PENGARUH KEBIJAKAN HUTANG DAN

advertisement
PENGARUH KEBIJAKAN HUTANG DAN KEBIJAKAN DIVIDEN
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN PROFITABILITAS
SEBAGAI VARIABEL MODERASI
(Studi Empiris pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Periode 2014-2016)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Luluk Maslukhah
NIM : 11130810000018
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1438 H / 2017
PENGARUH KEBIJAKAN HUTANG DAN KEBIJAKAN DIVIDEN
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN PROFITABILITAS
SEBAGAI VARIABEL MODERASI
(Studi Empiris pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Periode 2014-2016)
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
Luluk Maslukhah
NIM : 11130810000018
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Dr. Taridi Kasbi Ridho, MBA
NIDN : 2004 1070 02
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1438 H / 2017 M
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I.
IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap
: Luluk Maslukhah
2. Tempat, tanggal lahir
: Lamongan, 18 Januari 1995
3. Alamat
: Desa Keben RT 006/001 Kecamatan Turi
Kabupaten Lamongan 62242
II.
4. Telepon
: 087862249400
5. Email
: [email protected]
PENDIDIKAN FORMAL
1. TK. Munawarotul Ulum
: Tahun 2005-2007
2. MTS. Mambaus Sholihin
: Tahun 2007-2010
3. MAN. Tambakberas Jombang
: Tahun 2010-2013
4. S1 Manajemen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Tahun 2013-2017
III.
PENDIDIKAN NON FORMAL
1. Pelatihan analisis Teknikal dan Fundamental oleh Kresna Security
pada tahun 2015.
2. Pelatihan Bisnis oleh Kementrian Koperasi dan UMKM pada tahun
2015.
3. Pelatihan Tilawah al-Quran di Pondok Pesantren al-Quran Baitul
Qurro Jakarta pada tahun 2013-2017.
IV.
PENGHARGAAN
1. Juara 1 Lomba Bisnis Plan di Kementrian Koperasi dan UMKM tahun
2015.
2. Schoolarship dari Bank Indonesia tahun 2014-2017.
vi
V.
PENGALAMAN ORGANISASI
1. Divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) Laboratorium
Pasar Modal FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2013-2014.
2. Divisi Keuangan Kantin Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta periode 2014-2015.
3. Koordinator Analisis Data dan Trading Laboratorium Pasar Modal
FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2014-2015.
4. Pengawas Analisis Data dan Trading Galeri Investasi FEB UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta periode 2015-2016.
5. Sekretaris Pondok Pesantren al-Quran Baitul Qurro Jakarta periode
2014-2015.
6. Divisi Keamanan Pondok Pesantren al-Quran Baitul Qurro Jakarta
periode 2015-2016.
7. Generasi Baru Bank Indonesia (GenBI) periode 2014-2017.
VI.
LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah
: Drs. H. Masyhadi, SE., M.Si
2. Ibu
: Hj. Umaiyah
3. Alamat
: Desa Keben RT 006/001 Kecamatan Turi
Kabupaten Lamongan 62242
vii
THE INFLUENCE OF DEBT POLICY AND DIVIDEND POLICY TO FIRM
VALUE WITH PROFTABILITAS AS MODERATING VARIABEL
(Study on Property and Real Estate Companies listed in the Indonesian Stock
Exchange During Years 2014-2016)
ABSTRACT
The study aimed to: (1) analyze debt policy to firm value, (2) to analyze
dividend policy to firm value, (3) to analyze profitability to firm value, (3) to
analyze the influence profitability to debt policy and firm value, (4) to analyze the
influence profitabilityl to dividend policy and firm value.
The sample selection method used purposive sampling method. The type of
data used in this research was secondary data in the form of annual reports and
financial statements of the company. Hypothesis in this research were tasted by
Partial Least Square (PLS) with SmartPLS version 3.0.M3.
Result of research study indicate that: (1) debt policy does not influences to
firm value, (2) dividend policy influences to firm value, (3) profitability influences
to firm value, (4) profitability as moderating variable has not influnce powefull in
influencing the relationship between debt policy and firm value, (5),profitability
as moderating variable has not influence powerfull in nfluencing the relationship
between dividend policy and firm value.
Keyword: Debt policy, dividend policy, profitability, firm value, Debt to
Asset Ratio (DAR), Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER), Dividend
Payout Ratio (DPR), Dividend Yield Ratio (DYR), Return on Assets (ROA),
Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Price to Book Value
(PBV), Price Earning Ratio (PER), Partial Least Square (PLS).
viii
PENGARUH KEBIJAKAN HUTANG DAN KEBIJAKAN DIVIDEN
TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN PROFITABILITAS
SEBAGAI VARIABEL MODERASI
(Studi Empiris pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia Periode 2014-2016)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis pengaruh kebijakan hutang
tehadap nilai perusahaan, (2) menganalisis pengaruh kebijakan dividen terhadap
nilai perusahaan, (3) menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap nilai
perusahaan, (4) pengaruh profitabilitas terhadap hubungan antara kebijakan
hutang dan nilai perusahaan, (5) pengaruh profitabilitas terhadap hubungan antara
kebijakan dividen dan nilai perusahaan.
Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive
sampling. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data
sekunder berupa laporan tahunan dan laporan keuangan perusahaan. Pengujian
hipotesis pada penelitian ini menggunakan Partial Least Square (PLS) degan
bantuan software SmartPLS versi 3.0.M.3.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) kebijakan hutang tidak
berpengaruh terhadap nilai perusahaan, (2) kebijakan dividen berpengaruh
terhadap nilai perusahaan, (3) profitabilitas berpengaruh terhadap nilai
perusahaan, (4) profitabilitas sebagai variabel moderasi tidak mampu memperkuat
hubungan antara kebijakan hutang dengan nilai perusahaan, (5) profitabilitas
sebagai variabel moderasi tidak mampu memperkuat hubungan antara kebijakan
dividen dengan nilai perusahaan.
Kata kunci: Kebijakan hutang, kebijakan dividen, profitabilitas, nilai
perusahaan, Debt to Asset Ratio (DAR), Long Term Debt to Equity Ratio
(LTDER), Dividend Payout Ratio (DPR), Dividend Yield Ratio (DYR), Return
on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Price to
Book Value (PBV), Price Earning Ratio (PER), Partial Least Square (PLS).
ix
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan karunia-Nya kepada
penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh
Kebijakan Hutang dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan dengan
Profitabilitas sebagai Variabel Moderasi dengan baik. Skripsi ini disusun dalam
rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Penyusunan skipsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan, dan dorongan dari
berbagai
pihak.
Penulis
menyadari
bahwa
bimbingan,
bantuan,
dan
dorongantersebut sangat berarti dalam penulisan skripsi ini. Sehubungan dengan
hal tersebut diatas penulis menyampaikan hormat dan terima kasih kepada :
1. Allah SWT atas ridho dan anugrah-Nya kepada penulis.
2. Kepada orang tua, Drs. H. Masyhadi SE., M.Si dan Hj. Umaiyah yang
dengan ikhlas memberikan dukungan dengan kasih sayang selalu
mencurahkan perhatian, cinta, nasihat, serta dukungan moril maupun materil
serta doa tiada henti kepada penulis.
3. Dr. Arif Mufraini, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Titi Dewi Warninda SE., M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Dr. Taridi Kasbi Ridho, MBA selaku dosen penasihat akademik sekaligus
dosen pembimbing dalam kepenulisan tugas akhir ini. Terima kasih telah
banyak memberikan arahan selama perkuliahan dan atas waktu, bimbingan,
dan arahan selama proses penyusunan skripsi ini sampai terlaksananya sidang
skripsi.
6. Kepada Bank Indonesia yang telah telah mensupport penulis dengan
beasiswa yang diberikan kepada penulis dapat menyelesaikan pendidikan
Sarjana (S1).
x
7. Kawan-kawan dan keluarga besar Generasi Baru Bank Indonesia (GenBI)
yang telah menginspirasi dan memberi dukungan hingga akhir menjalani
perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Kawan-kawan Galeri Investasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif
Hidayatullh Jakarta yang telah memberi dukungan penulis selama masa
perkuliahan dan proses penulisan tugas akhir ini.
9. Teman-teman Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang
telah banyak memberikan pengalaman dalam bidang organisasi, manajemen,
serta pengetahuan lainnya.
10. Teman-teman Koperasi Mahasiswa, terimakasih atas pengalaman dan
pembelajaran selama berorganisasi.
11. Sahabat-sahabat Galeri Investasi, teman organisasi rasa keluarga, terimakasih
atas pengalaman dan pembelajarannya selama berorganisasi.
12. Teman-teman manajemen 2013, teman seperjuangan selama empat tahun
menuntut ilmu dikampus. Semoga kita semua dipermudah oleh Allah AWT
dalam menggapai cita-cita.
13. Sahabat-sahabat semenjak mahasiswa baru Maya, Icha, Resty, Tia, Evi, Dian.
Teman bermain, bercanda, ada disaat suka dan duka. Semoga pertemanan
kita selalu tetap terjaga selamanya.
14. Sahabat-sahabat seperjuangan Kumi, Icha, Desy, Gita, Tia Martha, Tika,
Irma, Muti. Teman bermain, bercanda, ada disaat suka dan duka. Semoga
pertemanan kita selalu tetap terjaga selamanya.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan
kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini mampu
memberikan banyak manfaat bagi masyarakat dan dapat dijadikan sebagai bahan
referensi terutama bagi penelitian yang sejenis.
Jakarta, 09 Juli 2017
Luluk Maslukhah
NIM. 1113081000018
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF……………….……………..............iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI……………….……………..................................iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH.................................x
DAFTAR RIWAYAT HIDUP……………………………………………....................................................vi
ABSTRACT…………………..……………………………….………..…..................................................................viii
ABSTRAK…………………………………………………………………...……..............................................................ix
KATA PENGANTAR……………………….….……………………………..........................,................................x
DAFTAR ISI………………………………………………..……...……..………..........................................................xii
DAFTAR TABEL……………………………………...………………………….......................................................xiv
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………...................................................xv
DAFTAR LAMPIRAN………….……………………………………………………...............................................xvi
BAB I PENDAHULUAN………...………………………………….......…....…..1
A. Latar Belakang…....……………...……………………........……………..1
B. Perumusan Masalah…................................................................................10
C. Tujuan Penelitian………………………...……………………………….11
D. Manfaat Penelitian………………………………………………………..11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………........13
A. Landasan Teori………………………………..………………………….13
1. Teori Keagenan………….…………………………..………………...13
2. Nilai Perusahaan………….……………………………………....…...15
3. Kebijakan Hutang………….……………….…………………………16
4. Kebijakan Dividen………...………..…………………………………20
5. Profitabilitas…..............…………………………………….........…....25
B. Penelitian Terdahulu …………………………………………………...27
C. Kerangka Pemikiran ………………………………………..………….32
D. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis……...…………...34
BAB III METEDOLOGI PENELITIAN…………………………………….......44
A. Ruang Lingkup Penelitian……………………………………..................44
B. Populasi dan Sampel………………….........………………….................44
xii
C. Metode Pengumpulan Data……………………………………................46
D. Metode Analisis Data………………………………………….................47
1. Uji Hipotesis……...…..………………………………………….........47
a. Spesifikasi Model…………………………………….……..…......48
1. Inner Model………………………………………...…….........49
2. Outer Model………………………………………...…………50
b. Kriteria Penilaian.………………………………………….……...52
1. Convergent Validity…………………………………...………53
2. Discriminant Validity……………......………………………...53
3. Composite Reliability……………………………….…………54
4. R-Squared (R²).………………………………...……………...54
E. Kriteria Penerimaan dan Penolakan Hipotesis..………………….............55
F. Operasional Variabel….………………………………………….............58
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………….......64
A. Gambaran Umum Objek Penelitian….……………………………...…64
1. Deskripsi Objek Penelitian………….………….………......……….64
B. Uji Analisis Data…………………..….…………………….....………65
1. Partial Least Square (PLS)………….……….……………………..65
2. Hasil Pengujian Hipotesis.………….……….………………….…...77
BAB V PENUTUP…………………………………………………..……..........86
A. Kesimpulan…………………………….…………………………..…..86
B. Saran………………………………..….……………………..………..87
DAFTAR PUSTAKA…………..........................................................…....................89
LAMPIRAN………….……………………………………….…………....…….........93
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu...........................................................................................27
Tabel 3.1 Kriteria Sampel Penelitian..................................................................................45
Tabel 3.2 Daftar Sampel Perusahaan Properti dan Real Estate............................45
Tabel 3.3 Tabel Operasional Variabel.................................................................................62
Tabel 4.1 Nilai Discriminant Validity H1 (Cross Loading)..................................70
Tabel 4.2 Composite Reliability H1.......................................................................71
Tabel 4.3 Nilai Discriminant Validity H2 (Cross Loading)..................................73
Tabel 4.8 Composite Reliability H2.............................................................................73
Tabel 4.9 Nilai Discriminant Validity H3 (Cross Loading).........................................75
Tabel 4.10 Composite Reliability H3....................................................................76
Tabel 4.11 Nilai R-Squared (R²)...........................................................................77
Tabel 4.12 Result for Path Coefficients..............................................................................78
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran..........................................................................................33
Gambar 2.2 Pengaruh Penggunaan Hutang terhadap Nilai Perusahaan Jika
Ada Pajak dan Biaya Kebangkrutan..................................................35
Gambar 3.1 Hipotesis Pertama Hubungan Kebijakan Hutang Terhadap
Nilai Perusahaan..................................................................................................56
Gambar 3.2 Hipotesis Kedua Hubungan Kebijakan Deviden Terhadap
Nilai Perusahaan..................................................................................................56
Gambar 3.3 Hipotesis Ketiga Hubungan Kinerja Keuangan Terhadap
Nilai Perusahaan.................................................................................57
Gambar 3.4 Hipotesis Keempat Hubungan Kenijakan Hutang Terhadap Nilai
Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Moderasi...57
Gambar 3.5 Hipotesis Kelima Hubungan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai
Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Moderasi...58
Gambar 4.1 Diagram Jalur Disertai Loading Factor.............................................66
Gambar 4.2 Diagram Jalur setelah Eliminasi Indikator TobinsQ..........................67
Gambar 4.3 Diagram Jalur setelah Eliminasi Indikator DER, EAR, TIER............68
Gambar 4.4 Model Struktural untuk Hipotesis 1..................................................69
Gambar 4.5 Model Struktural untuk Hipotesis 2...................................................72
Gambar 4.6 Model Struktural untuk Hipotesis 3..................................................74
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Sampel Perusahaan................................................................94
Lampiran 2 Daftar Rincian Data Perusahaan 2014-2016.....................................95
Lampiran 3 Hasil Output PLS...............................................................................99
xvi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Untuk memahami manajemen keuangan dan implementasinya di suatu
perusahaan adalah penting untuk memahami apa sesungguhnya yang menjadi
tujuan perusahaan. Banyak literatur yang berpendapat bahwa tujuan suatu
perusahaan adalah untuk memaksimalkan laba, namun memaksimalkan laba
dinilai kurang tepat sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan dibidang
keuangan, hal ini diantara lain dikarenakan memaksimalkan laba tidak
memperhatikan dimensi waktu atau berorientasi jangka pendek, laba
mempunyai pengertian ganda karena terdapat banyak pengertian laba (laba
kotor, laba operasi, laba bersih, dan sebagainya). Mengingat tujuan
memaksimalkan laba dinilai kurang tepat sebagai dasar pengambilan
keputusan dibidang keuangan, para pakar di bidang keuangan merumuskan
tujuan normatif suatu perusahaan yaitu memaksimalkan nilai perusahaan atau
kekayaan bagi pemegang saham, yang dalam jangka pendek bagi perusahaan
yang sudah go public tercermin pada harga pasar saham perusahaan yang
bersangkutan di pasar modal. Nilai perusahaan merupakan nilai sekarang dari
arus pendapatan atau kas yang diharapkan diterima di masa yang akan datang.
1
Memaksimalkan nilai perusahaan dinilai lebih tepat sebagai tujuan
perusahaan, karena memaksimalkan nilai perusahaan berarti memaksimalkan
nilai sekarang dari semua keuntungan yang akan diterima oleh pemegang
saham di masa yng akan datang atau berorientasi jangka panjang
mempertimbangkan faktot risiko.
Nilai perusahaan dapat dilihat dari faktor internal perusahaan, dalam hal
ini terkait dengan fungsi keuangan, yaitu keputusan investasi, pendanaan, dan
dividen akan memengaruhi pendapatan yang diharapkan dan risikonya.
Diantara keputusan penting keuangan perusahaan adalah pilihan struktur
modal dan kebijakan dividen. Keputusan ini sangat penting mengingat
efeknya terhadap nilai perusahaan.
Struktur modal perusahaan adalah gabungan pendanaan utang jangka
panjang dan ekuitas (Brealey et al., 2010). Teori struktur modal menjelaskan
apakah kebijakan pembelanjaan jangka panjang dapat memengaruhi nilai
perusahaan. Hubungan antara struktur modal dan nilai perusahaan telah
menjadi subyek penelitian yang cukup diminati, yakni apakah ada struktur
modal yang optimal untuk suatu perusahaan atau apakah proporsi utang yang
digunakan tidak relevan untuk menentukan nilai suatu perusahaan. Struktur
modal perusahaan terpusat pada kombinasi antara utang dengan modal.
Pilihan struktur modal secara fundamental merupakan masalah marketing
(Brealey et al., 2010). Perusahaan dapat menerbitkan beberapa saham yang
berbeda dengan berbagai kombinasi. Namun perusahaan berusaha pula untuk
2
menemukan kombinasi yang mampu mengoptimalkan nilai pasar. Struktur
modal yang optimal adalah salah satu hal yang dapat memaksimalkan nilai
pasar saham perusahaan yang beredar. Jika kombinasi ideal ini dapat
diciptakan, maka saham perusahaan akan mencapai harga maksimal dan
struktur modal yang digunakan merupakan struktur modal yang optimal
(Keown et al., 2010).
