PDF - Jurnal UNESA

advertisement
EKSISTENSI KOMUNITAS TEATER GONG 96 STKIP BIMA
NUSA TENGGARA BARAT
Meri Ratnasari
Mahasiswa Pendidikan Seni Drama Tari Musik Fakultas Bahasa Dan Seni
Universitas Negeri Surabaya,[email protected]
Dosen Pembimbing
Autar Abdillah,S.Sn.,M.Si
Dosen Sendratasik FBS Universitas Negeri Surabaya.
ABSTRAK
Komunitas Teater Gong 96 STKIP adalah Salah Satu Komunitas Kesenian
Teater yang ada Di Bima Nusa Tenggara Barat, yang keberadaannya terlihat dan mampu
pertahan dengan waktu cukup yang lama. Awal terbentuk tahun 1996 dan mampu
bertahan sampai pada saat ini.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian yang dilakukan oleh peneliti
sebagai berikut: Bagaimana Eksistensi Komunitas Teater Gong 96 STKIP Bima Nusa
Tenggara Barat? Dalam Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik
pengumpulan data menggunakan observasi langsung, wawancara, dokumentasi dan studi
pustaka. Teknik analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Teknik
keabsahan data menggunakan trigulasi sumber.
Hasil analisis yang didapat menunjukkan bahwa komunitas teater Gong 96
STKIP adalah salah satu komunitas teater di Bima yang ada, serta mampu bertahan
ditengah banyaknya komunitas seni teater yang tidak bertahan lama . dan keberadaannya
tidak lepas dari tanggapan berbagai pihak seperti (1). Masyarakat. (2). Pemerintah (3).
Pendidikan luar dan dalam kampus STKIP, yang memberikan dampak yang besar bagi
perkembangannya.berbagai upaya dilakukan untuk mempertahankan komunitas teater
Gong 96 STKIP Bima dengan rutin melakukan berbagai kegiatan dan pementasan.
Kata Kunc
: Eksistensi, Teater Gong 96, Perkembangan.
PENDAHULUAN
Perkembangan teater di Indonesia semakin
berkembang, terlihat dari
banyaknya pertunjukan teater dan banyaknya komunitas kesenian teater yang
bermunculan. memaksa komunitas teater untuk berlomba – lomba menunjukan
eksistensinya didunia Seni Pertunjukan Teater Indonesia. Seiring dengan banyaknya
komunitas teater yang bermunculan dibeberapa kota besar Indonesia. tidak sama
halnya dengan komunitas teater yang berada di daerah Timur Indonesia. yang
perkembangannya justru tidak sebaik komunitas teater yang ada dikota besar
lainnya.
Salah satu daerah bagian Timur Indonesia yang mengalami hal tersebut adalah
daerah Bima Nusa Tenggara Barat. di Bima NTB, komunitas teater yang masih ada
sampai saat ini adalah komunitas Teater Gong 96. komunitas Teater Gong 96 ini
merupakan salah satu komunitas teater yang ada di Bima yang berdiri didalam
naungan kampus STKIP. walaupun untuk komunitas teater di Bima tidak banyak,
tetapi teater Gong 96 ini memiliki konsep berteater dan manajemen yang cukup
bagus.
Teater Gong 96 berdiri pada tahun 1996 dan pada awalnya Teater Gong 96
bernama Teater Pena. Pada saat itu Teater Pena baru aktif berteater pada tahun
kedua setelah terbentuknya yaitu tahun 1997. Tahun 1998 Teater Pena mulai dapat
diterima dengan baik oleh berbagai kalangan, baik dari mahasiswa tempat Teater
Pena bernaung maupun masyarakat Bima. walaupun perkembangan potensi dalam
berkesenian masih sangat kurang diminati pada saat itu. akan tetapi usaha dari
komunitas Teater Pena untuk memberikan suntikan pemahaman dalam berkesenian
teater tidak pernah surut.
Kendala yang dihadapi oleh Teater Pena pada saat itu sangatlah besar. salah
satunya dikarenakan kampus STKIP Bima yang menaungi Teater Pena tersebut,
belum banyak diketahui oleh masyarakat Bima. karena tergolong kampus baru,
sehingga membuat Teater Pena harus benar – benar berjuang untuk memperkenalkan
komunitas teaternya kepada masyarakat. Pada tahun 2004 Teater Pena berganti
nama menjadi Teater Gong 96. dengan harapan nama yang digunakan bisa
membawa keberuntungan karena nama merupakan sebuah doa. itu salah satu yang
mendasari Teater Pena memutuskan untuk mengganti nama menjadi Teater Gong
96. Gong merupakan salah satu alat musik tradisional yang cukup besar, tidak
hanya bentuknya saja melainkan suara yang dihasilkannya juga sangatlah besar.
dengan harapan supaya Teater Gong dapat didengar oleh seluruh masyarakat Bima,
sedangkan angka 96 nya sendiri diambil dari tahun terbentuknya Teater Gong yaitu
1996. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka rumusan
masalahnya adalah : Bagaimana Eksistensi Komunitas Teater Gong 96 STKIP Bima
Nusa Tenggara Barat.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Eksistensi Komunitas Teater Gong 96 STKIP Bima Nusa Tenggara Barat
Eksistensi dalam penelitian ini adalah mengalami perkembangan atau
sebaliknya kemunduran, tergantung pada kemampuan Komunitas Teater Gong 96
STKIP Bima Nusa Tenggara Barat , dalam mengaktualisasikan potensi - potensinya.
