ANALISIS USAHA TAMBAK UDANG PUTIH (Litopenaeus vannamei) DI CV SUNGAI RINDAM DESA LALANG KECAMATAN MEDANG DERAS KABUPATEN BATUBARA Analysis of Effort White Fishpond Prawn (Litopenaeus vannamei) in CV Sungai Rindam Countryside Lalang Sub-District Medang Deras District Batubara 1 Veni Selvianty Zebua, 2Pindi Patana dan 2Febrina Arli Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia 20155 [email protected] 2 Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia 20155 1 ABSTRACT White prawn represent fishery commodity which in this time is liking by many people. This matter because of white prawn more free and hold up to disease and also represent prospect of effort promising to cultivator. Effort prawn conducting at white prawn fishpond CV. Sungai Rindam in Countryside Lalang Sub-District of Medang Deras of District Batubara is the effort magnification with white prawn commodity. This research aim to know pattern exploiting of activity conducting and elegibility financial of activity fishpond. This matter is done to study effort of conducting if competent or not to be developed. Pursuant to analysis of effort which is can know that effort White Prawn fishpond of Coast Perjuangan in District of Medang Deras is profit. Result of analysis elegibility of finansial is effort and sensitivity got value of NPV positive, Net B/C> 1 and IRR > rate discount. Calculation of sensitivity analasys conducted to fry increase of price equal to 6,06% and degradation of price sell prawn equal to 2,89%, showing this effort still competent to be run. Result of which is obtained from this research indicate that the effort white prawn fishpond CV. Sungai Rindam Sub-District of Medang Deras is competent to be run and developed. Keywords: White Prawn farming in Batubara, Analysis Elegibility of Effort. PENDAHULUAN Pemanfaatan dan pengembangan potensi sumberdaya perairan pantai dan laut yang menjadi paradigma baru bagi pembangunan di masa sekarang yang harus dilaksanakan secara rasional dan berkelanjutan. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah budidaya udang putih karena mempunyai prospek usaha yang menjanjikan, selain waktu pembudidayaannya yang relatif singkat, udang putih juga lebih tahan akan penyakit. Budidaya tambak udang merupakan kegiatan yang dapat meningkatkan pendapatan, sehingga budidaya tambak udang dapat menambah kesejahteraan masyarakat petambak karena udang putih memiliki banyak permintaan di pasar (Maulina, dkk., 2012). CV Sungai Rindam merupakan salah satu perusahaan yang berada di Desa Lalang Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara yang merupakan perusahaan yang beroperasi dalam kegiatan usaha budidaya udang. Jenis udang yang dibudidayakan yaitu jenis udang putih. Perusahaan ini merupakan perusahaan yang melakukan kegiatan usaha budidaya bagian pembesaran saja. Udang putih sudah bukan hal yang asing lagi bagi para petambak, dimana udang introduksi tersebut telah berhasil merebut simpati masyarakat pembudidaya karena kelebihannya, sehingga sejauh ini dinilai mampu menggantikan udang windu (Penaeus monodon) sebagai alternatif kegiatan diversifikasi usaha yang positif (Subyakto, dkk., 2009). Kegiatan budidaya tambak udang putih di CV Sungai Rindam yang dilakukan mulai dari pembesaran, pemanenan sampai dengan pemasaran. Lahan tambak yang digunakan untuk memproduksi udang ada sekitar 35 kolam. Selain itu ada juga waduk yang digunakan untuk tempat penampungan air dan mengalirkan air ke dalam kolam tempat pemeliharaan udang putih. Dalam rangka pengembangan usaha budidaya tambak udang putih di masa yang akan datang maka diperlukan suatu analisis kelayakan usaha untuk keberlanjutan kegiatan usaha budidaya tambak udang putih, maka perlu dilakukan penelitian tentang Analisis Usaha Tambak Udang Putih (L. vannamei) Di CV Sungai Rindam Desa Lalang Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara sehingga dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan bagi petambak udang putih dan masyarakat sekitarnya. METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai dengan Agustus 2015. Kegiatan Penelitian ini dilakukan di tempat Budidaya Tambak CV Sungai Rindam Desa Lalang Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer diperoleh dari hasil pengamatan lapangan dan melalui wawancara langsung dengan pemilik tambak udang ditetapkan secara purposive sampling. Data primer seperti harga input dan output, biaya dan jumlah produksi, jumlah penjualan serta data lain yang berkaitan dengan penelitian ini. Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari studi literatur berbagai buku, jurnal, penelitian terkait dan instansi terkait. Data sekunder berupa data permintaan dan penawaran pasar, data potensi perikanan, data produksi perikanan Indonesia, luas usaha budidaya udang, konsumsi udang perkapita serta data lain yang berkaitan dengan penelitian ini. Metode Pengumpulan Data Metode yang digunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Angket/Kuesioner b. Wawancara c. Studi Pustaka d. Dokumentasi Prosedur Penelitian Penelitian ini dilakukan di CV Sungai Rindam. Lokasi penelitian ini berada di wilayah kawasan mangrove yang didalamnya terdapat potensi budidaya tambak udang. Untuk memperoleh data-data yang diinginkan dalam memenuhi kebutuhan penelitian ini melakukan penyebaran kuisioner dengan melakukan wawancara langsung kepada pemilik tambak udang. Setelah itu kuisioner tersebut dikumpulkan untuk dianalisis. Analisis Data Sistem Budidaya Tambak Udang Teknik budidaya tambak udang secara tradisional, masih menggantungkan seluruh makanan alami yang tersebar di seluruh tambak baik dengan pemupukan atau tidak. Padat penebaran sekitar 1.000-10.000 ekor/ha/musim. Namun, teknik budidaya secara semi intensif sudah menggunakan makanan tambahan, untuk melengkapi makanan alami serta menggunakan pompa air sebagai tambahan untuk mengganti air pasang surut. Sistem ini digunakan pintu-pintu pembuangan pada setiap petakan sebagai pintu tambahan. Padat penebaran sekitar 10.000-50.000 ekor/ha/musim. Pada sistem intensif, semua sarana produksi tidak tergantung pada alam serta menggunakan aerasi. Padat penebaran sekitar 100.000600.000 ekor/ha/musim (Meinugraheni, 2004). Analisis Usaha Analisis Nilai Ekonomi Penerimaan Menurut Soekartawi (2002) penerimaan usaha tani adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dituliskan sebagai berikut: TR = Y x Py Yaitu: TR = Total Penerimaan Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Py = Harga Y Pendapatan usaha Menurut Soekartawi (2002) pendapatan usaha tani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya. Jadi: Pd = TR – TC Keterangan: Pd = Pendapatan usahatani TR TC = Total penerimaan = Total biaya Analisis Benefit Cost Ratio (B/C) Analisis Benefit Cost Ratio (B/C) merupakan analisis untuk mengetahui kelaykan suatu usaha. Menurut Kordi (2012) rumus untuk mendapatkan nilai B/C adalah: B/C = BCR >1 = Manfaatnya positif dan layak untuk dilakukan karena menguntungkan secara ekonomi BCR <1 = Manfaatnya negatif dan tidak layak untuk dilakukan karena tidak menguntungkan secara ekonomi Analisis Payback Period (PP) Menurut Pratiwi (2008) metode Payback Period digunakan untuk mengukur seberapa cepat investasi yang ditanamkan pada status proyek bisa kembali dan hasilnya digambarkan oleh satuan waktu. Rumus yang digunakan untuk menghitung PP: PP = x 1 tahun Analisis Finansial Usaha Net Present Value (NPV) Menurut Sunyoto (2014) NPV adalah analisis keuangan yang digunakan untuk mengukur layak tidaknya suatu usaha dilaksanakan dilihat dari nilai sekarang arus kas bersih yang akan diterima dibandingkan dengan nilai sekarang dari jumlah investasi yang dikeluarkan. Dengan kata lain NPV dihitung dari aliran kas bersih dikurangi dengan biaya investasi. Adapun rumus NPV adalah sebagai berikut: NPV = PVAKB – PVI Keterangan: PVAKB = AKB PVAKB = Nilai Sekarang Arus Kas Bersih AKB = Arus Kas Bersih (laba bersih + penyusutan) i = Tingkat suku bunga = discount factor (DF) n = banyak periode (tahun) Kriteria kelayakan usaha: Jika NPV > 0, suatu usaha layak untuk terus dilaksanakan. Jika NPV < 0, suatu usaha tidak layak untuk dijalankan. