BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan berbagai cara, salah satunya adalah dengan mengetahui tingkat perkembangan pasar modal dan perkembangan berbagai jenis industri pada negara tersebut. Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek (www.wikipedia.org). Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana (investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer) dan juga dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik investasi yang dipilih (Husnan, 2010). Investor mempunyai tujuan utama dalam menanamkan dananya kedalam perusahaan yaitu untuk mencari pendapatan atau tingkat kembalian investasi (return) baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain). Di sisi lain, perusahaan yang akan membagikan dividen dihadapkan pada berbagai macam pertimbangan antara lain: perlunya menahan sebagian laba untuk re-investasi yang mungkin lebih 1 2 menguntungkan, kebutuhan dana perusahaan, likuiditas perusahaan, sifat pemegang saham, target tertentu yang berhubungan dengan rasio pembayaran dividen dan faktor lain yang berhubungan dengan kebijakan dividen (Brigham, 2006). Husnan (2010) menyatakan bahwa perusahaan dalam mengelola keuangannya selalu dihadapkan pada tiga permasalahan penting yang saling berkaitan. Ketiga permasalahan tersebut adalah keputusan investasi, keputusan pendanaan dan kebijakan untuk menentukan berapa banyak dividen yang harus dibagikan kepada para pemegang saham. Keputusan-keputusan tersebut akan mempunyai pengaruh terhadap nilai perusahaan yang tercermin dari harga pasar perusahaan. Alasan penelitian ini menggunakan dividend payout ratio (DPR) sebagai variabel dependen dikarenakan DPR pada hakikatnya adalah menentukan porsi keuntungan yang akan dibagikan kepada para pemegang saham, dan yang akan ditahan sebagai bagian dari laba ditahan. Miller dan Modigliani (1961) dalam Andriyani (2008), telah mengembangkan irrelevant dividend, yang selanjutnya disusul dengan beberapa studi yang membahas tentang pembayaran dividen dan berbagai variasi dalam kebijakan pembayaran dividen dengan memfokuskan pada ketidaksempurnaan pasar. Brigham (2006) juga mengatakan bahwa manajer percaya bahwa investor lebih menyukai perusahaan yang mengikuti dividend payout ratio yang stabil. Dividen merupakan laba (earning) atau pembagian sebagian keuntungan yang diberikan kepada pemegang saham (Sunariyah, 2003). Kebijakan dividen sendiri merupakan keputusan perusahaan tentang perolehan laba yang akan dibagikan 3 kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang (Sartono, 2010) Bagi para pemegang saham atau investor, dividen kas merupakan tingkat pengembalian investasi mereka berupa kepemilikan saham yang diterbitkan perusahaan lain. Bagi pihak manajemen, dividen kas merupakan arus kas keluar yang mengurangi kas perusahaan. Kebijakan dividen dapat bisa dijadikan alat untuk mengawasi pemegang saham terhadap pihak manajemen. Pihak manajemen akan membatasi arus kas keluar berupa dividen tunai yang berjumlah terlalu besar dengan alasan mempertahankan kelangsungan hidup, menambah investasi untuk pertumbuhan atau untuk melunasi hutang (Suharli, 2005). Sejauh ini penelitian yang berkaitan dengan kebijakan dividen atau dividend payout ratio (DPR) telah banyak dilakukan. Beberapa peneliti sebelumnya telah menyebutkan bahwa rasio-rasio keuangan seperti rasio profitabilitas, rasio likuiditas, dan rasio solvabilitas atau financial leverage dapat menjadi pertimbangan dalam kebijakan dividen (Ang, 1997). Penelitian ini akan mengkaji kembali pengaruh rasio-rasio keuangan terhadap kebijakan dividen tunai atau dividend payout ratio (DPR). Dalam penelitian ini rasio profitabilitas diproksikan dengan variabel Return On Asset (ROA), rasio likuiditas yang diproksikan dengan Current Ratio (CR), Investment Opportunity Set (IOS) diproksikan dengan Market Book Value Equity (MBVE), sedangkan untuk memperkuat ataupun memperlemah variabel independen terhadap variabel dependen yaitu dengan menambah financial leverage diproksikan dengan variabel Debt to Equity Ratio (DER). 