Pendapat Keown et al., (2010) tersebut didukung oleh teori struktur
modal tradisional, yang menyatakan bahwa akan adanya struktur modaal
optimal, artinya struktur modal mempunyai pengaruh terhadap nilai
perusahaan, di mana struktur modal dapat di ubah-ubah agar bisa di peroleh
nilai perusahaan yang optimal. Modigliani dan Miller dalam teori capital
structure irrelevancae
menyimpulkan bahwa financial levegare tidak
mempengaruhi nilai pasar perusahaan. Hal ini terjadi karena penggunaan
utang tidak merubah weighted avarage cost of capital. Biaya utang lebih kecil
dibandingkan biaya modal sendiri. Namun semakin besar penggunaan utang,
semakin besar pula resikonya sehingga biaya modal sendiri akan bertambah.
Artinya kenaikan penggunaan utang tidak akan meningkatkan nilai
perusahaaan karena keuntungan dari biaya utang yang lebih kecil ditutup
dengan naiknya biaya modal sendiri.
Modal yang dipergunakan perusahaan selalu mempunyai biaya. Biaya
tersebut bisa bersifat eksplisit (nampak, dan dibayar perusahaan), juga bisa
bersifat implisit (tidak nampak, disyaratkan oleh pemodal). Dana yang
berbentuk hutang biayanya mudah diidentifikasikan, yaitu biaya bunganya.
3
Dalam pembahasan struktur modal ini hutang yang dipergunakan adalah
hutang dalam bentuk obligasi yang diperoleh dari pasar modal yang kompetitif
dan efisien. Dengan demikian maka pertimbangan risk and return trade-off
akan mendasari pemilihan sumber dana tersebut. Karena bagi para pemodal
membeli obligasi ditafsirkan mempunyai risiko yang lebih rendah (tingkat
keuntungan yang mereka peroleh lebih pasti sifatnya dari pada membeli
saham), maka biaya modal yang berasal dari hutang akan lebih kecil dari biaya
modal yang berasal dari modal sendiri. Sedangkan bagi dana yang berbentuk
modal sendiri, biaya dananya tidak nampak. Meskipun demikian tidak berarti
bahwa biaya dananya lebih murah dari dana dalam bentuk hutang. Biaya dana
(cost of capital) untuk dana dalam bentuk modal sendiri merupakan tingkat
keuntungan yang disyaratkan oleh pemilik dana tersebut sebelum mereka
menyerahkan dananya ke perusahaan. Tingkat keuntungan ini belum tentu
lebih kecil apabila dibandingkan dengan bunga pinjaman.
Meskipun teori ini
didasarkan pada asumsi-asumsi yang sangat
terbatas, asumsi ini mencakup pasar modal yang sempurna, investor memiliki
ekspektasi tentang aliran laba perusahaan yang sama, tidak ada pajak, tidak
ada biaya transaksi dan perusahaan hanya dapat
menerbitkan dua jenis
sekuritas yaitu risk equity dan risk free debt. Adanya bankrupty cost dan
perlakuan pajak yang menguntungkan dari pembayaran bunga menimbulkan
lahirnya suatu struktur modal optimal yang akan memaksimalkan nilai
perusahaan atau menggambarkan minimalisasi total cost of capital.
4
Modigliani dan Miller dalam Brealey et al., (2010) melanjutkan hasil
penelitiannya dengan mengubah asumsi tidak adanya pajak menjadi adanya
pajak terhadap penghasilan perusahaan sebagai penentu struktur modal
perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan utang (leverage) akan
meningkatkan nilai perusahaan karena biaya bunga utang adalah biaya yang
mengurangi pembayaran pajak. Namun disisi lain, penggunaan utang akan
menimbulkan biaya kesulitan keuangan (financial distress). Hal ini terjadi
ketika manfaat pengurangan pajak masih lebih tinggi dibandingkan dengan
perkiraan agency cost sehingga perusahaan masih bisa meningkatkan
utangnya. Peningkatan utang harus dihentikan ketika pengurangan pajak atas
tambahan utang tersebut sudah lebih rendah dibandingkan dengan peningkatan
agency cost.
Teori lainnya yang terkait dengan struktur modal adalah bancrupty cost,
agency theory dan packing order theory. Penggunaan utang yang besar akan
menimbulkan beban tetap (biaya bunga) yang cukup besar. Semakin besar
penggunaan utang maka semakin besar kemungkinan perusahaan mengalami
kesulitan keuangan yang mengarah pada kebangkrutan. Bankrupty cost adalah
biaya yang secara langsung terjadi bila perusahaan merasa gagal dalam
pendanaan. Kemungkinan bangkrut meningkat dengan bertambahnya tingkat
utang. Hal ini didorong oleh adanya ketakutan bahwa perusahaan tidak dapat
menghasilkan profit untuk membayar kembali bunga dan pinjaman. Potensi
terjadinya bankrupty cost dapat secara langsung ataupun tidak langsung. Biaya
bankrupty langsung adalah biaya administrasi dan legal pada proses
5
kebangkrutan. Biaya bankrupty tidak langsung adalah kerugian pada profit
yang terjadi sebagai akibat tidak tersedianya pemegang saham untuk
menjalankan bisnis lagi. Bankrupty cost akan menghambat pendanaan
perusahaan yang berasal dari utang jika: (1) kesulitan keuangan akan berakibat
menurunnya permintaaan produk perusahaan atau meningkatkan biaya
produksi, (2) kesulitan keuangan akan mendorong manajer untuk melakukan
tindakan yang dapat mengurangi nilai perusahaan secara keseluruhan dan (3)
proses kebangkrutan akan memunculkan biaya yang jika perusahaan tidak
dalam proses bangkrut maka biaya tersebut tidak perlu ada.
Trade Off Theory menggambarkan tentang keputusan kontroversi utangekuitas perusahaan antara perlindungan pajak bunga dan biaya masalah
keuangan. Keputusan perusahaan menggunakan hutang didasarkan pada
keseimbangan antara penghematan pajak dan biaya kesulitan keuangan. Nilai
perusahaan dengan utang akan semakin meningkat dengan meningkatnya
hutang, tetapi pada titik tertentu nilai tersebut akan turun.
Pecking Order menetapkan suatu urutan keputusan pendanaan dimana
para manajer pertama kali akan memilih untuk menggunakan laba ditahan,
hutang dan penerbitan saham sebagai pilihan terakhir. Penggunaan hutang
lebih disukai karena biaya yang dikeluarkan untuk hutang lebih murah
dibandingkan dengan biaya penerbitan saham. Menurut Brealey et al., (2010),
urutan pendanaan menurut teori pecking order adalah Perusahaan lebih
menyukai pendanaan internal, karena dana ini terkumpul tanpa mengirimkan
sinyal sebaliknya yang dapat menurunkan harga saham. Jika dana eksternal
6
dibutuhkan, perusahaan menerbitkan utang lebih dahulu dan hanya
menerbitkan ekuitas sebagai pilihan terakhir. Dengan demikian, teori packing
order secara tidak langsung menyatakan bahwa jika sumber dana dari luar
perusahaan diperlukan, perusahaan pertama-tama harus menerbitkan utang
sebelum menerbitkan saham. Hanya ketika kapasitas perusahaan untuk
menggunakan hutang sudah mencapai maksimal baru kemudian perusahaan
mempertimbangkan menerbitkan saham.
Penelitian yang dilakukan oleh Nainggolan dan Listiadi (2014)
bahwasanya kebijakan hutang (DER) berpengaruh negatif dengan nilai
perusahaan, yang hasilnya menunjukkan bahwa semakin tinggi hutang maka
nilai perusahaan rendah dan semakin rendah hutang maka nilai perusahaan
tinggi. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Herawati (2012) yang
membuktikan bahwa kebijakan hutang berpengaruh positif dan tidak
signifikan terhadap nilai perusahaan. .
Kebijakan dividen sering dianggap sebagai bagian dari keputusan
pembelanjaan, khususnya pembelanjaan internal. Hal ini terjadi karena besar
kecilnya dividen yang dibayarkan perusahaan akan mempengaruhi sumber
dana internal perusahaan, yaitu laba ditahan. Semakin besar dividen yang
dibayarkan kepada pemegang saham, semakin kecil laba ditahan, dan
sebaliknya. Penentuan besaran bagian laba bersih perusahaan yang akan
dibagikan sebagai dividen merupakan kebijakan manajemen perusahaan, serta
akan memerngaruhi nilai perusahaan dan harga saham.
7
Kebijakan dividen berhubungan dengan penentuan besarnya dividend
payout ratio, yaitu besarnya presentase laba bersih setelah pajak yang
dibagikan sebagai dividen kepada pemegang saham. Keputusan dividen
merupakan bagian dari keputusan pembelanjaan perusahaan, khususnya
berkaitan dengan pembelanjaan internal perusahaan. hal ini karena besar
kecilnya dividen yang dibagikan akan memengaruhi besar kecilnya laba yang
ditahan. Laba ditahan merupakan salah satu sumber dana internal perusahaan.
Permasalahan dalam kebijakan dividen adalah apakah kebijakan dividen
dapat memengaruhi nilai perusahaan atau harga saham perusahaan, jika
kebijakan dividen dapat memengaruhi nilai perusahaan atau harga pasar
saham perusahaan, bagaimana kebijakan dividen yang optimal.
Hasil
penelitian
yang
dilakukan
oleh
Fenandar
(2012)
yang
membuktikan bahwa kebijakan dividen berpengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaan. lain halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh
Sofyaningsih dan Herdaningsih (2011) yang menunjukkan bahwa kebijakan
dividen terbukti tidak mempengaruhi nilai perusahaan.
Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa salah satu tujuan perusahaan
adalah
bagaimana
mencapai
keuntungan
sehingga
nantinya
dapat
meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham. Kemampuan perusahaan
untuk mencapai laba ini sering disebut dengan istilah profitabilitas.
Profitabilitas
adalah
kemampuan
perusahaan
dalam
menghasilkan
keuntungan. Salah satu indikator penting bagi investor dalam menilai prospek
perusahaan di masa depan adalah dengan melihat sejauh mana pertumbuhan
8
profitabilitas perusahaan. Semakin baik pertumbuhan profitabilitas perusahaan
berarti prospek perusahaan di masa depan dinilai semakin baik, artinya nilai
perusahaan juga akan dinilai semakin baik di mata investor. Apabila
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat, maka harga
saham juga meningkat.
Profitabilitas sebagai variabel pemoderasi dari pengaruh kebijakan
hutang dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan, hal ini berdasarkan
pecking order theory Menurut Myers (2007), menyatakan bahwa ”Perusahaan
dengan tingkat profitabilitas yang tinggi justru tingkat hutangnya rendah,
dikarenakan perusahaan yang profitabilitasnya tinggi memiliki sumber dana
internal yang berlimpah.”
Dalam beberapa tahun ini properti dan real estate tumbuh dengan pesat,
di survei online terbaru yang dilakukan Lamudi, agen real estate di seluruh
pasar negara berkembang memprediksikan pertumbuhan tinggi bagi sektor
properti nasional di tahun mendatang. Bisnis properti di Indonesia sangat
diminati, dengan permintaan sangat tinggi dibidang properti membuat investor
terus berdatangan ke Indonesia, apalagi didukung dengan poertmbuhan
ekonomi yang stabil, membuat Indonesia menjadi incaran para Investor
Properti. Asosiasi Real Estate Indonesia (REI) memperkirakan pertumbuhan
bisnis properti di Indonesia masih terus mengalami peningkatan. Pada tahun
2004 pertumbuhan sektor ini berkisar 15% - 20%, sedangkan pada tahun 2015
pertmbuhan mencapai 20% - 30%.
9
Berdasarkan paparan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana kinerja keuangan memoderasi pengaruh antara kebijakan terhadap
nilai perusahaan pada perusahaan sektor properti dan real estate di Indonesia.
Maka penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Kebijakan Hutang dan
Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas
Sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris pada Perusahaan Properti dan
Real Estate periode 2014-2016)”. Variabel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah kebijakan hutang yang diukur dengan Debt to Asset Ratio (DAR)
dan Long Term to Debt Ratio (LTDR), kebijakan dividen yang diukur dengan
Devidend Payout Ratio (DPR) dan Dividend Yield Ratio (DYR), dan nilai
perusahaan yang diukur dengan Price to Book Value (PBV) dan Price Earning
Ratio (PER), serta profitabilitas dengan menggunakan proksi Return on Asset
(ROA), Return on Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) sebagai
variabel pemoderasi.
B. Rumusan Masalah
Setelah menguraikan latar belakang masalah diatas, maka dapat diambil
permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan?
2. Bagaimana pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan?
3. Bagaimana pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan?
4. Bagaimana pengaruh interaksi antara kebijakan hutang dan profitabilitas
terhadap nilai perusahaan?
10
5. Bagaimana pengaruh interaksi kebijakan dividen dan profitabilitas
terhadap nilai perusahaan?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah:
1. Menganalisis pengaruh kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan.
2. Menganalisis pengaruh kebijkaan dividen terhadap nilai perusahaan,
3. Menganalisis pengaruh kinerja keuangan terhadap nilaibperusahaan,
4. Menganalisis pengaruh interaksi kebijakan hutang
dan
profitabilitas
terhadap nilai perusahaan.
5. Menganalisis pengaruh interaksi kebijakan dividend dan profitabilitas
terhadap nilai perusahaan.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
bberapa pihak antara lain:
1.
Bagi Investor
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alat
bantu
dalam
mempertimbangkan
keputusan
investasinya
di
perusahaan.
11
2.
Bagi Perusahaan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
kepada perusahaan, khususnya mengenai pengaruh kebijakan hutang
dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas
sebagai variabel pemoderasi dan menjadi bahan tambahan informasi
bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan.
3.
Bagi Akademik
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan
dan tambahan referensi mengenai pengaruh kebijakan hutang dan
kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan dengan properti dan real
estate sebagai variabel pemoderasi. Disamping itu, menjadi tambahan
informasi terhadap peneliti selanjutnya untuk melihat bagaimana
pengaruh profitabibilas dalam menilai perusahaan.
12
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Teori Keagenan (Agency Theory)
Teori agensi merupakan konsep yang menjelaskan hubungan kontaktual
antara principal dan agent. Yang disebut principal adalah pemegang saham,
sedangkan yang dimaksud dengan agen adalah manajemen yang mengelola
perusahaan. Dalam manajemen keuangan, tujuan utama perusahaan adalah
memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Untuk itu, manajemen yang
diangkat oleh pemegang saham harus bertindak untuk kepentingan pemegang
saham.
Manajer sebagai agent dan pemegang saham sebagai principal. Manajer
harus mengambil keputusan bisnis terbaik untuk meningkatkan kekayaan
pemegang saham. Keputusan bisnis
yang diambil manajer adalah
memaksimalkan sumber daya perusahaan. Namun demikian pemegang saham
tidak dapat mengawasi semua keputusan dan aktivitas yang dilakukan
manajer. Suatu ancaman bagi pemegang saham jika manajer bertindak untuk
kepentingan sendiri, bukan untuk kepentingan pemegang saham. Inilah yang
menjadi masalah dasar dalam agency theory yaitu adanya konflik kepentingan
atau konflik agensi.
Konflik agensi terbagi menjadi dua bentuk, yaitu : (1) konflik agensi antara
pemegang saham dan manajer. Penyebab konflik antara manajer dengan
pemegang saham di antaranya adalah pembuatan keputusan yang berkaitan
13
dengan aktivitas pencarian dana dan pembuatan keputusan yang berkaitan
dengan bagaimana dana yang diperoleh tersebut diinvestasikan, (2) konflik
agensi antara pemegang saham dan kreditor, konflik ini muncul saat pemegang
saham melalui manajer mengambil proyek yang risikonya lebih besar dari yang
diperkirakan kreditor.
Prinsipal maupun agen merupakan pelaku utama dan keduanya
mempunyai bargaining position masing-masing dalam menenpatkan posisi,
peran dan kedudukannya. prinsipal sebagai pemilik modal memiliki akses
pada informasi internal perusahaan sedangkan agen sebagai pelaku dalam
praktek operasional perusahaan mempunyai informasi tentang operasi dan
kinerja perusahaan secara riil dan menyeluruh. Posisi, fungsi, situasi, tujuan
kepentingan dan latar belakang principal dan agen yang berbeda dan saling
bertolak belakang tersebut akan menimbulkan pertentangan dan saling tarik
menarik kepentingan (conflict of interest) dan pengaruh antara satu sama lain.
Teori keagenan mengatakan sulit untuk mempercayai bahwa manajemen
(agen) akan selalu bertindak berdasarkan kepentingan pemegang saham
(prisipal), sehingga diperlukan monitoring dari pemegang saham.
Agen merupakan pihak yang diberikan kewenangan oleh principal
berkewajiban mempertanggungjawabkan apa yang telah diamanahkan
kepadanya. Manajemen perusahaan mempunyai kecenderungan untuk
memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dengan biaya pihak lain. Jensen
dan Meckling (1976) dalam Paranita (2007) menyatakan bahwa agency
problem akan terjadi bila proporsi kepemilikan manajer atas saham kurang
dari 100% sehingga manajer bertindak untuk mengejar kepentingannya
14
sendiri dan tidak berdasarkan maksimalisasi nilai perusahaan dalam
pengambilan
keputusan
keuangan
perusahaan
khususnya
keputusan
pendanaan.
Tujuan dari teori agensi adalah, pertama, untuk meningkatkan
kemampuan individu (baik principal maupun agen) dalam mengevaluasi
lingkungan dimana keputusan harus diambil (the beliefs revision role).