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C) Net B/C merupakan perbadingan antara NPV dari total benefit bersih terhadap total biaya bersih. Menurut Soekartawi (2002) Net B/C Ratio dapat dirumuskan sebagai berikut: Net B/C = Keterangan: Bt = Benefit kotor sehubungan dengan adanya investasi pada tahun t (Rp) Ct = Biaya kotor sehubungan dengan adanya investasi pada tahun t (Rp) n = umur ekonomis proyek/usaha (tahun) i = Discount rate (%) Kriteria kelayakan usaha: Net B/C > 1 maka usaha yang dijalankan akan memperoleh keuntungan dan dianggap layak Net B/C < 1 maka usaha yang dijalankan mengalami kerugian dan usaha ini tidak layak diusahakan. Internal Rate of Return (IRR) Menurut Sunyoto (2014) IRR adalah besarnya tingkat pengembalian modal sendiri yang dipergunakan menjalankan usaha. Adapun rumus IRR sebagai berikut: IRR = i1 + (i2 - i1) Keterangan: i1 = tingkat bunga pertama i2 = tingkat bunga kedua Kriteria Kelayakan Usaha: IRR > bunga bank, usaha dinilai layak untuk diberi kredit bank. IRR < bunga bank, usaha dinilai tidak layak untuk diberi kredit bank. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas adalah suatu analisis yang dilakukan untuk menelaah kembali, sehingga dapat diketahui pengaruh-pengaruh yang terjadi akibat keadaan yang berubahubah. Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat tingkat kepekaan usaha tersebut apabila terjadi perubahanperubahan terhadap variabel-variabel harga dan perhitungan biaya maupun benefit (Wardany, 2007). Pada usaha tambak udang putih CV Rindam analisis sensitivitas dilakukan terhadap harga benur dan harga udang. Sensitivitas harga benur dilakukan sebagai komponen output yang utama. Sedangkan sensitivitas harga jual udang dilakukan karena harga jual udang merupakan komponen yang utama dalam penerimaan proyek. Nilai Penyusutan Menurut Ruslan (2004) Nilai penyusutan adalah nilai yang dihasilkan dari pengurangan harga pernbelian dengan harga terpakai yang dibagi dengan larnanya pernakaian dalarn tahun (urnur teknis). Adapun nilai penyusutan dapat diperloeh dengan rumus sebagai berikut: Nilai Penyusutan = HASIL Gambaran Umum Perusahaan Usaha tambak udang CV Sungai Rindam didirikan pada tahun 1989, dimana usaha tambak udang ini bergerak di bidang pembesaran dan hasil produksi tersebut diperjualbelikan keluar negeri atau internasional. Lokasi tambak udang ini berada di Desa Lalang Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara. Awalnya tambak ini melakukan usaha budidaya udang jenis black tiger tetapi sering mengalami kerugian dengan petakan awal usaha budidaya tambak udang berjumlah 8 petakan dengan rata-rata luas per petakan 3.500 m2. Pada tahun 1997 tambak udang ini beralih ke jenis lain yaitu udang vannamei atau udang putih. Pengembangan usaha tambak di CV Sungai Rindam awalnya dengan melakukan uji coba budidaya udang putih adalah dikarenakan lebih mudah untuk dibudidayakan, relatif lebih tahan terhadap penyakit dibandingkan dengan jenis udang lain serta memiliki produktifitas yang tinggi. Saat ini luas lahan tambak sekitar 60 ha di CV Sungai Rindam dimana yang dimanfaatkan sekitar 13,8 ha dengan jumlah 35 petak dimana rata-rata luas 1 petakan yaitu 3.500 m2. perusahaan ini awalnya memiliki tenaga kerja 10 orang seiring bertambahnya jumlah petakan kolam budidaya, tenaga kerja juga bertambah menjadi 40 orang. Satu petakan yang berukuran 3.500 m2 dibutuhkan dua tenaga kerja. Tambak udang CV Sungai Rindam di Desa Lalang Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara memiliki jalur transportasi yang mudah dijangkau dan berdekatan dengan Selat Malaka serta Sungai Rindam atau muara sungai rindam sesuai dengan kebutuhan suplai air untuk tambak udang putih. Analisis Usaha Penerimaan Tarnbak udang putih yang dikernbangkan tambak CV Sungai Rindam di Kecarnatan Medang Deras