengkudu dan Bogem) Anti Hipertensi” ini
merupakan selai yang berasal dari buah mengkudu dan buah
bogem.
“Kandungan yang dimiliki buah mengkudu yaitu scopoletin dan
xeronin memiliki khasiat menurunkan tekanan darah. Sedangkan
kandungan pada buah bogem berupa senyawa bioaktif berpotensi
sebagai antihipertensi,” ujar Septia Rahmadini.
Produk SEL-DUGEM (Selai Mengkudu dan Bogem) Anti Hipertensi
ini dijual dengan dua inovasi kemasan. Produk dengan berat 300
gram seharga Rp. 25.000 dan 100 gram dengan harga Rp.15.000.
Selama empat bulan dibuat, produk ini sudah tersebar ke
beberapa daerah di Jawa.
Ke depan, produk ini akan dipasarkan ke luar Jawa hingga ke
luar negeri. “SEL-DUGEM (Selai Mengkudu dan Bogem) Anti
Hipertensi” dapat dipesan melalui Instagram dan Line dengan
akun ‘seldugem’, melalui facebook dengan nama ‘mengkudu dan
bogem’, serta kontak whatsaap 085645078780. (*)
Editor : Binti Q. Masruroh
Mahasiswa
UNAIR
’Sulap’
Limbah Kulit Semangka Jadi
Masker Antioksidan
UNAIR NEWS – Mahasiswa Fakultas Farmasi Universitas Airlangga
berhasil berinovasi “menyulap” limbah kulit semangka menjadi
masker wajah antioksidan yang alami. Dalam produksi pertama
dalam pengenalan pasar, sudah terjual 140 Pcs dengan harga
yang sangat terjangkap, Rp 6.000/Pcs.
”Dua manfaat sekaligus kami hadirkan. Pertama mengatasi
permasalahan limbah, dan kedua menjadikan limbah tersebut
menjadi produk bermanfaat dan punya nilai plus,” kata Amelya
Mustika P, Ketua Tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang
Kewirausahaan (PKMK) FF UNAIR.
Diakui, salah satu permasalahan yang sering dihadapi pelajar,
mahasiswa, dan perempuan umumnya, adalah permasalahan kulit
wajah. Mengapa? Karena para pelajar dan mahasiswa, dan
perempuan aktif umumnya memiliki banyak aktivitas di luar
rumah/kampus. Sehingga terpapar sinar ultraviolet dan polusi
menyebabkan pembentukan radikal bebas meningkat dan memicu
kerusakan pada kulit, mulai kulit wajah menjadi kusam, kasar,
dan timbulnya noda hitam. Keadaan demikian menyebabkan
kurangnya rasa percaya diri dan rasa kurang nyaman.
Pada sisi yang lain, limbah juga merupakan permasalahan yang
tiada habisnya.Mulai dari limbah organik maupun anorganik.
Adanya limbah tentu sangat mengganggu masyarakat, maka
diperlukan suatu upaya untuk mengolah limbah tersebut. Salah
satunya mengolah limbah menjadi produk yang bermanfaat bagi
masyarakat dan mempunyai nilai jual.
Berangkat dari permasalahan tersebut, tim PKM-K (Program
Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan) Fakultas Farmasi
Universitas Airlangga yang beranggotakan Amelya Mustika P
(2015), Septiani (2015), Theresa Binayu P (2015), M. Dzul Azmi
A.A (2015), dan Galuh Ratri (2014) mengombinasikan suatu
produk yang selain dapat mengatasi permasalahan pada kulit
wajah, juga membantu mengurangi limbah. Produk inovasi bernama
“Watermelon Beauty Face Mask” ini telah lolos bantuan dana
pengembangan dari Dirjen Dikti, Kemenristekdikti RI 2017.
Kemasan ’Watermelon Beauty Face Mask’ yang dipasarkan.
(Foto: Dok PKMK FF-UA)
“Watermelon Beauty Face Mask” merupakan masker wajah yang
berasal dari limbah kulit putih semangka, dimana kulit putih
semangka itu memiliki kandungan antioksidan yang dapat
menangkal radikal bebas serta mencerahkan kulit wajah. Menurut
sebuah jurnal, kulit putih semangka kaya akan vitamin,
mineral, enzim, dan klorofil. Vitamin-vitamin yang terkandung
di dalamnya adalag vitamin A, vitamin B2, vitamin B6, vitamin
E, dan vitamin C. Kandungan vitamin E, vitamin C.
“Protein yang cukup banyak pada kulit putih buah semangka
dapat digunakan untuk menghaluskan kulit, rambut, dan membuat
rambut tampak berkilau. Sedangkan sitrulin, betakaroten dan
likopen yang terdapat pada kulit putih buah semangka dapat
dimanfaatkan sebagai antioksidan,” kata Amelya Mustika, ketua
Tim PKMK mengutip sebuah jurnal yang ditulis Rochmatika dkk
(2012).
