BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi merupakan suatu cara yang dilakukan oleh setiap manusia dalam berinteraksi satu sama lain. Dengan adanya komunikasi, seseorang menjadi berkembang dan terus belajar. Tindakan komunikasi dapat terjadi dalam berbagai konteks kehidupan manusia mulai dari kegiatan yang bersifat individual, di antara dua orang atau lebih, kelompok, keluarga, organisasi, dalam konteks publik secara lokal, nasional, regional dan global atau melalui media massa. Tindakan komunikasi dapat dilakukan secara verbal, nonverbal, langsung, dan tidak langsung. Salah satu basic needs manusia adalah self actualization yang dapat dilakukan dengan cara berkomunikasi. Dengan kata lain, komunikasi adalah kebutuhan dasar setiap manusia yang tidak dapat diabaikan. Media massa sebagai salah satu media komunikasi yang berfungsi untuk menyampaikan informasi dan menghibur tampaknya mulai berkembang. Tidak hanya sebagai sarana penyampaian informasi dan menghibur, akan tetapi terdapat nilai edukatif dan persuasif. Berdasarkan kemungkinan yang dapat diperankan itu, media massa merupakan sebuah kekuatan raksasa yang sangat diperhitungkan. Dalam berbagai analisis tentang kehidupan sosial, ekonomi, dan politik, media sering ditempatkan sebagai salah satu variabel determinan. Bahkan, media terlebih 1 2 dalam posisinya sebagai suatu institusi informasi, dapat pula dipandang sebagai faktor yang paling menentukan dalam proses-proses perubahan sosial-budaya dan politik 1 . Iklan merupakan salah satu dari beberapa teknik strategi pemasaran yang ada dan berkembang saat ini. Secara umum, iklan adalah strategi dalam memasarkan atau mempromosikan produk, baik berupa barang maupun jasa. Dalam iklan dapat digambarkan bagaimana suatu produk memiliki kelebihan dan keuntungan untuk digunakan, dengan tujuan yang sama yaitu untuk memberi informasi dan membujuk para konsumen untuk mencoba atau mengikuti apa yang ada di iklan tersebut, dapat berupa aktivitas mengkonsumsi produk dan jasa yang ditawarkan, sehingga produk tersebut diketahui dan dikenal oleh khalayak 2 . Sebagian kalangan praktisi periklanan menilai kreativitas dalam periklanan bukanlah sesuatu yang muncul secara tiba-tiba, tetapi merupakan suatu proses. Kemungkinan paling besar untuk dapat memproduksi iklan yang kreatif dan sukses adalah melakukan sejumlah langkah atau pendekatan yang tersusun dan terorganisir dengan baik 3 . Saat ini perusahaan besar skala nasional di Indonesia membelanjakan ratusan juta rupiah setiap tahunnya untuk memproduksi iklan dan mengeluarkan ratusan juta lagi untuk menempatkan hasil produksi iklan tersebut di berbagai media massa. Mereka menyadari iklan yang bagus dan kreatif merupakan faktor 1 Nurudin. Pengantar Komunikasi Massa, RajaGrafindo Perkasa: Jakarta, 2009, Hal.63-64 Morissan. Periklanan : Komunikasi Pemasaran Terpadu, Prenada Media Group: Jakarta, 2012, Hal. 18 3 Ibid, Hal. 339 2 3 penting bagi keberhasilan pemasaran. Strategi dan eksekusi ide kreatif yang baik menjadi hal penting dalam menentukan keberhasilan atau mencegah kemerosotan pemasaran suatu produk. Sebaliknya, iklan yang tidak dipikirkan dan dipersiapkan dengan baik akan menjadi beban bagi perusahaan 4 . Media iklan memiliki kekuatan untuk menyampaikan pesan melalui bahasa verbal dan nonverbal dalam menjual produknya. Pada iklan media cetak, bahasa verbal ditemukan dalam tulisan-tulisan dan pada headline (judul) dan body copy (badan iklan), sedangkan bahasa nonverbal dipaparkan secara visual melalui foto dan layout iklan. Iklan cetak dari sudut pandang semiotika, Roland Barthes mengemukakan teorinya tentang makna konotatif. Ia berpendapat nahwa konotasi dipakai untuk menjelaskan salah satu dari tiga cara kerja tanda dalam tatanan pertandaan kedua. Bagi Barthes, faktor penting dalam konotasi adalah penanda dalam tatanan pertama. Penanda tatanan pertama merupakan tanda konotasi. Jika teori itu dikaitkan desain komunikasi visual (DKV), maka setiap pesan DKV merupakan peretemuan antara signifier (lapisan ungkapan) dan signified (lapisan makna). Lewat unsur verbal dan nonverbal, diperoleh dua tingkatan makna, yaitu makna denotatif yang didapat pada semiosis tingkat pertama dan makna konotatif yang didapat dari semiosis tingkat berikutnya. Pendekatan semiotik terletak pada tingkat kedua atau pada tingkat signified, makna pesan dapat dipahami secara utuh 5 . 