Bima sebagai daerah yang letaknya dibagian Timur dari Nusa Tenggara Barat,
yang mayoritas masyarakatnya berprofesi sebagai petani dan nelayan, sangat
membutuhkan hiburan untuk melepas lelah setelah bekerja. Walaupun hiburan
pertunjukan yang sering ditonton pada awalnya merupakan kesenian musik dan tari,
ini disebabkan karena sebagian masyarakat Bima selesai mengadakan hajatan,
seperti acara pernikahan. biasanya mengadakan hiburan berupa musik dangdut yang
diselenggarakan, oleh orang yang punya hajat atau acara pernikahan tersebut. Acara
hiburan musik dangdut ini masyarakat Bima menyebutnya dengan nama “Orhen”.
Lagu – lagu dangdut yang dinyanyikan adalah lagu dangdut Indonesia pada
umumnya, seperti lagunya Rhoma Irama, A”Rafiq, Ayu Ting – Ting, Ike Nurjanah
hingga Cita Citata dan lainnya. dan biasanya juga lirik lagu dari penyanyi dangdut
tersebut dinyanyikan dalam bahasa Bima, atau lagu yang pada dasarnya diciptakan
dalam bahasa Bima yang bergenre musik dangdut, yang diciptakan khusus oleh
orang – orang Bima, yang menyukai musik bergenre tersebut. Hiburan ini biasanya
dilakukan pada saat resepsi pernikahan, yang biasanya dilakukan pada sore hari
sampai menjelang magrib, dan dilanjutkan lagi pada malam hari selesai isya sampai
pada dini hari. namun hiburan musik dangdut yang masyarakat Bima menyebutnya
dengan nama “orhen” ini, tidak menentu adanya tergantung pihak penyelenggara
atau yang punya hajat, mau mengadakannya atau tidak. karena tidak semuanya
menyelenggarakan orhen, apalagi untuk yang malam hari sampai pada dini hari,
karena biaya yang dikeluarkan tidaklah sedikit untuk menyewa penyanyi beserta alat
musik dan pemain musiknya. Sehingga kehadiran teater ditengah masyarakat Bima,
yang tidak begitu banyak pilihan hiburan yang didapatkan, dengan kehadiran teater
dapat mengisi ketidak adanya hiburan dan memberikan tontonan yang berbeda,
Perlahan masyarakat Bima mulai tertarik akan teater.
Walaupun posisi Bima yang letaknya di daerah Timur Nusa Tenggara Barat,
tetapi kemajuan teknologi sekarang sudah menyebar luas diberbagai pelosok
Indonesia, termasuk daerah Bima. Akan tetapi untuk tempat hiburan yang
menampilkan film layar lebar atau sering disebut bioskop, di Bima belum ada
sehingga menambah minat masyarakat Bima akan hiburan seni pertunjukan begitu
disukai dan dinanti.
Kesenian teater pada awalnya tidak begitu dilirik oleh pemerintah maupun
masyarakat setempat, karena kesenian tradisional untuk teater di Bima memang
tidak ada, seperti teater tradisional yang ada disalah satu Kabupaten yang ada di
Propinsi yang sama Nusa Tenggara Barat, yaitu Lombok memiliki wayang sasak.
untuk kesenian tradisional yang ada di Bima hanya ada kesenian musik adan tari.
keberadaan dari kesenian teater yang tergolong baru di daerah Bima dibandingkan
seni lainnya tidak begitu diperhatikan.
Tapi usaha memperkenalkan dan memberikan pemahaman teater berupa
pementasan yang rutin dilaksanakan, ditambah tidak banyaknya pilihan hiburan
yang dapat ditonton. seiring berjalannya waktu mulai mendapatkan respon yang
baik dari masyarakat Bima. antusias dan ketertarikannya terhadap pertunjukan teater
meningkat dan bahkan diacara MTQ, yang diselenggarakan baik tingkat Desa
maupun tingkat Kecamatan, dan bahkan sampai tingkat Kabupaten Bima, untuk
acara pembuka ataupun penutupnya sering terdapat pementasan teater. Dari hasil
wawancara dengan Dae Yan selaku pembina komunitas teater Gong 96, sampai saat
ini komunitas teater Gong 96 masih tetap menunjukkan eksistensinya didunia
kesenian daerah Bima. Dengan melakukan berbagai macam kegiatan dan
pementasan teater, itu merupakan salah satu cara yang digunakan komunitas teater
Gong 96, agar tetap mempertahankan eksistensinya ditengah kemajuan zaman yang
semakin modern.
1. Perkembangan Komunitas Teater Gong 96 STKIP Bima Nusa Tenggara
Barat
Minat masyarakat terhadap kesenian teater masih dirasa sangatlah kurang,
terlebih pada zaman modern ini, dimana orang – orang lebih dominan terhadap
sesuatu yang baru, hal ini secara langsung mempengaruhi perkembangan komunitas
kesenian. terutama kesenian teater yang pada dasarnya masyarakat Bima banyak
yang tidak mengetahui dikarenakan daerah Bima hanya memiliki kesenian
tradisional untuk seni tari dan musik. Perkembangan Komunitas Teater Gong 96
mengalami kendala yang cukup besar, terutama pada awal–awal terbentuknya. Bima
tempat teater Gong 96 berasal adalah salah satu daerah yang perkembangan
teaternya, tidak sebaik perkembangan teater yang ada di daerah lainnya. karena
kesenian teater adalah kesenian yang tergolong baru untuk masyarakat Bima, jika
dibandingkan dengan kesenian lainnya yang sudah ada di Bima sejak masa
kesultanan Bima. Letak Bima di daerah bagian Timur Indonesia, juga cukup
menyulitkan perkembangnya. Serta tidak dipungkiri ada sedikit kekwatiran dari
seluruh anggota teater Gong 96 yang dulunya bernama teater pena, karena
sebelumnya ada beberapa komunitas kesenian teater yang tidak bertahan lama tapi
itu segera dihilangkan rasa kekhawatiran tersebut. Serta mencoba berusaha sebaik
mungkin bagaimana caranya komunitas yng didirikan ini bisa diterima oleh
masyarakat dan mampu bertahan, dan hal – hal yang terjadi pada komunitas
kesenian teater sebelumnya, tidak terjadi pada komunitas teater Pena.
