BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal jantung merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama dan menjadi penyakit yang terus meningkat kejadiannya. Studi Framingham memberikan gambaran tentang gagal jantung bahwa per tahun terdapat 7,2 kasus setiap 1000 orang laki-laki dan 4,7 kasus setiap 1000 orang perempuan (McConaghy dan Smith, 2004). Kejadian gagal jantung kronik di Amerika diperkirakan 4,8 juta penderita pada tahun 2004 dengan angka kematian 250.000 jiwa per tahun (Thomas, 2005). Penelitian di Jerman Barat menunjukkan penyakit kardiovaskuler merupakan 50% dari penyakit penyebab kematian. Penyakit kardiovaskuler merupakan masalah kesehatan yang bukan saja terjadi di negara-negara maju tetapi juga di negara-negara sedang berkembang seperti Indonesia (Irawan, 2006). Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan Indonesia menunjukkan kontribusi penyakit jantung pada tahun 1998 24,4% dan terus meningkat tiap tahunnya. Hasil SKRT tahun 2001 Penyakit Jantung Kronik (PJK) menempati urutan pertama penyebab utama kematian di Indonesia dan peringkat ketiga dari keseluruhan kematian (Ratna, 1987) PJK di Asia mulai meningkat dan kelainan katup jantung menduduki lebih dari 40% dari penyebab seluruh kematian. Kelainan katup jantung yang merupakan Penyakit Jantung Bawaan (PJB) cukup menonjol dalam bidang kesehatan anak. Satu dari 100 bayi yang lahir menderita PJB, mulai dari jenis yang ringan sampai yang berat atau kompleks. Saat ini di Indonesia jumlah kelahiran bayi sekitar 4,5 juta per tahun dan diperkirakan tidak kurang dari 45.000 bayi baru lahir menyandang PJB. Sekitar 30% bayi atau anak penderita PJB harus mengalami tindakan berupa operasi atau tindakan intervensi agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Saat ini perkembangan signifikan pada tindakan intervensi non-bedah telah banyak dilakukan 1 2 pada pusat jantung anak, termasuk di Indonesia. Anak-anak penderita PJB sebagian besar harus mengalami dan menjalani tindakan operasi yang tentu saja mempunyai risiko tidak kecil. Jantung merupakan organ terpenting karena fungsinya sebagai tempat pertukaran darah dan memompa darah ke seluruh tubuh. Jantung bergerak terus menerus selama manusia hidup tidak terkecuali saat manusia tertidur. Otot jantung yang berperan menggerakkan jantung dan membutuhkan suplai darah kemudian diantarkan melalui pembuluh darah koroner. Jika pembuluh darah terganggu maka suplai darah juga akan terganggu yang berakibat terhadap sirkulasi darah di dalam tubuh dan terganggunya pembuluh darah koroner disebut PJK. Selain PJK dengan gangguan pada pembuluh darah koroner, PJB umumnya terjadi gangguan pada katup jantung. Gangguan katup jantung banyak terjadi pada kasus Atrial Septal Defect (ASD) dan Ventrikel Septal Defect (VSD). ASD dan VSD merupakan PJB yang diderita oleh tiga bayi diantara seribu kelahiran. Penderita ASD berjumlah kurang lebih setengah dari semua gangguan jantung bawaan yang dapat mencapai usia dewasa. ASD tidak menunjukkan gejala-gejala pada beberapa tahun pertama tetapi menjelang usia dewasa yaitu mulai muncul sesak nafas dengan debaran jantung dan umumnya terjadi bronchitis. Untuk penderita VSD tidak memerlukan perawatan tetapi dapat menimbulkan kegagalan jantung lebih besar. Infeksi yang terjadi selama hidup menyebabkan mudah diserang bakteri pada peradangan sebab bakteri biasanya berkumpul pada bagian yang cacat (Knight, 1989) VSD yang merupakan salah satu kelainan jantung pada PJB jumlahnya diperkirakan 33% dari seluruh kelainan jantung bawaan. Berdasarkan laporan VSD sering terjadi pada bayi premature sebesar 7,06 per 1000 kelahiran premature hidup. VSD merupakan kelainan jantung dimana terjadi defek pada sekat antar ventrikel yaitu aliran darah dari ventrikel kiri menuju ventrikel kanan terjadi