ANALYSIS OF THE FACTORS THAT INFLUENCE ECONOM IC GROW TH IN INDONESIA PERIOD 2000 TO 2011 ABSTRACT This study aims at analyzing the effect of exchange rate and foreign debt on economic growth through export and investment in Indonesia and identifying the most dominant variables that have significant correlation with the economic growth in Indonesia. The result of this research indicates that simultaneously exchange rate, and foreign debt, through export, and investment t have a significant and positive effect on the economic growth. Partially exchange rate, foreign debt, export and investment have also a positive and significant effect the economic growth. The most dominant variables that have significant effect on the economic growth are the exchange rate and foreign debt. Kata Kunci: exchange rate, foreign debt, export and investment and the economic growth PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perekonomian Indonesia pada tahun 2010 terus membaik, didukung oleh permintaan domestik yang solid dan kondisi eksternal yang kondusif. Pemulihan ekonomi global yang berangsur mulai terjadi sejak paruh pertama 2009 masih terus berlanjut di tahun 2010, ditopang oleh tingginya pertumbuhan ekonomi di negara-negara emerging markets. Sejalan dengan proses perbaikan tersebut, harga komoditas global terus menunjukkan peningkatan sehingga 1 meningkatkan tekanan inflasi, khususnya di negara-negara emerging markets. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi di negara-negara maju relatif masih terbatas dengan tekanan inflasi yang masih rendah. Kondisi tersebut mendorong negara-negara emerging markets mulai menempuh kebijakan moneter yang ketat baik melalui kebijakan makroprudensial maupun melalui peningkatan suku bunga acuan. Sebaliknya negara-negara maju cenderung menerapkan kebijakan moneter yang masih longgar dengan mempertahankan tingkat suku bunga pada level yang rendah, bahkan beberapa negara maju melakukan injeksi likuiditas yang cukup besar (quantitative easing). Perbedaan kinerja dan respons kebijakan antara negara-negara emerging markets dan negara-negara maju mengakibatkan derasnya arus modal masuk ke negara- negara emerging markets, termasuk Indonesia Di tengah kondisi perekonomian global yang semakin kondusif tersebut, perekonomian Indonesia pada tahun 2010 tumbuh mencapai 6,1%, lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 4,6%. Pertumbuhan ekonomi yang meningkat tersebut didukung oleh peran investasi dan ekspor yang meningkat. Peningkatan menggembirakan investasi mengingat pada sifatnya yang tahun 2010 semakin menambah kapasitas perekonomian sebagaimana diindikasikan oleh meningkatnya peran 2 investasi nonbangunan, khususnya investasi mesin. Sementara itu, perbaikan kinerja ekspor juga diikuti oleh semakin terdiversifikasinya komoditas dan pasar tujuan ekspor. Hal ini tercermin pada membaiknya kinerja sektor-sektor yang menghasilkan komoditas yang diperdagangkan secara internasional (tradable sector), khususnya industri pengolahan. Meskipun demikian, sektor nontradable masih menjadi sektor penopang utama pertumbuhan ekonomi, terutama sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor perdagangan, hotel dan restoran. Perkembangan yang kondusif di perekonomian global tersebut mendukung kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) 2010. Pada tahun laporan, NPI mencatat surplus yang cukup besar mencapai 30,3 miliar dolar AS, baik yang bersumber dari transaksi berjalan maupun transaksi modal