Pada tahun 1998 teater Gong 96 mengalami kemajuan, dimana banyak
mahasiswa yang mulai tertarik terhadap teater Gong 96 yang pada saat itu masih
bernama teater Pena, yaitu ketika teater pena melakukan pementasan diarea kampus.
dimana mahasiswa antusias untuk menyaksikannya, serta adanya mahasiswa yang
ikut bergabung menjadi anggota teater Pena, walaupun dengan jumlah yang tidaklah
banyak, sekitar 7 – 10 orang. setelah mendapatkan respon yang cukup baik dari
mahasiswa, dan pada tahun yang sama pula, komunitas teater Gong 96 mencoba
memperkenalkan teater kepada seluruh masyarakat Bima. karena tidak sedikit yang
belum mengetahui kesenian teater, karena kesenian teater ini tergolong baru di
daerah Bima, upaya yang dilakukan adalah dengan cara melakukan pementasan
teater. Setelah menganti nama pada tahun 2004 dari teater Pena ke teater Gong 96,
teater Gong 96 benar – benar menunjukkan perkembangan yang cukuplah bagus,
dimana komunitas kesenian di kampus STKIP, yang dulunya hanya ada komunitas
teater satu – satunya kini bertambah, ada komunitas kesenian tari, musik dan seni
rupa. beberapa komunitas kesenian ini memutuskan untuk bekerja sama dengan
membentuk, wadah organisasi yang diberi nama sanggar seni dan budaya Gong 96,
sehingga komunitas kesenian ini saling membantu dan mendukung satu sama lain.
inilah salah satu faktor kenapa komunitas teater Pena yang menganti nama pada saat
itu, menjadi komunitas teater Gong 96, dan mengalami perkembangan yang lebih
baik dari sebelumnya. Ketika komunitas teater Gong 96 mengadakan pementasan,
komunitas seni lainnya yang tergabung dalam organisasi seni dan budaya Gong 96
ikut membantu, begitu juga sebaliknya.
Dari kerja sama yang baik antar komunitas kesenian yang ada di sanggar seni
dan budaya Gong 96 ini, Mahasiswa dari kampus STKIP banyak yang mulai tertarik
terhadap teater Gong 96. disisi lain komunitas teater Gong 96 juga mendapatkan
respon yang cukup bagus dari masyarakat Bima, dimana kehadirannya disetiap
pementasan selalu mendapatkan respon baik, terlihat dari antusias penonton untuk
menyaksikan pertunjukan teater yang ditampilkan. Masyarakat Bima dari berbagai
kalangan tidak mempermasalahkan cerita apa yang ditampilkan oleh komunitas
teater Gong 96. Karena memang komunitas teater Gong 96 menampilkan
pertunjukan teater dengan cerita ringan, seperti kehidupan sehari – hari yang terjadi
pada masayarakat umumnya. Seperti cerita legenda daerah Bima yang berjudul
Wadu Ntanda Rahi, cerita tentang legenda ini sudah tidak asing lagi bagi masyarakat
Bima, dan dipentaskan dalam bentuk pertunjukan teater oleh komunitas teater Gong
96, memberikan kesan dan daya tarik yang berbeda.
Perkembangan dari komunitas teater Gong 96 yang semakin baik dari tahun
ke tahun, terutama beberapa tahun terakhir sekitar tahun 2011 sampai pada saat ini
tahun 2016. terlihat dari banyaknya berbagai pementasan yang diselenggarakan
seperti pementasan keliling dibeberapa kecamatan di Daerah Bima. di Kecamatan
Sila, Kecamatan Langgudu, dan Kecamatan Wawo. dan adanya pentas undangan
dari berbagai pihak instansi, baik itu Pemerintah Daerah Bima. seperti pentas
undangan dalam rangka memperingati hari jadi Bima. dan penyelenggaraan berbagai
kegiatan yang bisa dikatakan sukses, seperti salah satunya adalah festival teater
pelajar, dari tahun 2007 - 2014 yang diselenggarakan komunitas teater Gong 96,
yang mendapatkan respon yang baik dari para peserta lomba dan Pemerintah.
2. Proses Komunitas Teater Gong 96 STKIP Bima Nusa Tenggara Barat.
a. Manajemen Komunitas Teater Gong 96 STKIP Bima
Manajemen dari komunitas teater Gong 96 STKIP Bima merupakan pokok
roda berjalan komunitas, menuju tujuan atau hasil yang diharapkan. proses yang
diterapkan hanya sederhana yaitu adanya keterbukaan, karena dengan begitu proses
manajemen dapat dilaksanakan bersama- sama, saling percaya, tanpa mencurigai
satu sama lain. Hal ini berarti proses manajemen di komunitas teater Gong 96
STKIP Bima, berjalan transparan dengan berlandaskan asas kekeluargaan dan
gotong royong. Sesuai dengan kebutuhan yang ingin dicapai bersama, yang paling
penting adalah kemauan dari diri tiap anggota komunitas teater Gong 96 STKIP,
untuk mengelola manajemen dengan maksimal. sesuai dengan kemampuan mereka
tapi disetiap manajemen dipengaruhi banyak hal, baik dana, sarana dan prasarana,
tempat dan sumber daya dan objek.
b. Konsep Pertunjukan Komunitas Teater Gong 96 STKIP
Suatu komunitas seni harus memiliki konsep dalam berkesenian , seperti halnya
Komunitas Teater Gong 96 STKIP memiliki konsep berteater, Konsep teater yang
digunakan adalah kontemporer.
