[- '-.''**.....'**.'.. t. i ;:i.: :i;: t,'riiir r ,: PERKEMBANGAN TERAPI OSTEOARTRITIS Rawan Broto Sub Bagian Rematolagi Bagian llmu Penyakit Dalam FK UGM( SMF PenyakitDalam RSUP Or' Satdiito Yogyakarla ABSTRACT Asboafthritis (OA) is now being thougllt of as the final common pathway of change in ctamaged synovial joint charactetized by focalcattilage loss and accompanying bone response' It is n6 longer regarcted as a boring degenerctive disease that must be accepted as the inevi' tabte concequeice of ageing and trauma Almost 16 mi ion people in the United States have aA. A ntional app,oach ta the treatment of OA can only be achieved by underctanding the pathogenesis oi inis ,lisoraer. A good treatment prognm can help releaved ioint pain and stl/fne"ss,inrprovesTointmovenentandpatient'sabititiesThetreatmentprogranshouldin clude a combination of non farmacologic thetupies (e.g, physical and/ot occupational the@py' pro' aerot)ic exercise, weight conttol, patient educations and social tommunication with health injeclion' steroid fessionals) an(l fam;cologic therapies (e g' medication with topical analgetic, opioirl/noi opioitl analgesi;, A/S,4/D). The prcblemwlth OA meclicatlon in the and of the millenium is the nedication giv;d to the patient should not only relievec! their pain and stiffness bot also retluces lhe sitle effecls and clevelops the cellularc autotityc enzyme's balance in the synovial joint. Most palient with OAwittnever need surgery. HoweveL surgery may helpful whenthere is majot Jon! danage and pcts$tenl joinl pain Key wards : Osteoafthritis pathogenesis-rational approach-medication -surgery PENDAHULUAN Osteoartritis (OA) adalah suatu sindroma hl'nrs yang ditandai dengan menipisnya kartilago secara progresif, disertai dengan pembentukan lulang baru pada trabekula subkondral dan terbentuknya kartilago serta tulang baru pada tepi sendi (osteofit). Proses OA secara histopatologis ditandai dengan menipisnya kadilago disertai pertumbuhan dan remodetling tulang diikuti dengan atrofi dan destruksi tLrlang disekitarnya (Brandt, 1 993) Penyakit radang sendi ini mulai dikenal pada akhir abad '19 dan pada waktu itu dipandang sebagai akibat dari suatu proses aus karena dipakai selama hidup (wear ard fears). Menjelang akhir abad 20, penyakit kelainan sendi ini adalah penyebab utama gangguan muskuloskeletal di seluruh dunia dan dianggap sebagai penyebab kecacatan yang kedua diAmerika serikatsetelah penyakit jantung iskemik (Schumacher, 1 987) Di Amerika SFl|kdl dan Eropa hampir semua orang mengalami degenerasi sendi setelah usia 40 tahun. Gambaran radiologis OA di Amerika Serikat ditemui pada populasi .lewasa sekitar 37% dan merupakan B0% dari populasidiatas 75 tahun. Jumlah penderita oA per tahunnya mencapai 16 juta orang (Moskowitz, 1997). Data di lnggris menunjukkan 52% orang dewasa mempunyai gambaran radiologis OA dan meningkat menjadi 85% 101 Pertemuan llmiah Tahunan ttnu pennkit Dakn lggg selelah 55 tahun. Wanita 2 kali tebih banyak menderita OA dibanding pria, terutama OA sendi lutut pada umur kurang dari 50 tahun, lebih dari 50 tahun perbandingannya hampir sama (Moskowitz, 1990: chosh, 1990: Darmawan, '1997). Data ditndonesia didapat dari Malang dimana prevalensinya sekitar 1O 13,5%, sedang di pedesaan Jawa Tengah prevalensi OA klinis sekitar 5,j% (lsbagio, - 19e6). Perbedaan variasi pekerjaan dan gaya hidup masing-masing ras mempengaruhi OA secara anatomis, misalnya ras di Cina tenggara lebih banyak menderita OA pinggang dibanding orang lnggris yang sama-sama tinggal di Hongkong (l,4oskowitz, j99O). Osteoartritis sendi lulutiarang pada ras mon_ goloid, begilu pula OA sendijaritangan jarang pada ras Afro-karibian Hutton, 1990). Para pakar yang meneliti penyakit ini sekitar tahun 1989 berpendapat bahwa OA ternyata merupakan penyakit sinovia sendi yang multi faktorial. OA dapat dipandang sebagai penyakit gangguan homeostasis dari metabolisme kartilago dengan kerusakan slruklur proteoglikan yang penyebabnya belum jelas diketahui. Jejas mekanis dan kimjawididuga merupakan faktor penting yang merangsang terbentuknya molekul abnormal dan produk degradasi kartilago didalam cairan sinovial sendi yang menyebabkan terjadinya rnllamasi sendi. kerusakan khondrosit dan nyeri pada sendi (chosh, 1990; pelletier. 