BAB I PENDAHULUAN

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Perkembangan ekonomi suatu negara dapat diukur dengan berbagai cara,
salah satunya adalah dengan mengetahui tingkat perkembangan pasar modal dan
perkembangan berbagai jenis industri pada negara tersebut.
Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran
umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang
diterbitkannya,
serta
lembaga
dan
profesi
yang
berkaitan
dengan
efek
(www.wikipedia.org). Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu
negara karena pasar modal memiliki dua fungsi sekaligus, yaitu pasar modal
dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar menyediakan fasilitas atau wahana
yang mempertemukan dua kepentingan yaitu pihak yang memiliki kelebihan dana
(investor) dan pihak yang memerlukan dana (issuer) dan juga dikatakan memiliki
fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan kemungkinan dan kesempatan
memperoleh imbalan (return) bagi pemilik dana, sesuai dengan karakteristik
investasi yang dipilih (Husnan, 2010).
Investor mempunyai tujuan utama dalam menanamkan dananya kedalam
perusahaan yaitu untuk mencari pendapatan atau tingkat kembalian investasi (return)
baik berupa pendapatan dividen (dividend yield) maupun pendapatan dari selisih
harga jual saham terhadap harga belinya (capital gain). Di sisi lain, perusahaan yang
akan membagikan dividen dihadapkan pada berbagai macam pertimbangan antara
lain: perlunya menahan sebagian laba untuk re-investasi yang mungkin lebih
1
2
menguntungkan, kebutuhan dana perusahaan, likuiditas perusahaan, sifat pemegang
saham, target tertentu yang berhubungan dengan rasio pembayaran dividen dan
faktor lain yang berhubungan dengan kebijakan dividen (Brigham, 2006).
Husnan (2010) menyatakan bahwa perusahaan dalam mengelola keuangannya
selalu dihadapkan pada tiga permasalahan penting yang saling berkaitan. Ketiga
permasalahan tersebut adalah keputusan investasi, keputusan pendanaan dan
kebijakan untuk menentukan berapa banyak dividen yang harus dibagikan kepada
para pemegang saham. Keputusan-keputusan tersebut akan mempunyai pengaruh
terhadap nilai perusahaan yang tercermin dari harga pasar perusahaan.
Alasan penelitian ini menggunakan dividend payout ratio (DPR) sebagai
variabel dependen dikarenakan DPR pada hakikatnya adalah menentukan porsi
keuntungan yang akan dibagikan kepada para pemegang saham, dan yang akan
ditahan sebagai bagian dari laba ditahan. Miller dan Modigliani (1961) dalam
Andriyani (2008), telah mengembangkan irrelevant dividend, yang selanjutnya
disusul dengan beberapa studi yang membahas tentang pembayaran dividen dan
berbagai variasi dalam kebijakan pembayaran dividen dengan memfokuskan pada
ketidaksempurnaan pasar. Brigham (2006) juga mengatakan bahwa manajer percaya
bahwa investor lebih menyukai perusahaan yang mengikuti dividend payout ratio
yang stabil.
Dividen merupakan laba (earning) atau pembagian sebagian keuntungan yang
diberikan kepada pemegang saham (Sunariyah, 2003). Kebijakan dividen sendiri
merupakan keputusan perusahaan tentang perolehan laba yang akan dibagikan
3
kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba
ditahan guna pembiayaan investasi di masa datang (Sartono, 2010)
Bagi para pemegang saham atau investor, dividen kas merupakan tingkat
pengembalian investasi mereka berupa kepemilikan saham yang diterbitkan
perusahaan lain. Bagi pihak manajemen, dividen kas merupakan arus kas keluar yang
mengurangi kas perusahaan. Kebijakan dividen dapat bisa dijadikan alat untuk
mengawasi pemegang saham terhadap pihak manajemen. Pihak manajemen akan
membatasi arus kas keluar berupa dividen tunai yang berjumlah terlalu besar dengan
alasan
mempertahankan
kelangsungan
hidup,
menambah
investasi
untuk
pertumbuhan atau untuk melunasi hutang (Suharli, 2005).
Sejauh ini penelitian yang berkaitan dengan kebijakan dividen atau dividend
payout ratio (DPR) telah banyak dilakukan. Beberapa peneliti sebelumnya telah
menyebutkan bahwa rasio-rasio keuangan seperti rasio profitabilitas, rasio likuiditas,
dan rasio solvabilitas atau financial leverage dapat menjadi pertimbangan dalam
kebijakan dividen (Ang, 1997).
Penelitian ini akan mengkaji kembali pengaruh rasio-rasio keuangan
terhadap kebijakan dividen tunai atau dividend payout ratio (DPR). Dalam penelitian
ini rasio profitabilitas diproksikan dengan variabel Return On Asset (ROA), rasio
likuiditas yang diproksikan dengan Current Ratio (CR), Investment Opportunity Set
(IOS) diproksikan dengan Market Book Value Equity (MBVE), sedangkan untuk
memperkuat ataupun memperlemah variabel independen terhadap variabel dependen
yaitu dengan menambah financial leverage diproksikan dengan variabel Debt to
Equity Ratio (DER).
