BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis energi merupakan salah satu permasalahan utama dunia. Kebutuhan akan energi dunia dalam kurun waktu terakhir ini meningkat secara signifikan, sementara bahan bakar fosil yang ketersediaannya semakin menipis dikarenakan sifatnya yang tak terbarukan (non renewable) menimbulkan lonjakan harga minyak bumi dunia diikuti dengan meningkatnya harga bahan bakar fosil. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang menghadapi persoalan energi yang serius akibat ketergantungan yang sangat besar terhadap bahan bakar fosil. Dengan semakin tingginya harga minyak bumi dan dalam rangka mengurangi ketergantungan yang sangat besar terhadap bahan bakar minyak (BBM), maka pemerintah telah menerbitkan Perpres No. 5 tahun 2006 tentang pengembangan sumber energi terbarukan dari biomasa (biofuel) yang salah satunya adalah bioetanol sebagai substitusi BBM. Proses produksi etanol dikenal ada dua macam, yakni dengan sintesa kimia dan fermentasi. Cara fermentasi lebih banyak digunakan dalam dunia industri saat ini, dikarenakan kondisi operasi yang aman, yakni suhu yang diperlukan adalah suhu ruangan (ambient) dan tidak memerlukan tekanan operasi yang tinggi, cukup tekanan atmosferik. Selain itu, bahan baku dalam proses fermentasi dapat diperbaharui sehingga cocok untuk alternatif krisis bahan bakar dan lingkungan. Sistem produksi etanol secara fermentasi dibedakan menjadi dua sistem, yakni batch dan kontinyu. Sistem batch banyak diaplikasikan di industri etanol karena dapat menghasilkan kadar etanol yang tinggi. Namun demikian, sistem ini mempunyai kelemahan, yaitu membutuhkan waktu operasi keseluruhan yang lama. Hal ini dikarenakan, dalam sistem batch diperhitungkan juga waktu pengosongan, pencucian, dan sterilisasi secara berulang-ulang. Sedangkan untuk 1 2 sistem kontinyu masih dalam tahap penelitian untuk bisa diaplikasikan dalam skala besar. Penggabungan metode untuk produksi etanol yang lebih efektif telah mulai dilakukan. Salah satunya dengan menggabungkan metode produksi fermentasi kontinyu dengan metode pemurnian etanol lainnya seperti pervaporasi dengan menggunakan teknologi membran. Keunggulan penggunaan membran ialah dapat beroperasi pada suhu kamar, hemat energi, waktu pemisahannya relatif singkat, tidak merusak bahan yang akan dipisahkan, mudah cara mengerjakannya, aman terhadap lingkungan, dan tidak memerlukan penambahan zat kimia pada proses pemisahannya (Rahayu et al., 2009). Pervaporasi merupakan suatu metode pemisahan menggunakan teknologi membran dengan selektivitas yang tinggi dan efisien yang dapat memisahkan campuran yang memiliki titik didih yang berdekatan atau titik azeotrop (Zhao et al., 2009). Pervaporasi biasanya digunakan untuk memisahkan campuran organik seperti campuran etanol-air karena membutuhkan energi yang sedikit dan memiliki karakteristik kemampuan pemisahan yang tinggi (Velasco et al., 2002). Menurut Sunitha et al. (2011) dan Huang dan Feng (1993), kunci keberhasilan proses pervaporasi adalah pada pembuatan membran yang cocok sehingga menghasilkan membran dengan permeabilitas yang tinggi, selektivitas yang baik dan kekuatan mekanik yang cukup. Pada dehidrasi campuran air dalam alkohol, bahan membran yang mengandung gugus hidrofilik dalam matriks polimer lebih disukai. Gugus ionik, terutama yang mampu menyerap molekul air secara khusus, dapat menyebabkan tingginya fluks dan tingginya faktor pemisahan. Hal tersebut disebabkan adanya efek penghilangan garam pada molekul organik oleh gugus ionik (Sunitha et al., 2011; Sander dan Soukup, 1998; Yangishita et al., 1995). Tinjauan analitis telah dilakukan terhadap isu pemilihan polimer untuk membran pervaporasi hidrofilik oleh Semenova et al. (1997). Semenova et al. (1997) melaporkan bahwa cara yang paling prospektif untuk membuat bahan yang sangat permeatif dan sangat selektif untuk dehidrasi organik dengan pervaporasi adalah dengan menggunakan polielektrolit kompleks (PEC). 