Menurut Dae Yan, kenapa Komunitas Teater Gong 96 STKIP memilih
kontemporer, dikarenakan lebih bebas atau tidak banyak aturan – aturan , yang ada di
dalam kontemporer. Bukan berarti Komunitas Teater Gong 96 STKIP, tidak pernah
mementaskan
pementasan teater diluar kontemporer. dibeberapa kesempatan,
Komunitas Teater Gong 96 STKIP mencoba diluar dari kontemporer. Karena memang
Komunitas Teater Gong 96 STKIP Bima terutama Dae Yan selaku pembinanya
menginginkan bahwa anggota dan seluruh yang terlibat dalam Komunitas Teater Gong
96 STKIP mengetahui berbagai jenis teater tidak hanya berpaku pada satu jenis teater
tapi semuanya dipelajari dan dipahami.
Beberapa tahun terakhir konsep berteater yang digunakan bervariasi disesuaikan
konsep dan tujuan pementasan yang telah disepakati bersama , dan tergantung
permintaan jika itu pementasan dalam ranggka memenuhi undangan. Akan tetapi
memang yang lebih dominan adalah kontemporer, Konsep berteater yang cenderung
menggunakan kontemporer ini, sudah dimulai cukup lama oleh Komunitas Teater Gong
96 STKIP.
Dari beberapa pertunjukan komunitas teater Gong 96 STKIP yang penulis amati,
bentuk pertunjukan yang digunakan oleh komunitas teater Gong 96 ini tidak terpaku
pada satu bentuk pertunjukan teater, seperti kontemporer saja. komunitas teater Gong
96 juga menampilkan bentuk pertunjukan teater modern, yang memiliki disiplin ilmu
yang baku, memiliki hukum-hukum panggung dan memerlukan teks naskah yang
tertulis. dan ini terlihat dari beberapa pementasan komunitas teater Gong 96, seperti
pementasan mengunakan naskah pinangan karya anton chekov. untuk pementasan
teater kontemporer komunitas teater Gong 96, dari apa yang penulis amati. seperti
pementasan teater yang dipentaskan secara spontan tidak menggunakan naskah, pada
hari peringatan kemerdekaan republik Indonesia pada tahun 2015.
c. Bentuk Pertunjukan Komunitas Teater Gong 96 STKIP Bima
Bentuk pertunjukan merupakan wujud dari beberapa unsur pertunjukan, yang
digunakan sebagai alat komunikasi untuk mencapai suatu pesan tertentu dari pencipta.
Berikut ini adalah unsur – unsur bentuk pertunjukan Komunitas Teater Gong 96
STKIP Bima :
1. Pemain
Dalam pertunjukan komunitas teater Gong 96 STKIP Bima, untuk jumlah
pemainnya dalam setiap pertunjukan tidak menentu, disesuaikan dengan kebutuhan
naskah atau konsep pertunjukan yang akan dipentaskan.Seperti pada saat
pementasan monolog mengunakan naskah 4 Sajak Karya WS Rendra, yang hanya
menggunakan satu pemain saja, atau sedang mementaskan dengan mengunakan
naskah Ayah Ku Pulang, karya Umar Ismail yang terdapat 5 pemain.
2. Cerita
Cerita merupakan unsur yang paling penting dalam suatu pertunjukan, cerita
yang dibawakan komunitas teater Gong 96 STKIP tidak terpaku pada satu cerita.
jadi komunitas teater Gong 96 STKIP Bima membawakan berbagai cerita dalam
setiap pementasannya.
2. Tempat Pertunjukan
Tempat pertunjukan yang digunakan dalam pementasan Komunitas Teater
Gong 96 STKIP, kembali disesuaikan pada konsep pementasan.dikarenakan
komunitas teater Gong 96 STKIP tidak hanya pentas dipanggung, melainkan juga
melakukan pementasan teater dijalan raya, seperti yang terjadi pada peringantan
hari kemerdekaan Indonesia. Sedangkan untuk pementasan yang dilakukandiatas
panggung, komunitas teater Gong 96 STKIP menggunakan panggung
prosceniumyaitu panggung yang hanya bisa dinikmati dari satu sisi saja yaitu sisi
depan. Dikarenakan tidak ada tempat pertunjukan yang memenuhi standar
pementasan seni pertunjukan, maka komunitas teater Gong 96 STKIP Bima.
disetiap pementasan yang menggunakan panggung dibuat sederhana, yaitu hanya
menggunakan banner atau bagian belakangnya hanya menggunakan kain hitam.
3. Penonton
Penonton merupakan bagian yang sangat penting dalam suatu pertunjukan,
bahkan bisa dikatakan sukses atau tidaknya suatu pertunjukan tergantung animo
penonton.Pertunjukan komunitas teater Gong 96 STKIP pada awal terbentuknya
hanya dikonsumsi oleh orang dalam kampus saja, setelah menarik minat orang –
orang yang berada diarea kampus, barulah komunitas teater Gong 96 STKIP Bima
berusaha menarik perhatian masyarakat Bima. Tepatnya Pada tahun 1999 Komunitas
teater Gong 96 baru memperkenalkan komunitas teater kepada masyarakat bima,
setelah dirasa cukup mempersiapkan semuanya, baik itu dari segi konsep organisasi
dan konsep pertunjukan. Untuk Penontonya terdiri dari berbagai kalangan , baik
kalangan atas, menengah maupun bawah. jadi yang menyaksikan pertunjukan yang
dipentaskan oleh komunitas teater Gong 96 STKIP ini dari berbagai kalangan
masyarakat.
