UNIVERSITAS SUMATERA UTARA PROGRAM STRATA-1 FAKULTAS EKONOMI MEDAN PENGARUH RISIKO SISTEMATIS, NILAI TUKAR, SUKU BUNGA, DAN INFLASI TERHADAP HARGA SAHAM PADA INDUSTRI TEKSTIL DI BURSA EFEK INDONESIA DRAFT SKRIPSI OLEH : ANRI AYEN PANE 050502105 MANAJEMEN Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan 2009 Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 ABSTRAK Anri Ayen Pane (2009). Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Inflasi terhadap Harga Saham pada Industri Tekstil di Bursa Efek Indonesia. Di bawah bimbingan Drs. Nakman Harahap MSi, Prof. Ritha F. Dalimunthe, SE. Msi (Ketua Departemen Manajemen), Syafrizal Helmi Situmorang SE. Msi (Penguji I), T. M. Chairal Abdullah SE. MBA (Penguji II). Penelitian ini bertujuan untuk menguji bagaimana pengaruh risiko sistematis, nilai tukar, suku bunga, dan inflasi terhadap harga saham secara simultan maupun secara bersama-sama. Masalah yang dirumuskan dalam penelitian ini yaitu “Apakah terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan dan secara parsial antara risiko sistematis, nilai tukar, suku bunga, dan inflasi terhadap harga saham Industri Tekstil di Bursa Efek Indonesia”. Metode analisis yang digunakan untuk melihat pengaruh risiko sistematis, nilai tukar, suku bunga, dan inflasi adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik yang berguna dalam analisis regresi linear berganda dan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis yaitu uji secara simultan (uji-F) dan uji secara parsial (uji-t) dengan tingkat signifikansi 5%. Pengolahan data menggunakan program Software SPSS (Statistic Package for the Social Sciens) 14.00 for windows. Hasil simultan (uji-F) menunjukkan bahwa semua variabel independent berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil parsial (uji-t) menunjukkan bahwa variabel risiko sistematis dan inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham. Variabel nilai tukar berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham, sedangkan variabel suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis yaitu terdapat pengaruh signifikan variabel independent terhadap harga saham, dan secara parsial risiko sistematis, nilai tukar, dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap haarga saham. Kata Kunci : Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Suku Bunga, Inflasi dan Harga Saham. Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus karena atas segala kasih, berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan dan mempersembahkan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Departemen Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Penulis mempersembahkan skripsi saya ini kepada Ibunda tercinta K. Manullang sebagai ucapan terima kasih dan rasa hormat, yang telah banyak memberikan motivasi, nasehat, bantuan, kasih sayang, dan terutama doanya yang telah menuntun hidup penulis. Dan juga kepada ayahanda O. Pane (alm) yang telah menjadi panutan dan berkat bagi penulis. Selama masa perkuliahan hingga penulisan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan bimbingan, nasehat, dan dorongan dari berbgai pihak. Pada kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian ini. 1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc selaku Dekan FE USU. 2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE. MSi selaku Ketua Departemen Manajemen FE USU. 3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA selaku Dosen Wali yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama masa kuliah. 4. Bapak Drs. Nakman Harahap, Msi selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak membimbing dan memberikan saran kepada penulis. Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 5. Bapak Syafrizal Helmy, SE, MSi selaku Dosen Penguji I yang telah banyak membimbing dan memberikan saran kepada penulis. 6. Bapak selaku T. M. Chairal Abdullah, SE. MBA selaku Dosen Penguji II yang telah banyak membimbing dan memberikan saran kepada peneliti. 7. Seluruh Dosen dan Pegawai FE USU untuk segala jasa-jasa selama perkuliahan. 8. Keluarga intiku (b’Liber, b’Lontar (alm), k’Ristauli, k’Norma Hotmaida, b’Robinson, b’Alfrento, k’Ridhe, k’Sulastri, b’Erwis, k’Nurcahaya, b’Arnot, kakak ipar, abang ipar/Lae, dan keponakan-keponakan) yang telah memberi dorongan, motivasi, serta yang menjadi penyemangat hidup penulis. 9. Keluarga besarku dari pihak Ayahanda dan Ibunda (Opung, Tulang/Nantulang, Amg/Ing Tua, Amg/Ing Uda, sepupu-sepupuku) 10. Teman-teman seperjungan di Manajemen stambuk 2005 khususnya (Rumiris, Rina, Irma T, Leonard-teman satu kamarku, Krisman, Octa, Freddy, Togu, Alpa, Teguh, Leonardo G, Deniel, Aron, Hary, da_BfLT.Putri-Corry-Clara-Nila-Asrani-Elma-Dian, Rika Amanita, Corry S, Triyanti, Irma S, Pestaria, Kristina, Enny, SasfEm-Maria-Dona-SarahVriescha-Desy, Hany, Purti T, Lidya, Fika, Ester S, Ester FI, Syahbrini, Nova, Tovariga, Dinda, Tia, Wendy, Nurul, Herawati), dan bagi temanteman lainnya. Abang dan kakak senior serta adik-adik junior FE USU. 11. Sahabat-sahabatku (Linda, Limawati, Hotma, k’Dewi, Ripandu, Lilis n tHe g3Nk, Fanny, Samuel, Naomy, Dina, Holong, Maria, Juni, Grace, Sisca) yang telah banyak memberikan dorongan bagi penulis. Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 12. Teman-teman Sekost (Juanda, Chandra, Joshua, b’Aswin, b’Cristian) dan teman-teman lainnya. Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti selanjutnya. Medan, Maret 2009 Penulis Anri Ayen Pane Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 DAFTAR ISI ABSTRAK ................................................................................................ i KATA PENGANTAR .............................................................................. ii DAFTAR ISI ............................................................................................ v DAFTAR TABEL ..................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ................................................................................. viii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................................. B. Perumusan Masalah ......................................................................... C. Kerangka Konseptual ...................................................................... D. Hipotesis ......................................................................................... E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................ 1. Tujuan Penelitian ........................................................................ 2. Manfaat Penelitian ...................................................................... F. Metode Penelitian ............................................................................ 1. Batasan Operasional.................................................................... 2. Defenisi Operasional Variabel..................................................... 3. Populasi dan Sampel ................................................................... 4. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 5. Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................... 6. Jenis Data ................................................................................... 7. Metode Analisis Data .................................................................. 1 7 8 11 12 12 12 13 13 13 18 19 19 20 20 BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahul ......................................................................... B. Harga Saham .................................................................................. C. Risiko Sistematis ............................................................................ D. Nilai Tukar ..................................................................................... 1. Jenis-jenis Sistem Nilai Tukar .................................................... 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Nilai Tukar ........................... 3. Hubungan Perubahan Nilai Tukar dengan Harga Saham ............ E. Suku Bunga ..................................................................................... 1. Fungsi Suku Bunga dalam Perekonomian .................................. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Suku Bunga .......................... 3. Hubungan Suku Bunga dengan Harga saham ............................. F. Inflasi ............................................................................................. G. Indeks Harga Saham........................................................................ 26 27 29 31 31 33 35 35 35 36 36 37 40 BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Pasar Modal Indonesia ................................................................... 42 Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 B. Sejarah Pertekstilan Indonesia ........................................................ C. Gambaran Umum Industri Tekstil Indonesia ................................... 1. PT. Eratex Djaja Tbk ................................................................. 2. PT. Ever Shine Textile I. Tbk ..................................................... 3. PT. Panasia Indosyntex Tbk ....................................................... 4. PT. Karwell Indonesia Tbk ........................................................ 5. PT. Hanson International ........................................................... 6. PT. Panasia Filament Inti Tbk .................................................... 7. PT. Pan Brithers Tex Tbk ........................................................... 8. PT. Roda Vivatex Tbk ................................................................ 44 45 45 45 46 46 47 47 48 48 BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI A. ANALISIS DESKRIPTIF ............................................................... 1. Deskripsi Harga Saham .............................................................. 2. Deskripsi Risiko Sistematis ........................................................ 3. Deskripsi Nilai Tukar .................................................................. 4. Deskripsi Suku Bunga ................................................................ 5. Deskripsi Inflasi ......................................................................... B. ANALISIS STATISTIK ................................................................. 1. Analisis Regresi Berganda ......................................................... a. Uji Normalitas ....................................................................... b. Uji Heterokedastisitas ............................................................ c. Uji Autokorelasi .................................................................... d. Uji Multikolinearitas ............................................................. 2. Pengujian Hipotesis ................................................................... a. Uji Serempak (Uji-F) ............................................................. b. Uji secara Parsial (Uji-t) ........................................................ 1. Risiko Sistematis .............................................................. 2. Nilai Tukar ....................................................................... 3. Suku Bunga ...................................................................... 4. Inflasi ............................................................................... 49 49 51 54 56 58 60 60 63 64 66 67 69 69 71 71 73 74 75 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN .............................................................................. 77 B. SARAN .......................................................................................... 80 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... ix LAMPIRAN Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Tabel 1.2 Tabel 1.3 Tabel 1.4 Tabel 1.5 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Harga Saham Industri Tekstil ............................................... Indikator Ekonomi ................................................................ Jumlah Sampel Berdasarkan Karakteristik Penarikan Sampel .............................................. Sampel Penelitian .................................................................. Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi .................. Harga Saham pada Industri Tektsil yang terdaftar di BEI Periode Tahun 2004-2007 .................... Risiko Sistematis pada Industri Tektsil yang terdaftar di BEI Periode Tahun 2004-2007 .................... Nilai Tukar pada Industri Tektsil yang terdaftar di BEI Periode Tahun 2004-2007 .................... Suku Bungapada Industri Tektsil yang terdaftar di BEI Periode Tahun 2004-2007 .................... Inflasi pada Industri Tektsil yang terdaftar di BEI Periode Tahun 2004-2007 .................... Hasil Estimasi Regresi ........................................................... Hasil Uji Kolmogorov Smirnov .............................................. Hasil Uji Park Test ................................................................ Hasil Uji Durbin-Watson Test ............................................... Hasil Uji Multikolinearitas .................................................... Hasil Uji Simultan (Uji-F) ..................................................... Hasil Uji Parsial (Uji-t) ......................................................... 3 5 18 19 23 49 51 54 56 58 60 63 66 67 68 69 71 Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 DAFTAR GAMBAR Gambar 1.1 Gambar 4.1 Gambar 4.3 Kerangka Konseptual .......................................................... 11 Hasil Uji Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual ......................................................... 64 Hasil Scatterplot................................................................... 65 Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang dapat diperjualbelikan. Menurut Jones (dalam Utami dan Mudjilah, 2003 : 125). Pasar modal dapat digunakan untuk memperoleh dan menyalurkan dana, dimana terjadi alokasi dana dari pihak yang kelebihan dana yaitu investor kepada pihak yang kekurangan dana yaitu emiten. Kehadiran pasar modal dapat memperbanyak pilihan sumber dana bagi emiten, serta menambah pilihan investasi bagi investor. Investasi meliputi saham, obligasi, valuta asing, deposito, dan produk derivatif lainnya. Menurut Buku Panduan Investasi di Pasar Modal Indonesia (2003), saham adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan. Harga sebuah saham sangat dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran, harga suatu saham akan cenderung naik bila suatu saham mengalami kelebihan permintaan dan cenderung turun jika terjadi kelebihan penawaran (Dedi dan Riyatno, 2007 : 26) Industri tekstil Indonesia merupakan salah satu industri prioritas nasional yang masih prospektif untuk dikembangkan. Dengan populasi lebih dari 230 juta penduduk, Indonesia menjadi pasar yang sangat potensial. Industri tekstil merupakan industri padat karya, yang sedikitnya telah menyerap 1,8 juta tenaga kerja. Dari sisi tenaga kerja, pengembangan atau penambahan kapasitas industri Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 dapat dengan mudah terakomodasi oleh melimpahnya tenaga kerja dan dengan tingkat upah yang lebih kompetitif, khususnya dibandingkan dengan kondisi di negara industri maju. Industri tekstil adalah industri yang berorientasi ekspor yang merupakan sektor perusahaan manufaktur (www.textile.web.id) Produk tekstil Indonesia di pasar global masih cukup diperhitungkan. Tahun 2006, Indonesia masuk dalam jajaran 10 negara pengekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) terbesar dunia. Indonesia menempati posisi keempat dalam ekspor tekstil dengan nilai US$ 3,9 miliar. Tahun 2007 kinerja ekspor diperkirakan mencapai US$ 9,9 miliar, meningkat sekitar 9% dibandingkan tahun sebelumnya sebesar US$ 9,2 milyar, sehingga industri tekstil masih menjadi penyumbang devisa non-migas terbesar. Namun demikian, industri tekstil masih menghadapi berbagai hambatan dan kendala, antara lain dengan maraknya produk impor terutama dari China, baik yang masuk secara legal maupun illegal (www.mediadata.co.id). Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat memberikan dampak yang berbeda-beda pada pertumbuhan suatu perusahaan. Pertumbuhan suatu perusahaan dapat dilihat dari harga saham perusahaan tersebut. Harga saham sangat dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran, harga suatu saham akan cenderung naik bila suatu saham mengalami kelebihan permintaan dan cenderung turun jika terjadi kelebihan penawaran. Menurut Boedie at al (dalam Utami dan Mudjilah, 2003) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi harga saham yaitu profitabilitas, suku bunga, inflasi, nilai tukar, tingkat pengangguran, transaksi berjalan, defisit anggaran.. Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Kondisi perekonomian Indonesia secara makro dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investor atas penempatan dananya pada suatu jenis sektor usaha. Meskipun ada perbaikan yang cukup berarti, harus diakui bahwa peran sektor industri dalam ekonomi nasional masih lebih rendah dibandingkan dengan kondisi sebelum krisis. Pada beberapa tahun terakhir, perusahaan Tekstil Indonesia ada yang pertumbuhan dan ada pula yang mengalami kemerosotan dilihat dari harga sahamnya, seperti pada Tabel 1.1 . No Emiten Tabel 1.1 Harga Saham Industri Tekstil Tahun Keterangan 2003 2004 2005 2006 2007 1 ERTX 210 130 100 140 190 Berfluktuasi 2 RDTX 900 405 375 380 355 Berfluktuasi Sumber : www.idx.co.id (1/10/2008, diolah) Berdasarkan Tabel 1.1 diketahui bahwa saham seluruh emiten yang terdiri dari ERTX, RDTX berfluktuasi. Harga saham emiten ERTX (Eratex Djaja Tbk) mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun 2004, harga sahamnya mengalami depresiasi sebesar 38.1%, pada tahun 2005 mengalami depresiasi sebesar 23,1% dibandingkan tahun 2004, dan pada tahun selanjutnya saham emiten ERTX mengalami apresiasi, yaitu sebesar 40% tahun 2006 dan pada tahun 2007 sebesar 35,7%. Investor lebih tertarik untuk menanamkan modalnya apabila harga saham suatu emiten mengalami apresiasi lebih besar dibandingakan depresiasi yang dialami Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Harga saham emiten RDTX (PT. Roda Vivatex Tbk.) pada tahun 2004 mengalami depresiasi sebesar 55,00%, dan pada tahun 2005 juga mengalami depresiasi sebesar 7,41%. Pada tahun 2006 harga saham emiten RDTX mengalami apresiasi sebesar 1,33%, sedangkan pada tahun 2007, harga saham emiten RDTX mengalami depresiasi sebesar 6,58%. Pada umumnya hampir semua investasi yang meliputi saham, obligasi, valuta asing, deposito, dan derivatif lainnya mengandung unsur ketidakpastian (uncertainty) yang sering disebut risiko. Akan tetapi, saham merupakan sekuritas yang mempunyai risiko yang tinggi dibandingkan dengan sekuritas yang lain (Haryanto dan Riyatno, 2007:24). Ada dua jenis risiko, yaitu risiko sistematis dan nonsistematis. Risiko sistematis yaitu risiko yang tidak dapat didiversifikasi atau yang tidak dapat dihilangkan. Apabila risiko sistematis muncul, maka semua jenis saham terkena dampaknya sehingga investasi dalam satu jenis saham atau lebih tidak dapat mengurangi kerugian. Misalnya risiko yang ditimbulkan oleh ekonomi, sosial, politik. Risiko nonsistematis yaitu risiko yang dapat didiversifikasi atau risiko yang dapat dihilangkan dan tidak relevan pada peramalan investor atas return masa yang akan datang. Seorang investor haruslah mampu menghadapi risiko dari dana yang diinvestasikannya, akan tetapi di sisi lain investor juga dihadapkan pada peluang mendapatkan return yang lebih besar pada waktu yang sangat singkat. Apabila investor ingin mengharapkan return yang lebih tinggi maka harus bersedia menanggung risiko yang lebih tinggi juga, hal tersebut sesuai dengan “high risk high return” (Samsul, 2006:289). Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Kondisi perekonomian Indonesia tahun 2003-2007 mengalami peningkatan yang diwujudkan kinerja indikator makro ekonomi yang semakin membaik yang dapat juga berpengaruh terhadap industri Tekstil yang tercermin dari harga saham setiap perusahaan. Hal tersebut ditunjukkan pada Tabel 1.2 No Indikator Tabel 1.2 Indikator Ekonomi Tahun 2003 2004 2005 2006 2007 1 Inflasi 6,25 % 6.40 % 17.11 % 6.60 % 6.59 % 2 Suku Bunga 10,09% 8,29 % 7,42 % 12, 75% 9,75 % 3 Nilai Tukar 8.574 8.929 9.709 9.163 9.144 Sumber : www.bi.go.id (1/10/2008, diolah). Berdasarkan Tabel 1.2 dapat diketahui bahwa inflasi yang terjadi selama lima tahun tersebut mengalami fluktuasi. Inflasi merupakan kecenderungan terjadinya peningkatan harga produk secara keseluruhan ( Tandelilin,2001:212 ). Inflasi akan menyebabkan terjadinya kenaikan suku bunga perusahaan yang pada akhirnya juga akan menyebabkan hutang pada pihak ketiga berupa beban bunga akan menjadi meningkat. Pada tahun 2004 inflasi menjadi 6,40 %, dan pada tahun 2005 inflasi Indonesia naik tajam menjadi 17,11%. Setelah pada tahun 2006, inflasi kembali menurun menjadi 6,60% dan pada Desember 2007, inflasi menjadi 6,59% . Suku bunga adalah harga yang harus dibayar atas modal yang atas modal pinjaman, dan dividen serta keuntungan modal yang merupakan hasil dari modal ekuitas (Brigham (2001 : 158). Suku bunga yang berlaku di Indonesia selama lima tahun terakhir mengalami fluktuasi. Akan tetapi, setelah Suku bunga dikendalikan Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 oleh Bank Indonesia, maka fluktuasi suku bunga sudah terkendali. Suku bunga pada tahun 2004 sebesar 8,29% lebih rendah dibandingkan suku bunga pada tahun 2003 yang mencapai 10,09%. Pada tahun 2005 suku bunga juga menurun yaitu 7,42% dibandingkan pada tahun 2004. Pada tahun 2006, suku bunga Indonesia naik menjadi 12,75% dan pada tahun 2007 turun menjadi yang menjadi 9, 75 % . Nilai tukar merupakan harga mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam mata uang negara lainnya. Berdasarkan Tabel 1.2 dapat diketahui bahwa selama lima tahun terakhir, rata-rata nilai tukar rupiah Indonesia berfluktuasi terhadap dolar US. Pada tahun 2004, rata-rata nilai tukar mengalami depresiasi (pelemahan nilai tukar) sebesar 4,14% dibandingkan pada tahun 2003. Pada tahun 2005, nilai tukar rupiah juga mengalami depresiasi sebesar 8,74% dibandingkan tahun 2004. Pada tahun 2006, rupiah Indonesia mengalami apresiasi (penguatan nilai tukar) sebesar 5,62% apabila dibandingkan rata-rata nilai tukar pada tahun 2005. Pada tahun 2007, rupiah Indonesia juga mengalami apresiasi terhadap dolar US sebesar 0,21% apabila dibandingkan tahun 2006. Nilai tukar rupiah Indonesia mengalami apresiasi terhadap dolar US berarti jumlah rupiah yang dikeluarkan untuk mendapatkan dolar US lebih sedikit dibandingkan jumlah rupiah yang dikeluarkan pada periode sebelumnya. Sebaliknya, apabila nilai tukar rupiah Indonesia mengalami depresiasi terhadap dolar US berarti jumlah rupiah yang dikeluarkan untuk mendapatkan dolar US lebih banyak dibandingkan jumlah rupiah yang dikeluarkan pada periode sebelumnya. Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Fluktuasi nilai tukar dapat menjadi pertimbangan bagi para investor. Apabila nilai tukar mata uang suatu negara berfluktuasi tajam dan mengalami apresiasi, maka investor cenderung tidak tertarik berinvestasi di negara tersebut. Apabila mata uang suatu negara berfluktuasi tidak terlalu tajam dan mengalami apresiasi, maka investor cenderung lebih tertarik berinvestasi di negara tersebut. Investor lebih tertarik lagi, apabila nilai tukar suatu negara terus tidak terdepresiasi, akan tetapi kejadian tersebut tidak pernah terjadi karena harga saham dapat berubah sewaktu-waktu, dan harga saham dipengaruhi banyak faktor. Pasar modal Indonesia yang semakin berkembang, menuntut pengetahuan yang baik dalam berinvestasi saham di pasar modal, sehingga penulis mencoba meneliti pengaruh risiko sistematis, nilai tukar, suku bunga, dan inflasi terhadap harga saham. Penelitian ini melibatkan industri Tekstil yaitu dengan judul “ Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Inflasi terhadap Harga Saham pada Industri Tekstil di Bursa Efek Indonesia ”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka dirumuskan masalah sebagai berikut : a. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Inflasi terhadap Harga Saham Industri Tekstil di Bursa Efek Indonesia ? b. Apakah terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Inflasi terhadap Harga Saham Industri Tekstil di Bursa Efek Indonesia ? Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 C. Kerangka Konseptual Harga saham sangat dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran, harga suatu saham akan cenderung naik bila suatu saham mengalami kelebihan permintaan dan cenderung turun jika terjadi kelebihan penawaran. Menurut Boedie et. al. (dalam Utami dan Mudjilah, 2003) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi harga saham yaitu profitabilitas, suku bunga, inflasi, nilai tukar, tingkat pengangguran, transaksi berjalan, defisit anggaran. Variabel profitabilitas tidak dimasukkan dalam penelitian ini karena sudah banyak penelitian yang membuktikan bahwa analisis fundamental mempunyai pengaruh terhadap harga saham. Variabel tingkat pengangguran juga tidak dimasukkan dalam penelitian ini karena sudah tercakup pada tingkat inflasi sebagaimana dikatakan oleh Samuelson (dalam Utami dan Mudjilah, 2003), yakni: “the phillip curve illustrates the trade-off theory of inflation. According to this view, a nation can buy a lower level of unemployment if is willing to pay the price level of inflation”. Selain itu transaksi berjalan juga diabaikan karena sudah tercakup dalam nilai tukar sebagaimana diungkapkan oleh Samuelson; bahwa pergerakan nilai tukar akan terus berlanjut sampai neraca modal dan neraca berjalan kembali dalam posisi keseimbangan. Defisit anggaran tidak digunakan dalam penelitian ini yaitu karena defisit anggaran terjadi bila pengeluaran pemerintah lebih besar dari penerimaan pajak. Bila defisit anggaran ini ditutup dengan cara menerbitkan obligasi pada pasar modal maka secara otomatis harga saham akan terpengaruh. Namun defisit anggaran yang terjadi di Indonesia ditutup dengan utang luar negeri sehingga tidak ada dampak langsung terhadap harga saham. Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Nilai tukar merupakan harga mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam mata uang negara lainnya (Sukirno, 2004 : 397), maksudnya mengukur nilai suatu valuta suatu negara dari perspektif valuta negara lain. Hubungan nilai tukar dengan harga saham adalah berlawanan arah (negatif) dimana pada saat nilai tukar terdepresiasi maka harga saham naik, dan pada saat nilai tukar megalami apresiasi maka harga saham turun. Banyak penelitian menemukan bahwa di dalam kondisi yang normal dimana fluktuasi nilai tukar yang tidak terlalu tinggi, hubungan perubahan nilai tukar terhadap harga saham adalah positif. Namun, apabila terjadi depresiasi ataupun apresiasi nilai tukar maka hubungan nilai tukar dengan harga saham adalah negatif. Nilai tukar dimasukkan dalam penelitan ini karena nilai tukar saat ini sering berfluktuasi yang dapat mengakibatkan pasar modal Indonesia mengalami kemunduran yang berdampak terhadap perekonomian Indonesia. Dan adanya perbedaan pendapat hubungan antara nilai tukar dengan harga saham. Inflasi merupakan kecenderungan terjadinya peningkatan harga produk secara keseluruhan ( Tandelilin,2001:212 ). Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau mengakibatkan kenaikan) kepada barang lainnya. Inflasi akan menyebabkan terjadinya kenaikan suku bunga perusahaan yang pada akhirnya juga akan menyebabkan hutang pada pihak ketiga berupa beban bunga akan menjadi meningkat. Perubahan suku bunga dapat mempengaruhi variabilitas return suatu investasi yang tercemin akibat perubahan harga saham (Tandelilin, 2001:48-49). Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara terbalik ceterus Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 paribus. Apabila suku bunga meningkat maka harga saham akan turun, hal tersebut dapat terjadi karena investor akan lebih tertarik terhadap investasi yang terkait dengan suku bunga (misalnya deposito) dengan cara memindahkan investasinya dari saham. Risiko sistematis menurut James dan Ross (Tandelilin, 2001) yaitu “a sistematic risk is any risk that effects a large number of assets, each to a greater or lesser degree”. Risiko pasar berhubungan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan, perubahan tersebut akan mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Risiko sistematis diukur melalui indeks beta. Indeks beta adalah angka yang menunjukkan tingkat sensitivitas suatu saham terhadap kondisi pasar secara umum atau mengukur sampai sejauh mana harga saham individual berfluktuasi bersamaan dengan berfluktuasinya harga pasar. Beta merupakan pengukur volatilitas (votality) return suatu sekuritas atau potofolio terhadap return pasar. Dengan demikian, beta merupakan risiko sistematik (systematic risk) dari suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap risiko pasar (Jogiyanto, 2003 : 265-266). Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka variabel yang mempengaruhi harga saham digunakan dalam penelitian ini yaitu risiko sistematis dan nilai tukar. Kerangka konseptual dapat digambarkan pada Gambar 1.1 Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 RESIKO SISTEMATIS (X1) NILAI TUKAR (X2) HARGA SAHAM (Y) SUKU BUNGA (X3) INFLASI (X4) Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual Sumber : Utami dan Mudjilah, 2003 (1/10/2008, diolah) D. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu jawaban yang diberikan masih berdasar pada teori yang relevan dan belum didasarkan pada faktor-faktor empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data (Sugiyono, 2005:51). Hipotesis tersebut tentang perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi. Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan pada rumusan masalah, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut : 1. Faktor Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Inflasi mempunyai pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap Harga Saham Industri Tekstil di Bursa Efek Indonesia. Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 2. Faktor Risiko Sistematis, Nilai Tukar, dan Inflasi mempunyai pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap Harga Saham Industri Tekstil di Bursa Efek Indonesia. E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian a. Menguji dan menganalisis pengaruh antara variabel risiko sistematis, nilai tukar, suku bunga, dan inflasi terhadap harga saham Industri Tekstil di Bursa Efek Indonesia secara simultan. b. Menguji dan menganalisis pengaruh antara variabel risiko sistematis, nilai tukar, suku bunga, dan inflasi terhadap harga saham Industri Tekstil di Bursa Efek Indonesia secara parsial. 2. Manfaat Penelitian a. Bagi Investor Penelitian ini bermanfaat untuk bahan pertimbangan dan rekomendasi dalam pengambilan keputusan melakukan investasi pada saham industri Tekstil di Bursa Efek Indonesia. b. Bagi Peneliti lain Penelitian ini dapat bermanfaat menambah pengetahuan serta dapat memberikan informasi sebagai referensi atau perbandingan bagi peneliti lain dalam penelitian mengenai Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Suku Bunga, Inflasi, dan Harga Saham pada ruang lingkup dan kajian yang lebih luas. c. Bagi Penulis Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan menambah wawasan penulis dalam bidang keuangan khususnya yang menyangkut Risiko Sistematis dan Nilai Tukar, Suku Bunga, Inflasi, dan Harga Saham. F. Metodologi Penelitian 1. Batasan Operasional Adapun yang menjadi batasan operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 bagian, yaitu : 1. Variabel Bebas (Independent variable) yang terdiri dari risiko sistematis, nilai tukar, suku bunga, dan inflasi. 2. Variabel Terikat (Dependent variable) yaitu harga saham. b. Perusahaan yang menjadi sampel penelitian adalah perusahaan Tekstil yang terdaftar di BEI selama tahun 2004-2007. c. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Data laporan keuangan dan harga saham perusahaan yang termasuk dalam Industri Tekstil di BEI tahun 2004-2007 serta data Indeks Harga Saham Gabungan yang dipublikasikan BEI. 2. Data Nilai Tukar, Suku Bunga, Inflasi pada tahun 2004-2007 yang dipublikasikan Bank Indonesia. 2. Definisi Operasional Variabel Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 a. Variabel Terikat (Dependent Variable) (Y) Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham masing-masing perusahaan yang termasuk industri Tekstil yang terdaftar di BEI. Harga saham dihitung dari harga saham penutupan (closing price) pada setiap hari transaksi yang dikalkulasikan menjadi rata-rata bulanan dan menjadi rata-rata tahunan dengan menggunakan rumus sebagai berikut : b. Rata-rata harga saham bulanan = ∑ h arg a saham harian ∑ hari transaksi Rata-rata harga saham tahunan = ∑ h arg a saham bulanan 12 Variabel Bebas (Independent Variable) 1. Risiko Sistematis (beta = β ) (X1) Beta merupakan suatu pengukur volatilitas (volatility) return suatu saham atau portofolio terhadap return pasar (indeks pasar). Dengan demikian Beta merupakan pengukur risiko sistematik (systematic risk) dari suatu sekuritas atau saham relatif terhadap resiko pasar, atau hubungan antara tingkat hasil aset beresiko terhadap tingkat hasil pasar. Dalam menghitung nilai beta, terlebih dahulu dilakukan perhitungan terhadap return pasar ( Rmt ) dan return saham individual ( Rit ). Rmt diperoleh dari return indeks harga saham gabungan (IHSG) dengan menggunakan rumus (Jogiyanto, 2003:232): Rmt = IHSGt − IHSGt −1 IHSGt −1 Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Dimana : Rmt IHSGt = ingkat return pasar pada bulan ke-t = indeks harga saham gabungan pada bulan ke-t IHSGt −1 = indeks harga saham gabungan sebelum bulan ke- t Return saham merupakan return suatu saham adalah hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara menghitung selisih harga saham periode berjalan dengan periode sebelumnya dengan mengabaikan dividen, diperoleh dengan menggunakan rumus (Jogiyanto, 2003 :110): Rit = Dimana, Rit Pt − Pt −1 tt −1 = return saham individual bulan ke-t Pt = harga saham pada bulan ke-t Pt −1 = harga saham sebelum bulan ke-t Selanjutnya Beta ( β ) pada masing-masing perusahaan dihitung dengan menggunakan model linier sederhana sebagai berikut (Jogiyanto, 2003:233): Rit = αi + β i.Rmt + e βi = Dimana, n ∑ Rmt × Rit − ∑ Rmt ∑ Rit 2 n ∑ Rmt − (∑ Rmt ) 2 n = jumlah sampel βi = risiko sistematis Rmt = tingkat return pasar bulan ke t Rit = return saham individual bulan ke t Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 e = kesalahan residul (residual error) αi = nilai ekspektasi dari return saham terhadap return pasar. 