4 Untuk memperjelas dan menganalisis adanya permasalahan kebijakan dividen atau dividend payout ratio (DPR) dalam perusahaan manufaktur, maka berikut ini adalah data empiris yang dapat disajikan : Tabel 1.1 Rata-rata DPR Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2011-2015 Tahun Rata-rata DPR 2011 0,38 2012 0,42 2013 0,60 2014 0,47 2015 0,58 Sumber: www.idx.co.id Berdasarkan tabel 1.1 di atas, dapat dilihat bahwa rasio DPR menunjukkan hasil yang tidak konsisten, pada tahun 2014 DPR mengalami penurunan menjadi 0,47 dibandingkan tahun 2013 sebesar 0,60. Namun pada tahun berikutnya DPR mengalami kenaikan menjadi 0,58 pada tahun 2015. Adanya rasio DPR yang tidak stabil tentu akan berdampak pada kepercayaan investor terhadap perusahaan. Apabila pendapatan perusahaan bertambah tetapi perusahaan tersebut mengurangi dividen yang dibayarkan, maka kepercayaan pasar terhadap perusahaan tersebut lebih kecil. Dengan demikian manajemen dapat mempengaruhi harapan para investor melalui kebijakan dividen yang stabil. Leverage juga berpengaruh terhadap semua variabel dalam penelitian ini. Menurut Syamsuddin (2002) bahwa rasio leverage merupakan kemampuan perusahaan untuk menggunakan aktiva atau dana yang mempunyai beban tetap (fixed 5 cost assets or funds) yang gunanya untuk memperbesar tingkat penghasilan (return) bagi pemilik perusahaan. Sumber dana suatu perusahaan dapat dipenuhi melalui sumber dana internal dan eksternal. Pemenuhan pendanaan melalui hutang dapat diukur dengan menggunakan rasio debt to equity ratio (DER) yang merupakan rasio total utang terhadap total ekuitas, dimana rasio ini menunjukkan seberapa besar penggunaan hutang sebagai sumber pendanaanya. Semakin tinggi tingkat leverage berarti semakin tinggi pula komposisi hutang, maka akan mengakibatkan semakin rendahnya kemampuan perusahaan untuk membayar dividen kepada pemegang saham, apabila perusahaan memiliki likuiditas yang baik maka akan memperlemah pernyataan tersebut karena saat itu perusahaan dapat menunda untuk membayarkan dividen dalam jumlah yang relative tinggi, karena biaya digunakan untuk membayar hutang yang tinggi. Hanya perusahaan yang mempunyai likuiditas baik yang mampu membagikan labanya kepada pemegang saham dalam bentuk tunai. Sebaliknya, pihak manajemen akan menggunakan potensi likuiditas yang ada untuk melunasi hutang jangka pendek atau mendanai operasi perusahaannya. Banyak pemegang saham yang hidup dari pendapatan yang diterima dari dividen. Golongan ini dengan sendirinya tidak akan menyukai adanya pembagian dividen yang tidak stabil. Mereka lebih senang membayar harga ekstra bagi saham yang akan memberikan dividen yang sudah dapat dipastikan jumlahnya. Dividen stabil berpandangan bahwa masa depan perusahaaan lebih baik daripada yang direfleksikan oleh penurunan laba (Riyanto, 2001). Pengaruh leverage yang tinggi dapat dipastikan bunga yang besar, akibatnya keuntungan bersih berkurang karena 6 digunakan untuk membayar bunga. Jika laba setealah pajak turun maka bisa dipastikan laba per lembar saham turun dengan demikian dimungkinkan pembagian dividen akan turun. Jika keuntungan naik tetapi pembagian dividen turun maka dimungkinkan digunakan ke laba ditahan atau untuk kebutuhan dana investasi yang dibiayai dengan sumber intern. Beberapa penelitian terdahulu telah banyak dilakukan untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen, diantaranya yakni profitabilitas, likuiditas, investment opportunity set (IOS) dan leverage. Profitabilitas merupakan hal yang perlu dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan menetapkan besarnya dividen. Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, total aktiva, dan modal (Sartono, 2010). Penelitian Sunarya (2013) meneliti tentang pengaruh kebijakan utang, profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen dengan size sebagai variabel moderasi pada sektor manufaktur periode 2008-2011. Hasil dari penelitiannya mengungkapkan bahwa variabel kebijakan utang, profitabilitas dan likuiditas berpengaruh pada kebijakan dividen. Mawarni dan Ratnadi (2014) meneliti pengaruh kesempatan investasi, leverage, dan likuiditas pada kebijakan dividen perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Hasil dari penelitiannya mengungkapkan bahwa variabel kesempatan investasi, leverage, dan likuiditas berpengaruh pada kebijakan dividen. Harianja, et. al (2014) meneliti pengaruh ROE, ROA, Laba, Cash Ratio, Long term debt (LTD) dan Debt to Total Asset (DTA) dengan cash ratio sebagai variabel moderating terhadap kebijakan dividen perusahaan barang konsumsi yang terdaftar 7 di BEI. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa ROE berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio sedangkan ROA, Laba, Cash Ratio, Long term debt (LTD) dan Debt to Total Asset (DTA) tidak berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio. Pradana dan Sanjaya (2014) meneliti tentang pengaruh Profitabilitas, Free Cash Flow dan Investment Opportunity Set (IOS) terhadap kebijakan dividen tunai. Hasil dari penelitiannya memperoleh kesimpulan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen tunai, sedangkan free cash flow dan Investment Opportunity Set (IOS) tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen tunai. Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Halomoan Sihombing (2014) meneliti tentang pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen tunai dengan dimoderasi pendanaan. Hasil dari penelitiannya mengungkapkan bahwa profitabilitas dan likuiditas tidak berpengaruh pada kebijakan dividen tunai. Pendanaan tidak mampu memperkuat pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen tunai terhadap kebijakan dividen tunai. Dari penelitian–penelitian yang telah disebutkan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa masih banyak perbedaan dari hasil penelitian–penelitian tersebut dimana profitabilitas pada penelitian Sunarya (2013) dan Pradana & Sanjaya (2014) berpengaruh terhadap kebijakan dividen tunai, akan tetapi pada penelitian Sihombing (2014) dan Harianja, et. al (2014) menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen tunai. Likuiditas pada penelitian Sunarya (2013), Harianja (2014) dan Mawarni (2014) menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh terhadap kebijakan dividen tunai, 8 akan tetapi pada penelitian Sihombing (2014) menyatakan bahwa likuiditas tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen tunai. Kesempatan investasi atau investment opportunity set (IOS) pada penelitian Mawarni (2014) menemukan hasil bahwa IOS memiliki pengaruh terhadap kebijakan dividen tunai. Sedangkan pada penelitian Pradana & Sanjaya IOS tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen tunai. Leverage pada penelitian Sunarya (2013) dan Mawarni (2014menyatakan bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen tunai akan tetapi pada penelitian Harianja (2014) menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen tunai. Sedangkan penelitian Sihombing (2014) leverage tidak mampu memoderasi profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijaka dividen tunai. Untuk dapat menyimpulkan secara lebih jelas dan mempertegas bagaimana hubungan ROA, CR, IOS, DER terhadap DPR maka diperlukan penelitian dan pembahasan lebih jauh yang didasarkan pada temuan–temuan sebelumnya mengenai variabel-variabel tersebut. Hasil penelitian terdahulu sejauh ini juga banyak memberikan pandangan yang kontradiktif, dimana terdapat research gap untuk beberapa variabel yang berpengaruh terhadap DPR sebagai berikut : 9 Tabel 1.2 Hasil Penelitian Terdahulu (Research Gap) Variabel No 1 2 3 Independen Hasil Penelitian Dependen Profitabilitas Likuiditas Kebijakan Dividen Tunai Sihombing (2014) Pradana dan Sanjaya (2014) Harianja, et. al (2014) Mawarni dan Ratnadi (2014 Sunarya (2013) Tidak Berpengaruh Berpengaruh Tidak Berpengaruh - Berpengaruh Tidak Berpengaruh - Berpengaruh Berpengaruh Berpengaruh - Tidak Berpengaruh - Berpengaruh - IOS Sumber: disarikan dari berbagai jurnal Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa hasil penelitian faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen cenderung tidak konsisten atau berbeda antara peneliti yang ketidakkonsistenan satu dengan hasil penelitian peneliti yang lain. Dengan adanya maka perlu untuk mengkaji lebih jauh mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen tunai pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI sehingga bisa ditemukan variabel apa saja yang mempengaruhi dan memoderasi terjadinya kebijakan dividen. Berdasarkan uraian diatas maka judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah : “PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN DENGAN LEVERAGE SEBAGAI VARIABEL MODERATING (STUDI KASUS PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2011-2015)” 