3 Kitosan, yang merupakan bentuk deasetilasi dari kitin, adalah biopolimer kedua yang paling berlimpah di alam. Kitosan memiliki gugus amino dan gugus hidroksil yang keduanya reaktif. Gugus amino dan kelompok hidroksil yang reaktif tersebut dapat berpartisipasi dalam reaksi kimia (Sunitha et al., 2011; Muzzarelli, 2011; Muzzarelli, 1977). Kelompok hidrofilik ini dianggap memainkan peran penting dalam penyerapan air secara khusus serta pada proses difusi melalui membran kitosan (Sunitha et al., 2011; Busca et al., 2008). Namun, faktor pemisahan untuk alkohol-air pada membran kitosan itu sendiri tidak begitu tinggi dikarenakan bentuk amina bebas yang tidak larut dalam air. Di sisi lain, pektin merupakan polisakarida yang dapat larut di dalam air. Pektin terdiri dari asam D-galacturonic dengan bagian dari gugus karboksil yang termetoksilasi. Pektin memiliki gugus karboksil yang menjadikannya sebagai polisakarida asam (polianion). Interaksi ionik yang terjadi antara polianion dan polikation akan mengarah kepada pembentukan PEC. Sebagai polisakarida bermuatan positif, kitosan dapat digabungkan dengan pektin untuk membuat suatu bahan komposit (Chen et al., 2010; Elsabee et al., 2008; Hiorth et al., 2006). Gugus-gugus aktif yang terdapat di dalam membran komposit PEC kitosan/pektin diduga dapat berfungsi sebagai media transpor dalam suatu sistem secara aktif. Dewi (2010) telah melakukan penelitian tentang studi transpor membran cair terhadap etanol menggunakan polieugenol dalam kloroform sebagai studi awal pervaporasi. Dari studi transpor membran cair tersebut diketahui bahwa pemilihan bahan baku untuk pemisahan membran merupakan studi awal untuk proses pervaporasi pada pemisahan campuran etanol-air. Beberapa faktor yang mempengaruhi transpor diantaranya konsentrasi fasa sumber, waktu transpor dan konsentrasi membran cair polieugenol. Transpor etanol menggunakan polieugenol sebagai ligan dengan metode transpor membran cair ini hanya mampu mentranspor etanol sebesar 32,61% pada minuman beralkohol. Salah satu parameter kunci dalam pervaporasi campuran azeotrop etanolair adalah karakteristik membran. Kombinasi material dalam bentuk padatan yang dapat meningkatkan sifat hidrofobik atau hidrofilik membran perlu dilakukan 4 untuk studi transpor etanol sebagai penunjang produksi etanol dengan teknologi membran seperti pervaporasi (Dewi, 2010). Berawal dari informasi tersebut maka timbul suatu gagasan untuk melakukan penelitian tentang studi transpor etanol melalui membran komposit PEC kitosan/pektin. Studi transpor etanol yang mempelajari beberapa faktor seperti pengaruh konsentrasi etanol sebagai fasa sumber dan waktu transpor, serta komposisi kitosan dan pektin dalam membran komposit PEC kitosan/pektin terhadap proses transpor etanol melalui membran komposit PEC kitosan/pektin perlu dilakukan sebagai pertimbangan penggunaan membran untuk skala yang jauh lebih besar seperti proses fermentasi atau pervaporasi. Pada penelitian kali ini, membran komposit PEC kitosan/pektin akan dibuat dan digunakan untuk transpor etanol pada sistem batch dan sistem kontinyu. 1.2 Tujuan Penelitian Berdasarkan pada uraian latar belakang dan permasalahan di atas, maka penelitian ini disusun dengan tujuan : 1. Sintesis dan karakterisasi membran komposit PEC dari kitosan/pektin. 2. Melakukan kajian transpor etanol terkait interaksinya dengan membran komposit PEC dari kitosan/pektin. 3. Mempelajari pengaruh konsentrasi etanol sebagai fasa sumber dan waktu transpor, serta komposisi kitosan dan pektin dalam membran komposit PEC kitosan/pektin terhadap proses transpor etanol melalui membran komposit PEC kitosan/pektin pada sistem batch dan kontinyu. 1.3 Manfaat Penelitian Berdasarkan latar belakang dan dengan memperhatikan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka hasil penelitian yang diperoleh akan menghasilkan manfaat sebagai berikut: 1. Menambah informasi baru tentang pemanfaatan membran komposit PEC kitosan/pektin yang digunakan untuk transpor etanol. 2. Meningkatkan nilai ekonomis kitosan dan pektin. 5 3. Dapat mengetahui pengaruh konsentrasi etanol sebagai fasa sumber dan waktu transpor, serta komposisi kitosan dan pektin dalam membran komposit PEC kitosan/pektin terhadap proses transpor etanol melalui membran komposit PEC kitosan/pektin. 4. Memberikan kontribusi pada permasalahan krisis energi dengan wacana meningkatkan produksi etanol sebagai sumber enegi alternatif terbarukan dan ramah lingkungan.