ICRA Indonesia Rating Feature Maret 2014 Metodologi Pemeringkatan untuk Perusahaan Real Estat1 Tinjauan sekilas Industri real estate memiliki tingkat volatilitas dan siklus yang tinggi dan kinerjanya berkorelasi kuat dengan lingkungan ekonomi makro. Beberapa pendorong utama industri ini adalah keadaan ekonomi (seperti yang tercermin dari pertumbuhan PDB), pertumbuhan lapangan kerja, kenaikan pendapatan masyarakat (disposable income), dan peningkatan proporsi tenaga kerja yang dipekerjakan dalam total populasi. Sektor real estat memiliki tiga segmen utama: perumahan, komersial, dan ritel. Peningkatan penduduk, mengecilnya ukuran rumah tangga, suku bunga rendah dan kenaikan harga properti mendorong permintaan segmen perumahan. Pada segmen komersial, pertumbuhan di sektor manufaktur dan jasa adalah penggerak permintaan dalam arti bahwa mereka membutuhkan ruang komersial untuk memperluas fasilitas mereka. Termasuk di antaranya adalah sektor/layanan teknologi informasi (TI), perusahaan alihdaya (outsource), otomotif, bank dan sektor pariwisata. Pertumbuhan di segmen ritel sebagian besar didorong oleh pertumbuhan pasar yang terorganisir untuk real estate. Seperti terlihat di masa lalu, bisnis real estat bersiklus tinggi, yang pada gilirannya juga menghasilkan variabilitas yang tinggi dalam profil risiko kredit dari para pelaku industri. Metode pemeringkatan ICRA Indonesia untuk perusahaan real estat melibatkan penilaian terhadap risiko usaha, risiko keuangan dan kualitas manajemen. Faktor-faktor yang secara khusus dievaluasi ketika menilai kualitas kredit perusahaan real estat adalah tersebut dibawah ini: Posisi Bisnis dan Persaingan Usaha Rekam Jejak Usaha ICRA Indonesia mengevaluasi rekam jejak perusahaan pengembang real estat untuk memahami posisi pasar dan kemampuannya untuk melakukan efisiensi dan penyelesaian proyek sesuai dengan waktu kontrak. Poin-poin penting untuk dianalisis mengenai rekam jejak perusahaan adalah: o o o o o o o 1 Tahun beroperasi di sektor real estat Tipe proyek yang dikembangkan yaitu kompleks perumahan, ruang kantor komersial, zona ekonomi khusus, mal, hotel atau hunian yang terintegrasi Banyaknya dan bauran proyek yang dikembangkan di masa lalu dan juga total luas yang dikembangkan Keberadaan di pasar regional atau diversifikasi di pasar nasional Kualitas dan standar keselamatan yang diterapkan dalam proyek-proyek di masa lalu yang didukung oleh umpan balik pelanggan dan verifikasi fisik Tingkat ketepatan waktu dalam penyelesaian proyek di masa lalu Klien utama dalam proyek-proyek komersial dan basis pelanggan Rancangan Metodologi dalam bahasa Inggris disusun oleh tim ICRA Limited. ICRA Indonesia o o Pemesanan/tingkat hunian di proyek yang dikembangkan Ekuitas merek yang dinikmati oleh perusahaan, yang tercermin dari harga premium yang diperoleh di atas harga pasar Proses ini juga melibatkan kunjungan ke beberapa proyek untuk mengetahui secara langsung mengenai kualitas dan standar keselamatan yang diterapkan dan ketepatan waktu kerja yang dilakukan pada masa lalu. Kemampuan Mengeksekusi Faktor ini penting dengan mempertimbangkan kenyataan bahwa rencana pembangunan dari sebagian besar pelaku industri real estate biasanya lebih agresif dibandingkan dengan yang sudah dikembangkan di masa lalu. Selain itu, banyak perusahaan real estat juga melaksanakan diversifikasi ke area baru – misalnya dari ruang hunian ke komersial, atau sebaliknya. Dalam rangka menilai risiko ini, selain