ANALISI PENGARUH KEPEMILIKAN PEMERINTAH dan

advertisement
ANALISI PENGARUH KEPEMILIKAN PEMERINTAH
dan KOMPETISI PASAR TERHADAP KINERJA
PERUSAHAAN TERBUKA DI INDONESIA
Fungkie Diharja dan Hilda Rossieta
Program Studi S1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
[email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh kepemilikan pemerintah dan kompetisi pasar terhadap
kinerja perusahaan terbuka yang diukur dengan PBV. Total observasi dalam penelitian ini adalah 365 firm-years
dari sampel perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008-2012. Hipotesis penelitian ini diuji
menggunakan data panel dan model regresi ordinary least square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
kepemilikan pemerintah berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan, sedangkan kompetisi pasar
berpengaruh negatif.
Analysis of the Effect of Government Ownership and Market Competition
on Firm Performance for the Listed Companies in Indonesia
Abstract
This research aims to analyze the effect of government ownership and market competition on listed companies
performance measured by PBV. Total observations for this research are 365 firm-years, covering companies in
Indonesia Stock Exchange listed year 2008-2012. The hypotheses are tested using panel data with ordinary least
square regression model. The results find that government ownership is positively associated firm peformance,
yet market competition is negatively associated.
Keywords : Government Ownership, market competition, state-owned enterprise, firm peformance
Pendahuluan
Menurut Sukmadewi (2009), Indonesia merupakan negara yang pemerintahnya berperan
cukup besar dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat termasuk dalam perekonomian. Hal
ini sesuai amanat Pasal 33 ayat 2 dan 3 UUD 1945 yang menyebutkan bahwa “Cabangcabang produksi yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak
dikuasai oleh negara” serta “Bumi dan Air dan Kekayaan Alam yang terkandung didalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.”
Sehingga tidak mengherankan jika sektor-sektor strategis banyak dikuasai oleh pemerintah.
1
Analisis pengaruh..., Fungkie Diharja, FE UI, 2014
Adanya keberadaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menunjukkan peran vital
pemerintah tersebut dalam aspek perekonomian yang begerak di berbagai sektor. BUMN
adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh pemerintah
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.
BUMN secara umum dapat dibagi atas dua yaitu Perusahaan Umum (Perum) yang diatur
dalam Peraturan Pemerintah No. 13 tahun 1998 dan Perusahaan Persero (PT Persero) yang
diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1998. Perusahaan umum adalah BUMN yang
seluruh modalnya dimiliki Negara berupa kekayaan Negara yang dipisahkan dan tidak terbagi
atas saham. Sedangkan perusahaan persero merupakan BUMN yang modalnya terbagai atas
saham yang dikuasai sekurang-kurangnya 51% dari total sahamnya yang dikeluarkan dimiliki
oleh Negara melalui penyertaan modal secara langsung.
Sebagai sebuah perusahaan, BUMN tentu harus mengejar keuntungan bagi kelangsungan
perusahaan. Namun disisi lain, BUMN juga harus menyelenggarakan kemanfaatan umum,
menjadi perintis kegiatan-kegiatan yang belum dapat dilaksanakan sektor swasta yang
sifatnya dapat menghalangi efektifitas BUMN dalam mencari keuntungan semaksimal
mungkin. Selain itu, intervensi politik biasanya menjadi beban dari profitabilitas perusahaan
(Boycko et al., 1996).
Dalam sistem perekonomian nasional, BUMN memiliki peran yang cukup penting
terutama jika dikaitkan dengan sektor-sektor yang kurang diminati oleh swasta. Sebagaimana
yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang BUMN bahwa BUMN
bertujuan sebagai agen pembangunan dan pendorong terciptanya korporasi. Namun, untuk
melakukan itu semua, dibutuhkan biaya yang relatif tinggi. Bahkan hingga saat ini, BUMN
belum mampu bersaing terutama di tingkat global. Padahal perkembangan ekonomi dunia
tumbuh sangat cepat dan dinamis. Globalisasi perdagangan yang telah banyak disepakati oleh
berbagai negara internasional. Mulai tahun 2015, akan terwujud Masyarakat Ekonomi Asean
(MEA), yaitu terdapat aliran barang dan jasa yang lebih bebas antar negara – negara di Asia
Tenggara (Bustami, 2011). Adanya era globalisasi ini membuat tingkat persaingan menjadi
lebih ketat baik pada tingkat domestik, regional, hingga internasional, sehingga tidak hanya
perusahaan swasta namun juga perusahaan BUMN harus memiliki daya saing untuk bisa
bersaing di pasar bebas.
Dunia bisnis Indonesia perlu berbagai instrumen untuk meningkatkan daya saingnya.
Salah satu instrumen yang penting untuk meningkatkan daya saing perusahaan adalah good
2
Analisis pengaruh..., Fungkie Diharja, FE UI, 2014
corporate governance baik bagi perusahaan swasta maupun perusahaan BUMN. Perusahaan
yang memiliki good corporate governance secara benar dan berkesinambungan memiliki
keuntungan lebih dibandingkan perusahaan lain yang tidak melaksanakan atau belum
melaksanakn corporate governance yang baik (Tjager, 2001).
Penelitian yang berkaitan dengan hubungan antara kepemilikan pemerintah dan kinerja
perusahaan telah dilakukan dalam beberapa penelitiannya sebelumnya. Shleifer dan Vishny
(1998) dalam Tian dan Estrin (2008) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa kepemilikan
privat lebih baik dibandingkan dengan kepemilikan negara. Hal ini disebabkan karena
pemerintah memiliki grabbing hand yang memaksa perusahaan untuk menjalankan
kepentingan politik dan birokrat pemerintah. Penelitian lain yang dilakukan oleh Dewenter
dan Malatesta (2001) juga menyimpulkan bahwa perusahaan-perusahaan milik negara
memiliki profitabilitas yang lebih rendah jika dibandingkan dengan perusahaan swasta.
Penelitian Dewenter dan Malatesta (2001) memisahakan sampel antara perusahaan BUMN
dengan perusahaan swasta menggunakan sampel 500 perusahaan terbesar di dunia
berdasarkan majalah Fortune. Profitabilitas BUMN yang rendah juga didukung oleh studi
yang dilakukan Winarno (2006) yang menemukan bahwa kepemilikan negara mempunyai
pengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan di Indonesia. Rendahnya insentif pada
perusahaan milik negara dipandang sebagai penyebab rendahnya kinerja BUMN jika
dibandingkan perusahaan swasta.
Meskipun demikian, beberapa penelitian lainnya justru menyimpulkan hasil yang bertolak
belakang. Ang dan Ding (2006) menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif kepemilikan
pemerintah terhadap kinerja perusahaan. Begitupun dengan Sukmadewi (2008) dalam
penelitian yang dilakukan terhadap perusahaan BUMN dan swasta terbuka di Indonesia yang
menemukan bahwa kinerja perusahaan BUMN lebih baik dibandingkan swasta.