Kedua, untuk mengevaluasi hasil dari keputusan yang telah diambil guna
mempermudah pengalokasian hasil antara principal dan agen sesuai dengan
kontrak kerja (the performance evaluation role).
2. Nilai Perusahaan
Tujuan perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai
perusahaan atau adanya pertumbuhan perusahaan. Nilai Perusahaan
didefinisikan sebagai nilai pasar karena nilai perusahaan dapat memberikan
kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham
perusahaan meningkat. Berbagai kebijakan yang diambil oleh manajemen
dalam upaya untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan
kemakmuran pemilik dan para pemegang saham yang tercermin pada harga
saham. (Brigham dan Houston, 2010 : 19).
Nilai perusahaan merupakan harga yang sedia dibayar seandainya
perusahaan tersebut dijual. Nilai perusahaan dapat tercermin melalui harga
saham. Semakin tinggi harga saham berarti semakin tinggi tingkat
pengembalian kepada investor dan itu berarti semakin tinggi juga nilai
perusahaan terkait dengan tujuan dari perusahaan itu sendiri, yaitu untuk
15
memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Kekayaan pemegang saham
dan perusahaan dipresentasikan oleh harga saham yang merupakan cerminan
dari keputusan investasi, pendanaan, dan manajemen aset.
Menurut Weston dan Coopeland (2014), Ada beberapa rasio untuk
mengukur nilai pasar perusahaan, misalnya price earning ratio (PER), price
book value (PBV), Tobin’s Q dan lain-lain. Dalam penelitian ini rasio yang
digunakan dalam menilai nilai peruahaan adalah menggunakan Price Earning
Ratio (PER) dan Price to Book Value (PBV). Menurut Tendelilin (2007) PER
adalah perbandingan antara harga saham perusahaan dengan earning per
share dalam saham. PER adalah fungsi dari perubahan kemampuan laba yang
diharapkan di masa yang akan datang. Semakin besar PER, maka semakin
besar pula kemungkinan perusahaan untuk tumbuh sehingga dapat
meningkatkan nilai perusahaan. sedangkan PBV menggambarkan seberapa
besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan.
3. Kebijakan Hutang
Kebijakan utang termasuk kebijakan pendanaan perusahaan yang
bersumber dari eksternal. Penentuan kebijakan utang ini berkaitan dengan
struktur modal karena utang merupakan bagian dari penentuan struktur modal
yang optimal. Perusahaan dinilai berisiko apabila memiliki dalam struktur
modal eksternal, namun sebaliknya apabila perusahaan mengunakan utang
yang kecil atau tidak sama sekali maka perusahaan dinilai tidak dapat
memanfaatkan tambahan modal eksternal yang dapat meningkatkan
operasional perusahaan (Hanafi, 2004: 40).
16
Terdapat beberapa teori struktur modal diantaranya (Brealey et al., 2010) :
1) Teori Pendekatan Tradisional
Pendapatan tradisional berpendapat akan adanya struktur modal
yang optimal, artinya struktur modal mempunyai pengaruh terhadap
nilai perusahaan, dimana struktur modal dapat berubah-ubah agar bisa
diperoleh nilai perusahaan yang optimal.
2) Teori Pendekatan Modigliani dan Miller
Teori MM Tanpa Pajak
Teori struktur modal modern yang pertama adalah teori
Modigliani dan Miller (teori MM). Mereka berpendapat bahwa struktur
modal tidak relevan atau tidak mempengaruhi nilai perusahaan. MM
mengajukan beberapa asumsi untuk membangu teori mereka (Brigham
dan Houston, 2010) yaitu:
a) Tidak terdapat agency cost
b) Tidak ada pajak
c) Investor dapat berhutang dengan tingkat suku bunga yang sama
dengan perusahaan
d) Investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen
mengenai prospek perusahaan di masa depan
e) Tidak ada biaya kebangkrutan
17
f) Earning Before Interest and Tax (EBIT) tidak dipengaruhi oleh
penggunaan dari hutang
g) Para investor adalah price takers
h) Jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga pasar.
Teori Pendekatan Modigliani dan Miller dengan Pajak
Teori MM tanpa pajak dianggap tidak realistis dan kemudian MM
memasukkan faktor pajak ke dalam teorinya. Pajak dibayarkan kepada
pemerintah, yang berarti merupakan aliran kas keluar. Hutang bisa
digunakan untuk menghemat pajak, karena bunga bsa dipakai sebagai
pengurang pajak.
3) Trade off Theory
Teori ini menganggap bahwa penggunaan utang 100 persen sulit
dijumpai. Kenyatannya semakin banyak hutang, maka semakin tinggi
beban yang harus ditanggung. Satu hal yang penting bahwa dengan
meningkatnya hutang, maka semakin tinggi probabilitas kebangkrutan.
Beban yang harus ditanggung saat menggunakan hutang yang lebih
bear adalah biaya kebangkrutan, biaya keagenan, beban bunga yang
semakin besar dan sebagainya.
4) Packing Order Theory
Teori packing order menetapkan suatu urutan keputusan
pendanaan dimana para manajer pertama kali akan memilih untuk
menggunakan laba ditahan, utang dan penerbitan saham sebagai pilihan
18
terakhir. Penggunaan hutang lebih karena biaya yang dikeluarkan untuk
hutang lebih murah dibandingkan dengan biaya penerbitan saham.
Secara spesifik, perusahaan mempunyai urutan-urutan preferensi
dalam penggunaan dana sebagai berikut:
1) Perusahaan lebih menyukai internal financing (dana internal).
Dana internal tersebut diperoleh dari laba yang dihasilkan dari
kegiatan perusahaan.
2) Perusahaan menyesuaikan target divident pay out ratio terhadap
peluang investasi mereka, sementara mereka menghindari
perubahan dividen secara drastis.
3) Kebijakan dividen yang sticky ditambah fluktuasi profitabilitas
dan peluang investasi yang tidak dapat diproksi, berarti terkadang
aliran kas internal melebihi kebutuhan investasi, namun terkadang
kurang dari kebutuhan investasi.
4) Apabila
pendanaan
eksternal
diperlukan,
pertama-tama
perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman, yaitu
mulai dari penerbitan hutang convertible bond, dan alternatif
paling terakhir adalah saham.
5) Signaling Theory
Brigham dan Houston (2010: 40) menyatakan bahwa sinyal
adalah suatu tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang
memberikan petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen
memandang prospek perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang
19
menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan
mengusahakan modal baru dengan cara-cara lain seperti dengan
menggunakan utang.
Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa manajer dan pemegang
saham tidak mempunyai akses informasi perusahaan yang sama. Ada
informasi tertentu yang hanya diketahui oleh manajer, sedangkan
pemegang saham tidak tahu informasi tersebut sehingga terdapat
informasi yang tidak simetri (asymmetric information) antara manajer
dan pemegang saham. Akibatnya, ketika struktur modal perusahaan
mengalami perubahan, hal itu dapat membawa informasi kepada
pemegang saham yang akan mengakibatkan nilai perusahaan berubah.
Dengan kata lain, perilaku manajer dalam hal menentukan struktur
modal, dapat dianggap sebagai sinyal oleh pihak luar (Hanafi, 2004:
314).
4. Kebijakan Dividen
Kebijakan dividen adalah keputusan tentang seberapa banyak laba
saat ini yang akan dibayarkan sebagai dividen daripada ditahan untuk
diinvestasikan
kembali
dalam
perusahaan,
kebijakan
perusahaan
membagikan dividen kepada para investor adalah kebijakan yang sangat
penting. Kebijakan pemberian dividen (Dividend Policy) tidak saja
membagikan keuntungan yang telah diperoleh perusahaan kepada para
investor.
20
Kebijakan dividen berhubungan dengan penentuan besarnya
dividend payout ratio, yaitu besarnya presentase laba bersih setelah pajak
yang dibagikan sebagai dividen kepada pemegang saham. Keputusan
dividen merupakan bagian dari keputusan pembelanjaan perusahaan,
khususnya berkaitan dengan pembelanjaan internal perusahaan. hal ini
karena besar kecilnya dividen yang dibagikan akan memengaruhi besar
kecilnya laba yang ditahan. Laba ditahan merupakan salah satu sumber
dana internal perusahaan.
Permasalahan dalam kebijakan dividen adalah apakah kebijakan
dividen dapat memengaruhi nilai perusahaanm atau harga saham
perusahaan? jika kebijakan dividen dapat memengaruhi nilai perusahaan
atau harga pasar saham perusahaan, bagaimana kebijakan dividen yang
optimal? Untuk menjelaskan atau menjawab permasalahan tersebut,
berikut ini dijelaskan beberapa teori kebijakan dividen.
Terdapat teori tentang kebijakan dividen yang menjelaskan pengaruh
besar kecilnya dividend payout ratio (DPR) terhadap harga saham
(Brealey et al., 2010). Adapun ketiga teori tersebut adalah sebagai berikut.
1) Teori Dividend Irrelevance
Teori ini dikemukakan oleh Franco Modigliani dan Merton
Miller (Modigliani-Miller/MM). Menurut teori dividend irrelevance,
kebijkan dividen tidak memengaruhi harga pasar saham perusahaan
atau nilai perusahaan. Modigliani dan Miller berpendapat bahwa nilai
perusahaan hanya ditentuukan oleh kemampuan perusahaan untuk
21
menghasilkan pendapatan (earning power) dan risiko bisnis,
sedangkan bagaimana membagi arus pendapatan menjadi dividen dan
laba ditahan tidak memengaruhi niali perusahaan.
Asumsi yang dikemukakan oleh Modigliani dan Miller adalah:

Tidak ada pajak atas pendapatan perusahaan dan pendapatan
pribadi.

Tidak ada biaya emisi atau biaya transaksi saham.

Leverage keuangan tidak memngaruhi biaya modal.

Investor dan manajer memiliki informasi yang sama tentang
prospek perusahaan.

Pendistrigbusian pendapatan antara dividen dan laab ditahan
tidak memngaruhi biaya modal sendiri.

Kebijakan pengangguran modal independen dengan kebijakan
dividen.
Inti
dari
pendapat
Modigliani-Miller
adalah
pengaruh
pembayaran dividen terhadap kemakmuran pemegang saham di-offset
sepenuhnya oleh cara-cara pembelanjaan investasi yang dilakukan
oleh perusahaan. misalkan perusahaan telah mambuat keputusan
investasi, maka perusahaan harus memutuskan apakah menhan laba
untuk membelanjai investasi atau membayar dividen dan menjual
saham baru sejumlah dividen yang dibayarkan.
Modigliani-Miller mengemukakan nilai per lembar saham
yang didiskonto setelah keputusan pembelanjaan dan dividen sama
22
dengan nilaipasar saham sebelum pembayaran dividen. Dengan kata
lain, penurunan harga pasar saham karena pembelanjaan eksternal
sama dengan kenaikan harga saham karena pembayaran dividen. Jadi
pemegang saham dikatakan indefferent antara dividen dan laba
ditahan.
Salah satu kebijakan dividen yang mempunyai implikasi
dividend irrelevance adalah dividend payout as aresidual decision.
Selama perusahaan mempunyai proyek investasi yang menghasilkan
return lebih tinggi dari return yang diharapkan, perusahaan akan
menggunakan laba untuk membelanjai investasi tersebut. Jika
perusahaan mempunyai sisa laba setelah semua proyek investasi yang
dapat diterima dibelanjai, barulah sisa laba tersebut dibagikan sebagai
dividen kas kepada pemegang saham.
Bila kebijakan dividen diperlakukan sebagai bagian dari
keputusan pembelanjaan, berati pembayaran dividen kas bersifat pasif.
Artinya, besar kecilnya dividend payout akan berfluktuasi dari waktu
ke waktu sesuai dengan fluktuasi jumlah peluang investasi yang
ttersedia bagi perusahaan. perlakuan kebijakan dividen sebagai suatu
keputusan sisa yangg bersifat pasif mempunyai implikasi bahwa
dividen adalah tidak relevan (irrelevant), yaitu investor indefferent
antara dividen dan laba ditahan.
23
2) Teori Bird In-the-Hand
Teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon dan Johnm Lintner.
Berdasarkan teori bird in the hand, kebijakan dividen berpengaruh
positif terhadap harga pasar saham. Artinya, jika dividen yang
dibagikan perusahaan semakin besar, harga poasar saham perusahaan
tersebut akan semakin tinggi dan sebaliknya. Hal ini terjadi karena
pembagian dividen dapat mengurangi ketidakpastian yang dihadapi
investor.
Investor memberikan nilai lebih tinggi atas dividend yield
dibandingakan dengan capital gain yang diharapkan dari pertumbuhan
harga saham apabila perusahaan me4nahan laba untuk dipakai
membelanjai investasi, karena komponen dividend yield (D1/P0)
risikonya lebih kecil dibandingkan dengan komponen pertumbuhan
(g) pada persamaan pendapatan yang diharapkan (ke atau E(R) =
D1/P0 + g).
3) Teori Tax Preference
Berdasarkan teori tax preference, kebijakan dividen mempunyai
pengaruh negatif terhadap harga pasar saham. Artinya, semakin besar
jumlah dividen yang dibagikan oleh suatu perusahaan, seemakin
rendah harga pasar saham perusahaan yang bersangkutan. Hal ini
terjadi jika ada perbedaan antara tarif pajak personal atas pendapatan
dividen dan capital gain. Apabila tarif pajak dividen lebih tinggi
daripada pajak capital gain, maka investir akan lebih senang jika laba
24
yang
diperoleh
perusahaan
tetapditahan
diperusahaan,
untuk
membelanjai investasi yang dilakukan perusahaan. dengan demikian
dimasa yang akan datang diharapkan terjadi peningkatan capital gain
yang tarif pajaknya lebih rendah. Apabila banyak investor yang
memiliki pandangan demikian, maka investor cenderung memilih
saham-saham dengan diividen kecil dengan tujuan menghindari pajak.
Sebagaimana dikemukakan oleh Miller dan Scholes, investor
dapat menghindari pajak dividen dengan melakukan suatu pinjaman
yang cukup untuk menimbulkan Rp1 beban bunga untuk setiap Rp1
pendapatan dividen.
5. Profitabilitas
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan pada tingkat penjualan, aset, dan modal tertentu (Hanafi, 2003
: 8 dalam Nofrita, 2013). Salah satu indikator penting bagi investor dalam
menilai prospek perusahaan di masa depan adalah dengan melihat sejauh
mana pertumbuhan pertumbuhan profitabilitas perusahaan.
Profitabilitas perusahaan adalah salah satu cara untuk menilai secara
tepat sejauh mana tingkat pengembalian yang akan didapat dari aktivitas
investasinya. Profitabilitas dapat mencerminkan keuntungan dari investasi
keuangan, artinya profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan
karena sumber internal yang semakin besar. Semakin baik pertumbuhan
profitabilitas perusahaan berarti prospek perusahaan di masa depan dinilai
25
semakin baik, artinya nilai perusahaan juga akan dinilai semakin baik di
mata investor. Apabila kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba
meningkat, maka harga saham juga akan meningkat (Husnan, 2001 : 317).
Menurut Munawar (1995) dalam Nofrita (2013) ada beberapa faktor
yang mempengaruhi profitabilitas perusahaan, yaitu :
1) Jenis Perusahaan
Profitabilitas perusahaan akan sangat bergantung pada jenis
perusahaan, jika perusahaan menjual barang konsumsi atau jasa
biasanya akan memiliki keuntungan yang stabil dibandingkan
dengan perusahaan yang memproduksi barang-barang modal.
2) Umur Perusahaan
Sebuah perusahaan yang telah lama berdiri akan lebih stabil bila
dibandingkan dengan perusahaan yang baru berdiri. Umur
perusahaan ini adalah umur sejak berdirinya perusahaan hingga
perusahaan tersebut masih mampu menjalankan operasinya.
3) Skala Perusahaan
Jika skala ekonominya lebih tinggi, berarti perusahaan dapat
menghasilkan produk dengan biaya yang rendah. Tingkat biaya
rendah tersebut merupakan cara untuk memproleh laba yang
diinginkan.
26
4) Habitat Bisnis
Perusahaan yang bahan produksinya dibeli atas dasar kebiasaan
(habitual basis) akan memperoleh kebutuhan lebih stabil dari
pada non habitual basis.
5) Produk yang Dihasilkan
Perusahaan yang bahan produksinya berhubungan dengan
kebutuhan pokok biasanya penghasilan perusahaan tersebut akan
lebih stabil daripada perusahaan yang memproduksi barang
modal.
B. Penelitian Terdahulu
Penelitian sebelumnya mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian
ini dapat dilihat di dalam tabel 2.1
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
No
Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
1
Subaramon
Desmon
Asa
Nainggolan
Pengaruh
Kebijakan
Hutang
Terhadap
Nilai
Perusahaan
dengan
Kebijakan
Dividen
sebagai
Variabel
Moderasi
Agung
Listiadi
(2014)
Metodologi Penelitian
Persamaan
Perbedaan
X1 =
Kebijakan
Hutang
Y1=
Kebijakan
Dividen
Proxy
kebijakan
dividen yang
digunakan
sama, yaitu
DPR
Hasil Penelitian
Peneliti Terdahulu:
Z1= Kebijakan Dividen
Penulis:
X3/Z1=Profitabilitas
Kebijakan hutang
(DER) berpengaruh
negatif dengan nilai
perusahaan.
Metode analisis: Regresi
Linier Berganda dan
Moderat Regression
Analysis (MRA) dengan
Software SPSS.
Sedangkan penulis: analisis
SEM-PLS dengan Software
Partial Least Square (PLS)
Variabel kebijakan
dividen sebagai
variable moderating
tidak dapat
mempengaruhi
hubungan antara
kebijakan hutang dan
nilai perusahaan.
