Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 4, No. 1, Januari 2005 EFEK PENURUNAN KADAR ASAM URAT DALAM DARAH PADA TIKUS PUTIH JANTAN DARI REBUSAN AKAR TANAMAN AKAR KUCING (Acalypha Indica Linn) Azizahwati, Sumali Wiryowidagdo, dan Kartika Prihandini Departemen Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia Abstract Acalypha indica roots have been used for generations to decrease uric acid level in Indonesia. This experiment was conducted to find out the effect of A. indica roots decoction on blood uric acid level of male white rats, which have been treated with caffeine. The experiment was performed to six groups and each group consists of five rats. Uric acid induced with caffeine was given orally to five groups while one group received 0,5% carboxymethylcellulose solution orally as the normal control. A. indica roots decoction was given orally in three dose variation i.e.: 2,7 g/200 g bw; 5,4 g/200 g bw; and 10,8 g/200 g bw. Alopurinol was used as standard. Level uric acid measurement with enzymatic method was done spectrophotometrically on 520 nm wavelengths. The test result showed that the A. indica root decoction using doses 2,7 g/200 g bw; 5,4 g/200 g bw; and 10,8 g/200 g bw could reduce blood uric acid level of male white rats. The decreasing potency of uric acid level was equal to doses increase, so the best result that can reduce uric acid level was 10,8 g/200 g bw. Keywords: Acalypha indica Linn; arthritis gout; caffeine; hyperuricemia; uric acid PENDAHULUAN Salah satu jenis obat tradisional yang paling banyak dibutuhkan adalah obat rematik, karena rematik tidak hanya menyerang seseorang yang memasuki usia 40 tahun, namun anak kecil pun bisa menderita rematik, baik laki-laki maupun perempuan. Selain itu, rematik mempunyai sifat sering kambuh sehingga dapat mengganggu aktivitas penderitanya (1). Menurut data yang diperoleh dari Rumah Sakit Umum Nasional Cipto Mangunkusumo Jakarta, penderita penyakit rematik gout dari tahun ke tahun semakin meningkat dan ada kecenderungan diderita pada usia semakin muda, yaitu kelompok usia produktif (30 sampai 50 tahun). Oleh karena itu, jika penyakit ini tidak ditangani secara tepat, maka gangguan yang ditimbulkan dapat menurunkan produktivitas kerja (2). Rematik didefinisikan sebagai kondisi yang disertai rasa nyeri dan kaku pada system tulangotot (muskoskeletal) dan penyakit yang terjadi pada jaringan ikat. Dapat juga diartikan sebagai penyakit yang menyerang sendi, otot dan jaringan tubuh. Terdapat dua jenis rematik, yaitu rematik artikuler dan rematik non-artikuler (1). Penyakit asam urat yang dalam istilah kedokterannya disebut arthritis pirai, rematik pirai, arthritis gout, atau rematik gout, adalah salah satu jenis penyakit rematik artikuler, yang dapat disebabkan oleh kelainan enzim ataupun karena pola hidup mengkonsumsi makanan yang mengandung kadar Purina yang tinggi sehingga meningkatkan kadar asam urat darah (hiperurisemia) yang pada akhirnya akan terakumulasi sebagai kristal monosodium urat di jaringan lunak terutama persendian (1). Salah satu tanaman yang diduga berkhasiat mengatasi penyakit rematik gout, dengan cara menurunkan kadar asam urat dalam darah adalah akar tanaman Acalypha indica Linn. atau dimasyarakat dikenal dengan nama akar kucing (1). Namun penggunaannya masih terbatas pada pengalaman empiric, sementara data klinis yang menjamin khasiat dan keamanannya masih sangat terbatas. