BAB IV SOLUSI DAN LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAANNYA 4.1 Analisa SWOT Berdasarkan analisa eksternal yang telah dilakukan, maka didapat opportunity dan threat yang ada di lingkungan eksternal. Sedangkan dari hasil analisa internal didapat beberapa faktor strength dan weaknesses yang ada di internal perusahaan. Secara umum analisa SWOT dapat dijabarkan sebagai berikut : Strength • Bisnis captive market yang didapatkan melalui PT. OMF mempunyai jangkauan luas yang tersebar di 18 kota besar di Indonesia dan dengan jumlah tertanggung yang saat ini mencapai 25.622 orang. • Pengalaman dalam bidang asuransi kerugian (khususnya kendaraan bermotor) yang telah dibina cukup lama, baik untuk PT. OMF sebagai marketing channel maupun PT. BMI sendiri (sejak tahun 1996). • Kondisi finansial yang kuat dan mendapatkan peringkat ‘sangat bagus’ dangan menempati urutan ke-4 untuk kategori asuransi kerugian umum kecil (premi bruto dibawah 50 M). Data tersebut diperoleh dari Biro Riset InfoBank berdasarkan laporan keuangan tahun 2003. 92 Hal ini tentunya dapat menaikkan brand image perusahaan dan dapat menjadi leverage bagi kegiatan pemasaran. Dengan kondisi finansial yang baik, akan mempermudah strategi pengembangan usaha perusahaan untuk masa depan. • Memiliki cost advantage dari segi pemasaran dimana dengan menggunakan broker korporasi melalui PT. OMF, perusahaan tidak perlu membayar komisi seperti layaknya perusahaan asuransi lain yang menggunakan broker eksternal. Weaknesses • Belum adanya divisi pemasaran (sales force) untuk mencari marketing channel baru di luar PT. OMF ditambah kesadaran yang rendah akan customer retention sehingga tertanggung yang telah berakhir kontrak asuransinya tidak diprospek untuk melakukan perpanjangan. • Tidak adanya database tertanggung yang lengkap untuk mendukung kegiatan pemasaran dari PT. BMI. • Afiliasi dengan PT. OMF dapat menjadi bumerang bagi PT. BMI, dalam arti kinerja pelayanan pelanggan yang buruk dari PT. OMF dapat berdampak negatif bagi PT. BMI. Hal ini terlihat jelas dari keterlibatan kantor pusat(PT. Olympia Group) dalam menangani proses otorisasi klaim dan PT. OMF yang melakukan pembayaran klaim ke tertanggung, sehingga membuat kinerja menjadi berbelit. Begitu juga dalam besarnya nilai penggantian klaim, dimana adanya kontrak/kebijakan tertentu dari PT. OMF mengenai jumlah yang 92 diganti diluar sepengetahuan PT. BMI. Kekecewaan pelanggan seringkali ditujukan kepada pihak asuransi jika ada kejadian seperti ini. • Tingkat pelayanan kepada tertanggung yang belum memuaskan, khususnya layanan klaim. • Produk asuransi yang masih memiliki kekurangan dalam karakteristik pertanggungan (saat ini hanya ada TLO). • Lemahnya SDM baik dari tingkat pendidikan maupun pelatihan. Opportunity • Potensi perkembangan asuransi di Indonesia yang sangat besar menurut banyak praktisi asuransi, dimana pasarnya masih besar. Penggarapan pasar memang sangat terkait dengan tingkat pendidikan masyarakat, tingkat perbaikan ekonomi, dan income per kapita. Namun, jika ada kesungguhan dari pemerintah dalam perbaikan taraf hidup dan pendidikan, maka pasar yang masih besar tersebut menjadi lahan potensial bagi bisnis asuransi. • Peranan Teknologi Informasi yang merupakan sarana pendukung bisnis asuransi terus berkembang pesat (khususnya yang berkaitan dengan teknologi internet), sehingga memungkinkan para pemain untuk melakukan inovasi terhadap layanan mereka kepada pelanggan. Dengan makin majunya teknologi web based, memungkinkan para perusahaan asuransi memasarkan produknya sekaligus memungkinkan terjadinya transaksi secara maya (emarketplaces). Bahkan di luar negeri, para pemain di bidang asuransi sudah 92 menerapkan sistem terintegrasi melalui web antara perusahaan asuransi dengan