213 EFEK PENURUNAN KADAR ASAM URAT

advertisement
Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 4, No. 1, Januari 2005
EFEK PENURUNAN KADAR ASAM URAT DALAM DARAH
PADA TIKUS PUTIH JANTAN DARI REBUSAN
AKAR TANAMAN AKAR KUCING (Acalypha Indica Linn)
Azizahwati, Sumali Wiryowidagdo, dan Kartika Prihandini
Departemen Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Indonesia
Abstract
Acalypha indica roots have been used for generations to decrease uric acid level in Indonesia.
This experiment was conducted to find out the effect of A. indica roots decoction on blood uric
acid level of male white rats, which have been treated with caffeine. The experiment was
performed to six groups and each group consists of five rats. Uric acid induced with caffeine was
given orally to five groups while one group received 0,5% carboxymethylcellulose solution orally
as the normal control. A. indica roots decoction was given orally in three dose variation i.e.: 2,7
g/200 g bw; 5,4 g/200 g bw; and 10,8 g/200 g bw. Alopurinol was used as standard. Level uric
acid measurement with enzymatic method was done spectrophotometrically on 520 nm
wavelengths. The test result showed that the A. indica root decoction using doses 2,7 g/200 g bw;
5,4 g/200 g bw; and 10,8 g/200 g bw could reduce blood uric acid level of male white rats. The
decreasing potency of uric acid level was equal to doses increase, so the best result that can
reduce uric acid level was 10,8 g/200 g bw.
Keywords: Acalypha indica Linn; arthritis gout; caffeine; hyperuricemia; uric acid
PENDAHULUAN
Salah satu jenis obat tradisional yang
paling banyak dibutuhkan adalah obat rematik, karena
rematik tidak hanya menyerang seseorang yang
memasuki usia 40 tahun, namun anak kecil pun bisa
menderita rematik, baik laki-laki maupun perempuan.
Selain itu, rematik mempunyai sifat sering kambuh
sehingga dapat mengganggu aktivitas penderitanya
(1).
Menurut data yang diperoleh dari Rumah
Sakit Umum Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta,
penderita penyakit rematik gout dari tahun ke tahun
semakin meningkat dan ada kecenderungan diderita
pada usia semakin muda, yaitu kelompok usia
produktif (30 sampai 50 tahun). Oleh karena itu, jika
penyakit ini tidak ditangani secara tepat, maka
gangguan yang ditimbulkan dapat menurunkan
produktivitas kerja (2).
Rematik didefinisikan sebagai kondisi
yang disertai rasa nyeri dan kaku pada system tulangotot (muskoskeletal) dan penyakit yang terjadi pada
jaringan ikat. Dapat juga diartikan sebagai penyakit
yang menyerang sendi, otot dan jaringan tubuh.
Terdapat dua jenis rematik, yaitu rematik artikuler
dan rematik non-artikuler (1).
Penyakit asam urat yang dalam istilah
kedokterannya disebut arthritis pirai, rematik pirai,
arthritis gout, atau rematik gout, adalah salah satu
jenis penyakit rematik artikuler, yang dapat
disebabkan oleh kelainan enzim ataupun karena pola
hidup mengkonsumsi makanan yang mengandung
kadar Purina yang tinggi sehingga meningkatkan
kadar asam urat darah (hiperurisemia) yang pada
akhirnya akan terakumulasi sebagai kristal
monosodium urat di jaringan lunak terutama
persendian (1).
Salah satu tanaman yang diduga
berkhasiat mengatasi penyakit rematik gout, dengan
cara menurunkan kadar asam urat dalam darah adalah
akar tanaman Acalypha indica Linn. atau
dimasyarakat dikenal dengan nama akar kucing (1).
Namun penggunaannya masih terbatas pada
pengalaman empiric, sementara data klinis yang
menjamin khasiat dan keamanannya masih sangat
terbatas. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji khasiat
dan keamanannya sehingga khasiat dan keamanan
penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara
ilmiah (3,4).
Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan
pengujian terhadap pengaruh pemberian rebusan akar
A. indica L. secara oral untuk menurunkan kadar
asam urat darah pada tikus putih jantan. Metode yang
digunakan adalah metode enzimatik spektrofotometri,
karena metode ini telah terbukti memberikan hasil
yang akurat dalam pengukuran kadar asam urat darah
pada tikus putih jantan (5). Pada percobaan ini,
dilakukan variasi dosis yang bertujuan untuk
mengetahui dosis terapi rebusan akar A. indica L.
yang menunjukkan efek maksimal dalam menurunkan
kadar asam urat darah tikus yang dibuat
hiperurisemia. Untuk mengetahui efektivitas ekstrak
tersebut dalam menurunkan kadar asam urat darah,
maka dibandingkan dengan alopurinol yang
merupakan obat sintetik standar.
213
Efek Penurunan asam urat … (Azizahwati dkk.)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh
pemberian rebusan akar A. indica L. secara oral
terhadap kadar asam urat darah tikus putih jantan
yang dibuat hiperurisemia.
METODE
Hewan Percobaan
Hewan yang digunakan adalah tikus putih
jantan (Raitus novergicus) galur Sprague Dawley,
berumur 3 bulan, berat badan 200-250 g sebanyak 30
ekor. Tikus diperoleh dari Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia (BPOM-RI), Jakarta.
Hewan coba diaklimatisasi selama 14 hari dan
dikelompokkan masing-masing berisi lima ekor.
Persiapan Bahan Uji
Akar segar A. indica L. dicuci bersih,
kemudian dikeringkan di udara terbuka. Pengeringan
dilanjutkan dalam oven pada suhu antara 40-600C,
dan dihaluskan hingga menjadi serbuk.
Kemudian sebanyak 3300 g serbuk akar kering
direbus dengan menggunakan 7,5 l air. Lalu hasil
rebusan tersebut disaring dalam keadaan panas dan
selanjutnya larutan diuapkan hingga diperoleh
volume akhir 147 ml, maka diketahui konsentrasi
rebusan akar adalah 22,45 g/ml.
Pelaksanaan Percobaan
Pada percobaan ini digunakan 30 ekor tikus
yang dibagi secara acak menjadi enam kelompok
perlakuan dan tiap kelompok terdiri dari lima ekor,
yang dibedakan berdasarkan pemberian bahan uji.
Tabel 1. Pembagian Kelompok Perlakuan
Kelompok
I
II
III
IV
V
VI
Perlakuan
Kontrol normal, diberi larutan CMC 0,5%
Kontrol perlakuan, diberi kafeina 27 mg/200 g bb dalam larutan
CMC 0,5%
Diberi kafein 27 mg/200 g bb dalam larutan CMC 0,5% dan bahan
uji dosis 2,7 g/200 g bb dalam larutan CMC 0,5% (dosis I)
Diberi kafein 27 mg/200 g bb dalam larutan CMC 0,5% dan bahan
uji dosis 5,4 g/200 g bb dalam larutan CMC 0,5% (dosis II)
Diberi kafein 27 mg/200 g bb dalam larutan CMC 0,5% dan bahan
uji dosis 10,8 g bb dalam larutan CMC 0,5% (dosis III)
Diberi kafein 27 mg/200 g bb dalam larutan CMC 0,5% dan
alopurinol 36 mg/200 g bb dalam larutan CMC 0,5% (pembanding)
Sebelum diberi perlakuan, tikus dibuat
hiperurikemia dengan cara diberi kafein sebagai
penginduksi selama percobaan, kemudian diukur
kadar asam urat setelah enam hari pemberian kafein
untuk melihat peningkatannya. Selanjutnya masingmasing kelompok tikus diberi perlakuan setiap hari
selama sembilan hari. Dan pengambilan darah
dilakukan setiap tiga hari sekali, melalui orbital sinus
(4). Darah yang diperoleh ditampung dalam vial
sample, kemudian disentrifugasi pada putaran 2000
rpm selama 10 menit. Plasma yang diperoleh,
dipisahkan, dan disimpan dalam pendingin bersuhu 4
sampai 80C yang tahan hingga 7 hari.
Penetapan kadar asam urat dalam darah
dilakukan dengan menggunakan tes kolorimetrik
enzimatik, metode urikase –PAP.