“Sehingga kita tak perlu khawatir lagi untuk beraktivitas di
luar ruangan. Selain itu, Watermelon Beauty Face Mask juga
memiliki aroma yang menenangkan, sehingga sangat cocok untuk
digunakan usai melakukan aktivitas sehari-hari,” tambah
Amelya.
Menariknya lagi, “Watermelon Beauty Face Mask” ini begitu
diperkenalkan ke masyarakat, hingga kini sudah terjual 140 Pcs
pada produksi pertama. Tim menjual dengan harga Rp 6.000/Pcs
dinilai sangat terjangkau bila dibandingkan dengan manfaat
yang dimiliki masker buatan mahasiswa Farmasi UNAIR ini.
Guna memenuhi permintaan konsumen yang sudah mengenalnya,
Watermelon Beauty Face Mask juga hadir dengan tiga varian,
yang dibuat berdasarkan jenis kulit, yaitu untuk kulit kering,
kulit normal, dan kulit berminyak.
Tim berharap dengan penggunaan Watermelon Beauty Face Mask ini
dapat melembabkan kulit yang kering pada penggunanya, juga
mengurangi sebum bagi kulit yang berminyak, dan menjaga
kelembaban untuk kulit normal.
”Tunggu apa lagi, segera pesan Watermelon Beauty Face Mask dan
dapatkan kulit wajah Anda yang lebih sehat,” kata Amelya
berpromosi. (*)
Editor: Bambang Bes
Mahasiswa
UNAIR
Ciptakan
’Pummach’, Alat Penurun Logam
Berat pada Kerang
UNAIR NEWS – Kerang, merupakan biota laut yang kaya gizi yang
sangat digemari masyarakat untuk dikonsumsi. Sayangnya, selama
ini di dalam kerang terdapat kandungan kadar logam berat
seperti timbal (Pb), cadmium (Cd) dan merkuri (Hg) yang sangat
berbahaya. Jika seseorang mengonsumsi makanan yang terpapar
timbal (Pb) tinggi bisa menyebabkan keracunan, diare, dan
pingsan mendadak. Jika mengonsumsi makanan yang terpapar
cadmium (Cd) bisa merusak hati, paru-paru dan ginjal.
Sedangkan makanan yang terpapar merkuri (Hg) bisa menyebabkan
rusaknya jaringan kulit hingga saraf.
Berangkat dari realitas itulah lima orang mahasiswa
Universitas Airlangga membuat inovasi dan berhasil membuat
alat yang bisa untuk menurunkan kadar logam berat tersebut.
Alat tersebut diberi nama PUMMACH (Depuration Mini Machine)
yang mudah dioperasionalkan di kalangan nelayan.
Kelima mahasiswa dari lintas fakultas di UNAIR itu adalah
Oktavia Arini Zuhriastuti (S1 Budidaya Perairan, 2014) sebagai
ketua tim, Moch. Yazid Abdul Zalalil Amin (D3 Higiene
Perusahaan Kesehatan dan Keselamatan Kerja, 2014), Luqmanul
Hakim (S1 Pendidikan Dokter Gigi, 2014), Ria Setiawati (S1
Pendidikan Dokter, 2014) dan Abdul Hamid (D3 Otomasi Sistem
Instrumentasi, 2015).
Dibawah bimbing Dr. Ir. Endang Dewi Masithah, MP., yang juga
Wakil Dekan I Fakultas Perikanan dan Kelautan UNAIR, inovasi
dan kreativitas itu dituangkan dalam Program Kreativitas
Mahasiswa bidang Penerapan Teknologi (PKM-T), dan berhasil
lolos seleksi pendanaan Kemenristekdikti tahun 2017.
Dijelaskan oleh Oktavia Arini Zuhriastuti, ketua Tim PKM-T,
latar belakang digagasnya PUMMACH ini, karena laut sebagai
tempat bermuaranya berbagai saluran air, sehingga menjadi
tempat berkumpulnya berbagai zat pencemar lingkungan. Salah
satu zat yang berbahaya itu adalah logam berat. Keberadaan
logam berat di perairan sangat berbahaya, baik secara langsung
untuk kehidupan biota laut maupun secara tak langsung bagi
kesehatan manusia.
Disisi lain, diantara biota laut yang dapat terpapar logam
berat adalah kerang. Hal ini karena kerang bisa hidup dengan
cara menyerap dan menyaring makanan di lingkungan habitatnya
(filter feeder), jadi kerang dapat mengolah dan
mentransformasi setiap logam berat yang masuk dalam tubuh dan
menyebabkan kerang dapat bertahan hidup.
”Tentu saja hal itu membuat masyarakat cemas, sebab kerang
merupakan salah satu makanan favorit di masyarakat karena
memiliki kandungan gizi sangat baik dan ekonomis. Karena
itulah kami berusaha membuat alat untuk membantu para nelayan
bisa menurunkan kadar logam berat pada kerang tangkapannya,
sehingga mampu meningkatkan daya beli konsumen,” kata Oktavia.