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji khasiat dan keamanannya sehingga khasiat dan keamanan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah (3,4). Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan pengujian terhadap pengaruh pemberian rebusan akar A. indica L. secara oral untuk menurunkan kadar asam urat darah pada tikus putih jantan. Metode yang digunakan adalah metode enzimatik spektrofotometri, karena metode ini telah terbukti memberikan hasil yang akurat dalam pengukuran kadar asam urat darah pada tikus putih jantan (5). Pada percobaan ini, dilakukan variasi dosis yang bertujuan untuk mengetahui dosis terapi rebusan akar A. indica L. yang menunjukkan efek maksimal dalam menurunkan kadar asam urat darah tikus yang dibuat hiperurisemia. Untuk mengetahui efektivitas ekstrak tersebut dalam menurunkan kadar asam urat darah, maka dibandingkan dengan alopurinol yang merupakan obat sintetik standar. 213 Efek Penurunan asam urat … (Azizahwati dkk.) Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian rebusan akar A. indica L. secara oral terhadap kadar asam urat darah tikus putih jantan yang dibuat hiperurisemia. METODE Hewan Percobaan Hewan yang digunakan adalah tikus putih jantan (Raitus novergicus) galur Sprague Dawley, berumur 3 bulan, berat badan 200-250 g sebanyak 30 ekor. Tikus diperoleh dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia (BPOM-RI), Jakarta. Hewan coba diaklimatisasi selama 14 hari dan dikelompokkan masing-masing berisi lima ekor. Persiapan Bahan Uji Akar segar A. indica L. dicuci bersih, kemudian dikeringkan di udara terbuka. Pengeringan dilanjutkan dalam oven pada suhu antara 40-600C, dan dihaluskan hingga menjadi serbuk. Kemudian sebanyak 3300 g serbuk akar kering direbus dengan menggunakan 7,5 l air. Lalu hasil rebusan tersebut disaring dalam keadaan panas dan selanjutnya larutan diuapkan hingga diperoleh volume akhir 147 ml, maka diketahui konsentrasi rebusan akar adalah 22,45 g/ml. Pelaksanaan Percobaan Pada percobaan ini digunakan 30 ekor tikus yang dibagi secara acak menjadi enam kelompok perlakuan dan tiap kelompok terdiri dari lima ekor, yang dibedakan berdasarkan pemberian bahan uji. Tabel 1. Pembagian Kelompok Perlakuan Kelompok I II III IV V VI Perlakuan Kontrol normal, diberi larutan CMC 0,5% Kontrol perlakuan, diberi kafeina 27 mg/200 g bb dalam larutan CMC 0,5% Diberi kafein 27 mg/200 g bb dalam larutan CMC 0,5% dan bahan uji dosis 2,7 g/200 g bb dalam larutan CMC 0,5% (dosis I) Diberi kafein 27 mg/200 g bb dalam larutan CMC 0,5% dan bahan uji dosis 5,4 g/200 g bb dalam larutan CMC 0,5% (dosis II) Diberi kafein 27 mg/200 g bb dalam larutan CMC 0,5% dan bahan uji dosis 10,8 g bb dalam larutan CMC 0,5% (dosis III) Diberi kafein 27 mg/200 g bb dalam larutan CMC 0,5% dan alopurinol 36 mg/200 g bb dalam larutan CMC 0,5% (pembanding) Sebelum diberi perlakuan, tikus dibuat hiperurikemia dengan cara diberi kafein sebagai penginduksi selama