v. gambaran umum lokasi penelitian

advertisement
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
5.1. Gambaran Wilayah Kabupaten Ciamis
Berdasarkan data geografis, wilayah Kabupaten Ciamis berada pada
108°20' sampai dengan 108°40' Bujur Timur dan 7°40'20" Lintang Selatan.
Wilayah sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Majalengka dan Kabupaten
Kuningan, sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Tasikmalaya dan Kota
Tasikmalaya, sebelah Timur berbatasan dengan Kota Banjar dan Propinsi Jawa
Tengah, dan sebelah Selatan dengan Samudera Indonesia. Wilayah Kabupaten
Ciamis berkurang dibanding dengan keadaan tahun 2002 yaitu dari 255.910 ha
menjadi 244.479 ha.
Kabupaten Ciamis terdiri dari 36 kecamatan dan 345 desa/kelurahan.
Keadaan alam di Kabupaten Ciamis cukup potensial untuk pertanian dan
pendistribusian hasil pertanian karena wilayahnya merupakan jalur tranportasi
antar kota maupun antar provinsi.
Pada umumnya wilayah Kabupaten Ciamis berupa pegunungan dan
dataran tinggi, kecuali di perbatasan dengan Jawa Tengah bagian selatan, serta
sebagian wilayah pesisir. Pantai selatan Ciamis bagian timur berupa teluk,
diantaranya Teluk Pangandaran, Teluk Parigi, dan Teluk Pananjung. Ciamis
berada pada posisi strategis yang dilalui jalan Nasional lintas Jawa Barat-Jawa
Tengah dan jalan Provinsi lintas Ciamis-Cirebon-Jawa Tengah.
Jumlah penduduk Kabupaten Ciamis berjumlah 1.586.076 jiwa dengan
kepadatan 620 jiwa/km². Berdasarkan proporsi jenis kelamin, penduduk jenis
kelamin laki-laki terdiri dari 786.059 jiwa dan perempuan 800.017 jiwa. Usia
tidak produktif berjumlah 496.442 jiwa sedangkan usia produktif berjumlah
1.089.634 jiwa. Pada umumnya mata pencaharian Kabupaten Ciamis bagian utara
bergerak dibidang pertanian dataran tinggi, bagian timur pertanian sawah dan
bagian selatan berupa nelayan.
Kecamatan Sukamantri merupakan salah satu kecamatan dari 36
kecamatan yang ada di Kabupaten Ciamis yang memiliki luas 4.790,662 Ha.
Secara administratif Kecamatan Sukamantri terdiri dari lima desa, 61 RW dan
56
164 RT. Rincian luas lahan dan pembagian administratif tiap desa di Kecamatan
Sukamantri dapat dilihat pada Tabel 9.
Tabel 9. Pembagian Luas Lahan dan Administratif Setiap Desa di Kecamatan
Sukamantri Tahun 2009
No
1
2
3
4
5
Desa/Kelurahan
Sukamantri
Cibeureum
Sindanglaya
Mekarwangi
Tenggeraharja
Jumlah
Luas Lahan
(Ha)
820,705
1.448,695
750,035
918,414
852,853
4.790,682
Persentase
(%)
17,13
30,24
15,66
19,17
17,80
100
RW
14
16
13
9
9
61
Jumlah
RT
30
51
41
22
20
164
Dusun
7
9
5
4
5
30
Sumber : Kecamatan Sukamantri,2008.
Berdasarkan Tabel 9, Desa Cibeureum merupakan desa yang memiliki
luas lahan terluas di Kecamatan Sukamantri dengan luas lahan 1.448,695 Ha atau
30,24 persen dari luas keseluruhan kecamatan. Sedangkan Desa Sindanglaya
merupakan desa dengan luas lahan paling sedikit dibandingkan desa lainnya di
Kecamatan Sukamantri yaitu seluas 750,035 Ha atau 15,66 persen. Desa
Sindanglaya merupakan desa paling sedikit luas lahannya di Kecamatan
Sukamantri, namun untuk pembudidayaan usahatani ganyong merupakan yang
terdepan dibandingkan desa lainnya di Kecamatan Sukamantri karena di desa ini
sudah ada sistem semi pabrikasi dalam pengolahan ganyong menjadi tepung
ganyong.
Berdasarkan geografis letak Kecamatan Sukamantri berada di bagian
utara Kabupaten Ciamis dengan batas wilayah sebelah utara berbatasan dengan
Kabupaten Majalengka, sebelah timur dengan Kecamatan Panawangan, sebelah
selatan dengan Kecamatan Panjalu dan sebelah barat dengan Kecamatan
Panumbangan. Jarak tempuh (orbitasi) dari ibukota Kecamatan Sukamantri
dengan pusat pemerintahan Kabupaten Ciamis berjarak 42 Km dan jarak ke pusat
pemerintahan Provinsi Jawa Barat berjarak 110 Km. Peta Kecamatan Sukamantri
dapat dilihat pada Lampiran 2.
Ketinggian wilayah Kecamatan Sukamantri berada pada 729 mdpl dengan
suhu berkisar antara 17ºC sampai dengan 21ºC. Jumlah hari terbanyak dengan
57
curah hujan adalah 30 hari dengan banyaknya curah hujan 2588mm/h.