Pengukuran kadar asam urat dilakukan pada
panjang gelombang 520 nm.
Data yang diperoleh diolah dengan uji kenormalan
dan uji homogenitas, selanjutnya dilakukan analisis
varian satu arah (one wary anova) untuk melihat
hubungan antara kelompok perlakuan. Bila terdapat
pengaruh nyata, maka untuk mengetahui perbedaan
214
Jumlah Tikus
5
5
5
5
5
5
antar perlakuan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata
Terkecil (BNT) (5).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tanaman A. indica Linn. (akar kucing) dikenal
sebagai tanaman yang banyak digunakan untuk obat
rematik di masyarakat secara turun menurun dalam
bentuk rebusan akar keringnya.
Tikus dibagi menjadi enam kelompok, yaitu
dua kelompok kontrol yaitu kontrol normal dan
kontrol perlakuan, tiga kelompok variasi dosis, serta
satu kelompok pembanding, dimana untuk tiap
kelompok terdiri dari lima ekor tikus. Tiga variasi
dosis yang ditetapkan berdasarkan uji pendahuluan
dengan memperhitungkan kecepatan metabolisme
hewan uji.
Sebelum diberi bahan uji, tikus diinduksi
dengan pemberian kafeina dengan dosis 27 mg/200 g
bb secara oral selama enam hari berturut-turut. Maka
diharapkan setelah enam hari pemberian kafeina,
tikus telah hiperurisemia. Dosis dan lamanya waktu
pemberian kafeina untuk menginduksi tikus hingga
hiperurisemia didasarkan pada uji pendahuluan.
Kafeina tetap diberikan kepada semua kelompok
Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 4, No. 1, Januari 2005
selama masa percobaan, kecuali pada kelompok
kontrol normal.
Setelah diperoleh tikus hiperurisemia, pada
hari ketujuh, semua tikus diberi perlakuan
berdasarkan kelompok. Untuk tikus kelompok I dan
II adalah kelompok kontrol normal yang diberi CMC
0,5% dan kontrol perlakuan yang diberi kafeina
dengan dosis 27 mg/200 gram bb. Kontrol normal
digunakan untuk mengetahui kadar asam urat darah
tikus normal dan kontrol perlakuan digunakan untuk
menunjukkan peningkatan kadar asam urat darah
tikus hiperurisemia akibat pemberian kafeina.
Kelompok III, IV dan V merupakan kelompok bahan
uji dengan dosis 2,7 gram/200 gram bb; 5,4 gram/200
gram bb; dan 10,8 gram/200 gram bb, sedangkan
kelompok VI merupakan standar pembanding, yaitu
yang diberikan alopurinol dengan dosis 36 mg/200
gram bb, karena alopurinol adalah obat sintetis yang
bekerja menghambat aktivitas kerja enzim xantina
oksidase dan paling banyak digunakan untuk
menurunkan kadar asam urat. Pemberian bahan uji
dan perlakuan lainnya dilakukan selama sembilan
hari setelah tikus hiperurisemia.
Pengambilan darah dilakukan sebanyak empat
kali yaitu setelah diinduksi dengan kafeina selama
enam hari (hari ke-6), setelah hiperurisemia kemudian
diberi perlakuan selama tiga hari (hari ke-9), enam
hari (hari ke-12), dan sembilan hari (hari ke-15).
Darah diambil melalui orbital sinus (5).
Darah
yang
diperoleh,
selanjutnya
disentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan
2000 rpm untuk mendapatkan plasmanya. Kemudian
plasma tersebut diukur dengan menggunakan metode
enzimatik spektrofotometri karena cara ini merupakan
cara yang paling akurat dan praktis serta cepat (6).
Kadar asam urat yang diperoleh, dianalisis
secara statistik dengan varian satu arah (anova) dan
dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT).
Namun, sebelumnya dilakukan dulu uji homogenitas
dan uji distribusi normal terhadap data-data tersebut.
dengan metode anova dan BNT dapat diketahui
perbedaan setiap perlakuan antar kelompok dan
kebermaknaan perbedaan tersebut.