4
Untuk memperjelas dan menganalisis adanya permasalahan kebijakan dividen
atau dividend payout ratio (DPR) dalam perusahaan manufaktur, maka berikut ini
adalah data empiris yang dapat disajikan :
Tabel 1.1
Rata-rata DPR Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI
Tahun 2011-2015
Tahun
Rata-rata DPR
2011
0,38
2012
0,42
2013
0,60
2014
0,47
2015
0,58
Sumber: www.idx.co.id
Berdasarkan tabel 1.1 di atas, dapat dilihat bahwa rasio DPR menunjukkan
hasil yang tidak konsisten, pada tahun 2014 DPR mengalami penurunan
menjadi 0,47 dibandingkan tahun 2013 sebesar 0,60. Namun pada tahun berikutnya
DPR mengalami kenaikan menjadi 0,58 pada tahun 2015. Adanya rasio DPR yang
tidak stabil tentu akan berdampak pada kepercayaan investor terhadap perusahaan.
Apabila pendapatan perusahaan bertambah tetapi perusahaan tersebut mengurangi
dividen yang dibayarkan, maka kepercayaan pasar terhadap perusahaan tersebut
lebih kecil. Dengan demikian manajemen dapat mempengaruhi harapan para
investor melalui kebijakan dividen yang stabil.
Leverage juga berpengaruh terhadap semua variabel dalam penelitian ini.
Menurut Syamsuddin (2002) bahwa rasio leverage merupakan kemampuan
perusahaan untuk menggunakan aktiva atau dana yang mempunyai beban tetap (fixed
5
cost assets or funds) yang gunanya untuk memperbesar tingkat penghasilan (return)
bagi pemilik perusahaan. Sumber dana suatu perusahaan dapat dipenuhi melalui
sumber dana internal dan eksternal. Pemenuhan pendanaan melalui hutang dapat
diukur dengan menggunakan rasio debt to equity ratio (DER) yang merupakan rasio
total utang terhadap total ekuitas, dimana rasio ini menunjukkan seberapa besar
penggunaan hutang sebagai sumber pendanaanya.
Semakin tinggi tingkat leverage berarti semakin tinggi pula komposisi
hutang, maka akan mengakibatkan semakin rendahnya kemampuan perusahaan
untuk membayar dividen kepada pemegang saham, apabila perusahaan memiliki
likuiditas yang baik maka akan memperlemah pernyataan tersebut karena saat itu
perusahaan dapat menunda untuk membayarkan dividen dalam jumlah yang relative
tinggi, karena biaya digunakan untuk membayar hutang yang tinggi. Hanya
perusahaan yang mempunyai likuiditas baik yang mampu membagikan labanya
kepada pemegang saham dalam bentuk tunai. Sebaliknya, pihak manajemen akan
menggunakan potensi likuiditas yang ada untuk melunasi hutang jangka pendek atau
mendanai operasi perusahaannya.
Banyak pemegang saham yang hidup dari pendapatan yang diterima dari
dividen. Golongan ini dengan sendirinya tidak akan menyukai adanya pembagian
dividen yang tidak stabil. Mereka lebih senang membayar harga ekstra bagi saham
yang akan memberikan dividen yang sudah dapat dipastikan jumlahnya. Dividen
stabil berpandangan bahwa masa depan perusahaaan lebih baik daripada yang
direfleksikan oleh penurunan laba (Riyanto, 2001). Pengaruh leverage yang tinggi
dapat dipastikan bunga yang besar, akibatnya keuntungan bersih berkurang karena
6
digunakan untuk membayar bunga. Jika laba setealah pajak turun maka bisa
dipastikan laba per lembar saham turun dengan demikian dimungkinkan pembagian
dividen akan turun. Jika keuntungan naik tetapi pembagian dividen turun maka
dimungkinkan digunakan ke laba ditahan atau untuk kebutuhan dana investasi yang
dibiayai dengan sumber intern.
Beberapa penelitian terdahulu telah banyak dilakukan untuk mengetahui
pengaruh faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen, diantaranya yakni
profitabilitas, likuiditas, investment opportunity set (IOS) dan leverage.
Profitabilitas merupakan hal yang perlu dipertimbangkan sebelum mengambil
keputusan menetapkan besarnya dividen. Profitabilitas merupakan kemampuan
perusahaan memperoleh laba dalam hubungan dengan penjualan, total aktiva, dan
modal (Sartono, 2010). Penelitian Sunarya (2013)
meneliti tentang pengaruh
kebijakan utang, profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen dengan size
sebagai variabel moderasi pada sektor manufaktur periode 2008-2011. Hasil dari
penelitiannya mengungkapkan bahwa variabel kebijakan utang, profitabilitas dan
likuiditas berpengaruh pada kebijakan dividen.