menghasilkan hasil produksi rata-rata sebesar 8335,184 kg/ha/tahun dengan harga rata-rata Rp. 72.172/kg sehingga penerimaan rata-rata perusahaan ini dalam ha/tahun adalah sebesar Rp. 587.132.500. Adapun rincian penerimaan pada budidaya udang putih dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Rincian Penerimaan Pada Budidaya Udang Putih Jumlah (kg) 8335,184 25005,552 1041,898 Satuan Ha/Tahun Blok/Tahun Kolam/Panen Total penerimaan (Rp) 587.132.500 1.804.700.699 75.195.862,5 Pendapatan Usaha Rata-rata pendapatan yang diperoleh pembudidaya udang Putih pada usaha tambak udang per ha/tahun ialah sebesar Rp. 136.939.003, dari hasil perhitungan ini dapat diperoleh keuntungan rata-rata per kolam/tahun sebesar Rp. 45.646.334. Analisis Benefit Cost Ratio (B/C) dan Payaback Period (PP) Nilai rata-rata Benefit Cost Ratio (B/C) yang diperoleh ialah bernilai >1 (lebih dari satu) yaitu sebesar 1.29 yang berarti bahwa usaha tambak udang ini memiliki manfaat yg positif dan layak untuk dilakukan karena menguntungkan secara ekonomi. Analisis Payback Period (PP) bertujuan untuk mengetahui waktu yang diperlukan untuk menutupi investasi. Nilai Payback Period (PP) ialah sebesar 1,91 yang berarti tambak ini memerlukan waktu selama 1 tahun 9 bulan untuk mengembalikan nilai investasi. Cash Flow Perhitungan cash flow perlu dilakukan dalam analisis usaha dari aspek finansial dalarn rangka rnengkaji ulang terhadap investasi yang telah ditanam. Rata-rata arus masuk (inflow) dari tahun 2011-2015 dalam ha/tahun pada perkiraan cash flow yaitu sebesar Rp. 604.111.450 dan rata-rata arus keluar (outflow) mulai dari tahun 20112015 dalam ha/tahun adalah sebesar Rp. 453.442.370. Arus masuk (inflow) pada perkiraan cash flow terdiri dari penerimaan dan nilai sisa sedangkan arus keluar (outflow) terdiri dari biaya investasi, biaya tetap dan biaya variabel. Analisis Finansial Usaha Untuk mengetahui kelayakan finansial terhadap usaha tambak udang, dilakukan pendekatan dengan tiga kriteria investasi yaitu Net Present Value (NP\/), Net Benefit/Cost ratio (Net B/C) dan Internal Rate of Retum (IRR). Berdasarkan tabel 2 di atas nilai NPV sebesar Rp. 30.936.368, Net B/C yaitu 1,12, IRR sebesar 23,95%. Hasil perhitungan tersebut menunjukkan bahwa NPV > 1, Net B/C > 1 dan IRR > discount rate. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa usaha tambak udang tersebut layak untuk diusahakan dan dikembangkan. Nilai NPV, Net B/C, dan IRR dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Nilai NPV, Net B/C dan IRR Usaha Tambak Udang Putih CV Sungai Rindam. Kriteria Investasi Net Present Value (NPV) Net B/C Internal Rate of Return (IRR) Satuan Nilai Rp 30.936.368 % 23,95 - 1,12 Analisis Sensitivitas Dari data perkembangan harga benur dan harga jual udang selama 5 tahun, diperoleh persentase perubahan sebesar 6,06% dan -2,89%. Berdasarkan data tersebut maka dilakukan analisis sensitivitas untuk melihat kepekaan usaha budidaya udang putih terhadap perubahan harga benur dan harga udang. Perhitungan analisis sensitivitas menghasilkan nilai NPV, Net B/C dan IRR yang terdapat pada Tabel 3. Tabel 3. Nilai NPV, Net B/C dan IRR pada Kenaikan harga Benur dan Penurunan Harga Jual Udang. Kriteria Investasi NPV Net B/C IRR (%) Kenaikan 6.06% Rp. 25.750.064 1,09 23,30 Penurunan 2,89% -Rp. 20.115.160 0,92 17,61 Pembahasan Gambaran Umum Perusahaan Tambak udang CV Sungai Rindam terletak di kawasan yang ideal untuk kegiatan budidaya tambak udang putih. Hal itu dikarenakan kawasan tambak udang putih terletak dikawasan pesisir yang pasokan airnya terjamin dan kawasan memiliki jalan yang cukup baik. Menurut Utami, dkk. (2014) lokasi tambak budidaya udang vaname yang dipilih mempunyai persyaratan antara lain: lahan mendapatkan air pasang surut air laut, tersedianya air tawar. Pada musim kemarau salinitas dapat naik terus apalagi jika budidaya udang dilakukan secara intensif dengan sistem tertutup sehingga air tawar diperlukan untuk menurunkan salinitas, lokasi yang cocok