BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka Keberhasilan usahatani tanaman kacang kapri sangat ditentukan oleh keadaan lingkungan (agroklimat) yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi komoditas tersebut. Faktor agroklimat yang harus diperhatikan adalah keadaan iklim dan keadaan tanah. Faktor iklim yang harus diperhatikan untuk usahatani kacang kapri adaah suhu atau temperatur, kelembaban udara, curah hujan, dan sinar matahari. Daerah yang cocok untuk usahatani kacang kapri yaitu daerah yang mempunyai ketinggian lebih dari 700 m dpl dengan suhu udara antara 170C–210C, kelembaban antara 60%-90%, curah hujan sekitar 1000mm/tahun, dan cukup mendapat sinar matahari. Tanaman kacang kapri dapat ditanam di lahan sawah atau tegalan. Lahan yang baik untuk tanaman kacang kapri adalah tanah yang subur, gembur, banyak mengandung bahan organik (humus), mempunyai drainase yang baik, dan mempunyai pH antara 5,5-6,5 (Rukmana,2006). Keadaan alam Kabupaten Karo bila dilihat dari sudut agroklimatnya memang cocok untuk pengembangan usahatani kacang kapri. Kabupaten Karo Universitas Sumatera Utara berada pada ketinggian tempat sekitar 1200 m dpl, suhu udara antara 180C-210C, dengan curah hujan sekitar 1000mm/tahun, dan cukup mendapat sinar matahari. Keadaan tanahnya juga subur dan banyak mengandung bahan organik sehingga cocok untuk usahatani kacang kapri (Dinas Pertanian Karo,2009). Meskipun Kabupaten Karo pada umumnya berpotensi cukup baik dalam pengembangan usahatani kacang kapri, namun hanya sebagian kecil penduduknya yang melakukan usahatani kacang kapri. Usahatani kacang kapri yang dilakukan juga dalam skala usaha yang relatif kecil ( rata-rata kurang dari 1 Ha) (Dinas Pertanian Karo,2009). Jika suatu usaha yang dijalankan mengalami keuntungan, maka besarnya keuntungan yang diperoleh dari usaha tersebut jika dilakukan dalam skala usaha yang besar akan berbeda dengan jumlah keuntungan dari jenis usaha yang sama tapi dengan skala usaha yang lebih kecil. Artinya skala usaha yang lebih besar akan memberikan keuntungan yang lebih besar bila dibandingkan dengan skala usaha yang kecil (Soekartawi,1986). Prospek pengembangan usahatani kacang kapri cukup baik, karena komoditas ini telah menjadi andalan eksport ke Singapura, Taiwan , dan Malaysia. Data dari salah satu eksportir kapri, yaitu PT Horti Bima Internasional (HBI) di Malang, menyatakan bahwa dari seluruh jumlah produksi kapri di Indonesia, 80% diantaranya diorientasikan untuk ekspor. Setiap minggu PT HBI mengekspor kapri sebanyak 15 ton. Komposisi ekspor kapri terdiri dari 40 % kapri manis,40 % kapri lokal, dan 20 % daun (pucuk) kapri. Tiap tahun PT HBI membuka 50 Ha – 100 Ha kebun kapri. Hingga saat ini, PT HBI mengekspor kapri hanya ke negara- Universitas Sumatera Utara negara di Asia, negara-negara lain yang cukup potensial sebagai pasar ekspor adalah Amerika, Selandia Baru, dan Kanada (Rukmana,2006). Kapri banyak digunakan dalam masakan Eropa dan Cina, misalnya sebagai campuran sup, salad, phu yung hay, cap cay, dan aneka masakan lainnya. Baby kapri biasanya dikonsumsi sebagai lalap mentah atau dalam bentuk masakan, baik direbus, ditumis, atau sebagai campuran masakan Cina. Dalam industri makanan, biji kapri biasanya dikalengkan dan dibekukan (Frozen) (Rukmana,2006). 2.2. Landasan Teori Usahatani adalah kegiatan pengalokasian sumber daya yang ada secara efektif dan efesien dengan tujuan memperoleh pendapatan yang tinggi pada waktu tertentu.. Dikatakan efektif bila petani dapat mengalokasikan sumber daya yang mereka miliki, dikuasai dengan sebaik-baiknya dan efisien bila pemanfaatan sumber daya tersebut menghasilkan out put yang melebihi in put. In put adalah semua korbanan yang diberikan pada tanaman agar tanaman mampu tumbuh dan berproduksi dengan baik (Soekartawi,1993). Dalam usahatani, untuk menghasilkan suatu produk diperlukan biaya untuk memperlancar jalannya proses produksi. Biaya dalam usahatani adalah semua pengeluaran yang harus dikeluarkan oleh petani untuk memperoleh faktorfaktor produksi dan bahan – bahan penunjang lainnya yang akan didayagunakan agar produksi yang direncanakan dapat terwujud dengan baik (Kartasapoetra,1992). Dilihat dari jenisnya, biaya dapat dibagi menjadi dua yaitu biaya tetap Universitas Sumatera Utara (fixed cost) dan biaya tidak tetap (variabel cost). Biaya tetap adalah biaya yang tetap jumlahnya,dan terus dikeluarkan walaupun terjadi perubahan volume produksi. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya volume produksi yang diperoleh. Yang tergolong dalam biaya ini antara lain ; sewa lahan, penyusutan alat dan bangunan pertanian, traktor dan sebagainya. Biaya tidak tetap yaitu biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi. Yang diperoleh Tergolong dalam biaya ini antara lain ; biaya pupuk, bibit, pestisida, buruh atau tenaga kerja upahan, biaya panen, biaya pengolahan tanah. Total dari penjumlahan biaya tetap dan biaya tidak tetap adalah total biaya (total cost) dari suatu kegiatan usahatani (Soekartawi,2006). Analisis finansial merupakan suatu studi yang bertujuan untuk menilai apakah suatu kegiatan investasi yang dijalankan layak atau tidak layak dilihat dari aspek finansial / keuangan. Analisis finansial lebih memusatkan penilaian usaha dari sudut pandang investor dan pemilik usaha, sehingga dapat dikatakan bahwa analisis finansial lebih berorientasi pada profit motive dan tidak memperhatikan dampaknya terhadap perekonomian dalam rung lingkup yang lebih luas. Sasaran utama analisis finansial adalah menemukan dan berusaha untuk mewujudkan besarnya penerimaan usaha yang diharapkan oleh investor selaku penyandang dana (Soekartawi,2006). Analisis finansial berbeda dengan analisis ekonomi. Analisis ekonomi pada dasarnya merupakan analisis yang menyeluruh, tidak hanya masalahmasalah yang menyangkut finansial tetapi juga menyangkut kemungkinan adanya dampak usaha terhadap perekonomian negara secara keseluruhan, dampak pada lingkungan, dan dampak pada kehidupan masyarakat banyak. Secara singkat Universitas Sumatera Utara perbedaan antara analisis finansial dengan analisis ekonomi dapat dilihat sebagai berikut berikut : Tabel 3. Perbedaan Analisis Finansial Dengan Analisis Ekonomi Aspek Analisis Finansial Orientasi profit motive Analisis Ekonomi Orientasi pertumbuhan ekonomi Harga setempat, harga Harga bayangan/ harga pasar ekonomi Tidak dihitung sebagai Sebagai biaya, harga input biaya, tetapi sebagai terpengaruh keuntungan Dihitung sebagai biaya Bukan biaya, dianggap tranfer payment Dihitung sesuai harga Manfaat yang hilang karena pasar input input digunakan dalam kegiatan investasi Tujuan Harga Subsidi Pajak Biaya Input (Soekartawi,2006). Break event point (BEP) merupakan suatu nilai dimana hasil penjualan produksi sama dengan biaya produksi sehingga pengeluaran sama dengan pendapatan. Dengan demikian, pada saat itu usaha mengalami impas, tidak untung dan tidak rugi. Perhitungan BEP ini digunakan untuk menentukan batas minimum volume penjualan dan juga harga jual agar suatu perusahaan tidak rugi. P R TC P1 BEP Universitas Sumatera Utara 0 Q1 Q Gambar 1. Titik impas (BEP) Pada gambar 1, dapat dilihat pada tingkat produksi dan tingkat harga berapa suatu usahatani mencapai titik impas. Bila produksi berada pada Q1 dengan tingkat harga P1, maka usahatani tersebut mengalami impas karena penerimaan sama dengan total biaya (R = TC). Untuk BEP jumlah produksi, bila produksi melebihi Q1 dengan tingkat harga P1, maka usahatani akan mengalami keuntungan karena R > TC. Sedangkan bila jumlah produksi kurang dari Q1 dengan tingkat harga P1, maka usahatani akan mengalami kerugian karena R < TC. Sedangkan untuk BEP harga, jika harga jual melebihi P1 , berarti usahatani mengalami keuntungan karena R > TC. Sebaliknya, jika harga jual berada di bawah P1, maka usahatani mengalami kerugian karena R < TC (Soekartawi,2006). 2. 3. Kerangka Pemikiran Dalam proses produksinya, usahatani kacang kapri memanfaatkan berbagai sarana produksi yang merupakan masukan (input). Input yang dibutuhkan antara lain; bibit, pupuk, pestisida, peralatan, dan tenaga kerja. Beberapa sarana produksi ini akan menjadi biaya produksi usahatani kacang kapri. Proses produksi yang dijalankan selama sekitar 3 bulan setelah penanaman bibit. Dari proses produksi ini akan diproleh keluaran (out put). Hasil penjualan out put tersebut merupakan penerimaan yang diperoleh oleh petani kacang kapri. Dengan diketahuinya berapa biaya yang dikeluarkan dan penerimaan yang diperoleh, maka dapat diketahui keuntungan / kerugian yang dicapai yaitu dengan menghitung selisih antara penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan. Universitas Sumatera Utara Perbandingan antara penerimaan dan biaya usahatani (R/C) akan memberikan informasi mengenai kelayakan usaha. Dalam menjalankan usahanya, petani kapri perlu unutk mengetahui titik impas (BEP). Suatu usaha dikatakan berada pada titik impas jika besar penerimaan ama dengan besarnya biaya yang dikeluarkan. Keuntungan diperoleh jika volume produksi atau harga jual melebihi volume produksi atau harga jual pada saat mencapai titik impas (BEP). Tujuan analisis usahatani adalah untuk untuk menentukan usaha yang akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan atau memberikan keuntungan finansial dan nonfinansial sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan (Kadariah,1998). Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat digambarkan skema kerangka pemikiran sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Input: Bibit Pupuk Pestisida Tenaga kerja peralatan Proses Produksi Output BEP Harga Harga Jual Harga Beli s Biaya BEP Jumlah Penerimaan R/C Layak ( R/C ≥1 ) Tidak layak ( R/C < 1 ) Universitas Sumatera Utara Keterangan: = Menyatakan hubungan 2. 4. Hipotesis Penelitian 1. Usahatani kacang kapri di daerah penelitian secara finansial layak diusahakan 2. Ada hubungan R/C per Ha dengan luas tanaman kacang kapri petani di daerah penelitian. Universitas Sumatera Utara