universitas sumatera utara

advertisement
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PROGRAM STRATA-1
FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
PENGARUH RISIKO SISTEMATIS, NILAI TUKAR, SUKU
BUNGA, DAN INFLASI TERHADAP HARGA SAHAM
PADA INDUSTRI TEKSTIL DI
BURSA EFEK INDONESIA
DRAFT SKRIPSI
OLEH :
ANRI AYEN PANE
050502105
MANAJEMEN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Universitas Sumatera Utara
Medan
2009
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
ABSTRAK
Anri Ayen Pane (2009). Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Suku
Bunga, dan Inflasi terhadap Harga Saham pada Industri Tekstil di Bursa
Efek Indonesia. Di bawah bimbingan Drs. Nakman Harahap MSi,
Prof. Ritha F. Dalimunthe, SE. Msi (Ketua Departemen Manajemen),
Syafrizal Helmi Situmorang SE. Msi (Penguji I), T. M. Chairal Abdullah SE.
MBA (Penguji II). Penelitian ini bertujuan untuk menguji bagaimana pengaruh
risiko sistematis, nilai tukar, suku bunga, dan inflasi terhadap harga saham secara
simultan maupun secara bersama-sama. Masalah yang dirumuskan dalam
penelitian ini yaitu “Apakah terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan
dan secara parsial antara risiko sistematis, nilai tukar, suku bunga, dan inflasi
terhadap harga saham Industri Tekstil di Bursa Efek Indonesia”.
Metode analisis yang digunakan untuk melihat pengaruh risiko sistematis,
nilai tukar, suku bunga, dan inflasi adalah metode analisis deskriptif dan metode
analisis statistik yang berguna dalam analisis regresi linear berganda dan
pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis yaitu uji secara simultan (uji-F) dan uji
secara parsial (uji-t) dengan tingkat signifikansi 5%. Pengolahan data
menggunakan program Software SPSS (Statistic Package for the Social Sciens)
14.00 for windows.
Hasil simultan (uji-F) menunjukkan bahwa semua variabel independent
berpengaruh signifikan terhadap harga saham. Hasil parsial (uji-t) menunjukkan
bahwa variabel risiko sistematis dan inflasi berpengaruh negatif signifikan
terhadap harga saham. Variabel nilai tukar berpengaruh positif signifikan
terhadap harga saham, sedangkan variabel suku bunga tidak berpengaruh
signifikan terhadap harga saham. Hasil penelitian ini sesuai dengan hipotesis yaitu
terdapat pengaruh signifikan variabel independent terhadap harga saham, dan
secara parsial risiko sistematis, nilai tukar, dan inflasi berpengaruh signifikan
terhadap haarga saham.
Kata Kunci : Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Suku Bunga, Inflasi dan Harga
Saham.
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa, Anak, dan Roh
Kudus karena atas segala kasih, berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat
menyelesaikan dan mempersembahkan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Departemen Manajemen pada Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
Penulis mempersembahkan skripsi saya ini kepada Ibunda tercinta
K. Manullang sebagai ucapan terima kasih dan rasa hormat, yang telah banyak
memberikan motivasi, nasehat, bantuan, kasih sayang, dan terutama doanya yang
telah menuntun hidup penulis. Dan juga kepada ayahanda O. Pane (alm) yang
telah menjadi panutan dan berkat bagi penulis.
Selama masa perkuliahan hingga penulisan skripsi ini, penulis telah banyak
mendapatkan bimbingan, nasehat, dan dorongan dari berbgai pihak. Pada
kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, MEc selaku Dekan FE USU.
2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE. MSi selaku Ketua Departemen
Manajemen FE USU.
3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA selaku Dosen Wali yang telah banyak
memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis selama masa kuliah.
4. Bapak Drs. Nakman Harahap, Msi selaku Dosen Pembimbing yang telah
banyak membimbing dan memberikan saran kepada penulis.
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
5. Bapak Syafrizal Helmy, SE, MSi selaku Dosen Penguji I yang telah
banyak membimbing dan memberikan saran kepada penulis.
6. Bapak selaku T. M. Chairal Abdullah, SE. MBA selaku Dosen Penguji II
yang telah banyak membimbing dan memberikan saran kepada peneliti.
7. Seluruh Dosen dan Pegawai FE USU untuk segala jasa-jasa selama
perkuliahan.
8. Keluarga intiku (b’Liber, b’Lontar (alm), k’Ristauli, k’Norma Hotmaida,
b’Robinson, b’Alfrento, k’Ridhe, k’Sulastri, b’Erwis, k’Nurcahaya,
b’Arnot, kakak ipar, abang ipar/Lae, dan keponakan-keponakan) yang
telah memberi dorongan, motivasi, serta yang menjadi penyemangat hidup
penulis.
9. Keluarga
besarku
dari
pihak
Ayahanda
dan
Ibunda
(Opung,
Tulang/Nantulang, Amg/Ing Tua, Amg/Ing Uda, sepupu-sepupuku)
10. Teman-teman seperjungan di Manajemen stambuk 2005 khususnya
(Rumiris, Rina, Irma T, Leonard-teman satu kamarku, Krisman, Octa,
Freddy, Togu, Alpa, Teguh, Leonardo G, Deniel, Aron, Hary, da_BfLT.Putri-Corry-Clara-Nila-Asrani-Elma-Dian, Rika Amanita, Corry S,
Triyanti, Irma S, Pestaria, Kristina, Enny, SasfEm-Maria-Dona-SarahVriescha-Desy, Hany, Purti T, Lidya, Fika, Ester S, Ester FI, Syahbrini,
Nova, Tovariga, Dinda, Tia, Wendy, Nurul, Herawati), dan bagi temanteman lainnya. Abang dan kakak senior serta adik-adik junior FE USU.
11. Sahabat-sahabatku (Linda, Limawati, Hotma, k’Dewi, Ripandu, Lilis n
tHe g3Nk, Fanny, Samuel, Naomy, Dina, Holong, Maria, Juni, Grace,
Sisca) yang telah banyak memberikan dorongan bagi penulis.
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
12. Teman-teman Sekost (Juanda, Chandra, Joshua, b’Aswin, b’Cristian) dan
teman-teman lainnya.
Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan peneliti selanjutnya.
Medan,
Maret 2009
Penulis
Anri Ayen Pane
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ..............................................................................
ii
DAFTAR ISI ............................................................................................
v
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................
B. Perumusan Masalah .........................................................................
C. Kerangka Konseptual ......................................................................
D. Hipotesis .........................................................................................
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ........................................................
1. Tujuan Penelitian ........................................................................
2. Manfaat Penelitian ......................................................................
F. Metode Penelitian ............................................................................
1. Batasan Operasional....................................................................
2. Defenisi Operasional Variabel.....................................................
3. Populasi dan Sampel ...................................................................
4. Teknik Pengumpulan Data ..........................................................
5. Tempat dan Waktu Penelitian .....................................................
6. Jenis Data ...................................................................................
7. Metode Analisis Data ..................................................................
1
7
8
11
12
12
12
13
13
13
18
19
19
20
20
BAB II URAIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahul .........................................................................
B. Harga Saham ..................................................................................
C. Risiko Sistematis ............................................................................
D. Nilai Tukar .....................................................................................
1. Jenis-jenis Sistem Nilai Tukar ....................................................
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Nilai Tukar ...........................
3. Hubungan Perubahan Nilai Tukar dengan Harga Saham ............
E. Suku Bunga .....................................................................................
1. Fungsi Suku Bunga dalam Perekonomian ..................................
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Suku Bunga ..........................
3. Hubungan Suku Bunga dengan Harga saham .............................
F. Inflasi .............................................................................................
G. Indeks Harga Saham........................................................................
26
27
29
31
31
33
35
35
35
36
36
37
40
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Pasar Modal Indonesia ................................................................... 42
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
B. Sejarah Pertekstilan Indonesia ........................................................
C. Gambaran Umum Industri Tekstil Indonesia ...................................
1. PT. Eratex Djaja Tbk .................................................................
2. PT. Ever Shine Textile I. Tbk .....................................................
3. PT. Panasia Indosyntex Tbk .......................................................
4. PT. Karwell Indonesia Tbk ........................................................
5. PT. Hanson International ...........................................................
6. PT. Panasia Filament Inti Tbk ....................................................
7. PT. Pan Brithers Tex Tbk ...........................................................
8. PT. Roda Vivatex Tbk ................................................................
44
45
45
45
46
46
47
47
48
48
BAB IV ANALISIS DAN EVALUASI
A. ANALISIS DESKRIPTIF ...............................................................
1. Deskripsi Harga Saham ..............................................................
2. Deskripsi Risiko Sistematis ........................................................
3. Deskripsi Nilai Tukar ..................................................................
4. Deskripsi Suku Bunga ................................................................
5. Deskripsi Inflasi .........................................................................
B. ANALISIS STATISTIK .................................................................
1. Analisis Regresi Berganda .........................................................
a. Uji Normalitas .......................................................................
b. Uji Heterokedastisitas ............................................................
c. Uji Autokorelasi ....................................................................
d. Uji Multikolinearitas .............................................................
2. Pengujian Hipotesis ...................................................................
a. Uji Serempak (Uji-F) .............................................................
b. Uji secara Parsial (Uji-t) ........................................................
1. Risiko Sistematis ..............................................................
2. Nilai Tukar .......................................................................
3. Suku Bunga ......................................................................
4. Inflasi ...............................................................................
49
49
51
54
56
58
60
60
63
64
66
67
69
69
71
71
73
74
75
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN .............................................................................. 77
B. SARAN .......................................................................................... 80
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................
ix
LAMPIRAN
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1
Tabel 1.2
Tabel 1.3
Tabel 1.4
Tabel 1.5
Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4
Tabel 4.5
Tabel 4.6
Tabel 4.7
Tabel 4.8
Tabel 4.9
Tabel 4.10
Tabel 4.11
Tabel 4.12
Harga Saham Industri Tekstil ...............................................
Indikator Ekonomi ................................................................
Jumlah Sampel Berdasarkan
Karakteristik Penarikan Sampel ..............................................
Sampel Penelitian ..................................................................
Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi ..................
Harga Saham pada Industri Tektsil
yang terdaftar di BEI Periode Tahun 2004-2007 ....................
Risiko Sistematis pada Industri Tektsil
yang terdaftar di BEI Periode Tahun 2004-2007 ....................
Nilai Tukar pada Industri Tektsil
yang terdaftar di BEI Periode Tahun 2004-2007 ....................
Suku Bungapada Industri Tektsil
yang terdaftar di BEI Periode Tahun 2004-2007 ....................
Inflasi pada Industri Tektsil
yang terdaftar di BEI Periode Tahun 2004-2007 ....................
Hasil Estimasi Regresi ...........................................................
Hasil Uji Kolmogorov Smirnov ..............................................
Hasil Uji Park Test ................................................................
Hasil Uji Durbin-Watson Test ...............................................
Hasil Uji Multikolinearitas ....................................................
Hasil Uji Simultan (Uji-F) .....................................................
Hasil Uji Parsial (Uji-t) .........................................................
3
5
18
19
23
49
51
54
56
58
60
63
66
67
68
69
71
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1
Gambar 4.1
Gambar 4.3
Kerangka Konseptual .......................................................... 11
Hasil Uji Normal P-P Plot of Regression
Standardized Residual ......................................................... 64
Hasil Scatterplot................................................................... 65
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka
panjang yang dapat diperjualbelikan. Menurut Jones (dalam Utami dan Mudjilah,
2003 : 125). Pasar modal dapat digunakan untuk memperoleh dan menyalurkan
dana, dimana terjadi alokasi dana dari pihak yang kelebihan dana yaitu investor
kepada pihak yang kekurangan dana yaitu emiten. Kehadiran pasar modal dapat
memperbanyak pilihan sumber dana bagi emiten, serta menambah pilihan
investasi bagi investor. Investasi meliputi saham, obligasi, valuta asing, deposito,
dan produk derivatif lainnya.
Menurut Buku Panduan Investasi di Pasar Modal Indonesia (2003), saham
adalah sertifikat yang menunjukkan bukti kepemilikan suatu perusahaan, dan
pemegang saham memiliki hak klaim atas penghasilan dan aktiva perusahaan.
Harga sebuah saham sangat dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran,
harga suatu saham akan cenderung naik bila suatu saham mengalami kelebihan
permintaan dan cenderung turun jika terjadi kelebihan penawaran (Dedi dan
Riyatno, 2007 : 26)
Industri tekstil Indonesia merupakan salah satu industri prioritas nasional
yang masih prospektif untuk dikembangkan. Dengan populasi lebih dari 230 juta
penduduk, Indonesia menjadi pasar yang sangat potensial. Industri tekstil
merupakan industri padat karya, yang sedikitnya telah menyerap 1,8 juta tenaga
kerja. Dari sisi tenaga kerja, pengembangan atau penambahan kapasitas industri
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
dapat dengan mudah terakomodasi oleh melimpahnya tenaga kerja dan dengan
tingkat upah yang lebih kompetitif, khususnya dibandingkan dengan kondisi di
negara industri maju. Industri tekstil adalah industri yang berorientasi ekspor yang
merupakan sektor perusahaan manufaktur (www.textile.web.id)
Produk tekstil Indonesia di pasar global masih cukup diperhitungkan. Tahun
2006, Indonesia masuk dalam jajaran 10 negara pengekspor Tekstil dan Produk
Tekstil (TPT) terbesar dunia. Indonesia menempati posisi keempat dalam ekspor
tekstil dengan nilai US$ 3,9 miliar. Tahun 2007 kinerja ekspor diperkirakan
mencapai US$ 9,9 miliar, meningkat sekitar 9% dibandingkan tahun sebelumnya
sebesar US$ 9,2 milyar, sehingga industri tekstil masih menjadi penyumbang
devisa non-migas terbesar. Namun demikian, industri tekstil masih menghadapi
berbagai hambatan dan kendala, antara lain dengan maraknya produk impor
terutama dari China,
baik
yang
masuk
secara
legal
maupun
illegal
(www.mediadata.co.id).
Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat memberikan dampak yang
berbeda-beda
pada
pertumbuhan
suatu
perusahaan.
Pertumbuhan
suatu
perusahaan dapat dilihat dari harga saham perusahaan tersebut. Harga saham
sangat dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran, harga suatu saham
akan cenderung naik bila suatu saham mengalami kelebihan permintaan dan
cenderung turun jika terjadi kelebihan penawaran. Menurut Boedie at al (dalam
Utami dan Mudjilah, 2003) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi harga
saham yaitu profitabilitas, suku bunga, inflasi, nilai tukar, tingkat pengangguran,
transaksi berjalan, defisit anggaran..
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Kondisi perekonomian Indonesia secara makro dapat menjadi bahan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan investor atas penempatan dananya
pada suatu jenis sektor usaha. Meskipun ada perbaikan yang cukup berarti, harus
diakui bahwa peran sektor industri dalam ekonomi nasional masih lebih rendah
dibandingkan dengan kondisi sebelum krisis.
Pada beberapa tahun terakhir, perusahaan Tekstil Indonesia ada yang
pertumbuhan dan ada pula yang mengalami kemerosotan dilihat dari harga
sahamnya, seperti pada Tabel 1.1 .
No
Emiten
Tabel 1.1
Harga Saham Industri Tekstil
Tahun
Keterangan
2003
2004
2005
2006
2007
1
ERTX
210
130
100
140
190
Berfluktuasi
2
RDTX
900
405
375
380
355
Berfluktuasi
Sumber : www.idx.co.id (1/10/2008, diolah)
Berdasarkan Tabel 1.1 diketahui bahwa saham seluruh emiten yang terdiri
dari ERTX, RDTX berfluktuasi. Harga saham emiten ERTX (Eratex Djaja Tbk)
mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Pada tahun 2004, harga sahamnya
mengalami depresiasi sebesar 38.1%, pada tahun 2005 mengalami depresiasi
sebesar 23,1% dibandingkan tahun 2004, dan pada tahun selanjutnya saham
emiten ERTX mengalami apresiasi, yaitu sebesar 40% tahun 2006 dan pada tahun
2007 sebesar 35,7%. Investor lebih tertarik untuk menanamkan modalnya apabila
harga saham suatu emiten mengalami apresiasi lebih besar dibandingakan
depresiasi yang dialami
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Harga saham emiten RDTX (PT. Roda Vivatex Tbk.) pada tahun 2004
mengalami depresiasi sebesar 55,00%, dan pada tahun 2005 juga mengalami
depresiasi sebesar 7,41%. Pada tahun 2006 harga saham emiten RDTX
mengalami apresiasi sebesar 1,33%, sedangkan pada tahun 2007, harga saham
emiten RDTX mengalami depresiasi sebesar 6,58%.
Pada umumnya hampir semua investasi yang meliputi saham, obligasi,
valuta asing, deposito, dan derivatif lainnya mengandung unsur ketidakpastian
(uncertainty) yang sering disebut risiko. Akan tetapi, saham merupakan sekuritas
yang mempunyai risiko yang tinggi dibandingkan dengan sekuritas yang lain
(Haryanto dan Riyatno, 2007:24). Ada dua jenis risiko, yaitu risiko sistematis dan
nonsistematis. Risiko sistematis yaitu risiko yang tidak dapat didiversifikasi atau
yang tidak dapat dihilangkan. Apabila risiko sistematis muncul, maka semua jenis
saham terkena dampaknya sehingga investasi dalam satu jenis saham atau lebih
tidak dapat mengurangi kerugian. Misalnya risiko yang ditimbulkan oleh
ekonomi, sosial, politik. Risiko nonsistematis yaitu risiko yang dapat
didiversifikasi atau risiko yang
dapat dihilangkan dan tidak relevan pada
peramalan investor atas return masa yang akan datang.
Seorang investor haruslah mampu menghadapi risiko dari dana yang
diinvestasikannya, akan tetapi di sisi lain investor juga dihadapkan pada peluang
mendapatkan return yang lebih besar pada waktu yang sangat singkat. Apabila
investor ingin mengharapkan return yang lebih tinggi maka harus bersedia
menanggung risiko yang lebih tinggi juga, hal tersebut sesuai dengan “high risk
high return” (Samsul, 2006:289).
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Kondisi perekonomian Indonesia tahun 2003-2007 mengalami peningkatan
yang diwujudkan kinerja indikator makro ekonomi yang semakin membaik yang
dapat juga berpengaruh terhadap industri Tekstil yang tercermin dari harga saham
setiap perusahaan. Hal tersebut ditunjukkan pada Tabel 1.2
No
Indikator
Tabel 1.2
Indikator Ekonomi
Tahun
2003
2004
2005
2006
2007
1
Inflasi
6,25 %
6.40 %
17.11 %
6.60 %
6.59 %
2
Suku Bunga
10,09%
8,29 %
7,42 %
12, 75%
9,75 %
3
Nilai Tukar
8.574
8.929
9.709
9.163
9.144
Sumber : www.bi.go.id (1/10/2008, diolah).
Berdasarkan Tabel 1.2 dapat diketahui bahwa inflasi yang terjadi selama
lima tahun tersebut mengalami fluktuasi. Inflasi merupakan kecenderungan
terjadinya peningkatan harga produk secara keseluruhan ( Tandelilin,2001:212 ).
Inflasi akan menyebabkan terjadinya kenaikan suku bunga perusahaan yang pada
akhirnya juga akan menyebabkan hutang pada pihak ketiga berupa beban bunga
akan menjadi meningkat. Pada tahun 2004 inflasi menjadi 6,40 %, dan pada tahun
2005 inflasi Indonesia naik tajam menjadi 17,11%. Setelah pada tahun 2006,
inflasi kembali menurun menjadi 6,60% dan pada Desember 2007, inflasi menjadi
6,59% .