Oktavia dan timnya melakukan praktik PUMMACH ini sentra
penangkapan kerang di Desa Banjar Kemuning, Kecmatan Sedati,
Kabupaten Sidoarjo. Disinilah masyarakat nelayan sekaligus
diajari cara menurunkan kadar logam berat pada kerang
tersebut.
Berlangsungnya Proses Depurasi pada Alat PUMMACH.
(Foto: Dok PKMT PUMMACH)
Ditambahkan oleh Oktavia, untuk mengoperasionalkan mesin
PUMMACH dibutuhkan daya listrik. Selain itu alat ini dirancang
dari berbagai komponen, seperti kotak kontainer, pompa air,
sinar UV, filter air, flow meter, pipa kran, dan rak
kontainer.
Cara pengoperasian alat ini, pertama harus mengecek kran untuk
memastikan jalur diluar aliran tertutup rapat, tidak ada
kebocoran. Selanjutnya mengisi kontainer dengan air laut yang
sudah diatur salinitas dan suhunya. Berikutnya menyalakan
semua komponen seperti sinar UV dan filter air. Terakhir
memasukkan kerang pasca-panen itu ke dalam rak kontainer.
Jika langkah itu sudah dilakukan, maka proses depurasi pada
alat PUMMACH mulai berlangsung untuk selama 24 jam. Dalam
kurun waktu itu kerang akan mengalami puasa, sehingga akan
terjadi proses ekskresi, yaitu kerang mengeluarkan logam berat
yang ada dalam saluran pencernaannya. Dari hasil proses
eksresi tersebut akan diserap melalui filter air yang berbahan
dari cangkang kerang. Proses itu akan berlangsung terusmenerus hingga kadar logam berat pada kerang menurun secara
bertahap.
Kelebihan
dari
alat
PUMMACH
ini,
meskipun
ukuran
yang
ditawarkan mini (kecil), tetapi kapasitas kerang yang dapat
dimasukkan bisa 10 kg. Selain itu, Efektifitas penurunan logam
berat pada kerang mampu mencapai hingga 40%. Kemudian yang
terakhir, dengan adanya sinar UV pada PUMMACH maka kerang akan
steril dari bakteri (salmonella, campylobacter, shigella,
cholerae) dan virus (norovirus, hepatitis A, astrovirus). (*)
Editor: Bambang Bes
Iklim dan Cuaca Mempengaruhi
Penularan Virus Dengue
UNAIR NEWS – Berada di lintasan garis khatulistiwa, Indonesia
tak lepas dari dampak penyakit tropis. Sejumlah penyakit
tropis yang diakibatkan oleh gigitan nyamuk seperti Demam
Berdarah Dengue (DBD) terus menjadi momok di Nusantara,
khususnya wilayah perkotaan.
Guru Besar Ilmu Kesehatan Lingkungan Prof. Dr. Ririh
Yudhastuti, drh., M.Sc, mengatakan penduduk perkotaan lebih
rentan terkena virus dengue yang ditularkan oleh vektor berupa
nyamuk Aedes aegypti. Sebab, penduduk urban tinggal di
lingkungan pemukiman yang memiliki tingkat densitas tinggi.
Di Surabaya, setiap tahunnya kasus DBD selalu terjadi di
sejumlah kawasan di Surabaya seperti Sawahan dan Tambaksari.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa program
doktor Fakultas Kesehatan Masyarakat, virus dengue juga sudah
menjangkiti kawasan-kawasan di Makassar seperti Toraja.
“Bahkan, di tempat penampungan air, telur nyamuk itu sudah
mengandung virus dengue,” tutur Ririh.
Mengapa virus dengue lebih mudah ditularkan di kawasan
perkotaan? Ririh menjelaskan, vektor Aedes aegypti memiliki
jarak terbang yang rendah. Hanya seratus meter.
Namun, Ririh menambahkan dataran tinggi juga perlu waspada
dengan penyakit DBD karena virus ini juga sudah menjangkiti
daerah-daerah sekitar pegunungan.
Sebab pada dasarnya, nyamuk Aedes aegypti bersifat
anthropophilic yakni lebih menyukai darah manusia.
“Manusia memiliki tiga tipe kelenjar kulit salah satunya
kelenjar eccrine. Kelenjar ini mengandung molekul carboxylic
yang membedakan antara bau manusia dan mamalia lainnya.
Kelenjar inilah yang dalam penciuman nyamuk Aedes aegypti
sangat membangkitkan selera untuk menggigit maupun menghisap
darah,” tutur Ririh yang baru saja dikukuhkan sebagai
profesor, Sabtu (8/7).
Peran ramalan cuaca
Peningkatan curah hujan akan meningkatkan kelembaban dan
temperatur. Hal ini akan mendukung seluruh aktivitas nyamuk
termasuk memperpanjang umur dan bereproduksi. Vektor Aedes
aegypti akan berkembang secara optimum pada temperatur 20–28
derajat Celcius.