Mawarni dan Ratnadi (2014) meneliti pengaruh kesempatan investasi,
leverage, dan likuiditas pada kebijakan dividen perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI. Hasil dari penelitiannya mengungkapkan bahwa variabel
kesempatan investasi, leverage, dan likuiditas berpengaruh pada kebijakan dividen.
Harianja, et. al (2014) meneliti pengaruh ROE, ROA, Laba, Cash Ratio, Long
term debt (LTD) dan Debt to Total Asset (DTA) dengan cash ratio sebagai variabel
moderating terhadap kebijakan dividen perusahaan barang konsumsi yang terdaftar
7
di BEI. Hasil penelitiannya mengungkapkan bahwa ROE berpengaruh terhadap
Dividend Payout Ratio sedangkan ROA, Laba, Cash Ratio, Long term debt (LTD)
dan Debt to Total Asset (DTA) tidak berpengaruh terhadap Dividend Payout Ratio.
Pradana dan Sanjaya (2014) meneliti tentang pengaruh Profitabilitas, Free
Cash Flow dan Investment Opportunity Set (IOS) terhadap kebijakan dividen tunai.
Hasil dari penelitiannya memperoleh kesimpulan bahwa profitabilitas berpengaruh
terhadap kebijakan dividen tunai, sedangkan free cash flow dan Investment
Opportunity Set (IOS) tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen tunai.
Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Halomoan Sihombing (2014)
meneliti tentang pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijakan dividen
tunai dengan dimoderasi pendanaan. Hasil dari penelitiannya mengungkapkan bahwa
profitabilitas dan likuiditas tidak berpengaruh pada kebijakan dividen tunai.
Pendanaan tidak mampu memperkuat pengaruh profitabilitas dan likuiditas terhadap
kebijakan dividen tunai terhadap kebijakan dividen tunai.
Dari penelitian–penelitian yang telah disebutkan sebelumnya dapat ditarik
kesimpulan bahwa masih banyak perbedaan dari hasil penelitian–penelitian tersebut
dimana profitabilitas pada penelitian Sunarya (2013) dan Pradana & Sanjaya (2014)
berpengaruh terhadap kebijakan dividen tunai, akan tetapi pada penelitian Sihombing
(2014) dan Harianja, et. al (2014) menyatakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh
terhadap kebijakan dividen tunai.
Likuiditas pada penelitian Sunarya (2013), Harianja (2014) dan Mawarni
(2014) menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh terhadap kebijakan dividen tunai,
8
akan tetapi pada penelitian Sihombing (2014) menyatakan bahwa likuiditas tidak
berpengaruh terhadap kebijakan dividen tunai.
Kesempatan investasi atau investment opportunity set (IOS) pada penelitian
Mawarni (2014) menemukan hasil bahwa IOS memiliki pengaruh terhadap kebijakan
dividen tunai. Sedangkan pada penelitian Pradana & Sanjaya IOS tidak berpengaruh
terhadap kebijakan dividen tunai.
Leverage pada penelitian Sunarya (2013) dan Mawarni (2014menyatakan
bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap kebijakan dividen tunai akan tetapi
pada penelitian Harianja (2014) menyatakan bahwa leverage tidak berpengaruh
terhadap kebijakan dividen tunai. Sedangkan penelitian Sihombing (2014) leverage
tidak mampu memoderasi profitabilitas dan likuiditas terhadap kebijaka dividen tunai.
Untuk dapat menyimpulkan secara lebih jelas dan mempertegas bagaimana
hubungan ROA, CR, IOS, DER terhadap DPR maka diperlukan penelitian dan
pembahasan lebih jauh yang didasarkan pada temuan–temuan sebelumnya mengenai
variabel-variabel tersebut. Hasil penelitian terdahulu sejauh ini juga banyak
memberikan pandangan yang kontradiktif, dimana terdapat research gap untuk
beberapa variabel yang berpengaruh terhadap DPR sebagai berikut :
9
Tabel 1.2
Hasil Penelitian Terdahulu (Research Gap)
Variabel
No
1
2
3
Independen
Hasil Penelitian
Dependen
Profitabilitas
Likuiditas
Kebijakan
Dividen
Tunai
Sihombing
(2014)
Pradana dan
Sanjaya
(2014)
Harianja,
et. al (2014)
Mawarni dan
Ratnadi (2014
Sunarya
(2013)
Tidak
Berpengaruh
Berpengaruh
Tidak
Berpengaruh
-
Berpengaruh
Tidak
Berpengaruh
-
Berpengaruh
Berpengaruh
Berpengaruh
-
Tidak
Berpengaruh
-
Berpengaruh
-
IOS
Sumber: disarikan dari berbagai jurnal
Berdasarkan tabel diatas, menunjukkan bahwa hasil penelitian faktor-faktor
yang mempengaruhi kebijakan dividen cenderung tidak konsisten atau berbeda
antara
peneliti
yang
ketidakkonsistenan
satu
dengan
hasil penelitian
peneliti
yang
lain.