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, dapat diketahui bahwa terdapat dua permasalahan. Permasalahan pertama adanya fenomena gap 10 yang dapat dilihat pada Tabel 1.1 diatas dapat disimpulkan research problem dalam penelitian ini bahwa kebijakan dividen yang diukur menggunakan dividend payout ratio mengalami penurunan rata-rata pada tahun 2014 menjadi 0,47 dibandingkan tahun 2013 sebesar 0,60. Namun pada tahun berikutnya rata-rata dividend payout ratio mengalami kenaikan menjadi 0,58 pada tahun 2015. Permasalahan yang kedua yaitu masih adanya inkonsistensi dari penelitian terdahulu yang dapat dilihat dari hasil penelitian Pradana dan Sanjaya (2014), Sunarya (2013) yang menyimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen sedangkan hasil dari Sihombing (2014), Harianja. et al. (2014) mengemukakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Menurut Harianja. et al. (2014), Mawarni dan Ratnadi (2014), Sunarya (2013) likuiditas berpengaruh terhadap kebijakan dividen sedangkan menurut Sihombing (2014) likuiditas tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Research gap yang lain juga dapat dilihat dari hasil penelitian Mawarni dan Ratnadi (2014) dimana hasil penelitiannya mengemukakan bahwa investment opportunity set berpengaruh terhadap kebijakan dividen, sedangkan hasil penelitian Pradana dan Sanjaya (2014) mengemukakan bahwa investment opportunity set tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Selain itu penelitian ini menambah variabel moderating yaitu leverage untuk diteliti, dapatkah leverage memperkuat ataupun memperlemah pengaruh antara profitabilitas, likuiditas dan investment opportunity set (IOS) terhadap kebijakan dividen. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka akan muncul pertanyaaan sebagai berikut : 11 a. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen? b. Apakah likuiditas berpengaruh terhadap kebijakan dividen? c. Apakah investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh terhadap kebijakan dividen? d. Apakah leverage berpengaruh terhadap kebijakan dividen? e. Apakah leverage mampu memoderasi pengaruh profitabilitas, likuiditas dan investment Opportunity Set (IOS) terhadap kebijakan dividen? 1.3 Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan dividen. b. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh likuiditas terhadap kebijakan dividen. c. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh investment opportunity set (IOS) terhadap kebijakan dividen. d. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh leverage terhadap kebijakan dividen. e. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh leverage sebagai variabel pemoderasi dengan profitabilitas, likuiditas, dan investment opportunity set terhadap kebijakan dividen. 12 1.3.2 Kegunaan Penelitian Penelitian yang dilakukan diharapkan akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya sebagai berikut : 1.3.2.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapakan dapat membawa manfaat dalam menambah wawasan dan pengetahuan maupun sebagai referensi dalam penelitian-penelitian dengan topik yang sama yang mungkin akan dilakukan. 1.3.2.2 Manfaat Praktis 1. Bagi pihak perusahaan, hasil penelitian ini dapat memberikan pemahaman kepada manajer agar dapat membuat kebijakan dividen perusahaan yang diharapkan dapat menjadi hal yang diperhatikan dalam upaya mengurangi konflik keagenan. 2. Bagi investor, hasil penelitian ini mampu memberikan informasi yang dapat dijadikan bahan pertimbangan investor terkait dengan faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh perusahaan dalam menentukan kebijakan dividen yang akan mempengaruhi kemakmuran para pemegang saham. 3. Bagi kalangan akademisi dalam literatur penelitian di Indonesia, khususnya dibidang Akuntansi Keuangan, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan referensi dan sebagai pembanding untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan kebijakan dividen. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009). Variabel bisa didapatkan melalui pengumpulan dan pengolahan data. Variabel-variabel yang dibutuhkan dalam penelitian ini ada 5 (lima) yaitu 3 (tiga) variabel independen, 1 (satu) variabel dependen, dan 1 (satu) variabel moderasi. 