Suku bunga adalah harga yang harus dibayar atas modal yang atas modal
pinjaman, dan dividen serta keuntungan modal yang merupakan hasil dari modal
ekuitas (Brigham (2001 : 158). Suku bunga yang berlaku di Indonesia selama lima
tahun terakhir mengalami fluktuasi. Akan tetapi, setelah Suku bunga dikendalikan
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
oleh Bank Indonesia, maka fluktuasi suku bunga sudah terkendali. Suku bunga
pada tahun 2004 sebesar 8,29% lebih rendah dibandingkan suku bunga pada
tahun 2003 yang mencapai 10,09%. Pada tahun 2005 suku bunga juga menurun
yaitu 7,42% dibandingkan pada tahun 2004. Pada tahun 2006, suku bunga
Indonesia naik menjadi 12,75% dan pada tahun 2007 turun menjadi yang menjadi
9, 75 % .
Nilai tukar merupakan harga mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam
mata uang negara lainnya. Berdasarkan Tabel 1.2 dapat diketahui bahwa selama
lima tahun terakhir, rata-rata nilai tukar rupiah Indonesia berfluktuasi terhadap
dolar US. Pada tahun 2004, rata-rata nilai tukar mengalami depresiasi (pelemahan
nilai tukar) sebesar 4,14% dibandingkan pada tahun 2003. Pada tahun 2005, nilai
tukar rupiah juga mengalami depresiasi sebesar 8,74% dibandingkan tahun 2004.
Pada tahun 2006, rupiah Indonesia mengalami apresiasi (penguatan nilai tukar)
sebesar 5,62% apabila dibandingkan rata-rata nilai tukar pada tahun 2005. Pada
tahun 2007, rupiah Indonesia juga mengalami apresiasi terhadap dolar US sebesar
0,21% apabila dibandingkan tahun 2006.
Nilai tukar rupiah Indonesia mengalami apresiasi terhadap dolar US berarti
jumlah rupiah yang dikeluarkan untuk mendapatkan dolar US lebih sedikit
dibandingkan jumlah rupiah yang dikeluarkan pada periode sebelumnya.
Sebaliknya, apabila nilai tukar rupiah Indonesia mengalami depresiasi terhadap
dolar US berarti jumlah rupiah yang dikeluarkan untuk mendapatkan dolar US
lebih banyak dibandingkan jumlah rupiah yang dikeluarkan pada periode
sebelumnya.
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Fluktuasi nilai tukar dapat menjadi pertimbangan bagi para investor.
Apabila nilai tukar mata uang suatu negara berfluktuasi tajam dan mengalami
apresiasi, maka investor cenderung tidak tertarik berinvestasi di negara tersebut.
Apabila mata uang suatu negara berfluktuasi tidak terlalu tajam dan mengalami
apresiasi, maka investor cenderung lebih tertarik berinvestasi di negara tersebut.
Investor lebih tertarik lagi, apabila nilai tukar suatu negara terus tidak
terdepresiasi, akan tetapi kejadian tersebut tidak pernah terjadi karena harga
saham dapat berubah sewaktu-waktu, dan harga saham dipengaruhi banyak faktor.
Pasar modal Indonesia yang semakin berkembang, menuntut pengetahuan
yang baik dalam berinvestasi saham di pasar modal, sehingga penulis mencoba
meneliti pengaruh risiko sistematis, nilai tukar, suku bunga, dan inflasi terhadap
harga saham. Penelitian ini melibatkan industri Tekstil yaitu dengan judul
“ Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Inflasi terhadap
Harga Saham pada Industri Tekstil di Bursa Efek Indonesia ”.
B.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka
dirumuskan masalah sebagai berikut :
a.
Apakah terdapat pengaruh yang signifikan secara simultan antara
Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Inflasi terhadap
Harga Saham Industri Tekstil di Bursa Efek Indonesia ?
b.
Apakah terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara Risiko
Sistematis, Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Inflasi terhadap Harga
Saham Industri Tekstil di Bursa Efek Indonesia ?
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
C.
Kerangka Konseptual
Harga saham sangat dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran,
harga suatu saham akan cenderung naik bila suatu saham mengalami kelebihan
permintaan dan cenderung turun jika terjadi kelebihan penawaran. Menurut
Boedie et. al. (dalam Utami dan Mudjilah, 2003) menyatakan bahwa faktor yang
mempengaruhi harga saham yaitu profitabilitas, suku bunga, inflasi, nilai tukar,
tingkat pengangguran, transaksi berjalan, defisit anggaran.
Variabel profitabilitas tidak dimasukkan dalam penelitian ini karena sudah
banyak penelitian yang membuktikan bahwa analisis fundamental mempunyai
pengaruh terhadap harga saham. Variabel tingkat pengangguran juga tidak
dimasukkan dalam penelitian ini karena sudah tercakup pada tingkat inflasi
sebagaimana dikatakan oleh Samuelson (dalam Utami dan Mudjilah, 2003),
yakni: “the phillip curve illustrates the trade-off theory of inflation. According to
this view, a nation can buy a lower level of unemployment if is willing to pay the
price level of inflation”. Selain itu transaksi berjalan juga diabaikan karena sudah
tercakup dalam nilai tukar sebagaimana diungkapkan oleh Samuelson; bahwa
pergerakan nilai tukar akan terus berlanjut sampai neraca modal dan neraca
berjalan kembali dalam posisi keseimbangan.
Defisit anggaran tidak digunakan dalam penelitian ini yaitu karena defisit
anggaran terjadi bila pengeluaran pemerintah lebih besar dari penerimaan pajak.
Bila defisit anggaran ini ditutup dengan cara menerbitkan obligasi pada pasar
modal maka secara otomatis harga saham akan terpengaruh. Namun defisit
anggaran yang terjadi di Indonesia ditutup dengan utang luar negeri sehingga
tidak ada dampak langsung terhadap harga saham.
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Nilai tukar merupakan harga mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam
mata uang negara lainnya (Sukirno, 2004 : 397), maksudnya mengukur nilai suatu
valuta suatu negara dari perspektif valuta negara lain. Hubungan nilai tukar
dengan harga saham adalah berlawanan arah (negatif) dimana pada saat nilai tukar
terdepresiasi maka harga saham naik, dan pada saat nilai tukar megalami apresiasi
maka harga saham turun.
Banyak penelitian menemukan bahwa di dalam kondisi yang normal dimana
fluktuasi nilai tukar yang tidak terlalu tinggi, hubungan perubahan nilai tukar
terhadap harga saham adalah positif. Namun, apabila terjadi depresiasi ataupun
apresiasi nilai tukar maka hubungan nilai tukar dengan harga saham adalah
negatif. Nilai tukar dimasukkan dalam penelitan ini karena nilai tukar saat ini
sering berfluktuasi yang dapat mengakibatkan pasar modal Indonesia mengalami
kemunduran yang berdampak terhadap perekonomian Indonesia. Dan adanya
perbedaan pendapat hubungan antara nilai tukar dengan harga saham.
Inflasi merupakan kecenderungan terjadinya peningkatan harga produk
secara keseluruhan ( Tandelilin,2001:212 ). Kenaikan harga dari satu atau dua
barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau
mengakibatkan kenaikan) kepada barang lainnya. Inflasi akan menyebabkan
terjadinya kenaikan suku bunga perusahaan yang pada akhirnya juga akan
menyebabkan hutang pada pihak ketiga berupa beban bunga akan menjadi
meningkat.
Perubahan suku bunga dapat mempengaruhi variabilitas return
suatu
investasi yang tercemin akibat perubahan harga saham (Tandelilin, 2001:48-49).
Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara terbalik ceterus
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
paribus. Apabila suku bunga meningkat maka harga saham akan turun, hal
tersebut dapat terjadi karena investor akan lebih tertarik terhadap investasi yang
terkait dengan suku bunga (misalnya deposito) dengan cara memindahkan
investasinya dari saham.
Risiko sistematis menurut James dan Ross (Tandelilin, 2001) yaitu “a
sistematic risk is any risk that effects a large number of assets, each to a greater
or lesser degree”. Risiko pasar berhubungan dengan perubahan yang terjadi di
pasar secara keseluruhan, perubahan tersebut akan mempengaruhi variabilitas
return suatu investasi. Risiko sistematis diukur melalui indeks beta. Indeks beta
adalah angka yang menunjukkan tingkat sensitivitas suatu saham terhadap kondisi
pasar secara umum atau mengukur sampai sejauh mana harga saham individual
berfluktuasi bersamaan dengan berfluktuasinya harga pasar. Beta merupakan
pengukur volatilitas (votality) return suatu sekuritas atau potofolio terhadap return
pasar. Dengan demikian, beta merupakan risiko sistematik (systematic risk) dari
suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap risiko pasar (Jogiyanto, 2003 :
265-266).
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan
sebelumnya, maka variabel yang mempengaruhi harga saham digunakan dalam
penelitian ini yaitu risiko sistematis dan nilai tukar. Kerangka konseptual dapat
digambarkan pada Gambar 1.1
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
RESIKO
SISTEMATIS
(X1)
NILAI TUKAR
(X2)
HARGA SAHAM
(Y)
SUKU BUNGA
(X3)
INFLASI
(X4)
Gambar 1.1 : Kerangka Konseptual
Sumber : Utami dan Mudjilah, 2003 (1/10/2008, diolah)
D.
Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian, oleh karena itu jawaban yang diberikan masih berdasar pada teori yang
relevan dan belum didasarkan pada faktor-faktor empiris yang diperoleh melalui
pengumpulan data (Sugiyono, 2005:51). Hipotesis tersebut tentang perilaku,
fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi.
Berdasarkan perumusan masalah yang diuraikan pada rumusan masalah,
maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut :
1.
Faktor Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Suku Bunga, dan Inflasi
mempunyai pengaruh yang signifikan secara simultan terhadap Harga
Saham Industri Tekstil di Bursa Efek Indonesia.
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
2.
Faktor Risiko Sistematis, Nilai Tukar, dan Inflasi mempunyai pengaruh
yang signifikan secara parsial terhadap Harga Saham Industri Tekstil di
Bursa Efek Indonesia.
E.
Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
a.
Menguji dan menganalisis pengaruh antara variabel risiko sistematis,
nilai tukar, suku bunga, dan inflasi terhadap harga saham Industri
Tekstil di Bursa Efek Indonesia secara simultan.
b. Menguji dan menganalisis pengaruh antara variabel risiko sistematis,
nilai tukar, suku bunga, dan inflasi terhadap harga saham Industri
Tekstil di Bursa Efek Indonesia secara parsial.
2. Manfaat Penelitian
a. Bagi Investor
Penelitian
ini
bermanfaat
untuk
bahan
pertimbangan
dan
rekomendasi dalam pengambilan keputusan melakukan investasi
pada saham industri Tekstil di Bursa Efek Indonesia.
b. Bagi Peneliti lain
Penelitian ini dapat bermanfaat menambah pengetahuan serta dapat
memberikan informasi sebagai referensi atau perbandingan bagi
peneliti lain dalam penelitian mengenai Risiko Sistematis, Nilai
Tukar, Suku Bunga, Inflasi, dan Harga Saham pada ruang lingkup
dan kajian yang lebih luas.
c. Bagi Penulis
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Penelitian ini bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan
dan menambah wawasan penulis dalam bidang keuangan khususnya
yang menyangkut Risiko Sistematis dan Nilai Tukar, Suku Bunga,
Inflasi, dan Harga Saham.
F.
Metodologi Penelitian
1.
Batasan Operasional
Adapun yang menjadi batasan operasional dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
a.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 bagian,
yaitu :
1. Variabel Bebas (Independent variable) yang terdiri dari risiko
sistematis, nilai tukar, suku bunga, dan inflasi.
2. Variabel Terikat (Dependent variable) yaitu harga saham.
b.
Perusahaan yang menjadi sampel penelitian adalah perusahaan Tekstil
yang terdaftar di BEI selama tahun 2004-2007.
c.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Data laporan keuangan dan harga saham perusahaan yang termasuk
dalam Industri Tekstil di BEI tahun 2004-2007 serta data Indeks
Harga Saham Gabungan yang dipublikasikan BEI.
2. Data Nilai Tukar, Suku Bunga, Inflasi pada tahun 2004-2007 yang
dipublikasikan Bank Indonesia.
2.
Definisi Operasional Variabel
Definisi operasional variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
a.
Variabel Terikat (Dependent Variable) (Y)
Variabel terikat yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga saham
masing-masing perusahaan yang termasuk industri Tekstil yang terdaftar di
BEI. Harga saham dihitung dari harga saham penutupan (closing price) pada
setiap hari transaksi yang dikalkulasikan menjadi rata-rata bulanan dan
menjadi rata-rata tahunan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
b.
Rata-rata harga saham bulanan =
∑ h arg a saham harian
∑ hari transaksi
Rata-rata harga saham tahunan =
∑ h arg a saham bulanan
12
Variabel Bebas (Independent Variable)
1.
Risiko Sistematis (beta = β ) (X1)
Beta merupakan suatu pengukur volatilitas (volatility) return suatu
saham atau portofolio terhadap return pasar (indeks pasar). Dengan
demikian Beta merupakan pengukur risiko sistematik (systematic risk)
dari suatu sekuritas atau saham relatif terhadap resiko pasar, atau
hubungan antara tingkat hasil aset beresiko terhadap tingkat hasil
pasar. Dalam menghitung nilai beta, terlebih dahulu dilakukan
perhitungan terhadap return pasar ( Rmt ) dan return saham individual
( Rit ).
Rmt diperoleh dari return indeks harga saham gabungan (IHSG)
dengan menggunakan rumus (Jogiyanto, 2003:232):
Rmt =
IHSGt − IHSGt −1
IHSGt −1
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Dimana : Rmt
IHSGt
= ingkat return pasar pada bulan ke-t
= indeks harga saham gabungan pada bulan ke-t
IHSGt −1 = indeks harga saham gabungan sebelum bulan ke- t
Return saham merupakan return suatu saham adalah hasil yang
diperoleh dari investasi dengan cara menghitung selisih harga saham
periode berjalan dengan periode sebelumnya dengan mengabaikan
dividen, diperoleh dengan menggunakan rumus (Jogiyanto, 2003
:110):
Rit =
Dimana, Rit
Pt − Pt −1
tt −1
= return saham individual bulan ke-t
Pt
= harga saham pada bulan ke-t
Pt −1
= harga saham sebelum bulan ke-t
Selanjutnya Beta ( β ) pada masing-masing perusahaan dihitung
dengan menggunakan model linier sederhana sebagai berikut
(Jogiyanto, 2003:233):
Rit = αi + β i.Rmt + e
βi =
Dimana,
n ∑ Rmt × Rit − ∑ Rmt ∑ Rit
2
n ∑ Rmt − (∑ Rmt ) 2
n
= jumlah sampel
βi
= risiko sistematis
Rmt
= tingkat return pasar bulan ke t
Rit
= return saham individual bulan ke t
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
e
= kesalahan residul (residual error)
αi
= nilai ekspektasi dari return saham terhadap
return pasar.
2.
Nilai Tukar (X2)
Nilai tukar merupakan harga mata uang suatu negara yang dinyatakan
dalam mata uang negara lainnya (Sukirno, 2004:397), maksudnya
mengukur nilai suatu valuta suatu negara dari perspektif valuta negara
lain. Nilai tukar diukur dari perubahan nilai tukar mata uang rupiah
Indonesia terhadap dolar Amerika Serikat setelah disesuaikan dengan
tingkat
inflasi
(dalam
Utami
dan
Mudjilah,
2003),
dengan
menggunakan rumus :
Rata-rata nilai tukar tahunan =
∑ nilai tukar bulanan
12
Fluktuasi nilai tukar akan berpengaruh terhadap total pendapatan
operasional sebagai hasil dari keuntungan. Oleh karena itu, maka ratarata nilai tukar akan dikaitkan dengan gross profit pada laporan
keuangan masing-masing perusahaan.
Dapat digunakan rumus sebagai berikut :
=
3.
Gross profit
rata − rata nilai tukar tahunan
Suku Bunga (X3)
Suku bunga yaitu berupa suku bunga riil yang dihitung dariperubahan
suku bunga SBI jangka waktu satu
bulan yang telah disesuaikan
dengan tingkat inflasi (Utami dan Rahayu, 2003), yang dihitung
dengan menggunakan rumus :
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Rata-rata suku bunga tahunan =
∑ suku bunga bulanan
12
Perubahan tingkat suku bunga akan berpengaruh terhadap hutang
masing-masing perusahaan kepada pihak ketiga (liabilities). Sehingga
akan didapat perubahan tingkat suku bunga yang berbeda dari masingmasing perusahaan, dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
= Rata-rata suku bunga tahunan x Total Liabilities
4.
Inflasi (X4)
Inflasi merupakan kecenderungan terjadinya peningkatan harga produk
secara
keseluruhan
(Tandelilin,2001:212).
Data
inflasi
yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah data perbulan yang kemudian
dirata-ratakan menjadi data tahunan dengan menggunakan rumus :
Rata-rata inflasi tahunan =
∑ Inflasi perbulan
12
Inflasi akan menyebabkan terjadinya kenaikan suku bunga perusahaan
yang pada akhirnya juga akan menyebabkan hutang industri tekstil
pada pihak ketiga berupa beban bunga akan menjadi meningkat. Oleh
karena itu, rata-rata inflasi tahun ini akan dikaitkan dengan beban
bunga (interest expense) masing-masing perusahaan, dirumuskan
sebagai berikut :
= Rata-rata inflasi tahunan x Interest expense
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
3.
Populasi dan Sampel
Populasi yang digunakan dalam penellitian ini yaitu perusahaan tekstil yang
listing atau yang terdaftar di BEI selama periode tahun 2004-2007. Pengambilan
sampel penelitian menggunakan metode non probabality sampling dengan cara
purposive sampling yaitu penentuan sampel dengan menggunakan karakteristik
tertentu (Sugiyono, 2005:87). Kriteria penarikan sampel dalam penelitian ini :
a.
Perusahaan Tekstil yang terdaftar di BEI dan tidak pernah (suspend).
b.
Perusahaan Tekstil yang mempublikasikan laporan keuangan pertahun
dan dalam satuan rupiah selama periode tahun 2004-2007.
c.
Perusahaan Tekstil yang mempublikasikan harga saham perbulan
selama periode tahun 2004-2007.
No
Tabel 1.3
Jumlah Sampel Berdasarkan Karateristik Penarikan Sampel
Jumlah
Karakteristik Perusahaan
1
Perusahaan Tekstil yang terdaftar di BEI tahun 2004-2007
20
2
Perusahaan pernah di-suspend selama tahun 2004 – 2007
(3)
3
Perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan keuangan
(4)
pertahun dan tidak dalam satuan rupiah selama periode tahun
2004-2007
5
Perusahaan yang tidak mempublikasikan harga saham perbulan
Jumlah Sampel
(5)
8
Sumber: www.idx.co.id (1/10/2008, diolah)
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Berdasarkan karateristik penarikan sampel pada Tabel 1.3 , maka diperoleh
sampel penelitian sebanyak 8 perusahaan Tekstil. Adapun perusahaan yang
dijadikan sebagai sampel adalah pada Tabel 1.4 .
Tabel 1.4
Sampel penelitian
No
Kode Emiten
Nama Emiten
Tanggal Listing
1
ERTX
Eratex Djaja Tbk
21 Agustus 1990
2
ESTI
Ever Shine Textile I. Tbk
13 Oktober 1992
3
HDTX
Panasia Indosyntex Tbk
06 Juni 1990
4
KARW
Karwell Indonesia Tbk
20 Desember 1994
5
MYRX
Hanson International Tbk
31 Oktober 1990
6
PAFI
Panasia Filament Inti Tbk
22 Juli 1997
7
PBRX
Pan Brothers Tex Tbk
16 Agustus 1990
8
RDTX
Roda Vivatex Tbk
14 Mei 1990
Sumber: www.idx.co.id
4.
(1/10/2008, diolah)
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumentasi dengan
mengumpulkan data pendukung literatur, jurnal, dan buku-buku referensi
untuk mendapatkan gambaran masalah yang diteliti serta mengumpulkan
data sekunder yang relevan dari laporan yang dipublikasikan Bursa Efek
Indonesia dan Bank Indonesia.
5.
Tempat dan Waktu Penelitian
a.
Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di BEI
melalui situs
www.bi.go.id
dan
www.idx.co.id
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
b.