Dengan
adanya
maka perlu untuk mengkaji lebih jauh
mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen tunai pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI sehingga bisa ditemukan variabel apa saja yang
mempengaruhi dan memoderasi terjadinya kebijakan dividen. Berdasarkan uraian
diatas maka judul yang dipilih dalam penelitian ini adalah :
“PENGARUH PROFITABILITAS, LIKUIDITAS DAN INVESTMENT
OPPORTUNITY SET (IOS) TERHADAP KEBIJAKAN DIVIDEN DENGAN
LEVERAGE SEBAGAI VARIABEL MODERATING (STUDI KASUS PADA
PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA TAHUN 2011-2015)”
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, dapat diketahui
bahwa terdapat dua permasalahan. Permasalahan pertama adanya fenomena gap
10
yang dapat dilihat pada Tabel 1.1 diatas dapat disimpulkan research problem dalam
penelitian ini bahwa kebijakan dividen yang diukur menggunakan dividend payout
ratio mengalami penurunan rata-rata pada tahun 2014 menjadi 0,47 dibandingkan
tahun 2013 sebesar 0,60. Namun pada tahun berikutnya rata-rata dividend payout
ratio mengalami kenaikan menjadi 0,58 pada tahun 2015.
Permasalahan yang kedua yaitu masih adanya inkonsistensi dari penelitian
terdahulu yang dapat dilihat dari hasil penelitian Pradana dan Sanjaya (2014),
Sunarya (2013) yang menyimpulkan bahwa profitabilitas berpengaruh terhadap
kebijakan dividen sedangkan hasil dari Sihombing (2014), Harianja. et al. (2014)
mengemukakan bahwa profitabilitas tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen.
Menurut Harianja. et al. (2014), Mawarni dan Ratnadi (2014), Sunarya (2013)
likuiditas berpengaruh terhadap kebijakan dividen sedangkan menurut Sihombing
(2014) likuiditas tidak berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Research gap yang
lain juga dapat dilihat dari hasil penelitian Mawarni dan Ratnadi (2014) dimana hasil
penelitiannya mengemukakan bahwa investment opportunity set berpengaruh
terhadap kebijakan dividen, sedangkan hasil penelitian Pradana dan Sanjaya (2014)
mengemukakan bahwa investment opportunity set tidak berpengaruh terhadap
kebijakan dividen. Selain itu penelitian ini menambah variabel moderating yaitu
leverage untuk diteliti, dapatkah leverage memperkuat ataupun memperlemah
pengaruh antara profitabilitas, likuiditas dan investment opportunity set (IOS)
terhadap kebijakan dividen.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka akan
muncul pertanyaaan sebagai berikut :
11
a.
Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap kebijakan dividen?
b.
Apakah likuiditas berpengaruh terhadap kebijakan dividen?
c.
Apakah investment Opportunity Set (IOS) berpengaruh terhadap kebijakan
dividen?
d.
Apakah leverage berpengaruh terhadap kebijakan dividen?
e.
Apakah leverage mampu memoderasi pengaruh profitabilitas, likuiditas dan
investment Opportunity Set (IOS) terhadap kebijakan dividen?
1.3
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.3.1
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh profitabilitas terhadap kebijakan
dividen.
b. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh likuiditas terhadap kebijakan
dividen.
c. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh investment opportunity set
(IOS) terhadap kebijakan dividen.
d. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh leverage terhadap kebijakan
dividen.
e. Untuk menganalisis seberapa besar pengaruh leverage sebagai variabel
pemoderasi dengan profitabilitas, likuiditas, dan investment opportunity set
terhadap kebijakan dividen.
12
1.3.2
Kegunaan Penelitian
Penelitian yang dilakukan diharapkan akan memberikan manfaat bagi
berbagai pihak, diantaranya sebagai berikut :
1.3.2.1 Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapakan dapat membawa manfaat dalam menambah
wawasan dan pengetahuan maupun sebagai referensi dalam penelitian-penelitian
dengan topik yang sama yang mungkin akan dilakukan.
1.3.2.2 Manfaat Praktis
1.
Bagi pihak perusahaan, hasil penelitian ini dapat memberikan pemahaman
kepada manajer agar dapat membuat kebijakan dividen perusahaan yang
diharapkan dapat menjadi hal yang diperhatikan dalam upaya mengurangi
konflik keagenan.
2.
Bagi investor, hasil penelitian ini mampu memberikan informasi yang dapat
dijadikan bahan pertimbangan investor terkait dengan faktor-faktor yang
dipertimbangkan oleh perusahaan dalam menentukan kebijakan dividen yang
akan mempengaruhi kemakmuran para pemegang saham.
3.
