PENGARUH KEBIJAKAN HUTANG DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN PROFITABILITAS SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi Empiris pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2016) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh : Luluk Maslukhah NIM : 11130810000018 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H / 2017 PENGARUH KEBIJAKAN HUTANG DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN PROFITABILITAS SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi Empiris pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2016) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi Oleh : Luluk Maslukhah NIM : 11130810000018 Di Bawah Bimbingan Pembimbing I Dr. Taridi Kasbi Ridho, MBA NIDN : 2004 1070 02 JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H / 2017 M iii iv v DAFTAR RIWAYAT HIDUP I. IDENTITAS PRIBADI 1. Nama Lengkap : Luluk Maslukhah 2. Tempat, tanggal lahir : Lamongan, 18 Januari 1995 3. Alamat : Desa Keben RT 006/001 Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan 62242 II. 4. Telepon : 087862249400 5. Email : [email protected] PENDIDIKAN FORMAL 1. TK. Munawarotul Ulum : Tahun 2005-2007 2. MTS. Mambaus Sholihin : Tahun 2007-2010 3. MAN. Tambakberas Jombang : Tahun 2010-2013 4. S1 Manajemen UIN Syarif Hidayatullah Jakarta : Tahun 2013-2017 III. PENDIDIKAN NON FORMAL 1. Pelatihan analisis Teknikal dan Fundamental oleh Kresna Security pada tahun 2015. 2. Pelatihan Bisnis oleh Kementrian Koperasi dan UMKM pada tahun 2015. 3. Pelatihan Tilawah al-Quran di Pondok Pesantren al-Quran Baitul Qurro Jakarta pada tahun 2013-2017. IV. PENGHARGAAN 1. Juara 1 Lomba Bisnis Plan di Kementrian Koperasi dan UMKM tahun 2015. 2. Schoolarship dari Bank Indonesia tahun 2014-2017. vi V. PENGALAMAN ORGANISASI 1. Divisi Pengembangan Sumber Daya Manusia (PSDM) Laboratorium Pasar Modal FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2013-2014. 2. Divisi Keuangan Kantin Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2014-2015. 3. Koordinator Analisis Data dan Trading Laboratorium Pasar Modal FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2014-2015. 4. Pengawas Analisis Data dan Trading Galeri Investasi FEB UIN Syarif Hidayatullah Jakarta periode 2015-2016. 5. Sekretaris Pondok Pesantren al-Quran Baitul Qurro Jakarta periode 2014-2015. 6. Divisi Keamanan Pondok Pesantren al-Quran Baitul Qurro Jakarta periode 2015-2016. 7. Generasi Baru Bank Indonesia (GenBI) periode 2014-2017. VI. LATAR BELAKANG KELUARGA 1. Ayah : Drs. H. Masyhadi, SE., M.Si 2. Ibu : Hj. Umaiyah 3. Alamat : Desa Keben RT 006/001 Kecamatan Turi Kabupaten Lamongan 62242 vii THE INFLUENCE OF DEBT POLICY AND DIVIDEND POLICY TO FIRM VALUE WITH PROFTABILITAS AS MODERATING VARIABEL (Study on Property and Real Estate Companies listed in the Indonesian Stock Exchange During Years 2014-2016) ABSTRACT The study aimed to: (1) analyze debt policy to firm value, (2) to analyze dividend policy to firm value, (3) to analyze profitability to firm value, (3) to analyze the influence profitability to debt policy and firm value, (4) to analyze the influence profitabilityl to dividend policy and firm value. The sample selection method used purposive sampling method. The type of data used in this research was secondary data in the form of annual reports and financial statements of the company. Hypothesis in this research were tasted by Partial Least Square (PLS) with SmartPLS version 3.0.M3. Result of research study indicate that: (1) debt policy does not influences to firm value, (2) dividend policy influences to firm value, (3) profitability influences to firm value, (4) profitability as moderating variable has not influnce powefull in influencing the relationship between debt policy and firm value, (5),profitability as moderating variable has not influence powerfull in nfluencing the relationship between dividend policy and firm value. Keyword: Debt policy, dividend policy, profitability, firm value, Debt to Asset Ratio (DAR), Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER), Dividend Payout Ratio (DPR), Dividend Yield Ratio (DYR), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Price to Book Value (PBV), Price Earning Ratio (PER), Partial Least Square (PLS). viii PENGARUH KEBIJAKAN HUTANG DAN KEBIJAKAN DIVIDEN TERHADAP NILAI PERUSAHAAN DENGAN PROFITABILITAS SEBAGAI VARIABEL MODERASI (Studi Empiris pada Perusahaan Properti dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2014-2016) ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis pengaruh kebijakan hutang tehadap nilai perusahaan, (2) menganalisis pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan, (3) menganalisis pengaruh profitabilitas terhadap nilai perusahaan, (4) pengaruh profitabilitas terhadap hubungan antara kebijakan hutang dan nilai perusahaan, (5) pengaruh profitabilitas terhadap hubungan antara kebijakan dividen dan nilai perusahaan. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder berupa laporan tahunan dan laporan keuangan perusahaan. Pengujian hipotesis pada penelitian ini menggunakan Partial Least Square (PLS) degan bantuan software SmartPLS versi 3.0.M.3. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa (1) kebijakan hutang tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, (2) kebijakan dividen berpengaruh terhadap nilai perusahaan, (3) profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan, (4) profitabilitas sebagai variabel moderasi tidak mampu memperkuat hubungan antara kebijakan hutang dengan nilai perusahaan, (5) profitabilitas sebagai variabel moderasi tidak mampu memperkuat hubungan antara kebijakan dividen dengan nilai perusahaan. Kata kunci: Kebijakan hutang, kebijakan dividen, profitabilitas, nilai perusahaan, Debt to Asset Ratio (DAR), Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER), Dividend Payout Ratio (DPR), Dividend Yield Ratio (DYR), Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE), Net Profit Margin (NPM), Price to Book Value (PBV), Price Earning Ratio (PER), Partial Least Square (PLS). ix KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengaruh Kebijakan Hutang dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderasi dengan baik. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penyusunan skipsi ini tidak lepas dari bimbingan, bantuan, dan dorongan dari berbagai pihak. Penulis menyadari bahwa bimbingan, bantuan, dan dorongantersebut sangat berarti dalam penulisan skripsi ini. Sehubungan dengan hal tersebut diatas penulis menyampaikan hormat dan terima kasih kepada : 1. Allah SWT atas ridho dan anugrah-Nya kepada penulis. 2. Kepada orang tua, Drs. H. Masyhadi SE., M.Si dan Hj. Umaiyah yang dengan ikhlas memberikan dukungan dengan kasih sayang selalu mencurahkan perhatian, cinta, nasihat, serta dukungan moril maupun materil serta doa tiada henti kepada penulis. 3. Dr. Arif Mufraini, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Titi Dewi Warninda SE., M.Si selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Dr. Taridi Kasbi Ridho, MBA selaku dosen penasihat akademik sekaligus dosen pembimbing dalam kepenulisan tugas akhir ini. Terima kasih telah banyak memberikan arahan selama perkuliahan dan atas waktu, bimbingan, dan arahan selama proses penyusunan skripsi ini sampai terlaksananya sidang skripsi. 6. Kepada Bank Indonesia yang telah telah mensupport penulis dengan beasiswa yang diberikan kepada penulis dapat menyelesaikan pendidikan Sarjana (S1). x 7. Kawan-kawan dan keluarga besar Generasi Baru Bank Indonesia (GenBI) yang telah menginspirasi dan memberi dukungan hingga akhir menjalani perkuliahan di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 8. Kawan-kawan Galeri Investasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UIN Syarif Hidayatullh Jakarta yang telah memberi dukungan penulis selama masa perkuliahan dan proses penulisan tugas akhir ini. 9. Teman-teman Koperasi Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan pengalaman dalam bidang organisasi, manajemen, serta pengetahuan lainnya. 10. Teman-teman Koperasi Mahasiswa, terimakasih atas pengalaman dan pembelajaran selama berorganisasi. 11. Sahabat-sahabat Galeri Investasi, teman organisasi rasa keluarga, terimakasih atas pengalaman dan pembelajarannya selama berorganisasi. 12. Teman-teman manajemen 2013, teman seperjuangan selama empat tahun menuntut ilmu dikampus. Semoga kita semua dipermudah oleh Allah AWT dalam menggapai cita-cita. 13. Sahabat-sahabat semenjak mahasiswa baru Maya, Icha, Resty, Tia, Evi, Dian. Teman bermain, bercanda, ada disaat suka dan duka. Semoga pertemanan kita selalu tetap terjaga selamanya. 14. Sahabat-sahabat seperjuangan Kumi, Icha, Desy, Gita, Tia Martha, Tika, Irma, Muti. Teman bermain, bercanda, ada disaat suka dan duka. Semoga pertemanan kita selalu tetap terjaga selamanya. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari berbagai pihak. Semoga skripsi ini mampu memberikan banyak manfaat bagi masyarakat dan dapat dijadikan sebagai bahan referensi terutama bagi penelitian yang sejenis. Jakarta, 09 Juli 2017 Luluk Maslukhah NIM. 1113081000018 xi DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF……………….……………..............iii LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI……………….……………..................................iv LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH.................................x DAFTAR RIWAYAT HIDUP……………………………………………....................................................vi ABSTRACT…………………..……………………………….………..…..................................................................viii ABSTRAK…………………………………………………………………...……..............................................................ix KATA PENGANTAR……………………….….……………………………..........................,................................x DAFTAR ISI………………………………………………..……...……..………..........................................................xii DAFTAR TABEL……………………………………...………………………….......................................................xiv DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………………...................................................xv DAFTAR LAMPIRAN………….……………………………………………………...............................................xvi BAB I PENDAHULUAN………...………………………………….......…....…..1 A. Latar Belakang…....……………...……………………........……………..1 B. Perumusan Masalah…................................................................................10 C. Tujuan Penelitian………………………...……………………………….11 D. Manfaat Penelitian………………………………………………………..11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………........13 A. Landasan Teori………………………………..………………………….13 1. Teori Keagenan………….…………………………..………………...13 2. Nilai Perusahaan………….……………………………………....…...15 3. Kebijakan Hutang………….……………….…………………………16 4. Kebijakan Dividen………...………..…………………………………20 5. Profitabilitas…..............…………………………………….........…....25 B. Penelitian Terdahulu …………………………………………………...27 C. Kerangka Pemikiran ………………………………………..………….32 D. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis……...…………...34 BAB III METEDOLOGI PENELITIAN…………………………………….......44 A. Ruang Lingkup Penelitian……………………………………..................44 B. Populasi dan Sampel………………….........………………….................44 xii C. Metode Pengumpulan Data……………………………………................46 D. Metode Analisis Data………………………………………….................47 1. Uji Hipotesis……...…..………………………………………….........47 a. Spesifikasi Model…………………………………….……..…......48 1. Inner Model………………………………………...…….........49 2. Outer Model………………………………………...…………50 b. Kriteria Penilaian.………………………………………….……...52 1. Convergent Validity…………………………………...………53 2. Discriminant Validity……………......………………………...53 3. Composite Reliability……………………………….…………54 4. R-Squared (R²).………………………………...……………...54 E. Kriteria Penerimaan dan Penolakan Hipotesis..………………….............55 F. Operasional Variabel….………………………………………….............58 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…………………………………….......64 A. Gambaran Umum Objek Penelitian….……………………………...…64 1. Deskripsi Objek Penelitian………….………….………......……….64 B. Uji Analisis Data…………………..….…………………….....………65 1. Partial Least Square (PLS)………….……….……………………..65 2. Hasil Pengujian Hipotesis.………….……….………………….…...77 BAB V PENUTUP…………………………………………………..……..........86 A. Kesimpulan…………………………….…………………………..…..86 B. Saran………………………………..….……………………..………..87 DAFTAR PUSTAKA…………..........................................................…....................89 LAMPIRAN………….……………………………………….…………....…….........93 xiii DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu...........................................................................................27 Tabel 3.1 Kriteria Sampel Penelitian..................................................................................45 Tabel 3.2 Daftar Sampel Perusahaan Properti dan Real Estate............................45 Tabel 3.3 Tabel Operasional Variabel.................................................................................62 Tabel 4.1 Nilai Discriminant Validity H1 (Cross Loading)..................................70 Tabel 4.2 Composite Reliability H1.......................................................................71 Tabel 4.3 Nilai Discriminant Validity H2 (Cross Loading)..................................73 Tabel 4.8 Composite Reliability H2.............................................................................73 Tabel 4.9 Nilai Discriminant Validity H3 (Cross Loading).........................................75 Tabel 4.10 Composite Reliability H3....................................................................76 Tabel 4.11 Nilai R-Squared (R²)...........................................................................77 Tabel 4.12 Result for Path Coefficients..............................................................................78 xiv DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran..........................................................................................33 Gambar 2.2 Pengaruh Penggunaan Hutang terhadap Nilai Perusahaan Jika Ada Pajak dan Biaya Kebangkrutan..................................................35 Gambar 3.1 Hipotesis Pertama Hubungan Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan..................................................................................................56 Gambar 3.2 Hipotesis Kedua Hubungan Kebijakan Deviden Terhadap Nilai Perusahaan..................................................................................................56 Gambar 3.3 Hipotesis Ketiga Hubungan Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan.................................................................................57 Gambar 3.4 Hipotesis Keempat Hubungan Kenijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Moderasi...57 Gambar 3.5 Hipotesis Kelima Hubungan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Moderasi...58 Gambar 4.1 Diagram Jalur Disertai Loading Factor.............................................66 Gambar 4.2 Diagram Jalur setelah Eliminasi Indikator TobinsQ..........................67 Gambar 4.3 Diagram Jalur setelah Eliminasi Indikator DER, EAR, TIER............68 Gambar 4.4 Model Struktural untuk Hipotesis 1..................................................69 Gambar 4.5 Model Struktural untuk Hipotesis 2...................................................72 Gambar 4.6 Model Struktural untuk Hipotesis 3..................................................74 xv DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Daftar Sampel Perusahaan................................................................94 Lampiran 2 Daftar Rincian Data Perusahaan 2014-2016.....................................95 Lampiran 3 Hasil Output PLS...............................................................................99 xvi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk memahami manajemen keuangan dan implementasinya di suatu perusahaan adalah penting untuk memahami apa sesungguhnya yang menjadi tujuan perusahaan. Banyak literatur yang berpendapat bahwa tujuan suatu perusahaan adalah untuk memaksimalkan laba, namun memaksimalkan laba dinilai kurang tepat sebagai pedoman dalam pengambilan keputusan dibidang keuangan, hal ini diantara lain dikarenakan memaksimalkan laba tidak memperhatikan dimensi waktu atau berorientasi jangka pendek, laba mempunyai pengertian ganda karena terdapat banyak pengertian laba (laba kotor, laba operasi, laba bersih, dan sebagainya). Mengingat tujuan memaksimalkan laba dinilai kurang tepat sebagai dasar pengambilan keputusan dibidang keuangan, para pakar di bidang keuangan merumuskan tujuan normatif suatu perusahaan yaitu memaksimalkan nilai perusahaan atau kekayaan bagi pemegang saham, yang dalam jangka pendek bagi perusahaan yang sudah go public tercermin pada harga pasar saham perusahaan yang bersangkutan di pasar modal. Nilai perusahaan merupakan nilai sekarang dari arus pendapatan atau kas yang diharapkan diterima di masa yang akan datang. 