1. Variabel Dependen Variabeldependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kebijakan dividen tunai. 2. Variabel Independen MenurutIndriantoro dan Supomo (2009) variabel independen merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi variabel dependen, baik pengaruh itu secara positif maupun negatif. Adapun tiga variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu profitabilitas (ROA), Likuiditas (CR), dan Investment Opportunity Set (IOS) (MBVE). 3. Variabel Moderasi Variabel moderasi merupakan variabel independen kedua, yaitu variabel yang mempengaruhi (memperkuat/memperlemah) hubungan antara variabel independen 49 50 independen dengan variabel dependen. Variabel moderasi dalam penelitian ini adalah Leverage (DER). 3.1.1 Definisi Operasional Definisi operasional merupakan seperangkat petunjuk yang lengkap tentang apa yang harus diamati(observasi) dan bagaimana juga mengukur suatu variabel ataupun konsep definisi operasional tersebut dan dapat membantu kita untuk mengklasifikasi gejala di sekitar ke dalam kategori khusus dari suatu variabel (Walizer & Wienir, 1990). Definisi operasional dalam penelitian ini sendiri adalah sebagai berikut : 3.1.1.1 Kebijakan Dividen Dividen menurut Suharli (2007) merupakan sejumlah laba yang dibagikan kepada pemegang saham yang banyaknya sebanding dengan saham yang dimiliki oleh masing-masing pemegang saham. Ahmad (2009) mendefinisikan dividen sebagai pembagian aktiva perusahaan kepada para pemegang saham.Dividen Payout Ratio digunakan sebagai proksi dari kebijakan dividen (Suharli dan Oktorina, 2005). Dividend Payout Ratio adalah perbandingan antara dividend per share dengan earning per share (Ang, 1997). DPR merupakan presentase dari pendapatan yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai cash dividend (Riyanto, 2001). Menurut Kasmir (2008) Dividen Payout Ratio (DPR) dapat dirumuskan sebagai berikut : DPR = ................................................................(1) 51 3.1.1.2 Variabel Independen 1. Profitabilitas ROA merupakan salah satu rasio profitabilitas, yaitu rasio yang menunjukkan seberapa efektifnya perusahaan beroperasi sehingga menghasilkan keuntungan /laba bagi perusahaan (Clara E.S, 2001 dalam Andriyani, 2008). Hal yang senada juga dinyatakan oleh Robbert Ang (1997) yang menyebutkan bahwa ratio ROA digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan cara memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini merupakan rasio yang terpenting di antara rasio rentabilitas yang ada. ROA kadang-kadang disebut juga ROI (return on investment). Nilai ROA dapat diukur dengan rumus (Robbert Ang, 1997) : ROA = 2. ...........................................................................(2) Likuiditas Likuiditas diartikan sebagai suatu indikator mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia (Syamsuddin, 2011). Dalam penelitian ini, likuiditas perusahaan diukur dengancurrent ratio. Current Ratio dihitung berdasarkan perbandingan kewajiban jangka pendek dengan sejumlah kas yang dimiliki. (Suharli dan Oktorina, 2005). Menurut Harahap (2007), current ratio merupakan rasio yang menunjukan sejauh mana aktiva lancar menutupi kewajiban-kewajiban lancar. Current ratio (CR) dapat dirumuskan sebagaiberikut : CR = ...............................................................................(3) 52 3. IOS ( Investment Opportunity Set) / Kesempatan Investasi Istilah Investment Opportunity Set (IOS) dikemukakan oleh Myers (1977) dalam Imam Subekti dan I.W. Kusuma (2001) yang menguraikan pengertian perusahaan, yaitu sebagai satu kombinasi antara aktiva riil (assets in place) dan opsi investasi masa depan. Hartono (2003) menyatakan bahwa rasio market to book value mencerminkan bahwa pasar menilai return dari investasi perusahaan di masa depan dari return yang diharapkan dari ekuitasnya. Adanya perbedaan antara nilai pasar dan nilai buku ekuitas menunjukkan kesempatan investasi perusahaan.IOS dapat dirumuskansebagai berikut : IOS (MBVE) = .....................