Bagi kalangan akademisi dalam literatur penelitian di Indonesia, khususnya
dibidang Akuntansi Keuangan, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
referensi dan sebagai pembanding untuk penelitian selanjutnya yang
berhubungan dengan kebijakan dividen.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Variabel Penelitian dan Definisi Operasional
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek,
atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk
dipelajari dan ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2009). Variabel bisa didapatkan
melalui pengumpulan dan pengolahan data. Variabel-variabel yang dibutuhkan
dalam penelitian ini ada 5 (lima) yaitu 3 (tiga) variabel independen, 1 (satu) variabel
dependen, dan 1 (satu) variabel moderasi.
1. Variabel Dependen
Variabeldependen merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah
kebijakan dividen tunai.
2. Variabel Independen
MenurutIndriantoro dan Supomo (2009) variabel independen merupakan salah
satu variabel yang mempengaruhi variabel dependen, baik pengaruh itu secara positif
maupun negatif. Adapun tiga variabel independen yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu profitabilitas (ROA), Likuiditas (CR), dan Investment Opportunity Set (IOS)
(MBVE).
3. Variabel Moderasi
Variabel moderasi merupakan variabel independen kedua, yaitu variabel yang
mempengaruhi (memperkuat/memperlemah) hubungan antara variabel independen
49
50
independen dengan variabel dependen. Variabel moderasi dalam penelitian ini adalah
Leverage (DER).
3.1.1
Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan seperangkat petunjuk yang lengkap tentang
apa yang harus diamati(observasi) dan bagaimana juga mengukur suatu variabel
ataupun konsep definisi operasional tersebut dan dapat membantu kita untuk
mengklasifikasi gejala di sekitar ke dalam kategori khusus dari suatu variabel
(Walizer & Wienir, 1990). Definisi operasional dalam penelitian ini sendiri adalah
sebagai berikut :
3.1.1.1 Kebijakan Dividen
Dividen menurut Suharli (2007) merupakan sejumlah laba yang dibagikan kepada
pemegang saham yang banyaknya sebanding dengan saham yang dimiliki oleh
masing-masing pemegang saham. Ahmad (2009) mendefinisikan dividen sebagai
pembagian aktiva perusahaan kepada para pemegang saham.Dividen Payout Ratio
digunakan sebagai proksi dari kebijakan dividen (Suharli dan Oktorina, 2005).
Dividend Payout Ratio adalah perbandingan antara dividend per share dengan
earning per share (Ang, 1997). DPR merupakan presentase dari pendapatan yang
akan dibayarkan kepada para pemegang saham sebagai cash dividend (Riyanto,
2001). Menurut Kasmir (2008) Dividen Payout Ratio (DPR) dapat dirumuskan
sebagai berikut :
DPR
=
................................................................(1)
51
3.1.1.2 Variabel Independen
1. Profitabilitas
ROA merupakan salah satu rasio profitabilitas, yaitu rasio yang menunjukkan
seberapa efektifnya perusahaan beroperasi sehingga menghasilkan keuntungan /laba
bagi perusahaan (Clara E.S, 2001 dalam Andriyani, 2008). Hal yang senada juga
dinyatakan oleh Robbert Ang (1997) yang menyebutkan bahwa ratio ROA
digunakan untuk mengukur efektifitas perusahaan dalam menghasilkan keuntungan
dengan cara memanfaatkan aktiva yang dimilikinya. Rasio ini merupakan rasio yang
terpenting di antara rasio rentabilitas yang ada. ROA kadang-kadang disebut juga
ROI (return on investment). Nilai ROA dapat diukur dengan rumus (Robbert Ang,
1997) :
ROA =
2.
...........................................................................(2)
Likuiditas
Likuiditas
diartikan
sebagai
suatu
indikator
mengenai
kemampuan
perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat
jatuh tempo dengan menggunakan aktiva lancar yang tersedia (Syamsuddin, 2011).
Dalam penelitian ini, likuiditas perusahaan diukur dengancurrent ratio. Current
Ratio dihitung berdasarkan perbandingan kewajiban jangka pendek dengan sejumlah
kas yang dimiliki. (Suharli dan Oktorina, 2005). Menurut Harahap (2007), current
ratio merupakan rasio yang menunjukan sejauh mana aktiva lancar menutupi
kewajiban-kewajiban lancar. Current ratio (CR) dapat dirumuskan sebagaiberikut :
CR
=
...............................................................................(3)
52
3. IOS ( Investment Opportunity Set) / Kesempatan Investasi
Istilah Investment Opportunity Set (IOS) dikemukakan oleh Myers (1977)
dalam Imam Subekti dan I.W. Kusuma (2001) yang menguraikan pengertian
perusahaan, yaitu sebagai satu kombinasi antara aktiva riil (assets in place) dan opsi
investasi masa depan. Hartono (2003) menyatakan bahwa rasio market to book value
mencerminkan bahwa pasar menilai return dari investasi perusahaan di masa depan
dari return yang diharapkan dari ekuitasnya. Adanya perbedaan antara nilai pasar dan
nilai buku ekuitas menunjukkan kesempatan investasi perusahaan.IOS dapat
dirumuskansebagai berikut :
IOS (MBVE) =
.....................(4)
3.1.1.3 Leverage
Variabelmoderasi dalam penelitian ini adalahleverage. Hutang atau leverage
menunjukkan proporsi atas penggunaan hutang untuk membiayai investasinya
(Sartono, 2010). Rasio leverage merupakan kemampuan perusahaan untuk
menggunakan aktiva atau dana yang mempunyai beban tetap yang gunanya untuk
memperbesar tingkat penghasilan (return) bagi pemilik perusahaan (Syamsudin,
2002).