para broker-nya (contohnya Insweb.com, Quicken Insurance). • Asuransi kendaraan bermotor yang terus berkembang signifikan dan masih menyimpan potensi pertumbuhan seiring dengan maraknya penjualan mobil dan sepeda motor nasional dalam beberapa tahun terakhir. Dewan Asuransi Indonesia (DAI) memprediksikan pasar asuransi kendaraan bermotor nasional tahun ini akan tumbuh sedikitnya 25% hingga di atas Rp3 triliun. Gaikindo memproyeksikan penjualan mobil tahun ini bisa menembus 420.000 unit, naik 19% dibandingkan tahun 2003 (354.208 unit). Sedangkan AISI (Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia) memproyeksikan penjualan sepeda motor tahun ini sebesar 3,6 juta unit, meningkat dibandingkan 2003 sebesar 2,8 juta unit. Threat • Tidak adanya kepastian hukum dari pemerintah merupakan ancaman bagi pertumbuhan bisnis asuransi di Indonesia. Tanpa komitmen yang nyata dari pemerintah untuk membuat peraturan yang konsisten dan tidak berubahrubah, dapat membawa iklim yang non-kondusif. Kasus pemailitan PT Prudential Life Assurance dinilai dapat berdampak pada bisnis asuransi. Kasus tersebut selain menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap asuransi, membuat ciut investor yang akan masuk ke sektor asuransi. Rencana Departemen Keuangan tentang uji kepatutan dapat menjatuhkan perusahaan 92 asuransi yang tidak dibina dengan struktur manajemen, SDM dan organisasi yang kuat. • Kondisi makroekonomi, misalnya suku bunga rendah dan gejolak kurs, yang membuat imbal (yield) hasil investasi asuransi merosot. Portofolio deposito dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI) perusahaan asuransi saat ini masih cukup besar sehingga suku bunga SBI yang rendah membuat hasil investasi kian kecil. Diperkirakan hingga pertengahan tahun 2004 porsi obligasi dan saham mulai membesar. Namun hal itu tidak otomatis membuat hasil investasi meningkat karena bunga obligasi mengikuti bunga SBI. • Persaingan di industri asuransi sendiri yang semakin tajam. Ketimpangan struktur perusahaan asuransi membuat persaingan berat sebelah karena perusahaan asuransi kecil berhadapan dengan perusahaan asuransi besar pada risiko pasar yang sama. Apalagi sekarang perusahaan asuransi besar mulai melakukan kerja sama dengan bank lewat produk bancassurance dan lebih berhasil. Akibatnya, yang besar makin besar dan yang kecil mulai terdesak di pasar yang sempit akibat krisis yang belum benar-benar pulih. 4.2 Analisa GAP dan Alternatif Solusi Berdasarkan analisa eksternal dan analisa internal perusahaan, maka didapat gap atau kesenjangan diantara keduanya. Melalui analisa ini, setiap organisasi melakukan evaluasi perbedaan antara kondisi atau keadaan mereka sekarang (eksternal dan internal) dengan kondisi masa depan yang hendak dicapai. Hasil yang 92 diharapkan dari GAP Analysis ini adalah agar perusahaan dapat membangun strategi spesifik untuk menutup perbedaan (gap) tersebut. Secara eksternal didapat trend atau kecenderungan saat ini dan dimasa yang akan datang untuk pasar industri asuransi kendaraan bermotor. Dari Analisa kesenjangan yang didapat untuk PT. BMI (dari segi eksternal), yaitu : pelanggan dan pesaing dibandingkan dengan kondisi internal (baik strategi fungsional tiap bagian di perusahaan maupun dari corporate strategy secara keseluruhan), maka didapatkan perbedaan-perbedaan (gap) diantara keduanya. Organizational Aim External Analysis Internal Analysis Gap Analysis Gambar 4.1 Perbedaan Kondisi Eksternal dan Internal Langkah-langkah yang dapat diambil untuk mengatasi perbedaan yang ada : 1. Menentukan kondisi dan posisi perusahaan pada saat ini. Saat ini PT. BMI termasuk dalam perusahaan asuransi umum kecil ditinjau dari nilai premi bruto yang masih dibawah Rp. 50 M. Kondisi finansial PT. BMI pada saat ini dalam