Implan dan hormon suntik adalah metode kontrasepsi yang efektif untuk perempuan yang hidup dengan HIV Oleh: Carole Leach, 29 Juli 2015, 3 Desember 2015 Menurut sebuah evaluasi yang melibatkan lebih dari 5000 perempuan, metode kontrasepsi hormonal sangat efektif dalam mengurangi risiko kehamilan pada perempuan yang hidup dengan HIV baik yang menggunakan terapi antiretroviral (ART) atau tidak. Maria Pyra mengatakan kepada peserta Konferensi IAS 2015 di Vancouver, Kanada, pekan lalu. Bertentangan dengan bukti yang terbatas yang menunjukkan bahwa terapi antiretroviral dapat mengurangi efektivitas metode kontrasepsi, terutama implan, data menunjukkan implan sangat efektif dibandingkan dengan tanpa kontrasepsi dan lebih efektif daripada suntikan atau pil kontrasepsi oral. Penggunaan implan mengurangi risiko kehamilan lebih dari 90% di kalangan perempuan yang menggunakan terapi antiretroviral (ART) serta perempuan yang tidak memakai ART (rasio hazard yang disesuaikan: [aHR] 0,06, 95% CI: 0,01-0,45 untuk perempuan yang menggunakan ART dan aHR: 0,05, 95% CI: 0,02-0,11 untuk perempuan yang tidak menggunakan ART). Tingkat insiden kehamilan di antara perempuan tidak menggunakan kontrasepsi adalah 13,2 per 100 perempuan-tahun bagi mereka yang menggunakan ART dan 22,5 per 100 perempuan-tahun bagi mereka yang tidak menggunakan ART. Dr Pyra menekankan pentingnya kesehatan masyarakat untuk memastikan bahwa perempuan yang hidup dengan HIV yang ingin menghindari atau menunda kehamilan memiliki akses ke kontrasepsi yang aman dan dapat diandalkan. Potensi interaksi antar obat dari beberapa metode kontrasepsi hormonal dan antiretroviral mungkin diakibatkan oleh berkurangnya kemanjuran antiretroviral atau kontrasepsi dan/atau meningkatkan risiko efek samping dan toksisitas. Setiap kemungkinan penurunan dalam efektivitas metode kontrasepsi hormonal dapat meningkatkan risiko kehamilan yang tidak diinginkan dan kemungkinan terkait dengan hasil kesehatan yang buruk. Penurunan khasiat ART bisa meningkatkan risiko kegagalan pengobatan, resistansi virus, penularan ke pasangan seksual dan bayi; dan peningkatan efek samping akan mempengaruhi kesehatan dan kualitas hidup perempuan yang hidup dengan HIV, dan mungkin kepatuhan pengobatan. Sejumlah penelitian yang terbatas menunjukkan bahwa ARV tertentu termasuk protease inhibitor, non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI) nevirapine dan efavirenz dan elvitegravir yang dikuatkan dengan cobicistat dapat mengurangi efektivitas dari kontrasepsi oral gabungan (estrogen/progestin), suntik dan implan. Sebuah grafik retrospektif yang baru-baru ini diterbitkan menermukan tingkat kehamilan yang lebih tinggi di antara perempuan yang menggunakan implan dan ART berbasis efavirenz dibandingkan dengan perempuan yang tidak menggunakan rejimen efavirenz. Beberapa data yang tersedia mengenai efek metode kontrasepsi hormonal pada kemanjuran ART. Namun, data farmakokinetik menunjukkan bahwa kontrasepsi oral, suntikan atau implan mungkin tidak mempengaruhi toksisitas ART. Dr Pyra dan rekan menggabungkan data dari 5153 perempuan yang hidup dengan HIV yang berpartisipasi dalam tiga studi longitudinal (studi Partners in Prevention HSV/HIV, studi Couples Observational dan studi Partners PrEP) di Uganda, Kenya, Rwanda, Tanzania, Zambia, Botswana dan Selatan Afrika, selama periode delapan tahun untuk menghitung tingkat kejadian kehamilan di kalangan perempuan yang menggunakan metode kontrasepsi yang berbeda (implan, suntik dan oral). Angka ini kemudian dibandingkan dengan tingkat di antara perempuan yang menggunakan kontrasepsi. (Tiga studi mengevaluasi risiko penularan HIV dan penularan antara pasangan diskordan termasuk efek kontrasepsi hormonal; studi Couples Observational melihat korelasi kekebalan perlindungan HIV) Dengan mengendalikan faktor pembaur, interaksi antara masing-masing metode kontrasepsi dan penggunaan ART dinilai untuk menentukan apakah ART mengurangi efektivitas kontrasepsi. Dokumen ini diunduh dari situs web Yayasan Spiritia http://spiritia.or.id/ Implan dan hormon suntik adalah metode kontrasepsi yang efektif untuk perempuan yang hidup dengan HIV Para perempuan berusia relatif muda dengan usia rata-rata 29 tahun, sehat (lebih dari 50% memiliki jumlah CD4 yang lebih tinggi dari 500 dan tidak menggunakan ART pada saat pendaftaran. Median waktu tindak lanjut adalah 1,8 tahun (kisaran interkuartil [IQR]: 1.2-2.3years). Di antara lebih dari 50% perempuan yang pernah menggunakan kontrasepsi, 9% menggunakan implan, 41% menggunakan suntikan (terutama DMPA [Depo-Provera]) dan 15% menggunakan pil kontrasepsi oral. Selama masa tindak lanjut, 31% perempuan pernah menggunakan ART, 23% di antaranya menggunakan neviripine dan 5% efavirenz. Hanya sedikit kurang dari seperempat (24%) dari perempuan menjadi hamil. Implan sangat efektif dalam mengurangi risiko kehamilan di kalangan perempuan baik yang menggunakan ART maupun yang tidak menggunakan ART, dengan tingkat kejadian 1,1 per 100 perempuan-tahun untuk perempuan yang menggunakan ART dan 1,4 per 100 perempuan-tahun untuk perempuan yang tidak menggunakan ART. Penggunaan kontrasepsi oral mengurangi risiko kehamilan di antara mereka yang memakai ART dan tidak memakai ART sekitar 60% (aHR: 0,37, 95% CI: 0,15-0,91 bagi pengguna ART dan aHR: 0,36, 95% CI: 0,28-0,47 bagi non pengguna ART). Dr Pyra dan rekan menemukan tidak ada bukti statistik bahwa penggunaan ART termasuk nevirapine mengurangi efektivitas kontrasepsi. Ketika membatasi pada efavirenz, semua metode menunjukkan efektivitas yang berkurang. Namun, tidak ada perbedaan signifikan secara statistik jika dibandingkan dengan perempuan yang tidak menggunakan ART. Dr Pyra menyimpulkan bahwa kontrasepsi hormonal, terutama implan dan suntik, efektif untuk perempuan yang hidup dengan HIV yang menggunakan ART. Dr Pyra menyimpulkan data efektivitas kontrasepsi hormonal penting dalam pedoman perencanaan keluarga untuk perempuan yang hidup dengan HIV. Ringkasan: Implant and injectable hormonal contraception most effective methods for women living with HIV Sumber: Pyra M et al. Effectiveness of contraception for HIV-infected women using antiretroviral therapy combined data from 3 longitudinal studies, the Eighth International AIDS Society Conference on HIV Pathogenesis, Treatment and Prevention, Vancouver, abstract MOPDB0103, July 2015. –2–