Kecamatan Sukamantri merupakan daerah dataran tinggi dengan bentuk wilayah
datar sampai berombak 30 persen, berombak sampai berbukit 40 persen dan
berbukit sampai bergunung 30 persen.
Pemanfaatan lahan yang ada di Kecamatan Sukamantri didasarkan pada
penggunaannya yaitu sebagai permukiman, kebun atau pekarangan, empang atau
kolam, lahan pertanian, perkebunan swasta maupun rakyat, pemakaman,
perkantoran, dan lainnya yang berkaitan dengan fasilitas umum dan sosial.
Penggunaan lahan di Kecamatan Sukamantri dapat dilihat pada Tabel 10.
Berdasarkan Tabel 10, pemanfaatan lahan untuk kegiatan agribisnis
adalah seluas 2.710,734 Ha atau 56,58 persen dari total luas lahan yang ada di
Kecamatan Sukamantri. Selain pemanfaatan lahan untuk kegiatan pertanian
rakyat, di Kecamatan Sukamantri juga terdapat lahan pertanian milik swasta, baik
untuk kepentingan perusahaan maupun lahan percontohan salah satu perguruan
tinggi swasta di sekitar Kabupaten Ciamis. Kegiatan agribisnis ini meliputi
pertanian sawah, sayuran, umbi-umbian, perkebunan, peternakan dan perikanan.
Luas lahan untuk kepentingan lainnya adalah untuk jalur transportasi, sungai,
fasilitas pendidikan, fasilitas umum dan fasilitas sosial seluas 1.919,798 Ha atau
40,07 persen dan sisanya untuk kepentingan pemakaman sebesar 0,22 persen,
perkantoran 0,06 persen serta permukiman 3,06 persen.
Tabel 10. Penggunaan Lahan di Kecamatan Sukamantri Tahun 2009
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
Keterangan
Permukiman
Kebun atau pekarangan
Empang atau kolam
Lahan pertanian
Perkebunan swasta
Perkebunan rakyat
Pemakaman
Perkantoran
Lainnya
Jumlah
Luas Lahan (Ha)
146,75
1.857,32
41,18
482,24
30,00
300,00
10,75
2,65
1.919,80
4.790,68
Persentase (%)
3,06
38,77
0,86
10,07
0,63
6,26
0,22
0,06
40,07
100
Sumber : Kecamatan Sukamantri Tahun 2009.
58
Komoditas tanaman pertanian yang dibudidayakan di Kecamatan
Sukamantri diantaranya adalah padi, jagung, ketela pohon, ganyong dan lain-lain.
Pada umumnya masyarakat Kecamatan Sukamantri yang bermata pencaharian
sebagai petani adalah dengan bertani sawah. Tabel 11 menunjukkan penggunaan
lahan pertanian tiap komoditas di Kecamatan Sukamantri.
Tabel 11. Luas Lahan per Tanaman yang Dibudidayakan Di Kecamatan
Sukamantri Tahun 2009.
No
1
2
3
4
5
Jenis Tanaman
Padi
Jagung
Ketela pohon
Ganyong
Lain-lain
Jumlah
Luas Lahan (Ha) Persentase (%) Jumlah Produksi (Ton)
400,00
82,95
11.200
20,00
4,15
90
15,00
3,11
200
33,00
6,84
594
14,24
2,95
215
482,237
100
12.299
Sumber: Kecamatan Sukamantri Tahun 2009.
Berdasarkan Tabel 11 padi merupakan komoditas yang banyak
dibudidayakan oleh para petani yaitu mencapai 82,95 persen dari luas lahan
pertanian di Kecamatan Sukamantri. Ganyong saat ini baru dikembangkan di
lahan seluas 33 Ha, hal ini disebabkan karena ganyong belum banyak
dikembangkan oleh masyarakat dan dinilai hanya sebagai makanan tambahan
rumah tangga sehingga pembudidayaannya pun hanya sebagai mata pencaharian
sampingan petani.
Keberadaan kelompok tani pada kegiatan usahatani merupakan hal yang
penting. Kelompok tani ini berupa organisasi informal para petani yang mampu
membantu para petani baik dalam penyediaan input produksi maupun dalam hal
pemasaran. Jumlah kelompok tani yang ada di Kecamatan Sukamantri berjumlah
10 kelompok tani. Kelompok tani ini bergerak dalam berbagai bidang, yaitu
diantaranya perikanan, peternakan dan tanaman pangan.
Di Kecamatan Sukamantri sarana umum seperti sarana pendidikan,
agama, kesehatan dan sosial sudah tersedia. Sarana pendidikan telah tersedia
mulai dari tingkat Taman Kanak-Kanak (TK) hingga tingkat SMA/sederajat.
Sedangkan sarana agama adalah tersedianya banyak mushola maupun mesjid
sebagai tempat ibadah warga Kecamatan Sukamantri yang 100 persen
59
penduduknya beragama islam. Sarana kesehatan berupa puskesmas dan sarana
kesehatan lainnya tersedia di kecamatan ini dan untuk sarana sosial berupa sarana
untuk kepentingan kemasyarakatan.