Umur nyamuk yang lebih panjang akan meningkatkan peluang bagi
virus dengue untuk menyelesaikan masa inkubasi ekstrinsiknya.
Indonesia, sebagai negara tropis dengan suhu udara 16–32
derajat Celcius dan kelembaban relatif 60–80 persen merupakan
ruang yang ideal untuk mendukung perkembangbiakan nyamuk Aedes
aegypti.
Apalagi belakangan cuaca di Indonesia, termasuk Surabaya dan
sekitarnya sering tak menentu. Keadaan cuaca kerap kali
terjadi hujan lebat disertai angin kencang pada malam hari dan
terik pada siang hari.
“Secara biologis diperkirakan cuaca yang tidak menentu ini
memainkan peran penting terjadinya penularan penyakit yang
ditularkan vektor nyamuk Aedes aegypti,” tegas ahli nyamuk.
Sebelum memasuki musim penghujan, masyarakat bisa memanfaatkan
waktu untuk menerapkan program 3M plus yaitu menguras,
menutup, mengubur atau menimbun barang-barang bekas, dan
menyikat bersih dinding tempat penyimpanan air.
“Beberapa tahun belakangan ini telah terjadi penularan DBD
secara transovarial di daerah endemis DBD termasuk di
Surabaya. Adanya kasus DBD setiap tahun di Surabaya
menunjukkan adanya tendensi transovarial,” terang perempuan
kelahiran Surakarta.
Ririh berpesan agar masyarakat juga senantiasa berperilaku
hidup bersih dan sehat untuk meminimalisir angka kejadian DBD.
Penulis: Defrina Sukma S
Dengan
’Aquascape
Care’,
Mahasiswa UNAIR Ajak Siswa
SMPLB Lancar Berkomunikasi
UNAIR NEWS – Pada banyak penelitian sebelumnya, seringkali
ditemukan bahwa anak berkebutuhan khusus (ABK) memiliki sifat
yang cenderung individual dan memiliki kemampuan kurang dalam
berkomunikasi. Siswa di SMPLB Negeri Banyuwangi terdiri dari
penyandang tuna netra, tuna rungu, tuna daksa, dan tuna
grahita. Namun, mereka mudah tertarik akan hal-hal baru yang
bersisfat ‘do action’.
Dari itulah muncul ide Program Kreativitas Mahasiswa untuk
bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-M) Aquascape Care (“Acar”)
yang dilaksanakan oleh lima mahasiswa UNAIR PSDKU Banyuwangi.
Tujuannya sebagai
sarana peningkatan jiwa sosial dan
kreativitas pada anak berkebutuhan khusus di SMPLB Negeri
Banyuwangi.
Kelima anggota PKM-M “Acar” tersebut adalah M. Reynaldy Thoriq
Al Islam (ketua/angkatan 2016), Novia Salmatin (2016), Alvin
Avia Aprilliana (2016), M. Fatikh Wirawan (2015), dan M. Fauzi
Zarkazi (2015).
Menurut M. Fauzi Zarkazi, Aquascape adalah sebuah bentuk
perkembangan design aquarium handmade yang dibentuk sedemikian
rupa, sehingga memiliki daya tarik baru. Pembuatan design
dalam praktik Aquascape ini memungkinkan bagi Anak
Berkebutuhan Khusus (ABK) untuk mengomunikasikan ide dan
imajinasinya dalam suatu gambar.
Beberapa program kerja yang telah dilaksanakan antara lain:
sosialisasi serta pembelajaran pemotongan dan pengeleman kaca
menggunakan alat dan bahan yang telah disediakan, penggunaan
video sebagai media visualisasi, supaya anak-anak mudah dalam
memahami materi yang sedang disampaikan.
”Kemudian juga pembentukan kelompok untuk membuat dan menghias
akuarium dengan didampingi oleh satu mahasiswa dan guru.
Minggu berikutnya yaitu ajang kreativitas menggambar bagi
siswa. Tetapi sebelumnya kepada anak-anak diperlihatkan video
tentang aquascape supaya mereka dapat berimajinasi,” tambah
Fauzi Zarkazi.
TESTIMONI peserta usai praktik menggambar design Aquascape di
SMPLB Negeri Banyuwangi. (Foto: Dok PKMM).
Pada Minggu keempat, kegiatan yang diterapkan adalah pembuatan
Aquascape. Alat dan bahan yang digunakan antara lain; carpet
seet, pasir malang, berbagai aksesoris (seperti kayu, batu,
dll), filter, pupuk, lampu 5/8 watt. Sebelum membuat
Aquascape, anak-anak diberi pengarahan lewat video yang
ditampilkan dan juga buku saku yang telah diberikan.