untuk budidaya udang pada pantai dengan tanah yang mempunyai tanah bertekstur liat atau liat berpasir, lokasi ideal terdapat jalur hijau (green belt) yang ditumbuhi hutan mangrove/bakau dengan panjang minimal 100 m dari garis pantai. Menurut Zakaria (2010) bentuk petakan yang ideal adalah bujur sangkar. Ukuran panjang dan lebar disesuaikan dengan luas lahan yang tersedia. Kedalaman air tambak yang baik untuk budidaya udang vannamei berkisar antara 150-180 cm. Saluran air dalam tambak terdiri dari dua saluran, yaitu saluran air masuk (inlet) dan saluran air keluar (outlet). Kedua saluran tersebut harus terpisah satu sama lain. Tambak udang CV Sungai Rindam ini terletak sangat dekat dengan pantai. Ditinjau dari segi letak tambak terhadap laut dan muara sungai tersebut, tambak udang pantai perjuangan ini termasuk tambak layah. Menurut Larastiti (2011) tambak lanyah adalah tambak yang terletak di tepi pantai, sehingga berisi air laut yang memiliki salinitas lebih dari 300/00 dibandingkan dengan daerah tambak yang lain, air pada tambak lanyah cenderung lebih tinggi salinitasnya. Penguapan yang berlangsung terus menerus di dalam petakan tambak menyebabkan semakin meningkatnya salinitas. Sistem tambak pada tambak udang pantai perjuangan ini sudah masuk dalam golongan sistem budidaya intensif dengan luas petakan (1 kolam) sekitar 3500 m2 atau setara dengan 0,35 ha. Menurut Wardany (2007) petakan tambak pada sistem budidaya intensif dilakukan dengan teknik canggih dan memerlukan masukan (input) biaya yang besar. Petakan umumnya kecilkecil 0,2 ha sampai 0,5 ha per petakan, dengan tujuan agar lebih mudah dalam pengelolaan air dan pengawasannya. Tambak diberi aerasi (dengan kincir atau alat lain) untuk menambah kadar oksigen dalam air. Pergantian air dilakukan sangat sering yaitu minimal 1 kali setiap minggu dan biasanya dengan menggunakan pompa, agar air tetap bersih tidak menjadi kotor oleh sisa-sisa makanan dan kotoran udang yang padat itu. Setiap petakan kolam ini terdiri dari 6 kincir untuk aerasi dan setiap 2 petakan kolam terdiri dari 1 pompa. Pergantian air dilakukan secara kondisional (1 kali sehari atau 2 kali sehari). Analisis Nilai Ekonomi Nilai rata-rata penerimaan pada usaha budidaya udang putih berubah tiap tahunnya hal ini dapat disebabkan oleh padat penebaran, luas sempitnya kolam yang tidak menentu dan harga udang tiap tahun meningkat. Menurut Khazanani (2011) lahan sebagai salah satu faktor produksi yang merupakan pabriknya hasil pertanian yang mempunyai kontribusi yang cukup besar terhadap usahatani. Besar kecilnya produksi dari usahatani antara lain dipengaruhi oleh luas sempitnya lahan yang digunakan. Meskipun demikian, bukan berarti semakin luas lahan pertanian maka semakin efisien lahan tersebut. Hal-hal yang dapat juga mempengaruhi hasil penerimaan budidaya udang yaitu bibit udang dan tenaga kerja. Menurut Utami, dkk. (2014) Pada tambak dengan sistem pengelolaan intensif diketahui bahwa faktor pakan dan bibit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan hasil produksi udang, sedangkan faktor luas lahan dan tnaga kerja mempunya pengaruh yang tidak signifikan terhadap peningkatan jumlah produksi. Pendapatan/keuntungan rata-rata usaha budidaya udang putih dalam ha/tahun adalah sebesar Rp. 136.939.003. Pendapatan dari usaha tambak udang yang diperoleh dari lima tahun terakhir berturut-turut termasuk dalam kategori menguntungkan. Faktorfaktor yang mempengaruhi peningkatan pendapatan pada perusahaan ini yaitu modal kerja yang cukup besar serta tenaga kerja yang teliti dalam mengawasi setiap proses dalam usaha tersebut. Menurut Sujarno (2008) faktor modal kerja secara teoritis mempengaruhi pendapatan usaha. Peningkatan dalam modal kerja akan mempengaruhi peningkatan jumah tangkapan/produksi sehingga akan meningkatkan pendapatan serta tenaga kerja juga secara teoritis akan mempengaruhi pendapatan usaha. Nilai benefit of cost (B/C) bernilai >1 (lebih dari satu) yaitu sebesar 1,29 yang berarti bahwa