dan finansial. Ekspor mencatat pertumbuhan yang tinggi sehingga mampu mempertahankan surplus transaksi berjalan di tengah impor dan pembayaran transfer pendapatan yang meningkat tajam. Sementara itu, seiring dengan kuatnya aliran masuk modal asing, neraca transaksi modal dan finansial mencatat surplus yang sangat besar dengan komposisi yang semakin membaik. Hal ini tercermin dari kuatnya aliran masuk modal asing dalam bentuk investasi langsung (FDI) yang meningkat tajam, di samping investasi dalam bentuk portofolio yang juga meningkat cukup signifikan. Dengan perkembangan tersebut, posisi cadangan devisa pada akhir tahun 2010 3 tercatat sebesar mendukung 96,2 miliar kebutuhan impor dolar AS, cukup dan kewajiban memadai eksternal, untuk serta memberikan keyakinan dalam menjaga stabilitas nilai tukar. Sejalan dengan perkembangan NPI tersebut, nilai tukar rupiah mencatat apresiasi dan disertai volatilitas yang cukup rendah. Selama tahun 2010, nilai tukar rupiah secara rata-rata menguat 3,8% dibanding dengan akhir tahun 2009 menjadi Rp 9.081 per dolar AS. Kinerja nilai tukar rupiah tersebut didukung oleh terjaganya persepsi positif terhadap perekonomian Indonesia sebagaimana diindikasikan oleh meningkatnya peringkat utang Pemerintah dan indeks risiko yang membaik. Apresiasi nilai tukar rupiah pada tahun laporan juga cukup moderat dibandingkan dengan negara-negara kawasan sehingga tidak mengganggu kinerja ekspor secara signifikan. Hal ini tidak terlepas dari berbagai kebijakan dalam mengelola arus masuk modal asing dalam rangka memperkuat daya tahan perekonomian dalam menghadapi pembalikan arus modal jangka pendek. B. M ETODE PENELITIAN I. M ETODE ANALISIS Untuk mengetahui pengaruh exchange rate (X 1), utang luar negeri (X2), terhadap pertumbuhan ekonomi (Y) melalui ekspor(Z 1), investasi (Z2) data dianalisis dengan menggunakan analisis kuantitatif melalui 4 metode statistik, yaitu dengan Structural Equation Modelling (SEM)yang dinyatakan dalam bentuk fungsi sebagai berikut: Z1 = f (X 1)……………………………………………………………………..(1) Z2 = f (X 1,X 2, Z1)…………………………..…………………………….…..(2) Y = f (X 1,X2, Z1,Z2, )……………………….……………………….………….(3) Sehingga dari persamaan (3) fungsi pertumbuhan ekonomi dapat ditulis ulang menjadi: Y = f (Z1(X1), Z2(X 1,X2, Z1), )………………………………………………(3a) Dimana: Y = Nilai PDB estimasi atas dasar konstan 2000 (milyar rupiah) Z1 = Nilai ekspor (milyar rupiah) Z2 = Nilai investasi (milyar rupiah) X 1= Exchange rate atau nilai tukar rupiah terhadap US$ (rupiah) X 2 = utang luar negeri (juta USD) Berdasarkan hasil model dalam SEM, maka dilakukan pengujian hipotesis yaitu uji parsial (uji t), dimaksudkan untuk mengamati pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. 2. DEFINISI OPERASIONAL Untuk memudahkan penulis dalam mnecari data dan menentukan variabel penelitian, sekaligus juga untuk menyamakan persepsi tentang istilah-istilah yang digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dirumuskan beberapa definisi operasional sebagai berikut: 5 a. Exchange rate adalah harga dari suatu mata uang dalam ukuran mata uang yang lain. Kurs valas menunjukkan jumlah satuan valas yang dipersiapkan oleh pembeli dan penjual untuk pertukaran. Exchange rate yang dimaksud disini adalah nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat dinyatakan dalam Rp/dollar. b. Utang luar negeri adalah semua pinjaman konvensional dan bantuan pemerintah dalam bentuk uang dan barang, yang secara umum ditujukan untuk mengaktifkan sumber-sumber dari Negara-negara kaya kenegara-negara dunia ketiga dengan tujuan utama untuk pembangunan. c. Ekspor dapat diartikan sebagai nilai barang yang diproduksi oleh suatu negara dan dijual ke luar negeri. Ekspor yang dimaksud disini adalah ekspor migas dan non migas dimana volume ekspor dalam ribuan ton pertahun dan nilai ekspor dalam milyar rupiah. d. Penanaman Modal Asing (PMA) adalah jumlah modal yang ditanam pihak swasta dinegara selain negara asal pemilik modal dalam jutaan US$. e. Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) adalah investasi yang dilakukan oeh seseorang atau badan usaha domestik dalam milyar rupiah. 6 f. Poduk Domestik Bruto adalah nilai seluruh barang dan jasa pada waktu tertentu tanpa membedakan kepemilikan faktor-faktor produksi yang dinyatakan dalam milyar rupiah C. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Empirik Pengaruh Exchange Rate, dan Utang Luar Negeri, Terhadap Pertumbuhan Ekonomi M elalui Ekspor, dan Investasi di Indonesia. Analisis pengaruh variabel eksogen yaitu exchange rate, dan utang luar negeri, terhadap variabel endogen pertumbuhan ekonomi melalui ekspor, dan investasi dilakukan dengan menggunakan alat analisis metode SEM (Structural Equation Modelling) dengan program AMOS (Analisis Moment Of Structure). Berdasarkan hasil penelitian , pengukuran hubungan antar variabel dalam penelitian diperoleh model yang simultan. Ini dibuktikan dari adanya nilai Chi-square 152,349 dengan tingkat signifikan 0,000, nilai GFI adalah sebesar 0,957 dan AGFI adalah sebesar 0,860 Hasil ini membuktikan bahwa model yang diajukan telah sesuai dengan data. Dengan demikian model hubungan antara variabel dapat diterima. Sedangkan kelayakan model dapat diketahui dengan melihat nilai koefisien GFI atau koefisien determinasi (R2). Nilai GFI yang ditemukan adalah 0,957. Hal ini dapat berarti bahwa variasi variabel independen exchange rate, utang luar negeri dapat menjelaskan variasi varibel dependen pertumbuhan ekonomi 7 sebesar 95,7 persen dan variasi variabel lain yang menjelaskan variabel pertumbuhan ekonomi yang tidak diperhitungkan ke dalam model hanya sebesar 4,3 persen, sehingga dapat disimpulkan model ini cukup layak. Sedangkan untuk mengetahui besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel depeneden telah diformulasikan ada 4 (empat) bentuk reduce form. Skenario penjelasan keempat bentuk reduce form tersebut sebagai berikut: a. Hasil Estimasi Pengaruh Exchange Rate dan Investasi terhadap Ekspor Hasil estimasi persamaan simultan untuk secara parsial tentang pengaruh exchange rate dan investasi terhadap ekspor secara ringkas dapat dilihat pada Tabel 1 berikut: Tabel 1Hasil Estimasi Pengaruh Exchange Rate dan Investasi terhadap Ekspor di Indonesia Variabel B SE T Sig Constant 8,048 1,499 5,368 0,000* Exchange Rate 1,183 0,103 11,439 0,000* Investasi 0,129 0,051 2,516 0,012** R = 0,957 N = 21 R2 = 0,917 k=4 Adjust R2 = 0,903 Catatan: LnZ1 = 8,048 +1,183LnX1+ 0,129LnZ2 + ε1 *) Signifikan 1persen **) Signifikan 5persen ns) Tidak Signifikan Beberapa keputusan yang dapat diambil dari Tabel 14 hasil estimasi di atas adalah: Pertama, kelayakan model dapat diketahui 8 dengan melihat nilai koefisien determinasai (R 2). Nilai yang ditemukan adalah 0,917. Hal ini dapat berarti bahwa variasi variabel independen exchange rate dapat menjelaskan variasi variabel dependen ekspor adalah sebesar 91,7 persen. Dengan demikian variasi variabel lain yang menjelaskan ekspor yang tidak diperhitungkan ke dalam model hanya sebesar 