2. Nilai Tukar (X2) Nilai tukar merupakan harga mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam mata uang negara lainnya (Sukirno, 2004:397), maksudnya mengukur nilai suatu valuta suatu negara dari perspektif valuta negara lain. Nilai tukar diukur dari perubahan nilai tukar mata uang rupiah Indonesia terhadap dolar Amerika Serikat setelah disesuaikan dengan tingkat inflasi (dalam Utami dan Mudjilah, 2003), dengan menggunakan rumus : Rata-rata nilai tukar tahunan = ∑ nilai tukar bulanan 12 Fluktuasi nilai tukar akan berpengaruh terhadap total pendapatan operasional sebagai hasil dari keuntungan. Oleh karena itu, maka ratarata nilai tukar akan dikaitkan dengan gross profit pada laporan keuangan masing-masing perusahaan. Dapat digunakan rumus sebagai berikut : = 3. Gross profit rata − rata nilai tukar tahunan Suku Bunga (X3) Suku bunga yaitu berupa suku bunga riil yang dihitung dariperubahan suku bunga SBI jangka waktu satu bulan yang telah disesuaikan dengan tingkat inflasi (Utami dan Rahayu, 2003), yang dihitung dengan menggunakan rumus : Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Rata-rata suku bunga tahunan = ∑ suku bunga bulanan 12 Perubahan tingkat suku bunga akan berpengaruh terhadap hutang masing-masing perusahaan kepada pihak ketiga (liabilities). Sehingga akan didapat perubahan tingkat suku bunga yang berbeda dari masingmasing perusahaan, dihitung dengan menggunakan rumus berikut : = Rata-rata suku bunga tahunan x Total Liabilities 4. Inflasi (X4) Inflasi merupakan kecenderungan terjadinya peningkatan harga produk secara keseluruhan (Tandelilin,2001:212). Data inflasi yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data perbulan yang kemudian dirata-ratakan menjadi data tahunan dengan menggunakan rumus : Rata-rata inflasi tahunan = ∑ Inflasi perbulan 12 Inflasi akan menyebabkan terjadinya kenaikan suku bunga perusahaan yang pada akhirnya juga akan menyebabkan hutang industri tekstil pada pihak ketiga berupa beban bunga akan menjadi meningkat. Oleh karena itu, rata-rata inflasi tahun ini akan dikaitkan dengan beban bunga (interest expense) masing-masing perusahaan, dirumuskan sebagai berikut : = Rata-rata inflasi tahunan x Interest expense Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 3. Populasi dan Sampel Populasi yang digunakan dalam penellitian ini yaitu perusahaan tekstil yang listing atau yang terdaftar di BEI selama periode tahun 2004-2007. Pengambilan sampel penelitian menggunakan metode non probabality sampling dengan cara purposive sampling yaitu penentuan sampel dengan menggunakan karakteristik tertentu (Sugiyono, 2005:87). Kriteria penarikan sampel dalam penelitian ini : a. Perusahaan Tekstil yang terdaftar di BEI dan tidak pernah (suspend). b. Perusahaan Tekstil yang mempublikasikan laporan keuangan pertahun dan dalam satuan rupiah selama periode tahun 2004-2007. c. Perusahaan Tekstil yang mempublikasikan harga saham perbulan selama periode tahun 2004-2007. No Tabel 1.3 Jumlah Sampel Berdasarkan Karateristik Penarikan Sampel Jumlah Karakteristik Perusahaan 1 Perusahaan Tekstil yang terdaftar di BEI tahun 2004-2007 20 2 Perusahaan pernah di-suspend selama tahun 2004 – 2007 (3) 3 Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan keuangan (4) pertahun dan tidak dalam satuan rupiah selama periode tahun 2004-2007 5 Perusahaan yang tidak mempublikasikan harga saham perbulan Jumlah Sampel (5) 8 Sumber: www.idx.co.id (1/10/2008, diolah) Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Berdasarkan karateristik penarikan sampel pada Tabel 1.3 , maka diperoleh sampel penelitian sebanyak 8 perusahaan Tekstil. Adapun perusahaan yang dijadikan sebagai sampel adalah pada Tabel 1.4 . Tabel 1.4 Sampel penelitian No Kode Emiten Nama Emiten Tanggal Listing 1 ERTX Eratex Djaja Tbk 21 Agustus 1990 2 ESTI Ever Shine Textile I. Tbk 13 Oktober 1992 3 HDTX Panasia Indosyntex Tbk 06 Juni 1990 4 KARW Karwell Indonesia Tbk 20 Desember 1994 5 MYRX Hanson International Tbk 31 Oktober 1990 6 PAFI Panasia Filament Inti Tbk 22 Juli 1997 7 PBRX Pan Brothers Tex Tbk 16 Agustus 1990 8 RDTX Roda Vivatex Tbk 14 Mei 1990 Sumber: www.idx.co.id 4. (1/10/2008, diolah) Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi dengan mengumpulkan data pendukung literatur, jurnal, dan buku-buku referensi untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti serta mengumpulkan data sekunder yang relevan dari laporan yang dipublikasikan Bursa Efek Indonesia dan Bank Indonesia. 5. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di BEI melalui situs www.bi.go.id dan www.idx.co.id Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 b. Waktu Penelitian Waktu penelitian yaitu dimulai pada bulan Agustus 2008 sampai bulan Februari 2009. 6. Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang bersumber dari data sekunder. Data sekunder yaitu berasal dari publikasi Bursa Efek Indonesia tentang data emiten, laporan-laporan yang dipublikasikan oleh Bank Indonesia, berbagai hasil penelitian dan buku referensi, jurnal-jurnal, majalah-majalah, laporan harga saham yang terdapat di Bursa Efek Indonesia. 7. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis statistik. A Metode analisis deskriptif Metode analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data-data yang dikumpulkan, diklasifikasikan, dianalisis, dan diinterpretasikan secara objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang dibahas. B Metode analisis statistik 1. Analisis Regresi Linear Berganda Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh dari risiko sistematis, nilai tukar, suku bunga, dan inflasi terhadap harga saham. Model yang digunakan adalah sebagai berikut : Y = a + b1 X1 + b 2X2 + b3 X 3+ b4 X4 + e Dimana :Y = Harga saham Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 X1 = Resiko sistematis (beta = βi ) X2 = Nilai Tukar X3 = Suku Bunga X4 = Inflasi b1 = Koefisien regresi variabel X1 b2 = Koefisien regresi variabel X2 b3 = Koefisien regresi variabel X3 b4 = Koefisien regresi variabel X4 e = Standard error Sebelum melakukan analisis regresi, agar didapat perkiraan yang efisien dan tidak bias maka dilakukan pengujian asumsi klasik. Ada beberapa kriteria persyaratan asumsi klasik yang harus dipenuhi, yaitu: a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengtahui apakah dalam sebuah model regresi, variabel independen dan variabel dependen atau keduanya berdistribusi normal atau tidak. Model yang paling baik hendaknya berdistribusi data normal atau mendekati normal (Situmorang at al, 2008:55-62). Metode yang digunakan untuk menguji normalitas adalah dengan menggunakan Uji Kolmogrov Smirnov terhadap nilai standar residual hasil persamaan regresi. Apabila probabilitas hasil Uji Kolmogrov Smirnov lebih besar dari 5%, maka data berdistribusi normal, dan demikian sebaliknya. Selain itu, deteksi normalitas dapat dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual. Apabila data menyebar di sekitar garis diagonal, maka regresi memenuhi asumsi normalitas. Namun jika data menyebar Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 jauh dari garis diagonal atau titik tidak mengikuti arah garis diagonal maka regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. b. Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain (Situmorang at al, 2008:62-77). Jika varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas, sementara jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Analisis ini dilakukan dengan mendeteksi keberadaan heterokedastisitas, yaitu dengan metode informal dan metode formal. Metode informal biasanya dilakukan dengan metode grafik yaitu menggunakan grafik Scatterplot, dimana apabila data yang berbentuk titiktitik membentuk pola maka tidak terjadi heterokedastisitas, sementara apabila data menyebar maka terjadi masalah heterokedastisitas. Sedangkan metode formal dapat dilakukan dengan Park Test, Glejser Test, Spearman’s Rank Correlation Test, Golfeld Quant Test, Breusch-Pagan-Godfrey Test, Mwite’s General Heteroscedasticity Test, dan Koenker-Basset Test. Dalam penelitian ini, metode formal yang dilakukan adalah Park Test atau uji Park dengan melihat signifikansi variabel bebas pada tabel. Apabila sig.variabel independent (bebas) pada tabel lebih besar dari 5% (0,05) berarti data tidak terkena heterokedastisitas. c. Uji Autokolerasi Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi linear terdapat hubungan yang kuat baik positif maupun negatif antardata yang ada pada variabel-variabel penelitian (Situmorang at al, 2008:78-95). Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi, dengan demikian dapat dikatakan bahwa autokorelasi terjadi apabila observasi yang berturut-turut sepanjang waktu mempunyai korelasi antara satu dengan yang lainnya. Untuk menguji ada atau tidaknya autokorelasi dalam suatu model regresi, maka dapat dilakukan dengan menggunakan Test Runs, Test Durbin-Watson, The BreuschGodfrey (BG) Test, dan Uji Statistik Q: Box Pierce - Ljung Box. Metode yang dilakukan untuk menguji ada atau tidaknya autokorelasi dalam suatu model regresi yaitu dengan melakukan Durbin-Watson Test (DW) yang diberi simbol d. Tabel 1.5 Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi Hipotesis nol Keputusan Jika d. Tidak ada autokorelasi positif Tidak ada autokorelasi positif Tolak No decision 0 < d < dl dl ≤ d ≤ du Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 − dl < d < 4 Tidak ada korelasi negatif No decision 4 − du ≤ d ≤ 4 − dl Tidak ada autokorelasi, positif Tidak atau negatif ditolak Sumber: Situmorang at al (2008:86) Keterangan : du = batas atas dl = batas bawah Uji Multikolinearitas du < d < 4 − du Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi linear ditemukan adanya korelasi yang tinggi diantara variabel bebas (Situmorang at al, 2008:96106). Apabila terdapat korelasi antara variabel bebas, maka terjadi multikolinearitas, demikan juga sebaliknya apabila tidak terdapat korelasi antara Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 variabel bebas, maka tidak terjadi multikolinearitas. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolineritas dapat dilihat dari besarnya nilai Variance Inflation Factor (VIF) dengan ketentuan : Bila VIF > 5 maka terdapat masalah multikolinearitas yang serius. Bila VIF< 5 maka tidak terdapat masalah multikolinearitas yang serius. 2. Pengujian Hipotesis a. Uji Serempak (Uji-F) Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Bentuk pengujian : H0 : b1 = b2 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara risiko sistematis, nilai tukar, suku bunga, dan inflasi terhadap harga saham Indutri Tekstil di BEI. H1 : b1 ≠ b2 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara risiko sistematis, nilai tukar, suku bunga, dan inflasi terhadap harga saham Indutri Tekstil di BEI. Pada penelitian ini nilai Fhitung akan dibandingkan dengan Ftabel pada tingkat signifikan (α ) = 5%. Kriteria penilaian hipotesis pada uji-F: H1 ditolak (H0 diterima) jika Fhitung ≤ Ftabel pada α = 5% H1 diterima (H0 ditolak) jika Fhitung > Ftabel pada α = 5% b. Uji Secara Parsial (Uji-t) Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah setiap variabel bebas secara parsial atau terpisah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Bentuk pengujian : Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 H0 : bi = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari risiko sistematis, nilai tukar, suku bunga, dan inflasi terhadap harga saham Indutri Tekstil di BEI. H1 : bi ≠ 0 , artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari risiko sistematis, nilai tukar, suku sbunga, dan inflasi terhadap harga saham IndutriTekstil di BEI. Pada penelitian ini nilai thitung akan dibandingkan dengan ttabel pada tingkat signifikan (α ) = 5%. Kriteria pengambilan keputusan pada uji-t ini adalah : H1 ditolak (H0 diterima) jika : - ttabel ≤ thitung ≤ ttabel H1 diterima (H0 ditolak) jika : ttabel < - thitung atau thitung > ttabel Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk mendapatkan hasil penelitian yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimation). Dalam menganalisi data, penulis menggunakan program Software SPSS (Statistic Package for the Social Sciens) 14.00 for windows. Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Elisabeth tahun 2007 dengan judul “Pengaruh Resiko Sistematis dan Makro Ekonomi terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan di BEJ”. Variabel makro ekonomi yang diteliti terdiri dari; nilai tukar, GDP, suku bunga, dan inflasi. Hasil dari penelitian menemukan bahwa resiko sistematis dan makro ekonomi memiliki pengaruh signifikan secara simultan terhadap harga saham. Variable GDP dan nilai tukar memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham secara parsial sedangkan variabel resiko sistematis, inflasi, dan suku bunga tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham secara parsial. Penelitian yang dilakukan oleh Mudji Utami dan Rahayu Mudjilah tahun 2003 dengan judul “Peranan Profitabilitas, Suku Bunga, Inflasi dan Nilai Tukar dalam Mempengaruhi Pasar Modal Indonesia Selama Krisis Ekonomi”. Hasil penelitian membuktikan bahwa perubahan profitabilitas, suku bunga, inflasi dan nilai tukar mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga saham badan usaha selama periode krisis ekonomi. Secara parsial hanya suku Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 bunga dan nilai tukar mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap harga saham selama periode krisis ekonomi tersebut. Penelitian yang dilakukan oleh M.Y. Dedi Haryanto dan Riyatno pada tahun 2007 dengan judul ”Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia dan Nilai Kurs terhadap Risiko Sistematik Saham Perusahaan di BEJ”. Sampel yang digunakan dikelompokkan menjadi perusahaan manufaktur dan non-manufaktur. Hasil penelitian bahwa variabel makro yaitu nilai kurs dan suku bunga mempengaruhi risiko sistematik saham, namun hasilnya tidak konsisten pada dua karakteristik industri yang berbeda. Pada perusahaan manufaktur hanya kurs yang mempengaruhi risiko saham sedangkan pada perusahaan non-manufaktur suku bunga SBI yang mempengaruhi risiko sistematis saham. Selain itu hasil menunjukkan bahwa hubungan antara suku bunga SBI dan risiko sistematis saham adalah negatif. Hasil penelitan berbeda dengan penjelasan yang semestinya yaitu jika suku bunga naik maka return investasi yang terkait dengan suku bunga (misal deposito) juga akan naik. Penelitian yang dilakukan oleh Tandelilin pada tahun 1997 yaitu dengan judul ”Determnants of Systematic Risk : The Experience of some Indon esian Common Stock”. Menggunakan sampel 60 perusahaan non-financial pada tahun 1994-1997. Hasil penelitan yaitu “faktor-faktor ekonomi seperti Tingkat Pendapatan Daerah yaitu PDB (Produk Domestik Bruto/ GDP) aktual, Inflasi, suku bunga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap risiko sistematis sedangkan faktor-faktor keuangan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap risiko sistematis. B. Harga Saham Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Harga saham adalah harga suatu saham yang diperdagangkan di bursa. Harga saham sering dicatat berdasarkan perdagangan terakhir pada hari bursa sehingga sering disebut harga penutupan. Oleh karena itu harga saham diukur dari harga resmi berdasarkan transaksi penutupan terakhir pada hari bursa. Harga saham sangat dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran. Pada saat permintaan saham meningkat, maka harga saham tersebut akan cenderung meningkat, sebaliknya pada saat banyak pemilik saham menjual saham yang dimilikinya, maka harga saham tersebut cenderung akan mengalami penurunan (Anoraga, 2006:59). Market Price merupakan harga pada saat riil dan merupakan harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham pada pasar yang sedang berlangsung. Harga pembukaan bursa merupakan harga pada saat penutupan (closing price). Menurut Boedie et. al. (dalam Utami dan Mudjilah, 2003) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi harga saham yaitu profitabilitas, suku bunga, inflasi, nilai tukar, tingkat pengangguran, transaksi berjalan, defisit anggaran. Harga sebuah saham dapat berubah atau berfluktuasi dengan cepat bahkan dalam hitungan menit maupun hitungan detik. Hal tersebut diakibatkan karena banyaknya pesanan yang dimasukkan ke JATS (Jakarta Automated Trading System). Pada perdagangan Bursa Efek Indonesia terdapat lebih 400 terminal komputer dimana para floor trader dapat memasukkan pesanan yang diterimanya dari nasabah. Pada monitor-monitor yang memantau perdagangan saham, terdapat beberapa istilah harga saham yaitu (Darmadji, 2006:131) : a. Previous Price menunjukkan harga penutupan hari sebelumnya. Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 b. Open atau Opening Price menunjukkan harga pertama kali pada saat pembukaan sesi I perdagangan, yaitu pada jam 09.30 WIB. c. High atau Highest Price menunjukkan harga tertinggi atas suatu saham yang terjadi sepanjang perdagangan paa hari tersebut. d. Low atau Lowest Price menunjukkan harga terendah atas suatu saham yang terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut. e. Closing Price atau Last Price menunjukkan harga terakhir yang terjadi atas suatu saham, yaitu jam 16.00 WIB. f. Change menunjukkan selisih antara harga pembukaan dengan harga terkahir yang terjadi pada hari tersebut. C. Risiko Sistematis Risiko sistematis merupakan risiko yang berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan, perubahan tersebut akan mempengaruhi variabilitas return suatu investasi (Tandelilin, 2001:50). Dalam menganalisis pergerakan harga saham perlu ketahui faktor penyebab perubahan harga saham tersebut. Pada umumnya harga suatu saham dipengaruhi oleh dua hal yaitu risiko sistematis (systematic risk) dan risiko tidak sistematis (unsystematic risk). 