4 Morissan. Periklanan : Komunikasi Pemasaran Terpadu, Prenada Media Group: Jakarta, 2012, Hal. 341 5 Sumbo Tinarbuko. Semiotika Komunikasi Visual, Jalasutra: Yogyakarta, 2009, Hal. 15 4 Mengingat iklan media cetak (dalam hal ini DKV) mempunyai tanda berbentuk bahasa verbal dan visual, serta merujuk bahwa teks DKV dan penyajian visualnya juga mengandung makna, maka pendekatan semiotik terhadap DKV layak diterapkan. Banyak perusahaan yang memiliki tim pemasaran yang bagus dan solid dengan persiapan perencanaan iklan yang baik ternyata juga menemui kesulitan dengan ide atau gagasan kreatif yang mampu memberikan diferensiasi kepada produk yang mereka promosikan. Di lain pihak, iklan yang kreatif atau iklan yang disukai atau iklan yang populer di masyarakat tidak menjamin bahwa produk yang dipromosikannya akan berhasil dalam pemasarannya 6 . Salah satu contoh iklan produk yang menghadirkan model perempuan adalah iklan krim pemutih wajah untuk perempuan. Model perempuan dalam iklan ini menjadi panutan perempuan karena memiliki kulit putih yang menjadi standar kecantikan seorang perempuan. Kecantikan ini sesungguhnya ditujukan untuk menarik perhatian laki-laki. Melalui iklan ini, kulit putih menjadi bagian dari sensualitas perempuan dalam iklan. Bila model perempuan dalam iklan pemutih wajah menampilkan sensualitas perempuan melalui kulit putihnya, bagaimana dengan sensualitas perempuan yang ditampilkan perempuan pada iklan produk laki-laki seperti iklan Axe Effect. Pesan utama dari iklan produk Axe Effect adalah seorang laki-laki dapat menarik perhatian perempuan apabila ia menggunakan produk Axe Effect. Produk 6 Ibid, Hal. 341 5 Axe Effect berusaha memberikan solusi kepada laki-laki yang tidak memiliki kepercayaan diri dan sulit mendapatkan pasangan. Dengan adanya produk ini, laki-laki akan bergantung pada Axe Effect dan berharap bahwa produk ini nantinya dapat mewujudkan impian laki-laki untuk mendapatkan pasangan perempuan. Pesan ini menggambarkan iklan Axe Effect dalam menjual produknya melalui pesan verbal dan nonverbal iklan cetak. Bahasa verbal yang disampaikan melalui body copy (badan iklan) Axe Effect yaitu berupa frase, klausa atau kalimat. Sedangkan bahasa nonverbal dalam iklan Axe Effect ini menempatkan laki-laki sebagai subjek dan perempuan sebagai objek yang menyampaikan pesan dalam iklannya. Berdasarkan iklan ini, perempuan cenderung mendapatkan ruang baik itu sebagai pihak yang menyampaikan pesan secara verbal maupun nonverbal pada iklan cetak Axe. Kecenderungan munculnya perempuan dalam iklan-iklan cetak Axe baik secara verbal maupun nonverbal menggambarkan posisi dan karakter perempuan melalui budaya populer. Pada penelitian kali ini akan diambil iklan cetak Axe Effect yang terdapat dalam sebuah majalah FHM edisi Juli tahun 2004. Dalam iklan ini peneliti mengamati dan membongkar makna yang terkandung dari ide dan konsep yang digunakan. Konsep yang terdapat dalam iklan ini terbilang unik untuk iklan sejenisnya. Oleh karena itu, iklan ini layak untuk diteliti demi mengungkap makna di balik tanda yang terkandung. Produk deodoran spray umumnya diperuntukkan kepada target pasar yaitu untuk memperlihatkan sisi pria. 6 Sementara itu, iklan Axe Effect versi Mannequin ini selain menggunakan model pria juga menggunakan model wanita