usaha tambak udang ini memiliki manfaat yg positif dan layak untuk dilakukan karena menguntungkan secara ekonomi. Menurut Kordi (2012) nilai BCR lebih dari satu berarti usaha tersebut memiliki manfaatnya positif dan layak untuk dilakukan karena menguntungkan secara ekonomi Analisis lain yang dihitung yaitu Payback Period (PP) yang bertujuan untuk mengetahui waktu yang diperlukan untuk menutupi investasi. Berdasarkan hasil penelitian pada tambak udang CV Sungai Rindam, payback period dari usaha budidaya dalam ha/tahun adalah sebesar 1,91. Nilai tersebut mengandung pengertian bahwa waktu yang dibutuhkan untuk mengembalikan biaya investasi adalah 1 tahun 9 bulan. Menurut Agustina (2006) analisis Payback Period digunakan untuk menghitung berapa cepat investasi yang dilakukan dapat kembali, karena itu hasil perhitungannya dinyatakan dalam satuan waktu (yaitu tahun atau bulan). Cash Flow Perhitungan cash flow perlu dilakukan dalam analisis usaha dari aspek finansial dalarn rangka rnengkaji ulang terhadap investasi yang telah ditanam. Hasil perhitungan inflow ratarata dalam ha/tahun sebesar Rp. 604.111.450. Hasil perhitungan outflow rata-rata dalam ha/tahun Rp. 491.647.844. Dari hasil perhitungan perkiraan cash flow pada kondisi normal, usaha tambak udang putih ini masih dalam keadaan untung karena hasil penerimaan lebih besar dari biaya pengeluaran. Menurut Lawaputri (2011) keuntungan adalah hasil yang diperoleh pembudidaya udang vannamei dari penerimaan setelah di kurangi dengan biaya total pengeluaran dalam melakukan usaha budidaya udang vannamei. Hasil perhitungan inflow dalam ha/tahun pada kondisi kenaikan benur sebesar 6,06% tidak ada perubahan karena harga benur tidak termasuk didalam penerimaan melainkan pada biaya variabel sehingga yang berubah ialah nilai out flow. Dari hasil perhitungan nilai rata-rata outflow sebesar Rp. 493.386.871. Menurut Wardany (2007) total penerimaan ditentukan oleh nilai penjualan dari komoditas yang diproduksi, sedangkan total pengeluaran ditentukan oleh biaya produksi yang dikeluarkan. Hasil perhitungan inflow dalam ha/tahun pada kondisi penurunan harga jual udang sebesar 2,89% mengalami perubahan karena harga jual udang mempengaruhi jumlah penerimaan. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata inflow Rp. 491.340.723. Hasil perhitungan outflow sama nilainya pada kondisi normal karena penurunan harga jual udang hanya memepengaruhi nilai penerimaan (in flow). Menurut Wardany (2007) total penerimaan ditentukan oleh nilai penjualan dari komoditas yang diproduksi, sedangkan total pengeluaran ditentukan oleh biaya produksi yang dikeluarkan. Analisis Finansial Usaha Nilai bersih sekarang atau Net present Value (NPV) dari suatu proyek merupakan nilai sekarang (Present Value) dari selisih antara benefit (manfaat) dengan cost (biaya) pada discount rate tertentu. Discount rate (suku bunga) yang digunakan untuk perhitungan nilai NPV ialah sebesar 20%. Berdasarkan tabel 2 di atas dapat diketahui bahwa nilai NPV per ha/tahun sebesar Rp. 30.936.368 yang berarti nilai tersebut lebih besar dari nol. Menurut Sunyoto (2014) bahwa Jika NPV > 0, suatu usaha layak untuk terus dilaksanakan. Net B/C merupakan perbandingan antara jumlah NPV positif dan NPV negatif yang menunjukkan gambaran beberapa kali lipat benefit yang diperoleh dengan cost yang dikeluarkan. Berdasarkan tabel 7 di atas hasil perhitungan finansial unit usaha budidaya budidaya udang vannamei sebesar 1,12. Data tersebut menunjukkan pula bahwa hasil Net B/C lebih besar dari 1 (satu), maka usaha budidaya udang vannamei layak untuk dikembangkan. Hal ini sesuai dengan Wardany (2007) bahwa Net B/C digunakan untuk ukuran efisiensi dalam penggunaan modal. Kriteria kelayakan pada metode ini adalah Net B/C > 1 maka usaha yang dijalankan akan memperoleh keuntungan dan dianggap layak. Analisis Internal Rate of Return (IRR) bertujuan untuk mengetahui kemampuan proyek dalam mengembalikan bunga pinjaman dari lembaga keuangan yang menbiayai