1993). Permasalahan terapi OA sekarang adalah lidak sekedar memberi terapi pada nyeri dan kekakuan sendi saja. namun bagaimana mengurangi efek samping obat dan memper_ baiki keseimbangan enzim autolitik selular didalam struktur kartitago yang trrganggu akrbat tejas mekanis dan kimiawiyang terjadi. Sludi farmakologr untuk OA yang banyak dilakukan sekarang ada la h bagaimana menemukan obat baru yang menghambat 10? enzjm autolitik seluler produk lisosom sepedi prokolagenase, agrekanase, metaloprote inase, stromelisin dan kolagenase yanq berpen9aruh pada degradasi alau sUpresi komponen makiks ekstraseluler {proleoghkan. hyaluronan dan kolagen) serta usaha unluk menghambat sitokin. Selatn itujuga baga,mana caranya mengendalikan sistem delivery obaf dengan tujuan memperbaiki etika;i dan toleransiobatuntuk menghindari efek samping sekecilmungkin (Dunkin, 1996; Katim, 1999). Dalam rnakalah ini akan dibahas perkembangan terapi osteoartritis dan mekanisme yang mendasarinya. Patogenesis Osteoartritis Komposlsi kartilago oormal me gandl tng hanya salujenis selyang sangalspesittk yait; kondrosit yang berperan dalam mensinlesis dan memelihara matriksekstraseluler. Lratriks kartilago terutama mengandung 15% kolagen, 3,6% proteoglikan dan B0% air. Kotagen merupakan molekulprotein yang sanqat kuat berfungsi sebagai kerangka bagi kartilago yang membatasi pengembangan berlebihan agregat proteoglikan. proteoglikan merupakan senyawa kompleks yang tersusun atas molekul glikosaminoglikan berupa 100 rantai khondroitin sulfal dan 50 keratan sulfat yang melekat pada inti protein. protein globuler tersebut membantu menstabilkan ikatan proteoglikan dengan asam hialuronat. Proteoglikan bersama asam hialuronat membentuk agregai Vang dapat mFnghjsap air dalam benluk gel dalam kerangka kolagen. Setiap rantaiasam hialuronat menqikat 20 100 proleoglikan dan membentuk madsa molekul samp€i 5 x 103dengan panjang 5 im, sehinqga matriks kartilago mengembang sedemikian rupa membenluk banlalan yang baik spsuai dengan fungsi kartilago menahan lekanan muatan dan kembali kebentuk sernlrla bila tekanan hilang. Kondrosit terlanam dalam matriks dan mempertahankan keseimba gan Ra\r/an Bralo - Perkembangan Tetapi Osteoadritis kolagen untuk kekuatan, sedang proteoglikan unluk elastisitas (Hardingham & Bayiiss' 1990). Jadi sifat fisis dan mekanik kartilago lerqanlunq kepada integrilas kerangka kolagen' srniesis dan retensi tinqginya proteoglikan di dalam keranqka kolagen tersebut (Dingle' 1991; Pooled, 1993 cll lsbagio' 1998) Para ahliyang meneliti penyakit inisekaranq sepakat bahwa OA merupakan penyakit oanoouan homeo slasis metabolismF karlilago i"nq-an t erusakan struklur proLeoglikan kartilago yang penyebabnya diperkirakan multifaktorial antara lain oleh karena faktor umur, stres mekanis atau kimiawi, penggunaan sendi yang berlebihan defek anatomik. obesitas. genelik. humoral dan faktor kebudayaan (Moskowitz, 1990). Jejas mekanis dan kimiawi diduqa merupakan faktor penting yang merangsang terbentuknya molekul abnormal dan produk degradasi kartilago didalam cairan sinovial sendi yang mengakibatkan lerradi inflamasi sendi. l^erusatan khondrosil ran rasa nyerilGhosh, '1990 Pellelier. 1993) Skema proses dasar terjadinya OA dapat dilihat pada gambar 1. Beberapa penelitian juga membuktikan bahwa peningkatan degradasi kolagen akan menqubah keseimbangan metabolisme kartilago. Kelebihan produk hasil degradasi matriks kartilago ini cenderung berakumulasi di sendi dan menghambat fungsi kartilago se(a mengawali suatu respon imun yang menyebabkan inflamasi sendi (Pelletier, 1990) Rerata perbandingan antara sintesis dan pemecahan matriks kartilago pada penderita OA kenyataannya lebih rendah dibanding normalyaitu 0,29 dibanding 1(Dingle, 1991) Pada kartilago penderita OA juga teriadi proses peningkatan aktivitas fibrinogenik dan penurunan aklivitas librinolitik Proses ini menyebabkan terjadinya penumpukan trombus dan komplek lipid pada pembuluh darah subkondral yang menyebabka n lerjadinya iskemia dan nekrosis jaringan subkhondral tersebut (Ghosh, 1992) Peran makrofag didalam cairan sendi juga penting, yaitu apabila dirangsang oleh iejas mekanis akan memproduksi sitokin ahtivalor plasmino qen (PA) yang disebut katabolin Sitokin Grsebut adalah lnterleukin-1p (lL-l8)' lL 6' TNF (-[ dan l|, dan interferon (lFN) {l dan r (Moskowitz, 1g9O; Pelletier' 1993; Dingle, 1991) Sitokin-sitokin tersebut diatas akan meranqsang kondrosit melalui reseptor permukaa,l spcsiflk unluk memproduksi Coloni slimulalitlq raulors (csFs) yang scbalil'nya akan mempengaruhi monosit dan PA untuk mendegradasi kartilago secara langsung' Penderita OA mempunyaikadar PAyang tinggi pada cairan sendinya {Moskowitz l990) Silokrn lnt iuqa mempelcFpat resolpsi malriks kartilago (Ghosh, 1992) Sitokin yang lain yaitu lL 1 mempunyaiefek multipel pada sel cairan sendi, yaitu meningkatkan sistesis enzim Ganlbar 1. Proses dasar terjadinya OA (dikutip dari lsbagio, 1998) . Ya ng dan yaitu stromelisin kartilago mendegradasi dan proses sintesis kolagenosa. menghambat percobaan perbaikan normal khondrosit Pada 103 _f Pertemuan Iniah Tahunan llnu PenyakitDalan 1999 binatang ternyata pemberian human recombi- pula kompres lokal panas atau dingin, ultra- nant lL' lo sebesar 0,01 ng dapat menghambat sistesis glukoaminoglikan sebanyak 50% pada sound dan stimulasi (rangsangan) listrik. Faktor nutrisi misalnya jenis makanan tidak hewan normal (Dingle, 1991). Khondrosit penderita OA mempunyai reseptor lL-1 2 kali lipat lebih banyak dibanding individu normal (Pelletier, 1990) dan kondrosit sendiri dapat memproduksi lL-1 secara lokal(Dingle, 1991). Faktor pertumbuhan dan sitokin tampaknya mempunyaj pengaruh yang berlawanan se'ama perkembangan OA. Sitokin