Hasil yang cukup berbeda ditemukan dalam penelitian yang dilakukan Tian dan Estrin
(2008). Penelitian dengan tahun penelitian yang mencakup sejak tahun 1994 hingga 2004
pada perusahaan terbuka di China ini meneliti bahwa secara umum ekonom melihat adanya
kepemilikan negara dalam suatu perusahaan dapat menggangu kinerja. Namun penelitian ini
menyimpulkan bahwa hubungan antara kepemilikan pemerintah dengan kinerja suatu
perusahaan berbentuk U shaped, yaitu corporate value perusahaan turun dengan adanya
kepemilikan pemerintah sampai pada batas tertentu, setelah itu corporate value perusahaan
3
Analisis pengaruh..., Fungkie Diharja, FE UI, 2014
justru meningkat. Ketika pemerintah menguasai saham dalam jumlah yang besar maka
corporate value perusahaan akan meningkat.
Berkaitan dengan pengaruh kepemilikan pemerintah terhadap
kinerja perusahaan,
Rossieta et al. (2011) mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil tes empiris selain dominasi
pemerintah, kompetisi pasar secara langsung juga berpengaruh terhadap kinerja perusahaan
BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian tersebut ditemukan bahwa
kompetisi pasar memiliki pengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan. Dalam hal ini,
penelitian hanya melihat pengaruh kompetisi pasar pada perusahaan BUMN yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
Mcfetridge (1991) menemukan bahwa konsentrasi pasar berpengaruh positif terhadap
kinerja perusahaan. Semakin tinggi konsentrasi pasar berarti semakin rendah kompetisi pasar.
Hal ini berarti kompetisi pasar berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan. Pada industri
dengan tingkat konsentrasi yang tinggi, price cost margin perusahaan akan tinggi sehingga
kinerja perusahaan menjadi lebih baik. Sedangkan pada industri dengan konsentrasi yang
rendah sulit bagi perusahaan untuk price cost margin yang tinggi karena tingginya tingkat
persaingan (Mcfetdridge, 1991).
Studi lain yang dilakukan Wulansari (2007) juga menemukan bahwa konsentrasi pasar
berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja perusahaan. Semakin tinggi tingkat
konsentrasi suatu pasar, maka semakin tinggi pula kinerja perusahaan yang dalam hal ini
tercermin dari profitabilitas perusahaan. Menurut Wulansari (2007), apabila struktur pasar
semakin terkonsentrasi, semakin besar peluang bagi perusahaan untuk melakukan tindakan
kolutif sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Sedangkan pada pasar dengan
tingkat konsentrasi yang rendah, sulit bagi perusahaan untuk melakukan tindakan kolutif
karena tingkat kompetisi pasar yang tinggi.
Degeus (1970), Senge (1990), dan Day (1991) mengemukakan bahwa organisasi harus
mampu menyesuaikan diri dengan cepat terhadap lingkungan pasar mereka agar bisa
mempertahankan keunggulan bersaing. Oleh dengan itu, jika suatu perusahaan dihadapkan
pada meningkatnya persaingan pasar, namun gagal mengadopsi dan mengimplementasikan
strategi yang tepat untuk menghadapi persaingan tersebut, maka kinerja akan memburuk. Hal
ini dengan sendirinya membuat tingginya tingkat kompetisi pasar berpengaruh terhadap
kinerja perusahaan (Ikhsan dan Ustadi, 2004).
4
Analisis pengaruh..., Fungkie Diharja, FE UI, 2014
Sangat penting bagi perusahaan baik perusahaan BUMN maupun perusahaan swasta bisa
bersaing dan menunjukkan peforma yang baik pada tingkat kompetisi pasar yang tinggi
mengingat tahun depan akan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (EMA). Pada
tahun 2015, kompetitor akan bertambah banyak dengan lebih bebasnya arus barang antar
negara – negara di Asia Tenggara, sehingga apabila gagal bersaing maka kinerja perusahaan
akan terpuruk Sebaliknya, jika perusahaan bisa bersaing dan menunjukkan kinerja yang baik
pada tingkat kompetisi pasar yang tinggi maka tahun depan justru dapat menjadi peluang
untuk ekspansi ke negara-negara di Asia Tenggara.
Hal inilah yang memicu rasa keingintahuan untuk mengetahui apakah di Indonesia
kepemilikan pemerintah serta kompetisi pasar memiliki pengaruh terhadap kinerja perusahaan
di Indonesi. Studi sebelumnya yang dilakukan Rossieta (2011) telah meneliti hubungan
antara dominasi pemerintah dan kompetisi pasar terhadap kinerja perususahaan. Namun studi
ini hanya dilakukan terhadap perusahaan BUMN terbuka. Sedangkan penelitian ini akan
melihat hubungan kepemilikan pemerintah dan kompetisi pasar baik pada perusahaan BUMN
maupun pada perusahaan swasta yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Penelitian ini menggunakan PBV sebagai indikator kinerja perusahaan
dengan sampel
perusahaan BUMN dan swasta yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dalam rentang waktu
tahun 2008 hingga tahun 2012.
Tinjauan Teoritis
Teori Keagenan
Agency relationship didefinisikan sebagai kontrak dimana satu atau lebih orang (disebut
owners atau pemegang saham atau pemilik) menunjuk seorang lainnya (disebut agen atau
pengurus atau manajemen) untuk melakukan beberapa pekerjaan atas nama pemilik.
Pekerjaan tersebut tersebut pendelegasian wewenang untuk mengambil keputusan. Dalam hal
ini manajemen diharapkan oleh pemilik untuk mampu mengoptimalkan sumber daya yang
ada di perusahaan tersebut secara maksimal (Jensen dan Meckling, 1976).
Bila kedua pihak memaksimalkan perannya, maka sangat masuk akal jika manajemen
tidak akan selalu bertindak untuk kepentingan pemilik. Pada umumnya pemilik memiliki
welfare motives yang bersifat jangka panjang, sebaliknya motivasi manajemen lebih bersifat
jangka pendek sehingga terkadang mereka cenderung memaksimalkan profit untuk jangka
5
Analisis pengaruh..., Fungkie Diharja, FE UI, 2014
pendek dengan mengabaikan sustainability keuntungan dalam jangka panjang. Untuk
membatasi atau mengurangi kemungkinan tersebut, pemilik dapat menetapkan insentif yang
sesuai bagi manajemen, yaitu dengan mengeluarkan biaya monitoring dalam bentuk gaji dan
tunjangan. Dengan adanya monitoring cost tersebut manajemen akan senantiasa
memaksimalkan kesejahteraan pemilik, walaupun keputusan manajemen dalam praktek akan
berbeda dengan keinginan pemilik (Jensen dan Meckling, 1976).
Pada perusahaan swasta, terdapat owners yang jelas yaitu pemilik modal atau pemegang
saham dimana manajer sebagai agen harus bekerja sesuai dengan kepentingan pemilik modal.
Dengan adanya pengawasan yang jelas maka manajer dipaksa untuk bisa membawa
perusahaan agar memiliki kinerja yang baik. Namun pada perusahaan BUMN, tidak terdapat
sosok owners yang jelas karena mayoritas kepemilikan perusahaan berada di tangan negara.