Dalam penelitian ini rasio leverage menggunakan rasio debt equity ratio
(DER). Menurut Darsono (2005), Debt Equity Ratio (DER) adalah rasio yang
menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham terhadap pemberi
pinjaman. Rasio ini mencerminkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi seluruh
kewajibannya yang ditunjukkan oleh beberapa bagian modal sendiri yang digunakan
53
untuk membayar hutang. MenurutKasmir (2008)debt to equity ratio (DER) dapat
dirumuskan sebagai berikut :
DER
=
.............................................................................(5)
Secara lebih ringkas definisi variabel dapat dilihat dengan tabel sebagai berikut :
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel
NO
NAMA
VARIABEL
DEFINISI
VARIABEL
INDIKATOR
SUMBER
1
Kebijakan
Dividen Tunai
Sejumlah laba yang
dibagikan kepada
pemegang saham yang
banyaknya sebanding
dengan saham yang
dimiliki oleh masingmasing pemegang
saham
Variabel ini diproksi melalui
Dividen Payout Ratio
(DPR), DPR dapat diukur
dengan rumus.
DPR = Dividen Per Share /
Earning Per Share
Sunarya (2013),
Mawarni (2014),
Harianja (2014),
Pradana (2014),
Sihombing (2014)
2
Profitabilitas
Kemampuan
perusahaan untuk
memperoleh laba.
Variabel ini diproksi melalui
Return On Equity (ROA),
ROA dapat diukur dengan
rumus.
ROA = Laba Bersih Setelah
Pajak / Total Asset
Sunarya
(2013),Harianja(2
014), Pradana
(2014),
Sihombing (2015)
3
Likuiditas
Kemampuan
perusahaan dalam
memenuhi kewajiban
jangka pendeknya
Variabel ini diproksi melalui
Current Ratio (CR). CR
dapat dihitung dengan
rumus:
Sunarya (2013)
Mawarni (2014),
Harianja (2014),
Sihombing (2014)
CR= Aktiva Lancar
Hutang Lancar
4
Kesempatan
Investasi
kesempatan investasi
atau investment
opportunity set
menggambarkan
tentang luasnya
kesempatan atau
peluang investasi bagi
suatu perusahaan
Variabel ini diproksi melalui Mawarni (2014)
Market Book Value of Equity Pradana (2014)
(MBVE), MBVE dapat
diukur dengan rumus.
MBVE = (Jumlah Saham
beredar x Closing Price) /
Total Ekuitas
5
Leverage
Leverage dapat
didefinisikan sebagai
kemampuan
Variabel ini diproksi melalui
Debt to Equity (DER), DER
dapat diukur dengan rumus.
Sunarya (2013),
Mawarni (2014),
54
perusahaan dalam
memenuhi kewajiban
jangka pendek maupun
jangka panjang
DER= Total Hutang / Total
Ekuitas
Sihombing (2014)
Sumber : Dari berbagai jurnal ilmiah, 2017
3.2
Objek Penelitian, Unit Sampel, Populasi dan Penentuan Sampel
3.2.1
Objek Penelitian dan Unit Sampel
Obyek penelitian yang dipilih adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI). Perusahaan manufaktur dipilih menjadi obyek
penelitian ini karena . Peneliti tertarik untuk menganalisis besar kecilnya pembagian
dividen tiap tahunnya yang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dari populasi
tersebut diambil sejumlah sampel untuk digunakan dalam penelitian.Data kuantitatif
yang diperlukan dalam pengolahan data di obyek penelitian ini adalah data sekunder.
Unit sampelnya berupa laporan keuangan yang telah diaudit.
3.2.2
Populasi dan Penentuan Sempel
Populasi adalah gabungan dari seluruh elemen yang berbentuk peristiwa, hal
atau orang yang memiliki karakteristik yang serupa yang menjadi pusat perhatian
seorang peneliti karena itu dipandang sebagai sebuah semesta penelitian (Ferdinand,
2006). Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode penelitian yaitu dari tahun
2011-2015. Dari populasi tersebut diambil sejumlah sampel untuk digunakan dalam
penelitian.
Sampel adalah subset dari populasi, terdiri dari beberapa anggota populasi.