Dari kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan komunikasi
antar-siswa dan meningkatkan pula kreativitasnya. Mereka
sangat aktif dan antusias dalam membuat aquascape. Hasil dari
aquascape ini kemudian disimpan oleh pihak sekolah. Kemudian
setiap kegiatan yang telah dilakukan dilanjutkan dengan pretest maupun post test sebagai indikator keberhasilan
kegiatannya.
Program kelanjutannya yaitu pembentukan kader dan pengadaan
pameran untuk siswa SMPB Negeri Banyuwangi yang bekerja sama
dengan Dinas Pariwisata dan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi.
(*)
Penulis: Siti Mufaidah
Editor: Bambang Bes
Mahasiswa FST UNAIR Produksi
Masker Terapi Anti Flu dan
Batuk
UNAIR NEWS – Kelompok yang terdiri lima mahasiswa Fakultas
Sains dan Teknologi (FST) Universitas Airlangga berhasil
berinovasi membuat masker terapi yang mengandung aroma ekstrak
herbal yang bisa membantu mengatasi flu dan batuk.
Masker
yang
dinamai
“COCO-MASK
(Common
Cold
Mask)
ini
merupakan masker yang memang diproduksi sebagai terapi dan
upaya mengatasi flu dan batuk. Keunggulan masker ini
dibandingkan masker biasa di pasaran, COCO MASK mengandung the
best FST (Flexible design, Sambiloto herbal extract dan Top
Grade) Masks. Sambiloto memiliki kandungan Andrographolide
yang bisa meningkatkan imunitas (kekebalan) pada saluran
pernafasan hidung sehingga efektif untuk mengatasi common cold
(flu dan batuk).
“Masker ini efektif digunakan selama 3-5 hari setelah gejala
muncul,” kata Ayu Ummi Maufiroh (Biologi 2015), ketua
kelompok. Sedang empat anggota kreatif lainnya adalah Lusky
Andriana (Biologi 2015), Fitria Mustianingsih (Biologi 2015),
Elza Ismaya Dewi (2015), dan Arjun Niam Al (Kimia 2014).
Inovasi tersebut dituangkan dalam proposal Program Kreativitas
Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K) berjudul “COCO-MASK (Common
Cold Mask) Terapi Herbal Ekstrak Daun Andrographis paniculata
sebagai Upaya Mengatasi Flu dan Batuk”. Setelah diseleksi oleh
Kemenristekdikti, proposal tersebut lolos dan memperoleh dana
hibah pengembangan dari Dirjen Dikti tahun 2016.
Latar belakang dibuatnya inovasi ini, kata Ayu, secara umum
pengobatan awal flu dan batuk atau common cold lebih sering
menggunakan obat-obat simptomatis yang bisa dibeli bebas di
pasaran (apotik atau toko obat). Misalnya obat analgesik (anti
nyeri), antipiretik (penurun panas), dan antibiotik sederhana.
Padahal dari beberapa jurnal Internasional menyebutkan bahwa
pengobatan penyakit ini dengan menggunakan obat tersebut
memberikan efek samping pada saluran cerna dan resistensi
patogen.
Penderita flu batuk akibat Infeksi Saluran Pernapasan Atas
(ISPA) non-spesifik merupakan infeksi yang disebabkan virus
kategori air borne disease. Infeksi menular ketika tetesan
patogen terkontaminasi dengan udara sehingga terhirup oleh
manusia. Selain itu didukung pula suhu lingkungan yang
cenderung berubah karena Indonesia yang memiiki iklim tropis
dengan intensitas curah hujan yang tinggi.
Gejala umumnya terlihat sekitar 1-3 hari setelah penularan
dari batuk yang mengandung virus. Tanda dan gejala meliputi
hidung berair dan tersumbat, sakit tenggorokan, batuk, sakit
kepala ringan, dan mata berair. Dalam meminimalisir penularan
efek tersebut, masyarakat umum cenderung menggunakan masker
hidung.
DIANTARA mahasiswa anggota Tim PKMK memasarkan Coco Mask dalam
bazar di Mulyorejo Surabaya. (Foto: Dok PKMK).
Produk COCO-MASK ini dijual secara eceran dan dikemas dalam
kardus. Satu kardus berisi 6 masker herbal, sedang per lembar
masker dijual Rp 5.000,-. Dengan tampilan produk masker yang
warna-warni, sehingga menarik minat calon
kalangan mahasiswa sampai masyarakat umum.
pembeli
dari
Ditambahkan oleh Ayu, selama tiga bulan produk ini dibuat,
sudah terjual 108 buah masker yang tersebar ke beberapa daerah
di Jawa. Kedepan produk ini akan dipasarkan ke luar Jawa,
bahkan diproyeksi juga ke luar negeri. Selain itu “COCO-MASK”
bisa dipesan melalui instagram dengan akun cocomask_herbal
atau line dengan id @syr3010a.