percobaan, kemudian diukur kadar asam urat setelah enam hari pemberian kafein untuk melihat peningkatannya. Selanjutnya masingmasing kelompok tikus diberi perlakuan setiap hari selama sembilan hari. Dan pengambilan darah dilakukan setiap tiga hari sekali, melalui orbital sinus (4). Darah yang diperoleh ditampung dalam vial sample, kemudian disentrifugasi pada putaran 2000 rpm selama 10 menit. Plasma yang diperoleh, dipisahkan, dan disimpan dalam pendingin bersuhu 4 sampai 80C yang tahan hingga 7 hari. Penetapan kadar asam urat dalam darah dilakukan dengan menggunakan tes kolorimetrik enzimatik, metode urikase –PAP. Pengukuran kadar asam urat dilakukan pada panjang gelombang 520 nm. Data yang diperoleh diolah dengan uji kenormalan dan uji homogenitas, selanjutnya dilakukan analisis varian satu arah (one wary anova) untuk melihat hubungan antara kelompok perlakuan. Bila terdapat pengaruh nyata, maka untuk mengetahui perbedaan 214 Jumlah Tikus 5 5 5 5 5 5 antar perlakuan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) (5). HASIL DAN PEMBAHASAN Tanaman A. indica Linn. (akar kucing) dikenal sebagai tanaman yang banyak digunakan untuk obat rematik di masyarakat secara turun menurun dalam bentuk rebusan akar keringnya. Tikus dibagi menjadi enam kelompok, yaitu dua kelompok kontrol yaitu kontrol normal dan kontrol perlakuan, tiga kelompok variasi dosis, serta satu kelompok pembanding, dimana untuk tiap kelompok terdiri dari lima ekor tikus. Tiga variasi dosis yang ditetapkan berdasarkan uji pendahuluan dengan memperhitungkan kecepatan metabolisme hewan uji. Sebelum diberi bahan uji, tikus diinduksi dengan pemberian kafeina dengan dosis 27 mg/200 g bb secara oral selama enam hari berturut-turut. Maka diharapkan setelah enam hari pemberian kafeina, tikus telah hiperurisemia. Dosis dan lamanya waktu pemberian kafeina untuk menginduksi tikus hingga hiperurisemia didasarkan pada uji pendahuluan. Kafeina tetap diberikan kepada semua kelompok Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 4, No. 1, Januari 2005 selama masa percobaan, kecuali pada kelompok kontrol normal. Setelah diperoleh tikus hiperurisemia, pada hari ketujuh, semua tikus diberi perlakuan berdasarkan kelompok. Untuk tikus kelompok I dan II adalah kelompok kontrol normal yang diberi CMC 0,5% dan kontrol perlakuan yang diberi kafeina dengan dosis 27 mg/200 gram bb. Kontrol normal digunakan untuk mengetahui kadar asam urat darah tikus normal dan kontrol perlakuan digunakan untuk menunjukkan peningkatan kadar asam urat darah tikus hiperurisemia akibat pemberian kafeina. Kelompok III, IV dan V merupakan kelompok bahan uji dengan dosis 2,7 gram/200 gram bb; 5,4 gram/200 gram bb; dan 10,8 gram/200 gram bb, sedangkan kelompok VI merupakan standar pembanding, yaitu yang diberikan alopurinol dengan dosis 36 mg/200 gram bb, karena alopurinol adalah obat sintetis yang bekerja menghambat aktivitas kerja enzim xantina oksidase dan paling banyak digunakan untuk menurunkan kadar asam urat. Pemberian bahan uji dan perlakuan lainnya dilakukan selama sembilan hari setelah tikus hiperurisemia. Pengambilan darah dilakukan sebanyak empat kali yaitu setelah diinduksi dengan kafeina selama