5.2. Kondisi Demografi Lokasi Penelitian
Kecamatan Sukamantri yang terdiri dari 61 rukun warga dan 164 rukun
tetangga serta terdiri dari 6.515 kepala keluarga memiliki jumlah penduduk
(2009) sebanyak 23.975 jiwa. Kecamatan Sukamantri ini terbagi menjadi lima
desa. Proporsi jumlah penduduk laki-laki sebanyak 12.149 jiwa dan perempuan
11.826 jiwa. Rincian jumlah penduduk di Kecamatan Sukamantri tiap desa dapat
dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Jumlah Penduduk Tiap Desa di Kecamatan Sukamantri per Desember
2009
No
1
2
3
4
5
Desa
Sukamantri
Cibeureum
Sindanglaya
Mekarwangi
Tenggerraharja
Jumlah
Jumlah
Total (orang)
Laki-Laki
Perempuan
2694
2574
5268
3728
7503
3775
2377
2247
4624
1977
3969
1992
1311
1300
2612
12149
11826
23975
Persentase
(%)
21,97
31,30
19,29
16,55
10,89
100
Sumber : Kecamatan Sukamantri Tahun 2009.
Berdasarkan Tabel 12, jumlah penduduk Kecamatan Sukamantri adalah
sebanyak 23.975 jiwa dengan proporsi penduduk laki-laki sebanyak 12.149 jiwa
atau 50,67 persen dan penduduk perempuan sebanyak 11.826 jiwa atau 49,33
persen dari total keseluruhan jumlah penduduk. Desa Cibeureum yang merupakan
desa terluas di Kecamatan Sukamantri memiliki penduduk sebesar 7.503 jiwa atau
31,30 persen. Sedangkan Desa Tenggerraharja merupakan desa yang memiliki
jumlah penduduk paling sedikit di Kecamatan Sukamantri yaitu sebanyak 2.612
jiwa atau 10,89 persen hal ini disebabkan karena kondisi topografi desa ini yang
berbukit. Desa Sindanglaya yang merupakan lokasi penelitian ini memiliki jumlah
penduduk sebanyak 4624 jiwa atau 19,29 persen dengan jumlah petani ganyong
60
sebanyak 51 orang. Desa Sindanglaya ini merupakan desa yang menjadi sentra
produksi ganyong karena adanya daya tarik sistem pengolahannya.
Penduduk di Kecamatan Sukamantri adalah merupakan asli warga
Indonesia, tidak ada warga yang merupakan warga keturunan asing sehingga
nuansa kekeluargaan dan sifat gotong royong masih ada. Menurut data buku
monografi Kecamatan Sukamantri (2009),
Sukamantri
yang
berombak
hingga
kondisi topografi Kecamatan
berbukit
menyebabkan
pemerataan
permukiman penduduk tidak terlalu padat dan tidak merata yaitu rata-rata hanya
berjumlah 5 jiwa tiap Km².
Kemajuan suatu daerah tentunya tidak terlepas dari adanya peran serta aktif
warganya. Penduduk yang telah memasuki angkatan kerja dan merupakan
penduduk produktif adalah salah satu faktor keberhasilan suatu daerah, karena
melalui golongan produktif ini mampu menghasilkan pendapatan yang bertujuan
untuk kesejahteran dirinya dan orang-orang yang menjadi tanggungannya yaitu
golongan tidak produktif. Rincian golongan tiap usia warga Kecamatan Sukamantri
dapat dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Pengolongan Usia Penduduk di Kecamatan Sukamantri Tahun 2009
No
1
2
3
Usia (tahun)
0 – 14
15 – 64
≥ 65
Golongan
Non produktif
Produktif
Non produktif
Jumlah
Jumlah ( orang )
7662
10161
6152
23975
Persentase (%)
31,96
42,38
25,66
100
Sumber : Kecamatan Sukamantri, 2009 (Diolah).
Berdasarkan Tabel 13, jumlah penduduk golongan produktif adalah
sebanyak 10.161 orang atau 42,38 persen dari total jumlah penduduk. Penduduk
golongan produktif ini yaitu penduduk yang sudah memasuki usia angkatan kerja
baik yang bekerja maupun tidak atau belum bekerja. Walaupun penduduk usia di
atas 65 tahun dikatakan sebagai penduduk usia non produktif, namun penduduk
diusia ini tidak jarang yang masih bekerja. Melalui uji 40% (Forty percent test)
dalam Rusli (1995) dikatakan bahwa penduduk untuk Kecamatan Sukamantri
61
penduduknya termasuk golongan usia produktif, hal ini ditunjukkan dalam rumus
sebagai berikut :
Uji 40% =
Jumlah penduduk umur 0 – 14 tahun
Jumlah total penduduk
X 100%
Uji 40% =
7662 0rang
23975 orang
X 100%
= 31,96 %
Pada rumus di atas diperoleh hasil 31,96 persen yaitu hasil ini di bawah
40% ( < 40% ). Artinya jika hasil yang diperoleh di bawah 40 %, maka daerah
tersebut penduduknya termasuk golongan usia produktif. Menurut Rusli (1995),
untuk beban ketergantungan (Dependency Ratio) penduduk Kecamatan Sukamantri
dapat dirumuskan sebagai berikut :
DR =
Jumlah penduduk umur (0 – 14 tahun) + ( > 65 tahun )
Jumlah penduduk umur ( 15 – 64 tahun )
DR =
7662 orang + 6152 orang
10161 orang
X 100%
X 100%
= 136
Beban ketergantungan atau Dependency Ratio di Kecamatan Sukamantri
adalah 136. Hasil DR sebesar 136 menunjukkan bahwa setiap 100 orang penduduk
usia produktif harus menanggung sebanyak 136 orang penduduk bukan usia
produktif.