Hal ini dapat menjadi disinsentif bagi manajer sehingga merasa tidak perlu membuat
perusahaan memiliki kinerja yang baik.
Teori Monopoli, Teori Property Rights, dan Teori Principal
Menurut Sugiharto et al. (2005), terdapat tiga teori yang menjelaskan mengapa kinerja
dari BUMN kurang baik, yaitu teori monopoli, teori property rights, dan teori principal.
1.
Teori Monopoli.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), monopoli didefinisikan
sebagai hak tunggal untuk berusaha. Definisi ini diperjelas oleh situs
investopedia.com yang menyebutkan bahwa monopoli adalah situasi dimana
sebuah perusahaan atau kelompok memiliki semua atau hampir semua pasar dari
sebuah produk. Monopoli juga memiliki karakter tidak adanya kompetisi dan
biasanya menghasilkan harga jual yang tinggi namun dengan kualitas produk
inferior. Secara sederhana, dapat dikatakan bahwa BUMN dalam banyak kasus
sering mendapatkan Privilege monopoli. Sehingga, BUMN sering terjerumus
menjadi tidak efisien karena hak istimewa ini.
Mankiw (2004) berpendapat bahwa ada tiga sumber kekuatan monopoli, yaitu:
a. Monopoli sumber daya
Monopoli ini dapat terjadi apabila sebuah perusahaan memiliki sumber
daya kunci. Sebagai contoh, perusahaan DeBeers di Afrika Selatan dapat
6
Analisis pengaruh..., Fungkie Diharja, FE UI, 2014
dikatakan hampir kekuatan monopoli karena menguasai setidaknya 80%
produksi berlian dunia.
b. Regulasi pemerintah
Monopoli
pemerintah
dapat
terjadi
apabila
pemerintah,
melalui
peraturannya, memberikan hak kepada sebuah perusahaan untuk menjual
barang atau jasa.
c. Monopoli proses produksi
Monopoli proses produksi dapat terjadi apabila sebuah perusahaan dapat
memproduksi barang atau jasa dengan biaya yang lebih rendah dari pada
produsen lain. Nama lain dari monopoli proses produksi adalah monopoli
natural.
Kekuatan monopoli yang dimiliki oleh BUMN berasal dari regulasi
pemerintah. Melalui Undang-Undang No. 5 tahun 1999, pemerintah dapat
memberikan hak monopoli tersebut kepada BUMN.
Dalam kenyataannya BUMN kerap melakukan atau menerima hak khusus
terkait monopoli lantaran memposisikan dirinya sebagai bagian dari negara atau
pemerintah. Sebagai contoh, berdasarkan berita pada Harian Sindo tanggal 23 Juli
2012, Pertamina melalui Undang-Undang No 2 tahun 2001 memperoleh hak
partisipasi (participating interest) pengelolaan blok minyak dan gas yang telah
habis masa kontraknya.
2.
Teori Property Rights.
Perusahaan swasta dimiliki oleh individu-individu, yang menginvestasikan
modal yang cukup besar. Dengan investasi yang dilakukan, para investor ini
tentunya akan mengharapkan return sehingga para investor ini akan mendorong
perusahaannya habis-habisan dan melakukan pengawasan yang ketat agar
manajemen mengelola perusahaan secara efisien sehingga pada akhirnya
menghasilkan profit. Kondisi ini memberikan insentif lebih bagi perusahaan
swasta dalam terciptanya efisiensi perusahaan.
Di lain sisi, BUMN dimiliki bukan oleh individu melainkan negara. Dalam
realitanya, pengertian negara ini sering menjadi kabur atau tidak jelas sehingga
perusahaan BUMN seakan tidak mempunyai pemilik. Dengan tidak adanya
7
Analisis pengaruh..., Fungkie Diharja, FE UI, 2014
pemilik yang melakukan pengawasan, manajemen BUMN kurang mempunyai
insentif yang kuat untuk mengelola perusahaannya secara efisien karena
kurangnya pengawasan serta kontrol terhadap efisiensi pengelolaan perusahaan.
3.
Teori Principal.
Pada sektor swasta sudah jelas bahwa manajemen perusahaan sebagai agen
harus loyal dan tunduk kepada principal-nya (pemilik) yaitu pemegang saham.
Akan tetapi untuk BUMN, tidak terdapat sosok pemilik yang jelas sehingga
menjadi tidak jelas pula bagi manajemen BUMN harus loyal kepada siapa. Di
dalam pengelolaan negara nuansa politik sangatlah kental, karena terdapat
berbagai kepentingan berbeda-beda yang bermain, yang pada akhirnya
menyebabkan BUMN-BUMN ini di eksploitasi bukan untuk menghasilkan
keuntungan melainkan untuk tujuan politik.
Ketiga teori di atas menjelaskan mengapa BUMN memiliki kinerja keuangan yang lebih
buruk dari pada perusahaan swasta.
Penelitian Terdahulu dan Pengembangan Hipotesis
Penelitian yang berkaitan dengan hubungan antara kepemilikan pemerintah dan kinerja
perusahaan telah dilakukan dalam beberapa penelitiannya sebelumnya. Shleifer dan Vishny
(1998) dalam Tian dan Estrin (2008) dalam penelitiannya menunjukkan bahwa kepemilikan
privat lebih baik dibandingkan dengan kepemilikan negara. Hal ini disebabkan karena
pemerintah memiliki grabbing hand yang memaksa perusahaan untuk menjalankan
kepentingan politik dan birokrat pemerintah.
Penelitian lain yang dilakukan oleh Dewenter dan Malatesta (2001) juga menyimpulkan
bahwa perusahaan-perusahaan milik negara memiliki profitabilitas yang lebih rendah jika
dibandingkan dengan perusahaan swasta. Penelitian Dewenter dan Malatesta (2001)
memisahakan sampel antara perusahaan BUMN dengan perusahaan swasta menggunakan
sampel 500 perusahaan terbesar di dunia berdasarkan majalah Fortune. Profitabilitas BUMN
yang rendah juga didukung oleh studi yang dilakukan Winarno (2006) yang menemukan
bahwa kepemilikan negara mempunyai pengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan di
8
Analisis pengaruh..., Fungkie Diharja, FE UI, 2014
Indonesia. Rendahnya insentif pada perusahaan milik negara dipandang sebagai penyebab
rendahnya kinerja BUMN jika dibandingkan perusahaan swasta.
Rendahnya kinerja perusahaan BUMN dibandingkan perusahaan swasta juga didukung
oleh Perroti (2004) yang menemukan bahwa kinerja BUMN kurang efisien dibandingkan
swasta. Penyebabnya adalah kurangnya kemampuan manajerial, kurangnya insentif bagi
karyawan untuk melakukan efisiensi, serta perusahaan pemerintah cenderung dijadikan
sebagai alat politik sehingga dapat menghambat kinerja perusahaan.