cenderung merangsang degradasi komponen matriks kartilago, sebaliknya faktor pertumbuhan merangsang sintesis, padahal IGF-1 penderita OA lebih rendah dibandingkan individu normal pada urnur yang sama (Moskowitz, 1990; Pelletier, 1990). diketahui hubungannya dengan nyeri, namun kekurangan vitamin C, E dan D mungkin berkaitan dengan peningkatan risiko progresifitas OA (Kalim, 1999). Terapi Osteoarlritis Tujuan terapi OA pada awalnya adalah menghilangkan nyeri, kekakuan pada sendi dan mengurangi inflamasi. Terapiyang diberikan adalah berupa terapinon farmakologikdan terapi farmakologik yang dapat dilihat pada tabel 1. Pada perkembangan selarjulnya lernyaia tidak cukup dengan program terapi sepertidi alas. Proses kerusakan sendi terus berlangsung secara progresil dan efek samping dari alat-alat secara progresif dan efek samping dari obat-obat nyeri sendi ternyata fatal, sehingga berkembanglah penelitian untuk menemukan obat-obat OA yang ideal. Terapi Non Farmakologik Terapi non farmakologik tidak begitu pesat perkembangannya dibanding terapi farmakologik. Salah satu metode terapi non farmakologik untuk mengurangi nyeri adalah dengan menggunakan alat untuk memperbaiki biomekanik OA, misalnya dengan alat penyangga, alat bantu jalan, tongkat dan korset. Selain itu untuk mengurangi nyeri digunakan 104 Edukasi kepada pasien dan dukungan sosial oleh petugas kesehatan jelas menambah kemampuan pasien untuk mandiri dalam menfratasi akibat yanq timbulpada OA. l\.4enurunkan berat badan nyata terbukti akan mengurangi risrko OA pada jangka panjang. Aktivitas olahra'cJa yanq teratur dan menguatkan otot kuadrisep kakiberguna untuk mengurangi progresifitas OA (Moskowitz, 1997). Terapi Farmakologik Berbeda dengan terapi non farmakologi, penelitian untuk menemukan obat-obat untuk nyeri sendi berkembang dengan pesat. Dimulai pada tahun 1763, saat Rev Edmond Stone menulis tentang obalobatan untuk pasien dengan problem nyeri sendi menggunakan kulii kayu dari pepohonan. Zat aktif pada saat itu yang digunakan adalah Salicin dan 100 tahun kemudian, tepatnya'1860 ditemukan sintesis dariasam salisilat dan Aspi.in (acetyl salicylic aciq menjadi ObatAnti lnflamasiNon Steroid (OAINS) pertama pada tahun 1BgB. Penemuan dan penelilian obat-obatan makin berkembang sampai tahun 1970 dimana terdapat sekitar 20 - 30 jenis OAINS yang beredar dipasaran seluruh dunia yang diklasifikasikan seperti pada tabel 3. Pada awal tahun 1980 tdrjadi krisis kepercayaan terhadap obat obatan nyerisendi termasuk OAINS, karena banyaknya kematian akibat efek samping yang ditimbulkan terutama karena perdarahan pada saluran cerna. Antasida ternyata tidak cukup melindungi pasien dari tukak lambung akibat OAINS. Pada dosis standard, Ranitidin dan H2 tRawan antaqonis dapat melindungi pasien dari ulkus duodenum, namun tidak begitu baikpada ulkus peptikum. Famotidin pada dosis yang tinggi, baik untuk melindungi pasien dari ulkus peptikum maupun duodenum akibat OAINS. Obat yano sampai sekarang paling baik untuk Tabel |. Btolo Petuenbangan Teapi Osteoartritis melindungi pasien dari ulkus saluran cerna akibat OAINS adalah Misoprostol, bila dilakukan perhitungan secara ekonomis obat ini ada kelemahannya yaitu harganya mahal (Silverstein et al., 1995: Taha el a/., 1996; Gotlleb, 1998). Terapi Osteoartritis (dikutip dari Gotlleb, 1998 ) TeraoiNon Farmakolool Pendidikan keo:da oasien : Pros.am perawalan mandiri l.ontohnya : Korsus perawatan penvakil Arlrilis secar. mandiri) oukunqan sosial oleh peiuqas kesehatan lewatlelepon Penurunan berat badan (bila kelebihan ber.t badan) Rangc of n,atian exercises Quad ceps slrenglhening e\etcises Assislive .levices for ambulaion Joinl Drolecl@n and enemv conseNalion Assistve devices for ADLS and IADLS Proqram prooran latihan aeroblk lnjeks konikosleroid inkaarlikule. it o ' op'^id {.o lon.va d old n 1 tpPnl ^rJlqp Analqesik ropikal (contohnya : €psaisine dan krm metilsalisila0 Obal Anli infamasi Non Steroid (OAINS) Analgesik Opioid {@nloh propoxyphene, @dene, oxycdone) ' ADLS = actvities of daily livins; IADLS = inslrlmental ADLS. Penelitian-penelitian lanjutan untuk menemukan obat yang efek sampingnya rendah ternyata menimbulkan kontrovdrsl, harena etek obat nyeri scndi terhadap sinovia diketahui dapat bersifat khondroprotektif dan khondrodegeneratif . Efek obat-obatan tersebut ternyala tidak terlepas dari peran pokok lL pada patogenesis OA (Gotlleb, 19S8). lndometasin ternyata meningkatkan aktivitas lL-1 sebanyak 7 kali lipat karena penekanan lerhadap prostaglandin (Dinqle, 1991 ). OAINS lain yanq ternyata toksik terhadap kartilago '1 selain indometasin adalah naproksen, aspirin dan ibuprofen (Palmoski& Brandt, 1983; Pelletier, 1990). OAINS yang bersifat kondronetral adalah asam tiaprofenat, diklofenak dan piroksikam. Asam tiaprofenat dan piroksikam dikatakan mungkin bersifat khondroprotektif karena menstimulir sistesis prostaglandin tipe 1 dan 3 yanq efeknya dilatasi pembuluh darah, menghilangkan penjendalan darah dan mpmpunyai manlaal anti inflamasi sehingga dapat menghambat progresifitas degradasi kartilago (Pelletier, 1 990). 