4. Tata Suara/Iringan
Eksistensi seni teater bersifat auditif visual yaitu bisa didengar dan bisa
dilihat,efek bunyi dan musik yang membawakan suasana lakon, telah lahir bersama
dengan kelahiran teater itu sendiri. musik atau iringan bertujuan untuk menghidupkan
secara kreatif, secara lakon atau konsep pementasan teater yang ditampilakan,dengan
demikian penonton akan bertambah daya dan pengaruh imajinasinya terhadap
pertunjukan yang ditonton.Tatanan suara atau iringan dalam pementasan komunitas
teater Gong 96 STKIP Bima biasanya menggunakan alat musik Gitar,
Gong,
Gendang dan Rebana
5. Kostum
Sebuah produksi drama yang dipentaskan dalam panggung procenium, arena
atau dalam bentuk manapun, adalah suatu yang dapat dilihat dan didengar oleh
penonton. oleh sebab itu seorang pelaku, selain harus memperhatikan bagaimana
permainannya diatas panggung,
juga harus memperhatikan kostum yang
digunakannya sebagai penunjang karakter yang dimainkan.
Untuk kostum yang digunakan komunitas teater Gong 96 STKIP pada saat
pentas, kembali lagi menyesuaikan kepada naskah maupun tema yang akan
dipentaskan. Pada saat mementaskan naskah realis menggunakan kontum realis
pada umumnya, yang sering dijumpai pada saat pertunjukan teater realis.
6. Tata Rias
Sama halnya dengan kostum, tata rias juga menyesuaikan dengan peran
karakter yang dipentaskan komunitas teater Gong 96 STKIP, pada setiap
pementasannya mengacu pada naskah atau konsep pertunjukan yang akan
dipentaskan pada saat itu.seperti pada saat peringatan hari kemerdekaan Indonesia,
menggunakan make up body painting, wajah sebelah kanan menggunakan body
painting merah, dan wajah yang kiri menggunakan body painting putih.)
d. Faktor Pendukung Dan Penghambat Komunitas Teater Gong 96 STKIP
1. Faktor Pendukung
Faktor – faktor yang mendukung Komunitas Teater Gong 96 STKIP hingga dapat
bertahan sampai sekarang ini yaitu :
a. Kerja Sama
Hubungan kerja sama dalam Komunitas Teater Gong 96 STKIP cukup baik,
baik itu hubungan kerja sama dengan penasehat, pembina, ketua serta seluruh
anggota Komunitas Teater Gong 96 STKIP. selain memiliki hubungan kerja sama
yang baik secara internal, Komunitas Teater Gong 96 STKIP juga memiliki
hubungan kerja sama yang baik, dengan pihak – pihak yang berada diluar
komunitas seperti instansi .
Hubungan kerja sama seluruh anggota dalam Komunitas Teater Gong 96
STKIP, terjalin karena adanya komunikasi yang baik dari seluruh komponen
yang terlibat, tidak ada batasan dalam mengeluarkan pendapat, demi kemajuan
Komunitas Teater Gong 96 STKIP. selain itu komunitas seni lainnya yang berada
di dalam naungan UKM seni dan budaya Gong 96 STKIP seperti seni tari, seni
musik dan seni rupa selalu memberikan bantuan berupa tenaga, jika Komunitas
Teater Gong 96 sedang ada kegiatan, seperti festival teater pelajar. tidak
ketinggalan pihak kampus STKIP juga memberikan dukungan penuh, seperti
BEM STKIP, jika komunitas teater Gong 96 mengadakan acara seperti festival
teater, BEM STKIP turut membantu baik hal dana maupun tenaga . untuk
pendanaan BEM selalu menyediakan anggaran dasar untuk komunitas seni yang
ada dalam naungan UKM Seni dan Budaya Gong 96 setiap tahunnya, untuk
bantuan tenaga biasanya pada saat pelaksanaan BEM selalu membantu seperti
bergabung mejadi panitia pada saat hari pelaksanaan.
Untuk kerja sama secara eksternal yaitu hubungan dengan instansi,
Komunitas Teater Gong 96 yang masih terjalin sampai saat ini, salah satunya
adalah Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bima. yang selalu
memberikan dukungan dan bantuan terhadap Komunitas Teater Gong 96 STKIP,
berupa pinjaman alat – alat yang dibutuhkan disaat pementasan seperti lighting,
sound, Dimmer dan lainnya. ini dikarenakan faktor tempat yang digunakan pentas
hanya panggung biasa, sehingga harus membangun panggung dan lainnya semua
sendiri.
2. Faktor Penghambat
Hambatan yang ada dalam Komunitas Teater Gong 96 STKIP cukup besar,
tetapi Komunitas Teater Gong 96 berusaha menyelesaikan. Berikut hambatan
Komunitas Teater Gong 96 STKIP :
a.
Gedung
Gedung merupakan salah satu hambatan yang cukup berat, dikarenakan di
daerah Bima belum ada gedung pertunjukan, yang memadai atau sesuai dengan
standar pertunjukan seni, Tidak ada gedung dengan tata panggung dan cahaya
yang ada. gedung yang ada di Bima hanyalah gedung dengan aula biasa.
sehingga pertunjukan yang dipentaskan Komunitas Teater Gong 96 STKIP,
lebih sering pentas menggunakan panggung apa adanya.
Komunitas Teater Gong 96 STKIP sering pentas di aula dan panggung
yang dibuat sendiri, seadanya. Karena Disetiap pementasan yang akan diadakan,
sering kali harus membuat sendiri tempat yang akan digunakan pentas, itu
cukup merepotkan. selain itu aula yang ada di Bima tidak begitu banyak,
sehingga cukup menyulitkan Komunitas Teater Gong 96, jika hendak
melaksanakan pentas diluar area kampus, terutama jika sedang banyaknya
kegiatan – kegiatan, yang diselenggarakan berbagai lembaga di Bima. Tidak
jarang komunitas teater Gong 96 pentas dengan panggung seadanya saja, seperti
sedang melaksanakan pementasan teater dalam rangka memperingati hari jadi
Bima, yang dilaksankan di Paruga Nae, yang merupakan salah satu gedung yang
ada di Bima, yang didalamnya terdapat aula .
b.