mengevaluasi proyek-proyek perusahaan di masa lalu dalam hal ukuran, kualitas, standar keamanan, infrastruktur, ketepatan waktu, biaya, dan layanan purna jual, ICRA Indonesia mengevaluasi sistem manajemen proyek perusahaan dan kecukupan sumber daya. Sistem manajemen proyek: Perencanaan internal, manajemen proyek dan sistem pemantauan serta teknik konstruksi yang diadopsi dapat secara signifikan mempengaruhi kecepatan di tempat kerja. Sistem manajemen informasi yang dipraktekkan di lokasi proyek (site), pemantauan proyek secara berkala dan keterlibatan konsultan manajemen proyek sangat penting dalam hal kesesuaian terhadap jadwal waktu dan perkiraan biaya dalam kasus proyek berskala besar. Standar keselamatan yang diadopsi dan tingkat standarisasi dan modernisasi proses alur kerja berfungsi untuk meningkatkan kualitas. Kecukupan sumber daya: ICRA Indonesia menganalisis kecukupan tenaga kerja dan peralatan yang digunakan oleh perusahaan. Penilaian juga dibuat untuk lembaga eksternal seperti arsitek, insinyur struktur, kontraktor sipil dan konsultan manajemen proyek yang dipekerjakan oleh perusahaan. Perusahaan real estat dengan integrasi fasilitas ke hulu seperti konstruksi rumah, desain, dan tim arsitek, dan lain-lain dipandang menguntungkan, dan begitu juga pemenuhan terhadap standar mutu dan jadwal yang telah disepakati dalam proyek-proyek masa lalu. Risiko Pasar Dalam mengevaluasi risiko pasar yang dihadapi perusahaan real estat, ICRA Indonesia menilai kemampuan memasarkan proyek dan kekuatan pasarnya. Pangsa pasar perusahaan, nilai merek dan pemesanan proyek-proyek di masa lalu serta yang sedang berjalan mencerminkan kekuatan pasar. Kemampuan memasarkan proyek perusahaan yang sedang berlangsung dan yang akan datang dinilai melalui jenis proyek, lokasi, harga, fasilitas yang ditawarkan dan target pelanggan. Risiko pasar setiap proyek juga dinilai dalam kaitannya dengan tahapan pembangunan/konstruksinya pada saat ini, pemesanan dan uang muka dari pelanggan. Selain itu, strategi pemasaran yang diterapkan oleh perusahaan memiliki pengaruh langsung pada kemampuan menjual dan merek perusahaan. Faktor-faktor yang mengurangi risiko pasar perusahaan real estat meliputi keragaman portofolio proyek dari segi geografis, produk, harga dan pelanggan. Terlebih lagi kemampuan pengembang untuk memasarkan produknya tergantung pada skenario pasokan-permintaan secara keseluruhan. Jadi ICRA Indonesia menilai kesenjangan antara permintaan dan penawaran di kota besar/kota dimana operasi pengembang terkonsentrasi pada saat ini dan di masa yang akan datang. Perumahan, komersial, dan ritel merupakan tiga segmen yang berbeda. Beberapa kriteria segmen secara khusus adalah: ICRA Indonesia Page 2 of 6 Perumahan: Dalam kasus segmen perumahan, tingkat risiko pasar dievaluasi dalam kaitannya dengan perkiraan tingkat penjualan dan harga. Jaringan yang luas (dealer dan agen properti) juga membantu dalam menargetkan basis pelanggan yang lebih luas dan mengurangi risiko pasar. Selain itu, untuk masing-masing proyek yang diluncurkan, ICRA Indonesia menilai proporsi ruang yang dipesan terhadap total area yang ditawarkan. Proporsi pemesanan ruang yang lebih rendah akan meningkatkan risiko pasar atas proyek dan juga dapat menyebabkan keterlambatan dalam pelaksanaan proyek dimana proyek residensial sebagian besar dibiayai dari uang muka pelanggan. Kemudian ICRA Indonesia mengevaluasi proporsi pengguna akhir (diukur melalui