percampuran darah arteri dan vena. VSD merupakan suatu keadaan adanya lubang pada sekat jantung yang memisahkan ruang ventrikel kanan dan kiri. Lubang tersebut mengakibatkan kebocoran aliran darah dari ventrikel kiri yang memiliki tekanan lebih 3 besar daripada ventrikel kanan yang langsung terhubung ke pembuluh nadi paru (arteri pulmonalis). Sekat ventrikel tidak terbentuk sempurna, akibatnya darah dari ventrikel kiri mengalir ke ventrikel kanan pada saat sistole. Besarnya defek bervariasi dari beberapa milimeter sampai beberapa sentimeter. Posisi VSD pada ruang jantung ditunjukkan seperti terlihat pada gambar 1.1 Gambar 1.1 Ventricular Septal Defect (VSD) Gambar 1.1 menunjukkan posisi VSD pada sekat ventrikel yang merupakan hasil visualisasi dari sejumlah perangkat dengan teknologi yang telah berkembang. Salah satu perkembangan teknologi untuk diagnosa VSD dengan prosedur kateterisasi dan angiografi yang memungkinkan orang hidup sehat dan normal kembali. Oleh karena itu, diagnosa dini merupakan salah satu tindakan yang dilakukan untuk mengetahui lebih awal cara penanggulangannya VSD. Prosedur invasif menggunakan fasilitas kateterisasi merupakan tindakan diagnosa yang mempunyai resiko cukup tinggi sehingga CT angiografi menjadi alternatif pendeteksi dini penyakit jantung non-invasif. Tomografi adalah suatu teknik pencitraan yang menghasilkan citra penampang lintang obyek 3D tanpa membelah. Beberapa aplikasi yang menggunakan prinsip tomografi seperti Computed Tomography (CT), Positron Emission Tomography (PET), Single Photon Emission Tomography (SPECT), X-ray Tomography, Ultrasound Transmissiom Tomography 4 dan sebagainya. CT-scan multislice dengan 64 slice dan USG masih merupakan alat diagnostik yang terpilih pada diagnosa jantung. Meskipun banyak kemajuan pada teknik non-invasif seperti pada ekokardiografi, CT scan multislice, kardiografi nuklir, dan USG namun kateterisasi jantung masih memegang peran penting untuk mengevaluasi anatomi jantung dan pembuluh darah. Perangkat kateterisasi jantung yang dibutuhkan yaitu alat image intensifier, cine angiography dan keteter. Seiring dengan kemajuan teknologi dibidang kedokteran khususnya dalam bidang intervensi kardiologi anak, penderita PJB tidak perlu lagi mengalami pembedahan jantung. VSD dapat dikoreksi dengan kateterisasi menggunakan perangkat berupa Coil (kateter). Penutupan VSD dengan menggunakan Amplatzer Ventricle Occluder (AVO) merupakan alternatif yang cukup efektif tetapi perlu diwaspadai komplikasi berupa terhambatnya aliran pembuluh darah secara total. Tindakan AVO dapat dilakukan pada perangkat radiografi yang disebut kardiografi atau angiografi. Kardiografi atau angiografi merupakan salah satu teknik radiografi yang mencitrakan anatomi jantung dan pembuluh darah. Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh darah Harapan Kita (RSHPDHK) khusus jantung memiliki sarana diagnosa yang dapat dipilih berdasarkan indikasinya, tetapi peralatan tersebut tidaklah disediakan oleh setiap Rumah Sakit di Indonesia. Penderita jantung berharap dapat ditangani pada Rumah Sakit terdekat dengan peralatan lengkap dan memadai sehingga tidak harus dibawah ke RSHPDHK yang merupakan Rumah Sakit rujukan penderita jantung di Indonesia. RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta memiliki beberapa sarana untuk penderita jantung diantaranya pesawat sinar-x terbaru yang juga memiliki fungsi dapat mengdiagnosa kelainan fungsi jantung. Salah satu metodenya adalah dengan menggunakan metode penyadapan jantung (cardiac catheterization). Marihot (1994) menunjukkan bahwa diagnosa kelainan berdasarkan pembacaan citra roentgen pada komputer disusun pada sistem pengenalan citra. Selain mampu menghasilkan citra digital yang menyerupai citra analognya juga 5 mampu melakukan pengolahan lebih lanjut. Foto