Data hasil analisis varians satu arah kadar
asam urat tikus hiperurisemia setelah diberi perlakuan
selama tiga hari, menunjukkan adanya data antar
kelompok yang berbeda secara bermakna (α < 0,05)
dan berdasarkan uji beda nyata terkecil diperoleh
bahwa kelompok III (dosis 2,7 g/200 g bb) dengan
kadar asam urat rata-rata 3,64 + 0,89 mg/dl berbeda
secara bermakna dengan kelompok standar
pembanding yang memiliki kadar asam urat rata-rata
sebesar 1,49 + 1,02 mg/dl, sedangkan kelompok IV
(dosis 10,8 g/200 g bb) yang mempunyai kadar asam
urat rata-rata 1,62 + 0,49 mg/dl tidak berbeda secara
bermakna (α > 0,05). Sehingga dapat dikatakan
bahwa hanya kelompok IV (dosis 5,4 g/200 g bb) dan
V (dosis 10,8 g/200 g bb) yang mempunyai efek
menurunkan kadar asam urat yang sebanding dengan
pembanding alopurinol, sedangkan kelompok III
(dosis 2,7 g/200 g bb) belum dapat menunjukkan efek
menurunkan kadar asam urat. Hal ini disebabkan
karena dosis kelompok III merupakan dosis terkecil
dari variasi dosis yang diberikan sehingga jumlah
bahan uji yang berada dalam tubuh tikus pun kecil
dan belum cukup untuk menurunkan kadar asam urat
darah tikus dalam waktu tiga hari. Tabel 2 dan
Gambar 1.
Tabel 2. Uji Efek Berbagai Rebusan Akar Acalypha indica Linn. terhadap
Penurunan Kadar Asam Urat Darah Setelah Hiperurisemia dan Diberi
Perlakuan Selama Tiga Hari
Jumlah
Tikus
1
2
3
4
5
Rata-rata
SD
I
3,39
2,31
1,63
2,31
3,71
2,67
0,86
II
4,47
1,76
2,44
4,88
0,41
2,79
1,87
Kadar Asam Urat (mg/dl)
Kelompok
III
IV
3,90
2,19
3,71
2,48
4,95
4,19
2,86
2,38
2,76
1,62
3,64
2,57
0,89
0,96
V
2,38
1,14
1,71
1,24
1,62
1,62
0,49
VI
1,89
1,63
0,95
2,85
0,14
1,49
1,02
215
Efek Penurunan asam urat … (Azizahwati dkk.)
Tabel 3. Uji Efek Berbagai Dosis Rebusan Akar A. indica Linn. terhadap
penurunan Kadar Asam Urat Darah Setelah Diinduksi
Selama Enam Hari
Jumlah
Tikus
1
2
3
4
5
Rata-rata
SD
I
1,08
2,03
4,88
1,89
3,79
2,73
1,55
II
1,89
4,20
1,76
1,22
2,58
2,33
1,15
Kadar Asam Urat (mg/dl)
Kelompok
III
IV
6,78
3,48
2,78
3,83
2,09
1,39
1,74
1,39
2,09
2,96
3,10
2,61
2,09
1,16
V
3,48
3,17
3,83
0,69
2,43
2,72
1,25
VI
3,39
1,76
1,49
3,39
1,36
2,28
1,03
5
4,5
4
3,5
3
Kadar Asam
2,5
Urat Rata-rata
2
1,5
1
0,5
0
I
II
III
IV
V
VI
Kelom pok
Keterangan :
Kelompok I: Kontrol normal; Kelompok II: Kontrol
perlakuan; Kelompok III: Bahan uji Dosis I; Kelompok IV:
Bahan uji dosis II; Kelompok V: Bahan uji dosis III;
Kelompok VI: Pembanding standar Alupurinol
Gambar 1 : Grafik hubungan kelompok perlakuan dengan kadar
asam urat rata-rata setelah hiperurisemia dan diberi perlakuan
Selama Tiga hari
Setelah hari keenam perlakuan terhadap tikus
hiperurisemia, diperoleh data yang menunjukkan
bahwa terdapat perbedaan yang bermakna (α < 0,05)
diantara beberapa kelompok. Ketiga kelompok
bahanuji, yaitu kelompok III (dosis 2,7 gram/200
gram bb) yang mempunyai kadar asam urat rata-rata
sebesar 1,39 + 028 mg/dl; kelompok IV (dosis 5,4
gram/200 gram bb) dengan kadar asam urat rata-rata
1,98 + 1,15 mg/dl; dan kelompok V (dosis 10,8
gram/200 gram bb)yang memiliki kadar asam urat
rata-rata 1,38 + 0,30 mg/dl dibandingkan dengan
kelompok pembanding alopurinol yang mempunyai
kadar asam urat rata-rata sebesar 0,87 + 0,85 mg/dl
adalah tidak berbeda secara bermakna (α > 0,05).