1. Risiko sistematis atau risiko pasar (market risk) adalah risiko yang ada diluar kendali dan tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi atau tidak dapat dihindari oleh perusahaan itu sendiri karena disebabkan oleh faktor yang menimpa seluruh ekonomi atau pasar. Risiko sistematis ini merupakan probabilitas bahwa keuntungan perusahaan berada dibawah keuntungan yang diharapkan karena adanya faktor-faktor yang membawa dampak bagi seluruh perusahaan yang berada di dalam Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 sebuah perekonomian. Misalnya peraturan pemerintah, kenaikan pajak, resesi, devaluasi, kondisi perekonomian, politik, tingkat bunga, tingkat inflasi, dan sebagainya. 2. Risiko tidak sistematis adalah risiko yang dapat dihilangkan melalui diversifikasi atau dapat dikendalikan. Risiko ini merupakan probabilitas keuntungan berada dibawah keuntungan yang diharapkan yang disebabkan oleh faktor-faktor yang hanya ada pada suatu perusahaan. Misalnya pemogokan buruh, perubahan manajemen, inovasi, kebakaran dan lain-lain. Risiko sistematis diukur melalui indeks beta. Indeks beta adalah angka yang menunjukkan tingkat sensitivitas suatu saham terhadap kondisi pasar secara umum atau mengukur sampai sejauh mana harga saham individual berfluktuasi bersamaan dengan berfluktuasinya harga pasar. Beta merupakan pengukur volatilitas (votality) return suatu sekuritas atau potofolio terhadap return pasar. Dengan demikian beta merupakan risiko sistematik (systematic risk) dari suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap risiko pasar (Jogiyanto, 2003 :265-266). Indeks beta mengukur sampai sejauh mana harga saham individual berfluktuasi bersamaan dengan berfluktuasinya harga pasar. Indeks beta dapat bernilai positif dan dapat juga bernilai negatif. Indeks beta negatif berarti terjadi kondisi yang berlawanan, jika secara umum harga saham mengalami kenaikan maka harga saham individu mengalami penurunan. Indeks beta yang normal adalah satu, terjadi jika rata-rata peningkatan harga seluruh saham yang tercatat meningkat dengan persentase yang sama dengan saham yang memiliki indeks beta satu. Apabila indeks suatu saham nol, maka saham tersebut bebas dari resiko. Hal Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 ini berarti meskipun semua saham yang tercatat rata-rata mengalami perubahan harga, saham yang mempunyai indeks beta nol tidak mengalami perubahan sama sekali. Indeks beta sangat membantu investor untuk melakukan investasi terutama dalam hal memilih suatu saham atau lebih luas lagi untuk mengatur portofolio. Selain itu indeks beta ini juga digunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat keberanian investor menanggung resiko. Untuk investor yang menyukai resiko (risk lower) akan memilih saham-saham yang mempunyai indeks beta yang besar dan sebaliknya investor yang tidak menyukai resiko (risk aveter) memilih untuk merencanakan keuntungan normal denganh memilih saham-saham yang memiliki indeks beta yang kecil. Jika investor ingin mengoptimalkan yaitu dengan resiko yang minimum tetapi mengharapkan pendapatan yang maksimum, investor tersebut dapat mengkombinasikan beberapa saham dengan indeks beta yang berbeda-beda. D. Nilai Tukar Nilai tukar merupakan harga mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam mata uang negara lainnya (Sukirno, 2004:397). Dengan kata lain bahwa nilai tukar yaitu mengukur nilai suatu valuta suatu negara dari perspektif valuta negara lain. Sejalan dengan berubahnya kondisi ekonomi, nilai tukar akan juga berubah secara substansional. 1. Jenis-jenis Sistem Nilai Tukar Sistem nilai tukar dapat diklasifikasikan menurut seberapa jauh nilai tukar dikendalikan oleh pemerintah (Madura, 2006:219-226). Sistem nilai tukar suatu negara biasanya masuk ke dalam salah satu kategori Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 sistem tetap (fixed), sistem mengambang bebas (freely floating), sistem mengambang terkendali (managed floating), dan sistem terpatok (pegged). 1) Sistem Tetap (fixed) Pada sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate system), nilai tukar mata uang dibuat konstan ataupun hanya diperbolehkan berfluktuasi dalam kisaran yang sempit. Bila pada suatu saat nilai tukar mulai berfluktuasi terlalu besar, maka pemerintah akan melakukan intervensi untuk menjaga agar fluktuasi tetap berada dalam kisaran yang diinginkan. 2) Sistem Mengambang Bebas (freely floating) Pada sistem nilai tukar mengambang bebas (freely floating exchange rate system), nilai tukar ditentukan sepenuhnya oleh pasar tanpa intervensi dari pemerintah. Bila pada sistem tetap tidak diperbolehkan adanya fleksibilitas nilai tukar, maka pada sistem mengambang bebas memperbolehkan adanya fleksibilitas secara penuh. Pada kondisi nilai tukar yang mengambang, nilai tukar akan disesuaikan secara terus-menerus sesuai dengan kondisi penawaran dan permintaan dari mata uang tersebut. 3) Sistem Mengambang Terkendali (managed floating) Sistem nilai tukar ini berada di antara sistem tetap dan mengambang bebas. Nilai tukar dibiarkan mengambang dari hari ke hari dan tidak ada batasan-batasan resmi. Hal ini hampi sama dengan sistem tetap, akan tetapi pemerintah sewaktu-waktu dapat Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 melakukan intervensi untuk menghindarkan fluktuasi yang terlalu jauh dari mata uangnya. 4) Sistem Terpatok (pegged) Sistem nilai tukar terikat (pegged exchange rate), di mana mata uang lokal diikatkan nilainya pada sebuah valuta asing atau pada sebuah jenis mata uang tertentu. Nilai mata uang lokal akan mengikuti fluktuasi dari nilai mata uang yang dijadikan ikatan tersebut. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Nilai Tukar Perubahan dalam permintaan dan penawaran suatu valuta dapat diakibatkan oleh banyak faktor (Sukirno, 2004: 402-403) , yaitu : 1. Kenaikan harga (Inflasi) Inflasi sangat berpengaruh terhadap kurs valuta asing. Inflasi yang berlaku pada umumnya cenderung menurunkan nilai suatu valuta asing. Kecenderungan seperti ini disebabkan efek inflasi yaitu inflasi menyebabkan harga di dalam negeri lebih tinggi dibandingkan barang impor sehingga impor akan meningkat, dan ekspor akan menurun karena harganya bertambah mahal. 2. Perubahan harga barang ekspor dan impor Harga suatu barang merupakan salah satu faktor penting yang menentukan apakah sesuatu barang akan diimpor maupun diekspor. Barang-barang dalam negeri yang dapat dijual dengan harga barang yang relatif murah akan menaikkan ekspor dan apabila harganya naik maka ekspornya akan berkurang. Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Pengurangan harga barang impor akan menambah jumlah impor, dan sebaliknya kenaikan harga barang impor akan mengurangi impor. 3. Perubahan dalam Citarasa masyarakat Citarasa masyarakat mempengaruhi corak konsumsi mereka. Maka perubahan citarasa masyarakat akan mengubah corak konsumsi mereka ke atas barang-barang yang diproduksikan di dalam negeri maupun yang diimpor. Perbaikan kualitas barang-barang dalam negeri menyebabkan keinginan mengimpor berkurang dan dapat menyebabkan ekspor meningkat. Sedangkan perbaikan kualitas barang-barang impor menyebabkan keinginan masyarakat untuk mengimpor bertambah besar. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing. 4. Perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi sangat penting perannya dalam mempengaruhi aliran modal. Apabila suku bunga dan tingkat pengembalian rendah maka akan mengakibatkan modal dalam negeri mengalir ke luar negeri, dan sebaliknya apabila suku bunga dan tingkat pengemabalian tinggi maka akan mengakibatkan modal luar negeri masuk ke dalam negeri. Apabila lebih banyak modal mengalir ke dalam negeri maka permintaan ke atas mata uangnya bertambah dengan demikian akan menambah nilai mata uangnya. 5. Pertumbuhan Ekonomi Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Pertumbuhan ekonomi suatu negara tergantung terhadap kemajuan ekonomi negara tersebut. Apabila kemajuan itu terutama diakibatkan oleh perkembangan ekspor, maka permintaan atas mata uang negara tersebut akan naik yang akan mengakibatkan harga saham akan naik. Sebaliknya, apabila kemajuan ekonomi tersebut mengakibatkan impor berkembang lebih cepat dibandingkan ekspor maka permintaan atas mata uang negara tersebut akan menjadi turun yang akan berdampak terhadap penurunan harga saham. 3. Hubungan Perubahan Nilai Tukar dengan Harga Saham Dalam banyak penelitian menemukan hubungan bahwa di dalam kondisi yang normal dimana fluktuasi nilai tukar yang tidak terlalu tinggi, hubungan perubahan nilai tukar terhadap harga saham adalah positif. Namun, apabila terjadi depresiasi ataupun apresiasi nilai tukar maka hubungan nilai tukar dengan harga saham adalah negatif. E. Suku Bunga Suku bunga adalah harga yang harus dibayar atas modal yang atas modal pinjaman, dan dividen serta keuntungan modal yang merupakan hasil dari modal ekuitas (Brigham (2001 : 158). Suku bunga yang dibayarkan kepada penabung tergantung pada : 1) Tingkat pengembalian yang diharapkan produsen akan perolehan dari modal yang ditanamkan. 2) Saat mengkonsumsi yang disukai oleh konsumen / penabung (preferensi waktu dalam mengkonsumsi) Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 1. 3) Resiko yang terkandung dalam pinjaman tersebut. 4) Tingkat inflasi yang diperkirakan. Fungsi Suku Bunga dalam Perekonomian Tingkat suku bunga mempunyai beberapa fungsi dalam suatu perekonomian, antara lain (Sunariah, 2006:80-81) : a. Sebagai daya tarik bagi penabung individu, institusi, atau lembaga yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan. b. Tingkat suku bunga dapat digunakan sebagi alat kontrol bagi pemerintah terhadap dana langsung investasi pada sektor-sektor ekonomi. c. Tingkat suku bunga dapat digunkan sebagai alat moneter dalam mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam suatu perekonomian. d. Pemerintah dapat memanipulasi tingkat bunga untuk meningkatkan poduksi, sebagai akibatnya tingkat bunga dapat digunakan untuk mengontrol tingkat inflasi. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi suku bunga Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat umum suku bunga selain perkiraan inflasi, tingkat likuiditas aktiva yang dikehendaki, dan keaadan permintaan dan penawaran (Brigham, 2001 : 158) adalah : Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 3. a. Kebijakan Bank Sentral b. Besarnya defisit anggaran pendapatan dan belanja negara c. Neraca perdagangan luar negeri d. Tingkat kegiatan usaha. Hubungan tingkat suku bunga dengan harga saham. Tandelilin (2001:48-49) mengemukakan bahwa perubahan suku bunga dapat mempengaruhi variabilitas return suatu investasi yang tercemin akibat peru bahan harga saham. Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara terbalik ceterus paribus. Apabila suku bunga meningkat maka harga saham akan turun, hal tersebut dapat terjadi karena investor akan lebih tertarik terhadap investasi yang terkait dengan suku bunga (misalnya deposito) dengan cara memindahkan investasinya dari saham. Apabila saham banyak dijual dengan kata lain bahwa permintaan lebih kecil dari pada penawaran akan mengakibatkan harga saham tersebut menjadi turun. Demikian juga sebaliknya apabila suku bunga menurun maka harga saham akan menjadi naik, hal tersebut dapat terjadi disebabkan jumlah saham yang diminta akan menjadi banyak, yang sesuai dengan hukum permintaan-penawaran apabila permintaan lebih besar dari pada penawaran maka harga akan menjadi naik atau lebih tinggi. F. Inflasi Inflasi merupakan kecenderungan terjadinya peningkatan harga produk secara keseluruhan ( Tandelilin,2001:212 ). Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 mengakibatkan kenaikan) kepada barang lainnya. Inflasi akan menyebabkan terjadinya kenaikan suku bunga perusahaan yang pada akhirnya juga akan menyebabkan hutang manufaktur pada pihak ketiga berupa beban bunga akan menjadi meningkat. Tujuan jangka panjang dari pemerintah yaitu menjaga agar tingkat inflasi yang berlaku berada pada tingkat yang sangat rendah. Tingkat inflasi nol persen bukanlah tujuan utama kebijakan pemerintah karena tingkat inflasi nol persen adalah sukar untuk dicapai. Yang paling penting untuk diusahakan adalah menjaga agar tingkat inflasi tetap rendah (Sadono, 2004 :333). a. Berdasarkan kepada sumber atau penyebab kenaikan harga-harga yang berlaku, maka jenis-jenis dari inflasi : 1) Inflasi tarikan permintaan Merupakan infalsi yang terjadi pada masa perekonomian berkembang dengan pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat pendapatan yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa. Pengeluaran yang berlebihan tersebut akan menyebebkan terjadinya inflasi. Di samping dalam masa perekonomian berkembang dengan pesat, inflasi tarikan permintaan juga berlaku pada masa perang atau ketidakstabilan politik yang terus-menerus, dalam masa seperti tersebut pemerintah berbelanja jauh melebihi pajak yang dipungutnya. Untuk membiayai kelebihan pengeluaran tersebut pemerintah terpaksa mencetak uang uang atau meminjam dari bank sentral yang akan menyebabkan Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 permintaan agregat akan melebihi kemampuan ekonomi tersebut menyediakan bang ataupun jasa. 2) Inflasi desakan biaya Inflasi ini juga berlaku pada masa perekonomian berkembang dengan pesat dimana tingkat pengangguran adalah sangat rendah. Apabila perusahaan-perusahaan masih menghadapi permintaan bertambah, mererka akan berusaha untuk meningkatkan produksi dengan cara memberikan gaji dan upah yang lebih tinggi kepada pekerjanya dan mencari pekerja baru dengan tawaran pembaayanran yang lebih tinggi. Langkah tersebut akan mengakibatkan biaya produksi meningkat, yang selanjutnya akan menaikkan harga barang yang diproduksi. 3) Inflasi impor Inflasi dapat bersumber dari kenaikan harga barang-barang impor, inflasi ini timbul apabila perusahaan membutuhkan barang yang dimpor untuk proses produksi sehingga harga barang yang diproduksi tersebut akan menjadi naik dan akan berakibat terhadap barang-barang yang lainnya. b. Berdasarkan kepada tingkat kelajuan kenaikan harga-harga yang berlaku, inflasi dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu : 1) Inflasi Merayap Inflasi merayap adalah proses kenaikan harga-harga yang lamban jalannya. Di mana kenaikannya harga yang tingkatnya tidak melebihi dua atau tiga persen setahun, misalnya negara yang termasuk dalam inflasi merayap ini adalah Malaysia dan Singapura. 2) Inflasi Sederhana Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Inflasi sederhana (moderate) adalah proses kenaikan harga-harga yang biasanya dialami oleh negara-negara berkembang. Negara tersebut tidak menghadapi masalah hiperinflasi, akan tetapi juga tidak mampu menurunkan inflasi pada tingkat yang sangat rendah. Inflasi yang terjadi antara 5 persen hingga 10 persen. 3) Inflasi Hiperinflasi Inflasi hiperinflasi adalah proses kenaikan harga-harga yang sangat cepat, yang menyebabkan tingkat harga menjadi dua atau beberapa kali lipat dalam masa yang singkat. Misalnya pada Indonesia pada tahun 1965 tingkat inflasi adalah 500 persen, inflasi pada tahun 1966 mencapai 650 persen. Ini berarti harga-harga naik 5 kali lipat pada tahun 1965 dan 6,5 lipat pada tahun 1966. G. Indeks Harga Saham Indeks harga saham merupakan indikator utama yang menggambarkan pergerakan harga saham (Fakhuruddin, 2001:95). Indeks harga saham membandingkan perubahan harga saham dari waktu ke waktu, apakah suaru harga saham mengalami kenaikan atau penurunan dibandingkan suatu waktu tertentu. Penentuan indeks harga saham dibedakan menjadi dua, yaitu indeks harga saham individu (indeks individu) dan Indeks Harga Saham Gabunngan (IHSG). Indeks harga saham individu merupakan indeks masing-masing saham terhadap harga dasarnya. Indeks ini tidak mengukur harga dari suatu saham perusahaan tertentu apakah mengalami perubahan kenaikan atau penurunan. IHSG disebut sebagai Indeks Pasar (market index) merupakan alat ukur kinerja sekuritas khususnya saham yang terdaftar di bursa yang digunakan bursaAnri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 bursa di dunia. Indeks harga saham gabungan merupakan pergerakan harga saham secara umum yang tercatat di bursa efek. Setelah bergabungnya PT Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan PT Bursa Efek Surabaya (BES) menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 10 November 2007 maka secara umum harga saham dapat dinilai berdasarkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) BEI. Indeks di pasar modal mempunyai fungsi antara lain sebagai benchmark kinerja fortofolio, indikator tren pasar, indikator tingkat keuntungan, dan sebagai fasilitas perkembangan produk derivatif. IHSG juga menunujukkan pergerakan saham saham secara umum yang tercatat di burs efek (Anoraga, 2001 : 21). Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dapat digunakan unutk menilai situasi pasar secara umum atau mengukur apakah harga saham mengalami kenaikan atau penurunan. IHSG Indonesia merupakan salah satu indeks yang merangkum perkembangan harga saham-saham di Bursa Efek Indonesia. IHSG dapat dibaca sebagai gambaran ekonomi nasional Indonesia. Apabila IHSG menunjukkan peningkatan berarti bahwa keadaan ekonomi sedang dalam siklus membaik dan sebaliknya jika IHSG menurun menjelaskan bahwa keadaan ekonomi Indonesia sedang mengalami kesulitan Selain indeks harga saham individu dan IHSG, ada dua jenis indeks harga saham yang digunakan dalam kegiatan di Bursa Efek Indonesia yaitu indeks harga saham sektoral dan indeks LQ45. Indeks harga saham sektoral yaitu menggunakan semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor. Indeks LQ45 menggunakan 45 saham yang terpilih berdasarkan likuiditas perdagangan saham dan disesuaikan setiap enam bulan, dengan demikian saham yang terdapat dalam indeks tersebut akan selalu berubah (Fakhuruddin, 2001 : 203). Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. PASAR MODAL INDONESIA Pasar modal Indonesia sudah ada sebelum Indonesia merdeka pada tahun 1945. Pasar modal atau bursa efek Indoneasi didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC pada tahun 14 Desember 1912. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti Perang Dunia I (1914– 1918) dan Perang Dunia II (1942 – 1952), perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya. Pada tahun 1952 , Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri Keuangan (Prof. DR. Sumitro Djojohadikusumo) dan instrumen yang Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 diperdagangkan adalah Obligasi Pemerintah RI (1950). Pada tahun 1956-1977, bursa efek vakum karena program nasionalisasi perusahaan Belanda di Indonesia. Pada tanggal 10 Agustus 1977, Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama. Pada tahun 1977 sampai 1987, Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu karena masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal. Pada tahun 1987, ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia. Pada tahun 1988 sampai 1990, Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan dan BEJ terbuka untuk asing sehingga aktivitas bursa meningkat. Pada bulan Desember 1988, Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal. Pada tanggal 16 Juni 1989, Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya. Pada tanggal 13 Juli 1992, diperingati sebagai HUT BEJ karena tanggal 13 Juli 1992 adalah hari swastanisasi BEJ. Pada tahun 1995, Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaya dan diberlakukannya Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems). BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 trading) pada tahun 2002. Pada tanggal 10 November 2007, Bursa Efek Surabaya (BES) dengan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). B. SEJARAH PERTEKSTILAN INDONESIA Awal Industri pertrekstilan indonesia tidak dapat dipastikan, namun kemampuan masyarakat Indonesia dalam hal menenun dan merajut pakaian sudah dimulai sejak adanya kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia dalam bentuk kerajinan, yaitu tenun-menenun dan membatik yang hanya berkembang disekitar lingkungan istana dan juga ditujukan hanya untuk kepentingan seni dan budaya serta dikonsumsi atau digunakan sendiri. Sejarah pertekstilan Indonesia dapat dikatakan dimulai dari industri rumahan tahun 1929 dimulai dari sub-sektor pertenunan (weaving) dan perajutan (knitting) dengan menggunakan alat Textile Inrichting Bandung (TIB) Gethouw atau yang dikenal dengan nama Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) yang diciptakan oleh Daalennoord pada tahun 1926 dengan produknya berupa tekstil tradisional seperti sarung, kain panjang, lurik, stagen (sabuk), dan selendang. Penggunaan ATBM mulai tergeser oleh Alat Tenun Mesin (ATM) yang pertama kali digunakan pada tahun 1939 di Majalaya-Jawa Barat, dimana di daerah tersebut mendapat pasokan listrik pada tahun 1935. Dan sejak itu industri TPT Indonesia mulai memasuki era teknologi dengan menggunakan ATM. Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Industri tekstil Indonesia merupakan salah satu industri prioritas nasional yang masih prospektif untuk dikembangkan. Produk tekstil Indonesia di pasar global masih cukup diperhitungkan. Tahun 2006, Indonesia masuk dalam jajaran 10 negara pengekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) terbesar dunia. Indonesia menempati posisi keempat dalam ekspor tekstil dengan nilai US$ 3,9 miliar. Tahun 2007 kinerja ekspor diperkirakan mencapai US$ 9,9 miliar, meningkat sekitar 9% dibanding tahun sebelumnya yang US$ 9,2 milyar, sehingga industri tekstil masih menjadi penyumbang devisa non-migas terbesar. Namun demikian, industri tekstil masih menghadapi berbagai hambatan dan kendala, antara lain dengan maraknya produk impor terutama dari China, baik yang masuk secara legal maupun illegal (www.mediadata.co.id). C. GAMBARAN UMUM INDUSTRI TEKSTIL INDONESIA 1. PT. ERATEX DJAJA Tbk PT. Eratex Djaja Tbk berdiri pada tanggal 12 Oktober 1972 dengan No. NPWP 01.002.170.7-054.000. PT. Eratex Djaja Tbk berkantor pusat di Gedung Graha Aktiva Lt.7 Jl. HR. Rasuna Said Blok X-1 Kav.1-2 Kuningan, Jakarta Selatan. Pada tanggal 21 Agustus 1990 terdaftar sebagai perusahaan yang go publik di BEI dengan harga perdana (Initial Public Offering) sebesar Rp 7.750 per lembar sahamnya. Kode perusahaan ERTX. Pemegang saham PT. Eratex Djaja Tbk (5% atau lebih) terdiri dari : 1. EASTERN COTTON MILLS LTD : 25% 2. PT RODAMAS : 19% 3. PT WAKALA KORPORA INDONESIA : 10% Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 4. SOUTH INDONESIAN HOLDING LTD 2. : 22% PT. EVER SHINE TEXTILE I. TBK PT. Ever Shine Textile I. Tbk berdiri pada tanggal 11 Desember 1973 dengan No. NPWP 01.131.301.2-054.000. PT. Ever Shine Textile I.Tbk berkantor pusat di Jl. H.Fachruddin No.16 Tanah Abang Bukit Blok C17-18, Jakarta. Pada tanggal 13 Oktober 1992 terdaftar sebagai perusahaan yang go publik di BEI dengan harga perdana (Initial Public Offering) sebesar Rp 5.400 per lembar sahamnya. Kode perusahaan ESTI. Pemegang saham PT. Ever Shine Textile I. Tbk (5% atau lebih) terdiri dari : 3. 1. HSBC PRIVATE BANK (SUISSE) SA : 13% 2. NUSANTARA INVESTMENT FUND LIMI : 3. PT EVER SHINE CORPOTATION : 44% 6% PT. PANASIA INDOSYNTEX Tbk PT. Panasia Indosyntex Tbk berdiri pada tanggal 06 April 1973 dengan No. NPWP 01.104.760.2-054.000. PT. Panasia Indosyntex Tbk berkantor pusat di Jl. Garuda No. 153/74 Bandung. Pada tanggal 06 Juni 1990 terdaftar sebagai perusahaan yang go publik di BEI dengan harga perdana (Initial Public Offering) sebesar Rp 11.750 per lembar sahamnya. Kode perusahaan HDTX. Pemegang saham PT. Panasia Indosyntex Tbk (5% atau lebih )terdiri dari : 4. 1. ABERNOVA OVERSEAS LIMTED : 23,27% 2. EVERCON OVERSEAS LIMITED : 11,11% 3. MERCURY CAPITAL INTERNATIONAL INC. : 22,85% 4. NOVATEX INTERNATIONAL : 11,11% PT. KARWELL INDONESIA Tbk Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 PT. Karwell Indonesia Tbk berdiri pada tanggal 18 Februari 1978 dengan No. NPWP 01.000.763.1-054.000. PT. Karwell Indonesia Tbk berkantor pusat di Jalan Gunung Sahari I No.48/50 Jakarta. Pada tanggal 20 Desember 1994 terdaftar sebagai perusahaan yang go publik di BEI dengan harga perdana (Initial Public Offering) sebesar Rp 2.900 per lembar sahamnya. Kode perusahaan KARW. PT KARYA ESTETIKAMULIA merupakan pemegang saham PT. Karwell Indonesia Tbk yang lebih dari 5% yaitu sebesar 53,23%. 5. PT. HANSON INTERNATIONAL Tbk PT. Hanson International Tbk berdiri pada tanggal 07 Jul 1971 dengan No. NPWP 01.105.437.6-054.000. PT. Hanson International Tbk berkantor pusat di Jl. Tomang Raya 43, Jakarta. Terdaftar sebagai perusahaan yang go publik di BEI pada tanggal 31 Oktober 1990 dengan harga perdana (Initial Public Offering) sebesar Rp 9.900 per lembar sahamnya. Kode perusahaan MYRX. Pemegang saham PT. Hanson International Tbk (5% atau lebih) terdiri dari: 6. 1. DICKY TJKROSAPUTRO : 8% 2. PT DINAR SEKURITAS : 10% 3. FERRY SUDJONO : 15% 4. PT. KENCANA RAYA NUSA SEMESTA : 8% 5. PT BNI SECURITIES : 19% PT. PANASIA FILAMENT INTI Tbk PT. Panasia Filament Inti Tbk berdiri pada tanggal 01 Desember 1988 dengan No. NPWP 01.450.230.6-054.000. PT. Panasia Filament Inti Tbk berkantor pusat di Jl. Garuda 153/74, Bandung. Pada tanggal 22 Juli 1997 terdaftar sebagai perusahaan yang go publik di BEI dengan harga perdana (Initial Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Public Offering) sebesar Rp 650 per lembar sahamnya. Kode perusaan PAFI. Pemegang saham PT. Panasia Filament Inti Tbk5% atau lebih terdiri dari : 7. 1. ABERNOVA OVERSEAS LIMITED : 38,82% 2. EVERCON OVERSEAS LTD : 25.12% 3. HIGHFILA LTD. : 21,17% PT. PAN BROTHERS TEX Tbk PT. Pan Brothers Tex Tbkberdiri pada tanggal 21 Agustus 1980 dengan No. NPWP 01.136.073.2-054.000. PT. Pan Brothers Tex Tbk berkantor pusat di Gedung Graha Kencana Suite 9-A Jl. Raya Perjuangan 88, Jakarta. Pada tanggal 16 Agustus 1990 terdaftar sebagai perusahaan yang go publik di BEI dengan harga perdana (Initial Public Offering) sebesar Rp 8.700 per lembar sahamnya. Kode perusahaan PBRX. Pemegang saham PT. Pan Brothers Tex Tbk (5% atau lebih) terdiri dari : 8. 1. PT DWIDANA SAKTI SEKURINDO : 11,72% 2. HSU, RUEI - HSING : 6,74% PT. RODA VIVATEX Tbk PT. Roda Vivatex Tbk berdiri pada tanggal 27 September 1980 dengan No. NPWP 01.105.448.3-054.000. PT. Roda Vivatex Tbk berkantor pusat di Gedung Jl. Kaji NO. 53-55, Jakarta Pusat. Pada tanggal 14 Mei 1990 terdaftar sebagai perusahaan yang go publik di BEI dengan harga perdana (Initial Public Offering) sebesar Rp 7.500 per lembar sahamnya. Kode perusaaan RDTX. Pemegang saham PT. Roda Vivatex Tbk (5% atau lebih) terdiri dari : Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 1. GENO INTIPERKASA : 37,24% 2. GENO TATAGRAHA : 40,39% 3. UBS AG, SINGAPORE - UBS EQUITIES 209114-40-03 : 6,33% BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI A. ANALISIS DESKRIPTIF Metode analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data-data yang dikumpulkan, diklasifikasikan, dianalisis, dan diinterpretasikan secara objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang dibahas. Hasil estimasi variabel-variabel dalam penelitian ini adalah : 1. Deskripsi Harga Saham Industri Tekstil yang terdaftar di BEI periode tahun 2004-2007. Tabel 4.1 Harga Saham Pada Industri Tekstil yang terdaftar di BEI Periode Tahun 2004-2007 (dalam rupiah) NO EMITEN 2004 TAHUN 2005 2006 2007 Rata-rata 1 ERTX 152.50 127.42 112.50 156.75 137.2917 2 ESTI 98.33 76.25 70.83 77.00 80.6042 3 HDTX 4 KARW 424.58 412.50 450.00 370.83 400.00 175.42 404.58 419.7917 249.83 Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 302.1458 5 MYRX 15.00 23.75 25.83 61.25 31.4583 6 PAFI 86.67 84.58 66.67 155.08 98.2500 7 PBRX 369.17 372.08 380.83 440.42 390.6250 8 RDTX 843.75 840.83 942.50 1,015.00 910.5208 Sumber : www.idx.co.id (7/1/2009, diolah) Pada Tabel 4.1 menunjukkan nilai variabel terikat (Y) yaitu harga saham pada masing-masing perusahaan yang termasuk dalam Industri Tekstil yang terdaftar di BEI selama periode tahun 2004-2007. Pada Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa harga saham berfluktuasi setiap tahunnya. Nilai harga saham tersebut diperoleh dari harga penutupan (closing price) saham harian yang dikalkulasikan menjadi rata-rata bulanan hingga rata-rata tahunan. Nilai rata-rata harga saham tertinggi selama periode tahun 2004-2007 yaitu dimiliki PT. Roda Vivatex Tbk (RDTX) yaitu sebesar Rp 910,5208 sedangkan nilai rata-rata harga saham terendah dimiliki PT. Hanson International Tbk (MYRX) yaitu sebesar Rp 31,4583 . PT. Eratex Djaja Tbk (ERTX), memiliki harga saham tertinggi pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp 156,75 dan harga saham terendah pada tahun 2006 yaitu sebesar Rp 112.50 .PT. Ever Shine Textile I. Tbk (ESTI), memiliki harga saham tertinggi pada tahun 2004 yaitu sebesar Rp 98,33 dan harga saham terendah pada tahun 2006 yaitu sebesar Rp 70,83. PT. Panasia Indosyntex Tbk (HDTX), memiliki harga saham tertinggi pada tahun 2005 yaitu sebesar Rp 450dan harga saham terendah pada tahun 2006 yaitu sebesar Rp 400. PT. Karwell Indonesia Tbk (KARW), memiliki harga saham Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 tertinggi pada tahun 2004 yaitu sebesar Rp 412,5 dan harga saham terendah pada tahun 2006 yaitu sebesar Rp 175,42. PT. Hanson International Tbk (MYRX), memiliki harga saham tertinggi pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp 61,25 dan harga saham terendah pada tahun 2004 yaitu sebesar Rp 15. PT. Panasia Filament Inti Tbk (PAFI), memiliki harga saham tertinggi pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp 155,08 dan harga saham terendah pada tahun 2006 yaitu sebesar Rp 66,67. PT. Pan Brothers Tex Tbk (PBRX), memiliki harga saham tertinggi pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp 440,42 dan harga saham terendah pada tahun 2004 yaitu sebesar Rp 369,17. PT. Roda Vivatex Tbk (RDTX), memiliki harga saham tertinggi pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp 1.015 dan harga saham terendah pada tahun 2005 yaitu sebesar Rp 840,83. 2. Deskripsi Risiko Sistematis pada Industri Tekstil yang terdaftar di BEI periode tahun 2004-2007 Tabel 4.2 Risiko Sistematis Pada Industri Tekstil yang terdaftar di BEI Periode Tahun 2004-2007 NO EMITEN 2004 TAHUN 2005 2006 Rata-rata 2007 1 ERTX 0.63355 0.49431 1.68041 (1.20571) 0.40064 2 ESTI 1.69150 (0.13342) 0.54176 1.91229 1.00303 3 HDTX (0.99070) (1.19829) 0.00005 0.13789 (0.51273) 4 KARW 0.05811 (1.73033) (2.52858) 4.01013 (0.04767) 5 MYRX 2.15390 0.32662 0.14601 1.70963 1.08404 6 PAFI (0.58188) (0.24171) 0.51772 4.25271 0.98671 7 8 PBRX 0.05501 0.10718 0.05948 (0.00186) (0.02308) (0.34610) 0.77869 (0.21041) 0.21753 (0.11280) Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 RDTX Sumber : www.idx.co.id (7/1/2009, diolah) Tabel 4.2 menunjukkan nilai variabel Risiko Sistematis (beta) pada masingmasing perusahaan Industri Tekstil yang yang terdaftar di BEI Periode Tahun 2004-2007. Risiko Sistematis merupakan berkaitan dengan perubahan yang terjadi di pasar secara keseluruhan. Risiko ini menggambarkan kepekaan suatu saham terhadap kondisi pasar secara umum. Pada pengukuran yang dilakukan terhadap 8 sampel perusahaan Tekstil selama tahun 2004-2007, ditemukan adanya indeks beta yang merupakan pengukur risiko sisitematis yang bernilai positif (+) maupun negatif (-). Apabila saham memiliki indeks beta positif , menunjukkan bahwa harga saham emiten mengalami kenaikan pasda saat harga pasar keseluruhan mengalami kenaikan. Apabila indeks saham bernilai negatif menunjukkan bahwa harga saham mengalami penurunan pada saat harga pasar mengalami kenaikan, atau sebailknya harga saham mengalami kenaikan pada saat harga pasar mengalami penurunan. Rata-rata indeks beta terbesar yang bernilai positif dimiliki oleh PT Hanson International Tbk (MYRX) sebesar 1,08404. Hal ini menunjukkan bahwa saham PT Hanson International Tbk (MYRX) merupakan saham yang paling sensitif terhadap perubahan harga pasar. Rata-rata indeks beta terbesar yang bernilai negatif dimiliki oleh PT. Panasia Indosyntex Tbk (HDTX) sebesar -0,51273. Hal ini menunjukkan bahwa saham PT. Panasia Indosyntex Tbk (HDTX) merupakan saham yang kurang sensitif terhadap perubahan harga pasar, dan hal itu menunjukkan bahwa pada saat harga pasar naik maka harga sahamnya turun, dan demikian juga sebaliknya apabila harga pasar turun maka harga sahamnya akan naik. Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Pada tahun 2004, indeks beta terbesar yang bernilai positif dimiliki oleh PT Hanson International Tbk (MYRX) sebesar 2,15390 . Indeks beta terbesar yang bernilai negatif dimiliki oleh PT Panasia Indosyntex Tbk (HDTX) sebesar -0,99070. Hal ini menunjukkan bahwa saham PT Hanson International Tbk (MYRX) merupakan saham yang paling sensitive terhadap perubahan harga pasar dan saham PT Hanson International Tbk (HDTX) yang kurang sensitif terhadap perubahan harga pasar. Pada tahun 2005, indeks beta terbesar yang bernilai positif dimiliki oleh PT Eratex Djaja Tbk (ERTX) sebesar 0,49431. Indeks beta terbesar yang bernilai negatif dimiliki oleh PT Karwell Indonesia Tbk (KARW) sebesar -1,73033. Hal ini menunjukkan bahwa saham PT Karwell Indonesia Tbk (KARW)merupakan saham yang paling sensitif terhadap perubahan harga pasar dan saham PT Karwell Indonesia Tbk (KARW) merupakan saham yang kurang sensitif terhadap perubahan harga pasar.Pada tahun 2006, indeks beta terbesar yang bernilai positif dimiliki oleh PT Eratex Djaja Tbk (ERTX) sebesar 1,68041. Indeks beta terbesar yang bernilai negatif dimiliki oleh PT Karwell Indonesia Tbk (KARW) sebesar 2,52858. hal ini menunjukkan saham PT Eratex Djaja Tbk (ERTX) paling sensitif terhadap perubahan harga pasar dan saham PT Karwell Indonesia Tbk (KARW) merupakan saham yang kurang sensitif terhadap perubahan harga pasar. Pada tahun 2007, indeks beta terbesar yang bernilai positif dimiliki oleh PT Panasia Filament Inti Tbk (PAFI) sebesar 4,254271. Indeks beta terbesar yang bernilai negatif dimiliki oleh PT Eratex Djaja Tbk (ERTX) sebesar -1,20571. Hal ini menunjukkan bahwa saham PT Panasia Filament Inti Tbk (PAFI) merupakan saham yang paling sensitive terhadap perubahan harga pasar dan saham PT Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Eratex Djaja Tbk (ERTX) merupakan saham yang kurang sensitif terhadap perubahan harga pasar. 