Waktu Penelitian
Waktu penelitian yaitu dimulai pada bulan Agustus 2008 sampai bulan
Februari 2009.
6.
Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif
yang bersumber dari data sekunder. Data sekunder yaitu berasal dari
publikasi Bursa Efek Indonesia tentang data emiten, laporan-laporan yang
dipublikasikan oleh Bank Indonesia, berbagai hasil penelitian dan buku
referensi, jurnal-jurnal, majalah-majalah, laporan harga saham yang terdapat
di Bursa Efek Indonesia.
7.
Metode Analisis Data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis deskriptif dan metode analisis statistik.
A
Metode analisis deskriptif
Metode analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data-data
yang dikumpulkan, diklasifikasikan, dianalisis, dan diinterpretasikan secara
objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang
dibahas.
B
Metode analisis statistik
1.
Analisis Regresi Linear Berganda
Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh
dari risiko sistematis, nilai tukar, suku bunga, dan inflasi terhadap harga
saham. Model yang digunakan adalah sebagai berikut :
Y = a + b1 X1 + b 2X2 + b3 X 3+ b4 X4 + e
Dimana :Y
= Harga saham
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
X1
= Resiko sistematis (beta = βi )
X2
= Nilai Tukar
X3
= Suku Bunga
X4
= Inflasi
b1
= Koefisien regresi variabel X1
b2
= Koefisien regresi variabel X2
b3
= Koefisien regresi variabel X3
b4
= Koefisien regresi variabel X4
e
= Standard error
Sebelum melakukan analisis regresi, agar didapat perkiraan yang efisien dan
tidak bias maka dilakukan pengujian asumsi klasik. Ada beberapa kriteria
persyaratan asumsi klasik yang harus dipenuhi, yaitu:
a.
Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengtahui apakah dalam sebuah model
regresi, variabel independen dan variabel dependen atau keduanya berdistribusi
normal atau tidak. Model yang paling baik hendaknya berdistribusi data normal
atau mendekati normal (Situmorang at al, 2008:55-62). Metode yang digunakan
untuk menguji normalitas adalah dengan menggunakan Uji Kolmogrov Smirnov
terhadap nilai standar residual hasil persamaan regresi. Apabila probabilitas hasil
Uji Kolmogrov Smirnov lebih besar dari 5%, maka data berdistribusi normal, dan
demikian sebaliknya. Selain itu, deteksi normalitas dapat dilakukan dengan
melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik Normal P-P Plot
of Regression Standardized Residual. Apabila data menyebar di sekitar garis
diagonal, maka regresi memenuhi asumsi normalitas. Namun jika data menyebar
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
jauh dari garis diagonal atau titik tidak mengikuti arah garis diagonal maka regresi
tidak memenuhi asumsi normalitas.
b.
Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain (Situmorang at al, 2008:62-77). Jika varians dari residual
satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut homokedastisitas,
sementara jika berbeda disebut heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah
yang homokedastisitas atau tidak terjadi heterokedastisitas. Analisis ini dilakukan
dengan mendeteksi keberadaan heterokedastisitas, yaitu dengan metode informal
dan metode formal. Metode informal biasanya dilakukan dengan metode grafik
yaitu menggunakan grafik Scatterplot, dimana apabila data yang berbentuk titiktitik membentuk pola maka tidak terjadi heterokedastisitas, sementara apabila data
menyebar maka terjadi masalah heterokedastisitas.
Sedangkan metode formal dapat dilakukan dengan Park Test, Glejser Test,
Spearman’s Rank Correlation Test, Golfeld Quant Test, Breusch-Pagan-Godfrey
Test, Mwite’s General Heteroscedasticity Test, dan Koenker-Basset Test. Dalam
penelitian ini, metode formal yang dilakukan adalah Park Test atau uji Park
dengan melihat signifikansi variabel bebas pada tabel. Apabila sig.variabel
independent (bebas) pada tabel lebih besar dari 5% (0,05) berarti data tidak
terkena heterokedastisitas.
c.
Uji Autokolerasi
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi linear
terdapat hubungan yang kuat baik positif maupun negatif antardata yang ada pada
variabel-variabel penelitian (Situmorang at al, 2008:78-95). Model regresi yang
baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi, dengan demikian dapat
dikatakan bahwa autokorelasi terjadi apabila observasi yang berturut-turut
sepanjang waktu mempunyai korelasi antara satu dengan yang lainnya. Untuk
menguji ada atau tidaknya autokorelasi dalam suatu model regresi, maka dapat
dilakukan dengan menggunakan Test Runs, Test Durbin-Watson, The BreuschGodfrey (BG) Test, dan Uji Statistik Q: Box Pierce - Ljung Box. Metode yang
dilakukan untuk menguji ada atau tidaknya autokorelasi dalam suatu model
regresi yaitu dengan melakukan Durbin-Watson Test (DW) yang diberi simbol d.
Tabel 1.5
Kriteria Pengambilan Keputusan Uji Autokorelasi
Hipotesis nol
Keputusan
Jika
d.
Tidak ada autokorelasi positif
Tidak ada autokorelasi positif
Tolak
No decision
0 < d < dl
dl ≤ d ≤ du
Tidak ada korelasi negatif
Tolak
4 − dl < d < 4
Tidak ada korelasi negatif
No decision
4 − du ≤ d ≤ 4 − dl
Tidak ada autokorelasi, positif Tidak
atau negatif
ditolak
Sumber: Situmorang at al (2008:86)
Keterangan : du = batas atas
dl
= batas bawah
Uji Multikolinearitas
du < d < 4 − du
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi linear
ditemukan adanya korelasi yang tinggi diantara variabel bebas (Situmorang at al,
2008:96106). Apabila terdapat korelasi antara variabel bebas, maka terjadi
multikolinearitas, demikan juga sebaliknya apabila tidak terdapat korelasi antara
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
variabel bebas, maka tidak terjadi multikolinearitas. Untuk mengetahui ada
tidaknya gejala multikolineritas dapat dilihat dari besarnya nilai Variance
Inflation Factor (VIF) dengan ketentuan :
Bila VIF > 5 maka terdapat masalah multikolinearitas yang serius.
Bila VIF< 5 maka tidak terdapat masalah multikolinearitas yang serius.
2.
Pengujian Hipotesis
a.
Uji Serempak (Uji-F)
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas
secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
terikat. Bentuk pengujian :
H0 : b1 = b2 = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan secara
simultan antara risiko sistematis, nilai tukar, suku bunga, dan inflasi
terhadap harga saham Indutri Tekstil di BEI.
H1 : b1 ≠ b2 ≠ 0, artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara
simultan antara risiko sistematis, nilai tukar, suku bunga, dan inflasi
terhadap harga saham Indutri Tekstil di BEI.
Pada penelitian ini nilai Fhitung akan dibandingkan dengan Ftabel pada tingkat
signifikan (α ) = 5%. Kriteria penilaian hipotesis pada uji-F:
H1 ditolak (H0 diterima) jika Fhitung ≤ Ftabel pada α = 5%
H1 diterima (H0 ditolak) jika Fhitung > Ftabel pada α = 5%
b.
Uji Secara Parsial (Uji-t)
Pengujian ini dilakukan untuk menguji apakah setiap variabel bebas secara
parsial atau terpisah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
terikat. Bentuk pengujian :
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
H0 : bi = 0, artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari risiko
sistematis, nilai tukar, suku bunga, dan inflasi terhadap harga saham
Indutri Tekstil di BEI.
H1 : bi ≠ 0 , artinya terdapat pengaruh yang signifikan dari risiko
sistematis, nilai tukar, suku sbunga, dan inflasi terhadap harga saham
IndutriTekstil di BEI.
Pada penelitian ini nilai thitung akan dibandingkan dengan ttabel pada tingkat
signifikan (α ) = 5%. Kriteria pengambilan keputusan pada uji-t ini adalah :
H1 ditolak (H0 diterima) jika : - ttabel ≤ thitung ≤ ttabel
H1 diterima (H0 ditolak) jika : ttabel < - thitung atau thitung > ttabel
Pengujian asumsi klasik dilakukan untuk mendapatkan hasil penelitian yang
BLUE (Best Linier Unbiased Estimation). Dalam menganalisi data, penulis
menggunakan program Software SPSS (Statistic Package for the Social Sciens)
14.00 for windows.
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
BAB II
URAIAN TEORITIS
A.
Penelitian Terdahulu
Penelitian yang dilakukan oleh Elisabeth tahun 2007 dengan judul
“Pengaruh Resiko Sistematis dan Makro Ekonomi terhadap Harga Saham
Perusahaan Perbankan di BEJ”. Variabel makro ekonomi yang diteliti terdiri dari;
nilai tukar, GDP, suku bunga, dan inflasi. Hasil dari penelitian menemukan bahwa
resiko sistematis dan makro ekonomi memiliki pengaruh signifikan secara
simultan terhadap harga saham. Variable GDP dan nilai tukar memiliki pengaruh
yang signifikan terhadap harga saham secara parsial sedangkan variabel resiko
sistematis, inflasi, dan suku bunga tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap harga saham secara parsial.
Penelitian yang dilakukan oleh Mudji Utami dan Rahayu Mudjilah tahun
2003 dengan judul “Peranan Profitabilitas, Suku Bunga, Inflasi dan Nilai Tukar
dalam Mempengaruhi Pasar Modal Indonesia Selama Krisis Ekonomi”. Hasil
penelitian membuktikan bahwa perubahan profitabilitas, suku bunga, inflasi dan
nilai tukar mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap perubahan harga
saham badan usaha selama periode krisis ekonomi. Secara parsial hanya suku
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
bunga dan nilai tukar mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap harga
saham selama periode krisis ekonomi tersebut.
Penelitian yang dilakukan oleh M.Y. Dedi Haryanto dan Riyatno pada tahun
2007 dengan judul ”Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia dan Nilai
Kurs terhadap Risiko Sistematik Saham Perusahaan di BEJ”. Sampel yang
digunakan dikelompokkan menjadi perusahaan manufaktur dan non-manufaktur.
Hasil penelitian bahwa variabel makro yaitu nilai kurs dan suku bunga
mempengaruhi risiko sistematik saham, namun hasilnya tidak konsisten pada dua
karakteristik industri yang berbeda. Pada perusahaan manufaktur hanya kurs yang
mempengaruhi risiko saham sedangkan pada perusahaan non-manufaktur suku
bunga SBI yang mempengaruhi risiko sistematis saham. Selain itu hasil
menunjukkan bahwa hubungan antara suku bunga SBI dan risiko sistematis saham
adalah negatif. Hasil penelitan berbeda dengan penjelasan yang semestinya yaitu
jika suku bunga naik maka return investasi yang terkait dengan suku bunga (misal
deposito) juga akan naik.
Penelitian yang dilakukan oleh Tandelilin pada tahun 1997 yaitu dengan
judul ”Determnants of Systematic Risk : The Experience of some Indon esian
Common Stock”. Menggunakan sampel 60 perusahaan non-financial pada tahun
1994-1997. Hasil penelitan yaitu “faktor-faktor ekonomi seperti Tingkat
Pendapatan Daerah yaitu PDB (Produk Domestik Bruto/ GDP) aktual, Inflasi,
suku bunga tidak berpengaruh secara signifikan terhadap risiko sistematis
sedangkan faktor-faktor keuangan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
risiko sistematis.
B.
Harga Saham
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Harga saham adalah harga suatu saham yang diperdagangkan di bursa.
Harga saham sering dicatat berdasarkan perdagangan terakhir pada hari bursa
sehingga sering disebut harga penutupan. Oleh karena itu harga saham diukur dari
harga resmi berdasarkan transaksi penutupan terakhir pada hari bursa. Harga
saham sangat dipengaruhi oleh hukum permintaan dan penawaran. Pada saat
permintaan saham meningkat, maka harga saham tersebut akan cenderung
meningkat, sebaliknya pada saat banyak pemilik saham menjual saham yang
dimilikinya, maka harga saham tersebut cenderung akan mengalami penurunan
(Anoraga, 2006:59). Market Price merupakan harga pada saat riil dan merupakan
harga yang paling mudah ditentukan karena merupakan harga dari suatu saham
pada pasar yang sedang berlangsung. Harga pembukaan bursa merupakan harga
pada saat penutupan (closing price). Menurut Boedie et. al. (dalam Utami dan
Mudjilah, 2003) menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi harga saham
yaitu
profitabilitas, suku bunga, inflasi, nilai tukar, tingkat pengangguran,
transaksi berjalan, defisit anggaran.
Harga sebuah saham dapat berubah atau berfluktuasi dengan cepat bahkan
dalam hitungan menit maupun hitungan detik. Hal tersebut diakibatkan karena
banyaknya pesanan yang dimasukkan ke JATS (Jakarta Automated Trading
System). Pada perdagangan Bursa Efek Indonesia terdapat lebih 400 terminal
komputer dimana para floor trader dapat memasukkan pesanan yang diterimanya
dari nasabah. Pada monitor-monitor yang memantau perdagangan saham, terdapat
beberapa istilah harga saham yaitu (Darmadji, 2006:131) :
a.
Previous Price menunjukkan harga penutupan hari sebelumnya.
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
b.
Open atau Opening Price menunjukkan harga pertama kali pada saat
pembukaan sesi I perdagangan, yaitu pada jam 09.30 WIB.
c.
High atau Highest Price menunjukkan harga tertinggi atas suatu saham
yang terjadi sepanjang perdagangan paa hari tersebut.
d.
Low atau Lowest Price menunjukkan harga terendah atas suatu saham
yang terjadi sepanjang perdagangan pada hari tersebut.
e.
Closing Price atau Last Price menunjukkan harga terakhir yang terjadi
atas suatu saham, yaitu jam 16.00 WIB.
f.
Change menunjukkan selisih antara harga pembukaan dengan harga
terkahir yang terjadi pada hari tersebut.
C.
Risiko Sistematis
Risiko sistematis merupakan risiko yang berkaitan dengan perubahan yang
terjadi di pasar secara keseluruhan, perubahan tersebut akan mempengaruhi
variabilitas return suatu investasi (Tandelilin, 2001:50). Dalam menganalisis
pergerakan harga saham perlu ketahui faktor penyebab perubahan harga saham
tersebut. Pada umumnya harga suatu saham dipengaruhi oleh dua hal yaitu risiko
sistematis (systematic risk) dan risiko tidak sistematis (unsystematic risk).
1. Risiko sistematis atau risiko pasar (market risk) adalah risiko yang ada
diluar kendali dan tidak dapat dihilangkan melalui diversifikasi atau
tidak dapat dihindari oleh perusahaan itu sendiri karena disebabkan oleh
faktor yang menimpa seluruh ekonomi atau pasar. Risiko sistematis ini
merupakan probabilitas bahwa keuntungan perusahaan berada dibawah
keuntungan yang diharapkan karena adanya faktor-faktor yang
membawa dampak bagi seluruh perusahaan yang berada di dalam
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
sebuah perekonomian. Misalnya peraturan pemerintah, kenaikan pajak,
resesi, devaluasi, kondisi perekonomian, politik, tingkat bunga, tingkat
inflasi, dan sebagainya.
2. Risiko tidak sistematis adalah risiko yang dapat dihilangkan melalui
diversifikasi atau dapat dikendalikan. Risiko ini merupakan probabilitas
keuntungan berada dibawah keuntungan yang diharapkan yang
disebabkan oleh faktor-faktor yang hanya ada pada suatu perusahaan.
Misalnya pemogokan buruh, perubahan manajemen, inovasi, kebakaran
dan lain-lain.
Risiko sistematis diukur melalui indeks beta. Indeks beta adalah angka yang
menunjukkan tingkat sensitivitas suatu saham terhadap kondisi pasar secara
umum atau mengukur sampai sejauh mana harga saham individual berfluktuasi
bersamaan dengan berfluktuasinya harga pasar. Beta merupakan pengukur
volatilitas (votality) return suatu sekuritas atau potofolio terhadap return pasar.
Dengan demikian beta merupakan risiko sistematik (systematic risk) dari suatu
sekuritas atau portofolio relatif terhadap risiko pasar (Jogiyanto, 2003 :265-266).
Indeks beta mengukur sampai sejauh mana harga saham individual
berfluktuasi bersamaan dengan berfluktuasinya harga pasar. Indeks beta dapat
bernilai positif dan dapat juga bernilai negatif. Indeks beta negatif berarti terjadi
kondisi yang berlawanan, jika secara umum harga saham mengalami kenaikan
maka harga saham individu mengalami penurunan. Indeks beta yang normal
adalah satu, terjadi jika rata-rata peningkatan harga seluruh saham yang tercatat
meningkat dengan persentase yang sama dengan saham yang memiliki indeks beta
satu. Apabila indeks suatu saham nol, maka saham tersebut bebas dari resiko. Hal
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
ini berarti meskipun semua saham yang tercatat rata-rata mengalami perubahan
harga, saham yang mempunyai indeks beta nol tidak mengalami perubahan sama
sekali.
Indeks beta sangat membantu investor untuk melakukan investasi terutama
dalam hal memilih suatu saham atau lebih luas lagi untuk mengatur portofolio.
Selain itu indeks beta ini juga digunakan untuk mengukur seberapa besar tingkat
keberanian investor menanggung resiko. Untuk investor yang menyukai resiko
(risk lower) akan memilih saham-saham yang mempunyai indeks beta yang besar
dan sebaliknya investor yang tidak menyukai resiko (risk aveter) memilih untuk
merencanakan keuntungan normal denganh memilih saham-saham yang memiliki
indeks beta yang kecil. Jika investor ingin mengoptimalkan yaitu dengan resiko
yang minimum tetapi mengharapkan pendapatan yang maksimum, investor
tersebut dapat mengkombinasikan beberapa saham dengan indeks beta yang
berbeda-beda.
D.
Nilai Tukar
Nilai tukar merupakan harga mata uang suatu negara yang dinyatakan dalam
mata uang negara lainnya (Sukirno, 2004:397). Dengan kata lain bahwa nilai tukar
yaitu mengukur nilai suatu valuta suatu negara dari perspektif valuta negara lain.
Sejalan dengan berubahnya kondisi ekonomi, nilai tukar akan juga berubah secara
substansional.
1. Jenis-jenis Sistem Nilai Tukar
Sistem nilai tukar dapat diklasifikasikan menurut seberapa jauh nilai
tukar dikendalikan oleh pemerintah (Madura, 2006:219-226). Sistem
nilai tukar suatu negara biasanya masuk ke dalam salah satu kategori
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
sistem tetap (fixed), sistem mengambang bebas (freely floating), sistem
mengambang terkendali (managed floating), dan sistem terpatok
(pegged).
1)
Sistem Tetap (fixed)
Pada sistem nilai tukar tetap (fixed exchange rate system), nilai
tukar mata uang dibuat konstan ataupun hanya diperbolehkan
berfluktuasi dalam kisaran yang sempit. Bila pada suatu saat nilai
tukar mulai berfluktuasi terlalu besar, maka pemerintah akan
melakukan intervensi untuk menjaga agar fluktuasi tetap berada
dalam kisaran yang diinginkan.
2)
Sistem Mengambang Bebas (freely floating)
Pada sistem nilai tukar mengambang bebas (freely floating
exchange rate system), nilai tukar ditentukan sepenuhnya oleh
pasar tanpa intervensi dari pemerintah. Bila pada sistem tetap tidak
diperbolehkan adanya fleksibilitas nilai tukar, maka pada sistem
mengambang bebas memperbolehkan adanya fleksibilitas secara
penuh. Pada kondisi nilai tukar yang mengambang, nilai tukar akan
disesuaikan secara terus-menerus sesuai dengan kondisi penawaran
dan permintaan dari mata uang tersebut.
3)
Sistem Mengambang Terkendali (managed floating)
Sistem nilai tukar ini berada di antara sistem tetap dan
mengambang bebas. Nilai tukar dibiarkan mengambang dari hari
ke hari dan tidak ada batasan-batasan resmi. Hal ini hampi sama
dengan sistem tetap, akan tetapi pemerintah sewaktu-waktu dapat
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
melakukan intervensi untuk menghindarkan fluktuasi yang terlalu
jauh dari mata uangnya.