105 I Panenwan lhniah Tahu ar lh u Penyakit Dalan 1999 Tabel 2. Klasifikasi Obat Anti lnflamasi Non Steroid (dikutip dari Gotlleb, 1998) amasi). Pada kenyataannya prostaglandin selain berefek fisiologis pada sistim renal dan infl gastrointestinal, juga potensial patologis sebagai mediator sel radang. Pada tahun 1990, Needlemanmendemonstrasikan induksi dari COX oleh endotoxin dan ternyata peningkatannya dicegah oleh glukokortjkoid dalam hal ini digunakan deksametason. Penelitian ini membuktikan bahwa deksametason tidak mempengaruhi formasi dasar prostaglandin (Gotlleb, 1 998). Konsep COX-'I dan COX-2 Pada tahun 1991 berkembang pula teori COX-1 dan COX-2, dimana COX-1 sebagai enzim yang menjaga fungsi homeostatik tubuh memelihara kehidupan sel (house keepinll enzym) banyak didapat pada lambung, usus, platelet, mukosa bronkhus dan ginjal. COx 2 juga ada pada jarjnganjaringan tersebul diatas namun jumlahnya sangat sedikit. Agak banyak pada sel otak 0 @ Pada tahun 1971 Sir John Vane meng- klarilikasi mekanisme OAINS. Peneliti ini mengatakan bahwa aksi da.i OAINS adalah menghambat biosintesa prostaglandin pada jalur enzim siklooksigenase. Prostaglandin sendiri dihasilkan akibat respon oleh adanya trauma pada jaringan. Ketika konsep ini baru saja diterima ternyata mekanisme peradangan teriadilebih kompleks dan melibatkan jalur lain selain prostaglandin, yaitu prostasiklin dan tromboksan (Lihat gambar 3 Kaskade 't 06 ri;;) H'6",o.".".." $,m'*rr"^ $,*#"'" Salu€n gasirointeslinal Ginjal Diae€nsiasi makrophaq Gambar 2. Konsep COX-1 dan COX-2 (dikulip dari Gollleb, 1998) Rawan dan uterus wanita hamil. Ke beradaannya meningkat pada berbagai sei inflamasi bjla ada sth u hsrobh lL:L Er1llam a n-.10, Transforminq Growth Factor R (TGF-0), Fibroblast growth factor atau endotoksin dan sebagai penyebab peradangan. B<rlo Petkeotha gar tetapi Asrcoa n[s Tabel 3. Uruian OAINS selektif COX-1 dan COX 2 (dikulip dariVane el a/., cll Widodo, 1S9S) Pen em ua n Seleklif COX-1: biomolekuler ini menjad ikan penelitianpenelitian baru tentang efek OAINS pada 250 Asam asetilsalisilat lndometasin lbuprofen Paraselamol Sodium salisilat enzim tersebut (Widodo, 1999). Meade et a/., menemukan bahwa indometasin dan piroksikam lebih menghambat COX-'1 , sedang diklofenak, ibuprofen, nabumetone dan metabolitnya 6 methoxy 2 166 60 15 7,4 2,8 Selektif COX 2: Caprofen naphthylacetic acid (6-MNA) lebih aktif menghambat COX-2- Teori ini berkembang menjadi konsep rasio COX-2ICOX-1 yang ,1 Meloksikam 0,8 Diklofenak o,7 dipakai untuk menentukan selektivitas oAINS apakah tergolong selektif COX 1 atau selektif COX-2. Diklofenak ternyata juga selektif menghambat COX-2. Pada dosis 0,01 uM diklolenak dapat menghambal aktrvilas en/im COX-2. Rasio COX-2ICOX-'1 diklofenak atau rasio lC50 diklofenak = 0,05 artinya diklofenak 20 kalilebih selektif terhadap COX-2 dibanding COX-1 (Widodo, 1999). 0,1 Obat OAINS yang saat ini paling seleklif terhadap COX-2 adalah Nimesulide suatu senyawa non acidic yang bersrtal sebagai analgesik, efek toksiknya minimalnamun masih menimbulkan ulkus lambung. Vane et al., mengukur lasio COX2/COX1 beberapa OAINS dan mendapatkan urutan yang selektif COX-1 dan COX-2 sebaqaimana pada tabel 3. ST MULUS l"lantpir semua OAINS menshambal kerja enz m io Beberaoa OAINS munokin berperan pada bagian ini SIKLOOKSiGENASE LIPOKSIGENASE ENDOPEROKSIOA HIDROPEROKSIDA LEUXOTRIEN Efek khernorakrik yang PROSTAGLANDIN vasodrlalasi dan €aksasi otot polos lrakhea, bronkhus dan gaslrointesli PROSTASIKLIN TROMBOKSAN lnhi'Jls agregasi lrombo' hhibisipada LTBi Anon Slperoksid Meningkatkan slihulasi darl cAMP Kelerangan : TB4 = leukohen 84: lL-1 = lnterleLkin'l: CAMP = siklik adenasln ntanofosfal Gambar. 3. Kaskade inflamasi (dikutip dari lsbagio, 1992). 107 Pettenuan miah Tahunan Imu penyakit Datam lggg Upaya lain untuk menemukan obat baru yang selektifterhadap COX_2 sekarang masjh berlangsungdan banyak masih dalam taraf uji coba atau belum beredar di lndonesi; contohnya Celecoxib (Celebrex). Formulasi Lepas Lambat Terkendati Perkembangan lain dari obat_obat untuk OA adalah dikembangkannya _ sistem rransporlasi atau delivery obat dengan bertagai macam cara yang tujuannva sama dosis sering menimbulkan terjadinya irilasi tambung. Keuntungandariobatdenq;n sistim repas tambat lerkendali inj adalah irenjamin penyeb€ran yang merala dari zat aktif dtseturuh saluran gastrointestinal. Distnbusi p€ret yang tersebar dalam bentuk ratusan ir_ otvtouat drug delivety syslem dalam saluran gastrornlestinal merupakan syarat unluk @rJaorny"a pengurangan konsentrasi lokal yang oefleblhan dari zat aktif obat, sehingg; k:r:ty".sg" perbaikan toleransi gai_ Setain itu dengan ukurannya yang lloT"-",.n?t KecrL yatru memperbaiki efikasl dan toleransi obat. l:l!".r'l menambahhan zat lain pada obat nyen sendi sepent drtambahkannya farnesil suatu prodrug !elel-pelel tersebut dapat denga; cepat bersama kimu-s tanpa Tl!