kondisi yang sehat berdasarkan data pertumbuhan 92 tahun 2001–September 2004. Baik yang dimaksud diatas adalah tersedianya dana untuk pengembangan usaha dan likuiditas yang cukup untuk menghadapi risiko klaim yang mungkin terjadi. PT. BMI merupakan perusahaan asuransi kerugian umum yang saat ini strateginya terfokus kepada kendaraan bermotor roda empat dengan luas jaminan TLO. Segmen pasarnya adalah kelas menengah ke bawah. Strategi marketing-nya masih mengandalkan captive market dimana perusahaan belum memiliki divisi marketing sendiri. Jumlah pertanggungan rata-rata yang diterima PT. BMI setiap tahunnya adalah 5.000-5.500 polis, dengan nilai premi netto sebesar Rp. 5 – 6 M. Tahun 2003 memang terjadi kenaikan jumlah pertanggungan yang cukup drastis(PT. BMI menduduki peringkat ke-4 untuk kategori perusahaan asuransi umum kecil), namun sampai dengan September 2004, kembali terjadi penurunan mencapai angka rata-rata. 2. Jika tetap menggunakan strategi yang sama, di masa depan perusahaan tetap bisa bertahan selama perusahaan pendanaan korporasi (PT. OMF) dapat menjalankan bisnisnya dengan baik. Namun untuk menghadapi persaingan asuransi yang semakin ketat dengan struktur industri seperti saat ini (perang tarif, peraturan pemerintah yang semakin ketat), strategi yang berlaku sekarang sudah tidak dapat menjawab tantangan tersebut. Faktor-faktor internal yang harus diperhatikan adalah : • Membentuk divisi marketing. 92 • Memperbaiki konsep produk yang ditawarkan agar sesuai dengan keinginan pasar. • Restrukturisasi proses penyelesaian klaim mengingat keterlibatan kantor pusat dan cabang PT. OMF yang seringkali memperlambat. Faktor-faktor eksternal yang harus diperhatikan adalah : • Pengaruh lingkungan eksternal seperti : kondisi ekonomi, politik, hukum dan teknologi. • Persaingan yang ada di dalam industri asuransi kendaraan bermotor. • Pelanggan atau para tertanggung yang semakin kritis dalam memilih perusahaan asuransi. 3. Melihat dari analisa diatas, maka terdapat beberapa perbedaan yang harus disesuaikan antara internal dengan eksternal. Untuk itu beberapa alternatif pemecahan masalah yang dapat ditawarkan adalah sebagai berikut : • Tetap melakukan strategi saat ini, yaitu fokus di asuransi kendaraan bermotor dengan produk TLO. Namun PT. BMI dapat mencoba mengembangkan pasar yang sudah ada dengan produk yang sama, yaitu dengan cara penetrasi pasar. • Melakukan ekspansi secara horisontal dengan membuka pertanggungan untuk kebakaran, pengangkutan, dan rekayasa seperti layaknya perusahaan asuransi kerugian lainnya. Pasar yang diraih bisa lebih luas lagi dengan cara ini, namun risikonya juga besar mengingat kurangnya pengalaman 92 perusahaan dan jaringan pemasaran yang belum terbentuk untuk bisnis baru tersebut. • Tetap fokus di asuransi kendaraan bermotor dengan mencoba mengembangkan pasar yang sudah ada dengan perluasan jaminan dan inovasi pelayanan lainnya. Berdasarkan identifikasi terhadap keinginan pelanggan pada bab 3, perusahaan dapat membuka pertanggungan untuk luas jaminan comprehensive (All Risk). 4.3 Pemilihan Strategi Berkembang, terus berinovasi atau mati, sebuah hukum dalam semua industri usaha. Pengembangan terhadap perusahaan tentu saja harus dibarengi oleh kualitas hasil produk atau jasa yang dihasilkan. Tidak jarang, bahwa dalam praktek, perusahaan sering jatuh dikarenakan tidak mampu mengorganisasi kelebihan yang ada. Untuk itu perlu diperhatikan bahwa dalam memilih strategi juga harus dipertimbangkan kemampuan organisasi. Dalam hal pemilihan langkah stratejik, maka penulis merekomendasikan PT. BMI untuk tetap fokus di asuransi kendaraan bermotor dengan mencoba mengembangkan pasar yang sudah ada dengan perluasan jaminan dan inovasi pelayanan lainnya. Pemilihan strategi tersebut dianggap lebih