pemesanan yang didukung oleh pinjaman bank) terhadap investor dalam proyek karena persentase yang tinggi dari pengguna akhir mengurangi risiko pembatalan pemesanan dan memungkinkan efisiensi penagihan yang lebih tinggi selama periode pelaksanaan proyek. Komersial: Dalam kasus segmen komersial, tingkat risiko pasar dievaluasi dalam kaitannya dengan perkiraan tingkat hunian dan harga sewa. Kualitas konstruksi/pemeliharaan yang tinggi, daya listrik yang memadai untuk cadangan (back-up), konektivitas jaringan yang dapat diandalkan dan inisiatif penggunaan energi yang lebih hemat adalah beberapa fitur yang meningkatkan daya jual proyek. Selain itu, ICRA Indonesia mempelajari perjanjian sewa untuk menilai masa sewa, periode lock-up yang ditentukan, klausul masa perpanjangan, eskalasi dan terminasi. Kualitas profil penyewa juga dinilai untuk memperkirakan kemungkinan risiko tagihan yang tak terbayar selama periode perjanjian sewa. Ritel: Kemampuan memasarkan proyek ritel selain oleh lokasi dan kualitas konstruksi juga ditentukan oleh inisiatif pengembang untuk meningkatkan minat pelanggan. Beberapa inisiatif termasuk merangkul penyewa besar yang terkenal, memastikan bauran penyewa yang baik untuk menarik basis pelanggan yang lebih luas, penyediaan fasilitas parkir yang memadai, memadukan dengan layanan hiburan dan makanan dan mengorganisir kegiatan promosi secara teratur. Selanjutnya seperti dalam kasus proyek-proyek komersial, ICRA Indonesia mempelajari perjanjian sewa untuk menilai masa sewa, jangka waktu lock-up yang telah ditentukan, klausul masa perpanjangan, eskalasi dan terminasi. Kualitas profil penyewa, terutama penyewa besar dan penghuni utama lainnya, dan ruang serta biaya sewa dengan mereka juga diperhitungkan. Hukum dan Kepatuhan Dalam menilai kepatuhan perusahaan real estat terhadap hukum dan peraturan yang relevan, ICRA Indonesia melihat berbagai aspek, termasuk: keaslian sertifikat tanah (pendapat hukum eksternal mungkin diperlukan) dan status sertifikat tanah (apakah jelas dan tanpa beban hipotik). Status persetujuan perijinan (rencana izin bangunan, izin lingkungan, persetujuan otoritas terkait seperti bandara, pemadam kebakaran, dan lain-lain) untuk proyek yang sedang berlangsung menjadi sangat penting mengingat penundaan dalam memperoleh persetujuan yang diperlukan sering menyebabkan keterlambatan pelaksanaan proyek. Selanjutnya, perjanjian penjualan antara pengembang dan pembeli juga diperiksa, terutama pasal-pasal yang berkaitan dengan komitmen pengiriman (waktu), denda dalam kasus keterlambatan, transfer kepemilikan yang jelas, jadwal pembayaran dan manajemen properti. Persediaan Tanah Selain pada proyek yang sedang berlangsung, ICRA Indonesia juga menilai kualitas persediaan tanah perusahaan untuk pengembangan di masa mendatang. Parameter kunci yang dipertimbangkan mencakup lokasi yaitu kedekatannya dengan pusat kota, ketersediaan infrastruktur di daerah sekitarnya, zonasi (pertanian, pemukiman atau dapat dikembangkan) dan status persetujuan untuk pembangunan. Selanjutnya, penilaian persediaan tanah dilakukan atas dasar kepemilikan: ICRA Indonesia Page 3 of 6 i. Tanah yang dimiliki oleh perusahaan langsung atau melalui anak perusahaan diperiksa kejelasan status tanah ii. Tanah dimana perjanjian bersama pihak lain telah disepakati - diuji kesepakatan antara pemilik tanah dan pengembang dan surat kuasa dari pihak pertama ke pihak kedua yang tidak dapat dibatalkan iii. Tanah yang