_*-i! pito-" orpengaruhi pergerakan lambunq atau uara-cara tersebut antata lain dengan pada indometasin. lndometasin farnesll pengosongan lambung, sehrngga wakiu tran_ slrata-rata obat lebih cepat dan dengan sistim orsebut prodrug generasi kedua dimana obai dilepaskan ditempat yang dikehendaki dalam hal ini di Jarjngan jnflamasi ftalqet sie). d:ngan.generasi pertama yJng nanya perepasannya yang terkendali. Absorbsi yang cepat dan kontinyu memberikan kontnbusi ulama dalam memperbaiki bioavaibilitas obat. _Berbe9: menghindari iritasi dilambung saja, efek samprng pada generasi kedua djharapkan lebih kecil karena kadar OAINS dalam darah lauh lebih ke-cil dibanding di janngan yang mengatami inflamasi. Kelemahan d;iobat ini membutuhkan kadar lemak yang tinggiuntuk mencapar absorbsi terbaik (purwantvastuti, 1997). Bentuk lain adalah membuat formulasi s€tul entedk, lepas lambat atau bentuk lepas lambat terkendaji yang merupakan kombinasi Dentuk salut enterik dan tepas lambat (Subrata, 1999). Srstim terbaru dari bentuk lepas lambal aoarah yang dipakai pada obat Deflamat CR produksr Dumex Sistim Iepas lambal terkendati ini adalah hasil sislim transDortasi ooar dengan tehnologi lingqi. Sisijm ini menggunakan dan membagi zat aktif menurut pnnstp dosis lerbagi kedalam ralusan untt sfe/is kecit-kecil yang disebut pelel CR (Cor_ toqFd Retpase) dan dikemas dalam kapsut qetatrn yang keras. Berbeda denqan bentuk tablFl konsentrasi lokal zat aktit;alam unit 108 cambar 4. petet CR vang terdispersjtuas sepanlang saluran gastrointestinal (Dikutip dari Subrata, 1999). Deflamat CR berisizat aktifNatrium Diklo_ fenak 75 mg dan jO0 mg. Absorbsi Deflamat CR inidibanding dengan diklolenak larn dalam , Rawan Brcto - Petkembangan ferapi Osleaatlritis bentuk lepas lambat dan salut enterikjauh lebih baik, dimana rata-rata plasma puncak adalah 869,3 ng/ml dan T max kurang lebih 1 jam. Sehingga keuntungannya adalah mula kerja pada bagaimana meningkatkan efek anti nyeri dan anti inflamasi dari obat dan juga menghambat perialanan atau progresifitas penyakit yang disebut sebagai Disease Modifying Os' cepat dan masa kerja lebih paniang' teoarlhritis Drugs (DMOAD) (Lozada, cit dapat dilihat pada gambar 6 (Walter cif 1999). Subrata, 1999). Perkembangan obal-obat OA masa kini juga sesuai dengan perkembangan penge- mengurangi fluktuasi kadar plasma zat aktif dan perlindungan dari kelebihan konsentrasi plasma puncak. Secara praktis keuntungan ini memperbaiki kepatuhan pasien, perlindungan terhadap teriadinya kelebihan mendadak dosis obat, regimen dosis yang sederhana dan mengurangi ko-medikasi. Perbandingan tersebut lsbagio, 1g9B). Sampai sekarang belum ada obat yang mempunyai sifatsepertidiatas. Beberapaobat dicoba dan masih dalam taraf penelitian pendahuluan. Cara kerja beberapa obat baru seperti pentosan sulfat, chondroitin sullat dan hyaluronan pada tubuh manusia mungkin dapat memenuhi persyaratan diatas (Kalim' tahuan tentang patogenesa OA. Sepertiperan Nitric Oxide (No) pada kerusakan kartilago. NO diketahui berperan sentral pada sistim imunitas termesuk modulasi respon imun Beberapa peneliti mendapatkan kenaikan kadat inducible nitic oxide synlhase (iNOS) pada penderita OA maupun RA. Didalam sendi NO menstimulasi sitokin yang meningkatkan katabolisme kartilago dengan perantara TNFlx dan lL-1 (Soeroso et a/., 1999) Gambar 5. Perbandingan profil Diklofenak pada plasma Pada benlLlk CR, SR dan EC (Dikutip dari Subrata, 19gg) Konsep Obat Baru pada Osteoartritis Konsep obat baru Pada OA idealnya adalahi a). Meningkatkan aktivitas biosintesis makro molekuler kondrosit (proteoglikan, kolagen dan DNA)i b). Mengurangi keradang an sinovial dan menghambat produksl sitokin dan radikal bebas;c). l\,4eningkatkan biosintesis sinoviosit dari hyaluronan cairan sinovial; d). l\.4enghambat enzim atau mediator yang ber- pengaruh pada degradasi atau supresi komponen matriks ekstraseluler (proteoglikan, hyaluronan dan kolagen dan e). Menghilangkan klot deposit lipid/kolesterol pada vaskuler subchondrial dan sinovium (Kalim, 1999) Foklrs penelitian hendaknya dikembangkan b,a,., "-i" A\ .*."-,,","1.",,.,- \ ' DNA _ I \"luo .^.0 cox, tl -'"''"" rtraoi od ""* rr.r6s + -l NO apoptosis ".,,I0***, l:.lilaao 1","1."""." Gambar6 Teorilitik keria beberapa obat OA lerbaru (dlkutip dari Soeroso, 1999) Penelitian di RSUP Dr. Sardjito untuk obat-obat OA yang diduga masuk golongan DMOAD diantaranya adalah preparat asam 109 t.