4)
Sistem Terpatok (pegged)
Sistem nilai tukar terikat (pegged exchange rate), di mana mata
uang lokal diikatkan nilainya pada sebuah valuta asing atau pada
sebuah jenis mata uang tertentu. Nilai mata uang lokal akan
mengikuti fluktuasi dari nilai mata uang yang dijadikan ikatan
tersebut.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi Nilai Tukar
Perubahan dalam permintaan dan penawaran suatu valuta dapat
diakibatkan oleh banyak faktor (Sukirno, 2004: 402-403) , yaitu :
1.
Kenaikan harga (Inflasi)
Inflasi sangat berpengaruh terhadap kurs valuta asing. Inflasi yang
berlaku pada umumnya cenderung menurunkan nilai suatu valuta
asing. Kecenderungan seperti ini disebabkan efek inflasi yaitu
inflasi menyebabkan harga di dalam negeri lebih tinggi
dibandingkan barang impor sehingga impor akan meningkat, dan
ekspor akan menurun karena harganya bertambah mahal.
2.
Perubahan harga barang ekspor dan impor
Harga suatu barang merupakan salah satu faktor penting yang
menentukan apakah sesuatu barang akan diimpor maupun
diekspor. Barang-barang dalam negeri yang dapat dijual dengan
harga barang yang relatif murah akan menaikkan ekspor dan
apabila
harganya
naik
maka
ekspornya
akan
berkurang.
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Pengurangan harga barang impor akan menambah jumlah impor,
dan sebaliknya kenaikan harga barang impor akan mengurangi
impor.
3.
Perubahan dalam Citarasa masyarakat
Citarasa masyarakat mempengaruhi corak konsumsi mereka. Maka
perubahan citarasa masyarakat akan mengubah corak konsumsi
mereka ke atas barang-barang yang diproduksikan di dalam negeri
maupun yang diimpor. Perbaikan kualitas barang-barang dalam
negeri menyebabkan keinginan mengimpor berkurang dan dapat
menyebabkan ekspor meningkat. Sedangkan perbaikan kualitas
barang-barang impor menyebabkan keinginan masyarakat untuk
mengimpor bertambah besar. Perubahan-perubahan ini akan
mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing.
4.
Perubahan suku bunga dan tingkat pengembalian investasi
Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi sangat penting
perannya dalam mempengaruhi aliran modal. Apabila suku bunga
dan tingkat pengembalian rendah maka akan mengakibatkan modal
dalam negeri mengalir ke luar negeri, dan sebaliknya apabila suku
bunga dan tingkat pengemabalian tinggi maka akan mengakibatkan
modal luar negeri masuk ke dalam negeri. Apabila lebih banyak
modal mengalir ke dalam negeri maka permintaan ke atas mata
uangnya bertambah dengan demikian akan menambah nilai mata
uangnya.
5.
Pertumbuhan Ekonomi
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Pertumbuhan ekonomi suatu negara tergantung terhadap kemajuan
ekonomi negara tersebut. Apabila kemajuan itu terutama
diakibatkan oleh perkembangan ekspor, maka permintaan atas
mata uang negara tersebut akan naik yang akan mengakibatkan
harga saham akan naik. Sebaliknya, apabila kemajuan ekonomi
tersebut
mengakibatkan
impor
berkembang
lebih
cepat
dibandingkan ekspor maka permintaan atas mata uang negara
tersebut akan menjadi turun yang akan berdampak terhadap
penurunan harga saham.
3. Hubungan Perubahan Nilai Tukar dengan Harga Saham
Dalam banyak penelitian menemukan hubungan bahwa di dalam kondisi
yang normal dimana fluktuasi nilai tukar yang tidak terlalu tinggi,
hubungan perubahan nilai tukar terhadap harga saham adalah positif.
Namun, apabila terjadi depresiasi ataupun apresiasi nilai tukar maka
hubungan nilai tukar dengan harga saham adalah negatif.
E.
Suku Bunga
Suku bunga adalah harga yang harus dibayar atas modal yang atas modal
pinjaman, dan dividen serta keuntungan modal yang merupakan hasil dari modal
ekuitas (Brigham (2001 : 158). Suku bunga yang dibayarkan kepada penabung
tergantung pada :
1)
Tingkat pengembalian yang diharapkan produsen akan perolehan dari
modal yang ditanamkan.
2)
Saat mengkonsumsi yang disukai oleh konsumen / penabung
(preferensi waktu dalam mengkonsumsi)
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
1.
3)
Resiko yang terkandung dalam pinjaman tersebut.
4)
Tingkat inflasi yang diperkirakan.
Fungsi Suku Bunga dalam Perekonomian
Tingkat
suku
bunga
mempunyai
beberapa
fungsi
dalam
suatu
perekonomian, antara lain (Sunariah, 2006:80-81) :
a.
Sebagai daya tarik bagi penabung individu, institusi, atau lembaga
yang mempunyai dana lebih untuk diinvestasikan.
b.
Tingkat suku bunga dapat digunakan sebagi alat kontrol bagi
pemerintah terhadap dana langsung investasi pada sektor-sektor
ekonomi.
c.
Tingkat suku bunga dapat digunkan sebagai alat moneter dalam
mengendalikan penawaran dan permintaan uang yang beredar dalam
suatu perekonomian.
d.
Pemerintah dapat memanipulasi tingkat bunga untuk meningkatkan
poduksi, sebagai akibatnya tingkat bunga dapat digunakan untuk
mengontrol tingkat inflasi.
2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi suku bunga
Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat umum suku bunga selain
perkiraan inflasi, tingkat likuiditas aktiva yang dikehendaki, dan keaadan
permintaan dan penawaran (Brigham, 2001 : 158) adalah :
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
3.
a.
Kebijakan Bank Sentral
b.
Besarnya defisit anggaran pendapatan dan belanja negara
c.
Neraca perdagangan luar negeri
d.
Tingkat kegiatan usaha.
Hubungan tingkat suku bunga dengan harga saham.
Tandelilin (2001:48-49) mengemukakan bahwa perubahan suku bunga dapat
mempengaruhi variabilitas return
suatu investasi yang tercemin akibat peru
bahan harga saham. Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham
secara terbalik ceterus paribus. Apabila suku bunga meningkat maka harga saham
akan turun, hal tersebut dapat terjadi karena investor akan lebih tertarik terhadap
investasi yang terkait dengan suku bunga (misalnya deposito) dengan cara
memindahkan investasinya dari saham.
Apabila saham banyak dijual dengan kata lain bahwa permintaan lebih kecil
dari pada penawaran akan mengakibatkan harga saham tersebut menjadi turun.
Demikian juga sebaliknya apabila suku bunga menurun maka harga saham akan
menjadi naik, hal tersebut dapat terjadi disebabkan jumlah saham yang diminta
akan menjadi banyak, yang sesuai dengan hukum permintaan-penawaran apabila
permintaan lebih besar dari pada penawaran maka harga akan menjadi naik atau
lebih tinggi.
F.
Inflasi
Inflasi merupakan kecenderungan terjadinya peningkatan harga produk
secara keseluruhan ( Tandelilin,2001:212 ). Kenaikan harga dari satu atau dua
barang saja tidak dapat disebut inflasi kecuali bila kenaikan itu meluas (atau
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
mengakibatkan kenaikan) kepada barang lainnya. Inflasi akan menyebabkan
terjadinya kenaikan suku bunga perusahaan yang pada akhirnya juga akan
menyebabkan hutang manufaktur pada pihak ketiga berupa beban bunga akan
menjadi meningkat.
Tujuan jangka panjang dari pemerintah yaitu menjaga agar tingkat inflasi
yang berlaku berada pada tingkat yang sangat rendah. Tingkat inflasi nol persen
bukanlah tujuan utama kebijakan pemerintah karena tingkat inflasi nol persen
adalah sukar untuk dicapai. Yang paling penting untuk diusahakan adalah
menjaga agar tingkat inflasi tetap rendah (Sadono, 2004 :333).
a.
Berdasarkan kepada sumber atau penyebab kenaikan harga-harga yang
berlaku, maka jenis-jenis dari inflasi :
1)
Inflasi tarikan permintaan
Merupakan infalsi yang terjadi pada masa perekonomian berkembang
dengan pesat. Kesempatan kerja yang tinggi menciptakan tingkat
pendapatan yang tinggi dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran yang
melebihi kemampuan ekonomi mengeluarkan barang dan jasa. Pengeluaran
yang berlebihan tersebut akan menyebebkan terjadinya inflasi.
Di samping dalam masa perekonomian berkembang dengan pesat,
inflasi tarikan permintaan
juga
berlaku
pada
masa perang
atau
ketidakstabilan politik yang terus-menerus, dalam masa seperti tersebut
pemerintah berbelanja jauh melebihi pajak yang dipungutnya. Untuk
membiayai kelebihan pengeluaran tersebut pemerintah terpaksa mencetak
uang uang atau meminjam dari bank sentral yang akan menyebabkan
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
permintaan
agregat
akan
melebihi
kemampuan
ekonomi
tersebut
menyediakan bang ataupun jasa.
2)
Inflasi desakan biaya
Inflasi ini juga berlaku pada masa perekonomian berkembang dengan
pesat dimana tingkat pengangguran adalah sangat rendah. Apabila
perusahaan-perusahaan masih menghadapi permintaan bertambah, mererka
akan berusaha untuk meningkatkan produksi dengan cara memberikan gaji
dan upah yang lebih tinggi kepada pekerjanya dan mencari pekerja baru
dengan tawaran pembaayanran yang lebih tinggi. Langkah tersebut akan
mengakibatkan biaya produksi meningkat, yang selanjutnya akan menaikkan
harga barang yang diproduksi.
3)
Inflasi impor
Inflasi dapat bersumber dari kenaikan harga barang-barang impor,
inflasi ini timbul apabila perusahaan membutuhkan barang yang dimpor
untuk proses produksi sehingga harga barang yang diproduksi tersebut akan
menjadi naik dan akan berakibat terhadap barang-barang yang lainnya.
b.
Berdasarkan kepada tingkat kelajuan kenaikan harga-harga yang berlaku,
inflasi dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu :
1)
Inflasi Merayap
Inflasi merayap adalah proses kenaikan harga-harga yang lamban
jalannya. Di mana kenaikannya harga yang tingkatnya tidak melebihi dua
atau tiga persen setahun, misalnya negara
yang termasuk dalam inflasi
merayap ini adalah Malaysia dan Singapura.
2)
Inflasi Sederhana
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Inflasi sederhana (moderate) adalah proses kenaikan harga-harga yang
biasanya dialami oleh negara-negara berkembang. Negara tersebut tidak
menghadapi masalah hiperinflasi, akan tetapi juga tidak mampu menurunkan
inflasi pada tingkat yang sangat rendah. Inflasi yang terjadi antara 5 persen
hingga 10 persen.
3)
Inflasi Hiperinflasi
Inflasi hiperinflasi adalah proses kenaikan harga-harga yang sangat
cepat, yang menyebabkan tingkat harga menjadi dua atau beberapa kali lipat
dalam masa yang singkat. Misalnya pada Indonesia pada tahun 1965 tingkat
inflasi adalah 500 persen, inflasi pada tahun 1966 mencapai 650 persen. Ini
berarti harga-harga naik 5 kali lipat pada tahun 1965 dan 6,5 lipat pada
tahun 1966.
G.
Indeks Harga Saham
Indeks harga saham merupakan indikator utama yang menggambarkan
pergerakan harga saham (Fakhuruddin, 2001:95). Indeks harga saham
membandingkan perubahan harga saham dari waktu ke waktu, apakah suaru harga
saham mengalami kenaikan atau penurunan dibandingkan suatu waktu tertentu.
Penentuan indeks harga saham dibedakan menjadi dua, yaitu indeks harga saham
individu (indeks individu) dan Indeks Harga Saham Gabunngan (IHSG). Indeks
harga saham individu merupakan indeks masing-masing saham terhadap harga
dasarnya. Indeks ini tidak mengukur harga dari suatu saham perusahaan tertentu
apakah mengalami perubahan kenaikan atau penurunan.
IHSG disebut sebagai Indeks Pasar (market index) merupakan alat ukur
kinerja sekuritas khususnya saham yang terdaftar di bursa yang digunakan bursaAnri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
bursa di dunia. Indeks harga saham gabungan merupakan pergerakan harga saham
secara umum yang tercatat di bursa efek. Setelah bergabungnya PT Bursa Efek
Jakarta (BEJ) dan PT Bursa Efek Surabaya (BES) menjadi Bursa Efek Indonesia
(BEI) pada tanggal 10 November 2007 maka secara umum harga saham dapat
dinilai berdasarkan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) BEI. Indeks di pasar
modal mempunyai fungsi antara lain sebagai benchmark kinerja fortofolio,
indikator tren pasar, indikator tingkat keuntungan, dan sebagai fasilitas
perkembangan produk derivatif. IHSG juga menunujukkan pergerakan saham
saham secara umum yang tercatat di burs efek (Anoraga, 2001 : 21). Indeks Harga
Saham Gabungan (IHSG) dapat digunakan unutk menilai situasi pasar secara
umum atau mengukur apakah harga saham mengalami kenaikan atau penurunan.
IHSG
Indonesia
merupakan
salah
satu
indeks
yang
merangkum
perkembangan harga saham-saham di Bursa Efek Indonesia. IHSG dapat dibaca
sebagai gambaran ekonomi nasional Indonesia. Apabila IHSG menunjukkan
peningkatan berarti bahwa keadaan ekonomi sedang dalam siklus membaik dan
sebaliknya jika IHSG menurun menjelaskan bahwa keadaan ekonomi Indonesia
sedang mengalami kesulitan
Selain indeks harga saham individu dan IHSG, ada dua jenis indeks harga
saham yang digunakan dalam kegiatan di Bursa Efek Indonesia yaitu indeks harga
saham sektoral dan indeks LQ45. Indeks harga saham sektoral yaitu menggunakan
semua saham yang termasuk dalam masing-masing sektor. Indeks LQ45
menggunakan 45 saham yang terpilih berdasarkan likuiditas perdagangan saham
dan disesuaikan setiap enam bulan, dengan demikian saham yang terdapat dalam
indeks tersebut akan selalu berubah (Fakhuruddin, 2001 : 203).
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A.
PASAR MODAL INDONESIA
Pasar modal Indonesia sudah ada sebelum Indonesia merdeka pada tahun
1945. Pasar modal atau bursa efek Indoneasi didirikan oleh pemerintah Hindia
Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC pada tahun 14
Desember 1912. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912,
perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang
diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami
kevakuman.
Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti Perang Dunia I (1914–
1918) dan Perang Dunia II (1942 – 1952), perpindahan kekuasaan dari pemerintah
kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang
menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya. Pada
tahun 1952 , Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar
Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan
Menteri Keuangan (Prof. DR. Sumitro Djojohadikusumo) dan instrumen yang
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
diperdagangkan adalah Obligasi Pemerintah RI (1950). Pada tahun 1956-1977,
bursa efek vakum karena program nasionalisasi perusahaan Belanda di Indonesia.
Pada tanggal 10 Agustus 1977, Bursa Efek diresmikan kembali oleh
Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar
Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan
kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong
sebagai emiten pertama. Pada tahun 1977 sampai 1987, Perdagangan di Bursa
Efek sangat lesu karena masyarakat lebih memilih instrumen perbankan
dibandingkan instrumen Pasar Modal. Pada tahun 1987, ditandai dengan hadirnya
Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi
perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan
modal di Indonesia.
Pada tahun 1988 sampai 1990, Paket deregulasi dibidang Perbankan dan
Pasar Modal diluncurkan dan BEJ terbuka untuk asing sehingga aktivitas bursa
meningkat.
Pada bulan Desember 1988, Pemerintah mengeluarkan Paket
Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go
public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.
Pada tanggal 16 Juni 1989, Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi
dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.
Pada tanggal 13 Juli 1992, diperingati sebagai HUT BEJ karena tanggal 13 Juli
1992 adalah hari swastanisasi BEJ. Pada tahun 1995, Bursa Paralel Indonesia
merger dengan Bursa Efek Surabaya dan diberlakukannya Sistem Otomasi
perdagangan di BEJ dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading
Systems). BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
trading) pada tahun 2002. Pada tanggal 10 November 2007, Bursa Efek Surabaya
(BES) dengan Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek
Indonesia (BEI).
B.
SEJARAH PERTEKSTILAN INDONESIA
Awal Industri pertrekstilan
indonesia tidak dapat dipastikan, namun
kemampuan masyarakat Indonesia dalam hal menenun dan merajut pakaian sudah
dimulai sejak adanya kerajaan-kerajaan Hindu di Indonesia dalam bentuk
kerajinan, yaitu tenun-menenun dan membatik yang hanya berkembang disekitar
lingkungan istana dan juga ditujukan hanya untuk kepentingan seni dan budaya
serta dikonsumsi atau digunakan sendiri.
Sejarah pertekstilan Indonesia dapat dikatakan dimulai dari industri
rumahan tahun 1929 dimulai dari sub-sektor pertenunan (weaving) dan perajutan
(knitting) dengan menggunakan alat Textile Inrichting Bandung (TIB) Gethouw
atau yang dikenal dengan nama Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) yang
diciptakan oleh Daalennoord pada tahun 1926 dengan produknya berupa tekstil
tradisional seperti sarung, kain panjang, lurik, stagen (sabuk), dan selendang.
Penggunaan ATBM mulai tergeser oleh Alat Tenun Mesin (ATM) yang pertama
kali digunakan pada tahun 1939 di Majalaya-Jawa Barat, dimana di daerah
tersebut mendapat pasokan listrik pada tahun 1935. Dan sejak itu industri TPT
Indonesia mulai memasuki era teknologi dengan menggunakan ATM.
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Industri tekstil Indonesia merupakan salah satu industri prioritas nasional
yang masih prospektif untuk dikembangkan. Produk tekstil Indonesia di pasar
global masih cukup diperhitungkan. Tahun 2006, Indonesia masuk dalam jajaran
10 negara pengekspor Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) terbesar dunia. Indonesia
menempati posisi keempat dalam ekspor tekstil dengan nilai US$ 3,9 miliar.
Tahun 2007 kinerja ekspor diperkirakan mencapai US$ 9,9 miliar, meningkat
sekitar 9% dibanding tahun sebelumnya yang US$ 9,2 milyar, sehingga industri
tekstil masih menjadi penyumbang devisa non-migas terbesar. Namun demikian,
industri tekstil masih menghadapi berbagai hambatan dan kendala, antara lain
dengan maraknya produk impor terutama dari China, baik yang masuk secara
legal maupun illegal (www.mediadata.co.id).
C.
GAMBARAN UMUM INDUSTRI TEKSTIL INDONESIA
1.
PT. ERATEX DJAJA Tbk
PT. Eratex Djaja Tbk berdiri pada tanggal 12 Oktober 1972 dengan No.
NPWP 01.002.170.7-054.000. PT. Eratex Djaja Tbk berkantor pusat di Gedung
Graha Aktiva Lt.7 Jl. HR. Rasuna Said Blok X-1 Kav.1-2 Kuningan, Jakarta
Selatan. Pada tanggal 21 Agustus 1990 terdaftar sebagai perusahaan yang go
publik di BEI dengan harga perdana (Initial Public Offering) sebesar Rp 7.750 per
lembar sahamnya. Kode perusahaan ERTX. Pemegang saham PT. Eratex Djaja
Tbk (5% atau lebih) terdiri dari :
1. EASTERN COTTON MILLS LTD
: 25%
2. PT RODAMAS
: 19%
3. PT WAKALA KORPORA INDONESIA
: 10%
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
4. SOUTH INDONESIAN HOLDING LTD
2.