enam hari (hari ke-6), setelah hiperurisemia kemudian diberi perlakuan selama tiga hari (hari ke-9), enam hari (hari ke-12), dan sembilan hari (hari ke-15). Darah diambil melalui orbital sinus (5). Darah yang diperoleh, selanjutnya disentrifugasi selama 10 menit dengan kecepatan 2000 rpm untuk mendapatkan plasmanya. Kemudian plasma tersebut diukur dengan menggunakan metode enzimatik spektrofotometri karena cara ini merupakan cara yang paling akurat dan praktis serta cepat (6). Kadar asam urat yang diperoleh, dianalisis secara statistik dengan varian satu arah (anova) dan dilanjutkan dengan uji beda nyata terkecil (BNT). Namun, sebelumnya dilakukan dulu uji homogenitas dan uji distribusi normal terhadap data-data tersebut. dengan metode anova dan BNT dapat diketahui perbedaan setiap perlakuan antar kelompok dan kebermaknaan perbedaan tersebut. Data hasil analisis varians satu arah kadar asam urat tikus hiperurisemia setelah diberi perlakuan selama tiga hari, menunjukkan adanya data antar kelompok yang berbeda secara bermakna (α < 0,05) dan berdasarkan uji beda nyata terkecil diperoleh bahwa kelompok III (dosis 2,7 g/200 g bb) dengan kadar asam urat rata-rata 3,64 + 0,89 mg/dl berbeda secara bermakna dengan kelompok standar pembanding yang memiliki kadar asam urat rata-rata sebesar 1,49 + 1,02 mg/dl, sedangkan kelompok IV (dosis 10,8 g/200 g bb) yang mempunyai kadar asam urat rata-rata 1,62 + 0,49 mg/dl tidak berbeda secara bermakna (α > 0,05). Sehingga dapat dikatakan bahwa hanya kelompok IV (dosis 5,4 g/200 g bb) dan V (dosis 10,8 g/200 g bb) yang mempunyai efek menurunkan kadar asam urat yang sebanding dengan pembanding alopurinol, sedangkan kelompok III (dosis 2,7 g/200 g bb) belum dapat menunjukkan efek menurunkan kadar asam urat. Hal ini disebabkan karena dosis kelompok III merupakan dosis terkecil dari variasi dosis yang diberikan sehingga jumlah bahan uji yang berada dalam tubuh tikus pun kecil dan belum cukup untuk menurunkan kadar asam urat darah tikus dalam waktu tiga hari. Tabel 2 dan Gambar 1. Tabel 2. Uji Efek Berbagai Rebusan Akar Acalypha indica Linn. terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Darah Setelah Hiperurisemia dan Diberi Perlakuan Selama Tiga Hari Jumlah Tikus 1 2 3 4 5 Rata-rata SD I 3,39 2,31 1,63 2,31 3,71 2,67 0,86 II 4,47 1,76 2,44 4,88 0,41 2,79 1,87 Kadar Asam Urat (mg/dl) Kelompok III IV 3,90 2,19 3,71 2,48 4,95 4,19 2,86 2,38 2,76 1,62 3,64 2,57 0,89 0,96 V 2,38 1,14 1,71 1,24 1,62 1,62 0,49 VI 1,89 1,63 0,95 2,85 0,14 1,49 1,02 215 Efek Penurunan asam urat … (Azizahwati dkk.) Tabel 3. Uji Efek Berbagai Dosis Rebusan Akar A. indica Linn. terhadap penurunan Kadar Asam Urat Darah Setelah Diinduksi Selama Enam Hari Jumlah Tikus 1 2 3 4 5 Rata-rata SD I 1,08 2,03 4,88 1,89 3,79 2,73 1,55 II 1,89 4,20 1,76 1,22 2,58 2,33 1,15 Kadar Asam Urat (mg/dl) Kelompok III IV 6,78 3,48 2,78 3,83 2,09 1,39 1,74 1,39 2,09 2,96 3,10 2,61 2,09 1,16 V 3,48 3,17 3,83 0,69 2,43 2,72 1,25 VI 3,39 1,76 1,49 3,39 1,36 2,28 1,03 5 4,5 4 3,5 3 Kadar Asam 2,5 Urat Rata-rata 2 1,5 1 0,5 0 I II III IV V VI Kelom pok Keterangan : Kelompok I: Kontrol normal; Kelompok II: Kontrol perlakuan; Kelompok III: Bahan uji Dosis