-tP'ftemuan llmiah Tahunan lnu Penyakit Dalan 1999 lemak tidak jenuh Omega-3 dan kombinasi kurkuminoid dan minyak atsiri kurkuma (Rahardjo ef al, 1996: Broto et al, 1999). Penelitian pada asam lemak tidak jenuh omega-3 menemukan bahwa suplemen tersebut ternyata dapat mengurangi keluhan radang sendi dengan cara berkompetisi dengan asam arakhidonat yang membentuk proslaglandin E2, Prostasiklin (PGl2) dan PGF2 yang menyebabkan inllamasi (Weber & Leaf, 1991; lsbagio, 1992). Manfaatlain pada inhibisi asam arakhidonat oleh omega-3 ini adalah peran asam eikosapentanolat (EPA) pada jalur lipooksigenasi dalam konversi menjadi Lekotrin-83(LTB3). Lekotrin-83adalah sejenis lekotrin yang 1/10 kali kekuatannya dibanding LTB. dalam meningkatkan kemotaksis dan agregasi netrofll. Peran EPA dalam konversi LTB3 dan berkompetisi dengan LTBI inilah yang mungkin berefek suatu anti jaringan kolagen dan proteoglikan dalam inflamasi dan akibatnya menyebabkan lurunnya infillrasi lekosit dan inflamasi. dengan sampellebih dari 1800orang penderjta artritis mendapatkan hasil perbedaan keluhan Penelitian terakhir mengenai peran diet EPA pada manusia menunjukkan peningkatan monosit dan netrofil pada metabolisme asam arakhidonat dan meningkatnya fungsi netrofil(Dehmer, 1990). Khasiat omega-3 yang lain adalah meningkatkan nitrik oksida pada sel endotel pembuluh darah subkhondral yang efeknya adalah relaksasi endotel yang menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah perifer di daerah subkhondral. Berbagai khasiat omega-3 diatas akan mengurangi iskemia pada daerah subkhondral sekaligus menghilangkan nyeri tulang (bore angina) pada daerah tersebut (Ferreira. 1992; Dehmer,'1990; Gerster, 1995). Omega-3 diketahui juga menekan lL-1. Manfaat omega-3 dalam menekan produksilL1 inilah memberikan harapan bahwa asam lemak omega-3 dapat bermanfaat digunakan untuk mempertahankan homeostasis khondrosit dalam rangka proses perbaikan kartilago serta mempertahankan keutuhan 110 perannya mempertahankan viskositas cairan sinovial (Moskowitz, 1990; Pelletier, 1990). Pada penelitian di RSUP Dr. Sardjito dengan dosis omega-3 sebanyak 600 mg/hari selama 3 bulan ternyata dapat memperbaiki keluhan nyeri, diukur dengan adanya perbaikan indeks lequesne secara bermakna dibanding kelompok kontrol Broto et a/., 1999). Dosis maintenance omega-3 adalah 300 -400 mgr/hari (Connor, 1991). DiAmerika Ulara diteliti dosis maintenance sebesar 50 mg EPA dan 80 mg DHA per hari ini setara dengan masakan 2 ekorikan lautyang gemuk (Mackerel, Herring, salmon, tuna, sarden) tiap minggunya disajikan dengan cara direbus atau dipanggang (Elswyk, 1s93). ( Kelompokpenelitian di UniversitasWashington Amerika menggunakan dosis terapi sebesar 3.500 mg/minggu selama 1 tahun nyeri artritis yang berkurang berbeda bermakna antara kelompok terapidan kontrol (Connor, 1997). Demikian pula untuk penelitian dengan kombinasi kurkuminoid dan minyak atsiri kuftuma lernyala kemampuan suplemen ini untuk menekan rasa nyeri seimbang dengan piroksikam (Rahardjo efal., '1997). Beberapa peneliti juga melaporkan bahwa kurkuma dapat menekan aktivitas siklooksigenase dan lipoksigenase (Huang , 1995; Agnam el al, 1995), juqa aktivitas anti inflamasi yang lebih baik dibanding fenilbutazon (Goot, 1995), sebanding dengan kortison (Margono et a/., 1995). Selain itu aktivitas menekan radikal bebasnya juga baik (Tonnesen, 1989). Obat lainnya yang termasuk dalam DlroAD yang sedang diteliti adalah Glukosamin yang merupakan komponen pendukung struktur proteoglikan. Reichelt et al,(1994) meneliti pada 1 15 penderila OA lutut dapat memperbaiki indeks lequesne. Peneliti Rawan BtDlo Perkenbangan Terapi Osteoadritis lain dengan dosis 5,4 mg/minggu men- terakhir pada ahli rheumatologi hasilnya adalah dapatkan iebih baik dari plasebo dan setara dengan ibuprofen. Kondroitin merupakan struktur rantaibersama dengan keratan sulfat 95% menyatakan kadang-kadang menggunakannya dan 53% sering menggunakannya. Namun apakah benar kortikosteroid mempunyaiefek yang menguntungkan pada penderita membentuk matrik proteoglikan- Leeb et al.,(1998), pada meta-analisis terhadap 4 penelitian RCTpada 227 pasien mendapatkan kondroitin sulfat lebih baik dari plasebo terhadap indeks lequesne, visual analog scale (VAS) dan komedikasi obat lain. Hialuronat merupakan molekul pendukung ulama proteoglikan. Wu efal, (1997), melaluiRcTpada 116 pasien OA lutut membandingkan sodium hialuronat intra aitikuler 1 minggu 1 kaliselama 5 minggu dengan plasebo, hasilnya adalah perbaikan nyeridan bertahan selama 6 bulan. Selain itu adalah Klorokuin yang diketahui menghambat ekskresi lL-1 dan mengurangi kaku pagi hari (Soeroso et a/., 1999). Tabel 4. Obat-obat pada penatalaksanaan osteoarlritis yang masih dalam penelitian (dikutip dari lsbagio, '1998) OA? Seperti yang kita ketahui peran kortikosteroid adalah sebagai anti inflamasi yang aksinya langsung pada reseptor steroid di intisel untuk mengontrol kadar sintesis mRNA dan protein. Akibatnya adalah perubahan fungsisel-Tdan B, perubahan pada pola lekosit, peningkatan level sitokin dan menghambat fosfolipase A2 yang hasilnya adalah menurunkan kadar 7at pro-inflamasi asam arakhidonat. Walau pun penelitian kortikosteroid pada binatang ternyata pemberian trjamsinolon heksacetonid dapat mereduksi formasi osteofit, fibrilasi kartilago dan kloning khondro- sit. Namun demikian pada manusra mekanisme aksi kortikosteroid yang dibeikan secara lA sulit untuk dievaluasi, terbukti pada bebe'rapa penelitian yang mencoba meneliti efikasi kortikosteroid pada penderita OA ternyata hasilnya tidak