proyek. Hasil analisis dari kedua nilai NPV dan tingkat bunga ini diperoleh nilai IRR sebesar 23,95%. Nilai yang diperoleh ini lebih besar dari nilai tingkat suku bunga bank yang berlaku yaitu 20% dari bunga bank. Dengan demikian pada kriteria penilaian bahwa suatu usaha menguntungkan apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang digunakan, maka usaha budidaya udang putih ini layak untuk dikembangkan. Menurut Ruslan (2004) bahwa tingkat diskonto rnerupakan tingkat bunga yang digunakan dalarn proses untuk rnernperoleh nilai sekarang dari suatu nilai yang akan datang yang dinyatakan dalarn persen (%). IRR ini rnenggarnbarkan kernampuan suatu proyek rnendapatkan tingkat pengembalian (earning) dari investasi yang ditanam selarna berlangsungnya proyek. Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas pada usaha budidaya udang putih CV Sungai Rindam dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh perubahan harga input dan output terhadap usaha tersebut. Komponen yang paling berpengaruh terhadap usaha budidaya udang adalah harga benur dan harga udang yang menjadi komponen penerimaan pada usaha budidaya udang putih. Menurut Meinugraheni (2004) bahwa analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat pengaruh perubahan komponen biaya terhadap kelayakan usaha budidaya. Komponen biaya yang digunakan adalah komponen biaya yang apabila mengalami perubahan harga, maka dapat mempengaruhi secara nyata kelayakan usaha budidaya udang. Pada sensitivitas kenaikan harga benur udang, NPV sebesar Rp. 25.750.064 mengalami penurunan sebesar Rp. 5.668.432 dari NPV dalam keadaan normal. Hal ini berarti bahwa jumlah rnanfaat bersih (net benefit) yang akan diperoleh selama urnur proyek 5 tahun yang dihitung berdasarkan nilai sekarang mengalami penurunan sebesar Rp. 5.668.432. Nilai Net B/C 1,09 rnenurun sebesar 0.03 berarti nilai rnanfaat bersih usaha berkurang sebesar 0,03 dari biaya bersih yang dikeluarkan. Akan tetapi, nilai keduanya nilai NPV > 0 dan Net B/C > 1 yang berarti usaha layak dijalankan. Nilai IRR sebesar 23,30 rnenurun sebesar 0,65 artinya bahwa tingkat pengembalian (earning) berkurang sebesar 0,65% dari investasi yang ditanam setelah terjadi kenaikan harga benur sebesar 6,06%. Tetap masih layak dijalankan dikarenakan nilai IRR tersebut masih lebih besar dari nilai kredit yang ditentukan yaitu 20%. Pada sensitivitas penurunan harga jual udang, NPV sebesar -Rp. 20.115.151 mengalami penurunan sebesar Rp. 10.821.207. Hal ini berarti bahwa jumlah manfaat bersih (net benefit) yang akan diperoleh selarna umur proyek 5 tahun yang dihitung berdasarkan nilai sekarang mengalami penurunan sebesar Rp. 10.821.207. Nilai Net B/C sebesar 0,92 menurun sebesar 0,2 berarti nilai manfaat bersih usaha berkurang sebesar 0,2 dari biaya bersih yang dikeluarkan. Nilai keduanya yaitu nilai NPV < 0 dan Net B/C < 1 yang berarti usaha tidak layak dijalankan. Nilai IRR sebesar 17,61% rnenurun sebesar 6,34% artinya bahwa tingkat pengembalian (earning) berkurang sebesar 6,34% dari investasi yang ditanam setelah terjadi penurunan harga jual udang sebesar 2,89%. Nilai IRR tersebut lebih kecil dari nilai kredit yang ditentukan yaitu 20%. Dengan demikian bahwa usaha tarnbak udang putih tidak layak dijalankan pada kondisi penurunan harga jual udang sebesar 2,89%. Menurut Wardany (2007) analisis sensitivitas ini perlu dilakukan, karena dalam analisis kegiatan investasi perhitungan didasarkan pada proyek- proyek yang mengandung ketidakpastian tentang apa yang akan terjadi di waktu yang akan datang. Dalam analisis sensitivitas ditentukan secara sengaja sejumlah perubahan nilai terhadap masalah yang dianggap penting pada analisis proyek dan menentukan pengaruh perubahan tersebut terhadap daya tarik proyek. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Sistem Pemanfaatan Usaha budidaya tambak udang putih di CV Sungai Rindam Desa Lalang Kecamatan Medang Deras Kabupaten Batubara yaitu dengan sistem budidaya intensif dan merupakan tambak lanyah. 