Anggota
Anggota merupakan salah satu faktor terpenting dalam sebuah organisasi,
tanpa adanya anggota organisasi tidak akan berjalan. ketidak adanya anggota
maupun kekurangan menjadi faktor penghambat yang utama bagi suatu
organisasi termasuk komunitas Teater Gong 96 STKIP ini.
Untuk Jumlah anggota Komunitas Teater Gong 96 STKIP tidak tetap, kadang
mengalami peningkatan, kadang juga mengalami penurunan. Hal ini disebabkan
oleh banyak faktor, salah satunya yaitu ketakutan mahasiswa akan waktu, yang
tersita cukup banyak atau tidak bisa membagi waktu. Hal lain adalah anggota
yang sering keluar dipertengahan jalan atau ikut hanya sekedar coba – coba saja.,
sejauh ini komunitas teater Gong 96 STKIP mengantisipasinya, dengan tidak
memainkan naskah teater dengan jumlah aktor yang sangatlah banyak. walaupun
selama ini mengatasinya dengan cara demikian, akan tetapi tetap saja anggota –
anggota komunitas teater Gong 96 STKIP cukup mengalami kerepotan,
dikarenakan sedikitnya anggota dari komunitas teater Gong 96 tersebut.
3. Potensi Komunitas Teater Gong 96 STKIP Bima NTB
1. Kegiatan Komunitas Teater Gong 96 STKIP Bima
a. Festival Teater Pelajar
Festival untuk bidang kesenian sekarang ini, semakin sering diselenggarakan
diberbagai daerah di Indonesia, serta memberikan dampak yang positif, baik untuk
penyelenggara suatu festival atau untuk peserta yang mengikuti festival tersebut.
Komunitas Teater Gong 96 mengadakan festival teater pelajar , pada tahun
pertamayaitu tahun 2007, festival tersebut diperuntukan khusus daerah Bima. dan
pada tahun 2008 Komunitas Teater Gong 96 STKIP, kembali menyelenggarakan
festival teater yang kedua, dan masih sama dengan sebelumnya diperuntukan untuk
pelajar daerah Bima.
Pada tahun 2009 Komunitas Teater Gong 96 STKIP, kembali mengadakan
festival teater untuk ketiga kalinya, tapi kali ini festival teater pelajar
diselenggarakan lebih luas. Dimana diperuntukan untuk pelajar di Bima dan
Kabupaten Dompu, yang letaknya tepat sebelah barat Kabupaten Bima.Pada
penyelenggaraan festival teater pelajar, yang ke empat kalinya pada tahun
2010,diselenggarakan lebih luas lagi dari festival sebelumnya, yakni diperuntukan
untuk pelajar se – Pulau Sumbawa. Untuk penyelenggraan berikutnya pada tahun
2011 dan 2012,festival teater pelajar masih diperuntukan untuk pelajar se - Pulau
Sumbawa.
Setiap tahun penyelenggaran festival yang diadakan Komunitas Teater Gong
96 STKIP, selalu mengalami peningkatan, terbukti dari antusias peserta yang
semakin meningkat. Sehingga Komunitas Teater Gong 96 STKIP, memperluas
penyelenggaraan festival dari tahun ke tahun. Pada tahun 2013 Komunitas Teater
Gong 96 kembali mengadakan festival teater pelajar, untuk yang ke 7 kalinya,
dengan penyelenggaraan festival teater pelajar se Nusa Tenggara Barat atau tingkat
Propinsi. Dan pada tahun 2014 juga mengadakan kembali festival teater pelajar
tingkat Provinsi Nusa Tenggara Barat.
Untuk naskah yang digunakan oleh para peserta lomba, dibebaskan yang
penting adalah konvensional, ini bertujuan supaya para peserta lomba tidak
kesulitan dalam membangun konsep, serta dapat mengunakan naskah yang disukai
oleh para peserta lomba sendiri. dan untuk sistem penilaian lomba festival teater
pelajar ada beberapa hal yang dinilai yaitu Penyutradaraan, Konsep Cerita, Ilustrasi
Musik, Dekorasi Panggung, Aktor dan Bloking Panggung.
Juri yang dihadirkan untuk festival teater pelajar merupakan budayawan –
budayawan Bima khususnya yang benar – benar paham yang namanya seni teater
yaitu Husain Odet, Alan Malingi, Yan Koros Kali, Amran dan Ikhman. Dan untuk
festival teater pelajar yang diselenggarakan tingkat Propinsi Komunitas Teater
Gong 96 STKIP mengundang juri yang berasal dari ibu kota Propinsi Mataram
yaitu Eko Wahyono, Imam Arifin dan Kiki Rahman.
b. Workshop
Workshop yang diselenggarakan oleh Komunitas Teater Gong 96 STKIP,
biasanya dilaksanakan sebelum penyelenggaraan festival teater pelajar. Dengan
tujuan, untuk memperkenalkan seni teater lebih mendalam kepada para pelajar.
Sehingga nantinya para pelajar yang akan mengikuti festival, dapat dimudahkan
dalam proses penggarapan atau pelatihan, untuk mempersiapkan sebuah
pertunjukan teater. didaerah Bima para guru seni budaya khususnya bidang teater,
jarang sekali ada atau paham akan seni teater. sehingga pengetahuan teater untuk
pelajar di Bima sangatlah minim, jadi di adakanlah workshop ini untuk membantu
para peserta yang kesulitan, untuk merancang sebuah pertunjukan teater.