8,3 persen, sehingga dapat disimpulkan bahwa model ini cukup layak. Demikian pula jika dilihat dari koefisien korelasi model ini yaitu sebesar 0,957. Hal ini dapat berarti bahwa hubungan antara variabel independen yaitu exchange rate dengan variabel dependen yaitu ekspor adalah kuat. Kedua, Uji t digunakan untuk melihat tingkat signifikan model secara parsial Variabel independen yaitu exchange rate berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen yaitu ekspor dengan Ketiga, nilai konstanta adalah sebesar 8,048. Nilai ini berarti bahwa apabila exchange rate tetap maka persentase nilai ekspor sebesar 8,04 persen. didalam kegiatan perekonomian. Nilai koefisien regresi exchange rate adalah sebesar 1,183. Hal ini dapat berarti jika exchange rate meningkat sebesar 1 persen, maka nilai ekspor akan meningkat sebesar 1,183 persen dengan asumsi variabel independen lainnya tetap. Hal ini disebabkan Namun selama tahun 2010 nilai tukar menguat cukup significant terutama disebabkan oleh 9 derasnya aliran masuk modal asing. Pergerakan nilai tukar rupiah juga ditopang oleh keseimbangan interaksi permintaan dan penawaran valuta asing di pasar domestic serta fundamental perekonomian domestic yang kuat. Nilai tukar rupiah mulai mengalami apresiasi sejak awal tahun dan mencapai level Rp.9.081 per dolar dibandingkan akhir tahun 2009. Selanjutnya nilai tukar rupiah bergerak stabil dengan kecenderungan penguatan di paruh kedua 2010. Apresiasi nilai tukar rupiah tersebut terjadi sejalan dengan berlanjutnya aliran dana ke kawasan Asia di tengah melimpahnya likuiditas global serta perbedaan respons kebijakan antara negara-negara maju dan negara-negara emerging markets. Meski diwarnai dengan berbagai koreksi, penguatan nilai tukar rupiah juga tidak terlepas dari prospek dolar AS yang sedang mengalami tekanan depresiasi. Dari sisi domestik, solidnya fundamental ekonomi dan prospek pencapaian Investment Grade Indonesia yang membaik menjadi faktor penarik bagi aliran modal masuk. Peningkatan ekspor Indonesia pada tahun 2010 didukung oleh tingginya permintaan terhadap komoditas ekspor berbasis sumber daya alam dan kenaikan harga komoditas global. Komoditas ekspor yang beragam, berkurangnya ketergantungan ekspor Indonesia ke negaranegara maju dan meningkatnya peranan negara-negara emerging markets sebagai pasar ekspor Indonesia juga turut mendukung naiknya ekspor tersebut. Selain itu, kenaikan permintaan dan harga komoditas 10 yang tinggi pada tahun 2010 dapat mengkompensasi dampak apresiasi rupiah terhadap ekspor. Namun, struktur ekspor semakin didominasi oleh komoditas yang berbasis sumber daya alam yang cenderung bernilai tambah rendah dan terbatas dalam merespons kenaikan permintaan. Oleh karena itu, upaya untuk mendukung ekspor juga perlu mencakup pengembangan produk yang bernilai tambah tinggi dan berkesinambungan. Tabel 2. Hasil Estimasi Pengaruh Exchange Rate, dan Utang Luar Negeri, Ekspor, dan Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di Indonesia Variabel B SE T Sig Constant 12,291 6,074 2,024 0,000* Exchange Rate (x1) 0,772 0,673 1,147 0,022** Utang luar negeri (x2) 0,842 0,633 1,330 0,013** Ekspor(z1) 0,293 0,304 0,948 0,030** Investasi(z2) 0,051 0,076 0,666 0,006** R 2 = 0,991 Adjust R 2 = 0,987 Catatan : LnY = 12,291 +0,772LnX 1 + 0,842LnX 2 + 0,293LnZ1 +0,051LnZ2 +ε 2 *) Signifikan pada taraf nyata 1 persen **) Signifikan pada taraf nyata 5 persen 11 ns) Tidak Signifikan Beberapa keputusan yang dapat diambil dari Tabel 6 hasil estimasi