1 Memaksimalkan nilai perusahaan dinilai lebih tepat sebagai tujuan perusahaan, karena memaksimalkan nilai perusahaan berarti memaksimalkan nilai sekarang dari semua keuntungan yang akan diterima oleh pemegang saham di masa yng akan datang atau berorientasi jangka panjang mempertimbangkan faktot risiko. Nilai perusahaan dapat dilihat dari faktor internal perusahaan, dalam hal ini terkait dengan fungsi keuangan, yaitu keputusan investasi, pendanaan, dan dividen akan memengaruhi pendapatan yang diharapkan dan risikonya. Diantara keputusan penting keuangan perusahaan adalah pilihan struktur modal dan kebijakan dividen. Keputusan ini sangat penting mengingat efeknya terhadap nilai perusahaan. Struktur modal perusahaan adalah gabungan pendanaan utang jangka panjang dan ekuitas (Brealey et al., 2010). Teori struktur modal menjelaskan apakah kebijakan pembelanjaan jangka panjang dapat memengaruhi nilai perusahaan. Hubungan antara struktur modal dan nilai perusahaan telah menjadi subyek penelitian yang cukup diminati, yakni apakah ada struktur modal yang optimal untuk suatu perusahaan atau apakah proporsi utang yang digunakan tidak relevan untuk menentukan nilai suatu perusahaan. Struktur modal perusahaan terpusat pada kombinasi antara utang dengan modal. Pilihan struktur modal secara fundamental merupakan masalah marketing (Brealey et al., 2010). Perusahaan dapat menerbitkan beberapa saham yang berbeda dengan berbagai kombinasi. Namun perusahaan berusaha pula untuk 2 menemukan kombinasi yang mampu mengoptimalkan nilai pasar. Struktur modal yang optimal adalah salah satu hal yang dapat memaksimalkan nilai pasar saham perusahaan yang beredar. Jika kombinasi ideal ini dapat diciptakan, maka saham perusahaan akan mencapai harga maksimal dan struktur modal yang digunakan merupakan struktur modal yang optimal (Keown et al., 2010). Pendapat Keown et al., (2010) tersebut didukung oleh teori struktur modal tradisional, yang menyatakan bahwa akan adanya struktur modaal optimal, artinya struktur modal mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan, di mana struktur modal dapat di ubah-ubah agar bisa di peroleh nilai perusahaan yang optimal. Modigliani dan Miller dalam teori capital structure irrelevancae menyimpulkan bahwa financial levegare tidak mempengaruhi nilai pasar perusahaan. Hal ini terjadi karena penggunaan utang tidak merubah weighted avarage cost of capital. Biaya utang lebih kecil dibandingkan biaya modal sendiri. Namun semakin besar penggunaan utang, semakin besar pula resikonya sehingga biaya modal sendiri akan bertambah. Artinya kenaikan penggunaan utang tidak akan meningkatkan nilai perusahaaan karena keuntungan dari biaya utang yang lebih kecil ditutup dengan naiknya biaya modal sendiri. Modal yang dipergunakan perusahaan selalu mempunyai biaya. Biaya tersebut bisa bersifat eksplisit (nampak, dan dibayar perusahaan), juga bisa bersifat implisit (tidak nampak, disyaratkan oleh pemodal). Dana yang berbentuk hutang biayanya mudah diidentifikasikan, yaitu biaya bunganya. 3 Dalam pembahasan struktur modal ini hutang yang dipergunakan adalah hutang dalam bentuk obligasi yang diperoleh dari pasar modal yang kompetitif dan efisien. Dengan demikian maka pertimbangan risk and return trade-off akan mendasari pemilihan sumber dana tersebut. Karena bagi para pemodal membeli obligasi ditafsirkan mempunyai risiko yang lebih rendah (tingkat keuntungan yang mereka peroleh lebih pasti sifatnya dari pada membeli saham), maka biaya modal yang berasal dari hutang akan lebih kecil dari biaya modal yang berasal dari modal sendiri. Sedangkan bagi dana yang berbentuk modal sendiri, biaya dananya tidak nampak. Meskipun demikian tidak berarti bahwa biaya dananya lebih murah dari dana dalam bentuk hutang. Biaya dana (cost of capital) untuk dana dalam bentuk modal sendiri merupakan tingkat keuntungan yang disyaratkan oleh pemilik dana tersebut sebelum mereka menyerahkan dananya ke perusahaan. Tingkat keuntungan ini belum tentu lebih kecil apabila dibandingkan dengan bunga pinjaman. Meskipun teori ini didasarkan pada asumsi-asumsi yang sangat terbatas, asumsi ini mencakup pasar modal yang sempurna, investor memiliki ekspektasi tentang aliran laba perusahaan yang sama, tidak ada pajak, tidak ada biaya transaksi dan perusahaan hanya dapat menerbitkan dua jenis sekuritas yaitu risk equity dan risk free debt. Adanya bankrupty cost dan perlakuan pajak yang menguntungkan dari pembayaran bunga menimbulkan lahirnya suatu struktur modal optimal yang akan memaksimalkan nilai perusahaan atau menggambarkan minimalisasi total cost of capital. 4 Modigliani dan Miller dalam Brealey et al., (2010) melanjutkan hasil penelitiannya dengan mengubah asumsi tidak adanya pajak menjadi adanya pajak terhadap penghasilan perusahaan sebagai penentu struktur modal perusahaan. Hasilnya menunjukkan bahwa penggunaan utang (leverage) akan meningkatkan nilai perusahaan karena biaya bunga utang adalah biaya yang mengurangi pembayaran pajak. Namun disisi lain, penggunaan utang akan menimbulkan biaya kesulitan keuangan (financial distress). Hal ini terjadi ketika manfaat pengurangan pajak masih lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan agency cost sehingga perusahaan masih bisa meningkatkan utangnya. Peningkatan utang harus dihentikan ketika pengurangan pajak atas tambahan utang tersebut sudah lebih rendah dibandingkan dengan peningkatan agency cost. Teori lainnya yang terkait dengan struktur modal adalah bancrupty cost, agency theory dan packing order theory. Penggunaan utang yang besar akan menimbulkan beban tetap (biaya bunga) yang cukup besar. Semakin besar penggunaan utang maka semakin besar kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan yang mengarah pada kebangkrutan. Bankrupty cost adalah biaya yang secara langsung terjadi bila perusahaan merasa gagal dalam pendanaan. Kemungkinan bangkrut meningkat dengan bertambahnya tingkat utang. Hal ini didorong oleh adanya ketakutan bahwa perusahaan tidak dapat menghasilkan profit untuk membayar kembali bunga dan pinjaman. Potensi terjadinya bankrupty cost dapat secara langsung ataupun tidak langsung. Biaya bankrupty langsung adalah biaya administrasi dan legal pada proses 5 kebangkrutan. Biaya bankrupty tidak langsung adalah kerugian pada profit yang terjadi sebagai akibat tidak tersedianya pemegang saham untuk menjalankan bisnis lagi. Bankrupty cost akan menghambat pendanaan perusahaan yang berasal dari utang jika: (1) kesulitan keuangan akan berakibat menurunnya permintaaan produk perusahaan atau meningkatkan biaya produksi, (2) kesulitan keuangan akan mendorong manajer untuk melakukan tindakan yang dapat mengurangi nilai perusahaan secara keseluruhan dan (3) proses kebangkrutan akan memunculkan biaya yang jika perusahaan tidak dalam proses bangkrut maka biaya tersebut tidak perlu ada. Trade Off Theory menggambarkan tentang keputusan kontroversi utangekuitas perusahaan antara perlindungan pajak bunga dan biaya masalah keuangan. Keputusan perusahaan menggunakan hutang didasarkan pada keseimbangan antara penghematan pajak dan biaya kesulitan keuangan. Nilai perusahaan dengan utang akan semakin meningkat dengan meningkatnya hutang, tetapi pada titik tertentu nilai tersebut akan turun. Pecking Order menetapkan suatu urutan keputusan pendanaan dimana para manajer pertama kali akan memilih untuk menggunakan laba ditahan, hutang dan penerbitan saham sebagai pilihan terakhir. Penggunaan hutang lebih disukai karena biaya yang dikeluarkan untuk hutang lebih murah dibandingkan dengan biaya penerbitan saham. Menurut Brealey et al., (2010), urutan pendanaan menurut teori pecking order adalah Perusahaan lebih menyukai pendanaan internal, karena dana ini terkumpul tanpa mengirimkan sinyal sebaliknya yang dapat menurunkan harga saham. Jika dana eksternal 6 dibutuhkan, perusahaan menerbitkan utang lebih dahulu dan hanya menerbitkan ekuitas sebagai pilihan terakhir. Dengan demikian, teori packing order secara tidak langsung menyatakan bahwa jika sumber dana dari luar perusahaan diperlukan, perusahaan pertama-tama harus menerbitkan utang sebelum menerbitkan saham. Hanya ketika kapasitas perusahaan untuk menggunakan hutang sudah mencapai maksimal baru kemudian perusahaan mempertimbangkan menerbitkan saham. Penelitian yang dilakukan oleh Nainggolan dan Listiadi (2014) bahwasanya kebijakan hutang (DER) berpengaruh negatif dengan nilai perusahaan, yang hasilnya menunjukkan bahwa semakin tinggi hutang maka nilai perusahaan rendah dan semakin rendah hutang maka nilai perusahaan tinggi. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Herawati (2012) yang membuktikan bahwa kebijakan hutang berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. . Kebijakan dividen sering dianggap sebagai bagian dari keputusan pembelanjaan, khususnya pembelanjaan internal. Hal ini terjadi karena besar kecilnya dividen yang dibayarkan perusahaan akan mempengaruhi sumber dana internal perusahaan, yaitu laba ditahan. Semakin besar dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham, semakin kecil laba ditahan, dan sebaliknya. Penentuan besaran bagian laba bersih perusahaan yang akan dibagikan sebagai dividen merupakan kebijakan manajemen perusahaan, serta akan memerngaruhi nilai perusahaan dan harga saham. 7 Kebijakan dividen berhubungan dengan penentuan besarnya dividend payout ratio, yaitu besarnya presentase laba bersih setelah pajak yang dibagikan sebagai dividen kepada pemegang saham. Keputusan dividen merupakan bagian dari keputusan pembelanjaan perusahaan, khususnya berkaitan dengan pembelanjaan internal perusahaan. hal ini karena besar kecilnya dividen yang dibagikan akan memengaruhi besar kecilnya laba yang ditahan. Laba ditahan merupakan salah satu sumber dana internal perusahaan. Permasalahan dalam kebijakan dividen adalah apakah kebijakan dividen dapat memengaruhi nilai perusahaan atau harga saham perusahaan, jika kebijakan dividen dapat memengaruhi nilai perusahaan atau harga pasar saham perusahaan, bagaimana kebijakan dividen yang optimal. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Fenandar (2012) yang membuktikan bahwa kebijakan dividen berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. lain halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Sofyaningsih dan Herdaningsih (2011) yang menunjukkan bahwa kebijakan dividen terbukti tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Seperti yang telah disebutkan di atas bahwa salah satu tujuan perusahaan adalah bagaimana mencapai keuntungan sehingga nantinya dapat meningkatkan kesejahteraan para pemegang saham. Kemampuan perusahaan untuk mencapai laba ini sering disebut dengan istilah profitabilitas. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Salah satu indikator penting bagi investor dalam menilai prospek perusahaan di masa depan adalah dengan melihat sejauh mana pertumbuhan 8 profitabilitas perusahaan. Semakin baik pertumbuhan profitabilitas perusahaan berarti prospek perusahaan di masa depan dinilai semakin baik, artinya nilai perusahaan juga akan dinilai semakin baik di mata investor. Apabila kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat, maka harga saham juga meningkat. Profitabilitas sebagai variabel pemoderasi dari pengaruh kebijakan hutang dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan, hal ini berdasarkan pecking order theory Menurut Myers (2007), menyatakan bahwa ”Perusahaan dengan tingkat profitabilitas yang tinggi justru tingkat hutangnya rendah, dikarenakan perusahaan yang profitabilitasnya tinggi memiliki sumber dana internal yang berlimpah.” Dalam beberapa tahun ini properti dan real estate tumbuh dengan pesat, di survei online terbaru yang dilakukan Lamudi, agen real estate di seluruh pasar negara berkembang memprediksikan pertumbuhan tinggi bagi sektor properti nasional di tahun mendatang. Bisnis properti di Indonesia sangat diminati, dengan permintaan sangat tinggi dibidang properti membuat investor terus berdatangan ke Indonesia, apalagi didukung dengan poertmbuhan ekonomi yang stabil, membuat Indonesia menjadi incaran para Investor Properti. Asosiasi Real Estate Indonesia (REI) memperkirakan pertumbuhan bisnis properti di Indonesia masih terus mengalami peningkatan. Pada tahun 2004 pertumbuhan sektor ini berkisar 15% - 20%, sedangkan pada tahun 2015 pertmbuhan mencapai 20% - 30%. 9 Berdasarkan paparan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kinerja keuangan memoderasi pengaruh antara kebijakan terhadap nilai perusahaan pada perusahaan sektor properti dan real estate di Indonesia. Maka penelitian ini mengambil judul “Pengaruh Kebijakan Hutang dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas Sebagai Variabel Moderasi (Studi Empiris pada Perusahaan Properti dan Real Estate periode 2014-2016)”. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah kebijakan hutang yang diukur dengan Debt to Asset Ratio (DAR) dan Long Term to Debt Ratio (LTDR), kebijakan dividen yang diukur dengan Devidend Payout Ratio (DPR) dan Dividend Yield Ratio (DYR), dan nilai perusahaan yang diukur dengan Price to Book Value (PBV) dan Price Earning Ratio (PER), serta profitabilitas dengan menggunakan proksi Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) sebagai variabel pemoderasi. B. Rumusan Masalah Setelah menguraikan latar belakang masalah diatas, maka dapat diambil permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pengaruh kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan? 2. Bagaimana pengaruh kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan? 3. Bagaimana pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan? 4. Bagaimana pengaruh interaksi antara kebijakan hutang dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan? 10 5. Bagaimana pengaruh interaksi kebijakan dividen dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah diatas, tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Menganalisis pengaruh kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan. 2. Menganalisis pengaruh kebijkaan dividen terhadap nilai perusahaan, 3. Menganalisis pengaruh kinerja keuangan terhadap nilaibperusahaan, 4. Menganalisis pengaruh interaksi kebijakan hutang dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan. 5. Menganalisis pengaruh interaksi kebijakan dividend dan profitabilitas terhadap nilai perusahaan. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi bberapa pihak antara lain: 1. Bagi Investor Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai alat bantu dalam mempertimbangkan keputusan investasinya di perusahaan. 11 2. Bagi Perusahaan Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada perusahaan, khususnya mengenai pengaruh kebijakan hutang dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel pemoderasi dan menjadi bahan tambahan informasi bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan. 3. Bagi Akademik Penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan ilmu pengetahuan dan tambahan referensi mengenai pengaruh kebijakan hutang dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan dengan properti dan real estate sebagai variabel pemoderasi. Disamping itu, menjadi tambahan informasi terhadap peneliti selanjutnya untuk melihat bagaimana pengaruh profitabibilas dalam menilai perusahaan. 