: 22%
PT. EVER SHINE TEXTILE I. TBK
PT. Ever Shine Textile I. Tbk berdiri pada tanggal 11 Desember 1973
dengan No. NPWP 01.131.301.2-054.000. PT. Ever Shine Textile I.Tbk berkantor
pusat di Jl. H.Fachruddin No.16 Tanah Abang Bukit Blok C17-18, Jakarta. Pada
tanggal 13 Oktober 1992 terdaftar sebagai perusahaan yang go publik di BEI
dengan harga perdana (Initial Public Offering) sebesar Rp 5.400 per lembar
sahamnya. Kode perusahaan ESTI. Pemegang saham PT. Ever Shine Textile I.
Tbk (5% atau lebih) terdiri dari :
3.
1. HSBC PRIVATE BANK (SUISSE) SA
: 13%
2. NUSANTARA INVESTMENT FUND LIMI
:
3. PT EVER SHINE CORPOTATION
: 44%
6%
PT. PANASIA INDOSYNTEX Tbk
PT. Panasia Indosyntex Tbk berdiri pada tanggal 06 April 1973 dengan No.
NPWP 01.104.760.2-054.000. PT. Panasia Indosyntex Tbk berkantor pusat di Jl.
Garuda No. 153/74 Bandung. Pada tanggal 06 Juni 1990 terdaftar sebagai
perusahaan yang go publik di BEI dengan harga perdana (Initial Public Offering)
sebesar Rp 11.750 per lembar sahamnya. Kode perusahaan HDTX.
Pemegang saham PT. Panasia Indosyntex Tbk (5% atau lebih )terdiri dari :
4.
1.
ABERNOVA OVERSEAS LIMTED
: 23,27%
2.
EVERCON OVERSEAS LIMITED
: 11,11%
3.
MERCURY CAPITAL INTERNATIONAL INC.
: 22,85%
4.
NOVATEX INTERNATIONAL
: 11,11%
PT. KARWELL INDONESIA Tbk
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
PT. Karwell Indonesia Tbk berdiri pada tanggal 18 Februari 1978 dengan
No. NPWP 01.000.763.1-054.000. PT. Karwell Indonesia Tbk berkantor pusat di
Jalan Gunung Sahari I No.48/50 Jakarta. Pada tanggal 20 Desember 1994 terdaftar
sebagai perusahaan yang go publik di BEI dengan harga perdana (Initial Public
Offering) sebesar Rp 2.900 per lembar sahamnya. Kode perusahaan KARW. PT
KARYA ESTETIKAMULIA merupakan pemegang saham PT. Karwell Indonesia
Tbk yang lebih dari 5% yaitu sebesar 53,23%.
5.
PT. HANSON INTERNATIONAL Tbk
PT. Hanson International Tbk berdiri pada tanggal 07 Jul 1971 dengan No.
NPWP 01.105.437.6-054.000. PT. Hanson International Tbk berkantor pusat di Jl.
Tomang Raya 43, Jakarta. Terdaftar sebagai perusahaan yang go publik di BEI
pada tanggal 31 Oktober 1990 dengan harga perdana (Initial Public Offering)
sebesar Rp 9.900 per lembar sahamnya. Kode perusahaan MYRX. Pemegang
saham PT. Hanson International Tbk (5% atau lebih) terdiri dari:
6.
1.
DICKY TJKROSAPUTRO
:
8%
2.
PT DINAR SEKURITAS
:
10%
3.
FERRY SUDJONO
:
15%
4.
PT. KENCANA RAYA NUSA SEMESTA
:
8%
5.
PT BNI SECURITIES
:
19%
PT. PANASIA FILAMENT INTI Tbk
PT. Panasia Filament Inti Tbk berdiri pada tanggal 01 Desember 1988
dengan No. NPWP 01.450.230.6-054.000. PT. Panasia Filament Inti Tbk
berkantor pusat di Jl. Garuda 153/74, Bandung. Pada tanggal 22 Juli 1997
terdaftar sebagai perusahaan yang go publik di BEI dengan harga perdana (Initial
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Public Offering) sebesar Rp 650 per lembar sahamnya. Kode perusaan PAFI.
Pemegang saham PT. Panasia Filament Inti Tbk5% atau lebih terdiri dari :
7.
1. ABERNOVA OVERSEAS LIMITED
: 38,82%
2. EVERCON OVERSEAS LTD
: 25.12%
3. HIGHFILA LTD.
: 21,17%
PT. PAN BROTHERS TEX Tbk
PT. Pan Brothers Tex Tbkberdiri pada tanggal 21 Agustus 1980 dengan No.
NPWP 01.136.073.2-054.000. PT. Pan Brothers Tex Tbk berkantor pusat di
Gedung Graha Kencana Suite 9-A Jl. Raya Perjuangan 88, Jakarta. Pada tanggal
16 Agustus 1990 terdaftar sebagai perusahaan yang go publik di BEI dengan
harga perdana (Initial Public Offering) sebesar Rp 8.700 per lembar sahamnya.
Kode perusahaan PBRX. Pemegang saham PT. Pan Brothers Tex Tbk (5% atau
lebih) terdiri dari :
8.
1. PT DWIDANA SAKTI SEKURINDO
: 11,72%
2. HSU, RUEI - HSING
:
6,74%
PT. RODA VIVATEX Tbk
PT. Roda Vivatex Tbk berdiri pada tanggal 27 September 1980 dengan No.
NPWP 01.105.448.3-054.000. PT. Roda Vivatex Tbk berkantor pusat di Gedung
Jl. Kaji NO. 53-55, Jakarta Pusat. Pada tanggal 14 Mei 1990 terdaftar sebagai
perusahaan yang go publik di BEI dengan harga perdana (Initial Public Offering)
sebesar Rp 7.500 per lembar sahamnya. Kode perusaaan RDTX. Pemegang saham
PT. Roda Vivatex Tbk (5% atau lebih) terdiri dari :
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
1. GENO INTIPERKASA
: 37,24%
2. GENO TATAGRAHA
: 40,39%
3. UBS AG, SINGAPORE - UBS EQUITIES 209114-40-03 : 6,33%
BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI
A.
ANALISIS DESKRIPTIF
Metode analisis deskriptif adalah suatu metode analisis dimana data-data
yang dikumpulkan, diklasifikasikan, dianalisis, dan diinterpretasikan secara
objektif sehingga memberikan informasi dan gambaran mengenai topik yang
dibahas. Hasil estimasi variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :
1.
Deskripsi Harga Saham Industri Tekstil yang terdaftar di BEI periode
tahun 2004-2007.
Tabel 4.1
Harga Saham
Pada Industri Tekstil yang terdaftar di BEI
Periode Tahun 2004-2007
(dalam rupiah)
NO
EMITEN
2004
TAHUN
2005
2006
2007
Rata-rata
1 ERTX
152.50
127.42
112.50
156.75 137.2917
2 ESTI
98.33
76.25
70.83
77.00 80.6042
3 HDTX
4 KARW
424.58
412.50
450.00
370.83
400.00
175.42
404.58 419.7917
249.83
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
302.1458
5 MYRX
15.00
23.75
25.83
61.25 31.4583
6 PAFI
86.67
84.58
66.67
155.08 98.2500
7 PBRX
369.17
372.08
380.83
440.42 390.6250
8 RDTX
843.75
840.83
942.50 1,015.00 910.5208
Sumber : www.idx.co.id (7/1/2009, diolah)
Pada Tabel 4.1 menunjukkan nilai variabel terikat (Y) yaitu harga saham
pada masing-masing perusahaan yang termasuk dalam Industri Tekstil yang
terdaftar di BEI selama periode tahun 2004-2007. Pada Tabel 4.3 dapat dilihat
bahwa harga saham berfluktuasi setiap tahunnya. Nilai harga saham tersebut
diperoleh dari harga penutupan (closing price) saham harian yang dikalkulasikan
menjadi rata-rata bulanan hingga rata-rata tahunan. Nilai rata-rata harga saham
tertinggi selama periode tahun 2004-2007 yaitu dimiliki PT. Roda Vivatex Tbk
(RDTX) yaitu sebesar Rp 910,5208 sedangkan nilai rata-rata harga saham
terendah dimiliki PT. Hanson International Tbk (MYRX) yaitu sebesar Rp
31,4583 .
PT. Eratex Djaja Tbk (ERTX), memiliki harga saham tertinggi pada tahun
2007 yaitu sebesar Rp 156,75 dan harga saham terendah pada tahun 2006 yaitu
sebesar Rp 112.50 .PT. Ever Shine Textile I. Tbk (ESTI), memiliki harga saham
tertinggi pada tahun 2004 yaitu sebesar Rp 98,33 dan harga saham terendah pada
tahun 2006 yaitu sebesar Rp 70,83.
PT. Panasia Indosyntex Tbk (HDTX), memiliki harga saham tertinggi pada
tahun 2005 yaitu sebesar Rp 450dan harga saham terendah pada tahun 2006 yaitu
sebesar Rp 400. PT. Karwell Indonesia Tbk (KARW), memiliki harga saham
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
tertinggi pada tahun 2004 yaitu sebesar Rp 412,5 dan harga saham terendah pada
tahun 2006 yaitu sebesar Rp 175,42.
PT. Hanson International Tbk (MYRX), memiliki harga saham tertinggi
pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp 61,25 dan harga saham terendah pada tahun
2004 yaitu sebesar Rp 15. PT. Panasia Filament Inti Tbk (PAFI), memiliki harga
saham tertinggi pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp 155,08 dan harga saham
terendah pada tahun 2006 yaitu sebesar Rp 66,67.
PT. Pan Brothers Tex Tbk (PBRX), memiliki harga saham tertinggi pada
tahun 2007 yaitu sebesar Rp 440,42 dan harga saham terendah pada tahun 2004
yaitu sebesar Rp 369,17. PT. Roda Vivatex Tbk (RDTX), memiliki harga saham
tertinggi pada tahun 2007 yaitu sebesar Rp 1.015 dan harga saham terendah pada
tahun 2005 yaitu sebesar Rp 840,83.
2.
Deskripsi Risiko Sistematis pada Industri Tekstil yang terdaftar di BEI
periode tahun 2004-2007
Tabel 4.2
Risiko Sistematis
Pada Industri Tekstil yang terdaftar di BEI
Periode Tahun 2004-2007
NO
EMITEN
2004
TAHUN
2005
2006
Rata-rata
2007
1
ERTX
0.63355
0.49431
1.68041
(1.20571)
0.40064
2
ESTI
1.69150
(0.13342)
0.54176
1.91229
1.00303
3
HDTX
(0.99070)
(1.19829)
0.00005
0.13789
(0.51273)
4
KARW
0.05811
(1.73033)
(2.52858)
4.01013
(0.04767)
5
MYRX
2.15390
0.32662
0.14601
1.70963
1.08404
6
PAFI
(0.58188)
(0.24171)
0.51772
4.25271
0.98671
7
8
PBRX
0.05501
0.10718
0.05948
(0.00186)
(0.02308)
(0.34610)
0.77869
(0.21041)
0.21753
(0.11280)
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
RDTX
Sumber : www.idx.co.id (7/1/2009, diolah)
Tabel 4.2 menunjukkan nilai variabel Risiko Sistematis (beta) pada masingmasing perusahaan Industri Tekstil yang yang terdaftar di BEI Periode Tahun
2004-2007. Risiko Sistematis merupakan berkaitan dengan perubahan yang terjadi
di pasar secara keseluruhan. Risiko ini menggambarkan kepekaan suatu saham
terhadap kondisi pasar secara umum.
Pada pengukuran yang dilakukan terhadap 8 sampel perusahaan Tekstil
selama tahun 2004-2007, ditemukan adanya indeks beta yang merupakan
pengukur risiko sisitematis yang bernilai positif (+) maupun negatif (-). Apabila
saham memiliki indeks beta positif , menunjukkan bahwa harga saham emiten
mengalami kenaikan pasda saat harga pasar keseluruhan mengalami kenaikan.
Apabila indeks saham bernilai negatif menunjukkan bahwa harga saham
mengalami penurunan pada saat harga pasar mengalami kenaikan, atau sebailknya
harga saham mengalami kenaikan pada saat harga pasar mengalami penurunan.
Rata-rata indeks beta terbesar yang bernilai positif dimiliki oleh PT Hanson
International Tbk (MYRX) sebesar 1,08404. Hal ini menunjukkan bahwa saham
PT Hanson International Tbk (MYRX) merupakan saham yang paling sensitif
terhadap perubahan harga pasar. Rata-rata indeks beta terbesar yang bernilai
negatif dimiliki oleh PT. Panasia Indosyntex Tbk (HDTX) sebesar -0,51273. Hal
ini menunjukkan bahwa saham PT. Panasia Indosyntex Tbk (HDTX) merupakan
saham yang kurang sensitif terhadap perubahan
harga pasar, dan hal itu
menunjukkan bahwa pada saat harga pasar naik maka harga sahamnya turun, dan
demikian juga sebaliknya apabila harga pasar turun maka harga sahamnya akan
naik.
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Pada tahun 2004, indeks beta terbesar yang bernilai positif dimiliki oleh PT
Hanson International Tbk (MYRX) sebesar 2,15390 . Indeks beta terbesar yang
bernilai negatif dimiliki oleh PT Panasia Indosyntex Tbk (HDTX) sebesar
-0,99070. Hal ini menunjukkan bahwa saham PT Hanson International Tbk
(MYRX) merupakan saham yang paling sensitive terhadap perubahan harga pasar
dan saham PT Hanson International Tbk (HDTX) yang kurang sensitif terhadap
perubahan harga pasar.
Pada tahun 2005, indeks beta terbesar yang bernilai positif dimiliki oleh
PT Eratex Djaja Tbk (ERTX) sebesar 0,49431. Indeks beta terbesar yang bernilai
negatif dimiliki oleh PT Karwell Indonesia Tbk (KARW) sebesar -1,73033. Hal
ini menunjukkan bahwa saham PT Karwell Indonesia Tbk (KARW)merupakan
saham yang paling sensitif terhadap perubahan
harga pasar dan saham PT
Karwell Indonesia Tbk (KARW) merupakan saham yang kurang sensitif terhadap
perubahan harga pasar.Pada tahun 2006, indeks beta terbesar yang bernilai positif
dimiliki oleh PT Eratex Djaja Tbk (ERTX) sebesar 1,68041. Indeks beta terbesar
yang bernilai negatif dimiliki oleh PT Karwell Indonesia Tbk (KARW) sebesar 2,52858. hal ini menunjukkan saham PT Eratex Djaja Tbk (ERTX) paling sensitif
terhadap perubahan harga pasar dan saham PT Karwell Indonesia Tbk (KARW)
merupakan saham yang kurang sensitif terhadap perubahan harga pasar.
Pada tahun 2007, indeks beta terbesar yang bernilai positif dimiliki oleh PT
Panasia Filament Inti Tbk (PAFI) sebesar 4,254271. Indeks beta terbesar yang
bernilai negatif dimiliki oleh PT Eratex Djaja Tbk (ERTX) sebesar -1,20571. Hal
ini menunjukkan bahwa saham PT Panasia Filament Inti Tbk (PAFI) merupakan
saham yang paling sensitive terhadap perubahan
harga pasar dan saham PT
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Eratex Djaja Tbk (ERTX) merupakan saham yang kurang sensitif terhadap
perubahan harga pasar.
3.
Deskripsi Nilai Tukar pada Industri Tekstil yang terdaftar di BEI
periode tahun 2004-2007.
Tabel 4.3
Nilai Tukar
Pada Industri Tekstil yang terdaftar di BEI
Periode Tahun 2004-2007
(dalam juta rupiah)
NO
EMITEN
2004
TAHUN
2005
2006
2007
Rata-rata
1
ERTX
0.0064
0.0070
0.0064
0.0079
0.0069
2
ESTI
2.6752
3.0330
0.1602
3.5079
2.3441
3
HDTX
2.8043
0.9366
3.3819
3.5079
2.6577
4
KARW
8.8366
7.5564
0.6744
4.9837
5.5127
5
MYRX
4.8966
2.2224
6
PAFI
7
PBRX
4.9456
11.5647
8
RDTX
3.3764
3.3777
(0.3526)
(0.7900)
(4.0622)
(3.9387)
(0.2205)
(3.0610)
(1.4397)
(1.4108)
12.9794
19.0739
12.1409
4.2285
4.2118
3.7986
Sumber : www.idx.co.id dan www.bi.go.id (7/10/2009, diolah)
Tabel 4.3 menggambarkan nilai variabel Nilai Tukar yang telah dikaitkan
atau dihubungkan dengan gross profit pada masing-masing perusahaan yang
termasuk dalam Industri Tekstil yang terdaftar di BEI selama periode tahun 20042007 dan dapat dilihat bahwa nilai tukar
berfluktuasi setiap tahunnya. Nilai
variable nilai tukar tersebut diukur dengan perbandingan pendapatan dengan
kewajiban masing-masing perusahaan yang termuat di laporan keuangan masing-
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
masing selama tahun 2004-2007 dengan rata-rata nilai tukar tahunan Indonesia
terhadap dolar US (US$).
Nilai rata-rata nilai tukar tertinggi dimiliki oleh PT. Pan Brothers Tex Tbk
(PBRX) yaitu sebesar Rp 12,1409 juta sedangkan nilai rata-rata terendah dimiliki
oleh PT Panasia Filament Inti Tbk (PAFI) yaitu defisit sebesar Rp 1,4108 juta.
Pada tahun 2004, nilai tukar tertinggi dimiliki oleh PT. Karwell Indonesia Tbk
(KARW) yaitu sebesar 8,8366 juta, sedangkan nilai tukar terendah dimiliki oleh
PT Panasia Filament Inti Tbk (PAFI) yaitu defisit sebesar Rp 0,3526 juta. Pada
tahun 2005, nilai tukar tertinggi dimiliki oleh PT. Pan Brothers Tex Tbk (PBRX)
yaitu sebesar Rp 11,5647 juta, sedangkan nilai tukar terendah dimiliki oleh PT
Panasia Filament Inti Tbk (PAFI) yaitu defisit sebesar Rp 0,7900 juta.
Pada tahun 2006, nilai tukar tertinggi dimiliki oleh PT. Pan Brothers Tex
Tbk (PBRX) sebesar Rp 12,9794 juta, sedangkan nilai tukar terendah dimiliki
oleh PT Hanson International Tbk (MYRX) yaitu defisit sebesar Rp 4,0622 juta.
Pada tahun 2007, nilai tukar tertinggi dimiliki oleh PT. Pan Brothers Tex Tbk
(PBRX) yaitu sebesar Rp 19,0739 juta, sedangkan nilai tukar terendah dimiliki
oleh PT Hanson International Tbk (MYRX) yaitu defisit sebesar Rp 3,9387 juta.
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
4.
Deskripsi Suku Bunga pada Industri Tekstil yang terdaftar di BEI
periode tahun 2004-2007.
Tabel 4.4
Suku Bunga
Pada Industri Tekstil yang terdaftar di BEI
Periode Tahun 2004-2007
(dalam juta rupiah)
NO EMITEN
2004
TAHUN
2005
2006
2007
Ratarata
1
ERTX
17,647 28,221
38,710
27,136
27,928
2
ESTI
11,784 22,930
29,014
23,268
21,749
3
HDTX
49,768 36,154
53,735
50,234
47,473
4
KARW
27,185 41,417
39,859
27,940
34,100
5
MYRX
22,592 39,542
52,604
39,142
38,470
6
PAFI
36,034 56,842 577,407
7
PBRX
2,734 25,648 524,095 595,612 287,022
8
RDTX
3,103
6,352
41,802 178,021
23,087 180,520
53,266
Sumber : www.idx.co.id dan www.bi.go.id (7/1/2009, diolah)
Tabel 4.4 menggambarkan nilai variabel suku bunga yang dikaitkan
terhadap hutang masing-masing perusahaan yang termasuk dalam industri tekstil
yang terdaftar di BEI kepada pihak ketiga (liabilities). Sehingga akan didapat
perubahan tingkat suku bunga yang berbeda dari masing-masing perusahaan pada
periode tahun penelitian 2004-2007. Suku bunga yang digunakan dalam penelitian
ini yaitu suku bunga yang dipublikasikan Bank Indonesia. Rata-rata nilai variabel
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
suku bunga tertinggi dimiliki oleh PT. Panasia Filament Tbk. (PAFI) sebesar
Rp.287.022 juta, sedangkan nilai variabel suku bunga terendah dimiliki oleh PT.