Mata pencaharian yang dilakukan oleh masyarakat Kecamatan Sukamantri
adalah dibidang pertanian, terdiri dari petani, petani penggarap dan buruh tani. Hal
ini disebabkan karena kondisi alam di daerah ini sangat cocok untuk kegiatan
pertanian, terutama pertanian dataran tinggi. Selain itu, ketersediaan air untuk
pertanian pun tersedia yang bersumber dari Gunung Syawal yang mengalir
sepanjang tahun. Mata pencaharian pokok warga Kecamatan Sukamantri dapat
dilihat pada Tabel 14.
62
Tabel 14 secara jelas menunjukkan jumlah warga Kecamatan Sukamantri
yang sudah memiliki pekerjaan dengan rincian pekerjaannya tiap bidang mata
pencaharian. Dari berbagai mata pencaharian yang ada di Kecamatan Sukamantri,
terlihat bahwa mata pencaharian yang bergerak dibidang pertanian mampu menarik
sebesar 52,26 persen dari jumlah warga yang yang bekerja di Kecamatan
Sukamantri atau sebanyak 5.130 orang. Mata pencaharian yang memiliki porsi
paling sedikit adalah sebagai TKI yaitu berjumlah tiga orang atau sebesar 0,03
persen dari total penduduk yang bekerja
Tabel 14. Mata Pencaharian Pokok Warga Kecamatan Sukamantri Tahun 2009
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
Jenis Pekerjaan
Petani
Petani Penggarap
Buruh Tani
Pengusaha Sedang/Besar
Pengrajin/ Industri Kecil
Buruh Bangunan
Buruh Perkebunan
Pedagang
Jasa Pengangkutan
PNS
TNI/POLRI
Pensiunan PNS/TNI/POLRI
Peternak
TKI
Total
Jumlah (orang)
2675
220
2235
40
53
201
75
3058
80
192
10
245
730
3
9817
Persentase (%)
27,25
2,24
22,77
0,41
0,54
2,05
0,76
31,15
0,81
1,96
0,10
2,50
7,44
0,03
100
Sumber : Kecamatan Sukamantri, 2009 (Diolah).
Perkembangan teknologi dan semakin berkembangnya sistem transportasi
membuat saluran pendistribusian hasil pertanian menjadi lebih mudah walaupun
berasal dari pelosok daerah. Namun kendala yang dihadapi adalah buruknya jalur
distribusi yaitu jalan di Desa Sindanglaya Kecamatan Sukamantri yang rusak.
Kecamatan Sukamantri pada khususnya atau wilayah Kabupaten Ciamis bagian
utara yang kodisi alamnya mendukung untuk kegiatan pertanian membuat suatu
rencana dari Pemkab Ciamis untuk menjadikan Ciamis bagian utara sebagai
wilayah agropolitan.
63
Jenis pertanian yang paling banyak diusahakan oleh warga Kecamatan
Sukamantri adalah jenis pertanian dataran tinggi seperti sayuran. Selain itu,
pertanian sawah pun telah banyak diusahakan oleh warga. Kegiatan pertanian
yang dilakukan di Kecamatan Sukamantri tidak lepas dari adanya peran Dinas
Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Ciamis yang rutin memberikan
penyuluhan kepada petani. Penyuluhan pada usahatani ganyong minimal
dilakukan oleh penyuluh per minggu satu kali yaitu setiap hari Rabu. Kepedulian
pemeritah daerah terlihat jelas terhadap pertanian yaitu melalui bupati Kabupaten
Ciamis menyarankan kepada seluruh warganya untuk menanam segala bentuk
tanaman pangan.
Kecamatan Sukamantri yang pertaniannya dinilai maju dan kondisi
alamnya yang cocok untuk berbagai macam pertanian menjadikan daerah ini
sebagai tempat untuk praktikum lapangan bagi mahasiswa maupun untuk
penelitian. Mahasiswa yang sering mengadakan praktikum dan penelitian di
daerah ini diantaranya adalah dari Universitas Galuh Ciamis, Universitas
Siliwangi Tasikmalaya, Universitas Padjadjaran dan Universitas Jenderal
Soedirman. Selain itu, adanya pihak swasta diluar akademisi yang saat ini mulai
datang ke daerah tersebut untuk melakukan survey bagi keperluan perusahaan,
seperti mencari bahan baku produksi perusahaan.
