ANALISIS USAHA TAMBAK UDANG PUTIH

advertisement
ANALISIS USAHA TAMBAK UDANG PUTIH (Litopenaeus vannamei)
DI CV SUNGAI RINDAM DESA LALANG KECAMATAN
MEDANG DERAS KABUPATEN BATUBARA
Analysis of Effort White Fishpond Prawn (Litopenaeus vannamei) in CV Sungai Rindam
Countryside Lalang Sub-District Medang Deras District Batubara
1
Veni Selvianty Zebua, 2Pindi Patana dan 2Febrina Arli
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian, Universitas
Sumatera Utara, Medan, Indonesia 20155
[email protected]
2
Staf Pengajar Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia 20155
1
ABSTRACT
White prawn represent fishery commodity which in this time is liking by many
people. This matter because of white prawn more free and hold up to disease and also
represent prospect of effort promising to cultivator. Effort prawn conducting at white
prawn fishpond CV. Sungai Rindam in Countryside Lalang Sub-District of Medang
Deras of District Batubara is the effort magnification with white prawn commodity.
This research aim to know pattern exploiting of activity conducting and elegibility
financial of activity fishpond. This matter is done to study effort of conducting if
competent or not to be developed. Pursuant to analysis of effort which is can know that
effort White Prawn fishpond of Coast Perjuangan in District of Medang Deras is profit.
Result of analysis elegibility of finansial is effort and sensitivity got value of NPV
positive, Net B/C> 1 and IRR > rate discount. Calculation of sensitivity analasys
conducted to fry increase of price equal to 6,06% and degradation of price sell prawn
equal to 2,89%, showing this effort still competent to be run. Result of which is
obtained from this research indicate that the effort white prawn fishpond CV. Sungai
Rindam Sub-District of Medang Deras is competent to be run and developed.
Keywords: White Prawn farming in Batubara, Analysis Elegibility of Effort.
PENDAHULUAN
Pemanfaatan dan pengembangan
potensi sumberdaya perairan pantai dan
laut yang menjadi paradigma baru bagi
pembangunan di masa sekarang yang
harus dilaksanakan secara rasional dan
berkelanjutan. Salah satu kegiatan yang
dilakukan adalah budidaya udang putih
karena mempunyai prospek usaha yang
menjanjikan,
selain
waktu
pembudidayaannya yang relatif singkat,
udang putih juga lebih tahan akan
penyakit. Budidaya tambak udang
merupakan kegiatan yang dapat
meningkatkan pendapatan, sehingga
budidaya
tambak
udang
dapat
menambah kesejahteraan masyarakat
petambak karena udang putih memiliki
banyak permintaan di pasar (Maulina,
dkk., 2012).
CV Sungai Rindam merupakan
salah satu perusahaan yang berada di
Desa Lalang Kecamatan Medang Deras
Kabupaten Batubara yang merupakan
perusahaan yang beroperasi dalam
kegiatan usaha budidaya udang. Jenis
udang yang dibudidayakan yaitu jenis
udang putih. Perusahaan ini merupakan
perusahaan yang melakukan kegiatan
usaha budidaya bagian pembesaran
saja.
Udang putih sudah bukan hal
yang asing lagi bagi para petambak,
dimana udang introduksi tersebut telah
berhasil merebut simpati masyarakat
pembudidaya karena kelebihannya,
sehingga sejauh ini dinilai mampu
menggantikan udang windu (Penaeus
monodon) sebagai alternatif kegiatan
diversifikasi usaha yang positif
(Subyakto, dkk., 2009).
Kegiatan budidaya tambak
udang putih di CV Sungai Rindam yang
dilakukan mulai dari pembesaran,
pemanenan sampai dengan pemasaran.
Lahan tambak yang digunakan untuk
memproduksi udang ada sekitar 35
kolam. Selain itu ada juga waduk yang
digunakan untuk tempat penampungan
air dan mengalirkan air ke dalam kolam
tempat pemeliharaan udang putih.
Dalam rangka pengembangan
usaha budidaya tambak udang putih di
masa yang akan datang maka
diperlukan suatu analisis kelayakan
usaha untuk keberlanjutan kegiatan
usaha budidaya tambak udang putih,
maka perlu dilakukan penelitian
tentang Analisis Usaha Tambak
Udang Putih (L. vannamei) Di CV
Sungai
Rindam
Desa
Lalang
Kecamatan Medang Deras Kabupaten
Batubara sehingga dapat meningkatkan
pendapatan dan kesejahteraan bagi
petambak udang putih dan masyarakat
sekitarnya.
METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada
bulan Juli sampai dengan Agustus 2015.
Kegiatan Penelitian ini dilakukan di
tempat Budidaya Tambak CV Sungai
Rindam Desa Lalang Kecamatan
Medang Deras, Kabupaten Batubara,
Sumatera Utara.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan
dalam penelitian ini menggunakan data
primer dan sekunder. Pengumpulan data
primer diperoleh dari hasil pengamatan
lapangan dan melalui wawancara
langsung dengan pemilik tambak udang
ditetapkan secara purposive sampling.