(4) 3.1.1.3 Leverage Variabelmoderasi dalam penelitian ini adalahleverage. Hutang atau leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan hutang untuk membiayai investasinya (Sartono, 2010). Rasio leverage merupakan kemampuan perusahaan untuk menggunakan aktiva atau dana yang mempunyai beban tetap yang gunanya untuk memperbesar tingkat penghasilan (return) bagi pemilik perusahaan (Syamsudin, 2002). Dalam penelitian ini rasio leverage menggunakan rasio debt equity ratio (DER). Menurut Darsono (2005), Debt Equity Ratio (DER) adalah rasio yang menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Rasio ini mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan 53 untuk membayar hutang. MenurutKasmir (2008)debt to equity ratio (DER) dapat dirumuskan sebagai berikut : DER = .............................................................................(5) Secara lebih ringkas definisi variabel dapat dilihat dengan tabel sebagai berikut : Tabel 3.1 Definisi Operasional Variabel NO NAMA VARIABEL DEFINISI VARIABEL INDIKATOR SUMBER 1 Kebijakan Dividen Tunai Sejumlah laba yang dibagikan kepada pemegang saham yang banyaknya sebanding dengan saham yang dimiliki oleh masingmasing pemegang saham Variabel ini diproksi melalui Dividen Payout Ratio (DPR), DPR dapat diukur dengan rumus. DPR = Dividen Per Share / Earning Per Share Sunarya (2013), Mawarni (2014), Harianja (2014), Pradana (2014), Sihombing (2014) 2 Profitabilitas Kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba. Variabel ini diproksi melalui Return On Equity (ROA), ROA dapat diukur dengan rumus. ROA = Laba Bersih Setelah Pajak / Total Asset Sunarya (2013),Harianja(2 014), Pradana (2014), Sihombing (2015) 3 Likuiditas Kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya Variabel ini diproksi melalui Current Ratio (CR). CR dapat dihitung dengan rumus: Sunarya (2013) Mawarni (2014), Harianja (2014), Sihombing (2014) CR= Aktiva Lancar Hutang Lancar 4 Kesempatan Investasi kesempatan investasi atau investment opportunity set menggambarkan tentang luasnya kesempatan atau peluang investasi bagi suatu perusahaan Variabel ini diproksi melalui Mawarni (2014) Market Book Value of Equity Pradana (2014) (MBVE), MBVE dapat diukur dengan rumus. MBVE = (Jumlah Saham beredar x Closing Price) / Total Ekuitas 5 Leverage Leverage dapat didefinisikan sebagai kemampuan Variabel ini diproksi melalui Debt to Equity (DER), DER dapat diukur dengan rumus. Sunarya (2013), Mawarni (2014), 54 perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang DER= Total Hutang / Total Ekuitas Sihombing (2014) Sumber : Dari berbagai jurnal ilmiah, 2017 3.2 Objek Penelitian, Unit Sampel, Populasi dan Penentuan Sampel 3.2.1 Objek Penelitian dan Unit Sampel Obyek penelitian yang dipilih adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan manufaktur dipilih menjadi obyek penelitian ini karena . Peneliti tertarik untuk menganalisis besar kecilnya pembagian dividen tiap tahunnya yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dari populasi tersebut diambil sejumlah sampel untuk digunakan dalam penelitian.Data kuantitatif yang diperlukan dalam pengolahan data di obyek penelitian ini adalah data sekunder. Unit sampelnya berupa laporan keuangan yang telah diaudit. 3.2.2 Populasi dan Penentuan Sempel Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa, hal atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa yang menjadi pusat perhatian seorang peneliti karena itu dipandang sebagai sebuah semesta penelitian (Ferdinand, 2006). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian yaitu dari tahun 2011-2015. Dari populasi tersebut diambil sejumlah sampel untuk digunakan dalam penelitian. Sampel adalah subset dari populasi, terdiri dari beberapa anggota populasi. Subset ini diambil karena dalam banyak kasus tidak mungkin peneliti meneliti seluruh anggota populasi. Oleh karena itu harus membentuk sebuah perwakilan 55 populasi atau yang disebut dengan sampel (Ferdinand, 2006). Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling,yaitu pemilihan sampel perusahaan selama periode penelitian berdasarkan kriteria tertentu. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2011-2015. 3.3 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, data yang diambil tersebut yaitu berupa laporan keuangan setiap perusahaan sampel yang dilaporkan ke BEI dari tahun 2011-2015. Sumber yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan sampel yang terdapat pada ICMD (Indonesian Capital Market Directory) dan website Indonesia Stock Exchage (www.idx.co.id) selama periode tahun 2011-2015. 