feasible dan lebih realistis dengan kondisi perusahaan saat ini. Strategi yang diusulkan untuk tahap awal lebih difokuskan ke arah customer retention dari nasabah/tertanggung yang sudah ada, mengingat prinsip marketing mengenai biaya akuisisi pelanggan baru lebih besar 92 ketimbang biaya untuk mempertahankan pelanggan yang sudah ada. Selain itu, jika perusahaan hanya terfokus dalam mencari tertanggung baru sebanyak-banyaknya tanpa mempertahankan yang sudah ada, hal itu sama saja seperti menambahkan air ke dalam ember yang bocor. PT. BMI harus melakukan penyesuaian terhadap product offering yang diberikan kepada tertanggung agar strategi yang baru ini dapat berjalan. Product offering yang sedang berjalan mungkin tepat untuk diterapkan pada captive market dimana konsumen yang didapatkan adalah first time costumer. Ditambah lagi dengan prioritas konsumen pada saat itu hanya untuk mendapatkan kredit kendaraan bermotor, sehingga produk yang kurang menarik (rate yang mahal, tidak adanya perluasan jaminan, dll) mungkin akan tetap diambil oleh mereka. Tapi untuk membuat mereka awet, produk tersebut harus menawarkan value yang memberikan nilai lebih di mata konsumen. Jika value yang ditawarkan oleh pesaing lebih baik, maka tertanggung tersebut dapat lari ke pesaing. 4.4 Strategi Implementasi dan Rencana Pelaksanaan Seperti telah disebutkan diatas, bahwa dalam memilih strategi juga harus dipertimbangkan kemampuan organisasi. Perumusan strategi marketing yang sudah dipilih tidak dapat dijalankan tanpa kemampuan organisasi internal. Kemampuan organisasi internal tersebut terkait dengan hal memberikan pelayanan kepada pelanggan sesuai apa yang dijanjikan perusahaan. 92 PT. BMI memiliki kelemahan internal dalam masalah penanganan klaim. Proses penyelesaian klaim yang cepat dan tidak berbelit harus mampu diberikan oleh perusahaan sebelum menjalankan strategi pemasaran untuk membina hubungan dengan tertanggung yang sudah ada (relationship customer). Dalam hal penanganan klaim, idealnya segala wewenang otorisasi untuk persetujuan dan penanda tanganan klaim didelegasikan kepada pihak PT. BMI. Dalam hal penawaran produk baru (All Risk) dan perluasan jaminan tambahan (Kecelakaan diri, TJH, dll) bagi para tertanggung lama, berarti memerlukan penilaian risiko yang baru agar produk tersebut mampu memberikan premi yang masuk akal kepada tertanggung, sekaligus mampu menunjang bisnis PT. BMI sendiri. Untuk itu perusahaan membutuhkan fungsi underwriter sebagai penilai risiko. Secara umum yang berlaku dalam industri asuransi, proses underwriting harus didasarkan oleh prinsip kehati-hatian dan menaati hukum bilangan besar (The Law of Large Number). Hal ini mampu dilakukan dengan teknik underwriting yang berpengalaman, dimana pada saat ini fungsi underwriting tersebut belum berjalan dengan baik pada PT. BMI. Underwriting merupakan dapur perusahaan asuransi dalam menciptakan keuntungan serta menjaga stabilitas dan kelangsungan hidup perusahaan. 4.5 Menyusun Strategi Marketing Mix Strategi Marketing Mix yang akan disusun berupa persiapan offering mix dari layanan dan harga serta menerapkan promotion mix untuk mencapai target customers. Selain itu, strategi implementasi yang baik harus melibatkan empat komponen 92 organisasi yaitu people, structure, systems dan culture untuk berinteraksi dengan harmonis. Pertimbangan keempat komponen organisasi ini, dapat membantu perusahaan dalam mengidentifikasi masalah yang sebenarnya dan masalah yang mungkin terjadi dan juga menentukan bagaimana perusahaan harus beradaptasi untuk mengimplementasikan strategi tersebut. Bagan Marketing Mix dan Implementation Conceptual Framework yang melibatkan keempat komponen tersebut dapat dilihat dibawah ini. Promotion Mix Sales Promotion Advertising Offering