Data primer seperti harga input dan
output, biaya dan jumlah produksi,
jumlah penjualan serta data lain yang
berkaitan dengan penelitian ini.
Data sekunder yang diperlukan
dalam penelitian ini diperoleh dari studi
literatur
berbagai
buku,
jurnal,
penelitian terkait dan instansi terkait.
Data sekunder berupa data permintaan
dan penawaran pasar, data potensi
perikanan, data produksi perikanan
Indonesia, luas usaha budidaya udang,
konsumsi udang perkapita serta data
lain yang berkaitan dengan penelitian
ini.
Metode Pengumpulan Data
Metode yang digunakan untuk
pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
a. Angket/Kuesioner
b. Wawancara
c. Studi Pustaka
d. Dokumentasi
Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan di CV
Sungai Rindam. Lokasi penelitian ini
berada di wilayah kawasan mangrove
yang didalamnya terdapat potensi
budidaya tambak udang. Untuk
memperoleh data-data yang diinginkan
dalam memenuhi kebutuhan penelitian
ini melakukan penyebaran kuisioner
dengan melakukan wawancara langsung
kepada pemilik tambak udang. Setelah
itu kuisioner tersebut dikumpulkan
untuk dianalisis.
Analisis Data
Sistem Budidaya Tambak Udang
Teknik budidaya tambak udang
secara
tradisional,
masih
menggantungkan seluruh makanan
alami yang tersebar di seluruh tambak
baik dengan pemupukan atau tidak.
Padat penebaran sekitar 1.000-10.000
ekor/ha/musim.
Namun,
teknik
budidaya secara semi intensif sudah
menggunakan makanan tambahan,
untuk melengkapi makanan alami serta
menggunakan pompa air sebagai
tambahan untuk mengganti air pasang
surut. Sistem ini digunakan pintu-pintu
pembuangan pada setiap petakan
sebagai
pintu
tambahan.
Padat
penebaran
sekitar
10.000-50.000
ekor/ha/musim. Pada sistem intensif,
semua sarana produksi tidak tergantung
pada alam serta menggunakan aerasi.
Padat penebaran sekitar 100.000600.000 ekor/ha/musim (Meinugraheni,
2004).
Analisis Usaha
Analisis Nilai Ekonomi
Penerimaan
Menurut Soekartawi (2002)
penerimaan usaha tani adalah perkalian
antara produksi yang diperoleh dengan
harga jual. Pernyataan ini dapat
dituliskan sebagai berikut:
TR = Y x Py
Yaitu: TR = Total Penerimaan
Y = Produksi yang diperoleh
dalam suatu usahatani
Py = Harga Y
Pendapatan usaha
Menurut Soekartawi (2002)
pendapatan usaha tani adalah selisih
antara penerimaan dan semua biaya.
Jadi:
Pd = TR – TC
Keterangan:
Pd
= Pendapatan usahatani
TR
TC
= Total penerimaan
= Total biaya
Analisis Benefit Cost Ratio (B/C)
Analisis Benefit Cost Ratio
(B/C) merupakan analisis untuk
mengetahui kelaykan suatu usaha.
Menurut Kordi (2012) rumus untuk
mendapatkan nilai B/C adalah:
B/C =
BCR >1 = Manfaatnya positif dan layak
untuk dilakukan karena
menguntungkan secara
ekonomi
BCR <1 = Manfaatnya negatif dan tidak
layak untuk dilakukan karena
tidak menguntungkan secara
ekonomi
Analisis Payback Period (PP)
Menurut Pratiwi (2008) metode
Payback Period digunakan untuk
mengukur seberapa cepat investasi yang
ditanamkan pada status proyek bisa
kembali dan hasilnya digambarkan oleh
satuan waktu. Rumus yang digunakan
untuk menghitung PP:
PP =
x 1 tahun
Analisis Finansial Usaha
Net Present Value (NPV)
Menurut Sunyoto (2014) NPV
adalah
analisis
keuangan
yang
digunakan untuk mengukur layak
tidaknya suatu usaha dilaksanakan
dilihat dari nilai sekarang arus kas
bersih yang akan diterima dibandingkan
dengan nilai sekarang dari jumlah
investasi yang dikeluarkan. Dengan
kata lain NPV dihitung dari aliran kas
bersih dikurangi dengan biaya investasi.
Adapun rumus NPV adalah sebagai
berikut:
NPV = PVAKB – PVI
Keterangan:
PVAKB = AKB
PVAKB = Nilai Sekarang Arus Kas
Bersih
AKB
= Arus Kas Bersih (laba bersih
+ penyusutan)
i
= Tingkat suku bunga
= discount factor (DF)
n
= banyak periode (tahun)
Kriteria kelayakan usaha:
Jika NPV > 0, suatu usaha layak untuk
terus dilaksanakan.
Jika NPV < 0, suatu usaha tidak layak
untuk dijalankan.
Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Net B/C merupakan perbadingan
antara NPV dari total benefit bersih
terhadap total biaya bersih. Menurut
Soekartawi (2002) Net B/C Ratio dapat
dirumuskan sebagai berikut:
Net B/C =
Keterangan:
Bt = Benefit kotor sehubungan dengan
adanya investasi pada tahun t (Rp)
Ct = Biaya kotor sehubungan dengan
adanya investasi pada tahun t (Rp)
n = umur ekonomis proyek/usaha
(tahun)
i = Discount rate (%)
Kriteria kelayakan usaha:
Net B/C > 1 maka usaha yang
dijalankan
akan
memperoleh keuntungan
dan dianggap layak
Net B/C < 1 maka usaha yang
dijalankan
mengalami
kerugian dan usaha ini
tidak layak diusahakan.
Internal Rate of Return (IRR)
Menurut Sunyoto (2014) IRR
adalah besarnya tingkat pengembalian
modal sendiri yang dipergunakan
menjalankan usaha. Adapun rumus IRR
sebagai berikut:
IRR = i1 +
(i2 - i1)
Keterangan:
i1 = tingkat bunga pertama
i2 = tingkat bunga kedua
Kriteria Kelayakan Usaha:
IRR > bunga bank, usaha dinilai layak
untuk diberi kredit bank.
IRR < bunga bank, usaha dinilai tidak
layak untuk diberi kredit bank.
Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas adalah
suatu analisis yang dilakukan untuk
menelaah kembali, sehingga dapat
diketahui pengaruh-pengaruh yang
terjadi akibat keadaan yang berubahubah. Analisis sensitivitas dilakukan
untuk melihat tingkat kepekaan usaha
tersebut apabila terjadi perubahanperubahan terhadap variabel-variabel
harga dan perhitungan biaya maupun
benefit (Wardany, 2007). Pada usaha
tambak udang putih CV Rindam
analisis sensitivitas dilakukan terhadap
harga benur dan harga udang.
Sensitivitas harga benur dilakukan
sebagai komponen output yang utama.
Sedangkan sensitivitas harga jual udang
dilakukan karena harga jual udang
merupakan komponen yang utama
dalam penerimaan proyek.
Nilai Penyusutan
Menurut Ruslan (2004) Nilai
penyusutan adalah nilai yang dihasilkan
dari pengurangan harga pernbelian
dengan harga terpakai yang dibagi
dengan larnanya pernakaian dalarn
tahun (urnur teknis). Adapun nilai
penyusutan dapat diperloeh dengan
rumus sebagai berikut:
Nilai Penyusutan =
HASIL
Gambaran Umum Perusahaan
Usaha tambak udang CV Sungai
Rindam didirikan pada tahun 1989,
dimana usaha tambak udang ini
bergerak di bidang pembesaran dan
hasil produksi tersebut diperjualbelikan
keluar negeri atau internasional. Lokasi
tambak udang ini berada di Desa Lalang
Kecamatan Medang Deras Kabupaten
Batubara.
Awalnya
tambak
ini
melakukan usaha budidaya udang jenis
black tiger tetapi sering mengalami
kerugian dengan petakan awal usaha
budidaya tambak udang berjumlah 8
petakan dengan rata-rata luas per
petakan 3.500 m2. Pada tahun 1997
tambak udang ini beralih ke jenis lain
yaitu udang vannamei atau udang putih.
Pengembangan usaha tambak di CV
Sungai Rindam awalnya dengan
melakukan uji coba budidaya udang
putih adalah dikarenakan lebih mudah
untuk dibudidayakan, relatif lebih tahan
terhadap penyakit dibandingkan dengan
jenis udang lain serta memiliki
produktifitas yang tinggi. Saat ini luas
lahan tambak sekitar 60 ha di CV
Sungai
Rindam
dimana
yang
dimanfaatkan sekitar 13,8 ha dengan
jumlah 35 petak dimana rata-rata luas 1
petakan yaitu 3.500 m2. perusahaan ini
awalnya memiliki tenaga kerja 10 orang
seiring bertambahnya jumlah petakan
kolam budidaya, tenaga kerja juga
bertambah menjadi 40 orang. Satu
petakan yang berukuran 3.500 m2
dibutuhkan dua tenaga kerja. Tambak
udang CV Sungai Rindam di Desa
Lalang Kecamatan Medang Deras
Kabupaten Batubara memiliki jalur
transportasi yang mudah dijangkau dan
berdekatan dengan Selat Malaka serta
Sungai Rindam atau muara sungai
rindam sesuai dengan kebutuhan suplai
air untuk tambak udang putih.
Analisis Usaha
Penerimaan
Tarnbak udang putih yang
dikernbangkan tambak CV Sungai
Rindam di Kecarnatan Medang Deras
menghasilkan hasil produksi rata-rata
sebesar 8335,184 kg/ha/tahun dengan
harga rata-rata Rp. 72.172/kg sehingga
penerimaan rata-rata perusahaan ini
dalam
ha/tahun
adalah
sebesar
Rp. 587.132.500. Adapun rincian
penerimaan pada budidaya udang putih
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Rincian Penerimaan Pada
Budidaya Udang Putih
Jumlah
(kg)
8335,184
25005,552
1041,898
Satuan
Ha/Tahun
Blok/Tahun
Kolam/Panen
Total
penerimaan
(Rp)
587.132.500
1.804.700.699
75.195.862,5
Pendapatan Usaha
Rata-rata
pendapatan
yang
diperoleh pembudidaya udang Putih
pada usaha tambak udang per ha/tahun
ialah sebesar Rp. 136.939.003, dari
hasil perhitungan ini dapat diperoleh
keuntungan rata-rata per kolam/tahun
sebesar Rp. 45.646.334.