Para petani yang ada di Kecamatan Sukamantri saat ini telah mampu
mengembangkan sistem pertaniannya dengan pola semi modern mengikuti
tuntutan teknologi budidaya pertanian. Di Desa Sindanglaya khususnya, selain
sistem pertaniaanya yang mengarah pada sistem semi modern, pasar
komoditasnya pun sudah cukup berkembang. Sistem transportasi sudah tersedia
untuk melakukan pendistribusian hasil pertanian, komoditas hasil pertanian
beragam dan telah tersedianya sarana fasilitas umum sebagai pasar untuk
transaksi jual beli hasil pertanian yang berdekatan dengan pusat pemerintahan
kecamatan dan sub terminal angkutan umum.
Fasilitas jasa perbankan dan perkreditan untuk pengembangan usahatani
telah tersedia di kecamatan ini, hal ini sangat membantu dan mepermudah lalu
lintas keuangan di daerah tersebut, yaitu telah tersedianya BRI dan BPR.
Pembayaran kredit yang dilakukan oleh petani kepada pihak bank karena dinilai
64
lancar, maka pihak perbankan pun dengan mudahnya untuk meberikan pinjaman
diperiode berikutnya. Dalam analisis usahatani dan promosi hasil pertanian
beberapa petani sudah memanfaatkan jaringan internet untuk mengetahui
perkembangan pasar, hal ini tidak terlepas dari adanya peran serta pemerintah dan
masyarakat yang mengerti akan pentingnya informasi yang serba cepat.
Sejumlah warga yang berada di daerah ini pada umumnya memiliki
rumah permanen yang terbuat dari batu bata dan semen, hal ini membuktikan
bahwa warga tersebut walaupun mayoritas bermata pencaharian dibidang
pertanian namun bisa menabung dan hidup layak. Mereka pun mampu
menyekolahkan anak-anaknya untuk generasi sekarang hingga ke kota untuk
melanjutkan pendidikannya hingga jenjang yang lebih tinggi yang belum tersedia
di daerah ini.
Para warga pada umumnya tidak hanya memiliki satu mata pencaharian
sebagai sumber penghasilannya namum memiliki mata pencaharian lain sebagai
mata pencaharian sampingan. Misalnya warga yang berprofesi sebagai petani
tidak selamanya menghabiskan waktunya di kebun atau sawah, tetapi mereka
memiliki pekerjaan lain di luar pertanian jika tidak sedang bekerja di kebun atau
sawah dengan berwiraswasta di luar kota maupun menjadi pekerja borongan
maupun harian di orang lain.
5.3. Karekteristik Petani Responden
Responden dalam penelitian ini adalah petani yang sedang mengusahakan
ganyong. Petani responden ini adalah meliputi petani ganyong yang tergabung
dalam kelompok tani Harapan Mulya maupun petani bukan anggota kelompok.
Beberapa karakteristik responden yang dianggap penting meliputi status usaha,
umur, pendidikan, luas lahan, pengalaman bertani ganyong, status kepemilikan
lahan dan alasan bertani ganyong.
Karakteristik responden yang dianggap penting tersebut dipilih karena
dianggap mempengaruhi dalam pelaksanaan usahatani ganyong terutama dalam
melakukan teknik budidaya yang akan berpengaruh pada produksi petani
tersebut. Karakteristik petani responden untuk usahatani ganyong dapat dilihat
pada Tabel 15.
65
Tabel 15. Karakteristik Responden Petani Ganyong di Desa Sindanglaya
Kecamatan Sukamantri Tahun 2009
No
1
2
3
4
5
6
7
Karakteristik Responden
Status Usaha
a
Utama
b
Sampingan
Umur (tahun)
a
≤ 20
21 – 40
b
41 – 50
c
d
≥ 51
Pendidikan
SD/Sederajat
a
SMP/Sederajat
b
SMA/Sederajat
c
Pengalaman bertani ganyong (tahun)
1-5
a
5,1 - 10
b
c
≥ 10,1
Luas lahan (Ha)
≤ 0,5
a
0,51 - 1
b
≥ 1,01
c
Status kepemilikan lahan
Milik sendiri
a
Bukan milik sendiri
b
Alasan bertani ganyong
Menambah penghasilan
a
Adanya motivasi dari kelompok tani
b
Menambah
c
wawasan/pengalaman/pengetahuan
Adanya kebijakan Pemprov Jabar
d
e
Memanfaatkan lahan kosong
Jumlah Petani (orang)
Persentase (%)
0
51
0
100
1
12
23
15
1,96
23,53
45,10
29,41
31
15
5
60,78
29,41
9,80
30
21
0
58,82
41,18
0
50
1
0
98,04
1,96
0
43
8
84,31
15,69
32
11
4
68,63
21,57
7,84
1
3
1,96
5,88
5.3.1. Status Usaha
Responden dalam penelitian ini adalah petani yang menjadikan bertani
ganyong sebagai mata pencaharian utama dan sebagai mata pencaharian
sampingan. Petani responden tidak ada yang memilih bertani ganyong sebagai
mata pencaharian utama. Sebaliknya petani responden secara jumlah keseluruhan
yaitu 51 orang atau 100 persen memilih usahatani ganyong sebagai mata
pencaharian sampingan untuk menambah penghasilan. Adapun mata pencaharian
utama yang dijalankan oleh petani responden diantaranya adalah sebagai petani
padi dan wiraswasta.