Ever Shine Textile I. Tbk (ESTI) sebesar Rp 21.749 juta.
Pada tahun 2004, nilai variabel suku bunga tertinggi dimiliki oleh PT.
Panasia Filament Tbk. (PAFI) sebesar Rp 36.034 juta, sedangkan nilai variabel
suku bunga terendah dimiliki oleh PT. Pan Brothers Tex Tbk (PBRX) sebesar Rp
2.734 juta. Pada tahun 2005, nilai variabel suku bunga tertinggi dimiliki oleh PT.
Panasia Filament Tbk. (PAFI) sebesar Rp.56.843 juta, sedangkan nilai variabel
suku bunga terendah dimiliki oleh PT. Roda Vivatex Tbk (RDTX) sebesar Rp
6,352 juta.
Pada tahun 2006, nilai variabel suku bunga tertinggi dimiliki oleh PT.
Panasia Filament Tbk. (PAFI) sebesar Rp.577,409 juta, sedangkan nilai variabel
suku bunga terendah dimiliki oleh PT. Roda Vivatex Tbk (RDTX) sebesar Rp
23.089 juta. Pada tahun 2007, nilai variabel suku bunga tertinggi dimiliki oleh PT.
Pan Brothers Tex Tbk (PBRX) sebesar Rp 595.612 juta, sedangkan nilai variabel
suku bunga terendah dimiliki oleh PT. Eratex Djaja (ERTI) sebesar Rp 27.136
juta.
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
5.
Deskripsi Inflasi pada Industri Tekstil yang terdaftar di BEI periode
tahun 2004-2007.
Tabel 4.5
INFLASI
Pada Industri Tekstil yang terdaftar di BEI
Periode Tahun 2004-2007
(dalam juta rupiah)
NO EMITEN
1 ERTX
2004
TAHUN
2005
2006
2007
Ratarata
1,276.12 3,124.79 1,968.39 1,488.28 1,964.39
2 ESTI
318.08 1,378.21 1,556.02
774.97 1,006.82
3 HDTX
237.14 1,317.12
172.78
362.16
522.30
4 KARW
1,239.12 4,381.34 3,330.90 1,364.29 2,578.91
5 MYRX
1,288.55 1,958.10 4,020.52 2,453.12 2,430.07
6 PAFI
329.23 1,506.81
7 PBRX
9.79
8 RDTX
59.95
808.16
801.08
646.58 1,557.19 1,671.63
971.30
61.94
560.12
15.09
7.47
36.11
Sumber : www.idx.co.id dan www.bi.go.id (7/1/2009, diolah)
Tabel 4.5 menggambarkan nilai variabel Inflasi yang dikaitkan dengan
beban bunga (interest expense) masing-masing perusahaan, masing-masing
perusahaan yang termasuk dalam industri tekstil yang terdaftar di BEI. Beban
bunga (interest expense) dapat dilihat pada laporan keuangan setiap perusahaan
yang dijadikan sampel. Rata-rata nilai variabel inflasi tertinggi dimiliki oleh PT
Karwell Indonesia Tbk (KARW) sebesar Rp. 2.578,1 juta, sedangkan nilai ratarata nilai inflasi terendah dimiliki oleh PT Roda Vivatex Tbk (RDTX) sebesar
Rp.36,11 juta.
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Pada tahun 2004 nilai variabel inflasi tertinggi dimiliki oleh PT Hanson
International Tbk (MYRX) sebesar Rp 1.288,55 juta, sedangkan nilai rata-rata
nilai inflasi terendah dimiliki oleh PT Roda Vivatex Tbk (PBRX) sebesar Rp 9,79
juta. Pada tahun 2005, nilai variabel inflasi tertinggi dimiliki oleh PT Karwell
Indonesia Tbk (KARW) sebesar Rp 4.381,34juta, sedangkan nilai rata-rata nilai
inflasi terendah dimiliki oleh PT Roda Vivatex Tbk (RDTX) sebesar Rp.61,94
juta.
Pada tahun 2006, nilai variabel inflasi tertinggi dimiliki oleh Hanson
International Tbk (MYRX) sebesar Rp. 4.020,52 juta, sedangkan nilai rata-rata
nilai inflasi terendah dimiliki oleh PT Roda Vivatex Tbk (RDTX) sebesar
Rp.15,09 juta. Pada tahun 2007, nilai variabel inflasi tertinggi dimiliki oleh PT
Hanson International Tbk (MYRX) sebesar Rp.2.453,12juta, sedangkan nilai ratarata nilai inflasi terendah dimiliki oleh PT Roda Vivatex Tbk (RDTX) sebesar
Rp.7,47 juta.
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
B.
ANALISIS STATISTIK
1.
ANALISIS REGRESI LINEAR BERGANDA
Tabel 4.6 berikut ini menunjukkan hasil estimasi regresi melalui pengolahan
data dengan bantuan program Software SPSS (Statistic Package for the Social
Sciens) 14.00 for windows.
Tabel 4.6
Hasil Estimasi Regresi
Coefficientsa
Model
1
(Constant)
Risiko_Sistematis
Nilai_Tukar
Suku_Bunga
Inflasi
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
419,471
71,626
-64,810
28,976
19,881
9,264
-,181
,279
-112,376
35,705
Standardized
Coefficients
Beta
-,330
,348
-,104
-,468
t
5,856
-2,237
2,146
-,648
-3,147
Sig.
,000
,034
,041
,522
,004
a. Dependent Variable: Harga_Saham
Pengolahan data tersebut mengasilkan suatu model regresi linear berganda
sebagai berikut :
Y = 419,471 – 64,810 X1 + 19,881 X2 - 0,181 X3 – 112,376 X4 + e
Persamaan regresi linear berganda digunakan untuk menjelaskan pengaruh
variabel bebas (risiko sistematis, nilai tukar, suku bunga, dan inflasi) terhadap
variabel terikat (harga saham) secara simultan maupun secara parsial yang
bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan penulis.
Hasil regresi berganda dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Konstansa sebesar 419,471 menyatakan bahwa apabila tidak ada
variabel independent atau bebas (risiko sistematis, nilai tukar, suku
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
bunga, dan inflasi) maka harga saham perusahaan-perusahaan yang
tergolong dalam industri Tekstil di Bursa Efek Indonesia adalah
sebesar Rp. 419,471.
b. Risiko Sistematis yang diukur melalui indeks beta mempunyai nilai
sebesar -64,180 menyatakan bahwa apabila harga saham perusahaanperusahaan yang tergolong dalam industri Tekstil di Bursa Efek
Indonesia naik Rp. 1 maka risiko sistematis (beta) saham industri
Tekstil di BEI akan turun sebesar 64,180 dan demikian juga
sebaliknya. Indeks beta mengukur sampai sejauh mana harga saham
individual berfluktuasi bersamaan dengan berfluktuasinya harga pasar.
Indeks beta dapat bernilai
positif dan dapat juga bernilai negatif.
Indeks beta negatif berarti terjadi kondisi yang berlawanan, jika secara
umum harga saham mengalami kenaikan maka harga saham individu
yang mewakili indeks beta negatif mengalami penurunan. Indeks beta
yang normal adalah satu, terjadi jika rata-rata peningkatan harga
seluruh saham yang tercatat meningkat dengan persentase yang sama
dengan saham yang memiliki indeks beta satu.
c. Nilai Tukar mempunyai nilai sebesar 19,881 menyatakan bahwa
apabila harga saham perusahaan-perusahaan yang tergolong dalam
industri Tekstil di Bursa Efek Indonesia naik Rp. 1 naik maka nilai
tukar yang dikaitkan dengan gross profit akan naik sebesar 19,881
atau apabila nilai nilai tukar yang dikaitkan dengan other operating
revenue akan naik sebesar 19,881 , maka harga saham perusahaanperusahaan yang tergolong dalam industri Tekstil di Bursa Efek
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Indonesia naik Rp.1. Dalam banyak penelitian menemukan hubungan
bahwa di dalam kondisi yang normal dimana fluktuasi nilai tukar yang
tidak terlalu tinggi, hubungan perubahan nilai tukar terhadap harga
saham adalah positif.
d. Suku bunga mempunyai nilai sebesar -0,881, menyatakan bahwa
apabila suku bunga yang dikaitkan dengan hutang masing-masing
perusahaan kepada pihak ketiga (liabilities) turun sebesar -0,881 maka
harga saham akan naik sebesar Rp 1. dan sebaliknya apabila harga
saham turun sebesar Rp 1 maka nilai tukar akan naik sebesar 0,881.
suku bunga mempunyai hubungan yang negatif terhadap harga saham.
e. Inflasi mempunyai nilai sebesar -112,376 menyatakan bahwa apabila
harga saham perusahaan-perusahaan yang tergolong dalam industri
Tekstil di Bursa Efek Indonesia naik Rp. 1 naik maka inflasi yang
dikaitkan dengan Interest expense (beban bunga) akan turun sebesar
112,376 atau apabila nilai inflasi yang dikaitkan dengan Interest
expense (beban bunga) naik sebesar 112,376 maka harga saham
perusahaan-perusahaan yang tergolong dalam industri Tekstil di Bursa
Efek Indonesia turun Rp.1.
Penulis melakukan pengujian asumsi klasik yang bertujuan untuk
mendapatkan hasil penelitian yang BLUE (Best Linier Unbiased Estimation) atau
perkiraan yang efisien dan tidak bias.
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Kriteria persyaratan asumsi klasik yang harus dipenuhi, yaitu:
a.
Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengtahui apakah dalam sebuah model
regresi, variabel independen dan variabel dependen atau keduanya
berdistribusi normal atau tidak. Model yang paling baik hendaknya
berdistribusi data normal atau mendekati normal.
Untuk mengetahui apakah variabel independen (risiko sistematis dan nilai
tukar) dan variabel dependen (harga saham) atau keduanya berdistribusi
normal atau tidak yaitu dengan cara melakukan Uji Kolmogrov Smirnov
sebagai berikut:
Tabel 4.7
Hasil Uji Kolmogrov Smirnov
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N
Normal Parameters a,b
Most Extreme
Differences
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz
ed Residual
32
,0000000
209,50083621
,148
,148
-,083
,839
,482
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Menurut Situmorang at al (2008:62) bahwa, apabila hasil Uji Kolmogrov
Smirnov yaitu Asymp. Sig (2-tailed) lebih besar dari 0,05 ( α = 5% tingkat
signifikan) maka data berdistribusi normal. Sehingga model regresi yang
didapat dalam penelitian ini adalah berdistribusi normal seperti pada Tabel
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
4.7 , karena Asymp. Sig (2-tailed) Uji Kolmogrov Smirnov yaitu 0.878
lebih besar dari 0,05 (0,482 > 0,05).
Selain Uji Kolmogrov Smirnov, uji normalitas dapat dilakukan dengan
melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik Normal P-P
Plot of Regression Standardized Residual.
Gambar 4.1
Hasil Uji Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Observed Cum Prob
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
0.0
borP muC detcepxE
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Dependent Variable: Harga_Saham
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Berdasarkan grafik Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
pada Gambar 4.1, dapat diketahui bahwa data berdistribusi normal, karena
data menyebar di sekitar garis diagonal. Menurut Situmorang at al, 2008
:58-59, bahwa apabila data menyebar di sekitar garis diagonal maka regresi
memenuhi asumsi normalitas atau berdistribusi normal
b.
Uji Heterokedastisitas
Uji heterokedastisitas dilakukan untuk mengetahui apakah dalam sebuah
model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui apakah
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
terjadi Heterokedastisitas yaitu dengan metode informal yaitu metode grafik
Scatterplot.
Gambar 4.2
Hasil Scatterplot
Regression Studentized Residual
eulaV detciderP dezidradnatS noissergeR
-2
-1
0
1
2
-2
-1
0
1
Dependent Variable: Harga_Saham
Scatterplot
Berdasarkan grafik Scatterplot dalam Gambar 4.2 yang didapat dari analisis
dengan bantuan program Software SPSS (Statistic Package for the Social
Sciens) 14.00 for windows, maka dapat diketahui bahwa model tidak terkena
heterokedastisitas karena data penelitian yang berbentuk titik-titik tidak
membentuk suatu pola. Menurut Situmorang at al (2008:68), bahwa model
regresi yang baik adalah yang homokedastisitas atau tidak terjadi
heterokedastisitas. Jadi, model regresi linear berganda yang didapat
memenuhi asumsi homokedastisitas atau tidak terkena heterokedastisitas.
Selain metode analisis grafik Scatterplot, terdapat beberapa metode formal
yaitu dengan cara pendekatan statistik. Metode formal yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Park Test atau uji Park.
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Tabel 4.8
Hasil Park Test
Coefficientsa
Model
1
(Constant)
Risiko_Sistematis
Nilai_Tukar
Suku_Bunga
Inflasi
Unstandardized
Coefficients
Std. Error
B
,852
2,509
,345
-,448
,110
,079
,003
-,003
,425
-,204
Standardized
Coefficients
Beta
-,243
,147
-,158
-,091
t
2,946
-1,301
,717
-,780
-,482
Sig.
,007
,204
,479
,442
,634
a. Dependent Variable: LN_U21
Berdasarkan Tabel 4.8 menunjukkan bahwa model regresi tidak terkena
heterokedastisitas, karena sig. variabel independent (bebas) pada tabel lebih
besar dari 5% (0,05) berarti data tidak terkena heterokedastisitas
c.
Sig. Risiko Sistematis
= (0,204 > 0,05)
Sig. Nilai Tukar
= (0,479 > 0,05)
Sig. Suku Bunga
= (0,442 > 0,05)
Sig. Inflasi
= (0,634 > 0,05)
Uji Autokorelasi
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara
serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu (sepertidalam data
deret waktu) atau ruang (seperti data cross section) dalam (Situmorang at al,
2008:78-95). Dalam penelitian ini, metode yang dilakukan untuk menguji
ada atau tidaknya autokorelasi dalam suatu model regresi yaitu dengan
melakukan Durbin-Watson Test (DW) yang diberi simbol d.
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Tabel 4.9
Hasil Durbin-Watson Test
Model Summaryb
Model
1
R
R Square
,658a
,433
Adjusted
R Square
,349
Std. Error of
the Estimate
224,48366
DurbinWatson
1,733
a. Predictors: (Constant), Inflasi, Suku_Bunga, Risiko_Sistematis, Nilai_
Tukar
b. Dependent Variable: Harga_Saham
Pada hasil output hasil Durbin-Watson Test pada Tabel 4.9 maka dapat
diketahui bahwa nilai d yaitu sebesar 1,829. Nilai d akan dibandingkan
dengan nilai dl dan du pada n = 32 dan k = jumlah variabel bebas
d
= 1,733
dl
= 1,19
du
= 1,729
Sesuai dengan Tabel 1.3 pada BAB I , maka apabila du < d < 4-du maka
dapat disimpulkan bahwa model regresi tidak terkena autokorelasi positif
maupun negatif.
= 1,69 < 1,733 < 4-1,729
= 1,729 < 1,733 < 2,271
d.
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi linear ditemukan adanya korelasi yang tinggi diantara variabel bebas,
dengan ketentuan :
Bila VIF > 5 maka terdapat masalah multikolinearitas yang serius
Bila VIF< 5 maka tidak terdapat masalah multikolinearitas yang serius.
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Untuk mengetahui ada tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari
besarnya nilai Variance Inflation Factor (VIF) pada Tabel 4.10
Tabel 4.10
Hasil uji Multikolineritas
Coefficientsa
Model
1
(Constant)
Risiko_Sistematis
Nilai_Tukar
Suku_Bunga
Inflasi
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
419,471
71,626
-64,810
28,976
9,264
19,881
,279
-,181
35,705
-112,376
Standardized
Coefficients
Beta
t
5,856
-2,237
2,146
-,648
-3,147
-,330
,348
-,104
-,468
Sig.
,000
,034
,041
,522
,004
Collinearity Statistics
VIF
Tolerance
,963
,798
,818
,949
1,039
1,252
1,222
1,054
a. Dependent Variable: Harga_Saham
Berdasarkan Tabel 4.10 maka dapat diketahui bahwa model tidak terdapat
masalah, karena VIF (Variance Inflation Factor) tidak lebih besar dari 5
yaitu :
VIF Risiko Sistematis
= 1,039 < 5
VIF Nilai Tukar
= 1,252 < 5
VIF Suku Bunga
= 1,222 < 5
VIF Infasi
= 1,054 < 5
Selain nilai VIFnya yang dilihat, nilai tolerancenya juga dapat digunakan
untuk mengetahui multikolonieritas. Apabila nilai tolerancenya lebih besar
dari sig. 5%, maka model tidak terkena multikolonieritas. Berdasarkan Tabel
4.10
maka
diketahui
bahwa
model
penelitian
ini
tidak
terkena
multikolearitas, karena nilai tolerance variabel bebas lebih besar (>)
dibandingkan sig. 5%.
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
2.
Pengujian Hipotesis
a.
Uji Serempak (Uji-F)
Uji Serempak dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas
secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
terikat. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan secara
simultan antara risiko sistematis dan
nilai tukar terhadap harga saham
perusahaan Tekstil di BEI, yaitu dengan membandingkan Fhitung dengan
Ftabel pada tingkat signifikan (α ) = 5%. Fhitung dapat dilihat pada Tabel
4.11
Tabel 4.11
Hasil Uji Simultan (Uji-F)
ANOVAb
Model
1
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
1039322
1360609
2399931
df
4
27
31
Mean Square
259830,611
50392,912
F
5,156
Sig.
,003a
a. Predictors: (Constant), Inflasi, Suku_Bunga, Risiko_Sistematis, Nilai_Tukar
b. Dependent Variable: Harga_Saham
Berdasarkan Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan secara simultan antara risiko sistematis, nilai tukar, suku bunga,
dan inflasi terhadap harga saham Industri Tekstil di BEI, karena Fhitung
lebih besar Ftabel pada tingkat signifikan (α ) = 5%.
Fhitung
= 5,156
Ftabel
= 2,69
F tabel dapat diperoleh dari tabel F dimana :
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
df pembilang = k-1
df penyebut
= n-k
(k=5, n=32)
Sehingga H1 diterima karena Fhitung > Ftabel yaitu 5,156 > 2,69
Selain membandingkan antara Fhitung dan Ftabel untuk mengetahui apakah
semua variabel bebas secara simultan mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel terikat, ada cara lain yang lebih mudah yaitu
membandingkan sig.tabel pada hasil pengolahan data dengan tingkat
signifikan (α ) =5%. Apabila sig.tabel lebih kecil dibandingkan tingkat
signifikan (α ) =5%, maka terdapat pengaruh signifikan semua variabel
bebas terhadap variabel terikat.
Sig.tabel
= 0,003
Signifikan (α ) = 0,05
Sehingga H1 diterima karena sig.tabel < signifikan 5% yaitu 0,003 < 0,05
Dimana H1 : b1 ≠ b2 ≠ 0 maka terdapat pengaruh yang signifikan secara
simultan antara risiko sistematis dan nilai tukar terhadap harga
saham Industri Tekstil di BEI.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa risiko sistematis, nilai tukar, suku
bunga, dan inflasi secara bersama-sama atau secara simultan mempengaruhi
harga saham. Penelitian ini sesuai dengan hipotesis yang dibuat penulis dan
sejalan hasil penelitian yang dilakukan oleh Elisabeth tahun 2007 dengan
judul “Pengaruh Resiko Sistematis dan Makro Ekonomi terhadap Harga
Saham Perusahaan Perbankan di BEJ”. Variabel makro ekonomi yang
diteliti terdiri dari; nilai tukar, GDP, suku bunga, dan inflasi. Hasil dari
penelitian menemukan bahwa resiko sistematis dan makro ekonomi
memiliki pengaruh signifikan secara simultan terhadap harga saham.
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
b.