Analisis Benefit Cost Ratio (B/C) dan
Payaback Period (PP)
Nilai rata-rata Benefit Cost Ratio
(B/C) yang diperoleh ialah bernilai >1
(lebih dari satu) yaitu sebesar 1.29 yang
berarti bahwa usaha tambak udang ini
memiliki manfaat yg positif dan layak
untuk dilakukan karena menguntungkan
secara ekonomi.
Analisis Payback Period (PP)
bertujuan untuk mengetahui waktu yang
diperlukan untuk menutupi investasi.
Nilai Payback Period (PP) ialah sebesar
1,91 yang berarti tambak ini
memerlukan waktu selama 1 tahun 9
bulan untuk mengembalikan nilai
investasi.
Cash Flow
Perhitungan cash flow perlu
dilakukan dalam analisis usaha dari
aspek finansial dalarn rangka rnengkaji
ulang terhadap investasi yang telah
ditanam. Rata-rata arus masuk (inflow)
dari tahun 2011-2015 dalam ha/tahun
pada perkiraan cash flow yaitu sebesar
Rp. 604.111.450 dan rata-rata arus
keluar (outflow) mulai dari tahun 20112015 dalam ha/tahun adalah sebesar
Rp. 453.442.370. Arus masuk (inflow)
pada perkiraan cash flow terdiri dari
penerimaan dan nilai sisa sedangkan
arus keluar (outflow) terdiri dari biaya
investasi, biaya tetap dan biaya
variabel.
Analisis Finansial Usaha
Untuk mengetahui kelayakan
finansial terhadap usaha tambak udang,
dilakukan pendekatan dengan tiga
kriteria investasi yaitu Net Present
Value (NP\/), Net Benefit/Cost ratio
(Net B/C) dan Internal Rate of Retum
(IRR).
Berdasarkan tabel 2 di atas nilai
NPV sebesar Rp. 30.936.368, Net B/C
yaitu 1,12, IRR sebesar 23,95%. Hasil
perhitungan tersebut menunjukkan
bahwa NPV > 1, Net B/C > 1 dan IRR >
discount rate. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa usaha tambak
udang tersebut layak untuk diusahakan
dan dikembangkan. Nilai NPV, Net
B/C, dan IRR dapat dilihat pada
Tabel 2.
Tabel 2. Nilai NPV, Net B/C dan
IRR Usaha Tambak Udang
Putih CV Sungai Rindam.
Kriteria Investasi
Net Present Value
(NPV)
Net B/C
Internal Rate of
Return (IRR)
Satuan
Nilai
Rp
30.936.368
%
23,95
-
1,12
Analisis Sensitivitas
Dari data perkembangan harga
benur dan harga jual udang selama 5
tahun, diperoleh persentase perubahan
sebesar 6,06% dan -2,89%. Berdasarkan
data tersebut maka dilakukan analisis
sensitivitas untuk melihat kepekaan
usaha budidaya udang putih terhadap
perubahan harga benur dan harga
udang. Perhitungan analisis sensitivitas
menghasilkan nilai NPV, Net B/C dan
IRR yang terdapat pada Tabel 3.
Tabel 3. Nilai NPV, Net B/C dan
IRR pada Kenaikan harga
Benur dan Penurunan Harga
Jual Udang.
Kriteria
Investasi
NPV
Net B/C
IRR (%)
Kenaikan
6.06%
Rp. 25.750.064
1,09
23,30
Penurunan
2,89%
-Rp. 20.115.160
0,92
17,61
Pembahasan
Gambaran Umum Perusahaan
Tambak udang CV Sungai
Rindam terletak di kawasan yang ideal
untuk kegiatan budidaya tambak udang
putih. Hal itu dikarenakan kawasan
tambak udang putih terletak dikawasan
pesisir yang pasokan airnya terjamin
dan kawasan memiliki jalan yang cukup
baik. Menurut Utami, dkk. (2014)
lokasi tambak budidaya udang vaname
yang dipilih mempunyai persyaratan
antara lain: lahan mendapatkan air
pasang surut air laut, tersedianya air
tawar. Pada musim kemarau salinitas
dapat naik terus apalagi jika budidaya
udang dilakukan secara intensif dengan
sistem tertutup sehingga air tawar
diperlukan untuk menurunkan salinitas,
lokasi yang cocok untuk budidaya
udang pada pantai dengan tanah yang
mempunyai tanah bertekstur liat atau
liat berpasir, lokasi ideal terdapat jalur
hijau (green belt) yang ditumbuhi hutan
mangrove/bakau
dengan
panjang
minimal 100 m dari garis pantai.