Dan apabila ketiga kelompok bahan uji tersebut
dibandingkan dengan kelompok kontrol, baik kontrol
216
normal yang mempunyai kadar asam urat rata-rata
2,71 + 0,97 mg/dl maupun perlakuan yang
mempunyai kadar asam urat rata-rata2,93 + 1,72
mg/dl, terlihat bahwa untuk kelompok III dan
kelompok V menunjukkan perbedaan yang bermakna
(α < 0,05) dengan kedua kelompok kontrol tersebut,
sedangkan kelompok IV tidak memperlihatkan
perbedaan yang bermakna dengan kelompok Kontrol.
Maka dapat disimpulkan bahwa efek penurunan
ketiga kelompok bahan uji tersebut sebanding dengan
efek penurunan kadar asam urat yang ditunjukkan
oleh alopurinol, dimana untuk kelompok III dan V
dapat menurunkan kadar asam urat hingga di bawah
kelompok normal, sedangkan kelompok IV hanya
mampu menurunkan kadar asam urat hingga
mencapai normal. Tabel 3 dan gambar 2.
Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 4, No. 1, Januari 2005
kadar asam urat rata-rata kelompok alopurinol adalah
0,92 + 1,54 dan kelompok normal sebesar 2,10 + 0,75
mg/dl. maka dapat dikatakan bahwa ketiga dosis
bahan uji telah mampu menurunkan kadar asam urat
hingga setara dengan kelompok kontrol normal
maupun kelompok pembanding alopurinol. Untuk
kelompok kontrol perlakuan terlihat perbedaan yang
bermakna dengan kelompok lainnya (α > 0,05). Hal
ini menunjukkan bahwa pemberian kafeina dosis 27
mg/200 g bb secara terus menerus dapat
meningkatkan kadar asam urat darah tikus. Tabel 4
dan Gambar 3.
Pada
hari
kesembilan
setelah
tikus
hiperurisemia diberi perlakuan, terlihat bahwa
kelompok III, IV dan V menunjukkan hasil
penurunan yang bermakna. Hal ini ditunjukkan
dengan hasil analisis yang tidak berbeda secara
bermakna (α > 0,05) antara kelompok III (dosis 2,7
g/200 g bb) yang mempunyai kadar asam urat ratarata 1,82 + 0,84 mg/dl; kelompok IV (dosis 5,4 g/200
g bb) yang memiliki kadar asam urat rata-rata sebesar
1,49 + 1,01 mg/dl; dan kelompok V (dosis10,8 g/200
g bb) yang mempunyai kadar asam urat rata-rata 1,26
+ 1.16 mg/dl dengan kelompok pembanding
alopurinol maupun kelompok kontrol normal, dimana
5
4,5
4
3,5
3
Kadar Asam
2,5
Rata-rata
2
1,5
1
0,5
0
I
II
III
IV
V
VI
Kelompok
Keterangan :
Kelompok I: Kontrol normal; Kelompok II: Kontrol perlakuan; Kelompok
III: Bahan uji dosis I; Kelompok IV: Bahan uji dosis II; Kelompok V:
Bahan uji dosis III; Kelompok VI: Pembanding standar.