Mix PT. BMI Products Services Prices Sales Force Distribution channels Public relations Direct mail, telemarketing , and Internet Gambar 4.2 Strategi Marketing Mix untuk PT. BMI 92 Target customers Internal A nalysis External Analysis S trategy People Structure System Culture Perform ance Gambar 4.3 Implementation Conceptual Framework 4.5.1 Produk, Layanan dan Harga Penawaran produk yang baru ditujukan untuk menarik calon tertanggung baru maupun para tertanggung yang sudah ada. Produk dan layanan baru harus memberi nilai tambah bagi para tertanggung agar mereka tertarik untuk memperpanjang polis asuransi. Berikut ini adalah perbedaan antara keduanya : • Produk Sekarang Jaminan yang diberikan hanya TLO, dimana penggantian hanya diberikan apabila kerusakan mencapai 75% dari harga pertanggungan. Luas jaminan tersebut tidak disertai perluasan klausula (extended coverage) seperti : 92 Tunjangan Hukum Pihak ke-3 (TJH), Kecelakaan diri, bencana alam, kerusuhan dan tindakan sabotase. Rate yang dikenakan untuk kendaraan minibus lebih tinggi daripada sedan, sedangkan yang umum berlaku adalah kedua rate tersebut harusnya sama. Rate yang diberikan PT. BMI untuk sedan saat ini adalah 1% dan minibus 1.25% dari harga pertanggungan (untuk periode 1 tahun). Risiko sendiri yang dikenakan PT. BMI untuk kecelakaan adalah 5% dari harga pertanggungan, dan Rp 500.000,- untuk kehilangan. Nilai risiko sendiri ini dinilai tidak kompetitif dan terlalu mahal untuk bersaing pada saat ini dan terlalu membebani konsumen (tertanggung). Para kompetitor umumnya tidak membedakan jenis risiko sendiri untuk luas jaminan TLO (baik untuk kehilangan atau pencurian). Sebagai contoh, PT. China Insurance Indonesia mengenakan biaya risiko sendiri yang sama baik untuk kehilangan maupun pencurian, yaitu sebesar RP 100.000,-. • Produk Baru Luas jaminan akan ditambah dengan jenis pertanggungan comprehensive (All Risk). Rate yang ditawarkan untuk all risk dapat dikenakan lebih tinggi daripada TLO, dimana rate yang ada di pasaran sekarang adalah 3% - 5% untuk jenis sedan dan minibus (1 tahun). Nilai risiko sendiri untuk all risk yang berlaku umum adalah Rp 100.000 – Rp 300.000 untuk setiap kejadian klaim. Selain itu, tersedianya layanan derek dan bengkel juga memberika nilai tambah bagi produk ini. Untuk luas jaminan TLO akan ditambah dengan extended coverage seperti bencana alam, kerusuhan, sabotase (seperti tindakan teroris, bom), kecelakaan 92 diri dan TJH. Besarnya premi yang berlaku di pasaran untuk TJH rata-rata adalah Rp 100.000 dengan besar pertanggungan yang akan diganti Rp 5.000.000,-. Rate yang ditawarkan untuk jenis sedan dan minibus pun akan disamakan. Kelebihan lain dari layanan TLO yang baru ini adalah dengan rendahnya biaya risiko sendiri yang akan ditanggung konsumen. Untuk risiko sendiri, PT. BMI akan mengenakan biaya yang sama baik untuk kehilangan maupun pencurian, dengan tujuan untuk membuat penawaran yang lebih kompetitif. Dalam penilaian risiko, penentuan besarnya rate dan premi lain, dapat ditentukan melalui bagian underwriting bersama dengan divisi marketing agar penawaran harga dapat menarik konsumen sekaligus mampu menopang bisnis PT. BMI sendiri. 4.5.2 Divisi Pemasaran Hal pertama yang perlu diadaptasi dari pengimplementasian alternatif strategi terpilih adalah restrukturisasi dan memperjelas kembali struktur organisasi. Struktur organisasi menetapkan mekanisme penyelesaian tugas-tugas dan program-program organisasi. Dalam hal ini, PT. BMI harus membangun departemen pemasaran yang utuh berikut dengan tenaga penjualan-nya (sales force). Departemen pemasaran yang baru ini akan secara proaktif menjalankan fungsi pemasaran perusahaan dengan tujuan untuk : 92 • Mendapatkan customer rentention dari tertanggung yang sudah habis