27
No
2
3
Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Titin
Herawati
(2013)
Pengaruh
Kebijakan
Hutang
Terhadap
Nilai
Perusahaan
dengan
Kebijakan
Dividen
sebagai
Variabel
Moderasi
Nani
Martikarini
Metodologi Penelitian
Persamaan
Beberapa variabel
yang diteliti sama:
Kebijakan Dividen,
Kebijakan Hutang,
Profitabilitas
Nilai Perusahaan
Hasil Penelitian
Perbedaan
Metode Analisis :
Model Regresi Panel.
Sedangkan penulis
menggunakan analisis
SEM-PLS
menggunakan
Software Partial
Least Square (PLS)
Beberapa proxy
Berapa proxy
sama, yakni:
berbeda, yakni:
Kebijakan
Kebijakan hutang:
Dividen: DPR
DER, sedangkan
Nilai Perusahaan:
penulis DAR dan
PER
LTDR.
Kebijakan dividen:
DPR, sedangkan
penulis DPR dan
DYR.
Profitabilitas: ROE,
sedangkan penulis
ROA, ROE dan NPM.
Tidak menggunakan
variabel moderasi,
sedangkan penulis
menambahkan
variabel moderasi.
Pengaruh
Beberapa variable
Beberapa proxy
Profitabilitas, sama, yakni:
berbeda:
Kebijakan
Kebijakan Hutang, DER (K. Hutang),
Hutang, dan Kebijakan Dividen, DPR (K. Dividen),
Dividen
Profitabilitas, dan
ROE (Profitabilitas).
Terhadap
Nilai Perusahaan.
sedangkan penulis
Nilai
DAR, LTDR (K.
Perusahaan
Hutang), DPR dan
Manufaktur
DYR (K. Dividen),
yang
dan ROA, ROE, NPM
Terdaftar di
(Profitabilitas).
BEI Periode Beberapa proxy
Metode: Analisis
2009-2011.
sama:
Regresi Berganda
Kebijakan
dengan SPSS,
Dividen: DPR.
sedangkan penulis
analisis SEM-PLS
dengan Software
Partial Least Square
Kebijakan hutang
(DER) berpengaruh
negatif dengan nilai
perusahaan.
Kebijakan Hutang
berpengaruh posiif
dan tidak signifikan
terhadap nilai
perusahaan.
Kebijakan hutang
tidak berpengaruh
secara tidak
signifikan terhadap
nilai perusahaan.
Profitabilitas tidak
berpengaruh tidak
signifikan terhadap
nilai perusahaan.
Kebijakan dividen
berpengaruh secara
signifikan terhadap
nilai perusahaan.
28
No
4
5
Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
Nony
Kezia M.
dan Dewi
Astuti
(2015)
Pengaruh
Struktur
Modal dan
Karakteristik
Perusahaan
Terhadap
Profitabilitas
dan Nilai
Perusahaan
Alfedro
Mahendra
Dj, Luh
Gede Sri
Artini, A.A
Gede
Suarjaya
Pengaruh
Kinerja
Keuangan
Terhadap Nilai
Perusahaan
Pada
Perusahaan
Manufaktur di
Bursa Efek
Indonesia
Metedologi Penelitian
Persamaan
Perbedaan
Beberapa variable
sama yakni nilai
perusahaan dengan
PER
Variabel dan Proxy
yang digunakan
berbeda, yakni:
X2= Karakteristik
Perusahaan: Firm
Size.
Y1= Profitabilitas:
ROA, ROE, Retun
on Capital (ROC).
Sedangkan penulis:
X2= Kebijakan
Dividen: DPR,
DYR.
Metode: Analisis
Regresi Berganda
sedangkan penulis
analisis SEM-PLS
menggunakan
Software Partial
Least Square
(PLS).
Menambahkan
variabel dan proxy:
X1= Kebijakan
Hutang: DAR,
LTDR.
X2= Kebijakan
Dividen: DPR,
DYR.
X3/Z1=
Profitabilitas:
ROA, ROE, NPM
Y= Nilai
Perusahaan: PBV,
PER
Peneliti terdahulu
Kebijakan Dividen:
variabel moderasi,
sedangkan penulis
peofitabilitas.
Hasil Penelitian
Hutang jangka
panjang dan firm size
berpengaruh
signifikan terhadap
ROA.
Hutang yang diukur
dengan DER dan
firm size
berpengaruh
signifikan terhadap
Tobins Q.
- Likuiditas
berpengaruh positif
tidak signifikat
terhadap nilai
perusahaan.
- Leverage
berpengaruh
negative tidak
signifikan terhadap
nilai perusahaan.
- Profitabilitas
berpengaruh positif
signifikan terhadap
nilai perusahaan.
29
No
Peneliti
(Tahun)
Judul
Penelitian
6
Nosakhare
Peter
Osazuwa
Ayoib CheAhmad
(2016)
The
Moderating
Effect of
Profitability
and Lavarage
on the
Relationship
Between Ecoeficiency and
Firm Value in
Publicy
Traded
Malaysian
Firm.
7
Joshua
Abor
(2007)
Debt Policy
Performance
of SMEs
Evidence from
Ghanaian and
Shouth
African Firm
Metedologi Penelitian
Persamaan
Perbedaan
Meniliti variabel
yang
mempengaruhi
nilai perusahaan
dan menggunakan
variabel moderasi.
Variabel X: Ecoeficiency, Variabel
Moderating
Leverage dan
Profitabilitas.
Model Penelitian
Relevansi.
dependen :
Financial
Performance
independent : Debt
Ratio
- Ukuran Financial
Performance :
Gross Profit
Margin, Return on
Asset, Tobin’s Q
Ukuran Debt
Ratios : Short-term
debt ratio, Longterm debt ratio, dan
Total debt ratio
Hasil Penelitian
Eco-efficiency
berpengaruh positif
signifikan terhadap
nilai perusahaan.
Lavarage tidak bisa
memoderasi
inhgteraksi antara
eco-efficiency
terhadap nilai
perusahaan.
Profitabilitas secara
positif memoderasi
antara eco-efficiency
terhadap nilai
perusahaan.
- Short-term debt
ratio secara
signifikan dan
berhubungan negatif
terhadap GPM bagi
Ghana dan Afrika
Selatan.
- Long term debt
ratio memiliki
hubungan positif
signifikan dengan
gross profit margin
bagi Ghana dan
Afrika Selatan.
- kasus Ghana,
menunjukkan
hubungan signifikan
negatif antara semua
struktur modal dan
laba atas aset.
- Afrika Selatan
mengungkapkan
hubungan positif
antara laba, aset dan
shot-term debt ratio.
30
No
8.
9.
Peneliti
( Tahun)
Kwadwo
Boateng
Prempeh,
Evelyn
Nsiah
Asare,
Allan
McBright
Sekyere
(2016)
Judul
Penelitian
The Effect of
Debt Policy on
Firm
Performance :
Empirical
Evidence
From Listed
Manufacturing
Companies on
The Ghana
Stock
Exchange
Metodologi Penelitian
Persamaan
Perbedaan
Variabel X nya
Variabel kontrol
Kebijakan Hutang yang digunakan
Variabel Y Firm
adalah Ukuran
Performance,
Peeusahaan dan
tetapi salah satu
Peluang
proksi
Pertumbuhan
menggunakan
Variabel Y Firm
Tobin’s Q
Performance dan
menggunakan
beberapa proksi,
yaitu Gross Profit
Margin, Return on
Asset
Hasil
Penelitian
Perusahaan
manufaktur yang
terdaftar di Ghana
menggunakan modal
14% dan modal
utang 86% untuk
membiayai operasi
mereka.
Struktur utang terdiri
dari 49% utang
jangka panjang dan
37% utang jangka
pendek. Hal itu juga
menemukan bahwa
utang (Pendek
Hutang Jangka, Long
Term Debt dan Total
Debt) memiliki efek
negatif pada kinerja
perusahaan
Independent
Nilai perusahaan
Variabel :
yang leverage lebih
- DL = (D/FA)
besar dari
Control Variabel :
perusahaan
- Pendapatan
unleveraged jika
yang diharapkan tidak menganggap
setelah pajak
probabilitas
- EPS (Laba
kebangkrutan. Jika
Bersih
mempertimbangkan
Persaham)
manfaat dan biaya
Moderated Variabel utang secara
- Z-Sqore Model bersamaan, leverage
- FCFPS (Arus
secara signifikan
kas bebas
berhubungan positif
persaham)
dengan nilai
perusahaan sebelum
struktur modal yang
optimal
Ming
Chang
Cheng,
Zuwei
Ching
Tzeng
(2011)
The Effect of
Lavarage on
Firm Value
and How The
Firm Financial
Quality
Influence on
This Effect
Menggunakan
MRA (Moderated
Regression
Analysis) untuk
mengeksplorasi
efek levarage
pada nilai
perusahaan
31
No
10
Peneliti
(Tahun)
Anup
Chrowdury
dan Suman
Paul
Chowdury
(2010)
Judul
Penelitian
Impact of
Capital
Structure on
Firm’s Value :
Evidence from
Bangladesh
Metodologi Penelitian
Persamaan
Perbedaan
Mengukur
- Variabel
pengaruh
dependen
strukturm
diproksikan oleh
modal
Harga saham
terhadap nilai
(share price)
perusahaan
- Variabel
independent
diproksikan oleh
firm size,
profitability,
public ownership
in capital
structure,
devident pay out,
asset and
operating
efficienty, growth
rate, liquidity,
liquidity, and
business rate.
Hasil Penelitian
- struktur modal
berpengaruh terhadap
nilai pasar suatu
perusahaan.
- mengubah rasio lancar,
leverage operasi, EPS,
rasio pembayaran dividen
atau modal saham
perusahaan dapat
meningkatkan nilainya di
pasar
- memaksimalkan
kekayaan pemegang
saham memerlukan
kombinasi yang sempurna
Dari hutang dan ekuitas,
sedangkan biaya modal
memiliki korelasi negatif
dalam keputusan ini dan
itu Harus seminimal
mungkin.
C. Kerangka Pemikiran
Kerangka berpikir ini merupakan model konseptual tentang bagaimana
teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai
masalah yang penting.
Perbedaaan hasil penelitian dan teori yang ada maka pengaruh kinerja
keuangan terhadap nilai perusahaan mengindikasikan terdapat variabel lain
yang diduga ikut mempengaruhi. Dalam hal ini penulis memasukkan variabel
kinerja keuangan (ROE) yang nantinya dapat dilihat apakah variabel ini dapat
memoderasi hubungan kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan atau tidak,
maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
32
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Pengaruh Kebijakan Hutang dan Kebijakan Dividen Terhadap
Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel
Moderating
Adanya perbedaan teori antara struktur modal dan kebijakan
dividen yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan
Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan
Basis teori : Agency Theory
Variabel Independen
DAR
Variabel Dependen
Kebijakan
Hutang (X1)
LTDER
Nilai
Perusahaan
(Y)
DPR
Kebijakan
Dividen
Kebijakan Hutang
(X1(X
) 2)
PBV
PER
Nilai Perusahaan
(Y)
DYR
Kebijakan Dividen (X2)
NPM
Profitabilitas
(X3)
ROA
ROE
Variabel Moderasi
Metode Analisis : SEM based
PLS
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Kesimpulan dan Saran
33
D. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis
1. Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan
Penilaian para investor atas saham di sebuah perusahaan, salah
satunya dipengaruhi oleh return yang diberikan oleh perusahaan tersebut.
Kenaikan harga saham dipicu oleh semakin tingginya penilaian investor
atas saham tersebut. Disisi lain, kenaikan harga saham secara otomatis
akan meningkatkan kemakmuran pemegang saham tersebut. Dengan
demikian, apabila terjadi kenaikan harga pasar saham maka nilai
perusahaan pun akan meningkat. Indikator lain yang harus diperhatikan
oleh investor selain dari tingkat return adalah kebijakan hutang yang
merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan.
Kebijakan hutang adalah kebijakan yang dilakukan perusahaan untuk
mendanai operasinya dengan menggunakan hutang. Hutang merupakan
instruumen yang sensitif terhadap nilai perusahaan.
Menurut Modigliani dan Miller dalam Brealey et al., (2010)
menyatakan bahwa pendanaan dapat meningkatkan nilai perusahaan.
Apabila pendanaan didanai melalui hutang, peningkatan tersebut terjadi
akibat dari efek tax deductible. Artinya, perusahaan yang memiliki hutang
akan membayar bunga pinjaman yang dapat mengurangi penghasilan kena
pajak, yang dapat memberi manfaat bagi pemegang saham.
Semakin besar rasio utang jangka panjang terhadap modal sendiri,
semakin tinggi nilai perusahaan karena terjadi penghematan pajak yang
semakin besar. Namun demikiaan, tidak berarti perusahaan dapat dengan
34
bebas menggunakan utang sebanyak-banyaknyaa tanpa memperhatikan
terjadinya kesulitan keuangan atau bahkan kebangkrutan perusahaan yang
dapat timbul karena penggunaan hutang yang berlebihan. Bagaimana
pengaruh penggunaan hutang dalam struktur modal terhadap nilai
perusahaan jika ada pajak dan biaya kebangkrutan, dapat terlihat pada
Gambar 2.1.
Gambar 2.2 Pengaruh penggunaan hutang terhadap nilai perusahaan jika
ada pajak dan biaya kebangkrutan
Berdasarkan Gambar 2.2 tampak bahwa jika ada pajak dan biaya
kebangkrutan, dengan semakin banyak jumlah utang dibandingkan dengan
modal sendiri (B/S) pada mulanya akan meningkatkan nilai perusahaan.
Hal ini terjadi karena pengaruh penghematan pajak yang berdampak
meningkatkan nilai perusahaan lebih besar daripada pengaruh biaya
kebangkrutan yang berdampak pada penurunan nilai perusahaan. Namun
demikian jika penggunaan hutang dibandingkan dengan modal sendiri
melampaui titik tertentu (B/S), penggunaan hutang yang semakin besar
dibandingkan modal sendiri akan berdampak pada penurunan nilai
perusahaan. Hal ini disebabkan oleh pengaruh penghematan pajak yang
35
meningkatkan nilai perusahaan lebih kecil dibandingkan dengan pengaruh
biaya kebangkrutan yang menurunkan nilai perusahaan. Dengan demikian
jika ada pajak dan biaya kebangkrutan, akan terjadi struktur modal yang
optimal, yaitu struktur modal (B/S) yang menghasilkan nilai perusahaan
yang maksimal.
Menurut Weston dan Copeland dalam Herawati (2012) pada
prinsipnya setiap perusahaan membutuhkan dana dan pemenuhan dana
tersebut dapat berasal dari sumber intern ataupun sumber ekstern.
Kebijakan hutang perlu dikelola karena penggunaan hutang yang tinggi
akan meningkatkan nilai perusahaan karena penggunaan hutang dapat
menghemat pajak. Penggunaan hutang yang tinggi juga dapat menurunkan
nilai perusahaan karena adanya kemungkinan timbulnya biaya kepailitan
dan biaya keagenan.
Hasil penelitian terdahulu
yang dilakukan oleh Nainggolan dan
Listiadi (2014) menemukan bahwa kebijakan hutang berpengaruh terhadap
nilai perusahaan. Namun hasil yang berbeda dari penelitian yang
dilakukan oleh Martikarini (2014) yang menunjukkan bahwa kebijakan
hutang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan teori dan penlitian tersebut, maka hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ha1 : Kebijakan hutang berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
36
2. Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan
Pengaruh pembayaran dividen terhadap kemakmuran pemegang
saham di-offset sepenuhnya oleh cara-cara pembelanjaan investasi yang
dilakukan oleh perusahaan, misalkan perusahaan telah mambuat keputusan
investasi, maka perusahaan harus memutuskan apakah menahan laba
untuk membelanjai investasi atau membayar dividen dan menjual saham
baru sejumlah dividen yang dibayarkan.
Modigliani-Miller dalam Brealey et al., (2010) mengemukakan nilai
per lembar saham yang didiskonto setelah keputusan pembelanjaan dan
dividen sama dengan nilaipasar saham sebelum pembayaran dividen.
Dengan kata lain, penurunan harga pasar saham karena pembelanjaan
eksternal sama dengan kenaikan harga saham karena pembayaran dividen.
Jadi pemegang saham dikatakan indefferent antara dividen dan laba
ditahan.
Menurut teori dividend irrelevance yang dikemukakan oleh Franco
Modigliani dan Merton Miller (Modigliani-Miller/MM) dalam Brealey et
al., (2010) kebijkan dividen tidak memengaruhi harga pasar saham
perusahaan atau nilai perusahaan. Modigliani dan Miller berpendapat
bahwa nilai perusahaan hanya ditentuukan oleh kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan pendapatan (earning power) dan risiko bisnis,
sedangkan bagaimana membagi arus pendapatan menjadi dividen dan laba
ditahan tidak memengaruhi niali perusahaan.
37
Berdasarkan teori bird in the hand yang dikemukakan oleh Myron
Gordon dan Johnm Lintner dalam Brealey et al., (2010) kebijakan divien
berpengaruh positif terhadap harga pasar saham. Artinya, jika dividen
yang dibagikan perusahaan semakin besar, harga pasar saham perusahaan
tersebut akan semakin tinggi dan sebaliknya. Hal ini terjadi karena
pembagian dividen dapat mengurangi ketidakpastian yang dihadapi
investor.
Berdasarkan teori tax preference, kebijakan dividen mempunyai
pengaruh negatif terhadap harga pasar saham. Artinya, semakin besar
jumlah dividen yang dibagikan oleh suatu perusahaan, seemakin rendah
harga pasar saham perusahaan yang bersangkutan. Hal ini terjadi jika ada
perbedaan antara tarif pajak personal atas pendapatan dividen dan capital
gain.