Meskipun demikian, beberapa penelitian lainnya justru menyimpulkan hasil yang bertolak
belakang. Ang dan Ding (2006) menyimpulkan bahwa terdapat pengaruh positif kepemilikan
pemerintah terhadap kinerja perusahaan. Begitupun dengan Sukmadewi (2008) dalam
penelitian yang dilakukan terhadap perusahaan BUMN dan swasta terbuka di Indonesia yang
menemukan bahwa kinerja perusahaan BUMN lebih baik dibandingkan swasta.
Hasil yang cukup berbeda ditemukan dalam penelitian yang dilakukan Tian dan Estrin
(2008). Penelitian dengan tahun penelitian yang mencakup sejak tahun 1994 hingga 2004
pada perusahaan terbuka di China ini meneliti bahwa secara umum ekonom melihat adanya
kepemilikan negara dalam suatu perusahaan dapat menggangu kinerja. Namun penelitian ini
menyimpulkan bahwa hubungan antara kepemilikan pemerintah dengan kinerja suatu
perusahaan berbentuk U shaped, yaitu corporate value perusahaan turun dengan adanya
kepemilikan pemerintah sampai pada batas tertentu, setelah itu corporate value perusahaan
justru meningkat. Ketika pemerintah menguasai saham dalam jumlah yang besar maka
corporate value perusahaan akan meningkat.
Penelitian ini mengacu pada penelitian Dewenter dan Malatesta (2001), Perroti (2004),
Winarno (2006) yang berpendapat bahwa kepemilikan pemerintah berpengaruh negatif pada
kinerja perusahaan, dengan mengajukan Hipotesis pertama sebagai berikut:
H1 :
Kepemilikan
pemerintah
memiliki
pengaruh
negatif
terhadap
kinerja
perusahaan
Selain isu kepemilikan pemerintah yang menjadi faktor yang mempengaruhi kinerja
perusahaan, kompetisi pasar juga menjadi topik yang diuji pengaruhnya terhadap kinerja
perusahaan. Rossieta et al. (2011) mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil tes empiris selain
dominasi pemerintah, kompetisi pasar juga berpengaruh secara langsung terhadap kinerja
perusahaan BUMN yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia. Rossieta et al. (2011)
9
Analisis pengaruh..., Fungkie Diharja, FE UI, 2014
mengungkapkan bahwa berdasarkan hasil tes empiris, kompetisi pasar secara langsung
berpengaruh terhadap kinerja perusahaan. Penelitian ini melihat pengaruh kompetisi pasar
pada perusahaan BUMN yang telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dalam penelitian
tersebut ditemukan bahwa kompetisi pasar memiliki pengaruh negatif terhadap kinerja
perusahaan. Artinya semakin rendah tingkat konsentrasi pasar yang menandakan tingginya
kompetisi pasar, maka kinerja perusahaan semakin rendah. Hal ini karena perusahaan yang
tidak mempersiapkan diri dengan baik akan sulit bersaing pada pasar dengan kompetisi yang
tinggi.
Degeus (1970), Senge (1990), dan Day (1991) mengemukakan bahwa organisasi harus
mampu menyesuaikan diri dengan cepat terhadap lingkungan pasar mereka agar bisa
mempertahankan keunggulan bersaing. Maka dengan itu, jika suatu perusahaan dihadapkan
pada meningkatnya persaingan pasar, namun gagal mengadopsi dan mengimplementasikan
strategi yang tepat untuk menghadapi persaingan tersebut, maka kinerja akan memburuk.
Namun apabila perusahaan mampu menerapkan strategi yang tepat, persaingan pasar akan
dapat membuat kinerja perusahaan membaik (Ikhsan dan Ustadi, 2004).
Mcfetrideg (1991) menemukan bahwa konsentrasi pasar berpengaruh positif terhadap
kinerja perusahaan. Semakin tinggi konsentrasi pasar berarti semakin rendah kompetisi pasar.
Hal ini berarti kompetisi pasar berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan. Pada industri
dengan tingkat konsentrasi yang tinggi, price cost margin perusahaan akan tinggi sehingga
kinerja perusahaan menjadi lebih baik. Sedangkan pada industri dengan konsentrasi yang
rendah sulit bagi perusahaan untuk price cost margin yang tinggi karena tingginya tingkat
persaingan (Mcfetdridge, 1991).
Studi lain yang dilakukan Wulansari (2007) juga menemukan bahwa konstentrasi pasar
berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja perusahaan. Semakin tinggi tingkat
konsentrasi suatu pasar, maka semakin tinggi pula kinerja perusahaan yang dalam hal ini
tercermin dari profitabilitas perusahaan. Menurut Wulansari (2007), apabila struktur pasar
semakin terkonsentrasi, semakin besar peluang bagi perusahaan untuk melakukan tindakan
kolutif sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Sedangkan pada pasar dengan
tingkat konsentrasi yang rendah, sulit bagi perusahaan untuk melakukan tindakan kolutif
karena tingkat kompetisi pasar yang tinggi.
Studi Nayla (2010) menemukan bahwa konsentrasi pasar sebagai proksi dari kompetisi
pasar berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas sebagai proksi kinerja.
10
Analisis pengaruh..., Fungkie Diharja, FE UI, 2014
Penelitian ini dilakukan pada industri perbankan di Indonesia. Nayla (2010) menyebutkan
kompetisi pasar yang semakin rendah membuat bank yang beroperasi dapat meningkatkan
profitabilitasnya antara lain dengan tindakan kolutif. Tindakan kolutif yang dilakukan adalah
penyeragaman strategi perusahaan.
Penelitian ini mengacu pada penelitian Mcfteridge (1991), Wulansari (2007), Nayla
(2010), Rossieta (2011) yang berpendapat bahwa kompetisi pasar berpengaruh negatif pada
kinerja perusahaan, dengan mengajukan Hipotesa kedua sebagai berikut:
H2
: Kompetisi pasar memiliki pengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan di
Indonesia
Metode Penelitian
Sampel Penelitian
Penelitian ini menggunakan data sekunder yang bersumber dari laporan keuangan
perusahaan. Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan BUMN dan perusahaan swasta
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2008-2012. Seperti yang sudah dijelaskan
pada bab sebelumnya, perusahaan BUMN adalah perusahaan dengan kepemilikan saham
pemerintah minimial 51%, sedangkan perusahaan swasta adalah perusahaan yang sebagian
besar kepemilikan saham berada di tangan swasta . Untuk perusahaan BUMN, penentuan
sampel menggunakan metode purposive sampling, yang merupakan salah satu teknik
pengambilan sampel non probabilistic yang dilakukan berdasarkan kriteria-kriteria yang
disesuaikan dengan tujuan penelitian atau pertimbangan tertentu dari peneliti. Adapun
kriteria-kriteria yang digunakan untuk menentukan sampel dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Dimensi waktu dalam penelitian ini menggunkan sampel perusahaan BUMN dan
perusahaan swasta yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 20082012.