sebagian telah dibayar dimana nota kesepahaman atau perjanjian untuk menjual telah dibuat - kemampuan perusahaan untuk membayar sisanya menjadi pertimbangan. Dengan demikian, ICRA Indonesia mengevaluasi kebijakan pertanahan yang berkaitan dengan investasi di persediaan tanah atau pengembangan properti untuk pertumbuhan di masa depan. Ini juga termasuk mengukur potensi pengembangan, fleksibilitas keuangan serta komitmen yang berasal dari persediaan tanah. Faktor-faktor lain yang penting pada saat menilai persediaan tanah adalah biaya karena pengembang yang membeli tanah dengan biaya yang relatif lebih rendah akan memiliki fleksibilitas lebih tinggi dalam harga produk akhir. Profil keuangan dan Kecukupan Arus Kas Analisis risiko keuangan perusahaan real estat melibatkan aspek-aspek berikut: 1. Profitabilitas dan kesinambungan arus kas 2. Hutang dan struktur modal 3. Likuiditas dan fleksibilitas keuangan 4. Kecukupan arus kas di masa depan Profitabilitas dan Kesinambungan Arus Kas: Dalam menilai kesinambungan arus kas dan profitabilitas operasi perusahaan real estat, ICRA Indonesia melihat berbagai aspek, termasuk keragaman aliran pendapatan, ruang lingkup untuk pertumbuhan pendapatan dan efisiensi operasional. Perusahaan yang memiliki pendapatan yang datang dari beragam proyek dari beberapa lokasi, jenis dan harga diperkirakan memiliki arus kas yang relatif berkelanjutan dan lancar. Arus pendapatan tetap dalam bentuk pendapatan sewa dan pendapatan manajemen dari proyek-proyek komersial menghasilkan sumber tetap untuk arus kas. Adapun untuk potensi pertumbuhan pendapatan, faktor yang dinilai meliputi jumlah proyek yang sedang berlangsung dan direncanakan, area yang sudah terjual habis, perkiraan nilai penjualan dan kenaikan harga properti seiring dengan risiko pasar. Profitabilitas dinilai sehubungan dengan biaya operasional perusahaan real estat, biaya tanah, ekuitas merek dan perkiraan nilai penjualan. Hutang dan Struktur Modal: Perusahaan real estat biasanya membutuhkan modal yang besar baik dalam tahap sebelum dan selama tahap pengembangan. Biasanya, kebutuhan modal ini dipenuhi sebagian besar oleh bauran hutang dan ekuitas. Ketika mengevaluasi struktur modal perusahaan real estat, ICRA Indonesia menilai apakah rasio hutang terhadap modal perusahaan ini sejalan dengan risiko bisnis yang mendasari dan dibandingkan dengan perusahaan lain yang memiliki ukuran yang sepadan dan dengan portofolio proyek serupa. ICRA Indonesia menganalisis kecukupan rasio solvabilitas dan kesesuaian arus kas perusahaan di masa depan (dengan berbagai skenario sensitivitas) dengan kewajiban pembayaran utang. Likuiditas dan Fleksibilitas Keuangan: Fleksibilitas keuangan perusahaan dinilai seperti tercermin dalam fasilitas bank yang belum dipergunakan, likuiditas investasi dan hubungan dengan bank, lembaga keuangan dan perantara lainnya. Salah satu kriteria terpenting untuk menilai kualitas kredit perusahaan real estat adalah posisi likuiditas, mengingat bahwa asetnya terutama terdiri dari tanah dan bangunan, baik yang akan dikembangkan maupun yang sedang dibangun. Dalam skenario pasar berkembang (buoyant market), posisi likuiditas perusahaan real estat cenderung baik karena volume transaksi menjadi lebih tinggi, namun di pasar yang datar berlaku sebaliknya. Meskipun lahan bebas ICRA Indonesia Page 4 of 6 juga memberikan fleksibilitas keuangan, ICRA Indonesia berpendapat bahwa dalam keadaan yang tidak kondusif, penjualan