cantik, dengan adanya unsur stereotipnya yang cenderung menjadikan wanita sebagai objek yang ditonjolkan. Dalam iklan ini terdapat keunikan pesan yang disampaikan tentang siapa pemakai produk deodorant spray dan bagaimana produk ini direpresentasikan. Oleh karena itu, produk deodorant spray ini tidak selalu hanya merujuk pada laki-laki sebagai pemakainya dan bahwa deodorant spray itu bukan sesuatu yang hanya wangi, segar, dan menyegarkan tubuh saja namun digambarkan sesuatu yang dapat menumbuhkan imajinasi tersendiri bagi pria. Secara keseluruhan iklan Axe terdiri dari berbagai macam jenis, mulai dari iklan televisi (TVC), cetak, billboard, internet dan sebagainya. Dalam penelitian ini diambil iklan jenis cetak yaitu karena kelebihan dari iklan cetak adalah daya tahan yang lama dan juga iklan cetak khususnya di majalah bisa dibawa ke mana saja, selain itu konsep dan ide yang digunakan termasuk unik. Hal inilah yang membuat iklan ini layak untuk diteliti untuk mengungkap makna dibalik tanda dalam iklan cetak Axe Effect. Iklan Axe yang dijadikan objek penelitian adalah iklan cetak Axe Effect versi Mannequin. Dalam iklan ini menggambarkan seorang pria yang merangkul wanita secara mesra namun hanya bagian tubuh atas yang terdiri dari kepala hingga badan yang terlihat, sedangkan separuh tubuhnya yaitu bagian bawah mulai dari pangkal paha hingga kaki berada terpisah tak jauh dari tubuhnya yaitu di toko pakaian dalam wanita. 7 Dalam iklan tersebut kehadiran perempuan dalam iklan cetak Axe Effect tidak hanya terdapat pada frase atau kalimat tetapi juga bahasa nonverbal yaitu visual. Porsi munculnya perempuan dalam iklan cetak ini juga cukup dominan di mana posisi perempuan sebagai objek utama. Penampilan tubuh atau bagianbagian tubuh perempuan yang sesungguhnya bukan menjadi target produk Axe Effect justru ditampilkan pada iklan-iklan Axe Effect. Berdasarkan hal ini, perempuan cenderung mendapatkan ruang baik sebagai pihak yang menyampaikan pesan secara verbal maupun nonverbal pada iklan cetak Axe. Dalam penelitian tentang imajinasi simbolik pada perempuan dalam iklan cetak Axe Effect ini mengkaji mengenai peran perempuan melalui analisis semiotika menurut Roland Barthes. Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini dilakukan untuk mengkaji peran laki-laki dan perempuan (gender) yang terdapat dalam pesan iklan cetak Axe Effect yang disampaikan melalui bahasa verbal dan nonverbal. Selain itu, dalam penelitian iklan ini terdapat unsur kalimat yang memiliki bahasa-bahasa verbal yang cenderung bergantung pada kehadiran perempuan sebagai daya jual. 1.2 Fokus Penelitian Fokus penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini berupa teks verbal dan komunikasi nonverbal yang termasuk dalam unsur iklan cetak yang meliputi: 1. Teks kalimat (verbal) 2. Model laki-laki/perempuan iklan (nonverbal) 8 3. Latar/tempat dan unsur-unsur warna dalam iklan Dibagi berdasarkan makna yang terdapat dalam iklan cetak Axe Effect. Adapun unsur-unsur tersebut memiliki makna lain yang dapat berkembang dari sekedar makna denotasinya. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Penelitian ini dilakukan adalah untuk merepresentasikan mengenai imajinasi simbolik yang terdapat dalam iklan cetak Axe versi Mannequin dengan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Akademis Penelitian ini secara akademis bermanfaat untuk menambah wacana penelitian kualitatif (semiotika) yang ada dalam khazanah penelitian ilmu komunikasi, khususnya yang berkaitan dengan studi periklanan. 1.4.2 Manfaat Praktis Penelitian ini secara praktis bermanfaat untuk mengetahui strategi kreatif yang ada di balik suatu iklan sehingga insan periklanan dapat dengan jeli melihat ada apa di balik teks-teks iklan dan kemudian dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam membuat iklan-iklan selanjutnya.