66
5.3.2. Umur
Umur petani responden di daerah penelitian ini mayoritas berusia 41 – 50
tahun yang berjumlah 23 orang atau 45,10 persen dan hal ini merupakan petani
pada usia produktif. Para petani diusia produktif ini membuktikan walaupun
bertani ganyong bukan sebagai mata pencaharian utama, tetapi mereka tetap
melakukannya. Kondisi ini dikarenakan pada usia produktif tersebut orang-orang
memiliki semangat yang tinggi untuk menambah penghasilan karena adanya
dorongan kebutuhan yang tinggi. Namun, justru petani umur 20 tahunan hanya
ada satu orang yang membudidayakan ganyong. Hal tersebut membuktikan
bahwa generasi saat ini di daerah penelitian banyak yang meninggalkan pertanian
dan lebih memilih merantau ke kota.
Rincian pembagian kelompok umur dari petani responden yaitu petani
ganyong yang tergabung dengan kelompok tani dan petani yang tidak bergabung
dapat dilihat pada Tabel 16. Pada Tabel 16, petani responden baik petani anggota
kelompok maupun bukan anggota kelompok sama-sama menunjukkan bahwa
petani berumur 41 – 50 tahun merupakan umur petani yang mendominasi dalam
budidaya ganyong yaitu 51,52 persen untuk petani anggota kelompok dan 33,33
persen untuk petani bukan anggota kelompok.
Tabel 16. Penggolongan Umur Petani Responden Ganyong di Desa Sindanglaya
Kecamatan Sukamantri Tahun 2009
No
1
1
3
4
Umur
Petani
(tahun)
≤ 20
21 - 40
41 - 50
≥ 51
Jumlah
Anggota Kelompok
Tani
Jumlah Persentase
(orang)
(%)
1
3,03
9
27,27
17
51,52
6
18,18
33
100
Bukan Anggota
Kelompok Tani
Jumlah
Persentase
(orang)
(%)
0
0
3
16,67
6
33,33
9
50
18
100
Jumlah
Jumlah
(orang)
1
12
23
15
51
Persentase
(%)
1,96
23,53
45,10
29,41
100
5.3.3. Pendidikan
Tingkat pendidikan yang ada di petani responden akan berpengaruh pada
tingkat penyerapan teknologi dan ilmu pengetahuan. Seluruh petani responden,
baik yang bergabung dengan kelompok tani maupun yang tidak bergabung
seluruhnya pernah mengikuti pendidikan formal hingga tamat pada tingkat
67
pendidikan tersebut. Namun tingkat pendidikan yang diikuti oleh petani pada
umumnya masih rendah karena faktor fasilitas yang ada saat itu.
Petani responden yang membudidayakan ganyong sebagian besar hanya
lulusan SD/sederjat dengan jumlah 31 orang atau sebesar 60,78 persen dari
seluruh responden.
Petani
lainnya
yang
mencapai
tingkat
pendidikan
SMP/sederajat berjumlah 15 orang (29,41%) dan SMA/sederajat berjumlah lima
orang (9,80%). Adapun rincian pendidikan yang dimiliki oleh petani anggota
kelompok dan petani bukan anggota dapat dilihat pada Tabel 17.
Tabel 17. Tingkat Pendidikan Petani Responden Ganyong di Desa Sindanglaya
Kecamatan Sukamantri Tahun 2009
No
1
2
3
Keteranagn
Pendidikan
Tamat SD /
sederajat
Tamat SMP/
sederajat
Tamat SMA
/ sederajat
Jumlah
Anggota Kelompok
Tani
Jumlah Persentase
(orang)
(%)
Bukan Anggota
Kelompok Tani
Jumlah
Persentase
(orang)
(%)
Jumlah
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
20
60,61
11
61,11
31
60,78
8
24,24
7
38,89
15
29,41
5
33
15,15
100
0
18
0
100
5
51
9,81
100
Berdasarkan Tabel 17, terlihat jelas bahwa petani responden anggota
kelompok maupun bukan anggota tingkat pendidikan yang dimiliki yang
mendominasi adalah tamatan SD/sederajat. Jumlah petani pada anggota
kelompok yang tamat SD/sederajat berjumlah 20 orang atau 60,61 persen.
Sedangkan pada petani yang bukan anggota berjumlah 11 orang atau mencapai
61,11 persen dari jumlah totalnya.
Tingkat pendidikan petani menjadi hal yang penting terutama kaitannya
dengan transformasi teknologi. Walaupun mayoritas hanya lulusan SD/sederajat,
tetapi petani tersebut sudah melakukan kegiatan usahatani ganyong dengan baik,
hal ini dilihat dari keuntungan yang diperoleh. Keberhasilan petani-petani
tersebut saat ini tidak terlepas dari peran serta adanya penyuluhan dari Dinas
Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Ciamis dan bimbingan dari kelompok
tani yang ada.