tanah dapat menjadi sulit dan membutuhkan proses yang panjang. Selain itu, komitmen pembayaran atas pembelian tanah yang baru dibayar sebagian bisa menjadi hambatan likuiditas. Perusahaan real estat biasanya mengumpulkan uang muka di depan yang berasal dari pelanggan untuk keperluan likuiditas jangka pendek dan menengah. ICRA Indonesia mengevaluasi tingkat ketergantungan pada uang muka dari pelanggan dan manajemennya. Dalam kasus proyek komersial yang sedang berlangsung, sejauh mana hutang dan ekuitas ditanamkan dibandingkan dengan total belanja modal yang telah ditentukan. Di samping semua faktor ini, ICRA Indonesia juga mempertimbangkan kemampuan perusahaan dalam penggalangan dana dengan menilai akses terhadap pasar modal dan bank. Kecukupan Arus Kas di Masa Depan: Karena tujuan utama dari pelaksanaan pemeringkatan adalah untuk menilai kemampuan perusahaan membayar hutang, ICRA Indonesia menyusun proyeksi keuangan perusahaan dalam berbagai skenario. Proyeksi ini didasarkan pada perkiraan kinerja operasi dan keuangan perusahaan, prospek industri real estat, dan rencana pembangunan perusahaan jangka menengah/panjang. Uji sensitivitas juga dilakukan terhadap variabel penggerak tertentu, seperti harga jual/sewa, pemesanan/hunian, dan jadwal konstruksi. Juga penting untuk melihat besarnya belanja modal dan kewajiban pembayaran hutang selama periode proyeksi. Beberapa aspek lain yang dianalisis meliputi: o Arus kas: Kas diperlukan untuk melunasi kewajiban. Arus kas mencerminkan sumbersumber dari mana kas dihasilkan dan penggunaannya. Di sini dianalisis tren arus kas dari operasi perusahaan setelah disesuaikan dengan perubahan modal kerja, saldo arus kas dan arus kas bebas setelah memenuhi kebutuhan pembayaran hutang dan kebutuhan belanja modal. Analisis arus kas juga memungkinkan pemahaman tentang pendanaan eksternal yang diperlukan perusahaan untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo. o Kesenjangan waktu jatuh tempo dan risiko yang terkait dengan suku bunga dan pembiayaan kembali (refinancing): Ketergantungan besar pada pinjaman jangka pendek untuk mendanai investasi jangka panjang dapat menimbulkan risiko pembiayaan kembali yang signifikan, terutama pada periode likuiditas yang ketat. Keberadaan penyangga likuiditas berupa aset likuid atau fasilitas bank untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dipandang positif. Demikian pula, sejauh mana perusahaan sensitif terhadap pergerakan suku bunga juga dievaluasi. o Kualitas akuntansi: Di sini kebijakan akuntansi, catatan atas laporan keuangan dan pendapat auditor dikaji. Setiap penyimpangan dari praktik akuntansi yang berlaku umum dicatat dan laporan keuangan perusahaan disesuaikan untuk mencerminkan dampak dari penyimpangan tersebut. Perusahaan real estat yang mengikuti kebijakan yang konsisten, transparan dan konservatif terhadap akuntansi keuangan dipandang lebih baik. Biasanya, metode pengakuan pendapatan yang diterapkan oleh perusahaan-perusahaan real estat bervariasi karena transaksi penjualan real estat juga bervariasi. ICRA Indonesia memperhatikan metode pengakuan pendapatan yang diterapkan perusahaan sehubungan dengan pedoman standar akuntasi keuangan (PSAK) yang berlaku. o Konsolidasi keuangan: Perusahaan real estat beroperasi dengan sejumlah anak perusahaan yang memiliki tanah atau proyek tertentu. Seringkali, pengaturan keuangan juga dilakukan pada tingkat anak perusahaan. Oleh karena itu, untuk melihat risiko