“Dengan harga yang ekonomis dan tidak menguras kantong, tetapi
sudah bisa mendapatkan masker yang memiliki manfaat lebih
sebagai terapi dibandingkan masker biasa,” kata Ayu Ummi M
dengan nada optimis. (*)
Editor: Bambang Bes
Dikembangkan, Bantalan Tulang
Rawan
untuk
Penderita
Degenerasi
Diskus
Intervertebralis
UNAIR NEWS – Chronic Low Back Pain (CLBP) merupakan salah satu
masalah kesehatan yang sering dijumpai di masyarakat. Sekitar
60-80% dari penduduk dunia selama hidupnya pernah mengalami
paling tidak nyeri pungung bawah. Penyebabnya bermacam-macam,
salah satunya adalah degenerasi diskus invertebralis, yaitu
bantalan tulang rawan pada tulang belakang yang berfungsi
sebagai penyangga beban tubuh dan body shock absorber.
Pasien dapat merasakan nyeri, mati rasa, bahkan kelemahan pada
anggota tubuh yang disebabkan oleh saraf yang tertekan.
Berbagai cara untuk penyembuhan nyeri punggung bawah ini
diantaranya adalah tindakan konservatif dan pembedahan. Tetapi
tindakan konservatif dan pembedahan ini bisa menimbulkan
komplikasi serta infeksi.
Berawal dari kasus diatas, maka lima mahasiswa Prodi
Teknobiomedik Fakultas Sains dan Teknologi (FST) Universitas
Airlangga yaitu Cityta Putri Kwarta (2012), Miftakhul Jannah
(2012), Dina Kartika Putri (2012), Evlyn Anggraini Santoso
(2013), dan Wilda Kholida Annaqiyah (2013), berhasil membuat
injectable hydrogel berbasis polimer untuk terapi degenerasi
diskus intervertebralis.
Dibawah bimbingan dosen Dr. Prihartini Widiyanti, drg.,M.Kes.,
mereka menjadikan inovasi temuan itu sebagai Program
Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian Eksakta (PKM-PE)
dengan judul “Paduan Hyaluronic Acid (HA) – Polyethylene
Glycol (PEG) sebagai Injectable Hydrogel untuk Terapi
Penderita Degenerasi Diskus Intervertebralis”. Proposal ini
memperoleh pembiayaan dari Dirjen Dikti Kemenristek dalam
Program PKM-PE 2016.
Hasil Uji In Vitro Injection Model Hidrogel ke Agarose. (Foto:
Dok Tim)
Cityta Putri Kwarta, ketua Tim ini menjelaskan, dalam
prosesnya kelompok penelitiannya ini menggunakan polimer alam
yakni Hyaluronic Acid dan polimer sintetik Polyethylene Glycol
serta menambahkan Enzim Horse Radish Peroxide sebagai bahan
utama pembuatan hidrogel. Ketiga material ini dipilih karena
memiliki sifat biokompatibel, biodegradable, dan nontoksik.
Untuk memenuhi kriteria sifat tersebut, hidrogel melewati
beberapa uji, yakni uji swelling untuk melihat kemampuan
mengembang, uji degradasi untuk melihat seberapa lama sampel
bertahan dalam tubuh, uji sitotoksisitas untuk menguji sifat
toksik sampel, uji in vitro injection model untuk mengetahui
proses gelasi hidrogel, dan uji Fourier Transform Infra Red
(FTIR) untuk meggambarkan ikatan kimiawi pada bahan.
”Jadi injectable hydrogel ini sudah lolos uji coba dan
memenuhi syarat sebagai hidrogel untuk bantalan tulang rawan.
Harapan kami hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
acuan injectable hydrogel dalam bidang medis di masa yang akan
datang,” pungkasnya. (*)
Editor : Bambang Bes
Mahasiswa Antropologi UNAIR
Teliti
Uniknya
Tradisi
Lamaran di Lamongan
UNAIR NEWS – Pada umumnya proses lamaran (meminang) dalam
perkawinan dimulai oleh pihak laki-laki, tetapi di Kabupaten
Lamongan inisiatif itu dari pihak perempuan yang meminang
calon suaminya. “Keunikan” inilah yang menggelitik lima
mahasiswa jurusan Antropologi FISIP Universitas Airlangga
(UNAIR) tertarik melakukan penelitian tentang lamaran wanita
terhadap pria.
Kelima mahasiswa Antropologi FISIP UNAIR itu adalah Luluk
Oktavia, Yusuf Bilal Abdillah, Biandro Wisnuyana, Dyah
Bratajaya Wisnu Puteri, dan Selvi Nur An Nisaa Permata.
Kemudian mereka menuangkan ide ini dalam proposal Program
Kreativitas Mahasiswa bidang Penelitian Sosial Humaniora (PKMPSH).
Proposal berjudul “Menguak Tradisi Lamaran (Calon Mempelai
Wanita Terhadap Calon Mempelai Pria) di Kabupaten Lamongan,
Jawa Timur” ini berhasil lolos seleksi dan mendapatkan
pendanaan pengembangan dari Kementrian, Riset, Teknologi, dan
Pendidikan Tinggi.
