BAB lV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah siswa kelas XA Jurusan Perhotelan, karena siswa tersebut memiliki perilaku bullying tertinggi dai banding siswa jurusan lain, sejumlah 30 siswa agar layak dan cukup memenuhi kriteria sampel skripsi. Kelas XA Perhotelan Total Tabel 4.1 Subjek Penelitian Laki-laki Perempuan 3 27 30 4.2 Pelaksanaan Penelitian 4.2.1 Perijinan Penelitian Sebelum melaksanakan penelitian, peneliti melakukan perijinan terlebih dahulu kepada Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Kristen Satya Wacana. Surat izin penelitian dikeluarkan oleh Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Kristen Satya Wacana pada tanggal 15 Juni 2015 dan Ketua Program Studi memberikan izin untuk penelitian. 4.2.2 Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 22 Juni 2015 untuk uji coba instrumen tidak di lakukan oleh peneliti sendiri. Kemudian selanjutnya pada tanggal 6 Juli 2015 di lakukan oleh peneliti sendiri, peneliti melakukan pengumpulan data dengan menyebarkan instrumen kepada siswa kelas XA Jurusan Perhotelan SMK Pelita Kota Salatiga. 26 27 4.3 Hasil Penelitian 4.3.1 Deskripsi Kecerdasan Sosial Tabel 4.2 Hasil Frekuensi Kecerdasan Sosial Kelas XA Jurusan Perhotelan SMK Pelita Salatiga Kategori Sangat Rendah Rendah Agak Rendah Sedang Agak Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Rentang Skor Frekuensi % 32-46 0 0 47-61 2 6 62-76 19 64 77-91 9 30 92-106 0 0 107-121 0 0 122-136 0 0 JUMLAH 30 100 Dari Tabel 4.2 menyebutkan bahwa kecerdasan sosial dari siswa kelas XA Jurusan Perhotelan SMK Pelita Kota Salatiga yang temasuk kategori rendah 6%, agak rendah 64%, sedang 30%. Berarti Frekuensi kecerdasan sosial siswa kelas XA Jurusan Perhotelan SMK Pelita Kota Salatiga tergolong Agak rendah. 4.3.2 Deskripsi Perilaku Bullying Tabel 4.3 Hasil Frekuensi Perilaku Bullying Siswa XA Jurusan Perhotelan SMK Pelita Kota Salatiga Kategori Sangat Rendah Rendah Agak Rendah Sedang Agak Tinggi Tinggi Sangat Tinggi Interval 27-39 40-52 53-65 66-78 79-91 92-104 105-117 JUMLAH Frekuensi 0 1 2 9 14 4 0 72 % 0 1 7 30 47 15 0 100 Dari tabel 4.2 menyebutkan bahwa perilaku bullying siswa kelas XA Jurusan Perhotelan SMK Pelita Kota Salatiga yaitu masuk dalam kategori perilaku 28 bullying rendah 1%, agak rendah 7%, sedang 30%, agak tinggi 47%, dan tinggi sebesar 15%. Berarti frekuensi perilaku agresif SMK Pelita Kota Salatiga tergolong agak tinggi. 4.4 Analisis Korelasi Teknik korelasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa analisis korelasi Spearmen’s rho. Adapun hasil analisis dapat dikaji sebagai berikut: Tabel 4.4 Korelasi Antara Kecerdasan Sosial Dengan Perilaku bullying Correlations a KecerdasanSosi al Spearman's rho KecerdasanSosial Correlation Coefficient Bullying 1.000 Sig. (2-tailed) Bullying Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) -.573 ** . .001 ** 1.000 .001 . -.573 **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). a. Listwise N = 30 Berdasarkan hasil analisis di atas, dari 30 siswa kelas XA Jurusan Perhotelan SMK Pelita Kota Salatiga diperoleh nilai signifikansi atau Sig. (2tailed) sebesar 0,001 (0,000 < 0,005), yang artinya ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan sosial dengan perilaku bullying. Koefisien korelasi antara kecerdasan sosial dengan perilaku bullying adalah sebesar 0.573. Hal ini menunjukkan adanya korelasi yang negatif, dengan kata lain semakin tinggi kecerdasan sosial siswa maka akan semakin rendah tingkat perilaku bullying siswa, begitu pula sebaliknya, semakin rendah kecerdasan rendah siswa maka akan semakin tinggi pula perilaku bullying siswa. 29 4.5. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian mengungkapkan ada hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan sosial dengan perilaku bullying pada siswa kelas XA Jurusan Perhotelan SMK Pelita Kota Salatiga, hal ini dibuktikan dari nilai koefisien korelasi r sebesar -0.573 dengan nilai p = 0,001 (0,000 < 0,005). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara kecerdasan sosial dengan perilaku bullying, sehingga semakin rendah kecerdasan sosial maka semakin tinggi perilaku bullying. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wulandari (2010). Wulandari (2010) melakukan penelitian dengan judul Hubungan kecerdasan sosial dengan perilaku agresif pada siswa SMK Muhammadiyah Piyungan Yogyakarta dengan hasil yang menunjukkan nilai rxy –0,421 dengan p= 0,001(p<0,01) dengan angka tersebut membuktikan bahwa ada hubungan negatif dan signifikan antara kecerdasan sosial dengan perilaku agresif pada siswa SMK Muhammadiyah Piyungan Yogyakarta. Menurut Goleman (2006), kecerdasaan sosial adalah ukuran kemampuan diri seseorang dalam pergaulan di masyarakat dan kemampuan berinteraksi sosial dengan orang-orang di sekeliling atau sekitarnya. Orang dengan kecerdasan sosial tinggi tidak akan menemui kesulitan saat memulai suatu interaksi dangan seseorang atau sebuah kelompok baik kelompok kecil maupun besar. Ia dapat memanfaatkan dan menggunakan kemampuan otak dan bahasa tubuhnya untuk “membaca” teman bicaranya. Di dalam kecerdasaan sosial terdapat aspek-aspek kecerdasaan sosial yang mendasari seseorang memiliki kemampuan yang baik di dalam berinteraksi dengan lingkungan sosial di sekitarnya yaitu aspek yang 30 pertama adalah kesadaran sosial, yang mengarah pada spektrum dan yang secara tidak langsung merasakan apa yang dirasakan orang lain, memahami perasaan dan pikirannya untuk ikut terlibat dalam situasi yang sulit. Aspek kedua adalah kecakapan sosial, dalam aspek ini secara sederhana merasakan perasaan orang lain, atau sekedar tahu apa yang mereka inginkan atau pikirkan. Seseorang yang memiliki kecerdasan sosial tinggi tidak akan mengalami kesulitan didalam berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Individu akan cenderung mengontrol perilaku, perbuataan, dan perkataan yang akan dia gunakan untuk berinteraksi dengan orang lain atau kelompok disekitarnya, karena dengan kecerdasan sosial yang tinggi individu tersebut tidak akan melakukan tindakan atau perilaku yang dapat merugikan dan menyakiti orang lain seperti perilaku bullying. Baron dan Richardshon (dalam Krahe, 2005) menyatakan bahwa agresi adalah segala bentuk perilaku yang ditujukan untuk menyakiti atau melukai makhluk hidup lain, namun makhluk hidup lain terdorong untuk menghindari perilaku tersebut. Di dalam perilaku agresif tersebut terdapat 3 macam manifestasi perilaku agresif salah satunya adalah perilaku bullying. Sedangkan menurut Olweus (1993) telah mendefinisikan bullying yang mengandung tiga unsur dasar perilaku, yaitu bersifat menyerang (agresif) dan negatif, dilakukan secara berulang kali, adanya ketidakseimbangan kekuatan antara pihak yang terlibat. Jadi dapat disimpulkan bahwa bullying merupakan salah satu dari perilaku agresif yang bersifat negatif yang dilakukan secara berulang kali dimana terdapat ketidakseimbangan kekuatan antara pelaku dan korban. Jika seseorang yang memiliki kecerdasaan sosial yang tinggi, maka dia akan cenderung menghindari perilaku bullying, karena individu yang memiliki kecerdasan sosial 31 yang tinggi dapat merasakan apa yang dirasakan orang lain saat orang lain tersebut mendapatkan perlakuaan negatif dan menyakitkan dari perilaku bullying tersebut. Selain itu, individu yang memiliki kecerdasan sosial tinggi juga cenderung lebih mudah dalam mengontrol diri sebelum mereka melakukan tindakan kepada seseorang atau kelompok dalam lingkungannya, begitu pula sebaliknya individu yang memiliki kecerdasan sosial yang rendah maka akan cenderung melakukan tindakan yang dapat menyakiti dan melukai perasaan dan diri orang lain seperti perilaku bullying.