3.4 Metode Pengumpulan Data Sesuai dengan jenis data yang diperlukan yaitu data sekunder dan sampel yang digunakan, maka metode pengumpulan data digunakan dengan dokumentasi dan studi pustaka. Dokumentasi didasarkan pada laporan keuangan perusahaan manufaktur yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui Indonesian Capital Market Directory (ICMD) dan Indonesian Stock Exchange (IDX) periode tahun 2011-2015. Sedangkan studi pustaka yaitu berasal dari literatur-literatur yang berhubungan dengan permasalahan dalam penulisan penelitian. 3.5 Metode Analisis Data yang didapat dari hasil penelitian ini adalah data kuantitatif, yang selanjutnya akan dianalisis sesuai dengan jenisnya. Analisis data kuantitatif yang digunakan 56 dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif, uji asumsi klasik, analisis regresi linier bergandadan uji residual untuk variabel pemoderasi dengan menggunakan SPSS versi 20. 3.5.1 Statistik Deskriptif Penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran tentang variabel- variabel penelitian yang diamati. Dalam penelitian ini variabel independennya yaitu profitabilitas (ROA), likuiditas (CR), investment opportunity set (IOS) dan variabel dependennya yaitu kebijakan dividen (DPR) dengan variabel penguatnya leverage (DER), pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan minimum. Statistik deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai distribusi dan perilaku data sampel tersebut (Ghozali,2011). 3.5.2 Uji Asumsi Klasik Untuk memenuhi syarat yang ditentukan sebelum dilakukan uji hipotesis dan untuk menentukan ketepatan model maka perlu dilakukan pengujian atas beberapa asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang digunakan yaitu:uji normalitas, multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi yang dijelaskan sebagai berikut : 3.5.2.1 Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan F mengasumsi bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi 57 ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil, Ghozali (2011).Dalam penelitian ini pengujian normalitas dilakukan dengan uji statistik non parametik One Kolmogorov Smirnov. Pedoman untuk pengambilan keputusan didasarkan pada : 1. Apabila nilai probabilitas > 0,05 atau 5 persen, maka distribusi data normal. 2. Apabila nilai probabilitas < 0,05 atau 5 persen, maka distribusi data tidak normal. 3.5.2.2 Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya memiliki variabel independen yang tidak saling berkolerasi. Multikolinearitas terjadi ketika variabel independen yang ada dalam metode berkorelasi satu sama lain, ketika korelasi antar variabel independen sangat tinggi maka sulit untuk memisahkan masing-masing pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya yaitu variance inflatin factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana, setiap variabel independen menjadi variabel dependen (terikat) dan diregres terhadap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nila tolerance < 0.10 atau sama dengan nilai VIF >10, (Ghozali, 2011). 58 3.5.2.3 Uji Heterokedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas. Kebanyakan data cross-section mengandung situasi heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil,sedang,besar), Ghozali, (2011).Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji Glejser dengan meregres nilai absolute residual terhadap variable independen, Gujarati (2003) dalam Ghozali (2011). Analisis yang dilakukan yaitu dengan melihat signifikansi variabel independen terhadap variabel dependen. Jika variabel independen signifikan secara statistik mempengaruhi variabel dependen, maka ada indikasi terjadi heteroskedastisitas. Hal ini dapat dilihat dari probabilitas signifikansinya jika diatas 5% atau diatas 0,05, maka dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung adanya Heteroskedastisitas. 3.5.2.4 Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan periode t-1 (sebelumnya). Autokolerasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series) karena “gangguan” pada 59 seseorang individu/kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya, Ghozali, (2011). Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi digunakan uji Runs, dimana dalam pengambilan keputusan dengan melihat nilai Asymp. Sig. (2-tailed). Model dikatakan bebas dari autokorelasi jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed)>0,05. 