ataupun yang hampir habis masa pertanggungannya. Sasaran dari customer retention ini adalah agar para tertanggung tersebut memperpanjang polis asuransi mereka. • Memperoleh calon nasabah/tertanggung baru dengan menerapkan promotion mix yang didukung dengan jalur distribusi yang sudah ada maupun yang baru. Target Penjualan Sebelum menentukan strategi promosi apa yang harus dilakukan dan berapa banyak sumber daya manusia yang dibutuhkan, perusahaan harus menentukan terlebih dahulu target penjualan yang ingin dicapai oleh bagian pemasaran. Berdasarkan analisa dari data pertumbuhan PT. BMI periode 2001 – September 2004 yang ada pada pembahasan bab 3 (gambar 3.4), diapatkan informasi penjualan sebagai berikut : • Penjualan polis rata-rata setiap tahun yang masuk dari PT. OMF sebanyak 5.000 – 5.500 polis, dengan nilai premi netto sebesar Rp 5 – 6 M. • Penjualan polis tertinggi dicapai pada tahun 2003, sebanyak 9.564 polis dengan nilai premi netto kurang lebih Rp 10 M. Pertumbuhan tahun 2003 tersebut merupakan benchmark yang harus dicapai oleh divisi pemasaran yang baru. Prediksi polis yang akan diterima dari bisnis korporasi yang sudah ada adalah sebanyak 5.000 – 5.500 polis untuk tahun 2005 (berdasarkan trend pertumbuhan). Untuk mencapai angka pertumbuhan polis sebanyak 9.000 – 92 10.000 setiap tahunnya, maka target penjualan divisi pemasaran adalah 4.000 – 5.000 polis dengan nilai premi >= Rp 5 M. Jumlah rata-rata dari polis tersebut adalah 4.500 polis pertahun, yang berarti target penjualan setiap bulannya adalah 375 polis. Target penjualan tersebut tidak mungkin dicapai dalam 1 tahun mengingat kondisi PT. BMI saat ini, dimana belum adanya marketing channels yang luas dan tenaga penjual yang produktif. Penjualan polis yang didapat dari PT. OMF setiap bulan (375 polis) berasal dari 18 cabang di seluruh Indonesia, sehingga sangat berat untuk mencapai target tersebut dalam 1 tahun dengan infrastruktur dan jaringan pemasaran PT. BMI yang baru akan dirintis. Target penjualan tersebut target ideal dalam jangka waktu 5 tahun setelah marketing channels dan divisi pemasaran telah terbentuk dan dapat menjalankan fungsinya dengan produktif. Satu sampai dua tahun pertama merupakan tahap trial and error dari strategi pemasaran yang diimplementasikan dimana mungkin perusahaan perlu melakukan penyesuaian strategi dan memperoleh pengalaman. Maka target yang realistis dalam 1 tahun adalah pencapaian sebesar 15% dari target penjualan ideal (4.500 polis), yaitu sebanyak 675 polis dengan nilai premi netto sebesar Rp 750.000.000,-. Daerah Pemasaran Target daerah pemasaran PT. BMI dalam 5 tahun adalah 18 kota besar di Indonesia dengan berdirinya cabang dan jaringan pemasaran di kota-kota tersebut. Saat ini perusahaan belum memiliki cabang di luar Jakarta, sehingga daerah pemasaran yang realistis dalam 1 tahun adalah Jakarta dan sekitarnya (Jabotabek). Jaringan PT. BMI mutlak diperlukan di luar Jakarta jika ingin membuka produk all 92 risk, karena tanpa jaringan operasi yang luas akan sulit untuk melayani pelanggan. Jaringan pemasaran di luar Jakarta (seperti PT. OMF) saja tidak cukup. Perusahaan juga harus mempunyai representative mereka di luar Jakarta (misalnya petugas klaim), karena apabila terjadi klaim kecelekaan kecil dan perusahaan tidak mempunyai representative di kota tersebut, beban survey klaim yang ditanggung akan tinggi. Selama 5 tahun kedepan perusahaan akan mengembangkan daerah jangkauannya dengan bantuan cabang-cabang dari PT. OMF di 18 kota besar tersebut. Afiliasi dengan PT. OMF membawa banyak manfaat dalam membangun jaringan pelayanan. Besarnya modal yang dibutuhkan untuk membangun cabang baru di luar Jakarta dapat diatasi dengan menempatkan representative di cabang PT. OMF untuk sementara. 