I; Kelompok IV: Bahan uji dosis II; Kelompok V: Bahan uji dosis III; Kelompok VI: Pembanding standar Alupurinol Gambar 1 : Grafik hubungan kelompok perlakuan dengan kadar asam urat rata-rata setelah hiperurisemia dan diberi perlakuan Selama Tiga hari Setelah hari keenam perlakuan terhadap tikus hiperurisemia, diperoleh data yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang bermakna (α < 0,05) diantara beberapa kelompok. Ketiga kelompok bahanuji, yaitu kelompok III (dosis 2,7 gram/200 gram bb) yang mempunyai kadar asam urat rata-rata sebesar 1,39 + 028 mg/dl; kelompok IV (dosis 5,4 gram/200 gram bb) dengan kadar asam urat rata-rata 1,98 + 1,15 mg/dl; dan kelompok V (dosis 10,8 gram/200 gram bb)yang memiliki kadar asam urat rata-rata 1,38 + 0,30 mg/dl dibandingkan dengan kelompok pembanding alopurinol yang mempunyai kadar asam urat rata-rata sebesar 0,87 + 0,85 mg/dl adalah tidak berbeda secara bermakna (α > 0,05). Dan apabila ketiga kelompok bahan uji tersebut dibandingkan dengan kelompok kontrol, baik kontrol 216 normal yang mempunyai kadar asam urat rata-rata 2,71 + 0,97 mg/dl maupun perlakuan yang mempunyai kadar asam urat rata-rata2,93 + 1,72 mg/dl, terlihat bahwa untuk kelompok III dan kelompok V menunjukkan perbedaan yang bermakna (α < 0,05) dengan kedua kelompok kontrol tersebut, sedangkan kelompok IV tidak memperlihatkan perbedaan yang bermakna dengan kelompok Kontrol. Maka dapat disimpulkan bahwa efek penurunan ketiga kelompok bahan uji tersebut sebanding dengan efek penurunan kadar asam urat yang ditunjukkan oleh alopurinol, dimana untuk kelompok III dan V dapat menurunkan kadar asam urat hingga di bawah kelompok normal, sedangkan kelompok IV hanya mampu menurunkan kadar asam urat hingga mencapai normal. Tabel 3 dan gambar 2. Jurnal Bahan Alam Indonesia ISSN 1412-2855 Vol. 4, No. 1, Januari 2005 kadar asam urat rata-rata kelompok alopurinol adalah 0,92 + 1,54 dan kelompok normal sebesar 2,10 + 0,75 mg/dl. maka dapat dikatakan bahwa ketiga dosis bahan uji telah mampu menurunkan kadar asam urat hingga setara dengan kelompok kontrol normal maupun kelompok pembanding alopurinol. Untuk kelompok kontrol perlakuan terlihat perbedaan yang bermakna dengan kelompok lainnya (α > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian kafeina dosis 27 mg/200 g bb secara terus menerus dapat meningkatkan kadar asam urat darah tikus. Tabel 4 dan Gambar 3. Pada hari kesembilan setelah tikus hiperurisemia diberi perlakuan, terlihat bahwa kelompok III, IV dan V menunjukkan hasil penurunan yang bermakna. Hal ini ditunjukkan dengan hasil analisis yang tidak berbeda secara bermakna (α > 0,05) antara kelompok III (dosis 2,7 g/200 g bb) yang mempunyai kadar asam urat ratarata 1,82 + 0,84 mg/dl; kelompok IV (dosis 5,4 g/200 g bb) yang memiliki kadar asam urat rata-rata sebesar 1,49 + 1,01 mg/dl; dan kelompok V (dosis10,8 g/200 g bb) yang mempunyai kadar asam urat rata-rata 1,26 + 1.16 mg/dl dengan kelompok pembanding alopurinol maupun kelompok kontrol normal, dimana 5 4,5 4 3,5 3 Kadar Asam 2,5 Rata-rata 2 1,5 1 0,5 0 I II III IV V VI Kelompok Keterangan : Kelompok I: Kontrol normal; Kelompok II: Kontrol perlakuan; Kelompok III: Bahan uji