begitu baik. (Lihat Tabel 5) Terapi Bedah Telrasiklin inlra artikuler S-adenosilmetionin {sAn4) Kondroitin sulfal Glukosamin sulfal (Dona) Orgotein intra artikuler Asam glikosaaminoglakan polisulfurik (GAPS) Kompleks glikosaaminoglikan peptid sitokin (TGF-ll) Terapigenelik Transplantasi stem cell dan osleochondrcl 9rcft Kortikosteroid Kortikosteroid intra-artikuler (lA) direkomendasikan pada beberapa pedoman terapipasien OA. Bahkan diAS menurut survei Terapi bedah digunakan bila kerusakan sendi sudah parah sehingga mengganggu aktivitas seharihari penderita yaitu dengan osteotomy, artl,rodes/s dan afthrcplasty. Osteotomy juga dipergunakan untuk tindakan mengoreksi deformitas yang terjadi akibat OA dengan memotong dan mereposisi tulang. Tindakan ini banyak dilakukan misalnya pada tungkai kaki bagian bawah pada pasien oA lutut. Tindakan artoplasti total dilakukan pada kerusakan sendi yang berat dengan cara menata kembali permukaan kartilago dan ujung tulang yang rusak, atau kalau seluruh bagian sendisudah rusak dilakukan folaljo,rt replacement. Tindakan bedah ini sangat menolong pasien muda yang menderita OA berat, namun memerlukan biaya yang mahal (Moskowjtz, 1997; Lavorgna efal., 199s). 111 t.PpnAntudn llndh ldt\na tlm) PpnyahtlDatdn t99a Tabel5. Beberapa penelitian untuk mencariefikasi kodikosteroid pada penderjta OA (Dikulip dari Creamer, 1997) t\drisonr 2t rls v Ph$bo rrl ?rr'n3 \ hdn nrrrhr r' M, 3un,! ! n\nF(!t ma ^on'p l ll = damcinolon hexacetonide; Mp - merhyt predrisoton Kesimpulan Walaupun perkembangan penemuan obat-obat untuk OA belum mendapatkan bentuk yang ideal, namun terapi OA harus segera dilaksanakan. Pengobatan yang paling tepal adalah mengqunakan kombinasi terapi non farmakologik dan terapi farmakologik. OAINS memang dapat menghilangkan nyeri dan inflamasi tetapi tidak menyembuhkan. Sementara obat yang sekaligus menghilangkan nyeri. mengurangi inflamasi macher, J.H Klippel(eds\ | Pimer on the Rheumatic Disease. 10rr,ed. pp. 184-8. Atlanta, USA. Broto, R.., Raha.dio, P., Kertia, N..'t999 Penetitian pendahuluan Efek suplementasi asam lemak tidak jenuh omega 3 pada derajat kesehatan penderila osteoartritis. Dalam H. Achmad, [/.A. Widodo, P.N4. Arsana leds): Proceeding Reumatologi Menyongsong Mittenium ke-3. Konferensi Kerja Vl lRA,Malang, 24-27 JLlni 1999.pp.21. Connor, W-E., 1991 Health Effect of Omega-3 .World Rev Nut Diet;V(66) i 118-32. Creamer, P., 1997 lntra-arlicular corticosleroid in, jeclions in osteoartritis: do they work and ifso, how? Annals oc! Rheumarb D/sease. 56:634- dan mengurangi progresjvitas penyakit belum ditemukan, dalam memilih OAINS hendaknya diperhatikan paling tidak menggunakan obat yang tidak memperberat prog.esivitas penyakit, eteklifttasnya batk dan toleransinya pun baik sehingga efek sampingnya dapat ditekan seminimal mungkin. Terapi bedah dipertimbangkan bila terjadi kerusakan sendi yang parah. c.J., 1990 Omega-3 Fatty Acids rn E J. fopol led); Textb@k af lnteventionat Cardiotogy. W B Saunders Company. Philadel- Dehmer, phia.pp.121-51. 1991 Cartilage maintenance in Osteoarlhritjs : inleraction of cytokines, OAINS Dingle. J.T., KEPUSTAKAAN Agnam, N., Samsoedi, [,,l , Temmerman, H., Venie, U A., Sugiyanto, coot, H., 1995 The retationship belween structLle and rnhrb,ton ot trpoxygenase activity of curcumin derivates. /nter.na, lional symposiurn on curcumjn phatmacochemislry (/SCP), Yogyakarya.. and Proslaglandins in aalicular Cartilage and Repair. J.Rheumafol, 18 (Suppl.28); 30-7 Dunkin, M.A., 1996 OA: Undoing the Damage. A,.lhfllis lodayArchive l,,larch-April. Elswyk, N,|.E.V 1993 Omega-6 & Omega-3:Es, senlial Fatty Acids. Brandt, K.D. 1993 Osteoarthritis a epidemiology, Ferreira, S.H., 1992 New lnsights into the l\recha, pathology and pathogenesis /n H.R nism ofpain i4A.R Nasution, J Darmawan, H Schu- 112 I T Rawan Broto - lsbagio (eds) : Rheumatology APLAR' pp 363' 68 ChurchillLivingstone, New York Gersier H., 1995 The use of n-3 PUFAS (fish oil) in yllam Nutr Res'65(1):3enleral nuAition. /nl J 20. Ghosh, P., 1992 Future Trealmenls ofOsteoarthri' tis in Nasution, A.R., Darmawan.J ' lsbagio H (eds) Rheumatology APLIR. pp 255-58 Churchill Livingstone New York Goot. V.D., 1995 The chemistry and qualitative structure-activily .elationsh ips of curcumin. ln- lerna!ional sYmPosrum on curcumin misw ( I SCP), Yogyakarya '1998 Non SleroidalAnti lnflammalory Gotlleb D., Drugs. The Arthritis page ofdrdoc on line !lt1g lllyy!:l!