hasil roentgen merupakan hasil pemotretan bagian tubuh dengan sinar-x dalam bentuk citra yang digunakan mendiagnosa kelainan dalam tubuh. Umumnya pendeteksian manual terhadap organ dalam rongga dada sulit dilakukan. Dokter maupun ahli radiologi umumnya melakukan analisis secara subyektif sehingga antara satu dokter dengan dokter yang lain terkadang mengalami perbedaan dalam menganalisis hasil. Saat ini pembacaan citra yang menunjukkan adanya kelainan telah dibantu oleh sistem komputer yang menampilkan informasi dengan sistem pengolahan citra. Pencitraan medis dilakukan untuk memperlihatkan struktur tubuh bagian dalam manusia secara jelas untuk diagnosa. Namun kualitas citra yang dihasilkan alat sering amat lemah sehingga diperlukan penyuntikan media kontras ke dalam objek. Pencitraan jantung pada tindakan kateterisasi menggunakan media kontras untuk memperjelas ruang jantung dan pembuluh jantung. Penggunaan media kontras pada pemerikasaan radiologi bermula dari percobaan Tuffier pada tahun 1897 yang melakukan percobaan memasukkan kawat kedalam ureter melalui kateter sehingga terjadi bayangan ureter dalam radiograf. Percobaan selanjutnya menggunakan kontras cair untuk menggambarkan anatomi dari traktus urinarius. Kontras tersebut diantaranya koloid perak, bismut, natrium iodida, perak iodida, stronsium klorida dan sebagainya. Metode tersebut ditinggalkan karena menimbulkan komplikasi yang berbahaya (Sumarsono, 2008). Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui gerakan jantung pada pasien Ventrikel Septal Defect (VSD) jantung menggunakan media kontras pada proses kateterisasi. Media kontras dipakai pada pencitraan untuk meningkatkan daya attenuasi sinar-x. Media kontras yang diinjeksikan ke dalam pembuluh darah dapat menunjukkan dengan jelas anatomi jantung. Media kontras yang digunakan pada proses kateterisasi dapat mengamati setiap gerakan yang terekam oleh perangkat angiografi. Citra jantung yang jelas dapat membantu proses analisis yaitu analisis ukuran jantung, kelainan pada sekat ventrikel serta sebaran media kontras pada jantung. 6 1.2 Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah : 1. Berapa besar perubahan ukuran sistole dan diastole pada jantung penderita VSD? 2. Adakah korelasi antara kecepatan memompa darah pada jantung penderita VSD dengan variasi sumber tegangan? 3. Apakah penyebaran media kontras dapat terdeteksi dalam ruang jantung penderita VSD? 4. Berapa besar nilai diameter defect (kebocoran) pada sekat ventrikel jantung penderita VSD? 1.3 Batasan Masalah Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah : 1. Chateterization menggunakan perangkat angiografi sinar-x merk Philips di bagian Radiologi RSUP dr. Sardjito Yogyakarta. 2. Obyek penelitian yaitu hasil rekam angiografi pada jantung pasien kasus Ventrikel Septal Defect (VSD). 3. Data Input merupakan hasil rekaman software PMSDVIEW dengan format DICOM. 4. Analisis citra menggunakan aplikasi software imageJ. 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan pada penelitian ini adalah : 1. Mengetahui perubahan ukuran sistole dan diastole pada jantung penderita VSD. 2 Menentukan korelasi kecepatan memompa darah pada jantung pasien VSD dengan variasi sumber tegangan . 3 Mengetahui penyebaran media kontras dalam ruang jantung. 4 Mengetahui diameter defect (kebocoran) pada sekat ventrikel jantung penderita VSD. 7 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat pada penelitian ini adalah : 1. Diperolehnya rekam perubahan ukuran sistole dan diastole pada jantung penderita VSD. 2. Diperolehnya korelasi kecepatan memompa darah pada jantung pasien VSD dengan variasi sumber tegangan . 3. Diperolehnya penyebaran media kontras dalam ruang jantung. 4. Diperolehnya diameter diameter defect (kebocoran) pada sekat ventrikel jantung penderita VSD.