Menurut Zakaria (2010) bentuk
petakan yang ideal adalah bujur
sangkar. Ukuran panjang dan lebar
disesuaikan dengan luas lahan yang
tersedia. Kedalaman air tambak yang
baik untuk budidaya udang vannamei
berkisar antara 150-180 cm. Saluran air
dalam tambak terdiri dari dua saluran,
yaitu saluran air masuk (inlet) dan
saluran air keluar (outlet). Kedua
saluran tersebut harus terpisah satu
sama lain.
Tambak udang CV Sungai
Rindam ini terletak sangat dekat dengan
pantai. Ditinjau dari segi letak tambak
terhadap laut dan muara sungai tersebut,
tambak udang pantai perjuangan ini
termasuk tambak layah. Menurut
Larastiti (2011) tambak lanyah adalah
tambak yang terletak di tepi pantai,
sehingga berisi air laut yang memiliki
salinitas lebih dari 300/00 dibandingkan
dengan daerah tambak yang lain, air
pada tambak lanyah cenderung lebih
tinggi salinitasnya. Penguapan yang
berlangsung terus menerus di dalam
petakan tambak menyebabkan semakin
meningkatnya salinitas.
Sistem tambak pada tambak
udang pantai perjuangan ini sudah
masuk dalam golongan sistem budidaya
intensif dengan luas petakan (1 kolam)
sekitar 3500 m2 atau setara dengan 0,35
ha. Menurut Wardany (2007) petakan
tambak pada sistem budidaya intensif
dilakukan dengan teknik canggih dan
memerlukan masukan (input) biaya
yang besar. Petakan umumnya kecilkecil 0,2 ha sampai 0,5 ha per petakan,
dengan tujuan agar lebih mudah dalam
pengelolaan air dan pengawasannya.
Tambak diberi aerasi (dengan kincir
atau alat lain) untuk menambah kadar
oksigen dalam air. Pergantian air
dilakukan sangat sering yaitu minimal 1
kali setiap minggu dan biasanya dengan
menggunakan pompa, agar air tetap
bersih tidak menjadi kotor oleh sisa-sisa
makanan dan kotoran udang yang padat
itu. Setiap petakan kolam ini terdiri dari
6 kincir untuk aerasi dan setiap 2
petakan kolam terdiri dari 1 pompa.
Pergantian air dilakukan secara
kondisional (1 kali sehari atau 2 kali
sehari).
Analisis Nilai Ekonomi
Nilai rata-rata penerimaan pada
usaha budidaya udang putih berubah
tiap tahunnya hal ini dapat disebabkan
oleh padat penebaran, luas sempitnya
kolam yang tidak menentu dan harga
udang tiap tahun meningkat. Menurut
Khazanani (2011) lahan sebagai salah
satu faktor produksi yang merupakan
pabriknya
hasil
pertanian
yang
mempunyai kontribusi yang cukup
besar terhadap usahatani. Besar
kecilnya produksi dari usahatani antara
lain dipengaruhi oleh luas sempitnya
lahan yang digunakan. Meskipun
demikian, bukan berarti semakin luas
lahan pertanian maka semakin efisien
lahan tersebut.
Hal-hal yang dapat juga
mempengaruhi
hasil
penerimaan
budidaya udang yaitu bibit udang dan
tenaga kerja. Menurut Utami, dkk.
(2014) Pada tambak dengan sistem
pengelolaan intensif diketahui bahwa
faktor pakan dan bibit mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap
peningkatan hasil produksi udang,
sedangkan faktor luas lahan dan tnaga
kerja mempunya pengaruh yang tidak
signifikan terhadap peningkatan jumlah
produksi.
Pendapatan/keuntungan rata-rata
usaha budidaya udang putih dalam
ha/tahun
adalah
sebesar
Rp. 136.939.003. Pendapatan dari usaha
tambak udang yang diperoleh dari lima
tahun terakhir berturut-turut termasuk
dalam kategori menguntungkan. Faktorfaktor yang mempengaruhi peningkatan
pendapatan pada perusahaan ini yaitu
modal kerja yang cukup besar serta
tenaga kerja yang teliti dalam
mengawasi setiap proses dalam usaha
tersebut. Menurut Sujarno (2008) faktor
modal
kerja
secara
teoritis
mempengaruhi
pendapatan
usaha.
Peningkatan dalam modal kerja akan
mempengaruhi peningkatan jumah
tangkapan/produksi sehingga akan
meningkatkan pendapatan serta tenaga
kerja juga secara teoritis akan
mempengaruhi pendapatan usaha.
Nilai benefit of cost (B/C)
bernilai >1 (lebih dari satu) yaitu
sebesar 1,29 yang berarti bahwa usaha
tambak udang ini memiliki manfaat yg
positif dan layak untuk dilakukan
karena menguntungkan secara ekonomi.
Menurut Kordi (2012) nilai BCR lebih
dari satu berarti usaha tersebut memiliki
manfaatnya positif dan layak untuk
dilakukan
karena
menguntungkan
secara ekonomi
Analisis lain yang dihitung yaitu
Payback Period (PP) yang bertujuan
untuk
mengetahui
waktu
yang
diperlukan untuk menutupi investasi.
