EASY LIFE

advertisement
EASY LIFE
Melindungi privasi
21
Edisi Minggu Bisnis Indonesia
8 Mei 2011
lokasi
GOMBANG NAN CENGKA
Kontributor Bisnis Indonesia
L
ebih dari peranti elektronik lainnya, ponsel
(terutama ponsel pintar) merupakan peranti
yang sangat pribadi untuk pemiliknya. Ponsel
sangat terkait dengan pemiliknya.
Suatu ponsel biasa menyimpan daftar
kontak, pesan, dokumen, foto dan video
pribadi dan peka. Selain itu ponsel juga lazim
ikut dibawa ke mana pemiliknya pergi, yang
membuat pemiliknya merasa terikat secara
emosional. Pendeknya, privasi seseorang mau
tak mau terkait dengan ponselnya.
Karena eratnya kaitan ponsel dan pemiliknya
ini, tak heran bila berita bahwa iPhone memiliki
kerentanan privasi ditanggapi riuh oleh berbagai
kalangan. Sebagai salah satu model ponsel
modern paling laku,
kerentanan
pada
iPhone
selalu
BISNIS/ANDRY T. KURNIADY
mendapat perhatian publik. Namun masalah
yang lebih besar adalah apakah kerentanan ini
juga meluas pada model ponsel selain keluaran
Apple ini.
Gara-gara GPS
Kehebohan muncul ketika dua peneliti
keamanan Alasdair Allan dan Pete Warden
mensinyalir bahwa peranti Apple melacak
pergerakan pemiliknya. Ini mengundang
sebagian media menulis bahwa Apple yang
mengumpulkan data. Ini tidak tepat juga,
karena pengumpulan data hanya dilakukan oleh
peranti iPhone itu sendiri, yang belum tentu
secara utuh diteruskan ke server Apple.
Masalah yang diributkan sebenarnya
ada dua hal. Pertama adalah bahwa data
yang dikumpulkan ponsel disimpan dalam
bentuk yang tidak disandikan, dan ditransfer
ke komputer (Mac atau Windows). Ini
memudahkan pihak-pihak yang berniat
jahat dan berhasil mendapat akses
fisik untuk mengetahui gerakan
pemilik ponsel tersebut.
Seperti yang
diungkapkan Alasdair
Allan dan Pete Warden,
peranti iPhone dan iPad
menyimpan data lokasi
dan cap waktu ke dalam
berkas tertentu, yang
bernama consolidated.
db. Pengumpulan data
tampaknya baru mulai
dilakukan sejak iOS 4.0 dirilis.
Bila pihak yang hendak
menginginkan hasil pelacakan
ini dapat mengakses informasi ini
dari jauh (remote access), masalah ini
akan lebih berbahaya lagi. Untungnya
(paling tidak menurut Apple) sampai
saat ini sangat susah buat orang lain
mencuri data tanpa memiliki akses
fisik.
Masalah juga timbul
karena pada saat para
periset keamanan tersebut
menemukan berkas yang
berisi data pelacakan
tersebut, mereka belum
bisa menentukan apakah
kegunaan berkas tersebut
untuk Apple. Ini mengundang
spekulasi bahwa berkas
tersebut dikirimkan ke server
Apple. Timbullah rumor bahwa
“Apple melacak lokasi para
penggunanya.”
Apple tidak menolak bahwa
mereka mengumpulkan data dari
penggunanya. Namun, menurut
surat yang dikirimkan ke Kongres
Amerika Serikat, Apple hanya
mengumpulkan informasi menara
BTS dan jaringan Wi-Fi terdekat.
Apple menyebutkan bahwa data
yang dikumpulkannya ini sudah
dianonimkan dan tidak bisa dipautkan
dengan ponsel tertentu. Bila ini benar
tidak ada gangguan privasi berarti.
Sebenarnya pelacakan lokasi ini dapat
dimatikan lewat setelan khusus yang tersedia
untuk itu. Namun, menonaktifkan pelacakan
lokasi juga akan melumpuhkan sejumlah fitur
bermanfaat, seperti peta dan aplikasi lain yang
memanfaatkan geolokasi, seperti Foursquare.
GPS dan geolokasi sudah
menjadi standar, tidak heran
bila ponsel pintar selain iPhone
juga mengumpulkan informasi
pergerakan pemiliknya.
Secara umum, aplikasi yang memerlukan GPS
tidak akan berfungsi bila pelacakan lokasi ini
dinonaktifkan.
Android juga?
Mengingat GPS dan geolokasi sudah menjadi
fitur standar pada ponsel modern, tidak
mengherankan bila ponsel pintar selain iPhone
juga mengumpulkan informasi pergerakan
pemiliknya.
Motif pengumpulan data oleh Google
tampaknya juga sama seperti Apple. Seperti
yang diungkapkan oleh Wall Street Journal,
Google juga mengumpulkan data lokasi yang
diperoleh dari berbagai model ponsel Android
untuk membangun basis data untuk layanan
lokasi.
Ponsel Android mengirimkan data jaringan
Wi-Fi terdekat yang bisa dideteksi ponsel pada
saat ia bergerak. Google juga memanfaatkan
data ini untuk membangun peta lalu lintas yang
lebih akurat, dengan mendeteksi seberapa cepat
lalu lintas mengalir pada suatu jalan raya atau
jalan tol.
Sebelumnya Google sudah mencoba
mengumpulkan data Wi-Fi melalui mobil
StreetView. StreetView adalah fitur yang
menampilkan foto-foto suatu lokasi. Fotofoto ini memungkinkan penggunanya untuk
melihat lebih nyata penampilan suatu jalan
atau bangunan yang mungkin hanya terlihat
sebagai simbol atau garis di peta Google Maps,
atau sebagai foto satelit Google Earth. Fotofoto ini diperoleh Google dengan memotret
langsung dari mobil yang digunakan khusus
untuk itu. Hanya saja, mobil ini ternyata juga
mengumpulkan data jaringan Wi-Fi yang
terdeteksi.
Pengumpulan data oleh mobil StreetView ini
kemudian dihentikan tahun lalu, karena Google
secara tidak sengaja mengumpulkan data-data
pribadi seperti alamat e-mail.
Seperti pada iPhone, ponsel Android juga
menyimpan hasil pelacakannya dalam basis
data pada ponsel. Hanya saja berkas ini tidak
disinkronisasi dengan komputer, dan hanya bisa
dibuka dengan membongkar otorisasi ponselnya
terlebih dahulu.
Kerentanan akibat fitur geolokasi dan
layanan lain berbasis lokasi sudah sering
disuarakan. Layanan seperti Foursquare
dan Koprol misalnya sering dikritik karena
mendorong penggunanya untuk secara suka
rela memamerkan sendiri bahwa mereka
sedang berada di luar rumah (dan karena itu
rentan menjadi korban pencurian).
Namun, kasus terbaru pada iPhone dan
Android ini mengingatkan kita bahwa masih
banyak masalah lain akibat fitur layanan lokasi
ini. Selain pergerakan kita dapat dibaca oleh
pihak-pihak yang mendapatkan akses fisik ke
ponsel, secara sadar atau tidak vendor seperti
Apple dan Google juga mendayagunakan
pelanggannya sebagai pengumpul data untuk
keperluan mereka sendiri. ([email protected])
Download