2. Perusahaan BUMN dan perusahaan swasta yang diteliti dengan mengeluarkan institusi
keuangan dari sampel karena perbedaan nature bisnis.
3. Perusahaan swasta yang dijadikan sampel hanya perusahaan swasta yang berasal dari
sektor industri yang sama dengan perusahaan BUMN yang terdaftar di BEI.
11
Analisis pengaruh..., Fungkie Diharja, FE UI, 2014
Perusahaan BUMN dan swasta yang akan dijadikan sampel dalam penelitian memiliki data
keuangan yang lengkap sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian.
Tabel 1. Seleksi Sampel
Kriteria Seleksi
Jumlah
Perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2008 – 2012
459
Dikurangi perusahaan financial Institution
(74)
Perusahaan terbuka di luar financial institution
385
BUMN dengan data keuangan tahun 2008-2012 lengkap
13
Perusahaan swasta dengan industri sejenis BUMN yang memiliki data
61
keuangan tahun 2008-2012 lengkap
Total perusahaan sampel
74
Observasi perusahaan sampel
370
Data yang tidak lengkap karena perusahaan IPO dalam tahun 2008-
5
2012
Total observasi penelitian
365
Model Penelitian
Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
PBVit = β0 +
β1 GOVTOWNit + β2 MCOMPit + β3 SIZEit + β4 SOLVit + β5 DERit
+ β6 ROEit + β7 TANGit + εit
Adapun operasionalisasi variabel beserta ekspektasi hasil uji hipotesis beserta variabel kontrol
dsajikan pada Tabel 2 berikut:
Tabel 2. Deskripsi Variabel
Variabel
Keterangan
Variabel Dependen
PBV
Expected
Sign
Rasio harga saham terhadap book value
perusahaan
Variabel Independen
GOVTOWN
(Kepemilikan
Pemerintah)
Bernilai 1 jika terdapat kepemilikan
pemerintah pada saham perusahaan ;
bernilai 0 jika tidak terdapat kepemilikan
pemerintah pada saham perusahaan
12
Analisis pengaruh..., Fungkie Diharja, FE UI, 2014
-
MCOMP
(Market Competition)
Variabel Kontrol
SIZE
(Ukuran Perusahaan)
DER
(Debt to Equity Ratio)
SOLV
(Solvabilitas)
ROE
(Return on Equity)
TANG
(Tangible)
Menggunakan indikator tingkat konsentrasi
pasar. Semakin rendah tingkat kompetisi
pasar, semakin tinggi tingkat konsentrasi
pasar perusahaan pada setiap jenis industri
tertentu, dan sebaliknya.
-
Logaritmanatural Total Aset Perusahaan
+
Rasio total liabilitas dengan total ekuitas
+
Rasio total aset dengan total liabilitas
+
Rasio laba bersih terhadap total ekuitas
+
Rasio fixed assets terhadap total aset
-
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Malatesta dan Dewenter (2001) ukuran
perusahaan berpengaruh
positif
terhadap kinerja perusahaan. Ukuran suatu perusahaan
menunjukkan skala ekonomis dari perusahaan dan kemampuan untuk mendiversifikasi usaha.
Meskipun demikian, perusahaan yang lebih besar juga bisa memiliki kinerja yang lebih buruk
dalam hal efisiensi. Hal ini karena kontrol yang lebih sulit bagi manajer puncak terhadap
strategi dan aktivitas operasional perusahaan (Majumdar dan Chlibber, 1998). Dalam
pengukuran ukuran perusahaan, menggunakan total aset perusahaan. Dalam penelitian ini,
nilai total aset akan dilogaritmanaturalkan karena nilainya yang terlalu besar.
Winarno (2006) menemukan bahwa Debt to Equity Ratio (DER) memiliki hubungan
positif terhadap kinerja perusahaan. DER merupakan rasio yang menunjukkan komposisi
pendanaan yang digunakan oleh perusahaan dalam melakukan usahanya. Menurut Jensen dan
Meckling (1976) semakin tinggi DER suatu perusahaan, maka pengawasan terhadap
perusahaan tersebut akan semakin banyak dari para peminjam (lender) sehingga bisa
meningkatkan kinerja perusahaan. Rumus DER dinyatakan sebagai berikut :
Solvabilitas merupakan indikator yang memberikan informasi kemampuan perusahaan
dalam melunasi semua kewajibannya dari keseluruhan aset yang dimilikinya. Winarno (2006)
melalui penelitiannya menunjukkan bahwa solvabilitas memberikan pengaruh signifikan
positif terhadap kinerja suatu perusahaan. Semakin tinggi solvabilitas yang dimiliki
perusahaan maka akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajibannya.
Dengan kata lain, aset yang dimiliki oleh perusahaan mampu menutupi kewajibannya.
13
Analisis pengaruh..., Fungkie Diharja, FE UI, 2014
Sehingga dalam penelitian ini solvabilitas diharapkan memberikan pengaruh positif terhadap
kinerja perusahaan. Pengukuran solvabilitas dinilai sebagai berikut :
ROE merupakan salah satu indikator profitabilitas yang memberikan informasi
kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bagi setiap pemegang sahamnya. Menurut
studi Ang dan Ding (2006) ROE sebagai variabel kontrol berpengaruh positif secara
signifikan terhadap kinerja perusahaan yang diproksikan PBV sebagai variabel dependen. Hal
ini karena ROE adalah indikitaor profitabilitas perusahaan yang juga menggambarkan kinerja
perusahaan. Semakin profitable perusahaan berarti semakin baik kinerja perusahaan tersebut.
TANG (tangible) adalah rasio dari aset tetap terhadap total aset . Menurut Tian dan
Estrin (2008), TANG memiliki pengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan. Perusahaan
dengan proporsi intangible assets yang semakin besar akan memiliki peluang pertumbuhan
yang lebih baik di masa depan serta pertumbuhan yang lebih cepat dibandingkan dengan
perusahaan dengan proporsi tangible assets yang tinggi.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Data yang digunakan dalam penelitian ini diasumsikan telah terbebas dari adanya
outliers dan asumsi BLUE yang harus dipenuhi denga perlakuan winsorize dan Generalized
Least Square (GLS) pada program Eviews.