Berdasarkan hasil penelitian pada
tambak udang CV Sungai Rindam,
payback period dari usaha budidaya
dalam ha/tahun adalah sebesar 1,91.
Nilai tersebut mengandung pengertian
bahwa waktu yang dibutuhkan untuk
mengembalikan biaya investasi adalah 1
tahun 9 bulan. Menurut Agustina (2006)
analisis Payback Period digunakan
untuk menghitung berapa cepat
investasi yang dilakukan dapat kembali,
karena itu hasil perhitungannya
dinyatakan dalam satuan waktu (yaitu
tahun atau bulan).
Cash Flow
Perhitungan cash flow perlu
dilakukan dalam analisis usaha dari
aspek finansial dalarn rangka rnengkaji
ulang terhadap investasi yang telah
ditanam. Hasil perhitungan inflow ratarata
dalam
ha/tahun
sebesar
Rp. 604.111.450. Hasil perhitungan
outflow rata-rata dalam ha/tahun
Rp. 491.647.844. Dari hasil perhitungan
perkiraan cash flow pada kondisi
normal, usaha tambak udang putih ini
masih dalam keadaan untung karena
hasil penerimaan lebih besar dari biaya
pengeluaran. Menurut Lawaputri (2011)
keuntungan adalah hasil yang diperoleh
pembudidaya udang vannamei dari
penerimaan setelah di kurangi dengan
biaya
total
pengeluaran
dalam
melakukan usaha budidaya udang
vannamei.
Hasil perhitungan inflow dalam
ha/tahun pada kondisi kenaikan benur
sebesar 6,06% tidak ada perubahan
karena harga benur tidak termasuk
didalam penerimaan melainkan pada
biaya variabel sehingga yang berubah
ialah nilai out flow. Dari hasil
perhitungan nilai rata-rata outflow
sebesar Rp. 493.386.871. Menurut
Wardany (2007) total penerimaan
ditentukan oleh nilai penjualan dari
komoditas yang diproduksi, sedangkan
total pengeluaran ditentukan oleh biaya
produksi yang dikeluarkan. Hasil
perhitungan inflow dalam ha/tahun pada
kondisi penurunan harga jual udang
sebesar 2,89% mengalami perubahan
karena harga jual udang mempengaruhi
jumlah
penerimaan.
Dari
hasil
perhitungan diperoleh nilai rata-rata
inflow
Rp.
491.340.723.
Hasil
perhitungan outflow sama nilainya pada
kondisi normal karena penurunan harga
jual udang hanya memepengaruhi nilai
penerimaan
(in
flow).
Menurut
Wardany (2007) total penerimaan
ditentukan oleh nilai penjualan dari
komoditas yang diproduksi, sedangkan
total pengeluaran ditentukan oleh biaya
produksi yang dikeluarkan.
Analisis Finansial Usaha
Nilai bersih sekarang atau Net
present Value (NPV) dari suatu proyek
merupakan nilai sekarang (Present
Value) dari selisih antara benefit
(manfaat) dengan cost (biaya) pada
discount rate tertentu. Discount rate
(suku bunga) yang digunakan untuk
perhitungan nilai NPV ialah sebesar
20%. Berdasarkan tabel 2 di atas dapat
diketahui bahwa nilai NPV per ha/tahun
sebesar Rp. 30.936.368 yang berarti
nilai tersebut lebih besar dari nol.
Menurut Sunyoto (2014) bahwa Jika
NPV > 0, suatu usaha layak untuk terus
dilaksanakan.
Net
B/C
merupakan
perbandingan antara jumlah NPV
positif dan NPV negatif yang
menunjukkan gambaran beberapa kali
lipat benefit yang diperoleh dengan cost
yang dikeluarkan. Berdasarkan tabel 7
di atas hasil perhitungan finansial unit
usaha budidaya budidaya udang
vannamei sebesar 1,12. Data tersebut
menunjukkan pula bahwa hasil Net B/C
lebih besar dari 1 (satu), maka usaha
budidaya udang vannamei layak untuk
dikembangkan. Hal ini sesuai dengan
Wardany (2007) bahwa Net B/C
digunakan untuk ukuran efisiensi dalam
penggunaan modal. Kriteria kelayakan
pada metode ini adalah Net B/C > 1
maka usaha yang dijalankan akan
memperoleh keuntungan dan dianggap
layak.
Analisis Internal Rate of Return
(IRR) bertujuan untuk mengetahui
kemampuan
proyek
dalam
mengembalikan bunga pinjaman dari
lembaga keuangan yang menbiayai
proyek. Hasil analisis dari kedua nilai
NPV dan tingkat bunga ini diperoleh
nilai IRR sebesar 23,95%. Nilai yang
diperoleh ini lebih besar dari nilai
tingkat suku bunga bank yang berlaku
yaitu 20% dari bunga bank. Dengan
demikian pada kriteria penilaian bahwa
suatu usaha menguntungkan apabila
nilai IRR lebih besar dari tingkat suku
bunga yang digunakan, maka usaha
budidaya udang putih ini layak untuk
dikembangkan. Menurut Ruslan (2004)
bahwa tingkat diskonto rnerupakan
tingkat bunga yang digunakan dalarn
proses untuk rnernperoleh nilai
sekarang dari suatu nilai yang akan
datang yang dinyatakan dalarn persen
(%).