Gambar 2 : Grafik hubungan kelompok perlakuan dengan kadar
asam urat rata-rata etelah hiperurisemia dan diberi perlakuan
selama enam hari
Tabel 4
Uji Efek Berbagai Dosis Rebusan Akar Acalypha indica Linn. terhadap
Penurunan Kadar Asam Urat Darah Setelah Hiperurisemia dan Diberi
Perlakuan Selama Sembilan Hari
Jumlah
Tikus
1
2
3
4
5
Rata-rata
SD
I
2,43
1,89
0,95
2,26
2,96
2,10
0,75
II
6,37
6,24
1,91
1,74
3,86
4,02
2,24
Kadar Asam Urat (mg/dl)
Kelompok
III
IV
3,25
2,63
1,83
0,80
1,49
2,51
1,25
1,03
1,26
0,46
1,82
1,49
0,84
1,01
V
3,25
1,25
0,91
0,57
0,34
1,26
1,16
VI
3,66
0,27
0,14
0,35
0,17
0,92
1,54
217
Efek Penurunan asam urat … (Azizahwati dkk.)
9
8
7
6
Kadar Asam 5
Rata-rata 4
3
2
Keterangan : 1
Kelompok I 0: Kontrol normal; Kelompok II : Kontrol perlakuan;
I
II
IV IV : V
VI dosis II;
Kelompok III : Bahan
uji dosis
I; III
Kelompok
Bahan uji
Kelompok V : Bahan uji dosis III; Kelompok
VI : Pembanding standar.
Kelompok
Gambar 3 : Grafik hubungan kelompok perlakuan dengan kadar
asam urat rata-rata setelah hiperurisemia dan diberi perlakuan
selama sembilan hari
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka
dapat disimpulkan bahwa :
1.
Rebusan akar Acalypha indica Linn. dengan
dosis 2,7 gram/200 gram bb; 5,4 gram/200
gram bb; 10,8 gram/200 gram bb dapat
menurunkan kadar asam urat darah.
2.
Penurunan kadar asam urat darah sebanding
dengan peningkatan dosisnya.
3.
Kemampuan rebusan akar A. indica L.
menurunkan kadar asam urat darah setara
dengan alopurinol dosis 36 mg/200 g bb atau
200 mg untuk manusia.
DAFTAR RUJUKAN
1. Utami, P. Dkk., 2003, Tanaman Obat Untuk
Mengatasi Rematik dan Asam Urat. Depok:
Penerbit Agro Media Pustaka, 11-29, 80.
2. Krisnatuti, D., dkk. 1997, Perencanaan Menu
Untuk Penderita Gangguan Asam Urat. Jakarta:
Penebar Swadaya, 1-14.
3. Sujatno, M. 1998, Aplikasi Klinik Obat
Tradisional
Serta
Prospek
Dan
Pengembangannya.
Majalah
Kedokteran
Indonesia 48 (4), 172-176.
4. Nahrstedt, A, et al, 1982, Acalyphin A
Cyanogenic Glucoside From Acalypha india
(Aerial Parts). Phytochemistry 21(1), 101-105.
218
5.
Yuno, S. 2003, Uji Efek Campuran Ekstrak
Herba Seledri (Apium graveolens L) dan Jahe
Merah (Zingiber officinale Rosc.) terhadap
Penurunan Kadar Asam Urat Darah pada Tikus
Putih Jantan yang Diinduksi Kalium Oksonat.
Depok: Departemen Farmasi FMIPA-UI, 24-28.
6. Simalango, R. 2003, Analisis Pendahuluan
Kendungan Kimia Akar Dan Herba Serta Pola
Kromatogram Fraksi Etanol Ekstrak N-heksana
Herba Acalvpha indica, Linn. Yang tumbuh Di
Depok. Depok : Departemen Farmasi FMIPAUI, 40.
7. Bondy-Rosenberg, Diasease of Metabolism
Genetics Metabolism Endocrinology. 1970,
Philadelphia : Asian Edition, Saunders College
Publishing, 655-697.
8. Setiyohadi, B., 1994, Artritis Gout. Majalah
Kesehatan Masyarakat Indonesia (Journal Of
The Indonesian Public Health Association)
Tahun XXV No. 2 Maret. Jakarta: Penerbit
IAKMI, 128-133.
9. Francis, J. 1991, Preclinical Drug Disposition, A
Laboratory Handbook. New York: Marcel
Dekker, Inc, 49-53.
10. Sudjana, 1992, Metode Statistik. 5th ed.
Bandung: Penerbit Tarsito, 261-264.
Download