162 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian pembahasan terhadap kedua permasalahan, maka dapat dirumuskan kesimpuan sebagai berikut : 1. Penentuan pertanggungjawaban pidana korporasi yang melakukan tindak pidana lingkungan hidup dapat menggunakan teori atau doktrin pertanggungjawaban pidana korporasi. Kesalahan merupakan syarat dapat ditentukannya pertanggungjawaban pidana korporasi dalam perkara tindak pidana lingkungan hidup. Hal tersebut diadopsi dalam pengaturan pertanggungjawaban pidana korporasi menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Di dalam putusan hakim, penentukan pertanggungjawaban pidana korporasi menggunakan teori atau doktrin indentifikasi (doctrine of identification) atau doktrin pertanggungjawaban pengganti (doctrine of vicarious liability) dengan ditambahkan ajaran mengenai pelaku fungsional (functionale dader). 2. Pengaturan pertanggungjawaban pidana korporasi dalam perkara tindak pidana lingkungan hidup di masa yang akan datang dengan merumuskan tindak pidana korporasi, asas kesalahan, pertanggungjawaban pidana korporasi serta jenis sanksi pemidanaan korporasi dalam Ketentuan Umum KUHP. Selain itu pengaturan mengenai pertanggungjawaban pidana 163 korporasi dapat dibuat secara khusus dalam peraturan perundangundangan lingkungan hidup dengan menggunakan istilah korporasi sebagai subyek tindak pidana lingkungan hidup, pemberian formulasi penegakan hukum pidana lingkungan lebih bersifat primum remedium dengan menerapkan system multidoor. Terhadap keadaan tertentu, untuk pertanggungjawaban pidana korporasi dapat menggunakan teori atau doktrin pertanggungjawaban ketat (doctrine of strict liability). Selain itu, jenis sanksi pemidanaan korporasi yang diberikan dapat memberikan kemanfaatan bagi perlindungan lingkungan hidup. B. Saran Setelah melalui pembahasan dan kesimpulan, maka saran yang tepat sebagai berikut : 1. Diperlukan pemahaman yang mendalam bagi aparat penegak hukum seperti penyidik, jaksa/ penuntut umum dan hakim mengenai penentuan pertanggungjawaban pidana korporasi melalui teori atau doktrin pertanggungjawaban pidana. Agar dalam menentukan pertanggungjawaban pidana korporasi tidak terfokus pada pelaku di lapangan saja. 2. Agar penerapan pertanggungjawaban pidana korporasi memberikan manfaat maksimal maka dalam menentukan jenis sanksi pemidanaan terhadap korporasi pelaku tindak pidana lingkungan hidup, aparat penegak hukum seperti jaksa/ penuntut umum maupun hakim dalam membuat 164 tuntutan ataupun putusan harus memperhatikan kepentingan perlindungan lingkungan hidup itu sendiri dan khususnya bagi hakim dalam memberikan putusan denda bagi korporasi sebaiknya dengan mencantumkan cara mengeksekusi pembayaran denda tersebut. 3. Pemerintah dapat mengalokasikan penerimaan denda (PNBP) yang dibayarkan terdakwa korporasi untuk membiayai pemulihan lingkungan hidup yang telah tercemar atau rusak.