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Fenandar (2012)
menunjukkan bahwa kebijkan dividen berpengaruh positif dan signifikan
terhadap nilai perusahaaan. Namun hasil yang berbeda dengan penelitian
yang dilakukan oleh Sofyaningsih dan
Hardaningsih (2011) yang
menunujkkan bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi nilai
perusahaan.
Berdasarkan teori dan penlitian tersebut, maka hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ha2 : Kebijakan Dividen berpengaruh terhadap nilai
perusahaan.
38
3. Pengaruh profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan
Profitabilitas perusahaan merupakan salah satu factor yang dilihat
oleh calon investor untuk menentukan investasi saham. Harga sebuah
perusahaan, menjaga dan meningkatkan profitabilitas adalah suatu
keharusan agar saham tersebut tetap eksis dan tetap diminati oleh investor.
Menurut Kasmir (2008) rasio profitabilitas merupakan rasio untuk
menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keunatungan. Rasio ini
juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan.
keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba akan terlihat pada rasio
profitabilitas, semakin tinggi rasio ini berarti semakin tinggi laba yang
dihasilkan persahaan mencerminkan bahwa perusahaan mempunyai
prospek yang baik kedepannya. Perusahaan dengan prospek yang baik ini
yang diinginkan oleh investor dan investor lebih tertarik untuk
membelisaham. Semakin tinggi permintaan dari investor terhadap saham
maka akan mempengaruhi harga saham dan akan meningkatkan nilai
perusahaan. sehingga semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka akan
semakin tinggi nilai perusahaan.
Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mahendra et al.,
(2014), menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif signifikan
terhadap nilai perusahaan.
Berdasarkan teori dan penlitian tersebut, maka hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ha3 : Profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
39
4. Pengaruh Kebijakan Hutang
terhadap Nilai Perusahaan dengan
Profitabilitas sebagai Variabel Moderasi
Adanya ketidak konsistenan hubungan antara kebijakan hutang
terhadap nilai perusahaan menunjukkan adanya faktor lain yang turut
menginteraksi hubungan antara kebijakan hutang dengan nilai perusahaan.
Dalam hal ini, variabel profitabilitas diharapkan dapat memperkuat atau
memperlemah hubungan antara kebijakan hutang dengan nilai peruahaan.
Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya
memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk memanuhi
kepentingan para stakeholder. Berikut tujuan perusahaan antara lain untuk
memperoleh keuntungan (profit), meningkatkan nilai perusahaan dan
untuk memuaskan kebutuhan masyarakat. Tujuan tersebut dapat tercapai
ditentukan oleh kinerja yang nantinya dapat dijadikan sebagai dasar
pengambilan keputusan baik pihak internal maupun eksternal, termasuk
pihak internal dalam menentukan struktur modalnya.
Selain itu, profitabilitas memiliki peran penting dalam kebijakan
hutang, dimana kebijakan ini pada akhirnya dapat memaksimalkan nilai
perusahaan. Secara teori, profitabilitas atau tingkat keuntungan yang
diperoleh oleh sebuah entitas akan mempengaruhi struktur modal suatu
perusahaan. Perusahaan yang Profitnya tinggi akan lebih menggunakan
dana internal, karena sumber dana internalnya melimpah. Keputusan
perusahaan dalam mendanai perusahaan akan dapat mempengaruhi nilai
perusahaan.
40
Penggunaan utang dalam pembelanjaan investasi perusahaan dapat
mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atas
modal yang digunakan. Pada umumnya pada kondisi ekonomi yang buruk,
suku bunga pinjaman sangat tinggi, sementara penjualan dan laba
perusahaan menurun. Hal ini mengakibatkan kemampuan perusahaan
untuk menghasilkan laba dengan menggunakan hutang lebih kecil
daripada tingkat bunga yang harus dibayar oleh perusahan. Sebaliknya
pada kondisi ekonomi baik, suku bung pinjaman umumnya rendah dan
penjualan serta laba perusahaan meningkat. Kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan laba dengan menggunakan hutang lebih besar dari pada
tingkat bunga yang harus ditanggung perusahaan. Pada kondisi ekonomi
normal,
pada
mulanya
peningkatan
penggunaan
hutang
akan
meningkatkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bagi
pemegang saham, karena suku bunga masih relatif rendah dibandingkan
dengan kemampuan perusahan untuk menghasilkan laba. Namun
demikian, jika perusahaan terus menambah hutang akan berakibat
meningkatnya suku bunga, karena risiko yang dihadapi kreditor juga naik.
Sementara itu, peningkatan penjualan pada kondisi ekonomi normal relatif
lebih kecil dibandingkan dengan pada kondisi ekonomi baik, sehingga
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bagi pemegang saham
juga relatif lebih kecil dibandingkan pada kondisi ekonomi baik. Ketika
hutang
yang
digunakan
perusahaan
melampaui
jumlah
tertentu,
41
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba lebih kecil dibandingkan
dengan suku bunga yang dibayar oleh perusahaan.
Berdasarkan pemaparan dan penelitian tersebut, maka hipotesis yang
diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ha4 : Kebijakan Hutang Berpengaruh terhadap Nilai
Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel
Moderasi.
5. Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan dengan
Profitabilitas sebagai Variabel Moderasi.
Rasio profitabilitas menunjukkan efektifitas atau kinerja perusahaan
dalam menghasilkan tingkat keuuntungan dengan menggunakan asset
yang dimilikinya. Rasio ini mencerminkan seberapa efektif perusahaan
dikelola dan mencerminkan hasil bersih dari serangkaian kebijakan
pengelolaan aset perusahaan. profitabilitas merupakan daya tarik utama
bagi pemegang saham, karena profitabilitas adalah hasil yang diperoleh
melaui usaha manajemen atas dana yang di investasikan para pemegang
saham dan juga mencerminkan pembagian laba yang menjadi haknya
yaitu seberapa banyak yang di investasikan kembali dan seberapa banyak
yang dibayarkan sebagai dividen tunai.
Profitabilitas memiliki peran penting dalam kebijakan deviden,
dimana kebijakan ini pada akhirnya dapat memaksimalkan nilai
perusahaan. Secara teori, profitabilitas atau tingkat keuntungan yang
diperoleh oleh sebuah entitas akan mempengaruhi besarnya jumlah
42
deviden yang dibayarkan kepada para pemegang saham. Kemampuan
membayar deviden erat hubungannya dengan kemampuan perusahaan
memperoleh laba. Jika perusahaan memperoleh laba yang besar, maka
kemampuan membayar deviden juga besar. Oleh karena itu, dengan
deviden yang besar akan meningkatkan nilai perusahaan.
Nilai perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan
membayar dividen. Ada saatnya dividen tersebut tidak dibagikan oleh
perusahaan karena perusahaan merasa perlu untuk menginvestasikan
kembali laba yang diperolehnya. Besarnya dividen tersebut dapat
mempengaruhi harga saham. Apabila dividen yang dibayar tinggi, maka
harga saha, cenderung tinggi sehingga nilai perusahaan juga tinggi dan
jika dividen dibayarkan kepada pemegang saham kecil maka harga saham
perusahaan yang membagikannya tersebut juga rendah. Kemampuan
sebuah perusahaan membayar dividen
erat hubungannya dengan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Jika perusahaan
memperoleh laba yang tinggi, maka kemampuan perusahaan akan
membayar dividen juga tinggi. Dengan dividen yang besar akan
meningkatkan nilai perusahaan. (Harjito dan Martono, 2005).
Berdasarkan pemaparan diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
Ha5 : Kebijakan Dividen Berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan
dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderasi.
43
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bersifat kuantitatif dimana dilakukan dengan cara
mengkuantifikasi data-data penelitian sehingga menghasilkan informasi yang
dibutuhkan dalam analisis. Sedangkan jenis penelitian ini adalah kausal
komparatif dimana merupakan jenis penelitian dengan karakteristik masalah
berupa hubungan sebab akibat atara dua variabel atau lebih. Penelitian ini
akan menguji dan memberikan bukti empiris mengenai pengaruh variabel
independen, yaitu kebijakan hutang dan kebijakan dividen terhadap variabel
dependen, yaitu nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel
pemoderasi.
B. Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor properti dan real
estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama kurun waktu
penelitian (2014-2016). Tidak semua perusahaan tersebut jadikan obyek
penelitian. Oleh karena itu dilakukan teknik pengambilan sampel dengan
purposive sampling method, yaitu metode pengambilan sampel berdasarkan
kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriteria penentuan sampel adalah sebagai
berikut :
1. Sampel merupakan perusahaan go public sektor properti dan real estate
yang menerbitkan laporan keuangan tahunan selama periode observasi
penelitian sejak tahun 2014 sampai tahun 2016.
44
2. Tersedianya rasio-rasio serta data keuangan lainya pada laporan keuangan
yang telah ada pada tahun 2014-2016.
Tabel 3.1 kriteria sampel penelitian
Kriteria Perusahaan
Jumlah
Total Perusahaan properti dan real estate yang
53
listing di Bursa Efek Indonesia
Memiliki laporan keuangan tahunan 3 tahun
36
terakhir, yaitu 2014-2016
Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria
13
Perusahaan yang memiliki kelengkapan data
39
berdasarkan jumlah data yang di observasi (13x3)
Sumber : Data yang diolah
Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih secara purposive
samping, sehingga sampel dalam penelitian ini merupakan perusahaan
properti dan real estate yan memiliki kriteria yang sesuai dengan tujuan
penelitian. Sampel dipilih bagi perusahaan yang menyajikan data ysng
dibutuhkan dalam penelitian ini, seperti laporan keuangan perusahaan dan
laporan tahunan perusahaan. berikut ini adalah nama-nama perusahaan yang
menjadi objek penelitian ini:
Tabel 3.2 daftar sampel perusahaan properti dan real estate
No
Nama Perusahaan
1.
Agung Podomoro Land Tbk. (APLN)
2.
Alam Sutera Realty Tbk. (ASRI)
3.
Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk. (BEST)
4.
Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE)
5.
Ciputra Development Tbk. (CTRA)
45
6.
Duta Anggada Realty Tbk. (DART)
7.
Kawasan Industri Jababeka Tbk. (KIJA)
8.
Megapolitan Development Tbk. (EMDE)
9.
Metropolitan Land Tbk. (MTLA)
10.
Moderland Realty Tbk. (MDLN)
11.
Pakuwon Jati Tbk (PWON)
12.
Perdana Gapura Prima Tbk. (GPRA)
13.
Plaza Indonesia Realty Tbk. (PLIN)
Sumber: Fact Book BEI Tahun 2011-2016
C. Metode Pengumpulan
Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan metode
yang
digunakan adalah:
1. Penelitian kepustakaan
Penulis juga melakukan penelitian kepustakaan dengan memperoleh
data yang berkaitan dengan pembahasan yang sedang diteliti melalui
berbagai literatur seperti buku dan jurnal, baik jurnal asing maupun
tidak.
2. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak
lain). Data dalam penelitian ini didapatkan melalui website Bursa
Efek Indonesia (idx.co.id) dengan mengambil data financial report
perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia.
46
D. Metode Analisis Data
1. Uji Hipotesis
pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan Structual Equation
Model (SEM) dengan menggunakan Partial Least Square (PLS) yang
dikembangkan oleh Herman Wold (1985) sebagai teknik analisis data
dengan software SmartPLS versi 3.0.M3 yang dapat diunduh dari
http://www.smartpls.de.
Pada awalnya PLS dikembangkan sebagai model umum untuk
mengestimasi path model yang menggunakan variabel laten dengan
multiple indicator. PLS awalnya diberi nama NIPALS (Nonlinier Iterative
Partial Least Square) karena PLS menggunakan dua prosedur iterative
yaitu metode estimasi least square (LS) untuk single dan multi component
model unruk conanical correlation. Pendekatan PLS adalah distribution
fee yang artinya tidak dapat berdistribusi tertentu, dapat berupa nominal,
kategori, ordinal, interval, dan rasio. Dalam pengembangannya, model
PLS diselesaikan oleh Herman Wold pada tahun 1977 yang kemudian
dikembangkan lebih lanjut oleh Lohmoller pada tahun 1984 dan 1989, dan
kemudian dikembangkan oleh Chin pada tahun 1966 (Ghozali 2015).
Sirohi e.t al., (1998:232) dalam penelitian Nurjanati dan Rodoni
(2015) berpendapat bahwa PLS merupakan teknik yang kuat dalam
menganalisis variabel laten yang memiliki beberapa indikator pada SEM.
Ghozali (2015:19) menyimpulkan bahwa PLS adalah sebuah pendekatan
alternatif yang bergeser pada pendekatan SEM berbasis covariance
47
menjadi berbasis variance. Desain PLS dimaksudkan untuk mengatasi
keterbatasan metode SEM lainnya ketika data mengalami masalah seperti
pengukuran data dengan skala tertentu, jumlah sampel yang kecil, adanya
missing value, data tidak normal dan adanya multikoliniaritas. Selain itu
PLS dapat digunakan pada setiap jenis skala (nominal, ordinal, interval,
rasio, serta syarat asumsi yang lebih fleksibel).
Terdapat tiga kategori dalam melakukan estimasi parameter pada
PLS, yaitu weight estimate, path estimate, dan means dan lokasi
paraameter. Weight Estimate digunakan untuk menciptakan skor dari
variabel
laten.
Path
Estimate
(estimasi
jalur)
digunakan
untuk
menghubungkan antar variabel laten dan juga menghubungkan variabel
laten dengan blok indikatornya (loading). Means dan lokasi parameter
sebagai nilai konstanta regresi dari indikator dan variabel lain. Selain itu,
PLS menggunakan proses iterasi tiga tahap dan setiap tahap menghasilkan
estimasi. Tahap pertama menghasilkan weight estimate, tahap kedua
menghasilkan inner model dan outer model, dan tahap kedua
menghasilkan means dan lokasi (konstanta).
a. Spesifikasi Model
Terdapat tiga model analisis jalur dalam PLS, yaitu inner model
yang menspesifikasi hubungan antar variabel laten, outer model yang
menspesifikasi hubungan antara variabel laten dengan variabel
menifest, weight relation yang mengestimasi nilai dari variabel laten.
48
1. Inner Model
Inner model merupakan model yang menggambarkan
hubungan yang ada diantara variabel laten berdasarkan pada
substantive theory. Inner model biasa disebut sebagai inner
relation atau structural model. Model persamaan inner model
adalah sebagai berikut:
Ƞ = ß0 + ßȠ + Γξ + ζ
Keterangan:
Ƞ
= vektor variabel laten endogen (dependen)
ξ
= vektor variabel laten eksogen (independen)
ζ
= vektor residual (unexplained variance)
Oleh karena PLS didesain untuk model rekursif, atau sering
disebut causal chain system, maka model rekrusif dari PLS adalah
sebagai berikut:
Ƞj = ΣißjiȠi + Σi γjbξb + ζj
Keterangan:
ßji
= koefisien jalur yang menghubungkan predictor endogen
γjb
= koefisien jalur yang menghubungkan predictor eksogen
i...b
= indeks range sepanjang I dan b
49
j
= jumlah variabel laten endogen
ζj
= inner residual variable
2. Outer Model
Outer model adalah model yang menggambarkan hubungan
antara variabel laten dengan indikatornya. Outer model biasa
disebut sebagai outer relation atau measurement model. Pada outer
model terdapat dua model yaitu model indikator refleksif dan
model indikator formatif.
Model refleksif sering disebut sebagai principal factor model
yang berarti variabel manifest dipengaruhi oleh variabel laten.
Persamaan model indikator refleksif adalah sebagai berikut:
X = λ xξ + εx
Y = λ yȠ + εy
Dimana x dan y adalah indikator untuk variabel laten eksogen
(ξ) dan variabel laten endogen (Ƞ). Sedangkan λ dan λ y
merupakan matriks loading yang menggambarkan seperti koefisien
regresi sederhana yang menghubungkan variabel laten dengan
indikatornya. Model formatif merupakan kebalikan dari model
reflektif dimana model formatif mengasumsikan bahwa variabel
manifes mempengaruhi variabel leten. Arah hubungan kausalitas
mengalir dari variabel manifes ke variabel laten. Persamaan model
indikator formatif adalah sebagai berikut:
50
Dimana ξ, Ƞ, X dan Y sama dengan persamaan sebelumnya.
Dengan Ƞx dan Ƞy adalah seperti koefesien regresi berganda dari
variabel laten terhadap indikator, sedangkan δξ dan
ɛȠ
adalah
residual dari regresi.
Menurut MacKenzie et al. (2005) dalam Ghozali (2015: 61),
terdapat beberapa kriteria untuk menentukan formatif model atau
refleksif model, yaitu:
a) Apakah indikator bersifat manifestasi terhadap konstruk atau
dapat mendefinisikan karakteristik suatu konstruk. Jika indikator
bersifat manifestasi terhadap konstruk, maka dapat diberikan
judgment bahwa indikator mempunyai arah refleksif terhadap
konstruk. Sebaliknya jika indikator bersifat mendefinisikan
karakteritik atau menjelaskan konstruk, maka dapat diberikan
judgment bahwa indikator mempunyai arah formatif terhadap
konstruk tersebut.
b) Apakah indikator-indikator tersebut secara konseptual dapat
dipertukarkan. Jika arah indikator terhadap konstruk adalah
refleksif, maka tiap indikartornya harus memiliki tema yang
sama dan setiap indikator harus mampu menagkap esensi
domain konstruknya. Sebaliknya jika arah indikator terhadap
51
konstruk adalah formatif, maka tiap indikator tidak perlu
memiliki tema yang sama tetapi setiap indikatornya harus
mampu menangkap aspek unik dari domain konstruknya.
c). Apakah terdapat kovarian antar indikator kontruks. Indikator
refleksif secara eksplisit memprediksi bahwa pengukuran model
harus saling berkorelasi kuat karena memiliki kesamaan
penyebab. Sebaliknya, indikator formatif, tidak memprediksi
korelasi diantara indikator pengukurnya sehingga korelasi dapat
bersifat tinggi, rendah, atau diantara keduanya.
d) Apakah indikator memiliki anteseden dan atau konsekuensi
yang sama. Indikator refleksif suatu konstruk harus memiliki
anteseden dan konsekuensi yang sama, karena seluruh indikator
mempunyai refleksi yang sama untuk satu konstruk dan secara
konseptual dapat dipertukarkan. Sebaliknya, untuk indikator
formatif suatu konstruk tidak perlu memiliki anteseden atau
konsekuensi yang sama, karena masing-masing indikator adalah
unik dan secara konseptual tidak dapat dipertukarkan.
b. Kriteria Penilaian
Dalam penggunaannya, PLS memiliki beberapa
evaluasi
terhadap model struktural dan model pengukuran, dilakukan uji
convergent validity, discriminant validity, composite realibility, dan
Avarage Variance Extracted. Sedangkan dalam evaluasi model
52
pengukuran dilakukan uji R-squared (R²) dan uji estimasi koefisien
jalur.