Materi yang disampaikan oleh Komunitas Teater Gong 96 STKIP, pada
workshop ini adalah teater secara luas, serta bagaimana sembilan ruang imajinasi
pertunjukan. Workshop ini rutin dilakukan dari tahun pertama penyelenggaraan
festival teater pelajar, pada tahun 2007 sampai dengan penyelenggaraan terakhir
tahun 2014. Karena Komunitas Teater Gong 96 STKIP pada tahun 2015 dan 2016
ini, tidak mengadakan festival teater maka untuk workshop juga tidak
diselenggarakan. Terkait hal ini banyak yang menanyakan terutama dari pihak
sekolah, bukan hanya dari Kabupaten Bima melainkan dari Kabupaten Dompu,
atas ketidak adaan festival yang secara otomatis, kegiatan workshop juga tidak
diselenggarakan.
c. Dialog Budaya
Dialog budaya yang diselenggarakan oleh Komunitas Teater Gong 96 STKIP,
merupakan dialog terbuka yang dihadiri oleh berbagai kalangan, budayawan
Bima, komunitas seni lainnya serta masyarakat Bima umumnya. Dialog budaya ini
diselenggarakan untuk pertama kalinya pada tahun 2009 sampai dengan pada tahun
2014, segaja dilakukan Komunitas Teater Gong 96 STKIP, untuk membahas
tentang berbagai kebudayaan yang ada di Bima. Yang sebelumnya belum diketahui
sebagian besar orang maupun yang sudah hilang, seiring dengan kemajuan zaman
yang semakin modern, serta bentuk upaya apa yang dilakukan untuk
menyelamatkan kembali. Salah satunya adalah membahas potensi budaya yang
terdapat disalah satu Kabupaten Bima yaitu Kabupaten Donggo.
Selain membahas tentang kebudayaan, diskusi ini juga membahas tentang
sejarah Bima, yang terjadi sebelum kemerdekaan Indonesia, dengan tema “Nokta
Hitam tahun 40 an“ . Pada awalnya Bima merupakan daerah yang menggunakan
sistem pemerintahan kesultanan, pada saat itu kerajaan Bima terjadi konflik besar,
dan penyebabnya adalah masalah perebutan tahta kerajaan. Sultan Abdul Kahir
yang akan menjadi sultan pertama di Bima, sempat diusir dari kerajaan.
Pembahasan dengan mengangkat tema “Nokta Hitam tahun 40 an“ ini
mengundang tiga pemateri yaitu Hilir Ismail, Darwis dan Siti Mariam. Ketiga
orang ini merupakan budayawan Bima, dan salah satu pematerinya yaitu Siti
Mariam, masih keturunan dari sultan pertama Bima yaitu Sultan Abdul Kahir.
kehadiran beliau adalah untuk meluruskan, sebenarnya apa yang terjadi pada waktu
itu, karena informasi yang didapatkan tidak jelas.
4. Pementasan Komunitas Teater Gong 96 STKIP
1.
Pentas Keliling
Setiap komunitas seni pasti melakukan yang namanya pentas keliling, hal
tersebut juga berlaku untuk Komunitas Teater Gong 96 STKIP, salah satu upaya
untuk mempertahankan eksistensinya. Komunitas Teater Gong 96 STKIP rutin
melakukan pentas keliling, kesetiap Kecamatan yang ada di Kabupaten Bima. Baru
– baru ini Kecamatan yang dijadikan sebagai tempat pentas keliling adalah
Kecamatan Sila, Kecamatan Langgudu, dan Kecamatan Wawo.
Pementasan keliling yang selenggarakan oleh Komunitas Teater Gong 96
STKIP ini, disetiap kecamatan selalu mendapatkan respon yang bagus, ini terlihat
dari animo masyarakat yang menonton. Seperti yang terjadi di Kecamatan
Langgudu, pemerintah dan pihak keamanan kecamatan turut memberikan respon
yang baik, seperti membantu memberi informasi kepada masyarakat, bahwa
Komunitas Teater Gong 96 STKIP akan mengadakan pementasan. dan pihak
keamanan membantu mengamankan area pada saat pementasan berlangsung untuk
berjaga – jaga jika terjadi sesuatu hal yang tidak di inginkan.
Masyarakat disetiap kecamatan yang dijadikan tempat keliling merasa
terhibur, karena memang untuk hiburan pertunjukan jarang sekali ada. Sehingga
kehadiran Komunitas Teater Gong 96 STKIP, mendapatkan antusias yang luar
biasa dari masyarakat bahkan masyarakat yang menyaksikan penampilan dari
Komunitas Teater Gong 96 ini berharap bisa pentas lagi dikecamatan tersebut.
2. Pentas Undangan Komunitas Teater Gong 96 STKIP
Komunitas Teater Gong 96 selain rutin mengadakan pementasan keliling,
juga mendapatkan undangan untuk mengisi acara. Seperti undangan sebagai
pengisi acara dikampus lain, undangan dari pemerintah Bima atau lembaga
lainnya. Seperti yang terjadi pada saat MTQ tingkat Propinsi pada tahun 2005,
peringatan hari kemerdekaan Indonesia dan peringatan hari jadi Bima yang
menampilkan monolog , dengan naskah 4 Sajak karya WS Rendra. Pementasan ini
ditampilkan oleh salah satu anggota Komunitas Teater Gong 96 yang bernama
Sinta, dan mendapatkan respon yang luar biasa, terlihat dari penonton yang
menyaksikan pementasan yang
terbawa suasana dan selesai pementasan
mendapatkan tepuk tangan yang begitu meriah dari berbagai kalangan yang hadir
pada serangkaian peringatan pada hari jadi Bima tersebut. Selain itu pementasan
yang ditampilakan oleh sinta ini menjadi pemberitaan dimedia online Bima.
Komunitas Teater Gong 96 rutin sekali diundang pentas diberbagai acara yang ada
di Bima.