”Ini benar-benar bagai pepatah Lain ladang lain belalang, Lain
lubuk lain ikannya – artinya di setiap daerah memiiki adat
istiadat berbeda, satu aturan di suatu daerah bisa berbeda
dengan aturan di daerah lainnya. Salah satunya di Lamongan
Jawa Timur ini,” kata Luluk Oktavia, ketua penelitian.
Ternyata terdapat kisah dibalik tradisi lamaran ini, yang
tidak lain adalah kisah yang terjadi di zaman kerajaan dahulu.
Dimulai dari sebuah kisah tentang Tumenggung Lamongan. Ia
mempunyai dua anak laki-laki yang rupawan, namanya Panji Laras
Liris. Ketampanan pemuda ini sangat terkenal, hingga membuat
dua putri dari Kerajaan Kediri jatuh cinta kepada Panji Laras
Liris.
Singkat cerita, kedua puteri dari Kerajaan Kediri itu pergi ke
daerah Lamongan untuk meminang Panji Laras Liris. Pada
akhirnya saat masih ditengah perjalanan sudah ditolak, karena
Panji Laras Liris merasa jijik melihat kaki sang puteri yang
banyak bulu seperti kaki kuda.
Salah satu pelaksanaan tradisi lamaran yang
hingga saat ini masih dilaksanakan di Kab.
Lamongan: pihak perempuan yang melamar lakilaki. (Foto: Istimewa)
Maka dari itu, hingga saat ini masyarakat Lamongan memiliki
anggapan keyakinan bila laki-laki Lamongan menikah dengan
wanita asal Kediri, mereka akan mendapatkan kesialan dalam
hubungan rumah tangganya. Dari cerita inilah melahirkan
tradisi di Lamongan bahwa pihak wanita yang harus melamar
pria.
“Jadi dalam lamaran ini ada beberapa prosesi, seperti njaluk,
ganjur, milih dino, dan pernikahan. Di mana orang tua pihak
wanita meminta kepada si pria untuk menjadi menantunya.
Setelah meminta (njaluk), mereka melakukan ganjuran (lamaran)
ke pihak pria, lalu pihak pria membalas ganjuran itu selang
beberapa hari. Kalau semua sudah saling setuju, baru kedua
pihak menentukan hari pernikahannya, setelah itu mereka
menikah,” tambah Luluk Oktavia.
Pada tradisi lamaran ini terdapat nilai-nilai social, yaitu
pihak wanita yang mendatangi pria. Disini terkesan bahwa ada
penghargaan dari seorang wanita kepada pria. Selain itu
terdapat kesan bahwa seorang pria harus menjaga wanita karena
ia juga mampu memberikan sesuatu kepada pria
dipercayainya itu. Jadi bila ada laki-laki yang
menggantungkan hidupnya pada seorang wanita dan
tangganya berantakan, maka harga diri laki-laki itu akan
di masyarakat umum.
yang
hanya
rumah
turun
Perspektif lain juga terlihat pada seserahan yang dibawa pihak
wanita dalam proses lamaran. Setelah diterima oleh pihak pria,
dalam pernikahan nanti si pria akan memberikan mahar yang
lebih besar dari nilai seserahan yang telah diterima itu.
”Ini memberikan kesan bahwa terdapat rasa gengsi dari pihak
pria jika mahar yang diberikan lebih kecil dari seserahan yang
dibawa pihak wanita. Sebagai calon kepala keluarga haruslah
mapan dan memiliki derajat lebih tinggi dari isterinya. Oleh
karena itu, mereka menunjukkannya dari mahar yang diberikan
kepada calon istrinya,” tambah Luluk. (*)
Editor: Bambang Bes
Mendulang Rupiah dari Limbah
Ternak
UNAIR NEWS – Limbah telah menjadi masalah perkotaan yang tidak
bisa dipandang sebelah mata. Limbah yang berasal dari
industri, rumah tangga, hingga peternakan kerap kali
menimbulkan permasalahan yang bisa merusak lingkungan. Beda
hal dengan Guru Besar bidang Ilmu Reproduksi Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Prof. Dr. Herry Agoes
Hermadi yang menjadikan pengolahan limbah ternak sebagai
sumber ekonomi baru.
Sebagai peneliti sekaligus dosen di FKH UNAIR, ia tertantang
untuk berkontribusi dalam menyelesaikan persoalan lingkungan.
“Limbah rumah potong hewan seperti perut sapi (rumen),
sebenarnya jika diperas akan
menghasilkan cairan bio
fermentor. Ini bermanfaat untuk mengurangi bau pada septic
tank bahkan mampu menguras WC (water closet) tanpa disedot,”
tutur Herry.
Sari rumen bisa dimanfaatkan untuk menghancurkan limbah
kotoran yang dihadapi Kota Surabaya. Berdasarkan
pengamatannya, warga di atas 50 persen masyarakat di Kota
Surabaya masih membuang limbah kotorannya di sungai. “Mereka
memiliki WC yang masih open defecation bukan close defecation.