1. Convergent Validity
Convergent validity digunakan untuk mengukur besarnya
korelasi antara variabel laten dengan variabel manifest pada model
pengukuran refleksif. Dalam evaluasi convergent validity dapat
dinilai berdasarkan korelasi antara item score / component score
dengan construct score.
Menurut Chin (1998) dalam Ghozali (2015 : 25), suatu
korelasi dapat dikatakan memenuhi convergent validity apabila
memiliki nilai loading sebesar lebih besar dari 0,5 sampai 0,6.
2. Discriminant Validity
Discriminant validity dari model pengukuran refleksif dapat
dihitung berdasarkan nilai cross loading dari variabel menifes
terhadap masing-masing variabel laten. Jika korelasi antara
variabel laten dengan sikap indikatornya (variabel manifes) lebih
besar daripada korelasi dengan variabel lainnya, maka variabel
laten tersebut dapat dikatakan memprediksi indikatornya lebih baik
daripada indikator lainnya.
Selain itu, discriminant validity juga dapat dihitung dengan
membandingkan nilai square root of avarage variance extracted
(AVE). Apabila nilai AVE lebih tinggi daripada nilai korelasi
diantara variabel laten, maka discriminant validity dapat dianggap
53
tercapai. Discriminant validity dapat dikatakan tercapai apabila
nilai AVE lebih besar dari 0,5. Cara untunk menghitung nilai AVE
adalah sebagai berikut:
Dimana λi adalah loading factor (convergent validity), dan
var ε(i) = 1 – λi²
3. Composite Reliability
Variabel laten dapat dikatakan memiliki reliabilitas yang baik
apabila nilai composite reliability lebih besar dari 0,7. Cara untuk
composite reliability adalah sebagai berikut:
Dimana λi adalah loading factor (convergent validity), dan var
ε(i)
= 1 – λi² (Ghozali: 26) menyatakan bahwa pengukuran ini
dapat digunakan untuk mengukur reliabilitas dan hasilnya telah
konservatif dibandingkan nilai composite reliability.
4. R-squared (R²)
Pengujian R-squared (R²) merupakan cara untuk mengukur
tingkat Goodness of Fit (GOF) suatu model struktural. Nilai Rsquared (R²) digunakan untuk menilai seberapa besar pengaruh
54
variabel laten independen tertentu terhadap variabel laten
dependen.
E.
Kriteria Penerimaan dan Penolakan Hipotesis
Hipotesis adalah kesimpulan sementara yang harus dibuktikan
kebenarannya atau dapat dikatakan proposisi tentatif tentang hubungan
antara dua variabel atau lebih. Sebelum dilakukan pengujian hipotsis, maka
harus diketahui Hipotesis Nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha).
Kriteria penolakan dan penerimaan hipotesis pada penelitian ini adalah
dengan menilai nilai T-statistik
atau P-value. Nilai t-statistik (t-hitung)
diperbandingkan dengan nilai t-tabel. Nilai t-tabel yang ditentukan dalam
penelitian ini adalah sebesar 1,96 dengan tingkat signifikasi 0,05 (twotailed). Selanjutnya nilai t-tabel dijadikan nilai cut off untuk penerimaan atau
penolakan hipotesis yang diajukan. Kriteria penerimaan atau penolakan
hipotesis dengan ketentuan sebagai berikut:
55
Uji Hipotesis 1: Kebijakan Hutang berpengaruh terhadap Nilai
Perusahaan
Jika nilai t-statistik > dari nilai t-tabel dengan taraf signifikasi sebesar
0,05 (two-tailed), atau p-value < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha
diterima.
Gambar 3.1
Hipotesis Pertama
Uji Hipotesis 2: Kebijakan Dividen berpengaruh terhadap Nilai
Perusahaan.
Jika nilai t-statistik > t-tabel dengan taraf signifikasi sebesar 0,05 (two
tailed), atau p-value < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Gambar3.2
Hipotesis Kedua
Uji Hipotesis 3: Profitabilitas berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan.
Jika nilai t-statistik > t-tabel dengan taraf signifikasi sebesar 0,05 (two
tailed), atau p-value < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
56
Gambar 3.3
Hipotesis Ketiga
Uji Hipotesis 4: Kebijakan Hutang berpengaruh terhadap Nilai
Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Moderating.
Jika nilai t-statistik > t-tabel dengan taraf signifikasi sebesar 0,05 (two
tailed), atau p-value < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Gambar 3.4
Hipotesis Keempat
Uji Hipotesis 5: Kebijakan Dividen berpengaruh terhadap Nilai
Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Moderating.
Jika nilai t-statistik > t-tabel dengan taraf signifikasi sebesar 0,05 (two
tailed), atau p-value < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima.
57
Gambar 3.5
Hipotesis Kelima
F.
Operasional Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel
dependen variabel independen, dan variabel moderasi. Variabel dependen
dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan, variabel independennya adalah
kebijakan hutang, kebijakan dividen, serta variabel moderasinya adalah
profitabilitas. Pengertian dari masing-masing variabel adalah sebagai
berikut:
1. Variabel Dependen
Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
nilai perusahaan yang diproksikan dengan menggunakan Price to Book
Value (PBV) dan Price Earnings Ratio (PER). PBV menggambarkan
seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan.
58
makin tinggi rasio ini, berarti pasar percaya akan prospek perusahaan
tersebut. Rasio PER memberi gambaran yang berfungsi sebagai
perubahan kemampuan laba yang diharapkan di masa yang akan datang.
Semakin besar PER, maka semakin besar pula kemungkinan perusahaan
untuk tumbuh sehingga dapat meningkatkan nila perusahaan.
Perhitungan PBV dan PER dapat dihitung dengan rumus:
PBV =
PER =
2. Variabel Independen
Beberapa variabel independen yang digunanakan dalam penelitian ini
antara lain:
a. Kebijakan Hutang
Variabel independen dalam penelitian ini adalah kebijakan
hutang yang diproksikan dengan Debt to Asset Ratio (DAR) dan
Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER). DAR adalah sebuah rasio
untuk mengukur jumlh aset yang dibiayai oleh hutang. Semakin
tinggi rasio ini mengindikasikan semakin besar jumlah aset yang
dibiayai oleh huatang, semakin tinggi resiko perusahaan untuk
menyelesaikan kewajiban jangka panjang dan semakin tinggi beban
bunga hutang yang harus ditanggung perusahaan. Sedangkan Long
Term Debt to Equity Ratio digunakan untuk mengukur bagian dari
modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang.
59
Rasio DAR dapat diukur dengan rumus sebagai berikut:
DAR =
Rasio LTDER dapat diukur dengan rumus sebagai berikut:
LTDER =
b. Kebijakan Dividen
Variabel dependen kedua dalam penelitian ini adalah kebijakan
dividen yang diproksikan dengan Devidend Payout Ratio (DPR) dan
Devidend Yield Ratio (DYR).
Devidend Payout Ratio adalah rasio yang menunjukkan
presentase setiap keuntungan yang diperoleh yang didistribusikan
kepada
pemegang
saham.
Rasio
ini
digunakan
ketika
mempertimbangkan apakah seseorang sebagai investor akan
berinvestasi pada perusahaan pencetak laba yang membayar dividen,
atau berinvestasi pada perusahaan pencetak laba yang memiliki
potensi pertumbuhan yang tinggi.
Devidend Yield Ratio adalah rasio yang menunjukkan seberapa
besar suatu perusahaan dalam membagikan dividend kepada pemilik
saham dari harga sahamnya yang sekarang.
Rasio DPR dapat diukur dengan rumus sebagai berikut:
DPR =
60
Rasio DPR dapat diukur dengan rumus sebagai berikut:
DYR =
Dividen per lembar =
3. Variabel Moderasi
Variabel moderasi dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan
yang diproksikan dengan Net Profit Margin (NPM), Return on Asset
(ROA) dan Return on Equity (ROE).
Net Profit Margin adalah rasio
yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan keuntungan bersih. Semakin besar NPM, maka kinerja
perusahaan akan semakin produkrif, sehingga akan meningkatkan
kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan
tersebut.
Return
on
Asset
merupakan
rasio
keuangan
yang
mempresentasikan seberapa efektif aset perusahaan digunakan untuk
menghasilkan laba. Rasio ini memberikan informasi besarnya laba yang
diperoleh dari total asset yang dimiliki oleh perusahaan. Return on
Equity merupakan hasil pengembalian atas ekuitas atau kemampuan
perusahaan dalam memperoleh laba bersih setelah pajak engan
menggunakan modal sendiri atau ekuitas.
Rasio NPM dapat diukur dengan rumus sebagai berikut:
NPM =
61
Rasio ROA dapat diukur dengan rumus sebagai berikut:
ROA =
Rasio ROE dapat diukur dengan rumus sebagai berikut:
ROE =
Tabel 3.3
Tabel Operasional Variabel
No
1
2
3
4
5
Variabel
Price to
Book Value
(PBV)
Price
Earning
Ratio
(PER)
Debt to Asset
Ratio
(DAR)
Long Term
Debt to
Equity Ratio
(LTDER)
Devidend
Payout Ratio
(DPR)
Definisi
Price to Book Value
dan Price Earning
Ratio. PBV
menggambarkan
seberapa besar
pasar menghargai
nilai buku saham
suatu perusahaan.
Rasio PER
memberi gambaran
yang berfungsi
sebagai perubahan
kemampuan laba
yang diharapkan di
masa yang akan
datang.
Rasio untuk
mengukur jumlah
aset yang dibiayai
oleh hutang
Rasio untuk
mengukur bagian
dari modal sendiri
yang dijadikan
jaminan untuk
hutang jangka
panjang.
Devidend Payout
Ratio adalah rasio
yang menunjukkan
Skala
Rasio
Pengukuran
PBV =
Rasio
PER =
Rasio
DAR =
Rasio
LTDER =
Rasio
62
6
7
8
9
Dividend
Yield Ratio
(DYR)
Net Profit
Margin
(NPM)
Return on
Asset
(ROA)
Return on
Equty
(ROE)
presentase setiap
keuntungan yang
diperoleh yang
didistribusikan
kepada pemegang
saham.
Devidend Yield
Ratio adalah rasio
yang menunjukkan
seberapa besar
suatu perusahaan
dalam membagikan
dividend kepada
pemilik saham dari
harga sahamnya
yang sekarang.
Net Profit Margin
adalah rasio yang
digunakan untuk
menunjukkan
kemampuan
perusahaan dalam
menghasilkan
keuntungan bersih.
Return on Asset
merupakan rasio
keuangan yang
mempresentasikan
seberapa efektif
aset perusahaan
digunakan untuk
menghasilkan laba.
Return on Equity
merupakan hasil
pengembalian atas
ekuitas atau
kemampuan
perusahaan dalam
memperoleh laba
bersih setelah pajak
engan
menggunakan
modal sendiri atau
ekuitas.
DPR =
Ratio
DYR =
Rasio
NPM =
Rasio
ROA =
Rasio
ROE =
63
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Deskripsi Objek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan properti dan real
estate yang terdaftar di BEI atau perusahaan yang telah go public.
Sampel perusahaan yang berhasil diperoleh dan memenuhi kriteria
adalah sebanyak 13 perusahaan, dimana penelitian dilakukan selama 3
tahun yaitu tahun 2014 hingga 2016, sehingga terkumpul sebanyak 39
sampel. Data penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan dan laporan
tahunan perusahaan dan Fact Book yang terdapat di situs resmi
Indonesia Stock Exchange yaitu www.idx.co.id. Fokus penelitian ini
untuk mengetahui pengaruh kebijakan hutang yang diproyeksikan Debt
to Asset Ratio (DAR) dan Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER),
kebijakan dividen yang diproyeksikan Devidend Payout Ratio (DPR)
dan Devidend Yield Ratio (DYR) terhadap nilai perusahaan yang
diwakili oleh Price to Book Value (PBV) dan Price Earning Ratio (PER)
dengan profitabilitas sebagai variabel moderasi yang diproyeksikan Net
Profit Margin (NPM), Return on Asset (ROA), dan Return on Equity
(ROE).
64
B. Hasil Uji Analisis Data
1. Partial Least Square (PLS)
Teknik pengolahan data dengan menggunakan pendekatan SEM
yang berbasis Partial Least Square (PLS) memerlukan dua tahap untuk
menilai Fit Model pada sebuah penelitian. Tahap-tahap tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Menilai Outer Model atau Measurement Model
Outer Model yaitu spesifikasi hubungan antar variabel laten
dengan indikatornya, disebut juga dengan outerdika relation atau
measurement model, mendefinisikan karakteristik konstruk dengan
variabel manifestasinya.
Sebelum melakukan pengujian hipotesis untuk memprediksi
hubungan antar variabel laten dalam model struktural, terlebih dahulu
dilakukan evaluasi model pengukuran untuk verifikasi indikator dan
variabel laten yang dapat diuji selanjutnya.
Ukuran refleksif individual dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih
dari 0,70 dengan konstruk yang diukur. Namun, untuk penelitian tahap
awal dari pengembangan skala pengukuran nilai loading 0,5 sampai
0,6 dianggap cukup memadai. Dalam penelitian ini akan digunakan
batas loading factor sebesar 0,50. Indikator reflektif harus dieliminasi
(dihilangkan dari model pengukuran ketika nilai loading lebih kecil
dari 0,5. Berikut adalah hasil nilai loading yang didapatkan.
65
Gambar 4.1 Diagram jalur disertai Nilai Loading Factor
Berdasarkan gambar 4.1 diatas, maka indikator TobinsQ harus
dieliminasi dari model karena memiliki nilai loading factor di bawah
0,5. Sehingga dihasilkan diagram yang baru sebagai berikut.
66
Gambar 4.2 Diagram Jalur disertai Nilai Loading Factor Setelah Eliminasi
Indikator TobinsQ
Berdasarkan gambar 4.2 diatas, setelah indikator TobinsQ
dieliminasi dari model, ada beberapa indikator dari variabel kebijakan
hutang yng memiliki nilai loading factor di bawah 0,5 yakni DAR,
DER, dan LTDR, sehingga ketiga indikator tersebut harus deliminasi.
Setelah mengeliminasi ktiga indikator tersebut, dihasilkan diagram
yang baru sebagai berikut.
67
Gambar 4.3 Diagram Jalur disertai Nilai Loading Factor Setelah Eliminasi
Indikator DER, EAR, TIER.
Berdasarkan gambar 4.3 dapat diketahui bahwa lebih dari 50% dari
varian masing-masing pada kedua indikator, yaitu DAR dan LTDER
dapat dijelaskan oleh variabel laten kebijakan hutang. Variabel laten
kebijakan dividen dapat menjelaskan varian dari indikator DPR dan
DYR masing-masing lebih dari 70%. Varian dari ROA, ROE, dan
NPM masing-masing dapat dijelaskan oleh variabel laten profitabilitas
diatas 70%. Sedangkan variabel nilai perusahaan sebagai variabel laten
endogen mampu menjelaskan indikatornya, yakni PBV dan PER
masing-masing diatas 80%. Sehingga secara keseluruhan masingmasing variabel laten telah mampu menjelaskan varian dari setiap
indikator-indikator yang mengukurnya diatas 50%.
68
1) Uji Outer Model Hipotesis 1
Gambar 4.1 berikut ini merupakan hasil estimasi
dengan
perhitungan
menggunakan PLS untuk data hubungan Profitabilitas
terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure.
Gambar 4.4
Model Struktural dengan PLS untuk H1
Sumber: Pengolahan data dengan PLS, 2017
Dari gambar di atas terlihat bahwa dua indikator variabel
kebijakan hutang yaitu indikator Debt to Asset Ratio (DAR) dan
Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) memiliki loadig factor di
atas 0,50 yang menandakan kedua indikator tersebut dapat mewakili
konstruk variabel Kebijkaan Hutang dalam hal pengaruh terhadap
variabel laten ( Nilai Perusahaan).
Sedangkan variabel laten nilai perusahaan memiliki dua indikator
yaitu Price to Book Value (PBV) dan Price Earning Ratio (PER), yang
mana kedua indikator tersebut memiliki loadig factor di atas 0,50
yang menandakan kedua indikator tersebut dapat mewakili konstruk
variabel nilai perusahaan.
Untuk memastikan bahwa setiap konsep dari masing variabel laten
berbeda dengan variabel lainnya dapat dinilai dengan Discriminant
validity. Model mempunyai discriminant validity yang baik jika setiap
69
nilai loading dari setiap indikator sebuah variabel laten memiliki nilai
loading yang paling besar dibandingkan dengan nilai loading lain
terhadap variabel laten lainnya. Dari tabel di bawah dapat dilihat
bahwa semua nilai loading factor untuk setiap indikator dari masingmasing variabel laten memiliki nilai yang lebih besar jika
dibandingkan dengan variabel laten lainnya. Hasil pengujian
discriminant validity diperoleh sebagai berikut
Tabel 4.1
Nilai Discriminant Validity H1 (Cross Loading)
Dari tabel diatas terlihat bahwa setiap korelasi variabel dengan
indikatornya lebih tinggi dengan korelasi variabel dengan indikator
lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa variabel laten yaitu Kebijakan
Hutang memprediksi indikator pada blok ini lebih baik dibandingkan
dari indikator blok lainnya.