2. Usaha budidaya udang putih dinyatakan layak untuk dijalankan dengan keuntungan yang diperoleh dalam ha/tahun yaitu sebesar Rp. 136.939.003 dengan B/C dalam ha/tahun sebesar 1,29 dan nilai payback period dalam ha/tahun sebesar 1,91 tahun serta secara finansial dengan kriteria Net Present value (NPV) yang diperoleh Rp. 30.936.368 lebih besar dari nol, Net B/C sebesar 1,12 lebih besar dari 1 maka layak untuk dikembangkan dan Internal Rate of Return (IRR) sebesar 23,95% (lebih besar dari tingkat suku bunga bank yang berlaku saat ini) maka usaha ini layak dikembangkan. Saran Usaha tambak udang putih CV Sungai Rindam sebaiknya melakukan perluasan lahan dengan disertai perbaikan teknisnya dengan tetap menjaga lingkungan misalnya dengan menerapkan sistem tambak yang berwawasan lingkungan yaitu silvofishery. DAFTAR PUSTAKA Agustina, L. 2006. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Budidaya Tambak Udang Windu (Panaeus monodon) di Desa Pantai Bahagia, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi. (Skripsi). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Khazanani, A. 2011. Analisis Efisiensi Pennggunaan Faktor-Faktor Produksi Usahatani Cabai Kabupaten Temanggung. (Tesis). Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro. Kordi, M. G. H. K. 2012. Kiat Sukses Pembesaran Lele Unggul. Penerbit Andi. Yogyakarta. Larastiti, R. 2011. Estimasi Nilai dan Dampak Ekonomi Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir Sebagai Kawasan Budidaya Ikan Bandeng Di Desa Ambulu, Kecamatan Losari, Kabupaten Cirebon. (Skripsi). Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Lawaputri, A. T. 2011. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus vannamei) pada Tambak Intensif di Kabupaten Takalar. (Skripsi). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Hasanuddin. Makassar. Maulina, I., A. A. Handaka, dan I. Riyantini. 2012. Analisis Prospek Budidaya Tambak Udang di Kabupaten Garut. Jurnal Akuatika 3 (1): 49-62. Meinugraheni, D. 2004. Analsis Finansial Usaha Budidaya Udang Windu di Desa Singaraja, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. (Skripsi). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Pratiwi, R. 2008. Kajian Fungsi Biaya dan Analisis Finansial Pada Usaha Pembesaran Ikan Maskoki di Desa Parigi Mekar, Kecamatan Ciseeng, Bogor. (Skripsi). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Ruslan, B. M. 2004. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Tambak Udang Windu CV Surya Putra Agroindustri di Kecamatan Sindangbarang Kabupaten Cianjur. (Skripsi). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Penerbit Universitas Indonesia (UI-Press). Jakarta. Subyakto, S., D. Sutende, M. Afandi, dan Sofiati. 2009. Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus Vannamei) Semiintensif Dengan Metode Sirkulasi Tertutup Untuk Menghindari Serangan Virus. Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan. 1(2): 121-127. Sujarno. 2008. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Nelayan di Kabupaten Langkat. (Tesis). Universitas Sumatera Utara. Sunyoto, D. 2014. Studi Kelayakan Bisnis. Penerbit CAPS (Center of Academic Publishing service). Yogyakarta. Utami, R., T. Supriana, dan R. Ginting. 2014. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Tambak Udang Sistem Ekstensif dan Sistem Intensif. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian dan Agribisnis. 3 (2): 1-10. Wardany, U. K. 2007. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Budidaya Tambak Udang Vaname Pada Usaha Dagang Jasa Hasil Diri di Desa Lamaran Tarung, Kecamatan Cantigi, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. (Skripsi). Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Zakaria, R. R. A. S. 2010. Manajemen Pembesaran Udang Vannamei (Litopenaeus Vannamei) Di Tambak Udang Binaan Dinas Kelautan Dan Perikanan Kabupaten Pamekasan. (Praktik Kerja Lapang). Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Airlangga. Surabaya.