3.5.3 Analisis Regresi Berganda Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dan uji residual untuk variabel pemoderasi. Secara umum, analisis regresi bertujuan untuk mengukur kekuatan asosiasi (hubungan) linear antara dua variabel atau lebih. Analisis regresi juga digunakan untuk menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen dengan variabel independen (Ghozali, 2011). Jadi regresi merupakan alat analisis yang digunakan untuk mengukur seberapa jauh pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Sedangkan untuk menguji regresi dengan variabel moderating maka digunakan model pengujian uji residual. Analisis residual ingin menguji pengaruh deviasi (penyimpangan) dari suatu model. Fokusnya adalah ketidakcocokan (lack of fit) yang dihasilkan dari deviasi hubungan linear antar variabel independen. Lack of fit ditunjukkan oleh nilai residual di dalam regresi. Model regresi dirumuskan dengan persamaan berikut : 60 Persamaan Regresi Model I : Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e................................................................(6) Keterangan : Y: Kebijakan Dividen Tunai (DPR) α : Konstanta β1, β2, β3, β4 : Koefisien Regresi X1 : Profitabilitas(ROA) X2 : Likuiditas(CR) X3 : Investment Opprtunity Set (IOS) (MBVE) X4 : Leverage (DER) e : Error Persamaan Regresi Model II : DER = α + β1ROA + β2CR + β3MBVE + e ...........................................................(7) āeā= α + β1DPR.......................................................................................................(8) Keterangan : DER = Leverage α : Konstanta β1, β2, β3 : Koefisien Regresi DPR : Kebijakan Dividen e : Nilai Residual variabel moderating |e| : Nilai absolut residual variabel moderating 3.5.4 Pengujian Hipotesis Untuk menguji hipotesis yang diajukan maka dilakukan pengujian secara parsial dan pengujian secara simultan serta analisis koefisien determinasi (R2) (Ghozali, 2011). 61 3.5.4.1 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh masing-masing suatu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0.05 (Ghozali, 2011). Cara pengujiannya adalah sebagai berikut : 1. Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0.05, maka H0 diterima atau H1 ditolak. Ini berarti bahwa variabel independen tidak mempunyai pengaruh individual terhadap variabel dependen. 2. Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti bahwa variabel independen mempunyai pengaruh secara individual terhadap variabel dependen. Pengujian hubungan antara variabel independen dan dependen dalam penelitian ini terdapat faktor yang memperlemah atau memperkuat (variabel moderasi). Untuk menguji keberadaan tersebut dapat diamati dengan kriteria berikut: 1. Pure Moderasi : variabel yang memoderasi hubungan antar variabel independen dan variabel dependen dimana variabel moderasi murni berinteraksi dengan variabel independen tanpa menjadi variabel independen. 2. Quasi Moderasi : variabel yang memoderasi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen yang sekaligus menjadi variabel independen. 62 3.5.4.2 Uji Layak Model ( Uji F) Uji layak model (uji F) bertujuan untuk mengukur apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersamasama terhadap variabel dependen. Uji statistik F digunakan untuk mengetahui seluruh variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersamasama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0.05 (Ghozali, 2011) yaitu sebagai berikut : 1. Nilai probabilitas lebih besar dari 0.05, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Ini berarti bahwa semua variabel independen tidak mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. 2. Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Ini berarti bahwa semua variabel independen mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. 3.5.4.3 Ketepatan Perkiraan Model atau Koefisien Determinasi (R2) Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinasi antara nol (0) dan satu (1). Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu (1) berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen (Ghozali, 2011). Bila terdapat nilai adjusted R2 bernilai negatif, maka nilai adjusted R2 dianggap bernilai nol (0).