70
Disamping uji validitas konstruk, dilakukan juga uji reliabilitas
konstruk yang diukur dengan composite reliability dari blok indikator
yang mengukur konstruk. Konstruk dinyatakan reliable jika nilai
composite reliability di atas 0.70. Pada tabel di bawah akan disajikan
nilai Composite Reliability untuk variabel H1.
Tabel 4.2
Composite Reliability H1
Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat disimpulkan bahwa konstruk
memiliki reliabilitas yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan nilai
composite reliability di atas 0,70 sebagaimana kriteria yang
direkomendasikan.
2) Uji Outer Model Hipotesis 2
Gambar 4.1 berikut ini merupakan hasil estimasi
perhitungan
dengan menggunakan PLS untuk data hubungan kebijakan dividen
terhadap nilai perusahaan.
71
Gambar 4.5
Model Struktural dengan PLS untuk H2
Sumber: Pengolahan data dengan PLS, 2017
Dari gambar 4.5 di atas terlihat bahwa dua indikator variabel
kebijakan dividen yaitu indikator Dividend Payout Ratio (DPR) dan
Dividend Yield Ratio (DYR) memiliki loadig factor di atas 0,50 yang
menandakan kedua indikator tersebut dapat mewakili konstruk
variabel Kebijkaan Dividen dalam hal pengaruh terhadap variabel
laten ( Nilai Perusahaan).
Untuk memastikan bahwa setiap konsep dari masing variabel
laten berbeda dengan variabel lainnya dapat dinilai dengan
Discriminant validity. Model mempunyai discriminant validity yang
baik jika setiap nilai loading dari setiap indikator dari sebuah variabel
laten memiliki nilai loading yang paling besar dibandingkan dengan
nilai loading lain terhadap variabel laten lainnya. Hasil pengujian
discriminant validity diperoleh sebagai berikut:
72
Tabel 4.3
Nilai Discriminant Validity H2 (Cross Loading)
Dari tabel diatas terlihat bahwa setiap korelasi variabel dengan
indikatornya lebih tinggi dengan korelasi variabel dengan indikator
lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa variabel laten yaitu Kebijakan
Dividen memprediksi indikator pada blok ini lebih baik dibandingkan
dari indikator blok lainnya.
Disamping uji validitas konstruk, dilakukan juga uji reliabilitas
konstruk yang diukur dengan composite reliability dari blok indikator
yang mengukur konstruk. Konstruk dinyatakan reliable jika nilai
composite reliability di atas 0.70. Pada tabel di bawah akan disajikan
nilai Composite Reliability untuk variabel H2.
73
Tabel 4.4
Composite Reliability H2
Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat disimpulkan bahwa
konstruk memiliki reliabilitas yang baik. Hal ini ditunjukkan
dengan nilai composite reliability di atas 0,70 sebagaimana kriteria
yang direkomendasikan.
3) Uji Outer Model atau Measurement Hipotesis 3
Gambar 4.6 berikut ini merupakan hasil estimasi perhitungan
dengan
menggunakan PLS untuk data hubungan profitabilitas
terhadap nilai perusahaan.
Gambar 4.6
Model Struktural dengan PLS untuk H3
Sumber: Pengolahan data dengan PLS, 2017
Dari gambar 4.6 di atas terlihat bahwa tiga indikator variabel
kebijakan Profitabilitas yaitu indikator Return on Asset (ROA),
74
Return on Equity (ROE), dan Net Profit Margin (NPM) memiliki
loadig factor di atas 0,50 yang menandakan kedua indikator tersebut
dapat mewakili konstruk variabel profitabilitas dalam hal pengaruh
terhadap variabel laten ( Nilai Perusahaan).
Untuk memastikan bahwa setiap konsep dari masing variabel
laten berbeda dengan variabel lainnya dapat dinilai dengan
Discriminant validity. Model mempunyai discriminant validity yang
baik jika setiap nilai loading dari setiap indikator dari sebuah variabel
laten memiliki nilai loading yang paling besar dibandingkan dengan
nilai loading lain terhadap variabel laten lainnya. Hasil pengujian
discriminant validity diperoleh sebagai berikut:
Tabel 4.5
Nilai Discriminant Validity H3 (Cross Loading)
Dari tabel diatas terlihat bahwa setiap korelasi variabel dengan
indikatornya lebih tinggi dengan korelasi variabel dengan indikator
75
lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa variabel laten yaitu Profitabilitas
memprediksi indikator pada blok ini lebih baik dibandingkan dari
indikator blok lainnya.
Disamping uji validitas konstruk, dilakukan juga uji reliabilitas
konstruk yang diukur dengan composite reliability dari blok indikator
yang mengukur konstruk. Konstruk dinyatakan reliable jika nilai
composite reliability di atas 0.70. Pada tabel di bawah akan disajikan
nilai Composite Reliability untuk variabel H3.
Tabel 4.6
Composite Reliability H3
Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat disimpulkan bahwa
konstruk memiliki reliabilitas yang baik. Hal ini ditunjukkan
dengan nilai composite reliability di atas 0,70 sebagaimana kriteria
yang direkomendasikan.
b. Menilai Inner Model atau Structural Model
Pengujian inner model atau model struktural dilakukan untuk
melihat hubungan antara variabel, nilai signifikansi dan R-square dari
model penelitian. Penelitian model PLS dimulai dengan melihat R-
76
square untuk setiap variabel laten dependen. Perubahan nilai R-square
dapat digunakan untnuk menilai pengaruh variabel laten independen
tertentu terhadap variabel laten dependen apakah mempunyai pengaruh
yang subtantif. Tabel berikut in merupakan hasil estimasi R-square
dengan menggunakan SmartPLS.
Tabel 4.7
Nilai R-SQUARE
Sumber: Output SMartPLS, sig*5%
Tabel 4.7 Ini menunjukkan R-square kontruk Nilai Perusahaan
sebesar 0,395. Semakin tinggi nilai R-square, maka semakin besar
kemampuan variabel independen tersebut dapat menjelaskan variabel
dependen sehingga semakin baik persamaan struktural. Variabel nilai
perusahaan memiliki nilai R-square 0,395 yang berarti 39,5% variance
Kebijakan hutang, kebijakan dividen dan profitabilitas mampu
dijelaskan oleh variabel nilai perusahaan.
2. Hasil Pengujian Hipotesis
Signifikansi parameter yang diestimasi memberikan informasi
yang sangat berguna mengenai hubungan antara variabel-variabel
penelitian. Dasar yang digunakan dalam menguji hipotesis adalah nilai
yang terdapat pada output path coefficient. Signifikansi pengaruh antar
77
variabel didapat dengan melihat nilai koefisien parameter dan nilai
signifikansi T statistik.
Dalam PLS pengujian secara statistik setiap hubungan yang
dihipotesiskan dilakukan dengan menggunakan simulasi. Dalam hal ini
dilakukan metode bootstrap terhadap sampel. Pengujian dengan bootstrap
juga dimaksudkan untuk meminimalkan masalah ketidak normalan data
penelitian.
Dari hasil uji path coefficient pada tabel di atas didapat hasil untuk
pengujian hipotesis. Tabel 4.9 di bawah memberikan output estimasi untuk
pengujian model struktural.
Tabel 4.8
Result For Path Coefficient
Hipotesis
Variabel
Original
Sample
T-Statistik
P-Value
Kesimpulan
Ha1
KH
NP
0.140
0.591
0.555
Ditolak
Ha2
KD
NP
0.386
2.044*
0.041
Diterima
NP
0.475
2.111*
0.035
Diterima
Ha3
Prof
Ha4
KH*Prof
NP
-0.148
0.825
0.410
Ditolak
Ha5
KD*Prof
NP
-0.151
0.322
0.740
Ditolak
Sumber: Output SMartPLS, sig*5%
Tabel diatas menunjukkan bahwa pengaruh KH (kebijakan hutang)
terhadap NP (nilai perusahaan) sebesar 0.140 dan tidak signifikan pada
0.05 (0.555<1.96) dan P-value 0.555>0.05. Pengaruh KD (kebijakan
dividen) terhadap NP (nilai perusahaan) sebesar 0.386 dan signifikan pada
0.05 (2.044>1.96) dan P-value 0.041<0.05. Pengaruh Profitabilitas
78
terhadap NP (nilai perusahaan) sebesar -0.148 dan signifikan pada 0.05
(2.111<1.96) dan P-value 0.035<0.05. Pengaruh KH (kebijakan hutang)
dengan Profitabilitas terhadap NP (nilai perusahaan) sebesar 0.509 dan
tidak signifikan pada 0.05 (0.825<1.96) dan P-value 0.410>0.05. Pengaruh
KD (kebijkan dividen) dengan Profitabilitas terhadap NP (nilai perusahan)
sebesar -0.080 dan tidak signifikan pada 0.05 (0.322<1.96) dan P-value
0.740>0.05.
a. Hipotesis 1 (Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan)
Hipotesis pertama (Ha1) menyatakan bahwa kebijakan hutang
berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hasil uji terhadap
koefisien parameter antara kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan
menunjukkan adanya pengaruh positif sebesar 0.140 dengan nilai tstatistik sebesar 0.591 signifikan pada 0.05. Nilai t-statistik tersebut
lebih kecil dari 1.96, dan atau p-value sebesar 0.555 lebih besar dari
0.05, dengan demikian hipotesis pertama (Ha1) tidak dapat diterima
atau ditolak.
Hasil
pengujian
hipotesis
pertama
membuktikan
bahwa
kebijakan hutang yang diukur dengan Debt to Asset Ratio (DAR) dan
Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) tidak berpengaruh terhadap
nilai perusahaan yang diproksikan dengan Price to Book Value (PBV)
dan Price Earnings Ratio (PER) pada periode 2014-2016. Pembuktian
ini tidak berhasil membuktikan bahwa kebijakan hutang tidak dapat
mempengaruhi tinggi-rendahnya nilai perusahaan. Hal ini sesuai
79
dengan teori Modigliani dan Miller (MM), yang menyatakan bahwa
struktur modal tidak memengaruhi biaya modal perusahaan dan juga
tidak memengaruhi nilai perusahaan.
Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan
oleh Herawati (2013) yang menyatakan bahwa kebijakan hutang tidak
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, begitu juga
penelitian yang dilakukan oleh Martikarini (2014) yang menyatakan
bahwa kebijakan hutang tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai
perusahaan. Tetapi, hasil penelitian ini tidak konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Mulianti (2010) yang membuktikan
bahwa kebijakan hutang berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai
perusahaan. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Nainggolan
dan Listiadi (2014) yang menyatakan bahwa kebijakan hutang
berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan.
b. Hipotesis 2 (Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan)
Hipotesis
kedua
menyatakan
bahwa
kebijakan
dividen
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil uji terhadap koefisien
parameter antara kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan
menunjukkan adanya pengaruh positif sebesar 0.386 dengan nilai tstatistik 2.044 dan signifikan pada 0.05. Nilai statistik tersebut diatas
1.96, dan P-value 0.041 lebih kecil dari 0.05, dengan demikian
hipotesis kedua (Ha2) dapat diterima.
80
Hasil pengujian hipotesis kedua membuktikan bahwa kebijakan
dividen yang diukur dengan Devidend Payout Ratio (DPR) dan
Dividend Yield Ratio (DYR) berpengaruh positif signifikan terhadap
nilai perusahaan yang diproksikan dengan Price Book to Value (PBV)
Price Earnings Ratio (PER) pada periode 2014-2016. Pembuktian ini
berhasil mendukung teori Bird In-the-Hand, yang menyatakan bahwa
kebijakan dividen mempunyai pengaruh positif terhadap harga pasar
saham. Artinya, semakin besar jumlah dividen yang dibagikan oleh
suatu perusahaan, semakin tinggi pula harga pasar saham perusahaan
yang bersangkutan begitupun sebaliknya. Hal ini terjadi karena
pembagian dividen dapat mengurangi ketidakpastian yang dihadapi
investor.
Hasil ini sesuai dengan penelitian Fenandar (2012) yang
membuktikan bahwa kebijakan dividen berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan, begitu juga penelitian oleh
Martikarini (2014) yang menyatakan bahwa kebijakan dividen
berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Tetapi hasil
penelitian ini berbeda dengan Mayangsari et al., (2015), yang
membuktikan bahwa kebijakan dividen berpengaruh secara negatif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan, begitu juga dengan penelitian
Sofyanigsih dan Hardaningsih (2011) yang menunjukkan bahwa
kebijakan dividen terbukti tidak mempengaruhi nilai perusahaan.
81
c. Hipotesis 3 (Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan)
Hipotesis
ketiga
(Ha3)
menyatakan
bahwa
profitabilitas
berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil uji terhadap koefisien
parameter antara profitabilitas terhadap nilai perusahaan menunjukkan
pengaruh sebesar 0.475 dengan nilai t-statistik sebesar 2.111 signifikan
pada 0.05 Nilai t-statistik tersebut di bawah 1.96 dan P-value 0.035
lebih kecil dari 0.05, dengan demikian hipotesis ketiga (Ha3) dapat
diterima.
Hasil
pengujian
hipotesis
ketiga
membuktikan
bahwa
profitabilitas yang diukur dengan Net Profit Margin (NPM), Return on
Asset
(ROA) dan Return on Equity (ROE) berpengaruh positif
signifikan terhadap nilai perusahaan yang diproksikan dengan Price to
Book Value (PBV) dan Price Earnings Ratio (PER) pada periode
2014-2016, yang berarti bahwa semakin tinggi profitabilitas maka
semakin tinggi nilai perusahaan, begitu pula sebaliknya semakin
rendah profitabilitas maka semakin rendah pula nilai perusahaan.
Pembuktian ini membuktikan teori apabila perusahaan yang memiliki
profit yang tinggi maka harga sahamnya tinggi atau nilai perusahaan
tinggi. Profit yang tinggi akan memberikan indikasi prospek
perusahaan yang baik sehingga dapat memicu investor untuk ikut
meningkatkan permintaan saham. Selanjutnya dengan permintaan
saham yang meningkat akan menyebabkan nilai perusahaan akan
meningkat.
82
Hasil ini sesuai dengan penelitian Pratama dan Wiksuana (2016)
yang membuktikan bahwa profitabilitas berpengaruh positif dan
signifikan terhadap nilai perusahaan, begitu juga penelitian yang
dilakukan oleh Wahyudi dkk., (2016) yang menunujukaan bahwa
profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan secara positif.
Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Herawati (2012) yang
membuktikan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif signifikan
terhadap nilai perusahaan.
d. Hipotesis 4 (Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan
dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderasi)
Hasil uji terhadap koefisien parameter antara kebijakan hutang
dengan profitabilitas terhadap nilai perusahaan menunjukkan pengaruh
negatif sebesar -0.148 dengan nilai t-statistik sebesar 0.825 dan tidak
signifikan pada 0.05. Nilai t-statistik tersebut di bawah 1.96, dan pvalue sebesar 0.410 lebih besar dari 0.05, dengan demikian maka
hipotesis keempat (Ha4) tidak dapat diterima atau ditolak.
Hasil pengujian hipotesis kelima membuktikan bahwa kebijakan
dividen yang diukur dengan Dividend Payout Ratio (DPR) dan
Dividend Yield Ratio (DYR) dengan profitabilitas yang diukur dengan
Return on Asset (ROA), Retun on Equity (ROE) dan Net Profit Margin
(NPM) tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diukur
dengan Price to Book Value (PBV) dan Price Earnings Ratio (PER)
pada period 2014-2016. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan
83
kebijakan hutang tidak dapat meningkatkan nilai perusahaan pada saat
profitabilitas tinggi, dan sebaliknya kebijakan hutang tidak dapat
menurunkan nilai perusahaan pada saat profitabilitas rendah.
Pembuktian ini tidak berhasil membuktikan bahwa kebijakan
hutang dengan profitabilitas dapat memperkuat pengaruh terhadap
tinggi-rendahnya nilai perusahaan. Dengan kata lain, profitabilitas
sebagai variabel moderasi dinyatakan tidak dapat memperkuat
hubungan antara kebijakan dividen dengan nilai perusahaan.
e. Hipotesis 5 (Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan
dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderasi)
Hipotesis kelima (Ha5) menyatakan bahwa kebijakan dividen
dengan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan.
Hasil uji terhadap koefisien parameter antara
kebijakan dividen
dengan profitabilitas terhadap nilai perusahaan menunjukkan pengaruh
negatif sebesar -0.151 dengan nilai t-statistik sebesar 0.332 tidak
signifikan pada 0.05. Nilai t-statistik tersebut dibawah 1.96 dan pvalue sebesar 0.740, dengan demikian maka hipotesis keempat (Ha5)
tidak dapat diterima atau ditolak.
Hasil pengujian hipotesis kelima membuktikan bahwa kebijakan
dividen yang diukur dengan Dividend Payout Ratio (DPR) dan
Dividend Yield Ratio (DYR) dengan profitabilitas yang diukur dengan
Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE) dan Net Profit
Margin (NPM) tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang
84
diukur dengan Price to Book Value (PBV) dan Price Earnings Ratio
(PER) pada period 2014-2016. Pembuktian ini tidak berhasil
membuktikan bahwa kebijakan dividen dengan profitabilitas dapat
memperkuat pengaruh terhadap tinggi-rendahnya nilai perusahaan.