di atas adalah: Pertama, kelayakan model dapat diketahui dengan melihat nilai koefisien determinasai (R 2). Nilai yang ditemukan adalah 0,991. Hal ini dapat berarti bahwa variasi variabel independen yaitu exchange rate, dan utang luar negeri, dapat menjelaskan variasi variabel dependen yaitu pertumbuhan ekonomi melalui ekspor dan investasi sebesar 99,1 persen. Dengan demikian variasi variabel lain yang menjelaskan pertumbuhan ekonomi yang tidak diperhitungkan ke dalam model hanya sebesar 0,9 persen, sehingga dapat disimpulkan bahwa model ini sangat layak. Demikian pula jika dilihat dari koefisien korelasi model ini yaitu 0,995. Hal ini dapat berarti bahwa hubungan antara variabel independen yaitu exchange rate, dan utang luar negeri melalui ekspor dan investasi variabel dependen yaitu pertumbuhan ekonomi adalah sangat kuat. Kedua, uji t digunakan untuk melihat tingkat signifikan model secara parsial atau menguji keberartian pengaruh variabel independen yaitu exchange rate, dan utang luar negeri terhadap variabel dependen yaitu pertumbuhan ekonomi melalui ekspor dan investasi. Variabel independen yaitu exchange rate, utang luar negeri, ekspor dan investasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, 12 Ketiga, nilai konstanta adalah sebesar 12,291. Nilai ini berarti bahwa apabila exchange rate, utang luar negeri, ekspor dan investasi tetap maka persentase pertumbuhan ekonomi sebesar 12,2911 persen. Nilai koefisien regresi exchange rate adalah sebesar 0,772. Hal ini dapat berarti jika exchange rate meningkat 1 persen, maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat sebesar 0,772 persen dengan asumsi variabel independen lainnya tetap. Hal ini disebabkan oleh Permintaan domestik dan permintaan eksternal yang kuat juga direspons oleh kenaikan pertumbuhan impor, baik nonmigas maupun migas. Pada tahun 2010, impor tumbuh tinggi sebesar 17,3% setelah pada tahun sebelumnya mengalami kontraksi pertumbuhan yang cukup dalam yakni 15,0%. Tingginya pertumbuhan impor tersebut juga didukung oleh penguatan nilai tukar rupiah yang menyebabkan relatif lebih rendahnya harga barang impor. Kenaikan impor barang konsumsi yang cukup tinggi, terutama berupa makanan jadi dan kendaraan penumpang, sejalan dengan tingginya permintaan konsumsi domestik. Sementara itu, tingginya permintaan ekspor mendorong naiknya kebutuhan impor bahan baku untuk input produksi barang manufaktur. Kegiatan produksi yang meningkat berpengaruh positif pada optimisme pelaku usaha untuk meningkatkan kapasitas produksinya dengan merealisasikan investasi sehingga mendorong naiknya pertumbuhan impor barang modal. Sementara itu, impor migas 13 yang meningkat terkait dengan naiknya kebutuhan konsumsi BBM domestik Nilai koefisien regresi utang luar negeri adalah sebesar 0,842. Hal ini dapat berarti jika utang luar negeri meningkat 1 persen, maka pertumbuhan ekonomi meningkat sebesar 0,842 persen dengan asumsi variabel independen lainnya tetap. Hal sejalan dengan pe rnyataan Todaro (2000) bahwa pinjaman luar negeri sebagai salah satu sumber devisa dapat menjadi alat stabilitas perekonomian nasional dalam menyeimbangkan neraca pembayaran akibat kebutuhan pembiayaan bagi barang modal, teknologi maupun bahan baku yang harus diimpor. Pinjaman tersebut dapat menjadi faktor pendorong kegiatan ekonomi secara cepat apabila perencanaan dan penggunaan pinjaman luar negeri dilakukan secara baik dan hati-hati. Pembangunan infrastruktur dapat dipercepat, yang menghasilkan efek multiplier pada