68
5.3.4. Pengalaman Bertani Ganyong
Karakteristik ganyong merupakan pertanian tahunan yaitu panen pada
usia tujuh sampai delapan bulan. Namun cara budidayanya tidak begitu sulit
sehingga di Desa Sindanglaya banyak dibudidayakan. Walaupun cara
budidayanya yang tidak sulit bukan berarti tidak memiliki nilai ekonomis,
ganyong ini mampu menghasilkan nilai yang dinilai lebih dari cukup sebagai
hasil dari mata pencaharian sampingan petani.
Pada awalnya ganyong hanya dinilai sebagai tanaman liar yang hasilnya
hanya untuk tambahan makanan masyarakat saja, tetapi sekitar tahun 2002
melalui kebijakan Pemprov Jawa Barat untuk mengembangkan ketahanan pangan
melalui komoditas lokal maka ganyong mulai dibudidayakan. Sebagian besar
(58,82 %) petani responden membudidayakan ganyong sekitar satu sampai lima
tahun terakhir. Namun ada juga petani yang sudah membudidayakan ganyong
sejak dikeluarkannya kebijakan tersebut atau saat ini sudah di atas lima tahun.
Petani yang sudah membudidayakan ganyong 5,1 - 10 tahun berjumlah 21 orang
atau 41,18 persen. Pengalaman bertani ganyong petani responden anggota
kelompok dan bukan anggota kelompok dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Pengalaman Bertani Ganyong Petani Responden di Desa Sindanglaya
Kecamatan Sukamantri Tahun 2009
No
1
2
3
Lama Bertani
Ganyong
1 - 5 tahun
5,1 - 10 tahun
≥ 10,1 tahun
Jumlah
Anggota Kelompok
Tani
Jumlah Persentase
(orang)
(%)
20
60,61
13
39,39
0
0
33
100
Bukan Anggota
Kelompok Tani
Jumlah Persentase
(orang)
(%)
10
55,56
8
44,44
0
0
18
100
Jumlah
Jumlah
(orang)
30
21
0
51
Persentase
(%)
58,82
41,18
0
100
Berdasarkan Tabel 18 lama bertani ganyong antara satu sampai lima
tahun baik petani anggota kelompok maupun petani bukan anggota sama-sama
terlihat mayoritas. Pada petani anggota kelompok berjumlah 20 orang (60,61%)
dan petani bukan anggota berjumlah 10 orang (55,56%) yang memiliki
pengalaman bertani ganyong satu sampai lima tahun. Tidak ada petani responden
yang memiliki pengalaman bertani ganyong lebih dari sepuluh tahun. Hal ini
69
dikarenakan ganyong mulai dikenal masyarakat sebagai komoditas yang
memiliki nilai ekonomis sejak tahun 2002.
Pengalaman bertani ganyong yang semakin lama akan menjadikan petani
tersebut lebih memahami karakteristik ganyong yang mereka budidayakan,
karena melalui pengalaman tersebut para petani bisa memperoleh sebuah
pelajaran atau pengetahuan dari kegiatan usahatani setiap harinya. Jika dirasakan
kurang menguntungkan suatu keputusannya, para petani dengan sendirinya
melalui pengalaman tersebut bisa memperbaikinya. Selain dari pengalaman
bertaninya, biasanya petani tersebut mengetahui pemahaman mengenai budidaya
ganyong dari petugas penyuluh dan bimbingan dari kelompk tani.
5.3.5. Luas Lahan Usahatani Ganyong
Luas lahan rata-rata usahatani ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan
Sukamantri adalah seluas 0,20 hektar. Sebagian besar petani responden memiliki
luas lahan untuk membudidayakan ganyong adalah di bawah 0,5 Ha yaitu
berjumlah 50 orang atau 98,04 persen dan hanya ada satu orang (1,96%) yang
memiliki luas lahan 0,51 – 1 Ha. Luas lahan yang masih relatif sempit yang
dimiliki petani untuk budidaya ganyong dikarenakan para petani tersebut hanya
membudidayakan ganyong sebagai usaha sampingan, kalaupun memiliki lahan
pertanian mereka saat ini lebih memilih untuk sawah dan singkong. Jumlah
penguasaan lahan petani responden dapat dilihat pada Tabel 19.
Tabel 19. Luas Lahan Usahatani Ganyong di Desa Sindanglaya Kecamatan
Sukamantri Tahun 2009
No
1
2
3
4
5
Luas Lahan
(Ha)
0,01 - 0,25
0,26 - 0,50
0,51 - 0,75
0,76 - 0,99
≥1
Jumlah
Anggota Kelompok
Tani
Jumlah Persentase
(orang)
(%)
16
48,48
16
48,48
1
3,04
0
0
0
0
33
100
Bukan Anggota
Kelompok Tani
Jumlah Persentase
(orang)
(%)
18
100
0
0
0
0
0
0
0
0
18
100
Jumlah
Jumlah
(orang)
34
16
1
0
0
51
Persentase
(%)
66,67
31,37
1,96
0
0
100
70
Tabel 19 menunjukkan penguasaan lahan petani responden masih sangat
sempit yaitu berada pada kisaran 0,1 – 0,25 Ha. Pada petani responden anggota
kelompok jumlah petani yang memiliki luas lahan 0,1 – 0,25 Ha adalah 16 orang
sama dengan jumlah petani yang memiliki luas lahan 0,26 – 0,50 Ha atau
mencapai 48,48 persen. Sedangkan pada petani reponden yang bukan anggota
kelompok berjumlah 18 orang (100%) dari jumlah petani bukan anggota tersebut.