IRR
ini
rnenggarnbarkan
kernampuan suatu proyek rnendapatkan
tingkat pengembalian (earning) dari
investasi
yang
ditanam
selarna
berlangsungnya proyek.
Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas pada usaha
budidaya udang putih CV Sungai
Rindam dilakukan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh perubahan
harga input dan output terhadap usaha
tersebut. Komponen yang paling
berpengaruh terhadap usaha budidaya
udang adalah harga benur dan harga
udang yang menjadi komponen
penerimaan pada usaha budidaya udang
putih. Menurut Meinugraheni (2004)
bahwa analisis sensitivitas dilakukan
untuk melihat pengaruh perubahan
komponen biaya terhadap kelayakan
usaha budidaya. Komponen biaya yang
digunakan adalah komponen biaya yang
apabila mengalami perubahan harga,
maka dapat mempengaruhi secara nyata
kelayakan usaha budidaya udang.
Pada sensitivitas kenaikan harga
benur
udang,
NPV
sebesar
Rp. 25.750.064 mengalami penurunan
sebesar Rp. 5.668.432 dari NPV dalam
keadaan normal. Hal ini berarti bahwa
jumlah rnanfaat bersih (net benefit)
yang akan diperoleh selama urnur
proyek 5 tahun yang dihitung
berdasarkan nilai sekarang mengalami
penurunan sebesar Rp. 5.668.432. Nilai
Net B/C 1,09 rnenurun sebesar 0.03
berarti nilai rnanfaat bersih usaha
berkurang sebesar 0,03 dari biaya bersih
yang dikeluarkan. Akan tetapi, nilai
keduanya nilai NPV > 0 dan Net B/C >
1 yang berarti usaha layak dijalankan.
Nilai IRR sebesar 23,30 rnenurun
sebesar 0,65 artinya bahwa tingkat
pengembalian (earning) berkurang
sebesar 0,65% dari investasi yang
ditanam setelah terjadi kenaikan harga
benur sebesar 6,06%. Tetap masih layak
dijalankan dikarenakan nilai IRR
tersebut masih lebih besar dari nilai
kredit yang ditentukan yaitu 20%.
Pada sensitivitas penurunan
harga jual udang, NPV sebesar
-Rp. 20.115.151 mengalami penurunan
sebesar Rp. 10.821.207. Hal ini berarti
bahwa jumlah manfaat bersih (net
benefit) yang akan diperoleh selarna
umur proyek 5 tahun yang dihitung
berdasarkan nilai sekarang mengalami
penurunan sebesar Rp. 10.821.207.
Nilai Net B/C sebesar 0,92 menurun
sebesar 0,2 berarti nilai manfaat bersih
usaha berkurang sebesar 0,2 dari biaya
bersih
yang
dikeluarkan.
Nilai
keduanya yaitu nilai NPV < 0 dan Net
B/C < 1 yang berarti usaha tidak layak
dijalankan. Nilai IRR sebesar 17,61%
rnenurun sebesar 6,34% artinya bahwa
tingkat
pengembalian
(earning)
berkurang sebesar 6,34% dari investasi
yang ditanam setelah terjadi penurunan
harga jual udang sebesar 2,89%. Nilai
IRR tersebut lebih kecil dari nilai kredit
yang ditentukan yaitu 20%. Dengan
demikian bahwa usaha tarnbak udang
putih tidak layak dijalankan pada
kondisi penurunan harga jual udang
sebesar 2,89%.
Menurut
Wardany
(2007)
analisis sensitivitas ini perlu dilakukan,
karena dalam analisis kegiatan investasi
perhitungan didasarkan pada proyek-
proyek
yang
mengandung
ketidakpastian tentang apa yang akan
terjadi di waktu yang akan datang.
Dalam analisis sensitivitas ditentukan
secara sengaja sejumlah perubahan nilai
terhadap masalah yang dianggap
penting pada analisis proyek dan
menentukan
pengaruh
perubahan
tersebut terhadap daya tarik proyek.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Sistem Pemanfaatan Usaha budidaya
tambak udang putih di CV Sungai
Rindam Desa Lalang Kecamatan
Medang Deras Kabupaten Batubara
yaitu dengan sistem budidaya
intensif dan merupakan tambak
lanyah.
2. Usaha budidaya udang putih
dinyatakan layak untuk dijalankan
dengan keuntungan yang diperoleh
dalam ha/tahun yaitu sebesar Rp.
136.939.003 dengan B/C dalam
ha/tahun sebesar 1,29 dan nilai
payback period dalam ha/tahun
sebesar 1,91 tahun serta secara
finansial dengan kriteria Net Present
value (NPV) yang diperoleh Rp.