-azlec.co.za PP 1 -7 Hardingham, T., and Bayliss' M 1990 Proteoolvcans or articular cartilagc:changes in ag i-ng and Jornt disease. Seminarin Atlthilis ancl Rheumatism:20; (suPpl l ): 12-33 p ha Her rm acoche .nansvah I 999 Per kembangan Panoangan dan Pendekalan lethadap Nyeri dan lnflamasi pada Penyakil Degeneralif Rawan SFndi (OslFoarl'rlrs) Dalam Hprmansyah (ed) Naskah lengkap Kat-kiat Pendekatan dalam Pengelotaan Nyeri pada Penyakil Sendi Inflamatif dan Degeneralil Simposium Sehari Hotel Sanjaya, Palembang 20 Maret 1999' Hal: '10 - 20. Huang, M.T., Ma, W., Lou, Y R LU' Y P.' Chang' 4., Newmark, H., Conney, A H, 1995lnhibilory clecls ol curcumln on lumorogenesis ln fiice lnt1tnational sympotium on curcumin ph arm a coche mistry (ISCP)' Yogyakarya Hutton, C.W., 1990 Osteoarthritis Medictne lntcnalrc nal:3,3057 - 60 lsbaglo, H., 1992 PeEnan Obat Anti lnflamasi Non steroid terhadap Nyeri dan lnflamasi pada Penyakit Reumatik Cermin Dunia KedokIerantT 8: 32-5. lsbagio, H., 1996 Peran Densitas tulang pada etiopatogenesis osteoartriiis Seminat ancl Wotkshop on Osleoa,'lhrilis Malang 19-20 Nopember 1996 lsbagio, I'1., 199B Struktur Kartilago dan Per_ ubahannya pada Osteoartriiis it Banlbang Pe embangan Terapi Osteoanrlis Setiyohadi (ed) : Naskah lengkap Pe*embangan Terkini dalam Diagnosis dan Tercpi Penyakit Sendi lnflamatif & Degeneratif Temu llmiah Reumatologi 1 998 .Jakada.12-12-1998; pp.22-26 H., 1999 Perkembangan baru pada peng_ obatan osleoartritis dalam H Achmad M A Widodo, P.M. Arsana {eds) Proceeding Kalim, Reumalologi Menyongsong Millenium ke-3 Konferensi Keria Vl lRA lvlalang 24-27 Juni 1S99. Hal. 52 - 56. T Ssammarco' J-' Whitesside, L., 1999 Suryery in Atlhtitis At' Lavorgna, J., Nugent, J thrilis Foundation. Universily of Washington Seatle, uSA. Lozada C.J., Altman R.D, 1997 Management of Osteoarthritis. /n : Koopman WJ (ed): Arfhrifis and Allied Conditiott.13 th ed Baltimore, William & Wilkins. PP. 2013-26 Margono, S.A., Samhoedi, M R, Timmerman, H' Venie, U.A., lgg5Synthesis and hydroxy Radi cal scavenging aclivity or some 4 (alkyl) cu.cu'nin derivales. /niFrnalional symposium on curcumin pharmaco chemistry (ISCP), Yogyakarya.. Moskowitz, R.W., 1987 Primary Osteoarlhritis : Epidemiology, clinical aspect and general mana- gemenl. Am. J. Med.;83 (supll 5a);5-10 Moskowitz. R.W., 1gg7 Osteoadhril,s Arthrilis Foundalion..www@arlhritis org Nasution, A.R., Setiyohadi, B, 1999 Perkembanaan terbaru diBidang Reumalologi dalam H Achmad. M.A. Widodo, P-M Arsana (eds): Proceeding Reumalologi Menyongsong Millenium ke 3. Konferensi Kerja Vl lRA. N,4alang, 24-27 Juni 1999.Hal l -7 Palmoski, M.J., and Brandt, K D.' 1983 Effects of some Non SteroidalAnli ln{lamatoryDrugs on Proteoglycan Metabolism and Organizalion in Canine Articular Cartilage Afthrilis and Rheu natism,23:1010 20 Pelleiier. J.P . 1S90 Cartilaqe l\,4etabolism: Poinlers loward new therapic oplion Osteoad/rdls Sym_ posium: lJpdale on Diagnosis and Therapy' canada. 113 Peftemuan llmiah Tahunan nu Penyakil Dalam 1999 Pelletier,J.P., Mccollum R., DiBattisla, J., Loose, L.D., Cloulier, J.t4-, Pelletier, J.M., 1gg3 Regu- lation of Human Normal and Osteoarthritic chondrocyle interleukin-1 Receptor by Anlirheumatic drugs. Adhr,lls & Rheunatism ,36 (111, pp . 1517 -27 . Purwantyasluli, 1997 lndomelacin farnecil, prodrug untuk menghindari elek samping OAINS. Simposium Perkembangan Temaru dai Obat Anti Inflamasi Non Sferod. Semarang 14 Oklober 1997. Rahardjo, P.,Asdie, H.A., Kertia, N., 1996 Keefektif- an biaya antara penggunaan paroksikam dibandingkan dengan kombinasi kurkuminoid dan minyak atsiri kurkuma pada penderitaOsteoarlhrilis. Konggres Nasional Pe*umpulan Ahli Penyakit Dalam lndonesia X Padang Schumacher H.R., 1987 Osleoarthritis, the clinical picture, pathogenesis and management with studies on a new therapeutic agent, S-Ade nosylmethionine. Am.J.Med; 83 (suppl 5a);'l- 4 silverstein F.E.. Graham D.J., Senior J.R., 1995 Misoprostol reduces serious gastriantestinal complications in patients wilh rheumatoid arlhritis receiving OAlNSs. A Randomized, double blind, placebo-conlrolled trial. Ann /ntem Med;123 241-249. Soeroso, J., Effendi, 2., Sanloso, G.,H. 1999Terapi Baru pada Osleoarl tis. Dalam H. Achmad, [,,1.A. Widodo, P.M.Arsaia(edsl I Prcceeding Reumatologi Menyongsong Millenium ke-3. 114 Konferensi Kerja Vl lRA, Nralang. 24,27 Juni 1999. Hal. 66 - 71. Subrata, G., 1999 Sislem Lepas Lambal Terkendali Obat Golongan AINS. Daram Hermansyah (ed): Naskah lengkap Kiat-kial Pendekatan dalam Pengelolaan Nyei pada Penyakit Sencli Inllamallf dan Degeneratit Simposium Sehari Hotel Sanjaya, Palembang, 20 Maret 1999. Hal: 3H8. Taha, A.S., Hudson. N., Hawkey, C.J., 1996 Famotidine for the prevention ofgastric and duodenal ulcers caused by OAlNSs. N E g/J Med; 334 122 . 1435-9 Tonnesen, H.H., 1989 Sludy on curcumin and curcuminoids XVl. Effect ofcurcumin analogs on hyaluronic acid degradation in vilro. /nternational Jomal of marmaceulrbs, 51 : 259-61. Weber. P.C., and Leaf, A.. 1991 Health effecl oI () 3 Pdlyunsaluraled Fatly Acids in Seafoods i'l A.P. Sjmopolous, R.R. Kifer, R.E Martin, S.M. Barlow (eds) : 2d lnlemati'cnal Conference on the heafth effecls ol tr3 Polyunsaturcted FaW Acids in Seafoo4 Washington DC, [,larch 20-23 1990. Karger, New York.pp.218Widodo, M.A., 1999 Mekanisme kerja anti inflamasi dan mekanisme efek samping OAINS (Fokus pada Cox 1 dan Cox 2). Dalarn H. Achmad, [r.A. Widodo, P.M. Arsana (eds): Prcceecling Reumatologi Menyongsong Millenium ke-3. Konferensi Kerja Vl lRA, Malang, 24-27 Junl 1999 .Hal :46 - 51.