Hasil uji empiris hipotesis yang diajukan dalam model penelitian disajikan dalam Tabel 3
berikut:
Tabel 3. Hasil Regresi
PBVit = β0 + β1 GOVTOWNit + β2 MCOMPit + β3 SIZEit + β4 SOLVit +
β5 DERit + β6 ROEit + β7 TANGit + εit
Variabel
Exp Sign
Koef
C
Prob
0,4546
0,4746
GOVTOWN
-
0,2678
0,0981*
MCOMP
-
-1,0365
0,003***
SIZE
+
-0,0111
0,6436
DER
+
0,4143
0,000***
SOLV
+
0,3712
0,000***
14
Analisis pengaruh..., Fungkie Diharja, FE UI, 2014
ROE
+
0,2795
0,1249
TANG
-
-0,1905
0,3519
R-squared
0,7522
Adjusted R-squared
0,7473
F-statistic
154,8218
Prob (F-statistic)
0,0000
*** : p value 1% ;
** : p value 5% ;
* : p value 10%
Keterangan :
Variabel Dependen : PBV : Price to Book Value
Variabel Independen: (i) GOVTOWN : 1 jika memiliki kepemilikian pemerintah, 0 jika tidak
memiliki kepemilikan pemerintah ; (ii) MCOMP : kompetisi pasar ; (iii) SIZE : ukuran
perusahaan ; (iv) SOLV : solvabilitas = total aset / total liabilitas ; (v) DER : Debt to Equity
ratio = total liabilitas / total ekuitas; (vi) ROE : Return on Equity = laba bersih/total ekuitas;
(vii) TANG : rasio fixed assets terhadap total aset
Dengan hasil model regresi ini, maka model dalam penelitian ini menjadi :
PBVit = 0,4546 + 0,2678 GOVTOWNit - 1,0365 MCOMPit – 0,0111 SIZEit + 0,3712 SOLVit
+ 0,4143 DERit + 0,2795 ROEit – 0,1905 TANGit
Berdasarkan hasil regresi dalam penelitian ini, terlihat bahwa kepemilikan pemerintah
secara statistik berpengaruh signifikan dan positif terhadap kinerja perusahaan. Hal ini
berlawanan dengan Hipotesis pertama yang diajukan tentang kepemilikan pemerintah yang
berdampak negatif terhadap kinerja perusahaan. Hasil penelitian tidak sesuai temuan
Majumdar dan Chibber (1998) tentang pengaruh negatif kepemilikan pemerintah terhadap
kinerja perusahaan. Konsisten dengan temuan tersebut dalam konteks Indonesia, Winarno
(2006) menemukan bahwa kepemilikan pemerintah berpengaruh negatif terhadap kinerja
perusahaan di Indonesia.
Meskipun demikian, hasil penelitian ini konsisten dengan beberapa penelitian
sebelumnya. Ang dan Ding (2006) menemukan pengaruh positif kepemilikan pemerintah
terhadap kinerja perusahaan di Singapura. Selain itu, Sukmadewi (2009) menyimpulkan hal
yang sama yaitu ditemukan pengaruh positif kepemilikan pemerintah terhadap kinerja
perusahaan di Indonesia.
15
Analisis pengaruh..., Fungkie Diharja, FE UI, 2014
Salah satu sebabnya adalah bahwa perusahaan BUMN memiliki nilai lebih di mata
investor karena pemerintah sebagai pemilik dipandang mempunyai akses pasar yang kuat dan
dekat dengan kekuasaan negara. Selain itu keberlangsungan hidup BUMN juga lebih terjamin
karena didukung oleh kebijakan pemerintah (Sukmadewi, 2009).
Perusahaan BUMN lebih mudah mendapatkan proyek-proyek pemerintah bernilai besar
seperti konstruksi, pembangunan tol karena mempunyai akses informasi yang lebih unggul
dibandingkan pesaingnya di perusahaan swasta.
Di Indonesia sendiri, BUMN yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah BUMN
dengan kinerja yang baik. Hal ini terlihat dari data laporan keuangan sampel perusahaan
dalam penelitian. Dari 65 observasi sampel BUMN yang berasal dari 13 perusahaan selama 5
tahun, hanya 1 observasi dimana perusahaan BUMN mengalami kerugian yaitu PT Krakatau
Steel pada tahun 2012. Bandingkan dengan kondisi perusahaan swasta yang dijadikan sampel
dalam penelitian ini. Dari 305 observasi sampel yang berasal dari 61 perusahaan swasta
selama 5 tahun, 79 observasi diantaranya perusahaan swasta mengalami kerugian. Jika dilihat
secara proporsi, sampel perusahaan BUMN yang mengalami kerugian berdasarkan observasi
penelitian hanya 1,5% dari total observasi, sedangkan pada sampel perusahaan swasta yang
mengalami kerugian mencapai 26% dari total observasi.
Jadi, berdasarkan uji empiris, penelitian ini menemukan bahwa kepemilikan pemerintah
berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan terbuka di Indonesia. Hal ini berlawanan
dengan Hipotesis pertama yang menyebutkan bahwa kepemilikan pemerintah berpengaruh
negatif terhadap kinerja perusahaan di Indonesia. Dengan demikian, H1 ditolak sehingga
disimpulkan bahwa kepemilikan pemerintah berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan
di Indonesia.
Berdasarkan hasil uji empiris Hipotesis kedua penelitian, kompetisi pasar terbukti
memiliki pengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan. Konsentrasi pasar digunakan sebagai
indikator untuk mengukur tingkat kompetisi pasar yaitu semakin tinggi konsentrasi pasar
maka semakin rendah tingkat kompetisi pasar dan sebaliknya. Dengan demikian, penelitian
ini menemukan bahwa kompetisi pasar berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan
sesuai dengan Hipotesis kedua tentang pengaruh negatif kompetisi pasar terhadap kinerja
perusahaan.
16
Analisis pengaruh..., Fungkie Diharja, FE UI, 2014
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Wulansari (2007), apabila pasar semakin
terkonsentrasi maka semakin besar peluang perusahaan untuk meningkatkan kinerja. Hal ini
karena adanya peluang bagi perusahaan-perusahaan yang berada pada industri dengan
konsentrasi tinggi untuk melakukan tindakan kolutif, sehingga keuntungan yang diperoleh
semakin tinggi dan membuat kinerja perusahaan menjadi lebih baik. Selain itu pasar dengan
tingkat konsentrasi yang rendah atau kompetisi tinggi membuat perusahaan-perusahaan yang
berada di dalamnya hanya bisa mengambil margin keuntungan yang rendah agar bisa tetap
bersaing. Akibatnya perusahaan tidak bisa memperoleh laba yang maksimal, sehingga kinerja
perusahaan juga tidak begitu baik.
Hasil penelitian ini juga konsisten dengan hasil penelitian Mcfetridge (1991), dan
Rossieta (2011) yang menemukan bahwa konsentrasi pasar berpengaruh positif terhadap
kinerja. Industri dengan tingkat konsentrasi yang tinggi memiliki profit margin yang lebih
tinggi dibandingkan industri dengan tingkat konsentrasi yang rendah karena pada pasar
dengan konsentrasi yang tinggi, perusahaan akan berusaha untuk menjaga market powernya.
Selain itu, apabila struktur pasar semakin terkonsentrasi, maka semakin besar peluang bagi
perusahaan untuk melakukan tindakan kolutif. Alasan lainnya adalah ketidaksiapan
perusahaan dalam bersaing pada pasar dengan tingkat kompetisi yang tinggi juga
menyebabkan kinerja perusahaan menjadi kurang baik.
Dengan demikian, hasil uji empiris Hipotesis kedua penelitian menunjukkan bahwa
konsentrasi pasar berpengaruh positif terhadap kinerja perusahaan.