Subset ini diambil karena dalam banyak kasus tidak mungkin peneliti meneliti
seluruh anggota populasi. Oleh karena itu harus membentuk sebuah perwakilan
55
populasi atau yang disebut dengan sampel (Ferdinand, 2006). Pengambilan sampel
dilakukan dengan metode purposive sampling,yaitu pemilihan sampel perusahaan
selama periode penelitian berdasarkan kriteria tertentu. Sampel dalam penelitian ini
adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun
2011-2015.
3.3
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder,
data yang diambil tersebut yaitu berupa laporan keuangan setiap perusahaan sampel
yang dilaporkan ke BEI dari tahun 2011-2015. Sumber yang digunakan adalah
laporan keuangan perusahaan sampel yang terdapat pada ICMD (Indonesian Capital
Market Directory) dan website Indonesia Stock Exchage (www.idx.co.id) selama
periode tahun 2011-2015.
3.4
Metode Pengumpulan Data
Sesuai dengan jenis data yang diperlukan yaitu data sekunder dan sampel
yang digunakan, maka metode pengumpulan data digunakan dengan dokumentasi
dan studi pustaka. Dokumentasi didasarkan pada laporan keuangan perusahaan
manufaktur yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui Indonesian
Capital Market Directory (ICMD) dan Indonesian Stock Exchange (IDX) periode
tahun 2011-2015. Sedangkan studi pustaka yaitu berasal dari literatur-literatur yang
berhubungan dengan permasalahan dalam penulisan penelitian.
3.5
Metode Analisis
Data yang didapat dari hasil penelitian ini adalah data kuantitatif, yang selanjutnya
akan dianalisis sesuai dengan jenisnya. Analisis data kuantitatif yang digunakan
56
dalam penelitian ini adalah analisis statistik deskriptif, uji asumsi klasik, analisis
regresi linier bergandadan uji residual untuk variabel pemoderasi dengan
menggunakan SPSS versi 20.
3.5.1
Statistik Deskriptif
Penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran tentang variabel-
variabel penelitian yang diamati. Dalam penelitian ini variabel independennya yaitu
profitabilitas (ROA), likuiditas (CR), investment opportunity set (IOS) dan variabel
dependennya yaitu kebijakan dividen (DPR) dengan variabel penguatnya leverage
(DER), pada perusahaan-perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, dan minimum.
Statistik deskriptif dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai distribusi
dan perilaku data sampel tersebut (Ghozali,2011).
3.5.2
Uji Asumsi Klasik
Untuk memenuhi syarat yang ditentukan sebelum dilakukan uji hipotesis dan
untuk menentukan ketepatan model maka perlu dilakukan pengujian atas beberapa
asumsi
klasik.
Uji
asumsi
klasik
yang
digunakan
yaitu:uji
normalitas,
multikolinieritas, heteroskedastisitas dan autokorelasi yang dijelaskan sebagai
berikut :
3.5.2.1 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t
dan F mengasumsi bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi
57
ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil,
Ghozali (2011).Dalam penelitian ini pengujian normalitas dilakukan dengan uji
statistik non parametik One Kolmogorov Smirnov. Pedoman untuk pengambilan
keputusan didasarkan pada :
1.
Apabila nilai probabilitas > 0,05 atau 5 persen, maka distribusi data normal.
2.
Apabila nilai probabilitas < 0,05 atau 5 persen, maka distribusi data tidak
normal.
3.5.2.2 Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang
baik seharusnya memiliki variabel independen yang tidak saling berkolerasi.
Multikolinearitas terjadi ketika variabel independen yang ada dalam metode
berkorelasi satu sama lain, ketika korelasi antar variabel independen sangat tinggi
maka sulit untuk memisahkan masing-masing pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinearitas
dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya yaitu variance inflatin factor (VIF).
Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan
oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana, setiap variabel
independen menjadi variabel dependen (terikat) dan diregres terhadap variabel
independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang
terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Nilai cut off yang
umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nila tolerance <
0.10 atau sama dengan nilai VIF >10, (Ghozali, 2011).
58
3.5.2.3 Uji Heterokedastisitas
Uji Heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi
terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang
lain. Jika variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap maka
disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi
yang baik adalah yang homoskedastisitas atau tidak terjadi Heteroskedastisitas.
Kebanyakan data cross-section mengandung situasi heteroskedastisitas karena data
ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil,sedang,besar), Ghozali,
(2011).Dalam penelitian ini peneliti menggunakan uji Glejser dengan meregres nilai
absolute residual terhadap variable independen, Gujarati (2003) dalam Ghozali
(2011). Analisis yang dilakukan yaitu dengan melihat signifikansi variabel
independen terhadap variabel dependen. Jika variabel independen signifikan secara
statistik
mempengaruhi
variabel
dependen,
maka
ada
indikasi
terjadi
heteroskedastisitas. Hal ini dapat dilihat dari probabilitas signifikansinya jika diatas
5% atau diatas 0,05, maka dapat disimpulkan model regresi tidak mengandung
adanya Heteroskedastisitas.