kegiatan ekonomi lainnya, baik sektor transportasi, maupun manufaktur sehingga memperluas kesempatan kerja dan kesempatan berusaha lainnya yang pada akhirnya dapat meningkat pertumbuhan ekonomi.. Nilai koefisien regresi ekspor adalah sebesar 0,293. Hal ini dapat berarti jika nilai ekspor meningkat 1 persen maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat sebesar 0,293 persen dengan asumsi variabel independen lainnya tetap. Salah satu sumber untuk mendukung pertumbuhan ekonomi saat ini berasal dari ekspor yang merupakan 14 salah satu sumber devisa negara. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi didukung oleh kinerja ekspor dan investasi yang tumbuh tinggi, disertai konsumsi rumah tangga yang tetap kuat. Kenaikan harga komoditas internasional turut menunjang tingginya pertumbuhan ekspor nasional. Selain itu, meningkatnya kinerja ekspor juga diikuti oleh lebih terdiversifikasinya komoditas ekspor dan lebih besarnya peran negaraPermintaan eksternal dan domestik yang kuat berpengaruh positif bagi optimisme pelaku usaha terhadap prospek perekonomian, sehingga pada akhirnya mendorong kinerja investasi tumbuh meningkat. Sementara itu, konsumsi rumah tangga yang tetap kuat ditopang oleh daya beli masyarakat yang terjaga didukung meningkatnya peran pembiayaan lembaga keuangan. Tingginya permintaan domestik dan eksternal pada gilirannya berdampak pada tingginya pertumbuhan impor hingga melebihi pertumbuhan ekspor. Kinerja ekspor yang meningkat cukup tinggi sejalan dengan berlanjutnya pemulihan ekonomi global. Kenaikan kinerja ekspor paling tinggi terjadi di semester I 2010, terutama pada awal tahun, didukung baik oleh komoditas migas maupun nonmigas. Namun, memasuki semester II 2010 ekspor mengalami perlambatan terkait dengan terjadinya penurunan produksi minyak, melambatnya laju pertumbuhan negara mitra dagang, serta harga komoditas manufaktur dan pertanian yang melambat. Kinerja ekspor kembali mencatat kenaikan yang cukup tinggi 15 pada akhir 2010 didorong oleh meningkatnya ekspor produk pertanian dan manufaktur, disertai kenaikan harga komoditas. Secara keseluruhan, ekspor tahun 2010 mencatat kenaikan yang tinggi, yakni mencapai 14,9%. Pertumbuhan ekspor tersebut merupakan yang tertinggi dalam 10 tahun terakhir – kecuali tahun 2005 – dengan komoditas ekspor yang relatif lebih tidak terkonsentrasi pada hanya beberapa produk tertentu. Selain itu, capaian pertumbuhan ekspor nasional yang tinggi juga disertai meningkatnya pangsa negara-negara emerging markets sebagai pasar tujuan ekspor. Dan nilai koefisien regresi investasi adalah sebesar 0,051. Hal ini dapat berarti jika nilai investasi meningkat 1 persen maka pertumbuhan ekonomi akan meningkat sebesar 0,051 persen dengan asumsi variabel independen lainnya tetap. Perkembangan investasi yang cenderung meningkat sejalan dengan semakin membaiknya persepsi pelaku usaha dan investor terhadap iklim investasi Indonesia. Perbaikan iklim investasi tersebut tidak terlepas dari penerapan berbagai kebijakan yang diarahkan untuk meningkatkan daya saing perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari berbagai laporan dan hasil kajian lembaga yang menempatkan Indonesia dalam posisi yang lebih baik. Namun, peringkat infrastruktur jalan dan energi yang masih rendah menghambat peningkatan daya saing Indonesia lebih tinggi lagi. Persepsi positif tentang ekspektasi kondisi makroekonomi Indonesia 16 juga tercermin dari perkembangan sovereign credit rating Indonesia yang terus membaik