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori agensi merupakan konsep yang menjelaskan hubungan kontaktual antara principal dan agent. Yang disebut principal adalah pemegang saham, sedangkan yang dimaksud dengan agen adalah manajemen yang mengelola perusahaan. Dalam manajemen keuangan, tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Untuk itu, manajemen yang diangkat oleh pemegang saham harus bertindak untuk kepentingan pemegang saham. Manajer sebagai agent dan pemegang saham sebagai principal. Manajer harus mengambil keputusan bisnis terbaik untuk meningkatkan kekayaan pemegang saham. Keputusan bisnis yang diambil manajer adalah memaksimalkan sumber daya perusahaan. Namun demikian pemegang saham tidak dapat mengawasi semua keputusan dan aktivitas yang dilakukan manajer. Suatu ancaman bagi pemegang saham jika manajer bertindak untuk kepentingan sendiri, bukan untuk kepentingan pemegang saham. Inilah yang menjadi masalah dasar dalam agency theory yaitu adanya konflik kepentingan atau konflik agensi. Konflik agensi terbagi menjadi dua bentuk, yaitu : (1) konflik agensi antara pemegang saham dan manajer. Penyebab konflik antara manajer dengan pemegang saham di antaranya adalah pembuatan keputusan yang berkaitan 13 dengan aktivitas pencarian dana dan pembuatan keputusan yang berkaitan dengan bagaimana dana yang diperoleh tersebut diinvestasikan, (2) konflik agensi antara pemegang saham dan kreditor, konflik ini muncul saat pemegang saham melalui manajer mengambil proyek yang risikonya lebih besar dari yang diperkirakan kreditor. Prinsipal maupun agen merupakan pelaku utama dan keduanya mempunyai bargaining position masing-masing dalam menenpatkan posisi, peran dan kedudukannya. prinsipal sebagai pemilik modal memiliki akses pada informasi internal perusahaan sedangkan agen sebagai pelaku dalam praktek operasional perusahaan mempunyai informasi tentang operasi dan kinerja perusahaan secara riil dan menyeluruh. Posisi, fungsi, situasi, tujuan kepentingan dan latar belakang principal dan agen yang berbeda dan saling bertolak belakang tersebut akan menimbulkan pertentangan dan saling tarik menarik kepentingan (conflict of interest) dan pengaruh antara satu sama lain. Teori keagenan mengatakan sulit untuk mempercayai bahwa manajemen (agen) akan selalu bertindak berdasarkan kepentingan pemegang saham (prisipal), sehingga diperlukan monitoring dari pemegang saham. Agen merupakan pihak yang diberikan kewenangan oleh principal berkewajiban mempertanggungjawabkan apa yang telah diamanahkan kepadanya. Manajemen perusahaan mempunyai kecenderungan untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya dengan biaya pihak lain. Jensen dan Meckling (1976) dalam Paranita (2007) menyatakan bahwa agency problem akan terjadi bila proporsi kepemilikan manajer atas saham kurang dari 100% sehingga manajer bertindak untuk mengejar kepentingannya 14 sendiri dan tidak berdasarkan maksimalisasi nilai perusahaan dalam pengambilan keputusan keuangan perusahaan khususnya keputusan pendanaan. Tujuan dari teori agensi adalah, pertama, untuk meningkatkan kemampuan individu (baik principal maupun agen) dalam mengevaluasi lingkungan dimana keputusan harus diambil (the beliefs revision role). Kedua, untuk mengevaluasi hasil dari keputusan yang telah diambil guna mempermudah pengalokasian hasil antara principal dan agen sesuai dengan kontrak kerja (the performance evaluation role). 2. Nilai Perusahaan Tujuan perusahaan didirikan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan atau adanya pertumbuhan perusahaan. Nilai Perusahaan didefinisikan sebagai nilai pasar karena nilai perusahaan dapat memberikan kemakmuran pemegang saham secara maksimum apabila harga saham perusahaan meningkat. Berbagai kebijakan yang diambil oleh manajemen dalam upaya untuk meningkatkan nilai perusahaan melalui peningkatan kemakmuran pemilik dan para pemegang saham yang tercermin pada harga saham. (Brigham dan Houston, 2010 : 19). Nilai perusahaan merupakan harga yang sedia dibayar seandainya perusahaan tersebut dijual. Nilai perusahaan dapat tercermin melalui harga saham. Semakin tinggi harga saham berarti semakin tinggi tingkat pengembalian kepada investor dan itu berarti semakin tinggi juga nilai perusahaan terkait dengan tujuan dari perusahaan itu sendiri, yaitu untuk 15 memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Kekayaan pemegang saham dan perusahaan dipresentasikan oleh harga saham yang merupakan cerminan dari keputusan investasi, pendanaan, dan manajemen aset. Menurut Weston dan Coopeland (2014), Ada beberapa rasio untuk mengukur nilai pasar perusahaan, misalnya price earning ratio (PER), price book value (PBV), Tobin’s Q dan lain-lain. Dalam penelitian ini rasio yang digunakan dalam menilai nilai peruahaan adalah menggunakan Price Earning Ratio (PER) dan Price to Book Value (PBV). Menurut Tendelilin (2007) PER adalah perbandingan antara harga saham perusahaan dengan earning per share dalam saham. PER adalah fungsi dari perubahan kemampuan laba yang diharapkan di masa yang akan datang. Semakin besar PER, maka semakin besar pula kemungkinan perusahaan untuk tumbuh sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan. sedangkan PBV menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. 3. Kebijakan Hutang Kebijakan utang termasuk kebijakan pendanaan perusahaan yang bersumber dari eksternal. Penentuan kebijakan utang ini berkaitan dengan struktur modal karena utang merupakan bagian dari penentuan struktur modal yang optimal. Perusahaan dinilai berisiko apabila memiliki dalam struktur modal eksternal, namun sebaliknya apabila perusahaan mengunakan utang yang kecil atau tidak sama sekali maka perusahaan dinilai tidak dapat memanfaatkan tambahan modal eksternal yang dapat meningkatkan operasional perusahaan (Hanafi, 2004: 40). 16 Terdapat beberapa teori struktur modal diantaranya (Brealey et al., 2010) : 1) Teori Pendekatan Tradisional Pendapatan tradisional berpendapat akan adanya struktur modal yang optimal, artinya struktur modal mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan, dimana struktur modal dapat berubah-ubah agar bisa diperoleh nilai perusahaan yang optimal. 2) Teori Pendekatan Modigliani dan Miller Teori MM Tanpa Pajak Teori struktur modal modern yang pertama adalah teori Modigliani dan Miller (teori MM). Mereka berpendapat bahwa struktur modal tidak relevan atau tidak mempengaruhi nilai perusahaan. MM mengajukan beberapa asumsi untuk membangu teori mereka (Brigham dan Houston, 2010) yaitu: a) Tidak terdapat agency cost b) Tidak ada pajak c) Investor dapat berhutang dengan tingkat suku bunga yang sama dengan perusahaan d) Investor mempunyai informasi yang sama seperti manajemen mengenai prospek perusahaan di masa depan e) Tidak ada biaya kebangkrutan 17 f) Earning Before Interest and Tax (EBIT) tidak dipengaruhi oleh penggunaan dari hutang g) Para investor adalah price takers h) Jika terjadi kebangkrutan maka aset dapat dijual pada harga pasar. Teori Pendekatan Modigliani dan Miller dengan Pajak Teori MM tanpa pajak dianggap tidak realistis dan kemudian MM memasukkan faktor pajak ke dalam teorinya. Pajak dibayarkan kepada pemerintah, yang berarti merupakan aliran kas keluar. Hutang bisa digunakan untuk menghemat pajak, karena bunga bsa dipakai sebagai pengurang pajak. 3) Trade off Theory Teori ini menganggap bahwa penggunaan utang 100 persen sulit dijumpai. Kenyatannya semakin banyak hutang, maka semakin tinggi beban yang harus ditanggung. Satu hal yang penting bahwa dengan meningkatnya hutang, maka semakin tinggi probabilitas kebangkrutan. Beban yang harus ditanggung saat menggunakan hutang yang lebih bear adalah biaya kebangkrutan, biaya keagenan, beban bunga yang semakin besar dan sebagainya. 4) Packing Order Theory Teori packing order menetapkan suatu urutan keputusan pendanaan dimana para manajer pertama kali akan memilih untuk menggunakan laba ditahan, utang dan penerbitan saham sebagai pilihan 18 terakhir. Penggunaan hutang lebih karena biaya yang dikeluarkan untuk hutang lebih murah dibandingkan dengan biaya penerbitan saham. Secara spesifik, perusahaan mempunyai urutan-urutan preferensi dalam penggunaan dana sebagai berikut: 1) Perusahaan lebih menyukai internal financing (dana internal). Dana internal tersebut diperoleh dari laba yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan. 2) Perusahaan menyesuaikan target divident pay out ratio terhadap peluang investasi mereka, sementara mereka menghindari perubahan dividen secara drastis. 3) Kebijakan dividen yang sticky ditambah fluktuasi profitabilitas dan peluang investasi yang tidak dapat diproksi, berarti terkadang aliran kas internal melebihi kebutuhan investasi, namun terkadang kurang dari kebutuhan investasi. 4) Apabila pendanaan eksternal diperlukan, pertama-tama perusahaan akan menerbitkan sekuritas yang paling aman, yaitu mulai dari penerbitan hutang convertible bond, dan alternatif paling terakhir adalah saham. 5) Signaling Theory Brigham dan Houston (2010: 40) menyatakan bahwa sinyal adalah suatu tindakan yang diambil oleh manajemen perusahaan yang memberikan petunjuk bagi investor tentang bagaimana manajemen memandang prospek perusahaan. Perusahaan dengan prospek yang 19 menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan saham dan mengusahakan modal baru dengan cara-cara lain seperti dengan menggunakan utang. Teori ini didasarkan pada asumsi bahwa manajer dan pemegang saham tidak mempunyai akses informasi perusahaan yang sama. Ada informasi tertentu yang hanya diketahui oleh manajer, sedangkan pemegang saham tidak tahu informasi tersebut sehingga terdapat informasi yang tidak simetri (asymmetric information) antara manajer dan pemegang saham. Akibatnya, ketika struktur modal perusahaan mengalami perubahan, hal itu dapat membawa informasi kepada pemegang saham yang akan mengakibatkan nilai perusahaan berubah. Dengan kata lain, perilaku manajer dalam hal menentukan struktur modal, dapat dianggap sebagai sinyal oleh pihak luar (Hanafi, 2004: 314). 4. Kebijakan Dividen Kebijakan dividen adalah keputusan tentang seberapa banyak laba saat ini yang akan dibayarkan sebagai dividen daripada ditahan untuk diinvestasikan kembali dalam perusahaan, kebijakan perusahaan membagikan dividen kepada para investor adalah kebijakan yang sangat penting. Kebijakan pemberian dividen (Dividend Policy) tidak saja membagikan keuntungan yang telah diperoleh perusahaan kepada para investor. 20 Kebijakan dividen berhubungan dengan penentuan besarnya dividend payout ratio, yaitu besarnya presentase laba bersih setelah pajak yang dibagikan sebagai dividen kepada pemegang saham. Keputusan dividen merupakan bagian dari keputusan pembelanjaan perusahaan, khususnya berkaitan dengan pembelanjaan internal perusahaan. hal ini karena besar kecilnya dividen yang dibagikan akan memengaruhi besar kecilnya laba yang ditahan. Laba ditahan merupakan salah satu sumber dana internal perusahaan. Permasalahan dalam kebijakan dividen adalah apakah kebijakan dividen dapat memengaruhi nilai perusahaanm atau harga saham perusahaan? jika kebijakan dividen dapat memengaruhi nilai perusahaan atau harga pasar saham perusahaan, bagaimana kebijakan dividen yang optimal? Untuk menjelaskan atau menjawab permasalahan tersebut, berikut ini dijelaskan beberapa teori kebijakan dividen. Terdapat teori tentang kebijakan dividen yang menjelaskan pengaruh besar kecilnya dividend payout ratio (DPR) terhadap harga saham (Brealey et al., 2010). Adapun ketiga teori tersebut adalah sebagai berikut. 1) Teori Dividend Irrelevance Teori ini dikemukakan oleh Franco Modigliani dan Merton Miller (Modigliani-Miller/MM). Menurut teori dividend irrelevance, kebijkan dividen tidak memengaruhi harga pasar saham perusahaan atau nilai perusahaan. Modigliani dan Miller berpendapat bahwa nilai perusahaan hanya ditentuukan oleh kemampuan perusahaan untuk 21 menghasilkan pendapatan (earning power) dan risiko bisnis, sedangkan bagaimana membagi arus pendapatan menjadi dividen dan laba ditahan tidak memengaruhi niali perusahaan. Asumsi yang dikemukakan oleh Modigliani dan Miller adalah:  Tidak ada pajak atas pendapatan perusahaan dan pendapatan pribadi.  Tidak ada biaya emisi atau biaya transaksi saham.  Leverage keuangan tidak memngaruhi biaya modal.  Investor dan manajer memiliki informasi yang sama tentang prospek perusahaan.  Pendistrigbusian pendapatan antara dividen dan laab ditahan tidak memngaruhi biaya modal sendiri.  Kebijakan pengangguran modal independen dengan kebijakan dividen. Inti dari pendapat Modigliani-Miller adalah pengaruh pembayaran dividen terhadap kemakmuran pemegang saham di-offset sepenuhnya oleh cara-cara pembelanjaan investasi yang dilakukan oleh perusahaan. misalkan perusahaan telah mambuat keputusan investasi, maka perusahaan harus memutuskan apakah menhan laba untuk membelanjai investasi atau membayar dividen dan menjual saham baru sejumlah dividen yang dibayarkan. Modigliani-Miller mengemukakan nilai per lembar saham yang didiskonto setelah keputusan pembelanjaan dan dividen sama 22 dengan nilaipasar saham sebelum pembayaran dividen. Dengan kata lain, penurunan harga pasar saham karena pembelanjaan eksternal sama dengan kenaikan harga saham karena pembayaran dividen. Jadi pemegang saham dikatakan indefferent antara dividen dan laba ditahan. Salah satu kebijakan dividen yang mempunyai implikasi dividend irrelevance adalah dividend payout as aresidual decision. Selama perusahaan mempunyai proyek investasi yang menghasilkan return lebih tinggi dari return yang diharapkan, perusahaan akan menggunakan laba untuk membelanjai investasi tersebut. Jika perusahaan mempunyai sisa laba setelah semua proyek investasi yang dapat diterima dibelanjai, barulah sisa laba tersebut dibagikan sebagai dividen kas kepada pemegang saham. Bila kebijakan dividen diperlakukan sebagai bagian dari keputusan pembelanjaan, berati pembayaran dividen kas bersifat pasif. Artinya, besar kecilnya dividend payout akan berfluktuasi dari waktu ke waktu sesuai dengan fluktuasi jumlah peluang investasi yang ttersedia bagi perusahaan. perlakuan kebijakan dividen sebagai suatu keputusan sisa yangg bersifat pasif mempunyai implikasi bahwa dividen adalah tidak relevan (irrelevant), yaitu investor indefferent antara dividen dan laba ditahan. 23 2) Teori Bird In-the-Hand Teori ini dikemukakan oleh Myron Gordon dan Johnm Lintner. Berdasarkan teori bird in the hand, kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap harga pasar saham. Artinya, jika dividen yang dibagikan perusahaan semakin besar, harga poasar saham perusahaan tersebut akan semakin tinggi dan sebaliknya. Hal ini terjadi karena pembagian dividen dapat mengurangi ketidakpastian yang dihadapi investor. Investor memberikan nilai lebih tinggi atas dividend yield dibandingakan dengan capital gain yang diharapkan dari pertumbuhan harga saham apabila perusahaan me4nahan laba untuk dipakai membelanjai investasi, karena komponen dividend yield (D1/P0) risikonya lebih kecil dibandingkan dengan komponen pertumbuhan (g) pada persamaan pendapatan yang diharapkan (ke atau E(R) = D1/P0 + g). 3) Teori Tax Preference Berdasarkan teori tax preference, kebijakan dividen mempunyai pengaruh negatif terhadap harga pasar saham. Artinya, semakin besar jumlah dividen yang dibagikan oleh suatu perusahaan, seemakin rendah harga pasar saham perusahaan yang bersangkutan. Hal ini terjadi jika ada perbedaan antara tarif pajak personal atas pendapatan dividen dan capital gain. Apabila tarif pajak dividen lebih tinggi daripada pajak capital gain, maka investir akan lebih senang jika laba 24 yang diperoleh perusahaan tetapditahan diperusahaan, untuk membelanjai investasi yang dilakukan perusahaan. dengan demikian dimasa yang akan datang diharapkan terjadi peningkatan capital gain yang tarif pajaknya lebih rendah. Apabila banyak investor yang memiliki pandangan demikian, maka investor cenderung memilih saham-saham dengan diividen kecil dengan tujuan menghindari pajak. Sebagaimana dikemukakan oleh Miller dan Scholes, investor dapat menghindari pajak dividen dengan melakukan suatu pinjaman yang cukup untuk menimbulkan Rp1 beban bunga untuk setiap Rp1 pendapatan dividen. 