Kecilnya areal lahan yang dipakai untuk kegiatan budidaya ganyong, para
petani pun pada umumnya tidak melakukan tumpangsari atau pola tanam.
Tanaman ganyong hanya dibiarkan tumbuh dengan sendirinya
karena
pemeliharan yang tidak begitu sulit dan bersifat tradisional sehingga jika
dilakukan pola tanam menurut petani responden justru akan menambah beban
biaya tenaga kerja dan pemeliharaan tanaman tumpangsari.
5.3.6. Status Kepemilikan Lahan
Jumlah petani responden yang memiliki status lahannya sebagai lahan
milik sendiri sebanyak 43 orang atau 84,31 persen dari total jumlah responden.
Status lahan milik sendiri ini terdiri dari pembelian maupun dari warisan.
Sedangkan sisanya sebanyak delapan orang (15,69%) status kepemilikan lahan
untuk budidaya ganyong adalah lahan bukan milik sendiri. Status lahan bukan
milik sendiri ini diataranya merupakan lahan Perhutani yang dimanfaatkan oleh
petani. Status kepemilikan lahan petani responden secara rinci antara petani
anggota dan bukan anggota kelompok dapat dilihat pada Tabel 20.
Berdasarkan Tabel 20 status kepemilikan lahan yang bersifat milik sendiri
sangat mendominasi, baik di petani anggota kelompok maupun di petani bukan
anggota kelompok. Jumlah petani anggota kelompok yang sifat kepemilkan
lahannya merupakan lahan sendiri adalah sebanyak 29 orang atau 87,88 persen.
Sedangkan pada petani bukan anggota jumlahnya sebanyak 14 orang atau 77,78
persen.
71
Tabel 20. Status Kepemilikan Lahan Petani Responden Ganyong di Desa
Sindanglaya Kecamatan Sukamantri Tahun 2009
No
1
a
b
2
a
b
Keterangan
Bukan milik
sendiri
Memanfaatkan
lahan hutan
Sewa
Sub Total
Milik sendiri
Milik sendiri
Warisan
Sub Total
Jumlah
Anggota Kelompok
Tani
Jumlah Persentase
(orang)
(%)
Bukan Anggota
Kelompok Tani
Jumlah Persentase
(orang)
(%)
Jumlah
Jumlah
(orang)
Persentase
(%)
4
0
4
12,12
0
12,12
4
0
4
22,22
0
22,22
8
0
8
15,69
0
15,69
21
8
29
33
63,64
24,24
87,88
100
10
4
14
18
55,56
22,22
77,78
100
31
12
43
51
60,78
23,53
84,31
100
5.3.7. Alasan Bertani Ganyong
Petani responden yang memberikan alasan bertani ganyong karena untuk
menambah penghasilan merupakan yang paling banyak yaitu 32 orang (68,63%).
Saat ini ganyong merupakan komoditas yang sudah memiliki nilai ekonomis,
maka walaupun sebagai usaha sampingan petani tetap membudidayakannya
sebagai tambahan penghasilan keluarga. Para petani responden ini merasakan
hasil dari ganyong sangat membantu dalam pemenuhan kebutuhan ekonominya.
Adapun alasan bertani ganyong dari petani responden dapat dilihat pada Tabel
21.
Berdasarkan Tabel 21, alasan bertani ganyong karena tujuan untuk
menambah penghasilan merupakan alasan yang banyak dipilih petani responden
karena hal ini merupakan usaha sampingan. Pada petani anggota kelompok tani,
alasan bertani ganyong karena untuk menambah penghasilan dipilih oleh 19
orang (57,58%). Sedangkan di petani bukan anggota sebanyak 13 orang atau
sebesar 72,22 persen.
72
Tabel 21. Alasan Bertani Ganyong Petani Responden di Desa Sindanglaya
Kecamatan Sukamantri tahun 2009
No
1
2
3
4
5
Keterangan
Menambah
penghasilan
Adanya motivasi
dari kelompok tani
Menambah wawasan
pengetahuan/pengalaman
Adanya kebijakan
Pemprov Jabar
Memanfaatkan lahan
kosong
Jumlah
Anggota
Kelompok Tani
Jml
Persentase
(%)
(org)
Bukan Anggota
Kelompok Tani
Jml
Persentase
(%)
(org)
19
57,58
13
72,22
11
33,33
0
0
2
6,06
2
11,11
1
3,03
0
0
0
0
3
16,67
33
100
18
100
Jumlah
org
Persentase
(%)
32
62,75
11
21,57
4
7,84
1
1,96
3
5,88
51
100
73
Download