30.936.368 lebih besar dari nol, Net
B/C sebesar 1,12 lebih besar dari 1
maka layak untuk dikembangkan dan
Internal Rate of Return (IRR)
sebesar 23,95% (lebih besar dari
tingkat suku bunga bank yang
berlaku saat ini) maka usaha ini
layak dikembangkan.
Saran
Usaha tambak udang putih CV
Sungai Rindam sebaiknya melakukan
perluasan lahan dengan disertai
perbaikan teknisnya dengan tetap
menjaga lingkungan misalnya dengan
menerapkan sistem tambak yang
berwawasan
lingkungan
yaitu
silvofishery.
DAFTAR PUSTAKA
Agustina, L. 2006. Analisis Kelayakan
Finansial Usaha Budidaya
Tambak
Udang
Windu
(Panaeus monodon) di Desa
Pantai Bahagia, Kecamatan
Muara Gembong, Kabupaten
Bekasi. (Skripsi). Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut
Pertanian
Bogor.
Bogor.
Khazanani, A. 2011. Analisis Efisiensi
Pennggunaan
Faktor-Faktor
Produksi Usahatani Cabai
Kabupaten
Temanggung.
(Tesis). Jurusan Manajemen
Sumberdaya Perairan Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas Diponegoro.
Kordi, M. G. H. K. 2012. Kiat Sukses
Pembesaran Lele Unggul.
Penerbit Andi. Yogyakarta.
Larastiti, R. 2011. Estimasi Nilai dan
Dampak Ekonomi Pemanfaatan
Sumberdaya Pesisir Sebagai
Kawasan
Budidaya
Ikan
Bandeng Di Desa Ambulu,
Kecamatan Losari, Kabupaten
Cirebon. (Skripsi). Fakultas
Ekonomi dan Manajemen,
Institut
Pertanian
Bogor.
Bogor.
Lawaputri, A. T. 2011. Analisis
Kelayakan Finansial Usaha
Budidaya Udang Vannamei
(Litopenaeus vannamei) pada
Tambak Intensif di Kabupaten
Takalar. (Skripsi). Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Universitas
Hasanuddin.
Makassar.
Maulina, I., A. A. Handaka, dan I.
Riyantini.
2012.
Analisis
Prospek Budidaya Tambak
Udang di Kabupaten Garut.
Jurnal Akuatika 3 (1): 49-62.
Meinugraheni, D. 2004. Analsis
Finansial Usaha Budidaya
Udang
Windu
di
Desa
Singaraja,
Kecamatan
Indramayu,
Kabupaten
Indramayu,
Jawa
Barat.
(Skripsi). Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Pratiwi, R. 2008. Kajian Fungsi Biaya
dan Analisis Finansial Pada
Usaha
Pembesaran
Ikan
Maskoki di Desa Parigi Mekar,
Kecamatan Ciseeng, Bogor.
(Skripsi). Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan, Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Ruslan, B. M. 2004. Analisis Kelayakan
Finansial
Usaha
Tambak
Udang Windu CV Surya Putra
Agroindustri di Kecamatan
Sindangbarang
Kabupaten
Cianjur. (Skripsi). Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut
Pertanian
Bogor.
Bogor.
Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani.
Penerbit Universitas Indonesia
(UI-Press). Jakarta.
Subyakto, S., D. Sutende, M. Afandi,
dan Sofiati. 2009. Budidaya
Udang Vannamei (Litopenaeus
Vannamei)
Semiintensif
Dengan
Metode
Sirkulasi
Tertutup Untuk Menghindari
Serangan Virus. Jurnal Ilmiah
Perikanan dan Kelautan. 1(2):
121-127.
Sujarno. 2008. Analisis Faktor-Faktor
Yang
Mempengaruhi
Pendapatan
Nelayan
di
Kabupaten Langkat. (Tesis).
Universitas Sumatera Utara.
Sunyoto, D. 2014. Studi Kelayakan
Bisnis. Penerbit CAPS (Center
of
Academic
Publishing
service). Yogyakarta.
Utami, R., T. Supriana, dan R. Ginting.
2014. Analisis Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Produksi
Tambak
Udang
Sistem
Ekstensif dan Sistem Intensif.
Jurnal
Sosial
Ekonomi
Pertanian dan Agribisnis. 3 (2):
1-10.
Wardany, U. K. 2007. Analisis
Kelayakan Finansial Usaha
Budidaya
Tambak Udang
Vaname Pada Usaha Dagang
Jasa Hasil Diri di Desa
Lamaran Tarung, Kecamatan
Cantigi, Kabupaten Indramayu,
Jawa Barat. (Skripsi). Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut
Pertanian
Bogor.
Bogor.
Zakaria, R. R. A. S. 2010. Manajemen
Pembesaran Udang Vannamei
(Litopenaeus Vannamei) Di
Tambak Udang Binaan Dinas
Kelautan
Dan
Perikanan
Kabupaten Pamekasan. (Praktik
Kerja
Lapang).
Fakultas
Kedokteran Hewan, Universitas
Airlangga. Surabaya.
Download