5. Profitabilitas Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, aset, dan modal tertentu (Hanafi, 2003 : 8 dalam Nofrita, 2013). Salah satu indikator penting bagi investor dalam menilai prospek perusahaan di masa depan adalah dengan melihat sejauh mana pertumbuhan pertumbuhan profitabilitas perusahaan. Profitabilitas perusahaan adalah salah satu cara untuk menilai secara tepat sejauh mana tingkat pengembalian yang akan didapat dari aktivitas investasinya. Profitabilitas dapat mencerminkan keuntungan dari investasi keuangan, artinya profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan karena sumber internal yang semakin besar. Semakin baik pertumbuhan profitabilitas perusahaan berarti prospek perusahaan di masa depan dinilai 25 semakin baik, artinya nilai perusahaan juga akan dinilai semakin baik di mata investor. Apabila kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba meningkat, maka harga saham juga akan meningkat (Husnan, 2001 : 317). Menurut Munawar (1995) dalam Nofrita (2013) ada beberapa faktor yang mempengaruhi profitabilitas perusahaan, yaitu : 1) Jenis Perusahaan Profitabilitas perusahaan akan sangat bergantung pada jenis perusahaan, jika perusahaan menjual barang konsumsi atau jasa biasanya akan memiliki keuntungan yang stabil dibandingkan dengan perusahaan yang memproduksi barang-barang modal. 2) Umur Perusahaan Sebuah perusahaan yang telah lama berdiri akan lebih stabil bila dibandingkan dengan perusahaan yang baru berdiri. Umur perusahaan ini adalah umur sejak berdirinya perusahaan hingga perusahaan tersebut masih mampu menjalankan operasinya. 3) Skala Perusahaan Jika skala ekonominya lebih tinggi, berarti perusahaan dapat menghasilkan produk dengan biaya yang rendah. Tingkat biaya rendah tersebut merupakan cara untuk memproleh laba yang diinginkan. 26 4) Habitat Bisnis Perusahaan yang bahan produksinya dibeli atas dasar kebiasaan (habitual basis) akan memperoleh kebutuhan lebih stabil dari pada non habitual basis. 5) Produk yang Dihasilkan Perusahaan yang bahan produksinya berhubungan dengan kebutuhan pokok biasanya penghasilan perusahaan tersebut akan lebih stabil daripada perusahaan yang memproduksi barang modal. B. Penelitian Terdahulu Penelitian sebelumnya mengenai topik yang berkaitan dengan penelitian ini dapat dilihat di dalam tabel 2.1 Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian 1 Subaramon Desmon Asa Nainggolan Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Dividen sebagai Variabel Moderasi Agung Listiadi (2014) Metodologi Penelitian Persamaan Perbedaan X1 = Kebijakan Hutang Y1= Kebijakan Dividen Proxy kebijakan dividen yang digunakan sama, yaitu DPR Hasil Penelitian Peneliti Terdahulu: Z1= Kebijakan Dividen Penulis: X3/Z1=Profitabilitas Kebijakan hutang (DER) berpengaruh negatif dengan nilai perusahaan. Metode analisis: Regresi Linier Berganda dan Moderat Regression Analysis (MRA) dengan Software SPSS. Sedangkan penulis: analisis SEM-PLS dengan Software Partial Least Square (PLS) Variabel kebijakan dividen sebagai variable moderating tidak dapat mempengaruhi hubungan antara kebijakan hutang dan nilai perusahaan. 27 No 2 3 Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Titin Herawati (2013) Pengaruh Kebijakan Hutang Terhadap Nilai Perusahaan dengan Kebijakan Dividen sebagai Variabel Moderasi Nani Martikarini Metodologi Penelitian Persamaan Beberapa variabel yang diteliti sama: Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang, Profitabilitas Nilai Perusahaan Hasil Penelitian Perbedaan Metode Analisis : Model Regresi Panel. Sedangkan penulis menggunakan analisis SEM-PLS menggunakan Software Partial Least Square (PLS) Beberapa proxy Berapa proxy sama, yakni: berbeda, yakni: Kebijakan Kebijakan hutang: Dividen: DPR DER, sedangkan Nilai Perusahaan: penulis DAR dan PER LTDR. Kebijakan dividen: DPR, sedangkan penulis DPR dan DYR. Profitabilitas: ROE, sedangkan penulis ROA, ROE dan NPM. Tidak menggunakan variabel moderasi, sedangkan penulis menambahkan variabel moderasi. Pengaruh Beberapa variable Beberapa proxy Profitabilitas, sama, yakni: berbeda: Kebijakan Kebijakan Hutang, DER (K. Hutang), Hutang, dan Kebijakan Dividen, DPR (K. Dividen), Dividen Profitabilitas, dan ROE (Profitabilitas). Terhadap Nilai Perusahaan. sedangkan penulis Nilai DAR, LTDR (K. Perusahaan Hutang), DPR dan Manufaktur DYR (K. Dividen), yang dan ROA, ROE, NPM Terdaftar di (Profitabilitas). BEI Periode Beberapa proxy Metode: Analisis 2009-2011. sama: Regresi Berganda Kebijakan dengan SPSS, Dividen: DPR. sedangkan penulis analisis SEM-PLS dengan Software Partial Least Square Kebijakan hutang (DER) berpengaruh negatif dengan nilai perusahaan. Kebijakan Hutang berpengaruh posiif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Kebijakan hutang tidak berpengaruh secara tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Profitabilitas tidak berpengaruh tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Kebijakan dividen berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. 28 No 4 5 Peneliti (Tahun) Judul Penelitian Nony Kezia M. dan Dewi Astuti (2015) Pengaruh Struktur Modal dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Profitabilitas dan Nilai Perusahaan Alfedro Mahendra Dj, Luh Gede Sri Artini, A.A Gede Suarjaya Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia Metedologi Penelitian Persamaan Perbedaan Beberapa variable sama yakni nilai perusahaan dengan PER Variabel dan Proxy yang digunakan berbeda, yakni: X2= Karakteristik Perusahaan: Firm Size. Y1= Profitabilitas: ROA, ROE, Retun on Capital (ROC). Sedangkan penulis: X2= Kebijakan Dividen: DPR, DYR. Metode: Analisis Regresi Berganda sedangkan penulis analisis SEM-PLS menggunakan Software Partial Least Square (PLS). Menambahkan variabel dan proxy: X1= Kebijakan Hutang: DAR, LTDR. X2= Kebijakan Dividen: DPR, DYR. X3/Z1= Profitabilitas: ROA, ROE, NPM Y= Nilai Perusahaan: PBV, PER Peneliti terdahulu Kebijakan Dividen: variabel moderasi, sedangkan penulis peofitabilitas. Hasil Penelitian Hutang jangka panjang dan firm size berpengaruh signifikan terhadap ROA. Hutang yang diukur dengan DER dan firm size berpengaruh signifikan terhadap Tobins Q. - Likuiditas berpengaruh positif tidak signifikat terhadap nilai perusahaan. - Leverage berpengaruh negative tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. - Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. 29 No Peneliti (Tahun) Judul Penelitian 6 Nosakhare Peter Osazuwa Ayoib CheAhmad (2016) The Moderating Effect of Profitability and Lavarage on the Relationship Between Ecoeficiency and Firm Value in Publicy Traded Malaysian Firm. 7 Joshua Abor (2007) Debt Policy Performance of SMEs Evidence from Ghanaian and Shouth African Firm Metedologi Penelitian Persamaan Perbedaan Meniliti variabel yang mempengaruhi nilai perusahaan dan menggunakan variabel moderasi. Variabel X: Ecoeficiency, Variabel Moderating Leverage dan Profitabilitas. Model Penelitian Relevansi. dependen : Financial Performance independent : Debt Ratio - Ukuran Financial Performance : Gross Profit Margin, Return on Asset, Tobin’s Q Ukuran Debt Ratios : Short-term debt ratio, Longterm debt ratio, dan Total debt ratio Hasil Penelitian Eco-efficiency berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Lavarage tidak bisa memoderasi inhgteraksi antara eco-efficiency terhadap nilai perusahaan. Profitabilitas secara positif memoderasi antara eco-efficiency terhadap nilai perusahaan. - Short-term debt ratio secara signifikan dan berhubungan negatif terhadap GPM bagi Ghana dan Afrika Selatan. - Long term debt ratio memiliki hubungan positif signifikan dengan gross profit margin bagi Ghana dan Afrika Selatan. - kasus Ghana, menunjukkan hubungan signifikan negatif antara semua struktur modal dan laba atas aset. - Afrika Selatan mengungkapkan hubungan positif antara laba, aset dan shot-term debt ratio. 30 No 8. 9. Peneliti ( Tahun) Kwadwo Boateng Prempeh, Evelyn Nsiah Asare, Allan McBright Sekyere (2016) Judul Penelitian The Effect of Debt Policy on Firm Performance : Empirical Evidence From Listed Manufacturing Companies on The Ghana Stock Exchange Metodologi Penelitian Persamaan Perbedaan Variabel X nya Variabel kontrol Kebijakan Hutang yang digunakan Variabel Y Firm adalah Ukuran Performance, Peeusahaan dan tetapi salah satu Peluang proksi Pertumbuhan menggunakan Variabel Y Firm Tobin’s Q Performance dan menggunakan beberapa proksi, yaitu Gross Profit Margin, Return on Asset Hasil Penelitian Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Ghana menggunakan modal 14% dan modal utang 86% untuk membiayai operasi mereka. Struktur utang terdiri dari 49% utang jangka panjang dan 37% utang jangka pendek. Hal itu juga menemukan bahwa utang (Pendek Hutang Jangka, Long Term Debt dan Total Debt) memiliki efek negatif pada kinerja perusahaan Independent Nilai perusahaan Variabel : yang leverage lebih - DL = (D/FA) besar dari Control Variabel : perusahaan - Pendapatan unleveraged jika yang diharapkan tidak menganggap setelah pajak probabilitas - EPS (Laba kebangkrutan. Jika Bersih mempertimbangkan Persaham) manfaat dan biaya Moderated Variabel utang secara - Z-Sqore Model bersamaan, leverage - FCFPS (Arus secara signifikan kas bebas berhubungan positif persaham) dengan nilai perusahaan sebelum struktur modal yang optimal Ming Chang Cheng, Zuwei Ching Tzeng (2011) The Effect of Lavarage on Firm Value and How The Firm Financial Quality Influence on This Effect Menggunakan MRA (Moderated Regression Analysis) untuk mengeksplorasi efek levarage pada nilai perusahaan 31 No 10 Peneliti (Tahun) Anup Chrowdury dan Suman Paul Chowdury (2010) Judul Penelitian Impact of Capital Structure on Firm’s Value : Evidence from Bangladesh Metodologi Penelitian Persamaan Perbedaan Mengukur - Variabel pengaruh dependen strukturm diproksikan oleh modal Harga saham terhadap nilai (share price) perusahaan - Variabel independent diproksikan oleh firm size, profitability, public ownership in capital structure, devident pay out, asset and operating efficienty, growth rate, liquidity, liquidity, and business rate. Hasil Penelitian - struktur modal berpengaruh terhadap nilai pasar suatu perusahaan. - mengubah rasio lancar, leverage operasi, EPS, rasio pembayaran dividen atau modal saham perusahaan dapat meningkatkan nilainya di pasar - memaksimalkan kekayaan pemegang saham memerlukan kombinasi yang sempurna Dari hutang dan ekuitas, sedangkan biaya modal memiliki korelasi negatif dalam keputusan ini dan itu Harus seminimal mungkin. C. Kerangka Pemikiran Kerangka berpikir ini merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Perbedaaan hasil penelitian dan teori yang ada maka pengaruh kinerja keuangan terhadap nilai perusahaan mengindikasikan terdapat variabel lain yang diduga ikut mempengaruhi. Dalam hal ini penulis memasukkan variabel kinerja keuangan (ROE) yang nantinya dapat dilihat apakah variabel ini dapat memoderasi hubungan kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan atau tidak, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 32 Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Pengaruh Kebijakan Hutang dan Kebijakan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Moderating Adanya perbedaan teori antara struktur modal dan kebijakan dividen yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan Faktor-faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan Basis teori : Agency Theory Variabel Independen DAR Variabel Dependen Kebijakan Hutang (X1) LTDER Nilai Perusahaan (Y) DPR Kebijakan Dividen Kebijakan Hutang (X1(X ) 2) PBV PER Nilai Perusahaan (Y) DYR Kebijakan Dividen (X2) NPM Profitabilitas (X3) ROA ROE Variabel Moderasi Metode Analisis : SEM based PLS Hasil Pengujian dan Pembahasan Kesimpulan dan Saran 33 D. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis 1. Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan Penilaian para investor atas saham di sebuah perusahaan, salah satunya dipengaruhi oleh return yang diberikan oleh perusahaan tersebut. Kenaikan harga saham dipicu oleh semakin tingginya penilaian investor atas saham tersebut. Disisi lain, kenaikan harga saham secara otomatis akan meningkatkan kemakmuran pemegang saham tersebut. Dengan demikian, apabila terjadi kenaikan harga pasar saham maka nilai perusahaan pun akan meningkat. Indikator lain yang harus diperhatikan oleh investor selain dari tingkat return adalah kebijakan hutang yang merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi nilai perusahaan. Kebijakan hutang adalah kebijakan yang dilakukan perusahaan untuk mendanai operasinya dengan menggunakan hutang. Hutang merupakan instruumen yang sensitif terhadap nilai perusahaan. Menurut Modigliani dan Miller dalam Brealey et al., (2010) menyatakan bahwa pendanaan dapat meningkatkan nilai perusahaan. Apabila pendanaan didanai melalui hutang, peningkatan tersebut terjadi akibat dari efek tax deductible. Artinya, perusahaan yang memiliki hutang akan membayar bunga pinjaman yang dapat mengurangi penghasilan kena pajak, yang dapat memberi manfaat bagi pemegang saham. Semakin besar rasio utang jangka panjang terhadap modal sendiri, semakin tinggi nilai perusahaan karena terjadi penghematan pajak yang semakin besar. Namun demikiaan, tidak berarti perusahaan dapat dengan 34 bebas menggunakan utang sebanyak-banyaknyaa tanpa memperhatikan terjadinya kesulitan keuangan atau bahkan kebangkrutan perusahaan yang dapat timbul karena penggunaan hutang yang berlebihan. Bagaimana pengaruh penggunaan hutang dalam struktur modal terhadap nilai perusahaan jika ada pajak dan biaya kebangkrutan, dapat terlihat pada Gambar 2.1. Gambar 2.2 Pengaruh penggunaan hutang terhadap nilai perusahaan jika ada pajak dan biaya kebangkrutan Berdasarkan Gambar 2.2 tampak bahwa jika ada pajak dan biaya kebangkrutan, dengan semakin banyak jumlah utang dibandingkan dengan modal sendiri (B/S) pada mulanya akan meningkatkan nilai perusahaan. Hal ini terjadi karena pengaruh penghematan pajak yang berdampak meningkatkan nilai perusahaan lebih besar daripada pengaruh biaya kebangkrutan yang berdampak pada penurunan nilai perusahaan. Namun demikian jika penggunaan hutang dibandingkan dengan modal sendiri melampaui titik tertentu (B/S), penggunaan hutang yang semakin besar dibandingkan modal sendiri akan berdampak pada penurunan nilai perusahaan. Hal ini disebabkan oleh pengaruh penghematan pajak yang 35 meningkatkan nilai perusahaan lebih kecil dibandingkan dengan pengaruh biaya kebangkrutan yang menurunkan nilai perusahaan. Dengan demikian jika ada pajak dan biaya kebangkrutan, akan terjadi struktur modal yang optimal, yaitu struktur modal (B/S) yang menghasilkan nilai perusahaan yang maksimal. Menurut Weston dan Copeland dalam Herawati (2012) pada prinsipnya setiap perusahaan membutuhkan dana dan pemenuhan dana tersebut dapat berasal dari sumber intern ataupun sumber ekstern. Kebijakan hutang perlu dikelola karena penggunaan hutang yang tinggi akan meningkatkan nilai perusahaan karena penggunaan hutang dapat menghemat pajak. Penggunaan hutang yang tinggi juga dapat menurunkan nilai perusahaan karena adanya kemungkinan timbulnya biaya kepailitan dan biaya keagenan. Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Nainggolan dan Listiadi (2014) menemukan bahwa kebijakan hutang berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Namun hasil yang berbeda dari penelitian yang dilakukan oleh Martikarini (2014) yang menunjukkan bahwa kebijakan hutang tidak berpengaruh secara signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan teori dan penlitian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Ha1 : Kebijakan hutang berpengaruh terhadap nilai perusahaan. 36 2. Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan Pengaruh pembayaran dividen terhadap kemakmuran pemegang saham di-offset sepenuhnya oleh cara-cara pembelanjaan investasi yang dilakukan oleh perusahaan, misalkan perusahaan telah mambuat keputusan investasi, maka perusahaan harus memutuskan apakah menahan laba untuk membelanjai investasi atau membayar dividen dan menjual saham baru sejumlah dividen yang dibayarkan. Modigliani-Miller dalam Brealey et al., (2010) mengemukakan nilai per lembar saham yang didiskonto setelah keputusan pembelanjaan dan dividen sama dengan nilaipasar saham sebelum pembayaran dividen. Dengan kata lain, penurunan harga pasar saham karena pembelanjaan eksternal sama dengan kenaikan harga saham karena pembayaran dividen. Jadi pemegang saham dikatakan indefferent antara dividen dan laba ditahan. Menurut teori dividend irrelevance yang dikemukakan oleh Franco Modigliani dan Merton Miller (Modigliani-Miller/MM) dalam Brealey et al., (2010) kebijkan dividen tidak memengaruhi harga pasar saham perusahaan atau nilai perusahaan. Modigliani dan Miller berpendapat bahwa nilai perusahaan hanya ditentuukan oleh kemampuan perusahaan untuk menghasilkan pendapatan (earning power) dan risiko bisnis, sedangkan bagaimana membagi arus pendapatan menjadi dividen dan laba ditahan tidak memengaruhi niali perusahaan. 37 Berdasarkan teori bird in the hand yang dikemukakan oleh Myron Gordon dan Johnm Lintner dalam Brealey et al., (2010) kebijakan divien berpengaruh positif terhadap harga pasar saham. Artinya, jika dividen yang dibagikan perusahaan semakin besar, harga pasar saham perusahaan tersebut akan semakin tinggi dan sebaliknya. Hal ini terjadi karena pembagian dividen dapat mengurangi ketidakpastian yang dihadapi investor. Berdasarkan teori tax preference, kebijakan dividen mempunyai pengaruh negatif terhadap harga pasar saham. Artinya, semakin besar jumlah dividen yang dibagikan oleh suatu perusahaan, seemakin rendah harga pasar saham perusahaan yang bersangkutan. Hal ini terjadi jika ada perbedaan antara tarif pajak personal atas pendapatan dividen dan capital gain. Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Fenandar (2012) menunjukkan bahwa kebijkan dividen berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaaan. Namun hasil yang berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sofyaningsih dan Hardaningsih (2011) yang menunujkkan bahwa kebijakan dividen tidak mempengaruhi nilai perusahaan. Berdasarkan teori dan penlitian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Ha2 : Kebijakan Dividen berpengaruh terhadap nilai perusahaan. 38 3. Pengaruh profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan Profitabilitas perusahaan merupakan salah satu factor yang dilihat oleh calon investor untuk menentukan investasi saham. Harga sebuah perusahaan, menjaga dan meningkatkan profitabilitas adalah suatu keharusan agar saham tersebut tetap eksis dan tetap diminati oleh investor. Menurut Kasmir (2008) rasio profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keunatungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan. keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba akan terlihat pada rasio profitabilitas, semakin tinggi rasio ini berarti semakin tinggi laba yang dihasilkan persahaan mencerminkan bahwa perusahaan mempunyai prospek yang baik kedepannya. Perusahaan dengan prospek yang baik ini yang diinginkan oleh investor dan investor lebih tertarik untuk membelisaham. Semakin tinggi permintaan dari investor terhadap saham maka akan mempengaruhi harga saham dan akan meningkatkan nilai perusahaan. sehingga semakin tinggi profitabilitas perusahaan maka akan semakin tinggi nilai perusahaan. Hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mahendra et al., (2014), menunjukkan bahwa profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan. Berdasarkan teori dan penlitian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Ha3 : Profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan. 39 4. Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderasi Adanya ketidak konsistenan hubungan antara kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan menunjukkan adanya faktor lain yang turut menginteraksi hubungan antara kebijakan hutang dengan nilai perusahaan. Dalam hal ini, variabel profitabilitas diharapkan dapat memperkuat atau memperlemah hubungan antara kebijakan hutang dengan nilai peruahaan. Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan tertentu yang ingin dicapai dalam usaha untuk memanuhi kepentingan para stakeholder. Berikut tujuan perusahaan antara lain untuk memperoleh keuntungan (profit), meningkatkan nilai perusahaan dan untuk memuaskan kebutuhan masyarakat. Tujuan tersebut dapat tercapai ditentukan oleh kinerja yang nantinya dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan baik pihak internal maupun eksternal, termasuk pihak internal dalam menentukan struktur modalnya. Selain itu, profitabilitas memiliki peran penting dalam kebijakan hutang, dimana kebijakan ini pada akhirnya dapat memaksimalkan nilai perusahaan. Secara teori, profitabilitas atau tingkat keuntungan yang diperoleh oleh sebuah entitas akan mempengaruhi struktur modal suatu perusahaan. Perusahaan yang Profitnya tinggi akan lebih menggunakan dana internal, karena sumber dana internalnya melimpah. Keputusan perusahaan dalam mendanai perusahaan akan dapat mempengaruhi nilai perusahaan. 40 Penggunaan utang dalam pembelanjaan investasi perusahaan dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba atas modal yang digunakan. Pada umumnya pada kondisi ekonomi yang buruk, suku bunga pinjaman sangat tinggi, sementara penjualan dan laba perusahaan menurun. Hal ini mengakibatkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan hutang lebih kecil daripada tingkat bunga yang harus dibayar oleh perusahan. Sebaliknya pada kondisi ekonomi baik, suku bung pinjaman umumnya rendah dan penjualan serta laba perusahaan meningkat. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan hutang lebih besar dari pada tingkat bunga yang harus ditanggung perusahaan. Pada kondisi ekonomi normal, pada mulanya peningkatan penggunaan hutang akan meningkatkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bagi pemegang saham, karena suku bunga masih relatif rendah dibandingkan dengan kemampuan perusahan untuk menghasilkan laba. Namun demikian, jika perusahaan terus menambah hutang akan berakibat meningkatnya suku bunga, karena risiko yang dihadapi kreditor juga naik. Sementara itu, peningkatan penjualan pada kondisi ekonomi normal relatif lebih kecil dibandingkan dengan pada kondisi ekonomi baik, sehingga kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bagi pemegang saham juga relatif lebih kecil dibandingkan pada kondisi ekonomi baik. Ketika hutang yang digunakan perusahaan melampaui jumlah tertentu, 41 kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba lebih kecil dibandingkan dengan suku bunga yang dibayar oleh perusahaan. Berdasarkan pemaparan dan penelitian tersebut, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Ha4 : Kebijakan Hutang Berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderasi. 5. Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderasi. Rasio profitabilitas menunjukkan efektifitas atau kinerja perusahaan dalam menghasilkan tingkat keuuntungan dengan menggunakan asset yang dimilikinya. Rasio ini mencerminkan seberapa efektif perusahaan dikelola dan mencerminkan hasil bersih dari serangkaian kebijakan pengelolaan aset perusahaan. profitabilitas merupakan daya tarik utama bagi pemegang saham, karena profitabilitas adalah hasil yang diperoleh melaui usaha manajemen atas dana yang di investasikan para pemegang saham dan juga mencerminkan pembagian laba yang menjadi haknya yaitu seberapa banyak yang di investasikan kembali dan seberapa banyak yang dibayarkan sebagai dividen tunai. Profitabilitas memiliki peran penting dalam kebijakan deviden, dimana kebijakan ini pada akhirnya dapat memaksimalkan nilai perusahaan. Secara teori, profitabilitas atau tingkat keuntungan yang diperoleh oleh sebuah entitas akan mempengaruhi besarnya jumlah 42 deviden yang dibayarkan kepada para pemegang saham. Kemampuan membayar deviden erat hubungannya dengan kemampuan perusahaan memperoleh laba. Jika perusahaan memperoleh laba yang besar, maka kemampuan membayar deviden juga besar. Oleh karena itu, dengan deviden yang besar akan meningkatkan nilai perusahaan. Nilai perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan membayar dividen. Ada saatnya dividen tersebut tidak dibagikan oleh perusahaan karena perusahaan merasa perlu untuk menginvestasikan kembali laba yang diperolehnya. Besarnya dividen tersebut dapat mempengaruhi harga saham. Apabila dividen yang dibayar tinggi, maka harga saha, cenderung tinggi sehingga nilai perusahaan juga tinggi dan jika dividen dibayarkan kepada pemegang saham kecil maka harga saham perusahaan yang membagikannya tersebut juga rendah. Kemampuan sebuah perusahaan membayar dividen erat hubungannya dengan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Jika perusahaan memperoleh laba yang tinggi, maka kemampuan perusahaan akan membayar dividen juga tinggi. Dengan dividen yang besar akan meningkatkan nilai perusahaan. (Harjito dan Martono, 2005). Berdasarkan pemaparan diatas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Ha5 : Kebijakan Dividen Berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderasi. 43 BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bersifat kuantitatif dimana dilakukan dengan cara mengkuantifikasi data-data penelitian sehingga menghasilkan informasi yang dibutuhkan dalam analisis. Sedangkan jenis penelitian ini adalah kausal komparatif dimana merupakan jenis penelitian dengan karakteristik masalah berupa hubungan sebab akibat atara dua variabel atau lebih. Penelitian ini akan menguji dan memberikan bukti empiris mengenai pengaruh variabel independen, yaitu kebijakan hutang dan kebijakan dividen terhadap variabel dependen, yaitu nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel pemoderasi. B. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama kurun waktu penelitian (2014-2016). Tidak semua perusahaan tersebut jadikan obyek penelitian. Oleh karena itu dilakukan teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling method, yaitu metode pengambilan sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Adapun kriteria penentuan sampel adalah sebagai berikut : 1. Sampel merupakan perusahaan go public sektor properti dan real estate yang menerbitkan laporan keuangan tahunan selama periode observasi penelitian sejak tahun 2014 sampai tahun 2016. 44 2. Tersedianya rasio-rasio serta data keuangan lainya pada laporan keuangan yang telah ada pada tahun 2014-2016. Tabel 3.1 kriteria sampel penelitian Kriteria Perusahaan Jumlah Total Perusahaan properti dan real estate yang 53 listing di Bursa Efek Indonesia Memiliki laporan keuangan tahunan 3 tahun 36 terakhir, yaitu 2014-2016 Jumlah perusahaan yang memenuhi kriteria 13 Perusahaan yang memiliki kelengkapan data 39 berdasarkan jumlah data yang di observasi (13x3) Sumber : Data yang diolah Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih secara purposive samping, sehingga sampel dalam penelitian ini merupakan perusahaan properti dan real estate yan memiliki kriteria yang sesuai dengan tujuan penelitian. Sampel dipilih bagi perusahaan yang menyajikan data ysng dibutuhkan dalam penelitian ini, seperti laporan keuangan perusahaan dan laporan tahunan perusahaan. berikut ini adalah nama-nama perusahaan yang menjadi objek penelitian ini: Tabel 3.2 daftar sampel perusahaan properti dan real estate No Nama Perusahaan 1. Agung Podomoro Land Tbk. (APLN) 2. Alam Sutera Realty Tbk. (ASRI) 3. Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk. (BEST) 4. Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE) 5. Ciputra Development Tbk. (CTRA) 45 6. Duta Anggada Realty Tbk. (DART) 7. Kawasan Industri Jababeka Tbk. (KIJA) 8. Megapolitan Development Tbk. (EMDE) 9. Metropolitan Land Tbk. (MTLA) 10. Moderland Realty Tbk. (MDLN) 11. Pakuwon Jati Tbk (PWON) 12. Perdana Gapura Prima Tbk. (GPRA) 13. Plaza Indonesia Realty Tbk. (PLIN) Sumber: Fact Book BEI Tahun 2011-2016 C. Metode Pengumpulan Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan metode yang digunakan adalah: 1. Penelitian kepustakaan Penulis juga melakukan penelitian kepustakaan dengan memperoleh data yang berkaitan dengan pembahasan yang sedang diteliti melalui berbagai literatur seperti buku dan jurnal, baik jurnal asing maupun tidak. 2. Data sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak lain). Data dalam penelitian ini didapatkan melalui website Bursa Efek Indonesia (idx.co.id) dengan mengambil data financial report perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 46 D. Metode Analisis Data 1. Uji Hipotesis pengujian hipotesis penelitian dilakukan dengan Structual Equation Model (SEM) dengan menggunakan Partial Least Square (PLS) yang dikembangkan oleh Herman Wold (1985) sebagai teknik analisis data dengan software SmartPLS versi 3.0.M3 yang dapat diunduh dari http://www.smartpls.de. Pada awalnya PLS dikembangkan sebagai model umum untuk mengestimasi path model yang menggunakan variabel laten dengan multiple indicator. PLS awalnya diberi nama NIPALS (Nonlinier Iterative Partial Least Square) karena PLS menggunakan dua prosedur iterative yaitu metode estimasi least square (LS) untuk single dan multi component model unruk conanical correlation. Pendekatan PLS adalah distribution fee yang artinya tidak dapat berdistribusi tertentu, dapat berupa nominal, kategori, ordinal, interval, dan rasio. Dalam pengembangannya, model PLS diselesaikan oleh Herman Wold pada tahun 1977 yang kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Lohmoller pada tahun 1984 dan 1989, dan kemudian dikembangkan oleh Chin pada tahun 1966 (Ghozali 2015). Sirohi e.t al., (1998:232) dalam penelitian Nurjanati dan Rodoni (2015) berpendapat bahwa PLS merupakan teknik yang kuat dalam menganalisis variabel laten yang memiliki beberapa indikator pada SEM. Ghozali (2015:19) menyimpulkan bahwa PLS adalah sebuah pendekatan alternatif yang bergeser pada pendekatan SEM berbasis covariance 47 menjadi berbasis variance. Desain PLS dimaksudkan untuk mengatasi keterbatasan metode SEM lainnya ketika data mengalami masalah seperti pengukuran data dengan skala tertentu, jumlah sampel yang kecil, adanya missing value, data tidak normal dan adanya multikoliniaritas. Selain itu PLS dapat digunakan pada setiap jenis skala (nominal, ordinal, interval, rasio, serta syarat asumsi yang lebih fleksibel). Terdapat tiga kategori dalam melakukan estimasi parameter pada PLS, yaitu weight estimate, path estimate, dan means dan lokasi paraameter. Weight Estimate digunakan untuk menciptakan skor dari variabel laten. Path Estimate (estimasi jalur) digunakan untuk menghubungkan antar variabel laten dan juga menghubungkan variabel laten dengan blok indikatornya (loading). Means dan lokasi parameter sebagai nilai konstanta regresi dari indikator dan variabel lain. Selain itu, PLS menggunakan proses iterasi tiga tahap dan setiap tahap menghasilkan estimasi. Tahap pertama menghasilkan weight estimate, tahap kedua menghasilkan inner model dan outer model, dan tahap kedua menghasilkan means dan lokasi (konstanta). a. Spesifikasi Model Terdapat tiga model analisis jalur dalam PLS, yaitu inner model yang menspesifikasi hubungan antar variabel laten, outer model yang menspesifikasi hubungan antara variabel laten dengan variabel menifest, weight relation yang mengestimasi nilai dari variabel laten. 