dan membuka peluang bagi Indonesia untuk lebih cepat mencapai peringkat layak investasi. Sementara itu, walaupun sedikit melambat, konsumsi rumah tangga masih tumbuh kuat dan turut berperan dalam mendukung capaian pertumbuhan ekonomi tahun 2010. Konsumsi rumah tangga tumbuh 4,6%, sedikit lebih lambat dibanding dengan tahun sebelumnya yang sebesar 4,9%. Dorongan pertumbuhan konsumsi rumah tangga sepanjang tahun 2010 ditopang oleh masih kuatnya daya beli rata-rata masyarakat, nilai tukar rupiah yang terapresiasi, peningkatan pembiayaan kredit konsumsi, serta masih terjaganya optimisme masyarakat terhadap kondisi perekonomian. Keyakinan masyarakat terhadap kondisi perekonomian. Membaiknya iklim investasi dan kinerja ekonomi domestik telah meningkatkan kepercayaan investor asing untuk menanamkan modalnya secara langsung di Indonesia. Perkembangan investasi asing langsung tahun 2010 juga ditunjukkan oleh meningkatnya pangsa sektor nonmigas. Di sektor ini investasi asing langsung terbesar ditanamkan pada industri pengolahan, pertambangan dan penggalian, serta perdagangan dan komunikasi. Dari hasil estimasi persamaan simultan diperoleh pengaruh langsung, pangaruh tidak langsung dan total pengaruh dari variabel 17 independen terhadap variabel dependen yang ditunjukkan secara jelas dalam Gambar 1. berikut Z1 0,524 0,746 X1 1,629 0,129 5,104 0,149 Z2 Y 1,583 4,707 X2 Catatan : X1 = Exchange Rate, X2 = Utang Luar Negeri, Z1 = Ekspor Z2 = Investasi, Y = Pertumbuhan Ekonomi KESIM PULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari dipergunakan hasil penelitian dalam dan penelitian pembahasan ini, maka dapat variabel yang dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: 1. Berdasarkan hasil uji dengan metode analisis SEM (Struktural Equation Model), diperoleh kesimpulan hasil penelitian tentang pengaruh exchange rate dan utang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi melalui ekspor dan investasi sbb : 18 Terdapat pengaruh positif dan signifikan exchange rate terhadap nilai ekspor di Indonesia. Setiap exchange rate meningkat 1 persen maka ekspor meningkat 1,183 persen. Pengaruh positif exchange rate akan berdampak pada peningkatan ekspor di Indonesia. Terdapat pengaruh positif dan signifikan exchange rate terhadap nilai investasi di Indonesia. Setiap investasi meningkat 1 persen maka ekspor meningkat 0,129 persen. Peningkatan ini masih relatif kecil berorientasi sehingga ekspor perlu peningkatan dengan investasi penyempurnaan yang prosedur administrasi dan peningkatan mutu komoditas agar memiliki daya saing di pasaran international. Terdapat pengaruh positif dan signifikan exchange rate terhadap investasi di Indonesia. Setiap exchange rate meningkat 1 persen maka investasi meningkat 5,104 persen. Pengaruh positif exchange rate akan berdampak pada peningkatan investasi di Indonesia. Terdapat pengaruh positif dan signifikan utang luar negeri terhadap investasi di Indonesia. Setiap utang luar negeri meningkat 1 persen maka investasi meningkat 4,707 persen. Pengaruh positif utang luar negeri akan berdampak pada peningkatan investasi di Indonesia. 