Ini artinya pembuangannya selalu bermuara ke sungai,”
terangnya.
Selain itu, bio fermentor juga dapat dimanfaatkan untuk
memproses fermentasi bahan pakan. Jika cairan bio fermentor
dicampur dengan pupuk NPK dan disemprotkan di tanaman,
kesuburan tanaman tersebut akan membaik.
Limbah lainnya yang bisa dimanfaatkan dari keberadaan
peternakan adalah darah hewan yang sudah dipotong. Dalam satu
hari, para pemotong hewan bisa menyembelih sekitar seratus
ekor sapi. Tak disangka, darah yang dibuang ini bisa
dikembangkan menjadi pakan ternak yang memilki nilai ekonomis.
“Setiap sapi bisa bisa menghasilkan 20 sampai 30 liter darah
per hari. Bayangkan jika tiap harinya ada sekitar 100 ekor
sapi yang disembelih namun tidak dimanfaatkan akan sayang
sekali,” tutur Herry yang menjadi dosen pembimbing lapangan
kegiatan Kuliah Kerja Nyata – Belajar Bersama Masyarakat UNAIR
ini.
Penulis: Helmy Rafsanjani
Editor: Defrina Sukma S
Madu Lebah Apis Dorsata Bisa
Sebagai
Obat
Anti
Osteoporosis
UNAIR NEWS – Gangguan osteoporosis sering diderita oleh
masyarakat. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
mahasiswa Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) Universitas
Airlangga, diusulkan kepada penderita untuk mengonsumni madu
lebah Apis dorsata sebagai alternative obat antiosteoporosis.
Usul itu disampaikan sebab kandungan dalam madu Apis dorsata
terdapat asam glukonat yang dapat meningkatkan absorpsi
kalsium di dalam usus. Kandungan fenol pada madu ini juga
dapat berperan dalam metabolisme tulang serta flavonoid dapat
mencegah terjadinya pengeroposan tulang.
Kelima mahasiswa peneliti yang tergabung dalam kelompok
Program Kreativias Mahasiswa bidang Penelitian Eksakta (PKMPE) itu diketuai M. Huda Ramadhan Ibrahim, dengan anggota
Abdullah Hasib, Samsi Yordan, Siti Nur Rohmah, dan Salsabilla
Abani.
Dibawah bimbingan Dr. Ira Yudaniayanti, drh., M.P., dosen
mereka, penelitian ini kemudian dituangkan dalam proposal PKMPE dan lolos seleksi Ditjen Dikti, sehingga memperoleh dana
penelitian dalam program PKM Kemenristekdikti tahun 2016-2017.
Diterangkan oleh M. Huda Ramadhan, yang dilakukan timnya
adalah meneliti kadar abu kalsium dan gambaran histopatologi
tulang hewan coba yang telah diinduksi osteoporosis dengan
cara pengambilan ovarium atau biasa disebut Ovariohysterectomy
dan diberi madu sebagai perlakuan sehari-hari selama empat
bulan.
Osteoporosis, lanjutnya, bersal dari kata osteo (tulang) dan
porous (keropos), yang disebut juga pengeroposan tulang.
Osteoporosis memiliki resiko yang merugikan penderita, dimana
akan menyebabkan terjadinya fraktur pada tulang, nyeri pada
punggung, dan dapat menyebabkan stres fisik, nyeri pinggang,
sakit lutut, sakit persendian, nyeri pada paha, nyeri di kaki,
gangguan fungsi aktivitas sehingga menimbulkan hilangnya
kemandirian.
Penyebab terbanyak Osteoporosis di Indonesia adalah faktor
gender, usia, gangguan metabolisme tulang, kurangnya
aktivitas, kekurangan protein, dan kurangnya asupan vitamin D.
Seorang wanita diindikasikan empat kali lebih rentan terserang
osteoporosis dibandingkan dengan pria.
Dari penelitian itu, kata Huda, hasilnya sangat luar biasa.
Kadar kalsium abu tulang menunjukkan hasil tertinggi pada
hewan coba yang diberi perlakuan madu dengan dosis tertinggi.
Hasil gambaran histopatologi tulang yang diberi madu dengan
dosis tertinggi juga menunjukan tidak terlihatnya osteoporosis
berbeda dengan tulang yang diinduksi osteoporosis, namun tidak
diberi madu sama sekali.
“Dengan penelitian ini diharapkan ada perbedaan gambaran
histopatologi dan kadar abu kalsium untuk setiap kelompok
perlakuan, dan akhirnya perbedaan itu terlihat nyata sehingga
madu dapat dijadikan sebagai obat antiosteoporosis,” ujar M.
Huda Ramadhan.
Dari penelitian ini juga diharapkan bahwa madu dapat digunakan
sebagai bahan ilmiah yang aman untuk mencegah terjadinya
osteoporosis. (*)
Editor: Bambang Bes
Download