3. Pentas area Pendidikan
1. Pentas area pendidikan dalam Kampus STKIP Bima
Pentas dalam kampus ini berarti pementasan yang dilaksanakan dalam
area kampus STKIP, dimana komunitas teater Gong 96 rutin melakukan
pementasan dikampus STKIP, baik itu pentas dalam rangka kampus yang
menyelenggarakan acara, maupun teater Gong 96 sendiri yang menyelenggarakan
kegiatan, komunitas teater Gong 96 ini biasanya pentas dalam masa penutupan
Orientasi Pengenalan Kampus (Ospek). Komunitas teater Gong 96 ini rutin setiap
tahunnya mengisi acara penutupan ospek ini, bersama komunitas seni lainnya
yang ada dalam naungan UKM sanggar Seni dan Budaya Gong 96, seperti seni
musik dan seni tari.
Selain itu komunitas teater Gong 96 juga melaksanakan pementasan
dalam area kampus, dengan acara yang memang pada dasarnya diselenggarakan
sendiri. Seperti pada acara penutupan kegiatan masa percobaan dan pelatihan
anggota baru , maupun pentas pada pembukaan dan penutupan festival teater
pelajar yang diselenggarakan. Pementasan yang ditampilkan oleh komunitas teater
Gong 96 ini mendapatkan respon yang bagus, ini terlihat dari antusias mahasiswa
kampus yang terhibur menyaksikan pementasan dari teater Gong 96, serta tidak
adanya protes ketidak nyaman dan lainnya dari mahasiswa.
2. Pentas Area Pendidikan Luar Kampus STKIP Bima
Pentas diluar kampus STKIP berarti pementasan ini dilakukan diluar area
kampus STKIP tersebut, selain rutin melaksanakan pementasan dalam kampus
komunitas teater Gong 96 STKIP juga rutin mengadakan pementasan diarea
pendidikan diluar kampus. seperti pementasan yang dilakukan pada beberapa
sekolah yang ada di daerah Bima, salah satunya adalah sekolah SMAN 3 Bima,
pada tahun 2014. sekolah menengah atas ini pernah diadakan pementasan teater,
dalam rangka memperkenalkan teater kepada siswa – siswi SMAN 3 Bima, dan
pementasan ini dilaksanakan di aula SMA tersebut, dan siswa- siswi sangatlah
antusias dalam menyaksikan pertunjukan yang ditampilkan tersebut.
Selain melaksanakan pementasan disekolah, komunitas teater Gong juga
melaksanakan pementasan disalah satu kampus yang ada di Bima, yaitu kampus
STIE Bima " Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi" , dalam rangka pentas persahabatan.
dikarenakan kampus STIE juga terdapat komunitas teater yang diberi nama
komunitas teater Biru. Kedua komunitas ini saling memberikan dukungan satu
sama lain, dan tidak hanya komunitas teater Gong yang melakukan kunjungan ke
komunitas teater Biru, tetapi komunitas teater Biru juga beberapa kesempatan
mengunjungi komunitas teater Gong 96. Selain sering berkunjung dalam rangka
pementasan maupun silaturahmi terhadap komunitas Teater Biru, komunitas teater
Gong
96 STKIP juga sering melakukan pementasan dikampus STISIP
"Sekolah Tinggi Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik" . kampus STIE dan STISIP adalah
perguruan tinggi diluar kampus STKIP , yang cukup sering dikunjugi baik dalam
rangka pementasan tapi juga dalam rangka silaturahmi.
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian Eksistensi Komunitas Teater Gong 96 STKIP
Bima Nusa Tenggara Barat dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
Eksistensi dari Komunitas Teater Gong 96 STKIP Bima dari tahun ke
tahun mengalami kemajuan, terbukti dari berbagai respon yang positif dari
berbagai pihak, terutama masyarakat bima pada umumnya. Ini terbukti dari
setiap pementasan yang ditampilkan oleh Komunitas Teater Gong 96 selalu
mendapatkan sambutan yang positif. Komunitas Teater Gong 96 STKIP Bima
juga melakukan berbagai kegiatan, salah satunya adalah menyelenggarakan
festival teater pelajar
dari tahun 2007 – 2014. Serta rutin melakukan
pementasan teater , baik dalam rangka memenuhi undangan dari bebagai pihak
acara, termasuk pemerintah daerah dan pentas keliling pada setiap kecamatan
yang ada di Kabupaten Bima
.
2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian saran yang dapat penulis, antara lain :
a. Komunitas Teater Gong 96 STKIP harus tetap berupaya menjaga eksistensinya
dengan melakukan berbagai inovasi.
b. Komunitas Teater Gong 96 STKIP sebagai wadah penampung kreatifitas seni
khususnya untuk seni Teater, agar terus memperhatikan perkembangan kesenian
teater di Bima.
c. Pemerintah daerah dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Bima, melalui Dinas
Pariwisata dan kebudayaan, hendaknya lebih intensif dalam memberikan
dukungan dan perhatian agar komunitas seni di Bima tetap eksis .
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional. 2005.Kamus besar Bahasa Indonesia.Jakarta:Balai
Pustaka.
Eko,Santoso. 2008.Seni Teater.Jakarta : Di Rektorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan
Harimawan,RMA. 1993. Drama Turgi.Jakarta : Remaja Rodaskarya
Moleong,lexy.J.2014.MetodelogiPenelitianKualitatif.EdisiRevisi.PT. RemajaRodaskarya
Muzairi. 2002.EksitensialismeJeanPaul Satre. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Sumaryono. 2007. Jejak Dan Problematika Seni Pertunjukan Kita.Yogyakarta. Prasista
Pemerintah Kabupaten Bima. 2014. Profil Daerah Kabupaten Bima.
Panuju,Rendi. 1996.Ilmu Budaya Dasar Dan Kebudayaan. Jakarta: Yayasan Sumber
Agung.
Sp, Soedarso.2006.Trilogi Seni.Yogyakarata: BP ISI Yogyakarta
Http://stkipbima.ac.id/
Download