19 Terdapat pengaruh positif dan signifikan exchange rate terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Setiap exchange rate meningkat 1 persen maka pertumbuhan ekonomi meningkat 0,772 persen. Peningkatan exchange rate akan berdampak pada peningkatan ekspor yang dapat meningkatkan devisa yang pada akhirnya akan pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Terdapat pengaruh positif dan signifikan utang luar negeri terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Setiap utang luar negeri meningkat 1 persen maka pertumbuhan ekonomi meningkat 0,842 persen. Pengaruh positif utang luar negeri akan berdampak pada peningkatan Indonesia. Tapi utang luar negeri pertumbuhan ekonomi di harus dialokasikan sektor- sektor yang produktif dan berorientasi ekspor. Terdapat pengaruh positif dan signifikan ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Setiap ekspor meningkat 1 persen maka pertumbuhan ekonomi meningkat 0,293 persen. Peningkatan ekspor akan meningkat permintaan barang yang pada akhir meningkatkan devisa suatu negara sehingga akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Terdapat pengaruh positif dan tidak signifikan investasi terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Setiap investasi meningkat 1 20 persen maka pertumbuhan ekonomi meningkat 0,051 persen. Peningkatan investasi akan meningkat pertumbuhan ekonomi. 2 Diantara variabel exchange rate, utang luar negeri, ekspor dan investasi yang paling dominan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah berturut-turut exchange rate dan utang luar negeri. B.Saran Berdasarkan pada kesimpulan di atas, maka dapat diberikan saran-saran sebagai berikut: a. Perlu adanya upaya untuk meningkatkan penanaman modal yang harus diimbangi oleh pemerintah dengan menstabilkan nilai tukar dan mengontrol tingkat bunga kredit sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi. b. Pemerintah perlu memperbaiki kestabilan iklim politk, dan keamanan yang memadai, penyelesaian konflik sosial, serta kepastian hukum bagi dunia usaha atas investasi yang dilakukan sehingga dapat mengembalikan kepercayaan para investor untuk menanamkan modalnya dan untuk mencegahnya modal yang keluar yang jelas merugikan perekonomian negera serta dapat menekan tingkat pengangguran. c. Mendorong pertumbuhan hambatan-hambatan ekspor dibidang dengan ekspor baik menghilangkan yang bersifat 21 administratif maupun birokratif melaluiberbagai kebijakan antara lain kebijakan deregulasi yang dapat menambah keunggulan bagi komoditas ekspor dan melakukan diversifikasi produk dalam hal peningkatan standar mutu produk dalam negeri sehingga dapat bersaing di pasaran dunia serta mengolah bahan baku menjadi produk ekspor yang lebih kompetitif, sehingga dapat meningkatkan daya saing dan nilai tambah didalam dan luar negeri. d. Bagi peneliti berikutnya yang berminat meneliti pertumbuhan ekonomi di Indonesia hendaknya meneliti khususnya investasi yang berorientasi ekspor DAFTAR PUSTAKA Alkadri 1990. Dampak Harga Dan Produksi Terhadap Volume Ekspor Minyak Bumi Indonesia : Kajian Tahun 1969/70-1988/1989. Padang Andersen, 2002 Pengaruh Pinjaman Luar Terhadap Pendapatan Regional Bruto Propinsi Kaltim, Tesis Pasca Sarjana Unhas, Makassar Badan Pusat Statistik, 2002. Indicator Ekonomi Indonesia, Jakarta Badan Pusat Statistic, 2003. Statistik Indonesia, Jakarta Badan Pusat Statistik, 2004. Laporan Perekonomian Indonesia , Jakarta Bank Indonesia , 2004 Laporan perekonomian Indonesia Jakarta Budiono, 1984. Ekonomi Mikro Balai Penerbit FE-UGM, Yogyakarta. ,1992. Teori Pertumbuhan Ekonomi, Seri Sinopsisi Pengantar Ilmu Ekonomi, N0. 4. BPFEUGM, Yogyakarta. 22 Barro. R. J. Macroeconomic , New York : Jhon Wiley & Sons, Inc Don Bellante and Mark Jakcson, 1990. Ekonomi Ketenagakerjaan. Lembaga Penerbit FE-UI. Jakarta. Dornbusch, T.F, Makroekonomi, Edisi Ketujuh, Erlangga, Jakarta, 1994 23