Uji Secara Parsial
Uji Secara Parsial dilakukan untuk menguji apakah setiap variabel bebas
secara parsial atau terpisah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel terikat. Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang
signifikan secara simultan antara risiko sistematis dan nilai tukar terhadap
harga saham Industri Tekstil di BEI, yaitu dengan membandingkan nilai
thssitung dengan ttabel pada tingkat signifikan (α ) = 5%. Nilai thitung dapat
dilihat pada Tabel 4.12
Tabel 4.12
Hasil Uji Parsial (Uji-t)
Coefficientsa
Model
1
(Constant)
Risiko_Sistematis
Nilai_Tukar
Suku_Bunga
Inflasi
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
71,626
419,471
-64,810
28,976
19,881
9,264
-,181
,279
-112,376
35,705
Standardized
Coefficients
Beta
-,330
,348
-,104
-,468
t
5,856
-2,237
2,146
-,648
-3,147
Sig.
,000
,034
,041
,522
,004
a. Dependent Variable: Harga_Saham
1.
Risiko Sistematis
Berdasarkan Tabel 4.12 dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan secara parsial risiko sistematis terhadap harga saham perusahaan
Tekstil di BEI periode tahun 2004-2007, karena ttabel < - thitung yaitu 2,052 <
-2,237
thitung
= -2,237
ttabel
= 2,052
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
(t tabel dapat diperoleh dari tabel t pada tingkat signifikansi
5% dengan derajat kebebasan df = n-k, dimana n=32, k=5).
Selain membandingkan antara thitung dan ttabel untuk mengetahui apakah
variabel risiko sistematis secara parsial mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap variabel terikat yaitu harga saham, ada cara lain yang
lebih mudah yaitu membandingkan sig.tabel pada hasil pengolahan data
dengan
tingkat
dibandingkan
signifikan (α ) =5%.
tingkat
Apabila
signifikan (α ) =5%,
sig.tabel
maka
lebih
terdapat
kecil
pengaruh
signifikan variabel risiko sistematis secara parsial terhadap variabel terikat
yaitu harga saham karena 0,008 < 0,05 .
sig.tabel
= 0,034
signifikan (α )
= 0,05
Sehingga H1 diterima karena ttabel
< - thitung yaitu 2,052 < -2,316 dan
sig.tabel < signifikan 5% yaitu 0,034 < 0,05 .
Dimana H1 : bi ≠ 0 , artinya terdapat pengaruh yang signifikan
risiko
sisitematis terhadap harga saham perusahaan Tekstil
di BEI periode tahun 2004-2007.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa Risiko Sistematis yang diukur
melalui indeks beta berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham
Industri Tekstil di BEI periode tahun 2004-2007 secara parsial. Hasil
penellitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Elisabeth
tahun 2007.
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
2.
Nilai tukar
Berdasarkan Tabel 4.12 dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan secara parsial nilai tukar terhadap harga saham Industri Tekstil di
BEI periode tahun 2004-2007, karena thitung > ttabel yaitu 2,146 > 2,052.
thitung
= 2,146
ttabel
= 2,052
(t tabel dapat diperoleh dari tabel t pada tingkat signifikansi
5% dengan derajat kebebasan df = n-k, dimana n=32, k=3).
Selain membandingkan antara thitung dan ttabel untuk mengetahui apakah
variabel nilai tukar secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel terikat yaitu harga saham, ada cara lain yang lebih mudah
yaitu membandingkan sig.tabel pada hasil pengolahan data dengan tingkat
signifikan (α ) =5%. Apabila sig.tabel lebih kecil dibandingkan tingkat
signifikan (α ) =5%, maka terdapat pengaruh signifikan variabel bebas secara
parsial terhadap variabel terikat yaitu harga saham karena 0,041 < 0,05.
sig.tabel
= 0,041
signifikan (α ) = 0,05
Sehingga H1 diterima karena thitung > ttabel yaitu 2,146 > 2,052 dan sig.tabel <
signifikan 5% yaitu 0,041 < 0,05 .
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Dimana H1 : bi ≠ 0 , artinya terdapat pengaruh yang signifikan nilai tukar
terhadap harga saham perusahaan Tekstil di BEI
periode tahun 2004-2007.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa Nilai Tukar berpengaruh positif
signifikan terhadap harga saham Industri Tekstil di BEI periode tahun 20042007 secara parsial. Hasil penellitian ini sejalan dengan Dalam banyak
penelitian yang menemukan bahwa di dalam kondisi yang normal dimana
fluktuasi nilai tukar yang tidak terlalu tinggi, hubungan perubahan nilai
tukar terhadap harga saham adalah positif. Hasil penelitian ini juga sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Elisabeth tahun 2007 dan Mudji
Utami – Mudjilah.
3.
Suku Bunga
Berdasarkan Tabel 4.12 dapat diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh yang
signifikan secara parsial suku bunga terhadap harga saham perusahaan
Tekstil di BEI periode tahun 2004-2007, karena ttabel > - thitung yaitu 2,052 >
-0,648 .
thitung
= -0,648
ttabel
= 2,052
(t tabel dapat diperoleh dari tabel t pada tingkat signifikansi
5% dengan derajat kebebasan df = n-k, dimana n=32, k=5).
Selain membandingkan antara thitung dan ttabel untuk mengetahui apakah
variabel suku bunga secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel terikat yaitu harga saham, ada cara lain yang lebih mudah
yaitu membandingkan sig.tabel pada hasil pengolahan data dengan tingkat
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
signifikan (α ) =5%. Apabila sig.tabel lebih kecil dibandingkan tingkat
signifikan (α ) =5%, maka terdapat pengaruh signifikan variabel risiko
sistematis secara parsial terhadap variabel terikat yaitu harga saham karena
0,522 > 0,05 .
sig.tabel
= 0,522
signifikan (α ) = 0,05
Sehingga H0 diterima karena ttabel
> - thitung yaitu 2,052 < -0,648 dan
sig.tabel > signifikan 5% yaitu 0,522 < 0,05 .
Dimana H0 : b1 = b2 = 0,
artinya tidak terdapat pengaruh yang signifikan
secara simultan antara suku bunga terhadap harga
saham Indutri Tekstil di BEI.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa suku bunga tidak berpengaruh
signifikan terhadap harga saham Industri Tekstil di BEI periode tahun 20042007 secara parsial. Hasil penellitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Elisabeth tahun 2007.
4.
Inflasi
Berdasarkan Tabel 4.12 dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh yang
signifikan secara parsial inflasi terhadap harga saham perusahaan Tekstil di
BEI periode tahun 2004-2007, karena ttabel < - thitung yaitu 2,052 < -3,147 .
thitung
= -3,147
ttabel
= 2,052
(t tabel dapat diperoleh dari tabel t pada tingkat signifikansi 5% dengan
derajat kebebasan df = n-k, dimana n=32, k=5).
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Selain membandingkan antara thitung dan ttabel untuk mengetahui apakah
variabel inflasi secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
variabel terikat yaitu harga saham, ada cara lain yang lebih mudah yaitu
membandingkan sig.tabel pada hasil pengolahan data dengan tingkat
signifikan (α ) =5%. Apabila sig.tabel lebih kecil dibandingkan tingkat
signifikan (α ) =5%, maka terdapat pengaruh signifikan variabel risiko
sistematis secara parsial terhadap variabel terikat yaitu harga saham karena
0,004 < 0,05 .
sig.tabel
= 0,004
signifikan (α ) = 0,05
Sehingga H1 diterima karena ttabel
< - thitung yaitu 2,052 < -3,147 dan
sig.tabel < signifikan 5% yaitu 0,004 < 0,05 .
Dimana H1 : bi ≠ 0 , artinya terdapat pengaruh yang signifikan inflasi
terhadap harga saham perusahaan Tekstil di BEI
periode tahun 2004-2007.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa Inflasi berpengaruh negatif
signifikan terhadap harga saham Industri Tekstil di BEI periode tahun 20042007 secara parsial. Hasil penellitian ini tidak sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Elisabeth tahun 2007.
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukan
sebelumnya maka kesimpulan penelitian ini adalah :
1. Menurut delapan perusahaan yang termasuk dalam Industri Tekstil yaitu
PT. Eratex Djaja Tbk, PT. Ever Shine Textile I. Tbk, PT. Panasia
Indosyntex Tbk, PT. Karwell Indonesia Tbk, PT. Hanson International
Tbk, PT. Panasia Filament Inti Tbk, PT. Pan Brothers Tex Tbk, dan PT.
Roda Tex Tbk menyatakan bahwa risiko sistematis, nilai tukar, suku
bunga, dan inflasi secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan
terhadap harga saham industri Tekstil di Bursa Efek Indonesia. Hasil
penelitian ini sesuai dengan hipotesis penelitian ini,yaitu terdapat pengaruh
signifikan risiko sistematis, nilai tukar, suku bunga, dan inflasi secara
simultan terhadap harga saham industry tekstil di BEI. Pengaruh signifikan
tersebut dapat diketahui dari hasil pengujian dengan bantuan Software
SPSS 14.00 for windows yaitu karena Fhitung lebih besar Ftabel pada tingkat
signifikan (α ) = 5% (5,278 > 2,69).
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
2. Menurut delapan perusahaan yang termasuk dalam Industri Tekstil yaitu
PT. Eratex Djaja Tbk, PT. Ever Shine Textile I. Tbk, PT. Panasia
Indosyntex Tbk, PT. Karwell Indonesia Tbk, PT. Hanson International
Tbk, PT. Panasia Filament Inti Tbk, PT. Pan Brothers Tex Tbk, dan PT.
Roda Tex Tbk menyatakan bahwa :
a.
Risiko sistematis yang dihitung dengan indeks beta berpengaruh
negatif signifikan terhadap harga saham Industri Tekstil di Bursa
Efek Indonesia. Berarti harga saham individual berfluktuasi tidak
bersamaan dengan berfluktuasinya harga pasar atau dengan kata lain
bahwa terjadi kondisi yang berlawanan, yaitu jika secara umum harga
saham mengalami kenaikan maka harga saham individu mengalami
penurunan, demikian sebaliknya apabila secara umum harga saham
mengalami penurunan
maka harga saham individu mengalami
kenaikan.
b.
Nilai tukar mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap harga
saham Industri Tekstil di Bursa Efek Indonesia. Berarti apabila nilai
tukar naik maka harga saham akan naik juga, demikian sebaliknya
apabila nilai tukar turun maka harga saham akan menurun juga.
c.
Inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap harga saham. Inflasi
merupakan kecenderungan terjadinya peningkatan harga produk
secara keseluruhan. Apabila terjadi kenaikan harga produk maka akan
mengakibatkan investor tidak berminat untuk membeli saham,
sehingga harga saham akan turun karena permintaan lebih kecil
dibandingkan penawaran.
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
d.
Suku bunga tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham.
Perubahan suku bunga akan mempengaruhi harga saham secara
terbalik ceterus paribus. Apabila suku bunga meningkat maka harga
saham akan turun, hal tersebut dapat terjadi karena investor akan lebih
tertarik terhadap investasi tang terkait dengan suku bunga (misalnya
deposito) dengan cara memindahkan investasinya dari saham
(Tandelilin, 2001:48-49). Apabila saham banyak dijual dengan kata
lain bahwa permintaan lebih kecil dari pada penawaran akan
mengakibatkan harga saham tersebut menjadi turun. Demikian juga
sebaliknya apabila suku bunga menurun maka harga saham akan
menjadi naik, hal tersebut dapat terjadi disebabkan jumlah saham yang
diminta akan menjadi banyak, yang sesuai dengan hukum permintaanpenawaran apabila permintaan lebih besar dari pada penawaran maka
harga akan menjadi naik atau lebih tinggi. Hasil penelitian ini sesuai
dengan teori tersebut akan tetapi tidak signifikan.
3. Menurut delapan perusahaan yang termasuk dalam Industri Tekstil yaitu
PT. Eratex Djaja Tbk, PT. Ever Shine Textile I. Tbk, PT. Panasia
Indosyntex Tbk, PT. Karwell Indonesia Tbk, PT. Hanson International
Tbk, PT. Panasia Filament Inti Tbk, PT. Pan Brothers Tex Tbk, dan PT.
Roda Tex Tbk menyatakan bahwa tidak ada hubungan / korelasi antara
risiko sistematis, nilai tukar, suku bunga, dan inflasi. Hasil penelitian ini
tidak sesuai dengan teori yang semestinya, seperti yang dikemukakan oleh
Sukirno (2004:397) bahwa inflasi, nilai tukar, dan suku bunga mempunyai
korelasi atau saling mempengaruhi satu sama lainnya. Hal tersebut dapat
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
terjadi disebabkan perbedaaan sampel, jumlah sampel, dan periode tahun
yang digunakan dalam penelitian. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang pernah dilakukan oleh Tandelilin tahun 1997 bahwa nilai
tukar, suku bunga, dan inflasi tidak berpenagruh signifikan terhadap risiko
sistematis yang berarti tidak ada hubungan anatara variabel tersebut.
B.
SARAN
Adapun saran penulis adalah sebagai berikut :
a. Sebelum melakukan investasi di pasar modal terutama investasi saham,
maka perlu calon investor mempertimbangkan dan mempelajari
mengenai nilai tukar, suku bunga, inflasi, dan faktor-faktor lainnya yang
berguna untuk meminumkan risiko dan memaksimalkan return
(keuntungan).
b. Penelitian yang menyangkut hubungan risiko sistematis, nilai tukar, suku
bunga, dan inflasi terhadap harga saham Industri Tekstil di BEI periode
tahun 2004-2007 ini, sangat terbatas pada informasi-informasi yang
terdesia di public secara sekunder. Oleh karena itu, disarankan agar
penelitian-penelitian selanjutnya menggunakan variabel-variabel yang
lebih kompleks
c. Memperbesar sampel penelitian, tidak hanya terbatas pada Industri
Tekstil saja, tetapi juga perusahaan-perusahaan lainnya seperti sektor
Manufaktur, sektor Industri Barang dan Konsumsi, sektor Perdagangan
Jasa dan Investasi, dan sektor-sektoe lainnya.
d. Keterbatasan penelitian ini terletak pada penggunaan data yaitu pada
tahun 2004-2007, sehingga rentan terkena uji asumsi klasik. Penulis
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
menyarankan selain memperbesar sampel penelitan akan tetapi juga
memperpanjang rentang waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Anoraga, Panji. 2001. Pengantar Pasar Modal. Edisi Revisi. Jakarta : PT Rineke
Cibta.
Elisabeth, Junita. 2007. Pengaruh Resiko Sistematis dan Makro Ekonomi
Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Perbankan di BEJ, Skripsi
Manajemen. Universitas Sumatera Utara, Medan.
Haryanto, Dedi dan Riyatno. 2007. Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank
Indonesia dan Nilai Kurs terhadap Risiko Sistemamatik Saham Perusahaan
di BEJ. Jurnal Keuangan dan Bisnis vol 5, No 1 Maret 2007, hal 24-40.
STIE Musi, Palembang.
Fakhruddin, M. 2001. Perangkat dan Model Analisis Investasi di Pasar Modal,
Buku Satu. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.
Jogiyanto. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Ketiga.
Yogyakarta : BPFE- Yogyakarta.
Madura, Jeff. 2006. International Corporate Finance. Edisis Kedelapan. Jakarta :
Salemba Empat.
Samsul, Mohammad. 2006. Pasar Modal dan Manajemen Portofolio. Cetakan
Pertama. Jakarta : Erlangga.
Situmorang at al. 2008. Analisis Data Penelitian. Terbitan Pertama. Medan :
USU Press.
Sugiyono. 2005. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Kelima. Bandung : CV
Alfabeta.
Sukirno, Sadono. 2004. Makro Ekonomi Teori Pengantar, Edisi Ketiga. Jakarta
: PT RajaGranfindo Persada.
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio.
Edisi Pertama. Yogyakarta : BPFE – Yogyakarta.
Utami, Mudjilah dan Rahayu Mudjilah. 2003. Peranan Profitabilitas, Suku Bunga,
Inflasi, dan Nilai Tukar. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan vol. 5 No.
4. Universitas Kristen Petra, Surabaya.
www.bi.go.id/nilaitukar diakses oleh oleh Anri Ayen Pane pada tanggal 20
September 2008 jam 19.00 WIB
www.idx.co.id/submite-offline diakses oleh Anri Ayen Pane pada tanggal 20
September 2008 jam 20.00 WIB
www.mediadata.co.id diakses oleh Anri Ayen Pane pada tanggal 6 Oktober 2008
jam 13.00 WIB
www.textile.web.id diakses oleh Anri Ayen Pane pada tanggal 7 September 2008
jam 19.00 WIB
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
LAMPIRAN I
DATA SEKUNDER
A. HARGA SAHAM PERUSAHAAN
1.
PT. ERATEX DJAJA Tbk (ERTX)
Tahun
Bulan
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
2004
200
170
200
155
100
95
165
140
125
180
170
130
2005
125
160
175
175
154
120
120
100
100
100
100
2006
120
130
115
140
100
95
110
80
90
110
120
2007
140
140
140
110
126
130
125
160
185
185
250
100
140
190
Harga saham bulan Desember 2003 = Rp. 210
2.
PT. EVER SHINE TEXTILE I. Tbk (ESTI)
Tahun
Bulan
2004
2005
2006
125
75
80
Jan
125
75
80
Feb
125
75
80
Mar
125
75
80
Apr
75
75
80
May
75
75
60
Jun
75
75
60
Jul
75
75
60
Aug
100
75
70
Sep
100
80
70
Oct
100
80
70
Nov
80
80
60
Dec
Harga saham bulan Desember 2003 = Rp. 125
2007
70
61
61
61
93
60
89
89
70
100
90
80
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
3.
PT. PANASIA INDOSYNTEX Tbk (HDTX)
Bulan
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
2004
300
300
300
300
395
500
500
500
500
500
500
500
Tahun
2005
2006
500
400
500
400
500
400
500
400
500
400
500
400
350
400
400
365
400
400
400
400
450
400
400
400
2007
400
400
400
400
400
430
425
400
400
400
400
400
Harga saham bulan Desember 2003 = Rp. 275
4.
PT. KARWELL INDONESAI Tbk (KARW)
Tahun
Bulan
2004
2005
2006
420
410
160
Jan
420
410
140
Feb
420
410
115
Mar
420
410
120
Apr
420
410
175
May
400
410
215
Jun
400
410
215
Jul
410
490
215
Aug
410
295
215
Sep
410
350
215
Oct
410
245
215
Nov
410
200
105
Dec
Harga saham bulan Desember 2003 = Rp. 410
2007
51
51
51
80
210
230
385
355
385
415
385
400
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
5.
PT. HANSON INTERNATIONAL Tbk (MYRX)
Tahun
Bulan
2004
2005
2006
15
10
25
Jan
15
20
25
Feb
10
30
25
Mar
15
25
25
Apr
15
25
25
May
15
25
25
Jun
15
25
25
Jul
15
25
25
Aug
15
25
25
Sep
15
25
25
Oct
20
25
25
Nov
15
25
35
Dec
Harga saham bulan Desember 2003 = Rp. 15
6.
2007
35
33
33
45
46
63
70
67
105
102
69
67
PT. PANASIA FILAMENT INTI Tbk (PAFI)
Tahun
Bulan
2004
2005
2006
80
100
70
Jan
60
100
70
Feb
45
100
65
Mar
60
100
95
Apr
75
110
95
May
120
85
95
Jun
100
70
95
Jul
100
70
50
Aug
100
70
50
Sep
100
70
40
Oct
100
70
35
Nov
100
70
40
Dec
Harga saham bulan Desember 2003 = Rp. 95
2007
36
36
36
78
65
110
250
250
250
250
250
250
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
7.
PT. PAN BROTHERS TEX Tbk (PBRX)
Tahun
Bulan
2004
2005
2006
365
400
380
Jan
355
395
380
Feb
365
385
385
Mar
345
365
380
Apr
355
370
380
May
360
370
385
Jun
360
360
380
Jul
355
360
380
Aug
380
350
380
Sep
380
365
380
Oct
405
370
380
Nov
405
375
380
Dec
Harga saham bulan Desember 2003 = Rp. 285
8.