48 1. Inner Model Inner model merupakan model yang menggambarkan hubungan yang ada diantara variabel laten berdasarkan pada substantive theory. Inner model biasa disebut sebagai inner relation atau structural model. Model persamaan inner model adalah sebagai berikut: È = ß0 + ßÈ + Γξ + ζ Keterangan: È = vektor variabel laten endogen (dependen) ξ = vektor variabel laten eksogen (independen) ζ = vektor residual (unexplained variance) Oleh karena PLS didesain untuk model rekursif, atau sering disebut causal chain system, maka model rekrusif dari PLS adalah sebagai berikut: È j = ΣißjiÈ i + Σi γjbξb + ζj Keterangan: ßji = koefisien jalur yang menghubungkan predictor endogen γjb = koefisien jalur yang menghubungkan predictor eksogen i...b = indeks range sepanjang I dan b 49 j = jumlah variabel laten endogen ζj = inner residual variable 2. Outer Model Outer model adalah model yang menggambarkan hubungan antara variabel laten dengan indikatornya. Outer model biasa disebut sebagai outer relation atau measurement model. Pada outer model terdapat dua model yaitu model indikator refleksif dan model indikator formatif. Model refleksif sering disebut sebagai principal factor model yang berarti variabel manifest dipengaruhi oleh variabel laten. Persamaan model indikator refleksif adalah sebagai berikut: X = λ xξ + εx Y = λ yÈ + εy Dimana x dan y adalah indikator untuk variabel laten eksogen (ξ) dan variabel laten endogen (È ). Sedangkan λ dan λ y merupakan matriks loading yang menggambarkan seperti koefisien regresi sederhana yang menghubungkan variabel laten dengan indikatornya. Model formatif merupakan kebalikan dari model reflektif dimana model formatif mengasumsikan bahwa variabel manifes mempengaruhi variabel leten. Arah hubungan kausalitas mengalir dari variabel manifes ke variabel laten. Persamaan model indikator formatif adalah sebagai berikut: 50 Dimana ξ, È , X dan Y sama dengan persamaan sebelumnya. Dengan È x dan È y adalah seperti koefesien regresi berganda dari variabel laten terhadap indikator, sedangkan δξ dan É›È adalah residual dari regresi. Menurut MacKenzie et al. (2005) dalam Ghozali (2015: 61), terdapat beberapa kriteria untuk menentukan formatif model atau refleksif model, yaitu: a) Apakah indikator bersifat manifestasi terhadap konstruk atau dapat mendefinisikan karakteristik suatu konstruk. Jika indikator bersifat manifestasi terhadap konstruk, maka dapat diberikan judgment bahwa indikator mempunyai arah refleksif terhadap konstruk. Sebaliknya jika indikator bersifat mendefinisikan karakteritik atau menjelaskan konstruk, maka dapat diberikan judgment bahwa indikator mempunyai arah formatif terhadap konstruk tersebut. b) Apakah indikator-indikator tersebut secara konseptual dapat dipertukarkan. Jika arah indikator terhadap konstruk adalah refleksif, maka tiap indikartornya harus memiliki tema yang sama dan setiap indikator harus mampu menagkap esensi domain konstruknya. Sebaliknya jika arah indikator terhadap 51 konstruk adalah formatif, maka tiap indikator tidak perlu memiliki tema yang sama tetapi setiap indikatornya harus mampu menangkap aspek unik dari domain konstruknya. c). Apakah terdapat kovarian antar indikator kontruks. Indikator refleksif secara eksplisit memprediksi bahwa pengukuran model harus saling berkorelasi kuat karena memiliki kesamaan penyebab. Sebaliknya, indikator formatif, tidak memprediksi korelasi diantara indikator pengukurnya sehingga korelasi dapat bersifat tinggi, rendah, atau diantara keduanya. d) Apakah indikator memiliki anteseden dan atau konsekuensi yang sama. Indikator refleksif suatu konstruk harus memiliki anteseden dan konsekuensi yang sama, karena seluruh indikator mempunyai refleksi yang sama untuk satu konstruk dan secara konseptual dapat dipertukarkan. Sebaliknya, untuk indikator formatif suatu konstruk tidak perlu memiliki anteseden atau konsekuensi yang sama, karena masing-masing indikator adalah unik dan secara konseptual tidak dapat dipertukarkan. b. Kriteria Penilaian Dalam penggunaannya, PLS memiliki beberapa evaluasi terhadap model struktural dan model pengukuran, dilakukan uji convergent validity, discriminant validity, composite realibility, dan Avarage Variance Extracted. Sedangkan dalam evaluasi model 52 pengukuran dilakukan uji R-squared (R²) dan uji estimasi koefisien jalur. 1. Convergent Validity Convergent validity digunakan untuk mengukur besarnya korelasi antara variabel laten dengan variabel manifest pada model pengukuran refleksif. Dalam evaluasi convergent validity dapat dinilai berdasarkan korelasi antara item score / component score dengan construct score. Menurut Chin (1998) dalam Ghozali (2015 : 25), suatu korelasi dapat dikatakan memenuhi convergent validity apabila memiliki nilai loading sebesar lebih besar dari 0,5 sampai 0,6. 2. Discriminant Validity Discriminant validity dari model pengukuran refleksif dapat dihitung berdasarkan nilai cross loading dari variabel menifes terhadap masing-masing variabel laten. Jika korelasi antara variabel laten dengan sikap indikatornya (variabel manifes) lebih besar daripada korelasi dengan variabel lainnya, maka variabel laten tersebut dapat dikatakan memprediksi indikatornya lebih baik daripada indikator lainnya. Selain itu, discriminant validity juga dapat dihitung dengan membandingkan nilai square root of avarage variance extracted (AVE). Apabila nilai AVE lebih tinggi daripada nilai korelasi diantara variabel laten, maka discriminant validity dapat dianggap 53 tercapai. Discriminant validity dapat dikatakan tercapai apabila nilai AVE lebih besar dari 0,5. Cara untunk menghitung nilai AVE adalah sebagai berikut: Dimana λi adalah loading factor (convergent validity), dan var ε(i) = 1 – λi² 3. Composite Reliability Variabel laten dapat dikatakan memiliki reliabilitas yang baik apabila nilai composite reliability lebih besar dari 0,7. Cara untuk composite reliability adalah sebagai berikut: Dimana λi adalah loading factor (convergent validity), dan var ε(i) = 1 – λi² (Ghozali: 26) menyatakan bahwa pengukuran ini dapat digunakan untuk mengukur reliabilitas dan hasilnya telah konservatif dibandingkan nilai composite reliability. 4. R-squared (R²) Pengujian R-squared (R²) merupakan cara untuk mengukur tingkat Goodness of Fit (GOF) suatu model struktural. Nilai Rsquared (R²) digunakan untuk menilai seberapa besar pengaruh 54 variabel laten independen tertentu terhadap variabel laten dependen. E. Kriteria Penerimaan dan Penolakan Hipotesis Hipotesis adalah kesimpulan sementara yang harus dibuktikan kebenarannya atau dapat dikatakan proposisi tentatif tentang hubungan antara dua variabel atau lebih. Sebelum dilakukan pengujian hipotsis, maka harus diketahui Hipotesis Nol (H0) dan hipotesis alternatif (Ha). Kriteria penolakan dan penerimaan hipotesis pada penelitian ini adalah dengan menilai nilai T-statistik atau P-value. Nilai t-statistik (t-hitung) diperbandingkan dengan nilai t-tabel. Nilai t-tabel yang ditentukan dalam penelitian ini adalah sebesar 1,96 dengan tingkat signifikasi 0,05 (twotailed). Selanjutnya nilai t-tabel dijadikan nilai cut off untuk penerimaan atau penolakan hipotesis yang diajukan. Kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis dengan ketentuan sebagai berikut: 55 Uji Hipotesis 1: Kebijakan Hutang berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan Jika nilai t-statistik > dari nilai t-tabel dengan taraf signifikasi sebesar 0,05 (two-tailed), atau p-value < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Gambar 3.1 Hipotesis Pertama Uji Hipotesis 2: Kebijakan Dividen berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan. Jika nilai t-statistik > t-tabel dengan taraf signifikasi sebesar 0,05 (two tailed), atau p-value < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Gambar3.2 Hipotesis Kedua Uji Hipotesis 3: Profitabilitas berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan. Jika nilai t-statistik > t-tabel dengan taraf signifikasi sebesar 0,05 (two tailed), atau p-value < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. 56 Gambar 3.3 Hipotesis Ketiga Uji Hipotesis 4: Kebijakan Hutang berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Moderating. Jika nilai t-statistik > t-tabel dengan taraf signifikasi sebesar 0,05 (two tailed), atau p-value < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Gambar 3.4 Hipotesis Keempat Uji Hipotesis 5: Kebijakan Dividen berpengaruh terhadap Nilai Perusahaan dengan Kinerja Keuangan sebagai Variabel Moderating. Jika nilai t-statistik > t-tabel dengan taraf signifikasi sebesar 0,05 (two tailed), atau p-value < 0,05, maka Ho ditolak dan Ha diterima. 57 Gambar 3.5 Hipotesis Kelima F. Operasional Variabel Penelitian Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel dependen variabel independen, dan variabel moderasi. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan, variabel independennya adalah kebijakan hutang, kebijakan dividen, serta variabel moderasinya adalah profitabilitas. Pengertian dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut: 1. Variabel Dependen Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai perusahaan yang diproksikan dengan menggunakan Price to Book Value (PBV) dan Price Earnings Ratio (PER). PBV menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. 58 makin tinggi rasio ini, berarti pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut. Rasio PER memberi gambaran yang berfungsi sebagai perubahan kemampuan laba yang diharapkan di masa yang akan datang. Semakin besar PER, maka semakin besar pula kemungkinan perusahaan untuk tumbuh sehingga dapat meningkatkan nila perusahaan. Perhitungan PBV dan PER dapat dihitung dengan rumus: PBV = PER = 2. Variabel Independen Beberapa variabel independen yang digunanakan dalam penelitian ini antara lain: a. Kebijakan Hutang Variabel independen dalam penelitian ini adalah kebijakan hutang yang diproksikan dengan Debt to Asset Ratio (DAR) dan Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER). DAR adalah sebuah rasio untuk mengukur jumlh aset yang dibiayai oleh hutang. Semakin tinggi rasio ini mengindikasikan semakin besar jumlah aset yang dibiayai oleh huatang, semakin tinggi resiko perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka panjang dan semakin tinggi beban bunga hutang yang harus ditanggung perusahaan. Sedangkan Long Term Debt to Equity Ratio digunakan untuk mengukur bagian dari modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang. 59 Rasio DAR dapat diukur dengan rumus sebagai berikut: DAR = Rasio LTDER dapat diukur dengan rumus sebagai berikut: LTDER = b. Kebijakan Dividen Variabel dependen kedua dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen yang diproksikan dengan Devidend Payout Ratio (DPR) dan Devidend Yield Ratio (DYR). Devidend Payout Ratio adalah rasio yang menunjukkan presentase setiap keuntungan yang diperoleh yang didistribusikan kepada pemegang saham. Rasio ini digunakan ketika mempertimbangkan apakah seseorang sebagai investor akan berinvestasi pada perusahaan pencetak laba yang membayar dividen, atau berinvestasi pada perusahaan pencetak laba yang memiliki potensi pertumbuhan yang tinggi. Devidend Yield Ratio adalah rasio yang menunjukkan seberapa besar suatu perusahaan dalam membagikan dividend kepada pemilik saham dari harga sahamnya yang sekarang. Rasio DPR dapat diukur dengan rumus sebagai berikut: DPR = 60 Rasio DPR dapat diukur dengan rumus sebagai berikut: DYR = Dividen per lembar = 3. Variabel Moderasi Variabel moderasi dalam penelitian ini adalah kinerja keuangan yang diproksikan dengan Net Profit Margin (NPM), Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE). Net Profit Margin adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih. Semakin besar NPM, maka kinerja perusahaan akan semakin produkrif, sehingga akan meningkatkan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut. Return on Asset merupakan rasio keuangan yang mempresentasikan seberapa efektif aset perusahaan digunakan untuk menghasilkan laba. Rasio ini memberikan informasi besarnya laba yang diperoleh dari total asset yang dimiliki oleh perusahaan. Return on Equity merupakan hasil pengembalian atas ekuitas atau kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih setelah pajak engan menggunakan modal sendiri atau ekuitas. Rasio NPM dapat diukur dengan rumus sebagai berikut: NPM = 61 Rasio ROA dapat diukur dengan rumus sebagai berikut: ROA = Rasio ROE dapat diukur dengan rumus sebagai berikut: ROE = Tabel 3.3 Tabel Operasional Variabel No 1 2 3 4 5 Variabel Price to Book Value (PBV) Price Earning Ratio (PER) Debt to Asset Ratio (DAR) Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) Devidend Payout Ratio (DPR) Definisi Price to Book Value dan Price Earning Ratio. PBV menggambarkan seberapa besar pasar menghargai nilai buku saham suatu perusahaan. Rasio PER memberi gambaran yang berfungsi sebagai perubahan kemampuan laba yang diharapkan di masa yang akan datang. Rasio untuk mengukur jumlah aset yang dibiayai oleh hutang Rasio untuk mengukur bagian dari modal sendiri yang dijadikan jaminan untuk hutang jangka panjang. Devidend Payout Ratio adalah rasio yang menunjukkan Skala Rasio Pengukuran PBV = Rasio PER = Rasio DAR = Rasio LTDER = Rasio 62 6 7 8 9 Dividend Yield Ratio (DYR) Net Profit Margin (NPM) Return on Asset (ROA) Return on Equty (ROE) presentase setiap keuntungan yang diperoleh yang didistribusikan kepada pemegang saham. Devidend Yield Ratio adalah rasio yang menunjukkan seberapa besar suatu perusahaan dalam membagikan dividend kepada pemilik saham dari harga sahamnya yang sekarang. Net Profit Margin adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih. Return on Asset merupakan rasio keuangan yang mempresentasikan seberapa efektif aset perusahaan digunakan untuk menghasilkan laba. Return on Equity merupakan hasil pengembalian atas ekuitas atau kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih setelah pajak engan menggunakan modal sendiri atau ekuitas. DPR = Ratio DYR = Rasio NPM = Rasio ROA = Rasio ROE = 63 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Deskripsi Objek Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di BEI atau perusahaan yang telah go public. Sampel perusahaan yang berhasil diperoleh dan memenuhi kriteria adalah sebanyak 13 perusahaan, dimana penelitian dilakukan selama 3 tahun yaitu tahun 2014 hingga 2016, sehingga terkumpul sebanyak 39 sampel. Data penelitian ini diperoleh dari laporan keuangan dan laporan tahunan perusahaan dan Fact Book yang terdapat di situs resmi Indonesia Stock Exchange yaitu www.idx.co.id. Fokus penelitian ini untuk mengetahui pengaruh kebijakan hutang yang diproyeksikan Debt to Asset Ratio (DAR) dan Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER), kebijakan dividen yang diproyeksikan Devidend Payout Ratio (DPR) dan Devidend Yield Ratio (DYR) terhadap nilai perusahaan yang diwakili oleh Price to Book Value (PBV) dan Price Earning Ratio (PER) dengan profitabilitas sebagai variabel moderasi yang diproyeksikan Net Profit Margin (NPM), Return on Asset (ROA), dan Return on Equity (ROE). 64 B. Hasil Uji Analisis Data 1. Partial Least Square (PLS) Teknik pengolahan data dengan menggunakan pendekatan SEM yang berbasis Partial Least Square (PLS) memerlukan dua tahap untuk menilai Fit Model pada sebuah penelitian. Tahap-tahap tersebut adalah sebagai berikut: a. Menilai Outer Model atau Measurement Model Outer Model yaitu spesifikasi hubungan antar variabel laten dengan indikatornya, disebut juga dengan outerdika relation atau measurement model, mendefinisikan karakteristik konstruk dengan variabel manifestasinya. Sebelum melakukan pengujian hipotesis untuk memprediksi hubungan antar variabel laten dalam model struktural, terlebih dahulu dilakukan evaluasi model pengukuran untuk verifikasi indikator dan variabel laten yang dapat diuji selanjutnya. Ukuran refleksif individual dikatakan tinggi jika berkorelasi lebih dari 0,70 dengan konstruk yang diukur. Namun, untuk penelitian tahap awal dari pengembangan skala pengukuran nilai loading 0,5 sampai 0,6 dianggap cukup memadai. Dalam penelitian ini akan digunakan batas loading factor sebesar 0,50. Indikator reflektif harus dieliminasi (dihilangkan dari model pengukuran ketika nilai loading lebih kecil dari 0,5. Berikut adalah hasil nilai loading yang didapatkan. 65 Gambar 4.1 Diagram jalur disertai Nilai Loading Factor Berdasarkan gambar 4.1 diatas, maka indikator TobinsQ harus dieliminasi dari model karena memiliki nilai loading factor di bawah 0,5. Sehingga dihasilkan diagram yang baru sebagai berikut. 