3. Deskripsi Nilai Tukar pada Industri Tekstil yang terdaftar di BEI periode tahun 2004-2007. Tabel 4.3 Nilai Tukar Pada Industri Tekstil yang terdaftar di BEI Periode Tahun 2004-2007 (dalam juta rupiah) NO EMITEN 2004 TAHUN 2005 2006 2007 Rata-rata 1 ERTX 0.0064 0.0070 0.0064 0.0079 0.0069 2 ESTI 2.6752 3.0330 0.1602 3.5079 2.3441 3 HDTX 2.8043 0.9366 3.3819 3.5079 2.6577 4 KARW 8.8366 7.5564 0.6744 4.9837 5.5127 5 MYRX 4.8966 2.2224 6 PAFI 7 PBRX 4.9456 11.5647 8 RDTX 3.3764 3.3777 (0.3526) (0.7900) (4.0622) (3.9387) (0.2205) (3.0610) (1.4397) (1.4108) 12.9794 19.0739 12.1409 4.2285 4.2118 3.7986 Sumber : www.idx.co.id dan www.bi.go.id (7/10/2009, diolah) Tabel 4.3 menggambarkan nilai variabel Nilai Tukar yang telah dikaitkan atau dihubungkan dengan gross profit pada masing-masing perusahaan yang termasuk dalam Industri Tekstil yang terdaftar di BEI selama periode tahun 20042007 dan dapat dilihat bahwa nilai tukar berfluktuasi setiap tahunnya. Nilai variable nilai tukar tersebut diukur dengan perbandingan pendapatan dengan kewajiban masing-masing perusahaan yang termuat di laporan keuangan masing- Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 masing selama tahun 2004-2007 dengan rata-rata nilai tukar tahunan Indonesia terhadap dolar US (US$). Nilai rata-rata nilai tukar tertinggi dimiliki oleh PT. Pan Brothers Tex Tbk (PBRX) yaitu sebesar Rp 12,1409 juta sedangkan nilai rata-rata terendah dimiliki oleh PT Panasia Filament Inti Tbk (PAFI) yaitu defisit sebesar Rp 1,4108 juta. Pada tahun 2004, nilai tukar tertinggi dimiliki oleh PT. Karwell Indonesia Tbk (KARW) yaitu sebesar 8,8366 juta, sedangkan nilai tukar terendah dimiliki oleh PT Panasia Filament Inti Tbk (PAFI) yaitu defisit sebesar Rp 0,3526 juta. Pada tahun 2005, nilai tukar tertinggi dimiliki oleh PT. Pan Brothers Tex Tbk (PBRX) yaitu sebesar Rp 11,5647 juta, sedangkan nilai tukar terendah dimiliki oleh PT Panasia Filament Inti Tbk (PAFI) yaitu defisit sebesar Rp 0,7900 juta. Pada tahun 2006, nilai tukar tertinggi dimiliki oleh PT. Pan Brothers Tex Tbk (PBRX) sebesar Rp 12,9794 juta, sedangkan nilai tukar terendah dimiliki oleh PT Hanson International Tbk (MYRX) yaitu defisit sebesar Rp 4,0622 juta. Pada tahun 2007, nilai tukar tertinggi dimiliki oleh PT. Pan Brothers Tex Tbk (PBRX) yaitu sebesar Rp 19,0739 juta, sedangkan nilai tukar terendah dimiliki oleh PT Hanson International Tbk (MYRX) yaitu defisit sebesar Rp 3,9387 juta. Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 4. Deskripsi Suku Bunga pada Industri Tekstil yang terdaftar di BEI periode tahun 2004-2007. Tabel 4.4 Suku Bunga Pada Industri Tekstil yang terdaftar di BEI Periode Tahun 2004-2007 (dalam juta rupiah) NO EMITEN 2004 TAHUN 2005 2006 2007 Ratarata 1 ERTX 17,647 28,221 38,710 27,136 27,928 2 ESTI 11,784 22,930 29,014 23,268 21,749 3 HDTX 49,768 36,154 53,735 50,234 47,473 4 KARW 27,185 41,417 39,859 27,940 34,100 5 MYRX 22,592 39,542 52,604 39,142 38,470 6 PAFI 36,034 56,842 577,407 7 PBRX 2,734 25,648 524,095 595,612 287,022 8 RDTX 3,103 6,352 41,802 178,021 23,087 180,520 53,266 Sumber : www.idx.co.id dan www.bi.go.id (7/1/2009, diolah) Tabel 4.4 menggambarkan nilai variabel suku bunga yang dikaitkan terhadap hutang masing-masing perusahaan yang termasuk dalam industri tekstil yang terdaftar di BEI kepada pihak ketiga (liabilities). Sehingga akan didapat perubahan tingkat suku bunga yang berbeda dari masing-masing perusahaan pada periode tahun penelitian 2004-2007. Suku bunga yang digunakan dalam penelitian ini yaitu suku bunga yang dipublikasikan Bank Indonesia. Rata-rata nilai variabel Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 suku bunga tertinggi dimiliki oleh PT. Panasia Filament Tbk. (PAFI) sebesar Rp.287.022 juta, sedangkan nilai variabel suku bunga terendah dimiliki oleh PT. Ever Shine Textile I. Tbk (ESTI) sebesar Rp 21.749 juta. Pada tahun 2004, nilai variabel suku bunga tertinggi dimiliki oleh PT. Panasia Filament Tbk. (PAFI) sebesar Rp 36.034 juta, sedangkan nilai variabel suku bunga terendah dimiliki oleh PT. Pan Brothers Tex Tbk (PBRX) sebesar Rp 2.734 juta. Pada tahun 2005, nilai variabel suku bunga tertinggi dimiliki oleh PT. Panasia Filament Tbk. (PAFI) sebesar Rp.56.843 juta, sedangkan nilai variabel suku bunga terendah dimiliki oleh PT. Roda Vivatex Tbk (RDTX) sebesar Rp 6,352 juta. Pada tahun 2006, nilai variabel suku bunga tertinggi dimiliki oleh PT. Panasia Filament Tbk. (PAFI) sebesar Rp.577,409 juta, sedangkan nilai variabel suku bunga terendah dimiliki oleh PT. Roda Vivatex Tbk (RDTX) sebesar Rp 23.089 juta. Pada tahun 2007, nilai variabel suku bunga tertinggi dimiliki oleh PT. Pan Brothers Tex Tbk (PBRX) sebesar Rp 595.612 juta, sedangkan nilai variabel suku bunga terendah dimiliki oleh PT. Eratex Djaja (ERTI) sebesar Rp 27.136 juta. Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 5. Deskripsi Inflasi pada Industri Tekstil yang terdaftar di BEI periode tahun 2004-2007. Tabel 4.5 INFLASI Pada Industri Tekstil yang terdaftar di BEI Periode Tahun 2004-2007 (dalam juta rupiah) NO EMITEN 1 ERTX 2004 TAHUN 2005 2006 2007 Ratarata 1,276.12 3,124.79 1,968.39 1,488.28 1,964.39 2 ESTI 318.08 1,378.21 1,556.02 774.97 1,006.82 3 HDTX 237.14 1,317.12 172.78 362.16 522.30 4 KARW 1,239.12 4,381.34 3,330.90 1,364.29 2,578.91 5 MYRX 1,288.55 1,958.10 4,020.52 2,453.12 2,430.07 6 PAFI 329.23 1,506.81 7 PBRX 9.79 8 RDTX 59.95 808.16 801.08 646.58 1,557.19 1,671.63 971.30 61.94 560.12 15.09 7.47 36.11 Sumber : www.idx.co.id dan www.bi.go.id (7/1/2009, diolah) Tabel 4.5 menggambarkan nilai variabel Inflasi yang dikaitkan dengan beban bunga (interest expense) masing-masing perusahaan, masing-masing perusahaan yang termasuk dalam industri tekstil yang terdaftar di BEI. Beban bunga (interest expense) dapat dilihat pada laporan keuangan setiap perusahaan yang dijadikan sampel. Rata-rata nilai variabel inflasi tertinggi dimiliki oleh PT Karwell Indonesia Tbk (KARW) sebesar Rp. 2.578,1 juta, sedangkan nilai ratarata nilai inflasi terendah dimiliki oleh PT Roda Vivatex Tbk (RDTX) sebesar Rp.36,11 juta. Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Pada tahun 2004 nilai variabel inflasi tertinggi dimiliki oleh PT Hanson International Tbk (MYRX) sebesar Rp 1.288,55 juta, sedangkan nilai rata-rata nilai inflasi terendah dimiliki oleh PT Roda Vivatex Tbk (PBRX) sebesar Rp 9,79 juta. Pada tahun 2005, nilai variabel inflasi tertinggi dimiliki oleh PT Karwell Indonesia Tbk (KARW) sebesar Rp 4.381,34juta, sedangkan nilai rata-rata nilai inflasi terendah dimiliki oleh PT Roda Vivatex Tbk (RDTX) sebesar Rp.61,94 juta. Pada tahun 2006, nilai variabel inflasi tertinggi dimiliki oleh Hanson International Tbk (MYRX) sebesar Rp. 4.020,52 juta, sedangkan nilai rata-rata nilai inflasi terendah dimiliki oleh PT Roda Vivatex Tbk (RDTX) sebesar Rp.15,09 juta. Pada tahun 2007, nilai variabel inflasi tertinggi dimiliki oleh PT Hanson International Tbk (MYRX) sebesar Rp.2.453,12juta, sedangkan nilai ratarata nilai inflasi terendah dimiliki oleh PT Roda Vivatex Tbk (RDTX) sebesar Rp.7,47 juta. Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 B. ANALISIS STATISTIK 1. ANALISIS REGRESI LINEAR BERGANDA Tabel 4.6 berikut ini menunjukkan hasil estimasi regresi melalui pengolahan data dengan bantuan program Software SPSS (Statistic Package for the Social Sciens) 14.00 for windows. Tabel 4.6 Hasil Estimasi Regresi Coefficientsa Model 1 (Constant) Risiko_Sistematis Nilai_Tukar Suku_Bunga Inflasi Unstandardized Coefficients B Std. Error 419,471 71,626 -64,810 28,976 19,881 9,264 -,181 ,279 -112,376 35,705 Standardized Coefficients Beta -,330 ,348 -,104 -,468 t 5,856 -2,237 2,146 -,648 -3,147 Sig. ,000 ,034 ,041 ,522 ,004 a. Dependent Variable: Harga_Saham Pengolahan data tersebut mengasilkan suatu model regresi linear berganda sebagai berikut : Y = 419,471 – 64,810 X1 + 19,881 X2 - 0,181 X3 – 112,376 X4 + e Persamaan regresi linear berganda digunakan untuk menjelaskan pengaruh variabel bebas (risiko sistematis, nilai tukar, suku bunga, dan inflasi) terhadap variabel terikat (harga saham) secara simultan maupun secara parsial yang bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan penulis. Hasil regresi berganda dapat disimpulkan sebagai berikut : a. Konstansa sebesar 419,471 menyatakan bahwa apabila tidak ada variabel independent atau bebas (risiko sistematis, nilai tukar, suku Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 bunga, dan inflasi) maka harga saham perusahaan-perusahaan yang tergolong dalam industri Tekstil di Bursa Efek Indonesia adalah sebesar Rp. 419,471. b. Risiko Sistematis yang diukur melalui indeks beta mempunyai nilai sebesar -64,180 menyatakan bahwa apabila harga saham perusahaanperusahaan yang tergolong dalam industri Tekstil di Bursa Efek Indonesia naik Rp. 1 maka risiko sistematis (beta) saham industri Tekstil di BEI akan turun sebesar 64,180 dan demikian juga sebaliknya. Indeks beta mengukur sampai sejauh mana harga saham individual berfluktuasi bersamaan dengan berfluktuasinya harga pasar. Indeks beta dapat bernilai positif dan dapat juga bernilai negatif. Indeks beta negatif berarti terjadi kondisi yang berlawanan, jika secara umum harga saham mengalami kenaikan maka harga saham individu yang mewakili indeks beta negatif mengalami penurunan. Indeks beta yang normal adalah satu, terjadi jika rata-rata peningkatan harga seluruh saham yang tercatat meningkat dengan persentase yang sama dengan saham yang memiliki indeks beta satu. c. Nilai Tukar mempunyai nilai sebesar 19,881 menyatakan bahwa apabila harga saham perusahaan-perusahaan yang tergolong dalam industri Tekstil di Bursa Efek Indonesia naik Rp. 1 naik maka nilai tukar yang dikaitkan dengan gross profit akan naik sebesar 19,881 atau apabila nilai nilai tukar yang dikaitkan dengan other operating revenue akan naik sebesar 19,881 , maka harga saham perusahaanperusahaan yang tergolong dalam industri Tekstil di Bursa Efek Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Indonesia naik Rp.1. Dalam banyak penelitian menemukan hubungan bahwa di dalam kondisi yang normal dimana fluktuasi nilai tukar yang tidak terlalu tinggi, hubungan perubahan nilai tukar terhadap harga saham adalah positif. d. Suku bunga mempunyai nilai sebesar -0,881, menyatakan bahwa apabila suku bunga yang dikaitkan dengan hutang masing-masing perusahaan kepada pihak ketiga (liabilities) turun sebesar -0,881 maka harga saham akan naik sebesar Rp 1. dan sebaliknya apabila harga saham turun sebesar Rp 1 maka nilai tukar akan naik sebesar 0,881. suku bunga mempunyai hubungan yang negatif terhadap harga saham. e. Inflasi mempunyai nilai sebesar -112,376 menyatakan bahwa apabila harga saham perusahaan-perusahaan yang tergolong dalam industri Tekstil di Bursa Efek Indonesia naik Rp. 1 naik maka inflasi yang dikaitkan dengan Interest expense (beban bunga) akan turun sebesar 112,376 atau apabila nilai inflasi yang dikaitkan dengan Interest expense (beban bunga) naik sebesar 112,376 maka harga saham perusahaan-perusahaan yang tergolong dalam industri Tekstil di Bursa Efek Indonesia turun Rp.1. Penulis melakukan pengujian asumsi klasik yang bertujuan untuk mendapatkan hasil penelitian yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimation) atau perkiraan yang efisien dan tidak bias. Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Kriteria persyaratan asumsi klasik yang harus dipenuhi, yaitu: a. Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk mengtahui apakah dalam sebuah model regresi, variabel independen dan variabel dependen atau keduanya berdistribusi normal atau tidak. Model yang paling baik hendaknya berdistribusi data normal atau mendekati normal. Untuk mengetahui apakah variabel independen (risiko sistematis dan nilai tukar) dan variabel dependen (harga saham) atau keduanya berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan cara melakukan Uji Kolmogrov Smirnov sebagai berikut: Tabel 4.7 Hasil Uji Kolmogrov Smirnov One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Unstandardiz ed Residual 32 ,0000000 209,50083621 ,148 ,148 -,083 ,839 ,482 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Menurut Situmorang at al (2008:62) bahwa, apabila hasil Uji Kolmogrov Smirnov yaitu Asymp. Sig (2-tailed) lebih besar dari 0,05 ( α = 5% tingkat signifikan) maka data berdistribusi normal. Sehingga model regresi yang didapat dalam penelitian ini adalah berdistribusi normal seperti pada Tabel Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 4.7 , karena Asymp. Sig (2-tailed) Uji Kolmogrov Smirnov yaitu 0.878 lebih besar dari 0,05 (0,482 > 0,05). Selain Uji Kolmogrov Smirnov, uji normalitas dapat dilakukan dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual. Gambar 4.1 Hasil Uji Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Observed Cum Prob 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 0.0 borP muC detcepxE 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 Dependent Variable: Harga_Saham Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual Berdasarkan grafik Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual pada Gambar 4.1, dapat diketahui bahwa data berdistribusi normal, karena data menyebar di sekitar garis diagonal. Menurut Situmorang at al, 2008 :58-59, bahwa apabila data menyebar di sekitar garis diagonal maka regresi memenuhi asumsi normalitas atau berdistribusi normal b. Uji Heterokedastisitas Uji heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui apakah Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 terjadi Heterokedastisitas yaitu dengan metode informal yaitu metode grafik Scatterplot. Gambar 4.2 Hasil Scatterplot Regression Studentized Residual eulaV detciderP dezidradnatS noissergeR -2 -1 0 1 2 -2 -1 0 1 Dependent Variable: Harga_Saham Scatterplot Berdasarkan grafik Scatterplot dalam Gambar 4.2 yang didapat dari analisis dengan bantuan program Software SPSS (Statistic Package for the Social Sciens) 14.00 for windows, maka dapat diketahui bahwa model tidak terkena heterokedastisitas karena data penelitian yang berbentuk titik-titik tidak membentuk suatu pola. Menurut Situmorang at al (2008:68), bahwa model regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Jadi, model regresi linear berganda yang didapat memenuhi asumsi homokedastisitas atau tidak terkena heterokedastisitas. Selain metode analisis grafik Scatterplot, terdapat beberapa metode formal yaitu dengan cara pendekatan statistik. Metode formal yang digunakan dalam penelitian ini adalah Park Test atau uji Park. Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Tabel 4.8 Hasil Park Test Coefficientsa Model 1 (Constant) Risiko_Sistematis Nilai_Tukar Suku_Bunga Inflasi Unstandardized Coefficients Std. Error B ,852 2,509 ,345 -,448 ,110 ,079 ,003 -,003 ,425 -,204 Standardized Coefficients Beta -,243 ,147 -,158 -,091 t 2,946 -1,301 ,717 -,780 -,482 Sig. ,007 ,204 ,479 ,442 ,634 a. Dependent Variable: LN_U21 Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukkan bahwa model regresi tidak terkena heterokedastisitas, karena sig. variabel independent (bebas) pada tabel lebih besar dari 5% (0,05) berarti data tidak terkena heterokedastisitas c. Sig. Risiko Sistematis = (0,204 > 0,05) Sig. Nilai Tukar = (0,479 > 0,05) Sig. Suku Bunga = (0,442 > 0,05) Sig. Inflasi = (0,634 > 0,05) Uji Autokorelasi Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (sepertidalam data deret waktu) atau ruang (seperti data cross section) dalam (Situmorang at al, 2008:78-95). Dalam penelitian ini, metode yang dilakukan untuk menguji ada atau tidaknya autokorelasi dalam suatu model regresi yaitu dengan melakukan Durbin-Watson Test (DW) yang diberi simbol d. Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Tabel 4.9 Hasil Durbin-Watson Test Model Summaryb Model 1 R R Square ,658a ,433 Adjusted R Square ,349 Std. Error of the Estimate 224,48366 DurbinWatson 1,733 a. Predictors: (Constant), Inflasi, Suku_Bunga, Risiko_Sistematis, Nilai_ Tukar b. Dependent Variable: Harga_Saham Pada hasil output hasil Durbin-Watson Test pada Tabel 4.9 maka dapat diketahui bahwa nilai d yaitu sebesar 1,829. Nilai d akan dibandingkan dengan nilai dl dan du pada n = 32 dan k = jumlah variabel bebas d = 1,733 dl = 1,19 du = 1,729 Sesuai dengan Tabel 1.3 pada BAB I , maka apabila du < d < 4-du maka dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terkena autokorelasi positif maupun negatif. = 1,69 < 1,733 < 4-1,729 = 1,729 < 1,733 < 2,271 d. Uji Multikolinearitas Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi linear ditemukan adanya korelasi yang tinggi diantara variabel bebas, dengan ketentuan : Bila VIF > 5 maka terdapat masalah multikolinearitas yang serius Bila VIF< 5 maka tidak terdapat masalah multikolinearitas yang serius. Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai Variance Inflation Factor (VIF) pada Tabel 4.10 Tabel 4.10 Hasil uji Multikolineritas Coefficientsa Model 1 (Constant) Risiko_Sistematis Nilai_Tukar Suku_Bunga Inflasi Unstandardized Coefficients B Std. Error 419,471 71,626 -64,810 28,976 9,264 19,881 ,279 -,181 35,705 -112,376 Standardized Coefficients Beta t 5,856 -2,237 2,146 -,648 -3,147 -,330 ,348 -,104 -,468 Sig. ,000 ,034 ,041 ,522 ,004 Collinearity Statistics VIF Tolerance ,963 ,798 ,818 ,949 1,039 1,252 1,222 1,054 a. Dependent Variable: Harga_Saham Berdasarkan Tabel 4.10 maka dapat diketahui bahwa model tidak terdapat masalah, karena VIF (Variance Inflation Factor) tidak lebih besar dari 5 yaitu : VIF Risiko Sistematis = 1,039 < 5 VIF Nilai Tukar = 1,252 < 5 VIF Suku Bunga = 1,222 < 5 VIF Infasi = 1,054 < 5 Selain nilai VIFnya yang dilihat, nilai tolerancenya juga dapat digunakan untuk mengetahui multikolonieritas. Apabila nilai tolerancenya lebih besar dari sig. 5%, maka model tidak terkena multikolonieritas. Berdasarkan Tabel 4.10 maka diketahui bahwa model penelitian ini tidak terkena multikolearitas, karena nilai tolerance variabel bebas lebih besar (>) dibandingkan sig. 5%. Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 2. Pengujian Hipotesis a. Uji Serempak (Uji-F) Uji Serempak dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara risiko sistematis dan nilai tukar terhadap harga saham perusahaan Tekstil di BEI, yaitu dengan membandingkan Fhitung dengan Ftabel pada tingkat signifikan (α ) = 5%. Fhitung dapat dilihat pada Tabel 4.11 Tabel 4.11 Hasil Uji Simultan (Uji-F) ANOVAb Model 1 Regression Residual Total Sum of Squares 1039322 1360609 2399931 df 4 27 31 Mean Square 259830,611 50392,912 F 5,156 Sig. ,003a a. Predictors: (Constant), Inflasi, Suku_Bunga, Risiko_Sistematis, Nilai_Tukar b. Dependent Variable: Harga_Saham Berdasarkan Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara risiko sistematis, nilai tukar, suku bunga, dan inflasi terhadap harga saham Industri Tekstil di BEI, karena Fhitung lebih besar Ftabel pada tingkat signifikan (α ) = 5%. Fhitung = 5,156 Ftabel = 2,69 F tabel dapat diperoleh dari tabel F dimana : Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 df pembilang = k-1 df penyebut = n-k (k=5, n=32) Sehingga H1 diterima karena Fhitung > Ftabel yaitu 5,156 > 2,69 Selain membandingkan antara Fhitung dan Ftabel untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat, ada cara lain yang lebih mudah yaitu membandingkan sig.tabel pada hasil pengolahan data dengan tingkat signifikan (α ) =5%. Apabila sig.tabel lebih kecil dibandingkan tingkat signifikan (α ) =5%, maka terdapat pengaruh signifikan semua variabel bebas terhadap variabel terikat. Sig.tabel = 0,003 Signifikan (α ) = 0,05 Sehingga H1 diterima karena sig.tabel < signifikan 5% yaitu 0,003 < 0,05 Dimana H1 : b1 ≠ b2 ≠ 0 maka terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara risiko sistematis dan nilai tukar terhadap harga saham Industri Tekstil di BEI. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa risiko sistematis, nilai tukar, suku bunga, dan inflasi secara bersama-sama atau secara simultan mempengaruhi harga saham. Penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang dibuat penulis dan sejalan hasil penelitian yang dilakukan oleh Elisabeth tahun 2007 dengan judul “Pengaruh Resiko Sistematis dan Makro Ekonomi terhadap Harga Saham Perusahaan Perbankan di BEJ”. Variabel makro ekonomi yang diteliti terdiri dari; nilai tukar, GDP, suku bunga, dan inflasi. Hasil dari penelitian menemukan bahwa resiko sistematis dan makro ekonomi memiliki pengaruh signifikan secara simultan terhadap harga saham. Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 b. Uji Secara Parsial Uji Secara Parsial dilakukan untuk menguji apakah setiap variabel bebas secara parsial atau terpisah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara risiko sistematis dan nilai tukar terhadap harga saham Industri Tekstil di BEI, yaitu dengan membandingkan nilai thssitung dengan ttabel pada tingkat signifikan (α ) = 5%. Nilai thitung dapat dilihat pada Tabel 4.12 Tabel 4.12 Hasil Uji Parsial (Uji-t) Coefficientsa Model 1 (Constant) Risiko_Sistematis Nilai_Tukar Suku_Bunga Inflasi Unstandardized Coefficients B Std. Error 71,626 419,471 -64,810 28,976 19,881 9,264 -,181 ,279 -112,376 35,705 Standardized Coefficients Beta -,330 ,348 -,104 -,468 t 5,856 -2,237 2,146 -,648 -3,147 Sig. ,000 ,034 ,041 ,522 ,004 a. Dependent Variable: Harga_Saham 1. Risiko Sistematis Berdasarkan Tabel 4.12 dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial risiko sistematis terhadap harga saham perusahaan Tekstil di BEI periode tahun 2004-2007, karena ttabel < - thitung yaitu 2,052 < -2,237 thitung = -2,237 ttabel = 2,052 Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 (t tabel dapat diperoleh dari tabel t pada tingkat signifikansi 5% dengan derajat kebebasan df = n-k, dimana n=32, k=5). Selain membandingkan antara thitung dan ttabel untuk mengetahui apakah variabel risiko sistematis secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat yaitu harga saham, ada cara lain yang lebih mudah yaitu membandingkan sig.tabel pada hasil pengolahan data dengan tingkat dibandingkan signifikan (α ) =5%. tingkat Apabila signifikan (α ) =5%, sig.tabel maka lebih terdapat kecil pengaruh signifikan variabel risiko sistematis secara parsial terhadap variabel terikat yaitu harga saham karena 0,008 < 0,05 . sig.tabel = 0,034 signifikan (α ) = 0,05 Sehingga H1 diterima karena ttabel < - thitung yaitu 2,052 < -2,316 dan sig.tabel < signifikan 5% yaitu 0,034 < 0,05 . Dimana H1 : bi ≠ 0 , artinya terdapat pengaruh yang signifikan risiko sisitematis terhadap harga saham perusahaan Tekstil di BEI periode tahun 2004-2007. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa Risiko Sistematis yang diukur melalui indeks beta berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham Industri Tekstil di BEI periode tahun 2004-2007 secara parsial. Hasil penellitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Elisabeth tahun 2007. Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 2. Nilai tukar Berdasarkan Tabel 4.12 dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial nilai tukar terhadap harga saham Industri Tekstil di BEI periode tahun 2004-2007, karena thitung > ttabel yaitu 2,146 > 2,052. thitung = 2,146 ttabel = 2,052 (t tabel dapat diperoleh dari tabel t pada tingkat signifikansi 5% dengan derajat kebebasan df = n-k, dimana n=32, k=3). Selain membandingkan antara thitung dan ttabel untuk mengetahui apakah variabel nilai tukar secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat yaitu harga saham, ada cara lain yang lebih mudah yaitu membandingkan sig.tabel pada hasil pengolahan data dengan tingkat signifikan (α ) =5%. Apabila sig.tabel lebih kecil dibandingkan tingkat signifikan (α ) =5%, maka terdapat pengaruh signifikan variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikat yaitu harga saham karena 0,041 < 0,05. sig.tabel = 0,041 signifikan (α ) = 0,05 Sehingga H1 diterima karena thitung > ttabel yaitu 2,146 > 2,052 dan sig.tabel < signifikan 5% yaitu 0,041 < 0,05 . Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Dimana H1 : bi ≠ 0 , artinya terdapat pengaruh yang signifikan nilai tukar terhadap harga saham perusahaan Tekstil di BEI periode tahun 2004-2007. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa Nilai Tukar berpengaruh positif signifikan terhadap harga saham Industri Tekstil di BEI periode tahun 20042007 secara parsial. Hasil penellitian ini sejalan dengan Dalam banyak penelitian yang menemukan bahwa di dalam kondisi yang normal dimana fluktuasi nilai tukar yang tidak terlalu tinggi, hubungan perubahan nilai tukar terhadap harga saham adalah positif. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Elisabeth tahun 2007 dan Mudji Utami – Mudjilah. 3. Suku Bunga Berdasarkan Tabel 4.12 dapat diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial suku bunga terhadap harga saham perusahaan Tekstil di BEI periode tahun 2004-2007, karena ttabel > - thitung yaitu 2,052 > -0,648 . thitung = -0,648 ttabel = 2,052 (t tabel dapat diperoleh dari tabel t pada tingkat signifikansi 5% dengan derajat kebebasan df = n-k, dimana n=32, k=5). Selain membandingkan antara thitung dan ttabel untuk mengetahui apakah variabel suku bunga secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat yaitu harga saham, ada cara lain yang lebih mudah yaitu membandingkan sig.tabel pada hasil pengolahan data dengan tingkat Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 signifikan (α ) =5%. Apabila sig.tabel lebih kecil dibandingkan tingkat signifikan (α ) =5%, maka terdapat pengaruh signifikan variabel risiko sistematis secara parsial terhadap variabel terikat yaitu harga saham karena 0,522 > 0,05 . sig.tabel = 0,522 signifikan (α ) = 0,05 Sehingga H0 diterima karena ttabel > - thitung yaitu 2,052 < -0,648 dan sig.tabel > signifikan 5% yaitu 0,522 < 0,05 . Dimana H0 : b1 = b2 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara suku bunga terhadap harga saham Indutri Tekstil di BEI. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham Industri Tekstil di BEI periode tahun 20042007 secara parsial. Hasil penellitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Elisabeth tahun 2007. 4. Inflasi Berdasarkan Tabel 4.12 dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial inflasi terhadap harga saham perusahaan Tekstil di BEI periode tahun 2004-2007, karena ttabel < - thitung yaitu 2,052 < -3,147 . thitung = -3,147 ttabel = 2,052 (t tabel dapat diperoleh dari tabel t pada tingkat signifikansi 5% dengan derajat kebebasan df = n-k, dimana n=32, k=5). Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Selain membandingkan antara thitung dan ttabel untuk mengetahui apakah variabel inflasi secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat yaitu harga saham, ada cara lain yang lebih mudah yaitu membandingkan sig.tabel pada hasil pengolahan data dengan tingkat signifikan (α ) =5%. Apabila sig.tabel lebih kecil dibandingkan tingkat signifikan (α ) =5%, maka terdapat pengaruh signifikan variabel risiko sistematis secara parsial terhadap variabel terikat yaitu harga saham karena 0,004 < 0,05 . sig.tabel = 0,004 signifikan (α ) = 0,05 Sehingga H1 diterima karena ttabel < - thitung yaitu 2,052 < -3,147 dan sig.tabel < signifikan 5% yaitu 0,004 < 0,05 . Dimana H1 : bi ≠ 0 , artinya terdapat pengaruh yang signifikan inflasi terhadap harga saham perusahaan Tekstil di BEI periode tahun 2004-2007. Hasil penelitian ini membuktikan bahwa Inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham Industri Tekstil di BEI periode tahun 20042007 secara parsial. Hasil penellitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Elisabeth tahun 2007. Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukan sebelumnya maka kesimpulan penelitian ini adalah : 1. Menurut delapan perusahaan yang termasuk dalam Industri Tekstil yaitu PT. Eratex Djaja Tbk, PT. Ever Shine Textile I. Tbk, PT. Panasia Indosyntex Tbk, PT. Karwell Indonesia Tbk, PT. Hanson International Tbk, PT. Panasia Filament Inti Tbk, PT. Pan Brothers Tex Tbk, dan PT. Roda Tex Tbk menyatakan bahwa risiko sistematis, nilai tukar, suku bunga, dan inflasi secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan terhadap harga saham industri Tekstil di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian ini,yaitu terdapat pengaruh signifikan risiko sistematis, nilai tukar, suku bunga, dan inflasi secara simultan terhadap harga saham industry tekstil di BEI. Pengaruh signifikan tersebut dapat diketahui dari hasil pengujian dengan bantuan Software SPSS 14.00 for windows yaitu karena Fhitung lebih besar Ftabel pada tingkat signifikan (α ) = 5% (5,278 > 2,69). Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 2. Menurut delapan perusahaan yang termasuk dalam Industri Tekstil yaitu PT. Eratex Djaja Tbk, PT. Ever Shine Textile I. Tbk, PT. Panasia Indosyntex Tbk, PT. Karwell Indonesia Tbk, PT. Hanson International Tbk, PT. Panasia Filament Inti Tbk, PT. Pan Brothers Tex Tbk, dan PT. Roda Tex Tbk menyatakan bahwa : a. Risiko sistematis yang dihitung dengan indeks beta berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham Industri Tekstil di Bursa Efek Indonesia. Berarti harga saham individual berfluktuasi tidak bersamaan dengan berfluktuasinya harga pasar atau dengan kata lain bahwa terjadi kondisi yang berlawanan, yaitu jika secara umum harga saham mengalami kenaikan maka harga saham individu mengalami penurunan, demikian sebaliknya apabila secara umum harga saham mengalami penurunan maka harga saham individu mengalami kenaikan. b. Nilai tukar mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap harga saham Industri Tekstil di Bursa Efek Indonesia. Berarti apabila nilai tukar naik maka harga saham akan naik juga, demikian sebaliknya apabila nilai tukar turun maka harga saham akan menurun juga. c. Inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham. Inflasi merupakan kecenderungan terjadinya peningkatan harga produk secara keseluruhan. Apabila terjadi kenaikan harga produk maka akan mengakibatkan investor tidak berminat untuk membeli saham, sehingga harga saham akan turun karena permintaan lebih kecil dibandingkan penawaran. Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 d. Suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara terbalik ceterus paribus. Apabila suku bunga meningkat maka harga saham akan turun, hal tersebut dapat terjadi karena investor akan lebih tertarik terhadap investasi tang terkait dengan suku bunga (misalnya deposito) dengan cara memindahkan investasinya dari saham (Tandelilin, 2001:48-49). Apabila saham banyak dijual dengan kata lain bahwa permintaan lebih kecil dari pada penawaran akan mengakibatkan harga saham tersebut menjadi turun. Demikian juga sebaliknya apabila suku bunga menurun maka harga saham akan menjadi naik, hal tersebut dapat terjadi disebabkan jumlah saham yang diminta akan menjadi banyak, yang sesuai dengan hukum permintaanpenawaran apabila permintaan lebih besar dari pada penawaran maka harga akan menjadi naik atau lebih tinggi. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori tersebut akan tetapi tidak signifikan. 3. Menurut delapan perusahaan yang termasuk dalam Industri Tekstil yaitu PT. Eratex Djaja Tbk, PT. Ever Shine Textile I. Tbk, PT. Panasia Indosyntex Tbk, PT. Karwell Indonesia Tbk, PT. Hanson International Tbk, PT. Panasia Filament Inti Tbk, PT. Pan Brothers Tex Tbk, dan PT. Roda Tex Tbk menyatakan bahwa tidak ada hubungan / korelasi antara risiko sistematis, nilai tukar, suku bunga, dan inflasi. Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang semestinya, seperti yang dikemukakan oleh Sukirno (2004:397) bahwa inflasi, nilai tukar, dan suku bunga mempunyai korelasi atau saling mempengaruhi satu sama lainnya. Hal tersebut dapat Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 terjadi disebabkan perbedaaan sampel, jumlah sampel, dan periode tahun yang digunakan dalam penelitian. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang pernah dilakukan oleh Tandelilin tahun 1997 bahwa nilai tukar, suku bunga, dan inflasi tidak berpenagruh signifikan terhadap risiko sistematis yang berarti tidak ada hubungan anatara variabel tersebut. B. SARAN Adapun saran penulis adalah sebagai berikut : a. Sebelum melakukan investasi di pasar modal terutama investasi saham, maka perlu calon investor mempertimbangkan dan mempelajari mengenai nilai tukar, suku bunga, inflasi, dan faktor-faktor lainnya yang berguna untuk meminumkan risiko dan memaksimalkan return (keuntungan). b. Penelitian yang menyangkut hubungan risiko sistematis, nilai tukar, suku bunga, dan inflasi terhadap harga saham Industri Tekstil di BEI periode tahun 2004-2007 ini, sangat terbatas pada informasi-informasi yang terdesia di public secara sekunder. Oleh karena itu, disarankan agar penelitian-penelitian selanjutnya menggunakan variabel-variabel yang lebih kompleks c. Memperbesar sampel penelitian, tidak hanya terbatas pada Industri Tekstil saja, tetapi juga perusahaan-perusahaan lainnya seperti sektor Manufaktur, sektor Industri Barang dan Konsumsi, sektor Perdagangan Jasa dan Investasi, dan sektor-sektoe lainnya. d. Keterbatasan penelitian ini terletak pada penggunaan data yaitu pada tahun 2004-2007, sehingga rentan terkena uji asumsi klasik. Penulis Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 menyarankan selain memperbesar sampel penelitan akan tetapi juga memperpanjang rentang waktu. DAFTAR PUSTAKA Anoraga, Panji. 2001. Pengantar Pasar Modal. Edisi Revisi. Jakarta : PT Rineke Cibta. Elisabeth, Junita. 2007. Pengaruh Resiko Sistematis dan Makro Ekonomi Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan di BEJ, Skripsi Manajemen. Universitas Sumatera Utara, Medan. Haryanto, Dedi dan Riyatno. 2007. Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia dan Nilai Kurs terhadap Risiko Sistemamatik Saham Perusahaan di BEJ. Jurnal Keuangan dan Bisnis vol 5, No 1 Maret 2007, hal 24-40. STIE Musi, Palembang. Fakhruddin, M. 2001. Perangkat dan Model Analisis Investasi di Pasar Modal, Buku Satu. Jakarta : PT Elex Media Komputindo. Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Ketiga. Yogyakarta : BPFE- Yogyakarta. Madura, Jeff. 2006. International Corporate Finance. Edisis Kedelapan. Jakarta : Salemba Empat. Samsul, Mohammad. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Cetakan Pertama. Jakarta : Erlangga. Situmorang at al. 2008. Analisis Data Penelitian. Terbitan Pertama. Medan : USU Press. Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Kelima. Bandung : CV Alfabeta. Sukirno, Sadono. 2004. Makro Ekonomi Teori Pengantar, Edisi Ketiga. Jakarta : PT RajaGranfindo Persada. Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi Pertama. Yogyakarta : BPFE – Yogyakarta. Utami, Mudjilah dan Rahayu Mudjilah. 2003. Peranan Profitabilitas, Suku Bunga, Inflasi, dan Nilai Tukar. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan vol. 5 No. 4. Universitas Kristen Petra, Surabaya. www.bi.go.id/nilaitukar diakses oleh oleh Anri Ayen Pane pada tanggal 20 September 2008 jam 19.00 WIB www.idx.co.id/submite-offline diakses oleh Anri Ayen Pane pada tanggal 20 September 2008 jam 20.00 WIB www.mediadata.co.id diakses oleh Anri Ayen Pane pada tanggal 6 Oktober 2008 jam 13.00 WIB www.textile.web.id diakses oleh Anri Ayen Pane pada tanggal 7 September 2008 jam 19.00 WIB Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 LAMPIRAN I DATA SEKUNDER A. HARGA SAHAM PERUSAHAAN 1. PT. ERATEX DJAJA Tbk (ERTX) Tahun Bulan Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec 2004 200 170 200 155 100 95 165 140 125 180 170 130 2005 125 160 175 175 154 120 120 100 100 100 100 2006 120 130 115 140 100 95 110 80 90 110 120 2007 140 140 140 110 126 130 125 160 185 185 250 100 140 190 Harga saham bulan Desember 2003 = Rp. 210 2. PT. EVER SHINE TEXTILE I. Tbk (ESTI) Tahun Bulan 2004 2005 2006 125 75 80 Jan 125 75 80 Feb 125 75 80 Mar 125 75 80 Apr 75 75 80 May 75 75 60 Jun 75 75 60 Jul 75 75 60 Aug 100 75 70 Sep 100 80 70 Oct 100 80 70 Nov 80 80 60 Dec Harga saham bulan Desember 2003 = Rp. 125 2007 70 61 61 61 93 60 89 89 70 100 90 80 Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 3. PT. PANASIA INDOSYNTEX Tbk (HDTX) Bulan Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec 2004 300 300 300 300 395 500 500 500 500 500 500 500 Tahun 2005 2006 500 400 500 400 500 400 500 400 500 400 500 400 350 400 400 365 400 400 400 400 450 400 400 400 2007 400 400 400 400 400 430 425 400 400 400 400 400 Harga saham bulan Desember 2003 = Rp. 275 4. PT. KARWELL INDONESAI Tbk (KARW) Tahun Bulan 2004 2005 2006 420 410 160 Jan 420 410 140 Feb 420 410 115 Mar 420 410 120 Apr 420 410 175 May 400 410 215 Jun 400 410 215 Jul 410 490 215 Aug 410 295 215 Sep 410 350 215 Oct 410 245 215 Nov 410 200 105 Dec Harga saham bulan Desember 2003 = Rp. 410 2007 51 51 51 80 210 230 385 355 385 415 385 400 Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 5. PT. HANSON INTERNATIONAL Tbk (MYRX) Tahun Bulan 2004 2005 2006 15 10 25 Jan 15 20 25 Feb 10 30 25 Mar 15 25 25 Apr 15 25 25 May 15 25 25 Jun 15 25 25 Jul 15 25 25 Aug 15 25 25 Sep 15 25 25 Oct 20 25 25 Nov 15 25 35 Dec Harga saham bulan Desember 2003 = Rp. 15 6. 2007 35 33 33 45 46 63 70 67 105 102 69 67 PT. PANASIA FILAMENT INTI Tbk (PAFI) Tahun Bulan 2004 2005 2006 80 100 70 Jan 60 100 70 Feb 45 100 65 Mar 60 100 95 Apr 75 110 95 May 120 85 95 Jun 100 70 95 Jul 100 70 50 Aug 100 70 50 Sep 100 70 40 Oct 100 70 35 Nov 100 70 40 Dec Harga saham bulan Desember 2003 = Rp. 95 2007 36 36 36 78 65 110 250 250 250 250 250 250 Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 7. PT. PAN BROTHERS TEX Tbk (PBRX) Tahun Bulan 2004 2005 2006 365 400 380 Jan 355 395 380 Feb 365 385 385 Mar 345 365 380 Apr 355 370 380 May 360 370 385 Jun 360 360 380 Jul 355 360 380 Aug 380 350 380 Sep 380 365 380 Oct 405 370 380 Nov 405 375 380 Dec Harga saham bulan Desember 2003 = Rp. 285 8. 2007 465 455 610 710 460 475 435 280 370 310 360 355 PT. RODA VIVATEX (RDTX) Tahun Bulan 2004 2005 2006 365 400 380 Jan 355 395 380 Feb 365 385 385 Mar 345 365 380 Apr 355 370 380 May 360 370 385 Jun 360 360 380 Jul 355 360 380 Aug 380 350 380 Sep 380 365 380 Oct 405 370 380 Nov 405 375 380 Dec Harga Saham bulan Desember 2003 = Rp. 900 2007 465 455 610 710 460 475 435 280 370 310 360 355 Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 B. NILAI TUKAR RUPIAH - $US 1. TAHUN 2004 Rata-rata Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Kurs Jual 186,794 160,653 199,514 182,165 179,841 207,530 200,274 204,444 193,652 201,521 162,035 Kurs Beli 165,794 142,653 177,514 162,165 160,841 186,530 179,274 183,444 173,652 180,521 145,035 Kurs Jual 8,894.95 8,925.17 9,068.82 9,108.25 9,465.32 9,882.38 9,536.86 9,735.43 9,682.60 9,596.24 9,531.47 Kurs Beli 7,894.95 7,925.17 8,068.82 8,108.25 8,465.32 8,882.38 8,536.86 8,735.43 8,682.60 8,596.24 8,531.47 Desember 223,631 200,631 9,723.09 8,723.09 2,302,054 2,058,054 Jumlah Rata-rata 113,151 101,151 214,301 107,151 Jumlah Nilai Tukar Tahunan 2004 2. 8,929.21 TAHUN 2005 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Kurs Jual 204,643 175,409 207,281 200,787 199,596 222,562 216,285 230,696 225,384 222,461 179,192 Desember 227,861 Jumlah Kurs Beli 183,643 157,409 186,281 180,787 179,596 200,562 195,285 208,696 204,384 201,461 162,192 Rata-rata Kurs Jual Kurs Beli 9,744.90 8,744.90 9,744.94 8,744.94 9,870.52 8,870.52 10,039.35 9,039.35 9,979.80 8,979.80 10,116.45 9,116.45 10,299.29 9,299.29 10,486.18 9,486.18 10,732.57 9,732.57 10,593.38 9,593.38 10,540.71 9,540.71 205,861 10,357.32 9,357.32 2,512,157 2,266,157 Jumlah Rata-rata 122,505 110,505 233,011 116,505.42 Nilai Tukar Tahunan 2005 9,708.79 Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 3. TAHUN 2006 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Kurs Jual 209,420 195,063 203,103 169,865 199,182 216,980 202,135 191,885 202,510 164,682 211,961 Desember 191,736 Jumlah Kurs Beli 188,420 175,063 182,103 151,865 178,182 194,980 181,135 171,885 181,510 147,682 189,961 Rata-rata Kurs Jual Kurs Beli 9,972.38 8,972.38 9,753.15 8,753.15 9,671.57 8,671.57 9,436.94 8,436.94 9,484.86 8,484.86 9,862.73 8,862.73 9,625.48 8,625.48 9,594.25 8,594.25 9,643.33 8,643.33 9,687.18 8,687.18 9,634.59 8,634.59 171,736 9,586.80 8,586.80 2,358,522 2,114,522 Jumlah Rata-rata 115,953 103,953 219,907 109,953.26 Nilai Tukar Tahunan 2006 4. 9,162.77 TAHUN 2007 Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Jumlah Kurs Jual 220,063 191,356 202,943 191,951 196,231 189,673 210,477 217,067 196,198 163,320 214,814 147,504 Kurs Beli 197,063 171,356 181,943 171,951 175,231 169,673 188,477 195,067 178,198 146,320 192,814 Rata-rata Kurs Jual Kurs Beli 9,567.96 8,567.96 9,567.80 8,567.80 9,663.95 8,663.95 9,597.55 8,597.55 9,344.33 8,344.33 9,483.65 8,483.65 9,567.14 8,567.14 9,866.68 8,866.68 9,809.90 8,909.90 9,607.06 8,607.06 9,764.27 8,764.27 132,504 9,833.60 8,833.60 2,341,597 2,100,597 Jumlah Rata-rata 115,674 103,774 219,448 109,723.89 Nilai Tukar Tahunan 2007 9,143.66 Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 C. SUKU BUNGA TAHUN 2004 2005 2006 2007 Jan Bulan 12.08 7.42 12.75 8.08 Feb 11.46 7.43 12.74 8.25 Mar 11.13 7.44 12.73 8.25 Apr 7.34 7.62 12.74 8.25 May 3.66 7.88 12.55 8.25 Jun 2.93 8.10 12.50 8.31 Jul 3.68 8.48 12.31 8.56 Aug 2.95 8.84 11.85 8.80 Sep 3.69 10.00 11.25 9.00 Oct 3.70 11.00 10.92 9.00 Nov 3.71 12.25 10.35 9.25 Dec 4.95 12.75 9.88 9.55 Jumlah 71.28 109.20 142.56 103.56 Rata_rata 5.94 9.10 11.88 8.63 Keterangan : dalam persen (%) D. INFLASI Bulan Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jumlah Rata_rata 2004 TAHUN 2005 2006 2007 4.82% 4.60% 5.11% 5.92% 6.43% 6.83% 7.20% 6.66% 6.27% 6.22% 6.18% 6.40% 7.32% 7.15% 8.81% 8.12% 7.40% 7.42% 7.84% 8.33% 9.06% 17.89% 18.38% 17.11% 6.26% 6.30% 6.52% 6.29% 6.01% 5.77% 6.06% 6.51% 6.95% 6.88% 6.71% 6.59% 0.73 0.0594 1,25 0.0909 17.03% 17.92% 15.74% 15.40% 15.60% 15.53% 15.15% 14.90% 14.55% 6.29% 5.27% 6.60% 1.60 0.1188 0.77 0.086 Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 E. LABA BERSIH (GROSS PROFIT) TAHUN PERUSAHAAN 2004 2005 2006 2007 56,988,273 68,071,404 59,093,698 72,461,684 ESTI 23,887,040,546 29,446,922,349 1,468,067,450 32,074,676,791 HDTX 25,039,759,896 9,092,897,012 30,988,420,728 32,074,676,791 KARW 78,904,870,531 73,362,208,841 6,179,202,714 45,568,902,220 MYRX 43,723,276,201 21,577,178,731 (37,220,706,165) (36,014,083,235) PAFI (3,148,084,287) (7,670,433,330) (28,046,864,925) (13,164,090,151) PBRX 44,160,517,016 112,278,911,374 118,927,453,598 174,405,136,913 RDTX 30,149,045,789 32,793,050,975 38,745,250,537 38,511,723,272 ERTX Dalam Satuan rupiah. F. TOTAL HUTANG (TOTAL LIABILITIES) TAHUN PERUSAHAAN 2004 2005 2006 2007 ERTX 297,078 310,131 325,850 ESTI 198,378 251,984 244,235 HDTX 837,849 397,305 452,328 582,099 KARW 457,660 455,145 335,525 323,759 MYRX 380,339 434,543 442,812 453,565 PAFI 606,634 624,650 486,048 484,382 PBRX 46,019 281,853 441,171 690,176 52,236 RDTX Dalam Satuan Rupiah 69,806 194,341 209,181 314,444 269,620 G. BEBAN BUNGA (INTEREST EXPENSE) PERUSAHAAN ERTX ESTI HDTX KARW MYRX PAFI PBRX RDTX 2004 21,081,196,000 5,254,557,086 3,917,533,690 20,470,067,562 21,286,616,668 5,438,794,371 161,659,004 990,337,741 TAHUN 2005 2006 18,262,920,000 14,764,762,000 8,054,972,290 11,671,644,635 7,697,978,936 2,716,577,060 25,606,891,744 24,984,896,086 11,444,157,154 30,157,691,975 8,806,611,417 4,201,432,814 3,778,968,245 11,680,358,425 362,017,373 113,217,793 2007 23,239,308,000 12,101,034,673 2,697,978,936 21,303,143,014 38,305,088,002 12,619,355,853 26,102,177,874 116,583,139 Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Keterangan : dalam satuan RUPIAH H. INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN Bulan Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sept Okt Nov Des 2004 752.930 761.080 735.680 783.410 732.520 732.400 756.980 754.700 820.130 860.490 977.770 1,000.230 Tahun 2005 2006 1,045.440 1,232.320 1,073.830 1,230.660 1,080.170 1,322.970 1,029.610 1,464.410 1,088.170 1,330.000 1,122.380 1,310.260 1,182.300 1,351.650 1,050.090 1,431.260 1,079.280 1,534.610 1,066.220 1,582.630 1,096.640 1,718.960 1,162.640 1,805.520 2007 1,757.260 1,740.970 1,830.920 1,999.170 2,084.320 2,139.280 2,348.670 2,194.340 2,359.210 2,643.490 2,688.330 2,745.830 IHSG bulan Desember 2003 =Rp 691.900 I. RETURN PASAR (Rmt) Rmt = Bulan IHSGt − IHSGt −1 IHSGt −1 2004 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agu Sept Okt Nov 0.0882064 0.0108244 -0.0333736 0.0648788 -0.0649596 -0.0001638 0.0335609 -0.003012 0.0866967 0.0492117 0.1362944 Des 0.0229706 Tahun 2005 2006 0.059932 0.045200 6 0.027156 -0.0013471 0.0059041 0.0750085 -0.0468074 0.106911 0.0568759 -0.0917844 0.0314381 -0.0148421 0.0533866 0.0315892 -0.1118244 0.0588984 0.0277976 0.0722091 -0.0121007 0.0312913 0.0285307 0.0861414 0.0601838 0.050356 2007 -0.0267291 -0.0092701 0.0516666 0.09189369 0.04259268 0.02636831 0.09787873 -0.0657095 0.07513421 0.12049796 0.01696242 0.02138874 Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 LAMPIRAN II NILAI VARIABEL A. B. HARGA SAHAM NO 1 2 3 4 5 6 7 EMITEN DOID ERTX ESTI HDTX INDR KARW MYRX 2004 102.92 152.50 98.33 424.58 510.83 412.50 15.00 TAHUN 2005 2006 416.25 115.42 127.42 112.50 76.25 70.83 450.00 400.00 542.08 456.25 370.83 175.42 23.75 25.83 8 9 10 11 MYTX PAFI PBRX RDTX 155.00 86.67 369.17 843.75 136.67 84.58 372.08 840.83 69.58 66.67 380.83 942.50 121.67 155.08 440.42 1,015.00 120.7292 98.2500 390.6250 910.5208 12 TFCO 227.92 363.75 327.50 311.67 307.7083 2007 853.75 156.75 77.00 404.58 640.00 249.83 61.25 Rata-rata 372.0833 137.2917 80.6042 419.7917 537.2917 302.1458 31.4583 RISIKO SISTEMATIS (BETA) (X1) Return Saham Individu (Rit) dan Return Saham Pasar (Rmt) Rit = Rmt = Pt − Pt −1 tt −1 IHSGt − IHSGt −1 IHSGt −1 Rit = αi + β i.Rmt + e βi = n ∑ Rmt × Rit − ∑ Rmt ∑ Rit 2 n ∑ Rmt − (∑ Rmt ) 2 Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Sehingga nilai variabel BETA Perusahaan pada Tahun 2004-2007 Tahun C. Perusahaan ERTX ESTI HDTX KARW MYRX PAFI PBRX 2004 0.63 1.69 (0.99) 0.06 2.15 (0.58) 0.06 2005 0.49 (0.13) (1.20) (1.73) 0.33 (0.24) 0.06 2006 1.68 0.54 0.00 (2.53) 0.15 0.52 (0.02) 2007 (1.21) 1.91 0.14 4.01 1.71 4.25 0.78 RDTX 0.11 (0.00) (0.35) (0.21) NILAI TUKAR (X2) Rata-rata nilai tukar tahunan = = ∑ nilai tukar bulanan 12 Gross profit rata − rata nilai tukar tahunan Sehingga nilai variabel Nilai Tukar setelah di kaitkan dengan gross profit Tahun Perusahaan ERTX ESTI HDTX KARW MYRX PAFI PBRX 2004 0.00640 2.67520 2.80430 8.83660 4.89660 (0.35260) 4.94560 2005 0.00700 3.03300 0.93660 7.55640 2.22240 (0.79000) 11.56470 2006 0.00640 0.16020 3.38190 0.67440 (4.06220) (3.06100) 12.97940 2007 0.00790 3.50790 3.50790 4.98370 (3.93870) (1.43970) 19.07390 RDTX 3.37640 3.37770 4.22850 4.21180 Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 D. SUKU BUNGA (X3) ∑ suku bunga bulanan 12 Rata-rata suku bunga tahunan = = Rata-rata suku bunga tahunan x Total Liabilities Sehingga nilai variabel Suku Bunga dikaikan dengan Total Hutang TAHUN NO E. PEUSAHAAN 2004 2005 2006 2007 Rata-rata 1 ERTX 17,647 28,221 38,710 27,136 2 ESTI 11,784 22,930 29,014 23,268 27,928 21,749 3 HDTX 49,768 36,154 53,735 50,234 47,473 4 KARW 27,185 41,417 39,859 27,940 34,100 5 MYRX 22,592 39,542 52,604 39,142 38,470 6 PAFI 36,034 56,842 577,407 41,802 178,021 7 PBRX 2,734 25,648 524,095 595,612 287,022 8 RDTX 3,103 6,352 23,087 180,520 53,266 INFLASI (X4) Rata-rata inflasi tahunan = ∑ Inflasi perbulan 12 = Rata-rata inflasi tahunan x Interest expense Sehingga nilai variabel Inflasi dikaitkan dengan beban bunga TAHUN NO 1 EMITEN ERTX 2004 2005 2006 2007 Rata-rata 1,276.12 3,124.79 1,968.39 1,488.28 1,964.39 1,006.82 2 ESTI 318.08 1,378.21 1,556.02 774.97 3 HDTX 237.14 1,317.12 362.16 172.78 522.30 4 KARW 1,239.12 4,381.34 3,330.90 1,364.29 2,578.91 5 MYRX 1,288.55 1,958.10 4,020.52 2,453.12 2,430.07 6 PAFI 329.23 1,506.81 560.12 808.16 801.08 7 PBRX 9.79 646.58 1,557.19 1,671.63 971.30 8 RDTX 59.95 61.94 15.09 7.47 36.11 Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 LAMPIRAN III HASIL SPSS 14.00 FOR WINDOWS 1. HASIL REGRESI BERGANDA Coefficientsa Model 1 (Constant) Risiko_Sistematis Nilai_Tukar Suku_Bunga Inflasi Unstandardized Coefficients B Std. Error 419,471 71,626 -64,810 28,976 19,881 9,264 -,181 ,279 -112,376 35,705 Standardized Coefficients Beta t 5,856 -2,237 2,146 -,648 -3,147 -,330 ,348 -,104 -,468 Sig. ,000 ,034 ,041 ,522 ,004 a. Dependent Variable: Harga_Saham 2. a. UJI ASUMSI KLASIK Normalitas One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test N Normal Parameters a,b Most Extreme Differences Mean Std. Deviation Absolute Positive Negative Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed) Unstandardiz ed Residual 32 ,0000000 209,50083621 ,148 ,148 -,083 ,839 ,482 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data. Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Observed Cum Prob 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 0.0 borP muC detcepxE 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 Dependent Variable: Harga_Saham Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual b. Heterokedastisitas Regression Studentized Residual eulaV detciderP dezidradnatS noissergeR -2 -1 0 1 2 -2 -1 0 1 Dependent Variable: Harga_Saham Scatterplot Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 Coefficientsa Model 1 (Constant) Risiko_Sistematis Nilai_Tukar Suku_Bunga Inflasi Unstandardized Coefficients B Std. Error 2,509 ,852 -,448 ,345 ,079 ,110 -,003 ,003 -,204 ,425 Standardized Coefficients Beta t 2,946 -1,301 ,717 -,780 -,482 -,243 ,147 -,158 -,091 Sig. ,007 ,204 ,479 ,442 ,634 a. Dependent Variable: LN_U21 c. Autokorelasi Model Summaryb Model 1 R R Square ,658a ,433 Adjusted R Square ,349 Std. Error of the Estimate 224,48366 DurbinWatson 1,733 a. Predictors: (Constant), Inflasi, Suku_Bunga, Risiko_Sistematis, Nilai_ Tukar b. Dependent Variable: Harga_Saham d. Multikolinearitas Coefficientsa Model 1 (Constant) Risiko_Sistematis Nilai_Tukar Suku_Bunga Inflasi Unstandardized Coefficients B Std. Error 419,471 71,626 -64,810 28,976 19,881 9,264 -,181 ,279 -112,376 35,705 Standardized Coefficients Beta -,330 ,348 -,104 -,468 t 5,856 -2,237 2,146 -,648 -3,147 Sig. ,000 ,034 ,041 ,522 ,004 Collinearity Statistics Tolerance VIF ,963 ,798 ,818 ,949 1,039 1,252 1,222 1,054 a. Dependent Variable: Harga_Saham Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 3. a. PENGUJIAN HIPOTESIS Uji Serempak (Uji-F) ANOVAb Model 1 Regression Residual Total Sum of Squares 1039322 1360609 2399931 df 4 27 31 Mean Square 259830,611 50392,912 F 5,156 Sig. ,003a a. Predictors: (Constant), Inflasi, Suku_Bunga, Risiko_Sistematis, Nilai_Tukar b. Dependent Variable: Harga_Saham b. Uji Parsial (Uji-t) Coefficientsa Model 1 (Constant) Risiko_Sistematis Nilai_Tukar Suku_Bunga Inflasi Unstandardized Coefficients B Std. Error 419,471 71,626 -64,810 28,976 19,881 9,264 -,181 ,279 -112,376 35,705 Standardized Coefficients Beta -,330 ,348 -,104 -,468 t 5,856 -2,237 2,146 -,648 -3,147 Sig. ,000 ,034 ,041 ,522 ,004 a. Dependent Variable: Harga_Saham 4. DATA RESIDUAL STATISTIC a Re siduals Sta tistics Minimum Predic ted V alue -132,0697 St d. P redic ted Value -2, 340 St andard E rror of 45,589 Predic ted V alue Adjust ed P redicted Value -187,3925 Residual -319.993 St d. Residual -1, 425 St ud. Residual -1, 504 Deleted Residual -356.247 St ud. Deleted Residual -1, 542 Mahal. Dis tanc e ,310 Cook's Dis tanc e ,000 Centered Leverage Value ,010 Maximum 568,2326 1,485 Mean 296,3353 ,000 St d. Deviat ion 183,10251 1,000 N 178,072 82,261 33,804 32 611,3319 531,62830 2,368 2,490 587,53424 2,783 18,538 ,151 ,598 294,3572 ,00000 ,000 ,006 1,97809 ,022 3,875 ,030 ,125 195,43641 209,50084 ,933 ,994 240,11868 1,034 4,385 ,041 ,141 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 32 a. Dependent Variable: Harga_Saham Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009 5. DATA COLLNEARITY DIAGNOCTICS a Collinearity Diagnostics Model Dimension 1 1 2 3 4 5 Eigenvalue 2,579 ,974 ,819 ,436 ,192 Condition (Constant) Index ,04 1,000 1,627 ,00 1,775 ,03 ,01 2,432 ,91 3,664 Variance Proportions Risiko_ Sistematis Nilai_Tukar Suku_Bunga ,05 ,01 ,05 ,03 ,02 ,83 ,18 ,14 ,05 ,74 ,58 ,00 ,11 ,20 ,00 Inflasi ,04 ,00 ,21 ,02 ,73 a. Dependent Variable: Harga_Saham Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009