2007
465
455
610
710
460
475
435
280
370
310
360
355
PT. RODA VIVATEX (RDTX)
Tahun
Bulan
2004
2005
2006
365
400
380
Jan
355
395
380
Feb
365
385
385
Mar
345
365
380
Apr
355
370
380
May
360
370
385
Jun
360
360
380
Jul
355
360
380
Aug
380
350
380
Sep
380
365
380
Oct
405
370
380
Nov
405
375
380
Dec
Harga Saham bulan Desember 2003 = Rp. 900
2007
465
455
610
710
460
475
435
280
370
310
360
355
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
B. NILAI TUKAR RUPIAH - $US
1.
TAHUN 2004
Rata-rata
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Kurs Jual
186,794
160,653
199,514
182,165
179,841
207,530
200,274
204,444
193,652
201,521
162,035
Kurs Beli
165,794
142,653
177,514
162,165
160,841
186,530
179,274
183,444
173,652
180,521
145,035
Kurs Jual
8,894.95
8,925.17
9,068.82
9,108.25
9,465.32
9,882.38
9,536.86
9,735.43
9,682.60
9,596.24
9,531.47
Kurs Beli
7,894.95
7,925.17
8,068.82
8,108.25
8,465.32
8,882.38
8,536.86
8,735.43
8,682.60
8,596.24
8,531.47
Desember
223,631
200,631
9,723.09
8,723.09
2,302,054
2,058,054
Jumlah Rata-rata
113,151
101,151
214,301
107,151
Jumlah
Nilai Tukar Tahunan 2004
2.
8,929.21
TAHUN 2005
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Kurs Jual
204,643
175,409
207,281
200,787
199,596
222,562
216,285
230,696
225,384
222,461
179,192
Desember
227,861
Jumlah
Kurs Beli
183,643
157,409
186,281
180,787
179,596
200,562
195,285
208,696
204,384
201,461
162,192
Rata-rata
Kurs Jual
Kurs Beli
9,744.90
8,744.90
9,744.94
8,744.94
9,870.52
8,870.52
10,039.35
9,039.35
9,979.80
8,979.80
10,116.45
9,116.45
10,299.29
9,299.29
10,486.18
9,486.18
10,732.57
9,732.57
10,593.38
9,593.38
10,540.71
9,540.71
205,861
10,357.32
9,357.32
2,512,157
2,266,157
Jumlah Rata-rata
122,505
110,505
233,011
116,505.42
Nilai Tukar Tahunan 2005
9,708.79
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
3.
TAHUN 2006
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Kurs Jual
209,420
195,063
203,103
169,865
199,182
216,980
202,135
191,885
202,510
164,682
211,961
Desember
191,736
Jumlah
Kurs Beli
188,420
175,063
182,103
151,865
178,182
194,980
181,135
171,885
181,510
147,682
189,961
Rata-rata
Kurs Jual
Kurs Beli
9,972.38
8,972.38
9,753.15
8,753.15
9,671.57
8,671.57
9,436.94
8,436.94
9,484.86
8,484.86
9,862.73
8,862.73
9,625.48
8,625.48
9,594.25
8,594.25
9,643.33
8,643.33
9,687.18
8,687.18
9,634.59
8,634.59
171,736
9,586.80
8,586.80
2,358,522
2,114,522
Jumlah Rata-rata
115,953
103,953
219,907
109,953.26
Nilai Tukar Tahunan 2006
4.
9,162.77
TAHUN 2007
Bulan
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
Jumlah
Kurs Jual
220,063
191,356
202,943
191,951
196,231
189,673
210,477
217,067
196,198
163,320
214,814
147,504
Kurs Beli
197,063
171,356
181,943
171,951
175,231
169,673
188,477
195,067
178,198
146,320
192,814
Rata-rata
Kurs Jual
Kurs Beli
9,567.96
8,567.96
9,567.80
8,567.80
9,663.95
8,663.95
9,597.55
8,597.55
9,344.33
8,344.33
9,483.65
8,483.65
9,567.14
8,567.14
9,866.68
8,866.68
9,809.90
8,909.90
9,607.06
8,607.06
9,764.27
8,764.27
132,504
9,833.60
8,833.60
2,341,597
2,100,597
Jumlah Rata-rata
115,674
103,774
219,448
109,723.89
Nilai Tukar Tahunan 2007
9,143.66
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
C. SUKU BUNGA
TAHUN
2004
2005
2006
2007
Jan
Bulan
12.08
7.42
12.75
8.08
Feb
11.46
7.43
12.74
8.25
Mar
11.13
7.44
12.73
8.25
Apr
7.34
7.62
12.74
8.25
May
3.66
7.88
12.55
8.25
Jun
2.93
8.10
12.50
8.31
Jul
3.68
8.48
12.31
8.56
Aug
2.95
8.84
11.85
8.80
Sep
3.69
10.00
11.25
9.00
Oct
3.70
11.00
10.92
9.00
Nov
3.71
12.25
10.35
9.25
Dec
4.95
12.75
9.88
9.55
Jumlah
71.28
109.20
142.56
103.56
Rata_rata
5.94
9.10
11.88
8.63
Keterangan : dalam persen (%)
D. INFLASI
Bulan
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
Oct
Nov
Dec
Jumlah
Rata_rata
2004
TAHUN
2005
2006
2007
4.82%
4.60%
5.11%
5.92%
6.43%
6.83%
7.20%
6.66%
6.27%
6.22%
6.18%
6.40%
7.32%
7.15%
8.81%
8.12%
7.40%
7.42%
7.84%
8.33%
9.06%
17.89%
18.38%
17.11%
6.26%
6.30%
6.52%
6.29%
6.01%
5.77%
6.06%
6.51%
6.95%
6.88%
6.71%
6.59%
0.73
0.0594
1,25
0.0909
17.03%
17.92%
15.74%
15.40%
15.60%
15.53%
15.15%
14.90%
14.55%
6.29%
5.27%
6.60%
1.60
0.1188
0.77
0.086
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
E. LABA BERSIH (GROSS PROFIT)
TAHUN
PERUSAHAAN
2004
2005
2006
2007
56,988,273
68,071,404
59,093,698
72,461,684
ESTI
23,887,040,546
29,446,922,349
1,468,067,450
32,074,676,791
HDTX
25,039,759,896
9,092,897,012
30,988,420,728
32,074,676,791
KARW
78,904,870,531
73,362,208,841
6,179,202,714
45,568,902,220
MYRX
43,723,276,201
21,577,178,731
(37,220,706,165)
(36,014,083,235)
PAFI
(3,148,084,287)
(7,670,433,330)
(28,046,864,925)
(13,164,090,151)
PBRX
44,160,517,016
112,278,911,374
118,927,453,598
174,405,136,913
RDTX
30,149,045,789
32,793,050,975
38,745,250,537
38,511,723,272
ERTX
Dalam Satuan rupiah.
F. TOTAL HUTANG (TOTAL LIABILITIES)
TAHUN
PERUSAHAAN
2004
2005
2006
2007
ERTX
297,078
310,131
325,850
ESTI
198,378
251,984
244,235
HDTX
837,849
397,305
452,328
582,099
KARW
457,660
455,145
335,525
323,759
MYRX
380,339
434,543
442,812
453,565
PAFI
606,634
624,650
486,048
484,382
PBRX
46,019
281,853
441,171
690,176
52,236
RDTX
Dalam Satuan Rupiah
69,806
194,341
209,181
314,444
269,620
G. BEBAN BUNGA (INTEREST EXPENSE)
PERUSAHAAN
ERTX
ESTI
HDTX
KARW
MYRX
PAFI
PBRX
RDTX
2004
21,081,196,000
5,254,557,086
3,917,533,690
20,470,067,562
21,286,616,668
5,438,794,371
161,659,004
990,337,741
TAHUN
2005
2006
18,262,920,000
14,764,762,000
8,054,972,290
11,671,644,635
7,697,978,936
2,716,577,060
25,606,891,744
24,984,896,086
11,444,157,154
30,157,691,975
8,806,611,417
4,201,432,814
3,778,968,245
11,680,358,425
362,017,373
113,217,793
2007
23,239,308,000
12,101,034,673
2,697,978,936
21,303,143,014
38,305,088,002
12,619,355,853
26,102,177,874
116,583,139
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Keterangan : dalam satuan RUPIAH
H. INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN
Bulan
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agu
Sept
Okt
Nov
Des
2004
752.930
761.080
735.680
783.410
732.520
732.400
756.980
754.700
820.130
860.490
977.770
1,000.230
Tahun
2005
2006
1,045.440 1,232.320
1,073.830 1,230.660
1,080.170 1,322.970
1,029.610 1,464.410
1,088.170 1,330.000
1,122.380 1,310.260
1,182.300 1,351.650
1,050.090 1,431.260
1,079.280 1,534.610
1,066.220 1,582.630
1,096.640 1,718.960
1,162.640 1,805.520
2007
1,757.260
1,740.970
1,830.920
1,999.170
2,084.320
2,139.280
2,348.670
2,194.340
2,359.210
2,643.490
2,688.330
2,745.830
IHSG bulan Desember 2003 =Rp 691.900
I.
RETURN PASAR (Rmt)
Rmt =
Bulan
IHSGt − IHSGt −1
IHSGt −1
2004
Jan
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agu
Sept
Okt
Nov
0.0882064
0.0108244
-0.0333736
0.0648788
-0.0649596
-0.0001638
0.0335609
-0.003012
0.0866967
0.0492117
0.1362944
Des
0.0229706
Tahun
2005
2006
0.059932
0.045200
6
0.027156 -0.0013471
0.0059041
0.0750085
-0.0468074
0.106911
0.0568759 -0.0917844
0.0314381 -0.0148421
0.0533866
0.0315892
-0.1118244
0.0588984
0.0277976
0.0722091
-0.0121007
0.0312913
0.0285307
0.0861414
0.0601838
0.050356
2007
-0.0267291
-0.0092701
0.0516666
0.09189369
0.04259268
0.02636831
0.09787873
-0.0657095
0.07513421
0.12049796
0.01696242
0.02138874
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
LAMPIRAN II
NILAI VARIABEL
A.
B.
HARGA SAHAM
NO
1
2
3
4
5
6
7
EMITEN
DOID
ERTX
ESTI
HDTX
INDR
KARW
MYRX
2004
102.92
152.50
98.33
424.58
510.83
412.50
15.00
TAHUN
2005
2006
416.25
115.42
127.42
112.50
76.25
70.83
450.00
400.00
542.08
456.25
370.83
175.42
23.75
25.83
8
9
10
11
MYTX
PAFI
PBRX
RDTX
155.00
86.67
369.17
843.75
136.67
84.58
372.08
840.83
69.58
66.67
380.83
942.50
121.67
155.08
440.42
1,015.00
120.7292
98.2500
390.6250
910.5208
12
TFCO
227.92
363.75
327.50
311.67
307.7083
2007
853.75
156.75
77.00
404.58
640.00
249.83
61.25
Rata-rata
372.0833
137.2917
80.6042
419.7917
537.2917
302.1458
31.4583
RISIKO SISTEMATIS (BETA) (X1)
Return Saham Individu (Rit) dan Return Saham Pasar (Rmt)
Rit =
Rmt =
Pt − Pt −1
tt −1
IHSGt − IHSGt −1
IHSGt −1
Rit = αi + β i.Rmt + e
βi =
n ∑ Rmt × Rit − ∑ Rmt ∑ Rit
2
n ∑ Rmt − (∑ Rmt ) 2
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Sehingga nilai variabel BETA Perusahaan pada Tahun 2004-2007
Tahun
C.
Perusahaan
ERTX
ESTI
HDTX
KARW
MYRX
PAFI
PBRX
2004
0.63
1.69
(0.99)
0.06
2.15
(0.58)
0.06
2005
0.49
(0.13)
(1.20)
(1.73)
0.33
(0.24)
0.06
2006
1.68
0.54
0.00
(2.53)
0.15
0.52
(0.02)
2007
(1.21)
1.91
0.14
4.01
1.71
4.25
0.78
RDTX
0.11
(0.00)
(0.35)
(0.21)
NILAI TUKAR (X2)
Rata-rata nilai tukar tahunan =
=
∑ nilai tukar bulanan
12
Gross profit
rata − rata nilai tukar tahunan
Sehingga nilai variabel Nilai Tukar setelah di kaitkan dengan gross profit
Tahun
Perusahaan
ERTX
ESTI
HDTX
KARW
MYRX
PAFI
PBRX
2004
0.00640
2.67520
2.80430
8.83660
4.89660
(0.35260)
4.94560
2005
0.00700
3.03300
0.93660
7.55640
2.22240
(0.79000)
11.56470
2006
0.00640
0.16020
3.38190
0.67440
(4.06220)
(3.06100)
12.97940
2007
0.00790
3.50790
3.50790
4.98370
(3.93870)
(1.43970)
19.07390
RDTX
3.37640
3.37770
4.22850
4.21180
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
D.
SUKU BUNGA (X3)
∑ suku bunga bulanan
12
Rata-rata suku bunga tahunan =
= Rata-rata suku bunga tahunan x Total Liabilities
Sehingga nilai variabel Suku Bunga dikaikan dengan Total Hutang
TAHUN
NO
E.
PEUSAHAAN
2004
2005
2006
2007
Rata-rata
1
ERTX
17,647
28,221
38,710
27,136
2
ESTI
11,784
22,930
29,014
23,268
27,928
21,749
3
HDTX
49,768
36,154
53,735
50,234
47,473
4
KARW
27,185
41,417
39,859
27,940
34,100
5
MYRX
22,592
39,542
52,604
39,142
38,470
6
PAFI
36,034
56,842
577,407
41,802
178,021
7
PBRX
2,734
25,648
524,095
595,612
287,022
8
RDTX
3,103
6,352
23,087
180,520
53,266
INFLASI (X4)
Rata-rata inflasi tahunan =
∑ Inflasi perbulan
12
= Rata-rata inflasi tahunan x Interest expense
Sehingga nilai variabel Inflasi dikaitkan dengan beban bunga
TAHUN
NO
1
EMITEN
ERTX
2004
2005
2006
2007
Rata-rata
1,276.12
3,124.79
1,968.39
1,488.28
1,964.39
1,006.82
2
ESTI
318.08
1,378.21
1,556.02
774.97
3
HDTX
237.14
1,317.12
362.16
172.78
522.30
4
KARW
1,239.12
4,381.34
3,330.90
1,364.29
2,578.91
5
MYRX
1,288.55
1,958.10
4,020.52
2,453.12
2,430.07
6
PAFI
329.23
1,506.81
560.12
808.16
801.08
7
PBRX
9.79
646.58
1,557.19
1,671.63
971.30
8
RDTX
59.95
61.94
15.09
7.47
36.11
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
LAMPIRAN III
HASIL SPSS 14.00 FOR WINDOWS
1.
HASIL REGRESI BERGANDA
Coefficientsa
Model
1
(Constant)
Risiko_Sistematis
Nilai_Tukar
Suku_Bunga
Inflasi
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
419,471
71,626
-64,810
28,976
19,881
9,264
-,181
,279
-112,376
35,705
Standardized
Coefficients
Beta
t
5,856
-2,237
2,146
-,648
-3,147
-,330
,348
-,104
-,468
Sig.
,000
,034
,041
,522
,004
a. Dependent Variable: Harga_Saham
2.
a.
UJI ASUMSI KLASIK
Normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
N
Normal Parameters a,b
Most Extreme
Differences
Mean
Std. Deviation
Absolute
Positive
Negative
Kolmogorov-Smirnov Z
Asymp. Sig. (2-tailed)
Unstandardiz
ed Residual
32
,0000000
209,50083621
,148
,148
-,083
,839
,482
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Observed Cum Prob
0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
0.0
borP muC detcepxE
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Dependent Variable: Harga_Saham
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
b. Heterokedastisitas
Regression Studentized Residual
eulaV detciderP dezidradnatS noissergeR
-2
-1
0
1
2
-2
-1
0
1
Dependent Variable: Harga_Saham
Scatterplot
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Coefficientsa
Model
1
(Constant)
Risiko_Sistematis
Nilai_Tukar
Suku_Bunga
Inflasi
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
2,509
,852
-,448
,345
,079
,110
-,003
,003
-,204
,425
Standardized
Coefficients
Beta
t
2,946
-1,301
,717
-,780
-,482
-,243
,147
-,158
-,091
Sig.
,007
,204
,479
,442
,634
a. Dependent Variable: LN_U21
c.
Autokorelasi
Model Summaryb
Model
1
R
R Square
,658a
,433
Adjusted
R Square
,349
Std. Error of
the Estimate
224,48366
DurbinWatson
1,733
a. Predictors: (Constant), Inflasi, Suku_Bunga, Risiko_Sistematis, Nilai_
Tukar
b. Dependent Variable: Harga_Saham
d. Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
1
(Constant)
Risiko_Sistematis
Nilai_Tukar
Suku_Bunga
Inflasi
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
419,471
71,626
-64,810
28,976
19,881
9,264
-,181
,279
-112,376
35,705
Standardized
Coefficients
Beta
-,330
,348
-,104
-,468
t
5,856
-2,237
2,146
-,648
-3,147
Sig.
,000
,034
,041
,522
,004
Collinearity Statistics
Tolerance
VIF
,963
,798
,818
,949
1,039
1,252
1,222
1,054
a. Dependent Variable: Harga_Saham
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
3.
a.
PENGUJIAN HIPOTESIS
Uji Serempak (Uji-F)
ANOVAb
Model
1
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
1039322
1360609
2399931
df
4
27
31
Mean Square
259830,611
50392,912
F
5,156
Sig.
,003a
a. Predictors: (Constant), Inflasi, Suku_Bunga, Risiko_Sistematis, Nilai_Tukar
b. Dependent Variable: Harga_Saham
b. Uji Parsial (Uji-t)
Coefficientsa
Model
1
(Constant)
Risiko_Sistematis
Nilai_Tukar
Suku_Bunga
Inflasi
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
419,471
71,626
-64,810
28,976
19,881
9,264
-,181
,279
-112,376
35,705
Standardized
Coefficients
Beta
-,330
,348
-,104
-,468
t
5,856
-2,237
2,146
-,648
-3,147
Sig.
,000
,034
,041
,522
,004
a. Dependent Variable: Harga_Saham
4. DATA RESIDUAL STATISTIC
a
Re siduals Sta tistics
Minimum
Predic ted V alue
-132,0697
St d. P redic ted Value
-2, 340
St andard E rror of
45,589
Predic ted V alue
Adjust ed P redicted Value -187,3925
Residual
-319.993
St d. Residual
-1, 425
St ud. Residual
-1, 504
Deleted Residual
-356.247
St ud. Deleted Residual
-1, 542
Mahal. Dis tanc e
,310
Cook's Dis tanc e
,000
Centered Leverage Value
,010
Maximum
568,2326
1,485
Mean
296,3353
,000
St d. Deviat ion
183,10251
1,000
N
178,072
82,261
33,804
32
611,3319
531,62830
2,368
2,490
587,53424
2,783
18,538
,151
,598
294,3572
,00000
,000
,006
1,97809
,022
3,875
,030
,125
195,43641
209,50084
,933
,994
240,11868
1,034
4,385
,041
,141
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
32
a. Dependent Variable: Harga_Saham
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
5. DATA COLLNEARITY DIAGNOCTICS
a
Collinearity Diagnostics
Model Dimension
1
1
2
3
4
5
Eigenvalue
2,579
,974
,819
,436
,192
Condition
(Constant)
Index
,04
1,000
1,627
,00
1,775
,03
,01
2,432
,91
3,664
Variance Proportions
Risiko_
Sistematis Nilai_Tukar Suku_Bunga
,05
,01
,05
,03
,02
,83
,18
,14
,05
,74
,58
,00
,11
,20
,00
Inflasi
,04
,00
,21
,02
,73
a. Dependent Variable: Harga_Saham
Anri Ayen Pane : Pengaruh Risiko Sistematis, Nilai Tukar, Sukubunga, Dan Inflasi Terhadap Harga Saham
Pada Industri Tekstil Di Bursa Efek Indonesia, 2009.
USU Repository © 2009
Download