66 Gambar 4.2 Diagram Jalur disertai Nilai Loading Factor Setelah Eliminasi Indikator TobinsQ Berdasarkan gambar 4.2 diatas, setelah indikator TobinsQ dieliminasi dari model, ada beberapa indikator dari variabel kebijakan hutang yng memiliki nilai loading factor di bawah 0,5 yakni DAR, DER, dan LTDR, sehingga ketiga indikator tersebut harus deliminasi. Setelah mengeliminasi ktiga indikator tersebut, dihasilkan diagram yang baru sebagai berikut. 67 Gambar 4.3 Diagram Jalur disertai Nilai Loading Factor Setelah Eliminasi Indikator DER, EAR, TIER. Berdasarkan gambar 4.3 dapat diketahui bahwa lebih dari 50% dari varian masing-masing pada kedua indikator, yaitu DAR dan LTDER dapat dijelaskan oleh variabel laten kebijakan hutang. Variabel laten kebijakan dividen dapat menjelaskan varian dari indikator DPR dan DYR masing-masing lebih dari 70%. Varian dari ROA, ROE, dan NPM masing-masing dapat dijelaskan oleh variabel laten profitabilitas diatas 70%. Sedangkan variabel nilai perusahaan sebagai variabel laten endogen mampu menjelaskan indikatornya, yakni PBV dan PER masing-masing diatas 80%. Sehingga secara keseluruhan masingmasing variabel laten telah mampu menjelaskan varian dari setiap indikator-indikator yang mengukurnya diatas 50%. 68 1) Uji Outer Model Hipotesis 1 Gambar 4.1 berikut ini merupakan hasil estimasi dengan perhitungan menggunakan PLS untuk data hubungan Profitabilitas terhadap Corporate Social Responsibility Disclosure. Gambar 4.4 Model Struktural dengan PLS untuk H1 Sumber: Pengolahan data dengan PLS, 2017 Dari gambar di atas terlihat bahwa dua indikator variabel kebijakan hutang yaitu indikator Debt to Asset Ratio (DAR) dan Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) memiliki loadig factor di atas 0,50 yang menandakan kedua indikator tersebut dapat mewakili konstruk variabel Kebijkaan Hutang dalam hal pengaruh terhadap variabel laten ( Nilai Perusahaan). Sedangkan variabel laten nilai perusahaan memiliki dua indikator yaitu Price to Book Value (PBV) dan Price Earning Ratio (PER), yang mana kedua indikator tersebut memiliki loadig factor di atas 0,50 yang menandakan kedua indikator tersebut dapat mewakili konstruk variabel nilai perusahaan. Untuk memastikan bahwa setiap konsep dari masing variabel laten berbeda dengan variabel lainnya dapat dinilai dengan Discriminant validity. Model mempunyai discriminant validity yang baik jika setiap 69 nilai loading dari setiap indikator sebuah variabel laten memiliki nilai loading yang paling besar dibandingkan dengan nilai loading lain terhadap variabel laten lainnya. Dari tabel di bawah dapat dilihat bahwa semua nilai loading factor untuk setiap indikator dari masingmasing variabel laten memiliki nilai yang lebih besar jika dibandingkan dengan variabel laten lainnya. Hasil pengujian discriminant validity diperoleh sebagai berikut Tabel 4.1 Nilai Discriminant Validity H1 (Cross Loading) Dari tabel diatas terlihat bahwa setiap korelasi variabel dengan indikatornya lebih tinggi dengan korelasi variabel dengan indikator lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa variabel laten yaitu Kebijakan Hutang memprediksi indikator pada blok ini lebih baik dibandingkan dari indikator blok lainnya. 70 Disamping uji validitas konstruk, dilakukan juga uji reliabilitas konstruk yang diukur dengan composite reliability dari blok indikator yang mengukur konstruk. Konstruk dinyatakan reliable jika nilai composite reliability di atas 0.70. Pada tabel di bawah akan disajikan nilai Composite Reliability untuk variabel H1. Tabel 4.2 Composite Reliability H1 Berdasarkan tabel 4.2 diatas dapat disimpulkan bahwa konstruk memiliki reliabilitas yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan nilai composite reliability di atas 0,70 sebagaimana kriteria yang direkomendasikan. 2) Uji Outer Model Hipotesis 2 Gambar 4.1 berikut ini merupakan hasil estimasi perhitungan dengan menggunakan PLS untuk data hubungan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan. 71 Gambar 4.5 Model Struktural dengan PLS untuk H2 Sumber: Pengolahan data dengan PLS, 2017 Dari gambar 4.5 di atas terlihat bahwa dua indikator variabel kebijakan dividen yaitu indikator Dividend Payout Ratio (DPR) dan Dividend Yield Ratio (DYR) memiliki loadig factor di atas 0,50 yang menandakan kedua indikator tersebut dapat mewakili konstruk variabel Kebijkaan Dividen dalam hal pengaruh terhadap variabel laten ( Nilai Perusahaan). Untuk memastikan bahwa setiap konsep dari masing variabel laten berbeda dengan variabel lainnya dapat dinilai dengan Discriminant validity. Model mempunyai discriminant validity yang baik jika setiap nilai loading dari setiap indikator dari sebuah variabel laten memiliki nilai loading yang paling besar dibandingkan dengan nilai loading lain terhadap variabel laten lainnya. Hasil pengujian discriminant validity diperoleh sebagai berikut: 72 Tabel 4.3 Nilai Discriminant Validity H2 (Cross Loading) Dari tabel diatas terlihat bahwa setiap korelasi variabel dengan indikatornya lebih tinggi dengan korelasi variabel dengan indikator lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa variabel laten yaitu Kebijakan Dividen memprediksi indikator pada blok ini lebih baik dibandingkan dari indikator blok lainnya. Disamping uji validitas konstruk, dilakukan juga uji reliabilitas konstruk yang diukur dengan composite reliability dari blok indikator yang mengukur konstruk. Konstruk dinyatakan reliable jika nilai composite reliability di atas 0.70. Pada tabel di bawah akan disajikan nilai Composite Reliability untuk variabel H2. 73 Tabel 4.4 Composite Reliability H2 Berdasarkan tabel 4.5 diatas dapat disimpulkan bahwa konstruk memiliki reliabilitas yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan nilai composite reliability di atas 0,70 sebagaimana kriteria yang direkomendasikan. 3) Uji Outer Model atau Measurement Hipotesis 3 Gambar 4.6 berikut ini merupakan hasil estimasi perhitungan dengan menggunakan PLS untuk data hubungan profitabilitas terhadap nilai perusahaan. Gambar 4.6 Model Struktural dengan PLS untuk H3 Sumber: Pengolahan data dengan PLS, 2017 Dari gambar 4.6 di atas terlihat bahwa tiga indikator variabel kebijakan Profitabilitas yaitu indikator Return on Asset (ROA), 74 Return on Equity (ROE), dan Net Profit Margin (NPM) memiliki loadig factor di atas 0,50 yang menandakan kedua indikator tersebut dapat mewakili konstruk variabel profitabilitas dalam hal pengaruh terhadap variabel laten ( Nilai Perusahaan). Untuk memastikan bahwa setiap konsep dari masing variabel laten berbeda dengan variabel lainnya dapat dinilai dengan Discriminant validity. Model mempunyai discriminant validity yang baik jika setiap nilai loading dari setiap indikator dari sebuah variabel laten memiliki nilai loading yang paling besar dibandingkan dengan nilai loading lain terhadap variabel laten lainnya. Hasil pengujian discriminant validity diperoleh sebagai berikut: Tabel 4.5 Nilai Discriminant Validity H3 (Cross Loading) Dari tabel diatas terlihat bahwa setiap korelasi variabel dengan indikatornya lebih tinggi dengan korelasi variabel dengan indikator 75 lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa variabel laten yaitu Profitabilitas memprediksi indikator pada blok ini lebih baik dibandingkan dari indikator blok lainnya. Disamping uji validitas konstruk, dilakukan juga uji reliabilitas konstruk yang diukur dengan composite reliability dari blok indikator yang mengukur konstruk. Konstruk dinyatakan reliable jika nilai composite reliability di atas 0.70. Pada tabel di bawah akan disajikan nilai Composite Reliability untuk variabel H3. Tabel 4.6 Composite Reliability H3 Berdasarkan tabel 4.6 diatas dapat disimpulkan bahwa konstruk memiliki reliabilitas yang baik. Hal ini ditunjukkan dengan nilai composite reliability di atas 0,70 sebagaimana kriteria yang direkomendasikan. b. Menilai Inner Model atau Structural Model Pengujian inner model atau model struktural dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel, nilai signifikansi dan R-square dari model penelitian. Penelitian model PLS dimulai dengan melihat R- 76 square untuk setiap variabel laten dependen. Perubahan nilai R-square dapat digunakan untnuk menilai pengaruh variabel laten independen tertentu terhadap variabel laten dependen apakah mempunyai pengaruh yang subtantif. Tabel berikut in merupakan hasil estimasi R-square dengan menggunakan SmartPLS. Tabel 4.7 Nilai R-SQUARE Sumber: Output SMartPLS, sig*5% Tabel 4.7 Ini menunjukkan R-square kontruk Nilai Perusahaan sebesar 0,395. Semakin tinggi nilai R-square, maka semakin besar kemampuan variabel independen tersebut dapat menjelaskan variabel dependen sehingga semakin baik persamaan struktural. Variabel nilai perusahaan memiliki nilai R-square 0,395 yang berarti 39,5% variance Kebijakan hutang, kebijakan dividen dan profitabilitas mampu dijelaskan oleh variabel nilai perusahaan. 2. Hasil Pengujian Hipotesis Signifikansi parameter yang diestimasi memberikan informasi yang sangat berguna mengenai hubungan antara variabel-variabel penelitian. Dasar yang digunakan dalam menguji hipotesis adalah nilai yang terdapat pada output path coefficient. Signifikansi pengaruh antar 77 variabel didapat dengan melihat nilai koefisien parameter dan nilai signifikansi T statistik. Dalam PLS pengujian secara statistik setiap hubungan yang dihipotesiskan dilakukan dengan menggunakan simulasi. Dalam hal ini dilakukan metode bootstrap terhadap sampel. Pengujian dengan bootstrap juga dimaksudkan untuk meminimalkan masalah ketidak normalan data penelitian. Dari hasil uji path coefficient pada tabel di atas didapat hasil untuk pengujian hipotesis. Tabel 4.9 di bawah memberikan output estimasi untuk pengujian model struktural. Tabel 4.8 Result For Path Coefficient Hipotesis Variabel Original Sample T-Statistik P-Value Kesimpulan Ha1 KH NP 0.140 0.591 0.555 Ditolak Ha2 KD NP 0.386 2.044* 0.041 Diterima NP 0.475 2.111* 0.035 Diterima Ha3 Prof Ha4 KH*Prof NP -0.148 0.825 0.410 Ditolak Ha5 KD*Prof NP -0.151 0.322 0.740 Ditolak Sumber: Output SMartPLS, sig*5% Tabel diatas menunjukkan bahwa pengaruh KH (kebijakan hutang) terhadap NP (nilai perusahaan) sebesar 0.140 dan tidak signifikan pada 0.05 (0.555<1.96) dan P-value 0.555>0.05. Pengaruh KD (kebijakan dividen) terhadap NP (nilai perusahaan) sebesar 0.386 dan signifikan pada 0.05 (2.044>1.96) dan P-value 0.041<0.05. Pengaruh Profitabilitas 78 terhadap NP (nilai perusahaan) sebesar -0.148 dan signifikan pada 0.05 (2.111<1.96) dan P-value 0.035<0.05. Pengaruh KH (kebijakan hutang) dengan Profitabilitas terhadap NP (nilai perusahaan) sebesar 0.509 dan tidak signifikan pada 0.05 (0.825<1.96) dan P-value 0.410>0.05. Pengaruh KD (kebijkan dividen) dengan Profitabilitas terhadap NP (nilai perusahan) sebesar -0.080 dan tidak signifikan pada 0.05 (0.322<1.96) dan P-value 0.740>0.05. a. Hipotesis 1 (Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan) Hipotesis pertama (Ha1) menyatakan bahwa kebijakan hutang berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Hasil uji terhadap koefisien parameter antara kebijakan hutang terhadap nilai perusahaan menunjukkan adanya pengaruh positif sebesar 0.140 dengan nilai tstatistik sebesar 0.591 signifikan pada 0.05. Nilai t-statistik tersebut lebih kecil dari 1.96, dan atau p-value sebesar 0.555 lebih besar dari 0.05, dengan demikian hipotesis pertama (Ha1) tidak dapat diterima atau ditolak. Hasil pengujian hipotesis pertama membuktikan bahwa kebijakan hutang yang diukur dengan Debt to Asset Ratio (DAR) dan Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diproksikan dengan Price to Book Value (PBV) dan Price Earnings Ratio (PER) pada periode 2014-2016. Pembuktian ini tidak berhasil membuktikan bahwa kebijakan hutang tidak dapat mempengaruhi tinggi-rendahnya nilai perusahaan. Hal ini sesuai 79 dengan teori Modigliani dan Miller (MM), yang menyatakan bahwa struktur modal tidak memengaruhi biaya modal perusahaan dan juga tidak memengaruhi nilai perusahaan. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Herawati (2013) yang menyatakan bahwa kebijakan hutang tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan, begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Martikarini (2014) yang menyatakan bahwa kebijakan hutang tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Tetapi, hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Mulianti (2010) yang membuktikan bahwa kebijakan hutang berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan. Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Nainggolan dan Listiadi (2014) yang menyatakan bahwa kebijakan hutang berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan. b. Hipotesis 2 (Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan) Hipotesis kedua menyatakan bahwa kebijakan dividen berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil uji terhadap koefisien parameter antara kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan menunjukkan adanya pengaruh positif sebesar 0.386 dengan nilai tstatistik 2.044 dan signifikan pada 0.05. Nilai statistik tersebut diatas 1.96, dan P-value 0.041 lebih kecil dari 0.05, dengan demikian hipotesis kedua (Ha2) dapat diterima. 80 Hasil pengujian hipotesis kedua membuktikan bahwa kebijakan dividen yang diukur dengan Devidend Payout Ratio (DPR) dan Dividend Yield Ratio (DYR) berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan yang diproksikan dengan Price Book to Value (PBV) Price Earnings Ratio (PER) pada periode 2014-2016. Pembuktian ini berhasil mendukung teori Bird In-the-Hand, yang menyatakan bahwa kebijakan dividen mempunyai pengaruh positif terhadap harga pasar saham. Artinya, semakin besar jumlah dividen yang dibagikan oleh suatu perusahaan, semakin tinggi pula harga pasar saham perusahaan yang bersangkutan begitupun sebaliknya. Hal ini terjadi karena pembagian dividen dapat mengurangi ketidakpastian yang dihadapi investor. Hasil ini sesuai dengan penelitian Fenandar (2012) yang membuktikan bahwa kebijakan dividen berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, begitu juga penelitian oleh Martikarini (2014) yang menyatakan bahwa kebijakan dividen berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Tetapi hasil penelitian ini berbeda dengan Mayangsari et al., (2015), yang membuktikan bahwa kebijakan dividen berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, begitu juga dengan penelitian Sofyanigsih dan Hardaningsih (2011) yang menunjukkan bahwa kebijakan dividen terbukti tidak mempengaruhi nilai perusahaan. 81 c. Hipotesis 3 (Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan) Hipotesis ketiga (Ha3) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil uji terhadap koefisien parameter antara profitabilitas terhadap nilai perusahaan menunjukkan pengaruh sebesar 0.475 dengan nilai t-statistik sebesar 2.111 signifikan pada 0.05 Nilai t-statistik tersebut di bawah 1.96 dan P-value 0.035 lebih kecil dari 0.05, dengan demikian hipotesis ketiga (Ha3) dapat diterima. Hasil pengujian hipotesis ketiga membuktikan bahwa profitabilitas yang diukur dengan Net Profit Margin (NPM), Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE) berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan yang diproksikan dengan Price to Book Value (PBV) dan Price Earnings Ratio (PER) pada periode 2014-2016, yang berarti bahwa semakin tinggi profitabilitas maka semakin tinggi nilai perusahaan, begitu pula sebaliknya semakin rendah profitabilitas maka semakin rendah pula nilai perusahaan. Pembuktian ini membuktikan teori apabila perusahaan yang memiliki profit yang tinggi maka harga sahamnya tinggi atau nilai perusahaan tinggi. Profit yang tinggi akan memberikan indikasi prospek perusahaan yang baik sehingga dapat memicu investor untuk ikut meningkatkan permintaan saham. Selanjutnya dengan permintaan saham yang meningkat akan menyebabkan nilai perusahaan akan meningkat. 82 Hasil ini sesuai dengan penelitian Pratama dan Wiksuana (2016) yang membuktikan bahwa profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Wahyudi dkk., (2016) yang menunujukaan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan secara positif. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Herawati (2012) yang membuktikan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif signifikan terhadap nilai perusahaan. d. Hipotesis 4 (Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderasi) Hasil uji terhadap koefisien parameter antara kebijakan hutang dengan profitabilitas terhadap nilai perusahaan menunjukkan pengaruh negatif sebesar -0.148 dengan nilai t-statistik sebesar 0.825 dan tidak signifikan pada 0.05. Nilai t-statistik tersebut di bawah 1.96, dan pvalue sebesar 0.410 lebih besar dari 0.05, dengan demikian maka hipotesis keempat (Ha4) tidak dapat diterima atau ditolak. Hasil pengujian hipotesis kelima membuktikan bahwa kebijakan dividen yang diukur dengan Dividend Payout Ratio (DPR) dan Dividend Yield Ratio (DYR) dengan profitabilitas yang diukur dengan Return on Asset (ROA), Retun on Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan Price to Book Value (PBV) dan Price Earnings Ratio (PER) pada period 2014-2016. Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan 83 kebijakan hutang tidak dapat meningkatkan nilai perusahaan pada saat profitabilitas tinggi, dan sebaliknya kebijakan hutang tidak dapat menurunkan nilai perusahaan pada saat profitabilitas rendah. Pembuktian ini tidak berhasil membuktikan bahwa kebijakan hutang dengan profitabilitas dapat memperkuat pengaruh terhadap tinggi-rendahnya nilai perusahaan. Dengan kata lain, profitabilitas sebagai variabel moderasi dinyatakan tidak dapat memperkuat hubungan antara kebijakan dividen dengan nilai perusahaan. e. Hipotesis 5 (Pengaruh Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Moderasi) Hipotesis kelima (Ha5) menyatakan bahwa kebijakan dividen dengan profitabilitas tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hasil uji terhadap koefisien parameter antara kebijakan dividen dengan profitabilitas terhadap nilai perusahaan menunjukkan pengaruh negatif sebesar -0.151 dengan nilai t-statistik sebesar 0.332 tidak signifikan pada 0.05. Nilai t-statistik tersebut dibawah 1.96 dan pvalue sebesar 0.740, dengan demikian maka hipotesis keempat (Ha5) tidak dapat diterima atau ditolak. Hasil pengujian hipotesis kelima membuktikan bahwa kebijakan dividen yang diukur dengan Dividend Payout Ratio (DPR) dan Dividend Yield Ratio (DYR) dengan profitabilitas yang diukur dengan Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang 84 diukur dengan Price to Book Value (PBV) dan Price Earnings Ratio (PER) pada period 2014-2016. Pembuktian ini tidak berhasil membuktikan bahwa kebijakan dividen dengan profitabilitas dapat memperkuat pengaruh terhadap tinggi-rendahnya nilai perusahaan. Dengan kata lain, profitabilitas sebagai variabel moderasi dinyatakan tidak dapat memperkuat hubungan antara kebijakan dividen dengan nilai perusahaan. 85 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kebijakan hutang dan kebijakan dividen terhadap nilai perusahaan dengan profitabilitas sebagai variabel moderasi. Sampel penelitian ini adalah perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indoesia (BEI) periode 2014 sampai dengan tahun 2016. Total sampel yang digunakan sebanyak 13 perusahaan dengan 39 data perusahaan selama 3 tahun. Berdasarkan hasil analisa dan pembahasan pada bab sebelumnya diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil pengujian hipotesis pertama membuktikan bahwa kebijakan hutang yang diproksikan dengan Debt to Asset Ratio (DAR) dan Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diproksikan dengan Price to Book Value (PBV) dan Price Earning Ratio (PER). 2. Hasil pengujian hipotesis kedua membuktikan bahwa kebijakan dividen yang diproksikan dengan Dividend Payout Ratio (DPR) dan Dividend Yield Ratio (DYR) berpengaruh positif signifikan terhadap nilai perusahaan yang diproksikan dengan Price to Book Value (PBV) dan Price Earning Ratio (PER). 3. Hasil pengujian hipotesis ketiga membuktikan bahwa profitabilitas yang diproksikan dengan Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE) dan 86 Net Profit Margin (NPM) berpengaruh terhadap nilai perusahaan yang diproksikan dengan Price to Book Value (PBV) dan Price Earning Ratio (PER). 4. Hasil pengujian hipotesis keempat membuktikan bahwa profitabilitas yang diproksikan dengan Return on Assets (ROA), Return on Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) tidak mampu memperkuat hubungan antara kebijakan hutang yang diproksikan dengan Debt to Asset Ratio (DAR) dan Long Term Debt to Equity Ratio (LTDER) terhadap nilai perusahaan yang diproksikan dengan Price to Book Value (PBV) dan Price Earning Ratio (PER). 5. Hasil pengujian hipotesis kelima membuktikan bahwa profitabilitas yang diproksikan Return on Assets (ROA) Return on Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) tidak mampu memperkuat hubungan antara kebijakan dividen yang diproksikan dengan Dividend Payout Ratio (DPR) dan Dividend Yield Ratio (DYR) terhadap nilai perusahaan yang diproksikan dengan Price to Book Value (PBV) dan Price Earning Ratio (PER). B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian diatas, saran untuk penelitian selanjtnya yaitu: 1. Bagi investor, sebaiknya memperhatikan kebijakan suatu perusahaan, seperti kebijakan hutang dan kebijakan dividen, sehingga dapat mencapai tujuan investasi yang diinginkan. 87 2. Bagi penelitian selanjutnya. a. Penggunaan variable-variabel lain yang kemungkinan bias menjadi factor yang berpengaruh terhadap nilai perusahaan ukuran perusahaan, kepemikan manajemen, Corporate Social Responsibility (CSR) dan lain sebagainya. b. Menggunakan proksi lainnya dalam mengukur nilai perusahaan, seperti, Market-to-Book Ratio, dan lain sebagainya. c. Penelitian selanjutnya dapat menambah sampel penelitian dengan memasukkan industry-industri lainnya yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ssehingga hasil penelitian dapat lebih representative. d. Penelitian selanjutnya dapat menambah periode penelitian dengan menggunakan waktu tahun yang lebih panjang sehingga total observasi yang diperolah lebih banyak. 88 DAFTAR PUSTAKA Abor, Joshua. (2007). “Debt Policy and Performance of SMEs Evidence from Ghanaian and South African Firms”. The Journal of Risk Finance, Vol. 8 No. 4 pp. 364-379 Alfredo Mahendra Dj, Luh Gede Sri Artini, dan A.A Gede Suarjana, “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Manajemen, Strategi Bisnis, dan Kewirausahaan. Vol. 6 No.2, 2012, 131. Brealey, R.A dan Myers, S.C. dan Marcus A..J. (2010). Dasar – dasar Manajemen Keuangan Perusahaan. 5. Jakarta: Erlangga. Brigham, Eugene F dan Houston. 2010. Dasar-dasar Manjemen Keuangan. Salemba Empat: Jakarta. Chang Cheng, Ming dan Ching Tzen, Zuwei. (2011). “The Effect of Leverage on Firm Value and How The Firm Financial Quality Influence on This Effect”. World Journal of Management. Vol. 3 (2). 30-53 Che Ahmad, Nosakhare Peter Osazuwa Ayoib. (2016). “The moderating effect of profitability and leverage on the relationship between ecoefficiency and firm value in publicly traded Malaysian firms". Social Responsibility Journal, Vol. 12 Iss 2 Chowdhury, Anup & Chowdury, Suman Paul. (2010). “Impact of Capital Structure on Firm’s Value: Evidence from Bangladesh”. Business and Economic Horizons, Vol. 3 pp. 111-122. Christiawan, Y.J. dan Tarigan, J. (2007). “Kebijakan Hutang, Kinerja, dan Nilai Perusahaan”. Jurnal Ekonomi Akuntansi. Vol. 9 (1). 1-8. Fenandar, Gany Fenandar. (2012). “Pengaruh Keutusan Investasi, Keputusan Pendanaan, dan Kebijakan Dividen terhadap Nilai Perusahaan”. Universitas Diponegoro, Semarang. 2012. Gozhali, Imam. Latan, Hengky. “Partial Least Square : Konsep, Teknik dan Aplikasi menggunakan Program SmartPLS 3.0 untuk Penelitian Empiris”. Semarang : Undip. 2015 Hanafi, Mamduh M.2004. Manajemen Keuangan. Edisi 1. Yogyakarta: BPFE. 89 Hardianto, Muhammad Luthfi. 2013. “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan terhadap Nilai Perusahaan dengan Pengungkapan CSR dan GCG sebagai Variabel Pemoderasi”. Semarang. Herawati, Titin. (2012). “Pengaruh Kebijakan Deviden, Kebijakan Hutang, dan Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaan”. Jurnal.2012. Husnan, Suad . 2001. Teori Portofolio dan Analisis Sekuritas. AMPYKPN: Yogyakarta. Husnan, Suad, Dr. 2000. Manajemen Keuangan Teori dan Terapan. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta Husnan, Suad. 2008. Manajemen Keuangan. BFPE: Yogyakarta. Kasmir, 2008. Analisis Laporan Keuangan. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta. Keown, Arthur et al. 2010. Dasar-dasar Manajemen. Buku Dua Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Empat. Kodrat, David Sukardi dan Herdinata, Christian. (2009). Manajemen Keuangan based on Empirical Research. Yogyakarta : Graha Ilmu. Mahendra, Dj.A dan Sri-Artini, L.G dan Suarjaya-Gege, A.A. (2012). “Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur di BEI”. Jurnal Manajemen, Strtegi Bisnis, dan Kewirausahaan. Vol. 6 (2). 130-138 Martikarini, Nani. “Pengaruh Profitabilitas, Kebijakan Hutang dan Dividen terhadap Nilai Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011”. E-journal Universitas Gunadarma, Depok. 2014. Mayangsari, Anggi Septia dkk. (2015). “Analisis Kebijakan Dividen, Kebijakan Hutang dan Nilai Perusahaan pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2013”. Artikel Ilmiah Mahasiswa. Mulianti, Fitri Mega (2010). “Analisis Faktor-faktor yang mempengaruhi Kebijakan Hutang dan Pengaruhnya terhadap Nilai Perusahaan”. Tesis 90 Nainggolan, Subarman dan Listiadi, Agung. (2014). “Pengaruh Kebijakan Hutang terhadap Nilai Perusahaan Dengan Kebijakan Deviden Sebagai Variabel Moderasi”. Jurnal Ilmu Manajemen. Vol. 2 (3), 868-879. Nofrita, Ria. (2013). “Pengaruh Profitabilitas terhadap Nilai Perusahaann dengan Kebijakan Dividen sebagai Variabel Intervening”. E-Jurnal UNP Nurjanati, Ratri dan Rodoni, Ahmad. “Pengaruh Asimetri Informasi dan Tingkat Disclousure terhadap Biaya Ekuitas dengan Kepemilikan Manajerial sebagai Variabel Moderating”. Jurnal Bisnis dan Manajemen. Vol. 5, No. 2. Pratama, Bagus Angga dan Wiksuana, Bagus. (2016). “Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Leverage terhadap Nilai Perusahaan dengan Profitabilitas sebagai Variabel Mediasi”. E-Jurnal Manajemen Unud. Vol. 3 No. 2 ISSN: 2302-8912 Paranita, Ekayana Sangkasari. (2007). “Analisis Pengaruh Insider Ownership, Kebijakan Utang, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan terhadap Nilai Perusahaan”. ASET. Volume. 9 No. 2. Agustus Prempeh, K B, Asare, E N, & Sekyere, A McBright. (2016). “The Effect of Debt Policy on Firms Performance: Empirical Evidence from Listed Manufacturing Companies on The Ghana Stock Exchange”. MPRA Paper No. 75200, posted 24 November 2016 21:42 UTC Purwanta Suta, I Wayan dkk. (2016). “Pengaruh Kebijakan Utang pada Nilai Perusahaan dengan Kepemilikan Institusional sebagai Variabel Moderasi”. Jurnal Bisnis dan Kewirausahaan. Vol. 12, No. 3. Rustendi, T. dan Jimmi, F. (2008). “Pengaruh Hutang dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Nilai Perusahaan pada Perusahaan Manufaktur”. Jurnal Akuntansi. Vol. 3 (1). ISSN: 1907-9958. 411422. Sofyaningsih, S dan Hardaningsih, P (2011). “Struktur Kepemilikan, Kebijakan Dividen, Kebijakan Utang dan Nilai Perusahaan”. Jurnal Dinamika Keuangan dan Perbankan. Vol. 3, No. 1. ISSN: 19794878. 91 Sudana, I Made. (2011). Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Erlangga. Tandelilin, Enduardus. (2007). Analisis Investasi dan Manejemen. Portofolio (Edisi Pertama, Cetakan Kedua). Yogyakarta: BPFE. Wahyudi, Henri Dwi dkk. (2016). “Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Kebijakan Dviden dan Keputusan Investasi terhadap Nilai Perusahaan”. Volume. 1 No. 2 Desember 2016 : 156-164 Weston J. Fred dan Coopeland E. Thomas. 2014. Manajemen Keuangan. Edisi Sembilan. Jakarta: Binarupa Aksara. 92 LAMPIRAN-LAMPIRAN 93 LAMPIRAN 1: Data Sampel Perusahaan Daftar Perusasaan Properti dan Real EstateTahun 2014-2016 yang Menjadi Objek Penelitian No Nama Perusahaan 1. Agung Podomoro Land Tbk. (APLN) 2. Alam Sutera Realty Tbk. (ASRI) 3. Bekasi Fajar Industrial Estate Tbk. (BEST) 4. Bumi Serpong Damai Tbk. (BSDE) 5. Ciputra Development Tbk. (CTRA) 6. Duta Anggada Realty Tbk. (DART) 7. Kawasan Industri Jababeka Tbk. (KIJA) 8. Megapolitan Development Tbk. (EMDE) 9. Metropolitan Land Tbk. (MTLA) 10. Moderland Realty Tbk. (MDLN) 11. Pakuwon Jati Tbk (PWON) 12. Perdana Gapura Prima Tbk. (GPRA) 13. Plaza Indonesia Realty Tbk. (PLIN) Sumber: Fact Book BEI Tahun 2011-2016 94 Lampiran 2: Daftar Rincian Data Perusahaan Hasil Olah Debt to Asset Ratio (DAR) dan Long Term Debt to Equity Ratio (LTDR) Kebijakan Hutang No Kode 2014 2015 2016 DAR LTDR DAR LTDR DAR LTDR 1 APLN 0.36 8.67 0.19 1.98 0.18 2.39 2 ASRI 0.38 1.17 0.23 4.54 0.02 3.01 3 BEST 0.78 6.15 0.10 2.71 0.04 3.01 4 BSDE 0.65 5.21 0.13 3.67 0.05 1.86 5 CTRA 0.50 9.67 0.12 3.28 0.14 2.74 6 DART 0.64 5.52 0.49 3.37 0.002 0.02 7 EMDE 0.51 6.57 0.06 1.93 0.10 1.05 8 KIJA 0.55 2.93 0.52 0.15 1.54 3.69 9 MTLA 0.62 1.18 0.16 2.89 0.90 1.14 10 MDLN 0.51 4.47 0.17 2.09 0.30 7.95 11 GPRA 0.58 2.74 0.12 3.88 0.49 0.06 12 PLIN 0.52 5.84 0.91 5.46 0.20 0.01 13 PWON 0.49 8.17 0.19 1.19 4.03 0.08 95 Hasil Olah Data Dividend Payout Ratio (DPR) dan Dividend Yield Ratio (DYR) Kebijakan Dividen No Kode 2014 2015 2016 DPR DYR DPR DYR DPR DYR 1 APLN 0.15 0.02 0.19 0.04 0.18 0.02 2 ASRI 0.13 0.01 0.23 0.02 0.02 0.02 3 BEST 2.37 0.13 0.10 0.01 0.04 0.05 4 BSDE 0.07 0.01 0.13 0.01 0.05 0.03 5 CTRA 3.12 0.20 0.12 0.01 0.14 0.01 6 DART 0.22 0.04 0.49 0.07 0.002 0.0003 7 EMDE 0.08 0.01 0.06 0.01 0.10 0.01 8 KIJA 0.11 0.01 0.52 0.03 1.54 0.11 9 MTLA 0.18 0.01 0.16 0.02 0.90 0.01 10 MDLN 0.09 0.01 0.17 0.03 0.30 0.04 11 GPRA 0.10 0.01 0.12 0.01 0.49 0.03 12 PLIN 0.42 0.01 0.91 0.02 0.20 0.01 13 PWON 0.18 0.003 0.19 0.03 4.03 0.08 96 Hasil Olah Data Return on Asets (ROA), Return on Equity (ROE) dan Net Profit Margin (NPM) Kinerja Keuangan No Kode 2014 2015 2016 ROA ROE NPM ROA ROE NPM ROA ROE NPM 1 APLN 0.045 0.29 0.185 0.046 0.07 0.187 0.037 0.08 0.16 2 ASRI 0.18 0.13 0.32 0.1 0.11 0.25 0.03 0.09 0.19 3 BEST 0.11 0.18 0.47 0.05 0.15 0.31 0.06 0.05 0.41 4 BSDE 0.142 0.14 0.68 0.065 0.05 0.345 0.053 0.10 0.275 5 CTRA 0.051 0.22 0.209 0.041 0.09 0.171 0.03 0.08 0.128 6 DART 0.08 0.17 0.254 0.03 0.07 0.211 0.03 0.13 0.317 7 EMDE 0.038 0.13 0.145 0.051 0.11 0.188 0.048 0.05 0.198 8 KIJA 0.085 0.08 0.14 0.07 0.08 0.11 0.04 0.32 0.15 9 MTLA 0.095 0.09 0.277 0.066 0.12 0.220 0.081 0.16 0.277 10 MDLN 0.068 0.15 0.249 0.061 0.18 0.295 0.035 0.15 0.203 11 GPRA 0.061 0.41 0.163 0.046 0.10 0.175 0.03 0.10 0.109 12 PLIN 0.071 0.13 0.437 0.06 0.07 0.170 0.158 0.23 0.236 13 PWON 0.15 0,.10 0.671 0.061 0.10 0.303 0.086 0.13 0.368 97 Hasil Olah Data Equity to Asset Ratio (EAR) dan Price Earning Ratio (PER) Nilai Perusahaan No Kode 2014 2015 2016 PBV PER PBV PER PBV PER 1 APLN 3.17 8.06 0.75 5.06 0.34 10.24 2 ASRI 0.81 10.03 0.75 11.30 0.72 13.60 3 BEST 1.73 17.99 1.02 13.40 1.39 7.29 4 BSDE 2.47 8.55 0.93 16.01 1.71 18.81 5 CTRA 1.08 15.76 1.57 17.38 0.31 23.84 6 DART 1.66 5.23 1.72 7.37 0.68 5.91 7 EMDE 0.66 10.23 0.38 8.06 0.92 7.17 8 KIJA 0.76 15.02 0.73 15.07 1.54 13.82 9 MTLA 1.28 13.85 1.03 7.63 1.08 9.99 10 MDLN 1.66 9.23 0.74 6.70 0.72 8.55 11 GPRA 1.44 8.08 0.09 8.11 7.53 16.81 12 PLIN 5.62 37.44 2.53 52.16 2.47 23.36 13 PWON 2.99 63.66 0.04 72.73 4.03 50.09 98 Lampiran 3: Hasil Perhitungan dengan SmartPLS 3.0.M3 Diagram Jalur disertai Nilai Loading Factor Keterangan: DAR : Debt to Asset Ratio DER : Debt to Equity Ratio EAR : Equity to Asset Ratio LTDR : Long Term to Debt Ratio TIER : Times Interest Earned Ratio DPR : Dividend Payout Ratio DYR : Dividend Yield Ratio NPM : Net Profit Margin ROA : Return on Assets ROE : Return on Equity PBV : Price to Book Value PER : Price Earning Ratio 99 Diagram Jalur disertai Nilai Loading Factor Setelah Eliminasi Indikator TobinsQ Diagram Jalur disertai Nilai Loading Factor Setelah Eliminasi Indikator DER, EAR, TIER. 100 Diagram Jalur dengan Efek Moderasi Cross Loading 101 Reliability dan Validity R-Squared Path Coefficients 102