Kesimpulan, Impilkasi dan Keterbatasan Penelitian
Kesimpulan
Hasil empiris penelitian konsisten dengan Ang dan Ding (2006), dan Sukmadewi (2009)
berkaitan dengan hubungan positif kepemilikan pemerintah terhadap kinrja perusahaan serta
Mcfetridge (1991) dan Rossieta (2011) berkaitan dengan hubungan negatif kompetisi pasar
terhadap kinerja perusahaan.
Kesimpulan yang diperoleh dalam penelitian ini berdasarkan analisis dan pembahasan
pada bab sebelumnya adalah terdapat hubungan signifikan positif antara kepemilikan
pemerintah dengan kinerja perusahaan di Indonesia. Upaya efisiensi yang dilakukan oleh
Kementerian BUMN telah menunjukkan peningkatan kinerja pada perusahaan BUMN.
17
Analisis pengaruh..., Fungkie Diharja, FE UI, 2014
Perusahaan BUMN juga dianggap memiliki daya tarik yang tidak dimiliki oleh perusahaan
swasta. Hal ini berkaitan dengan adanya pemerintah yang berada di belakang perusahaan
BUMN. Perusahaan BUMN memiliki keunggulan yang tidak dimiliki perusahaan swasta
seperti kemudahan mendapatkan proyek-proyek pemerintah dibandingkan perusahaan swasta.
Sumadewi (2009) menilai lebih tingginya kinerja pasar perusahaan BUMN dibandingkan
perusahaan swasta juga dikarenakan pada umumnya BUMN yang terdaftar di BEI memiliki
kapitalisasi yang lebih besar di pasarnya. Selain itu, hal ini didorong oleh kepercayaan publik
terhadap BUMN karena kinerja yang terus membaik. Investor juga melihat kepemilikan
pemerintah sebagai jaminan akan keberlangsungan operasional dan eksistensi BUMN
sehingga investor menilai BUMN lebih tinggi dibandingkan perusahaan swasta
Penelitian ini juga menemukan bahwa kompetisi pasar memiliki pengaruh signifikan
negatif terhadap kinerja perusahaan di Indonesia. Kompetisi pasar yang tinggi ditandai
dengan konsentrasi pasar yang rendah membuat perusahaan sulit untuk mengambil margin
yang tinggi karena tingginya kompetisi dalam industri tersebut. Sebaliknya, pada kompetisi
pasar yang rendah ditandai dengan konsentrasi pasar yang tinggi perusahaan lebih mudah
untuk mengambil margin yang tinggi serta melakukan tindakan kolutif sehingga bisa
meningkatkan kinerja perusahaan. Sedangkan bagi perusahaan-perusahaan yang berada pada
tingkat kompetisi pasar yang tinggi sulit untuk melakukan kolusi karena ketatnya tingkat
persaingan pada industri tersebut.
Implikasi Penelitian
Setelah melakukan pengujian-pengujian dalam penelitian, implikasi dari hasil penelitian
adalah sebagai berikut :
1.
Bagi investor atau calon investor, penelitian ini dapat menjadi pertimbangan untuk
menanamkan modalnya pada perusahaan BUMN dibandingkan perusahaan swasta.
Hal ini karena kepemilikan pemerintah terbukti berpengaruh positif terhadap kinerja
perusahaan. Sehingga investor atau calon investor perlu mempertimbangkan untuk
menanamkan modalnya pada perusahaan BUMN terbuka.
2.
Bagi investor atau calon investor, penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan
agar menanamkan modalnya pada perusahaan yang berada pada industri dengan
tingkat kompetisi yang lebih rendah karena penelitian ini menemukan bahwa
kompetisi pasar secara berpengaruh negatif terhadap kinerja perusahaan.
18
Analisis pengaruh..., Fungkie Diharja, FE UI, 2014
Keterbatasan dan Saran Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan diantaranya :
1. Perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini hanya perusahaan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia karena variabel dependen yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan proksi dari kinerja pasar. Selain itu, perusahaan BUMN yang
terdaftar di BEI cenderung adalah perusahaan dengan kinerja yang baik sehingga tidak
menggambarkan kinerja BUMN secara kesuluruhan. Pada penelitian selanjutnya,
disarankan untuk tidak hanya menggunakan variabel dependen kinerja pasar, namun
juga kinerja akuntansi sehingga juga meneliti sampel perusahaan tertutup terutama
pada perusahaan BUMN karena jumlah perusahaan BUMN yang terbuka masih
terbatas. Hal ini bertujuan agar penelitian lebih representatif.
2. Perusahaan swasta yang dijadikan sampel hanya perusahaan swasta yang berasal dari
industri yang terdapat perusahaan BUMN terbuka. Hal ini belum tentu
menggambarkan kinerja perusahaan swasta secara keseluruhan. Selain itu, karena
dalam penelitian ini hanya menggunakan perusahaan BUMN dan swasta dari industri
yang sama, maka penelitian hubungan antara kompetisi pasar dan kinerja peruahaan
terbatas hanya pada industri tertentu, yaitu industri yang terdapat perusahaan BUMN
terbuka pada periode 2008 - 2012. Dengan menambah sampel perusahaan BUMN
tertutup diharapkan juga bisa menambah sampel perusahaan swasta sehingga industri
yang diteliti berkaitan dengan hubungan antara kompetisi pasar dengan kinerja
perusahaan juga akan bertambah sehingga penelitian akan lebih representatif.
3. Penelitian ini menggunakan periode penelitian yang cukup singkat yaitu lima tahun.
Penelitian selanjutnya diharapkan menggunakan rentang waktu penelitian yang lebih
lama. Tujuannya adalah agar penelitian yang dilakukan bisa memberikan hasil yang
lebih baik karena lebih representatif dengan mencakup periode waktu yang panjang.
19
Analisis pengaruh..., Fungkie Diharja, FE UI, 2014
Daftar Referensi
Anderson, R.C., dan Reeb, D.M. (2003). Founding family ownership and firm performance:
Evidence from the S&P 500. Journal of finance, 58, pp. 1301-1329.
Ang, James S., dan Ding, David K. (2006). Government ownership and the performance of
government-linked companies: The case of Singapore. Journal of Multinational
Financial Management. 16 pp. 64-68.
Bustami, Gusmardi. (2011). Menuju ASEAN Economic Community 2015. Jakarta :
Departemen Perdagangan. Kementrian Perdagangan Republik Indonesia.
Batalgi, Badi H. (2005). Econometric Analysis of Panel Data (3rd Edition). Willey & Sons.
Boyco, Maxim., Shleifer, Andrei., dan Vishny, Robert W. (1996). A Theory of Privatization.
Economic Journal. Wiley and Royal Economic Society, 106(435), 309-319.
Choirie, A. Effendy. (2003). Privatisasi versus Neo-Sosialisme Indonesia. Jakarta: Pustaka
LP3ES.
Day, G. S. (1991). Learning About Markets. Cambridge Marketing Science Institute, Report
No. 91-117.
DeGeus, A. P. (1970). Planning as Learning. Harvard Business Review, pp. 70-74.