dosis I; Kelompok IV: Bahan uji dosis II; Kelompok V: Bahan uji dosis III; Kelompok VI: Pembanding standar. Gambar 2 : Grafik hubungan kelompok perlakuan dengan kadar asam urat rata-rata etelah hiperurisemia dan diberi perlakuan selama enam hari Tabel 4 Uji Efek Berbagai Dosis Rebusan Akar Acalypha indica Linn. terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Darah Setelah Hiperurisemia dan Diberi Perlakuan Selama Sembilan Hari Jumlah Tikus 1 2 3 4 5 Rata-rata SD I 2,43 1,89 0,95 2,26 2,96 2,10 0,75 II 6,37 6,24 1,91 1,74 3,86 4,02 2,24 Kadar Asam Urat (mg/dl) Kelompok III IV 3,25 2,63 1,83 0,80 1,49 2,51 1,25 1,03 1,26 0,46 1,82 1,49 0,84 1,01 V 3,25 1,25 0,91 0,57 0,34 1,26 1,16 VI 3,66 0,27 0,14 0,35 0,17 0,92 1,54 217 Efek Penurunan asam urat … (Azizahwati dkk.) 9 8 7 6 Kadar Asam 5 Rata-rata 4 3 2 Keterangan : 1 Kelompok I 0: Kontrol normal; Kelompok II : Kontrol perlakuan; I II IV IV : V VI dosis II; Kelompok III : Bahan uji dosis I; III Kelompok Bahan uji Kelompok V : Bahan uji dosis III; Kelompok VI : Pembanding standar. Kelompok Gambar 3 : Grafik hubungan kelompok perlakuan dengan kadar asam urat rata-rata setelah hiperurisemia dan diberi perlakuan selama sembilan hari KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Rebusan akar Acalypha indica Linn. dengan dosis 2,7 gram/200 gram bb; 5,4 gram/200 gram bb; 10,8 gram/200 gram bb dapat menurunkan kadar asam urat darah. 2. Penurunan kadar asam urat darah sebanding dengan peningkatan dosisnya. 3. Kemampuan rebusan akar A. indica L. menurunkan kadar asam urat darah setara dengan alopurinol dosis 36 mg/200 g bb atau 200 mg untuk manusia. DAFTAR RUJUKAN 1. Utami, P. Dkk., 2003, Tanaman Obat Untuk Mengatasi Rematik dan Asam Urat. Depok: Penerbit Agro Media Pustaka, 11-29, 80. 2. Krisnatuti, D., dkk. 1997, Perencanaan Menu Untuk Penderita Gangguan Asam Urat. Jakarta: Penebar Swadaya, 1-14. 3. Sujatno, M. 1998, Aplikasi Klinik Obat Tradisional Serta Prospek Dan Pengembangannya. Majalah Kedokteran Indonesia 48 (4), 172-176. 4. Nahrstedt, A, et al, 1982, Acalyphin A Cyanogenic Glucoside From Acalypha india (Aerial Parts). Phytochemistry 21(1), 101-105. 218 5. Yuno, S. 2003, Uji Efek Campuran Ekstrak Herba Seledri (Apium graveolens L) dan Jahe Merah (Zingiber officinale Rosc.) terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Darah pada Tikus Putih Jantan yang Diinduksi Kalium Oksonat. Depok: Departemen Farmasi FMIPA-UI, 24-28. 6. Simalango, R. 2003, Analisis Pendahuluan Kendungan Kimia Akar Dan Herba Serta Pola Kromatogram Fraksi Etanol Ekstrak N-heksana Herba Acalvpha indica, Linn. Yang tumbuh Di Depok. Depok : Departemen Farmasi FMIPAUI, 40. 7. Bondy-Rosenberg, Diasease of Metabolism Genetics Metabolism Endocrinology. 1970, Philadelphia : Asian Edition, Saunders College Publishing, 655-697. 8. Setiyohadi, B., 1994, Artritis Gout. Majalah Kesehatan Masyarakat Indonesia (Journal Of The Indonesian Public Health Association) Tahun XXV No. 2 Maret. Jakarta: Penerbit IAKMI, 128-133. 9. Francis, J. 1991, Preclinical Drug Disposition, A Laboratory Handbook. New York: Marcel Dekker, Inc, 49-53. 10. Sudjana, 1992, Metode Statistik. 5th ed. Bandung: Penerbit Tarsito, 261-264.