secara grup, dalam analisisnya ICRA Indonesia melihat laporan keuangan secara konsolidasi. Sensitivitas juga dilakukan untuk menilai dampak dari setiap kewajiban kontinjensi anak perusahaan terhadap grup secara keseluruhan. Intensitas modal kerja: Analisis ini untuk mengevaluasi tren indikator kunci modal kerja perusahaan seperti piutang, persediaan dan hutang usaha, dan dibandingkan dengan ICRA Indonesia Page 5 of 6 o perusahaan sejenis. Efisiensi penagihan (collection) juga dievaluasi sehubungan dengan piutang dan uang muka dari pelanggan. o Kewajiban kontinjensi/eksposur di luar buku (off-balance sheet): Dalam kasus ini, kemungkinan munculnya kewajiban kontinjensi/eksposur di luar buku (off-balance sheet) dan implikasi keuangannya dievaluasi. o Rekam jejak pembayaran hutang: Rekam jejak pembayaran hutang perusahaan menjadi masukan penting dalam pelaksanaan pemeringkatan kredit. Setiap penundaan atau kegagalan (default) di masa lalu dalam pembayaran pembayaran pokok dan/atau bunga mengurangi tingkat kenyamanan sehubungan dengan kemampuan dan kemauan pembayaran hutang perusahaan di masa depan. Kualitas Pemegang Saham/Manajemen Semua peringkat hutang selalu menggabungkan penilaian terhadap kualitas manajemen perusahaan, serta kekuatan/kelemahan yang timbul akibat menjadi bagian dari kelompok perusahaan (grup)-nya. Biasanya, dialog yang rinci diadakan dengan manajemen untuk memahami tujuan, rencana dan strategi bisnis, serta pandangannya tentang kinerja masa lalu, selain prospek pada industri yang bersangkutan. Beberapa poin lain yang dinilai adalah: o o o o o o o o Pengalaman pemegang saham/manajemen dalam lini bisnisnya Komitmen pemegang saham/manajemen pada lini bisnisnya Sikap dari pemegang saham/manajemen terhadap pengambilan dan pengendalian risiko Kebijakan penggunaan hutang, risiko suku bunga dan risiko mata uang Rencana untuk proyek baru, akuisisi lahan, diversifikasi dan lain-lain Kekuatan dari perusahaan lain yang satu grup dengan perusahaan Kemampuan dan kemauan grup untuk mendukung perusahaan dengan langkah-langkah seperti penyuntikan dana, jika diperlukan Kemungkinan untuk mendukung entitas lain dalam grup, dalam hal perusahaan adalah salah satu entitas kuat dalam grup. Kesimpulan Peringkat kredit ICRA Indonesia adalah representasi simbolis dari opini mengenai risiko kredit relatif yang terkait dengan instrumen yang dinilai. Opini ini diperoleh dengan mengevaluasi secara rinci risiko bisnis dan keuangan perusahaan, manajemen, daya saing, perkiraan arus kas sepanjang umur instrumen yang dinilai, dan kecukupan arus kas tersebut dibandingkan dengan kewajiban pembayaran hutang. © Copyright, 2014, ICRA Indonesia. All Rights Reserved. Semua informasi yang tersedia merupakan infomasi yang diperoleh oleh ICRA Indonesia dari sumber-sumber yang dapat dipercaya keakuratan dan kebenarannya. Walaupun telah dilakukan pengecekan dengan memadai untuk memastikan kebenarannya, informasi yang ada disajikan 'sebagaimana adanya' tanpa jaminan dalam bentuk apapun, dan ICRA Indonesia khususnya, tidak melakukan representasi atau menjamin, menyatakan atau menyatakan secara tidak langsung, mengenai keakuratan, ketepatan waktu, atau kelengkapan dari informasi yang dimaksud. Semua informasi harus ditafsirkan sebagai pernyataan pendapat, dan ICRA Indonesia tidak bertanggung jawab atas segala kerugian yang dialami oleh pengguna informasi dalam menggunakan publikasi ini atau isinya. ICRA Indonesia Page 6 of 6