Dewenter, Kathryn L., dan Malatesta, Paul H. (2001). State-Owned and Privately Owned
Firms: An Empirical Analysis of Profitability, Leverage, and Labor Intensity. The
American Economic Review, Vol. 91, No. 1, pp. 320-334.
Estrin, S., dan Perotin,V. (1991) Does ownership always matter? International. Journal of
Industrial Organization, 9 (1), pp. 55-73.
Fahmi, Irham. (2011). Analisis Kinerja Keuangan, Panduan bagi Akademisi, Manager, dan
Investor untuk Menilai dan Menganalisis Bisnis dari Aspek Keuangan. Bandung:
Alfabeta.
Gujarati, Damodar N. (2003). Basic Econometrics (4th Edition). Mcgraw Hill.
Haosana, Cincin. (2012). Pengaruh ROA dan Tobin’s Q terhadap volume perdagangan
saham pada perusahaan retail yangterdaftar di Bursa Efek Indonesia. Skripsi :
Fakultas Ekonomi, Departemen Akuntansi .Univeritas Hasanuddin.
Jensen, Michael C., dan Meckling, William. (1976). Theory of the Firm: Managerial
Behavior, Agency Cost and Ownership Structure. Journal of Financial Economics, pp.
305-360.
Kartikawati, Wening. (2007). Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Kinerja
Keuangan Perusahaan. Skripsi Sarjana. Bandar Lampung : Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Lampung.
Lee, Sanghoon. (2008). Ownership Structure and Financial Performance: Evidence from
Panel Data of South Korea. Department of Economics Corporate Ownership and
Control, Vol.6, No. 2, Winter 2008 University of Utah Economics Working Paper
No.2008-17.
20
Analisis pengaruh..., Fungkie Diharja, FE UI, 2014
Luthfiardi, Ikhsan. (2012). Analisis Pengaruh Corporate Governance Performance Index dan
Konsentrasi Kepemilikan Perusahaan terhadap Efisiensi Investasi (Perusahaan yang
Terdaftar di BEI dan IICG Periode 2007-2010). Skripsi Sarjana. Depok : Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia.
Majumdar, SK., dan Chhibber, P. (1998). State as Investor and State as Owner: Consequences
for Firm Performances in India. Economic Development and Cultural Change, Apr
1998: 46,3, page 561. ABI/INFORM Global. 9 Februari 2014.
Mankiw, N. Gregory. (2004). Principles of Economics (3rd Edition). Singapura: Thompson.
Na’im, Ainun., dan Sinarti. (2010). Kinerja Akuntansi dan Kinerja Pasar Modal pada
Perusahaan - Perusahaan Dalam Jakarta Islamic Index. Simposium Nasional
Akuntansi XIII.
Nachrowi, ND. dan Usman, H. (2002). Penggunaan Teknik Ekonometri Pendekatan Populer
& Praktis Dilengkapi Teknik Analisis & Pengolahan Data dengan Menggunakan
Paket Program SPSS. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Naylah, Maal. (2010). Pengaruh Struktur Pasar Terhadap Kinerja Industri Perbankan
Indonesia. Tesis. Semarang : Program Studi Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan, Pasca
Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Perotti, Enrico. (2004). State Ownership: A Residual Role?. World Bank Policy Research,
Working Paper 3407.
Ranney, Austin. (1958). The Governing of Men: An Introduction to Political Science. Holt,
Rinehart and Winston, Inc.
Ross, Stephen A., Westerfield, Randolph W., dan Jeffrey F. (2002). Corporate Finance (6th
ed.). The Mc Graw-Hill Companies.
Rossieta, Hilda., Syakhroza, Akhmad., Wahyuni, Sri Endah. (2011). The Effect on Incentive
System and Corporate Governance Mechanism on Performance of The Privatized, The
Case of Indonesia State Owned Enterprise. Program Pasca Sarjana, Depok: Fakultas
Ekonomi, Universitas Indonesia.
Sari, Puti G. (2004). Analisa Hubungan Struktural Kepemilikan Saham dan Kinerja
Perusahaan di Indonesia. Tesis, Depok : Program Studi Ilmu Manajemen, Pasca
Sarjana Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Senge, P.M. (1990). The Leader’s New York: Building Learning Organizations. Sloan
Management Review, pp. 7-23.
Shirley, Mary M., dan Walsh, Patrick. (2000). Public versus Private Ownership: The Current
State of the Debate. World Bank Policy Research, Working Paper No. 2420, Social
Science Research Network Electronic Paper Collection. 5 Januari 2014.
www.ssrn.com.
Shleifer, Andrei., dan Vishny, Robert. (1998). The Grabbing Hand: Government Pathologies
and Their Cures. Cambridge, MA : Harvard University Press.
Sugiharto. (2005). BUMN Indonesia : Isu, Kebijakan dan Strategi. Jakarta : Elex Media
Komputindo.
21
Analisis pengaruh..., Fungkie Diharja, FE UI, 2014
Sukmadewi, Amalia. (2009). Pengaruh Kepemilikan Pemerintah Terhadap Corporate Value
dan Kinerja Perusahaan (Studi Empiris pada Perusahaan Swasta Non Keuangan dan
BUMN Non Keuangan yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Tahun 2003-2007).
Skripsi Sarjana. Depok : Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Sun, Qian., dan Tong. (2003). China Share Issue Privatization : The Extent of its success.
Journal of Financial Economics, 70, 183-222
Suprapto, Parikesit. (2013, Agustus 30). Nilai kapitalisasi BUMN akan terus meningkat.
Antara News. Mei 9, 2014. http://antaranews.com/berita330387/parikesit-nilaikapitalisasi-bumn-akan-ters-meningkat
Tjager, I Nyoman. (2003). Corporate Governance : Tantangan dan Kesempatan bagi
Komunitas Bisnis Indonesia. Jakarta: Prenhallindo.
Tian, Lihui., dan Estrin, Saul. (2008). Retained state shareholding in Chinese PLCs: Does
government ownership always reduce corporate value?. Journal of Comparative
Economics, 36, pp. 74-89.
Van Horne, James C., dan Wachowicz, Jhon M. Jr. (1997). Fundamental of Financial
Management/Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan (Heru Sutojo, Penerjemah., Edisi
Kesembilan). Jakarta : Salemba Empat.
Wahyu, Hidayat. (2012, April 20). Kinerja BUMN terus meningkat. Berita Kawan. Mei 9,
2014.
http://beritakawanua.com/berita/nasional/kinerja-bumn-meningkat.html
Wulansari, Nia. (2007). Analisis Struktur Pasar dan Pengaruhnya terhadap Tingkat
Profitabilitas Pada Industri Asuransi Jiwa dan Industri Asuransi Kerugian di
Indonesia. Tesis, Depok : Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia.
Winarno, Moh. (2006). Pengaruh Kepemilikan Negara Terhadap Kinerja Perusahaan : Studi
Empiris pada Perusahaan BUMN dan Perusahaan Swasta yang terdaftar di BEI.
Tesis, Depok : Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
22
Analisis pengaruh..., Fungkie Diharja, FE UI, 2014
Download