3.5.2.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan
periode t-1 (sebelumnya). Autokolerasi muncul karena observasi yang berurutan
sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual
(kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini
sering ditemukan pada data runtut waktu (time series) karena “gangguan” pada
59
seseorang
individu/kelompok
cenderung
mempengaruhi
“gangguan”
pada
individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya, Ghozali, (2011). Untuk
mendeteksi ada tidaknya autokorelasi digunakan uji Runs, dimana dalam
pengambilan keputusan dengan melihat nilai Asymp. Sig. (2-tailed). Model dikatakan
bebas dari autokorelasi jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed)>0,05.
3.5.3
Analisis Regresi Berganda
Dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda dan uji
residual untuk variabel pemoderasi. Secara umum, analisis regresi bertujuan untuk
mengukur kekuatan asosiasi (hubungan) linear antara dua variabel atau lebih. Analisis
regresi juga digunakan untuk menunjukkan arah hubungan antara variabel dependen
dengan variabel independen (Ghozali, 2011). Jadi regresi merupakan alat analisis yang
digunakan untuk mengukur seberapa jauh pengaruh variabel independen terhadap
variabel dependen. Sedangkan untuk menguji regresi dengan variabel moderating maka
digunakan model pengujian uji residual. Analisis residual ingin menguji pengaruh
deviasi (penyimpangan) dari suatu model. Fokusnya adalah ketidakcocokan (lack of fit)
yang dihasilkan dari deviasi hubungan linear antar variabel independen. Lack of fit
ditunjukkan oleh nilai residual di dalam regresi. Model regresi dirumuskan dengan
persamaan berikut :
60
Persamaan Regresi Model I :
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e................................................................(6)
Keterangan :
Y: Kebijakan Dividen Tunai (DPR)
α : Konstanta
β1, β2, β3, β4 : Koefisien Regresi
X1 : Profitabilitas(ROA)
X2 : Likuiditas(CR)
X3 : Investment Opprtunity Set (IOS) (MBVE)
X4 : Leverage (DER)
e : Error
Persamaan Regresi Model II :
DER = α + β1ROA + β2CR + β3MBVE + e ...........................................................(7)
ā”‚eā”‚= α + β1DPR.......................................................................................................(8)
Keterangan :
DER = Leverage
α : Konstanta
β1, β2, β3 : Koefisien Regresi
DPR : Kebijakan Dividen
e : Nilai Residual variabel moderating
|e| : Nilai absolut residual variabel moderating
3.5.4 Pengujian Hipotesis
Untuk menguji hipotesis yang diajukan maka dilakukan pengujian secara
parsial dan pengujian secara simultan serta analisis koefisien determinasi (R2)
(Ghozali, 2011).
61
3.5.4.1 Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)
Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh pengaruh masing-masing suatu
variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen
dan digunakan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing
variabel independen terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi
0.05 (Ghozali, 2011). Cara pengujiannya adalah sebagai berikut :
1. Jika nilai probabilitas lebih besar dari 0.05, maka H0 diterima atau H1
ditolak. Ini berarti bahwa variabel independen tidak mempunyai pengaruh
individual terhadap variabel dependen.
2. Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Ini berarti bahwa variabel independen mempunyai pengaruh secara individual
terhadap variabel dependen.
Pengujian hubungan antara variabel independen dan dependen dalam
penelitian ini terdapat faktor yang memperlemah atau memperkuat (variabel
moderasi). Untuk menguji keberadaan tersebut dapat diamati dengan kriteria berikut:
1. Pure Moderasi : variabel yang memoderasi hubungan antar variabel
independen dan variabel dependen dimana variabel moderasi murni
berinteraksi dengan variabel independen tanpa menjadi variabel independen.
2. Quasi Moderasi : variabel yang memoderasi hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen yang sekaligus menjadi variabel
independen.
62
3.5.4.2 Uji Layak Model ( Uji F)
Uji layak model (uji F) bertujuan untuk mengukur apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersamasama terhadap variabel dependen. Uji statistik F digunakan untuk mengetahui
seluruh variabel independen yang dimasukkan dalam model regresi secara bersamasama terhadap variabel dependen yang diuji pada tingkat signifikansi 0.05 (Ghozali,
2011) yaitu sebagai berikut :
1. Nilai probabilitas lebih besar dari 0.05, maka H0 diterima dan H1 ditolak. Ini
berarti bahwa semua variabel independen tidak mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen.
2. Jika nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05, maka H0 ditolak dan H1 diterima.
Ini berarti bahwa semua variabel independen mempunyai pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen.
3.5.4.3 Ketepatan Perkiraan Model atau Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien
determinasi antara nol (0) dan satu (1). Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat
terbatas. Nilai yang mendekati satu (1) berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi
variabel dependen (Ghozali, 2011). Bila terdapat nilai adjusted R2 bernilai negatif,
maka nilai adjusted R2 dianggap bernilai nol (0).
Download