Dengan kata lain, profitabilitas sebagai variabel moderasi dinyatakan
tidak dapat memperkuat hubungan antara kebijakan dividen dengan
nilai perusahaan.
85
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kebijakan
hutang dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas
sebagai variabel moderasi. Sampel penelitian ini adalah perusahaan properti
dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indoesia (BEI) periode 2014
sampai dengan tahun 2016. Total sampel yang digunakan sebanyak 13
perusahaan dengan 39 data perusahaan selama 3 tahun. Berdasarkan hasil
analisa dan pembahasan pada bab sebelumnya diperoleh beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Hasil pengujian hipotesis pertama membuktikan bahwa kebijakan hutang
yang diproksikan dengan Debt to Asset Ratio (DAR) dan Long Term Debt
to Equity Ratio (LTDER) tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan
yang diproksikan dengan Price to Book Value (PBV) dan Price Earning
Ratio (PER).
2. Hasil pengujian hipotesis kedua membuktikan bahwa kebijakan dividen
yang diproksikan dengan Dividend Payout Ratio (DPR) dan Dividend
Yield Ratio (DYR) berpengaruh positif signifikan terhadap nilai
perusahaan yang diproksikan dengan Price to Book Value (PBV) dan
Price Earning Ratio (PER).
3. Hasil pengujian hipotesis ketiga membuktikan bahwa profitabilitas yang
diproksikan dengan Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE) dan
86
Net Profit Margin (NPM) berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang
diproksikan dengan Price to Book Value (PBV) dan Price Earning Ratio
(PER).
4. Hasil pengujian hipotesis keempat membuktikan bahwa profitabilitas yang
diproksikan dengan Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE) dan
Net Profit Margin (NPM) tidak mampu memperkuat hubungan antara
kebijakan hutang yang diproksikan dengan Debt to Asset Ratio (DAR) dan
Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) terhadap nilai perusahaan yang
diproksikan dengan Price to Book Value (PBV) dan Price Earning Ratio
(PER).
5. Hasil pengujian hipotesis kelima membuktikan bahwa profitabilitas yang
diproksikan Return on Assets (ROA) Return on Equity (ROE) dan Net
Profit Margin (NPM) tidak mampu memperkuat hubungan antara
kebijakan dividen yang diproksikan dengan Dividend Payout Ratio (DPR)
dan Dividend Yield Ratio (DYR) terhadap nilai perusahaan yang
diproksikan dengan Price to Book Value (PBV) dan Price Earning Ratio
(PER).
B.
Saran
Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian diatas,
saran untuk penelitian selanjtnya yaitu:
1. Bagi investor, sebaiknya memperhatikan kebijakan suatu perusahaan,
seperti kebijakan hutang dan kebijakan dividen, sehingga dapat
mencapai tujuan investasi yang diinginkan.
87
2. Bagi penelitian selanjutnya.
a. Penggunaan variable-variabel lain yang kemungkinan bias menjadi
factor yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan ukuran
perusahaan,
kepemikan
manajemen,
Corporate
Social
Responsibility (CSR) dan lain sebagainya.
b. Menggunakan proksi lainnya dalam mengukur nilai perusahaan,
seperti, Market-to-Book Ratio, dan lain sebagainya.
c. Penelitian selanjutnya dapat menambah sampel penelitian dengan
memasukkan industry-industri lainnya yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia ssehingga hasil penelitian dapat lebih representative.
d. Penelitian selanjutnya dapat menambah periode penelitian dengan
menggunakan waktu tahun yang lebih panjang sehingga total
observasi yang diperolah lebih banyak.
88
DAFTAR PUSTAKA
Abor, Joshua. (2007). “Debt Policy and Performance of SMEs Evidence
from Ghanaian and South African Firms”. The Journal of Risk
Finance, Vol. 8 No. 4 pp. 364-379
Alfredo Mahendra Dj, Luh Gede Sri Artini, dan A.A Gede Suarjana,
“Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan pada
Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal
Manajemen, Strategi Bisnis, dan Kewirausahaan. Vol. 6 No.2, 2012,
131.
Brealey, R.A dan Myers, S.C. dan Marcus A..J. (2010). Dasar – dasar
Manajemen Keuangan Perusahaan. 5. Jakarta: Erlangga.
Brigham, Eugene F dan Houston. 2010. Dasar-dasar Manjemen
Keuangan. Salemba Empat: Jakarta.
Chang Cheng, Ming dan Ching Tzen, Zuwei. (2011). “The Effect of
Leverage on Firm Value and How The Firm Financial Quality
Influence on This Effect”. World Journal of Management. Vol. 3 (2).
30-53
Che Ahmad, Nosakhare Peter Osazuwa Ayoib. (2016). “The moderating
effect of profitability and leverage on the relationship between ecoefficiency and firm value in publicly traded Malaysian firms". Social
Responsibility Journal, Vol. 12 Iss 2
Chowdhury, Anup & Chowdury, Suman Paul. (2010). “Impact of Capital
Structure on Firm’s Value: Evidence from Bangladesh”. Business
and Economic Horizons, Vol. 3 pp. 111-122.
Christiawan, Y.J. dan Tarigan, J. (2007). “Kebijakan Hutang, Kinerja, dan
Nilai Perusahaan”. Jurnal Ekonomi Akuntansi. Vol. 9 (1). 1-8.
Fenandar, Gany Fenandar. (2012). “Pengaruh Keutusan Investasi,
Keputusan Pendanaan, dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai
Perusahaan”. Universitas Diponegoro, Semarang. 2012.
Gozhali, Imam. Latan, Hengky. “Partial Least Square : Konsep, Teknik
dan Aplikasi menggunakan Program SmartPLS 3.0 untuk Penelitian
Empiris”. Semarang : Undip. 2015
Hanafi, Mamduh M.2004. Manajemen Keuangan. Edisi 1. Yogyakarta:
BPFE.
89
Hardianto, Muhammad Luthfi. 2013. “Analisis Pengaruh Kinerja
Keuangan terhadap Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan CSR
dan GCG sebagai Variabel Pemoderasi”. Semarang.
Herawati, Titin. (2012). “Pengaruh Kebijakan Deviden, Kebijakan
Hutang, dan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan”. Jurnal.2012.
Husnan, Suad . 2001. Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas.
AMPYKPN: Yogyakarta.
Husnan, Suad, Dr. 2000. Manajemen Keuangan Teori dan Terapan.
Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta
Husnan, Suad. 2008. Manajemen Keuangan. BFPE: Yogyakarta.
Kasmir, 2008. Analisis Laporan Keuangan. PT Raja Grafindo Persada:
Jakarta.
Keown, Arthur et al. 2010. Dasar-dasar Manajemen. Buku Dua Edisi
Pertama. Jakarta: Salemba Empat.
Kodrat, David Sukardi dan Herdinata, Christian. (2009). Manajemen
Keuangan based on Empirical Research. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Mahendra, Dj.A dan Sri-Artini, L.G dan Suarjaya-Gege, A.A. (2012).
“Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Pada
Perusahaan Manufaktur di BEI”. Jurnal Manajemen, Strtegi Bisnis,
dan Kewirausahaan. Vol. 6 (2). 130-138
Martikarini, Nani. “Pengaruh Profitabilitas, Kebijakan Hutang dan
Dividen terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di
Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011”. E-journal Universitas
Gunadarma, Depok. 2014.
Mayangsari, Anggi Septia dkk. (2015). “Analisis Kebijakan Dividen,
Kebijakan Hutang dan Nilai Perusahaan pada Perusahaan Sektor
Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2009-2013”. Artikel Ilmiah Mahasiswa.
Mulianti, Fitri Mega (2010). “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi
Kebijakan Hutang dan Pengaruhnya terhadap Nilai Perusahaan”.
Tesis
90
Nainggolan, Subarman dan Listiadi, Agung. (2014). “Pengaruh Kebijakan
Hutang terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Deviden
Sebagai Variabel Moderasi”. Jurnal Ilmu Manajemen. Vol. 2 (3),
868-879.
Nofrita, Ria. (2013). “Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai
Perusahaann dengan Kebijakan Dividen sebagai Variabel
Intervening”. E-Jurnal UNP
Nurjanati, Ratri dan Rodoni, Ahmad. “Pengaruh Asimetri Informasi dan
Tingkat Disclousure terhadap Biaya Ekuitas dengan Kepemilikan
Manajerial sebagai Variabel Moderating”. Jurnal Bisnis dan
Manajemen. Vol. 5, No. 2.
Pratama, Bagus Angga dan Wiksuana, Bagus. (2016). “Pengaruh Ukuran
Perusahaan dan Leverage terhadap Nilai Perusahaan dengan
Profitabilitas sebagai Variabel Mediasi”. E-Jurnal Manajemen
Unud. Vol. 3 No. 2 ISSN: 2302-8912
Paranita, Ekayana Sangkasari. (2007). “Analisis Pengaruh Insider
Ownership, Kebijakan Utang, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan
terhadap Nilai Perusahaan”. ASET. Volume. 9 No. 2. Agustus
Prempeh, K B, Asare, E N, & Sekyere, A McBright. (2016). “The Effect of
Debt Policy on Firms Performance: Empirical Evidence from Listed
Manufacturing Companies on The Ghana Stock Exchange”. MPRA
Paper No. 75200, posted 24 November 2016 21:42 UTC
Purwanta Suta, I Wayan dkk. (2016). “Pengaruh Kebijakan Utang pada
Nilai Perusahaan dengan Kepemilikan Institusional sebagai
Variabel Moderasi”. Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan. Vol. 12, No.
3.
Rustendi, T. dan Jimmi, F. (2008). “Pengaruh Hutang dan Kepemilikan
Manajerial Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan
Manufaktur”. Jurnal Akuntansi. Vol. 3 (1). ISSN: 1907-9958. 411422.
Sofyaningsih, S dan Hardaningsih, P (2011). “Struktur Kepemilikan,
Kebijakan Dividen, Kebijakan Utang dan Nilai Perusahaan”. Jurnal
Dinamika Keuangan dan Perbankan. Vol. 3, No. 1. ISSN: 19794878.
91
Sudana, I Made. (2011). Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta:
Erlangga.
Tandelilin, Enduardus. (2007). Analisis Investasi dan Manejemen.
Portofolio (Edisi Pertama, Cetakan Kedua). Yogyakarta: BPFE.
Wahyudi, Henri Dwi dkk. (2016). “Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Kebijakan Dviden dan Keputusan Investasi terhadap
Nilai Perusahaan”. Volume. 1 No. 2 Desember 2016 : 156-164
Weston J. Fred dan Coopeland E. Thomas. 2014. Manajemen Keuangan.
Edisi Sembilan. Jakarta: Binarupa Aksara.
92
LAMPIRAN-LAMPIRAN
93
LAMPIRAN 1: Data Sampel Perusahaan
Daftar Perusasaan Properti dan Real EstateTahun 2014-2016
yang Menjadi Objek Penelitian
No
Nama Perusahaan
1.
Agung Podomoro Land Tbk. (APLN)
2.
Alam Sutera Realty Tbk. (ASRI)
3.
Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk. (BEST)
4.
Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE)
5.
Ciputra Development Tbk. (CTRA)
6.
Duta Anggada Realty Tbk. (DART)
7.
Kawasan Industri Jababeka Tbk. (KIJA)
8.
Megapolitan Development Tbk. (EMDE)
9.
Metropolitan Land Tbk. (MTLA)
10.
Moderland Realty Tbk. (MDLN)
11.
Pakuwon Jati Tbk (PWON)
12.
Perdana Gapura Prima Tbk. (GPRA)
13.
Plaza Indonesia Realty Tbk. (PLIN)
Sumber: Fact Book BEI Tahun 2011-2016
94
Lampiran 2: Daftar Rincian Data Perusahaan
Hasil Olah Debt to Asset Ratio (DAR) dan Long Term Debt to Equity Ratio
(LTDR)
Kebijakan Hutang
No
Kode
2014
2015
2016
DAR
LTDR
DAR
LTDR
DAR
LTDR
1
APLN
0.36
8.67
0.19
1.98
0.18
2.39
2
ASRI
0.38
1.17
0.23
4.54
0.02
3.01
3
BEST
0.78
6.15
0.10
2.71
0.04
3.01
4
BSDE
0.65
5.21
0.13
3.67
0.05
1.86
5
CTRA
0.50
9.67
0.12
3.28
0.14
2.74
6
DART
0.64
5.52
0.49
3.37
0.002
0.02
7
EMDE
0.51
6.57
0.06
1.93
0.10
1.05
8
KIJA
0.55
2.93
0.52
0.15
1.54
3.69
9
MTLA
0.62
1.18
0.16
2.89
0.90
1.14
10
MDLN
0.51
4.47
0.17
2.09
0.30
7.95
11
GPRA
0.58
2.74
0.12
3.88
0.49
0.06
12
PLIN
0.52
5.84
0.91
5.46
0.20
0.01
13
PWON
0.49
8.17
0.19
1.19
4.03
0.08
95
Hasil Olah Data Dividend Payout Ratio (DPR) dan Dividend Yield Ratio (DYR)
Kebijakan Dividen
No
Kode
2014
2015
2016
DPR
DYR
DPR
DYR
DPR
DYR
1
APLN
0.15
0.02
0.19
0.04
0.18
0.02
2
ASRI
0.13
0.01
0.23
0.02
0.02
0.02
3
BEST
2.37
0.13
0.10
0.01
0.04
0.05
4
BSDE
0.07
0.01
0.13
0.01
0.05
0.03
5
CTRA
3.12
0.20
0.12
0.01
0.14
0.01
6
DART
0.22
0.04
0.49
0.07
0.002
0.0003
7
EMDE
0.08
0.01
0.06
0.01
0.10
0.01
8
KIJA
0.11
0.01
0.52
0.03
1.54
0.11
9
MTLA
0.18
0.01
0.16
0.02
0.90
0.01
10
MDLN
0.09
0.01
0.17
0.03
0.30
0.04
11
GPRA
0.10
0.01
0.12
0.01
0.49
0.03
12
PLIN
0.42
0.01
0.91
0.02
0.20
0.01
13
PWON
0.18
0.003
0.19
0.03
4.03
0.08
96
Hasil Olah Data Return on Asets (ROA), Return on Equity (ROE) dan Net Profit
Margin (NPM)
Kinerja Keuangan
No
Kode
2014
2015
2016
ROA
ROE
NPM
ROA
ROE NPM
ROA
ROE NPM
1
APLN
0.045
0.29
0.185
0.046
0.07
0.187
0.037
0.08
0.16
2
ASRI
0.18
0.13
0.32
0.1
0.11
0.25
0.03
0.09
0.19
3
BEST
0.11
0.18
0.47
0.05
0.15
0.31
0.06
0.05
0.41
4
BSDE
0.142
0.14
0.68
0.065
0.05
0.345
0.053
0.10
0.275
5
CTRA
0.051
0.22
0.209
0.041
0.09
0.171
0.03
0.08
0.128
6
DART
0.08
0.17
0.254
0.03
0.07
0.211
0.03
0.13
0.317
7
EMDE
0.038
0.13
0.145
0.051
0.11
0.188
0.048
0.05
0.198
8
KIJA
0.085
0.08
0.14
0.07
0.08
0.11
0.04
0.32
0.15
9
MTLA
0.095
0.09
0.277
0.066
0.12
0.220
0.081
0.16
0.277
10
MDLN
0.068
0.15
0.249
0.061
0.18
0.295
0.035
0.15
0.203
11
GPRA
0.061
0.41
0.163
0.046
0.10
0.175
0.03
0.10
0.109
12
PLIN
0.071
0.13
0.437
0.06
0.07
0.170
0.158
0.23
0.236
13
PWON
0.15
0,.10
0.671
0.061
0.10
0.303
0.086
0.13
0.368
97
Hasil Olah Data Equity to Asset Ratio (EAR) dan Price Earning Ratio (PER)
Nilai Perusahaan
No
Kode
2014
2015
2016
PBV
PER
PBV
PER
PBV
PER
1
APLN
3.17
8.06
0.75
5.06
0.34
10.24
2
ASRI
0.81
10.03
0.75
11.30
0.72
13.60
3
BEST
1.73
17.99
1.02
13.40
1.39
7.29
4
BSDE
2.47
8.55
0.93
16.01
1.71
18.81
5
CTRA
1.08
15.76
1.57
17.38
0.31
23.84
6
DART
1.66
5.23
1.72
7.37
0.68
5.91
7
EMDE
0.66
10.23
0.38
8.06
0.92
7.17
8
KIJA
0.76
15.02
0.73
15.07
1.54
13.82
9
MTLA
1.28
13.85
1.03
7.63
1.08
9.99
10
MDLN
1.66
9.23
0.74
6.70
0.72
8.55
11
GPRA
1.44
8.08
0.09
8.11
7.53
16.81
12
PLIN
5.62
37.44
2.53
52.16
2.47
23.36
13
PWON
2.99
63.66
0.04
72.73
4.03
50.09
98
Lampiran 3: Hasil Perhitungan dengan SmartPLS 3.0.M3
Diagram Jalur disertai Nilai Loading Factor
Keterangan:
DAR
: Debt to Asset Ratio
DER
: Debt to Equity Ratio
EAR
: Equity to Asset Ratio
LTDR : Long Term to Debt Ratio
TIER
: Times Interest Earned Ratio
DPR
: Dividend Payout Ratio
DYR
: Dividend Yield Ratio
NPM : Net Profit Margin
ROA : Return on Assets
ROE : Return on Equity
PBV
: Price to Book Value
PER
: Price Earning Ratio
99
Diagram Jalur disertai Nilai Loading Factor Setelah Eliminasi
Indikator TobinsQ
Diagram Jalur disertai Nilai Loading Factor Setelah Eliminasi
Indikator DER, EAR, TIER.
100
Diagram Jalur dengan Efek Moderasi
Cross Loading
101
Reliability dan Validity
R-Squared
Path Coefficients
102
Download