4.5.3 Sumber Daya Manusia Berdasarkan target penjualan yang sudah diprogramkan, SDM internal yang dibutuhkan untuk divisi pemasaran PT. BMI yang baru adalah 4 orang, dimana terdiri dari 1 Sales Manager dan 2 orang tenaga penjualan. Alasan pemilihan 3 orang tersebut sebagai tenaga penjualan adalah sebagai berikut. Target penjualan polis untuk 1 tahun (2005) yang hendak dicapai adalah +/- 675 polis. Dari 675 polis tersebut, target penjualan tiap bulan yang didapatkan adalah +/- 56 polis. Jumlah ini cukup masuk akal untuk dapat direalisasikan, mengingat berbagai metode pemasaran yang akan dilakukan (akan dibahas selanjutnya pada sub bab 5.5.4). Strategi 92 penjualan utama yang perlu digaris bawahi oleh para tenaga penjual tersebut adalah mereka harus memfokuskan 75% dari waktu mereka untuk memprospek tertanggung lama dengan metode direct selling. Sisa 25% dari waktu mereka adalah untuk memprospek calon tertanggung baru. Dari 3 orang tenaga penjualan tersebut, 2 orang akan difokuskan untuk mencari calon nasabah melalui program pemasaran yang dirancang oleh Sales Manager. Tugas orang ketiga dapat difokuskan untuk membangun relasi dengan jalur distribusi (misalnya dengan bengkel rekanan, bank, agen independen dan broker) sekaligus merancang program public relation untuk membangun citra perusahaan di mata publik. Sales Manager bertugas mengkoordinasi dan memotivasi tenaga penjualan yang dibawahi-nya, sekaligus membantu bawahan-nya jika menghadapi kesulitan di lapangan. Perekrutan SDM Perekrutan SDM, baik itu Sales Manager maupun tenaga penjualan, harus disaring dengan kriteria tertentu, dimana mereka harus mempunyai latar belakang di industri asuransi atau setidaknya mempunyai pengalaman yang cukup. Seorang penjual tidak akan mampu memprospek konsumen jika ia sendiri tidak paham dengan apa yang ia tawarkan. Untuk Sales Manager, minimal harus menyandang gelar AAAIK(Ajun Ahli Asuransi Indonesia Kerugian) untuk memastikan bahwa ia benarbenar mengerti seluk-beluk praktik asuransi kerugian di Indonesia. Sedangkan untuk tenaga penjualan, minimal memiliki pengetahuan tentang asuransi kerugian. Namun, perlu diperhatikan juga bahwa tenaga penjual yang terdiri dari banyak orang baru dan 92 belum berpengalaman akan mengurangi produktivitas. Berikut adalah contoh kriteria karakter tenaga penjual yang baik : risk taker, sense of mission yang tinggi, problem solver type, peduli terhadap konsumen, dan perencanaan dalam membuat panggilan telepon yang baik. Pelatihan Tenaga Penjual Program pelatihan juga perlu diadakan secara rutin bagi para tenaga penjual. Banyak perusahaan yang langsung mengirimkan tenaga penjual mereka yang belum berpengalaman ke lapangan. Kebanyakan tenaga penjual tersebut belum siap, tidak mampu menjawab pertanyaan dasar tentang produk/jasa yang ditawarkan ataupun tidak tahu cara yang efektif pada saat memprospek pelanggan. Apabila perusahaan merekrut tenaga penjual yang baru dan belum berpengalaman, maka pelatihan awal yang intensif perlu diberikan (bisa beberapa minggu sampai dengan 2 atau 3 bulan). Setelah latihan intensif tersebut, tenaga penjual dapat menghabiskan waktu mereka selama 15% dalam setahun untuk mengikuti program latihan rutin. Program pelatihan tersebut dapat disusun oleh Sales Manager dengan bagian personalia. Program pelatihan yang akan dilakukan PT. BMI bagi para tenaga penjual baru bertujuan untuk : • Mengenal kondisi perusahaan saat ini dan jaringan distribusi yang terkait dengan-nya, misalnya : PT. OMF sebagai perusahaan pendanaan dan Bank BPR sebagai penyalur kredit kendaraan bermotor. • Mengenal produk perusahaan pada saat ini. 92 • Mengenal karakter pelanggan dan pesaing. • Mengenal bagaimana caranya membuat presentasi penjualan yang efektif (dapat bekerja sama dengan bagian pemasaran PT. OMF dalam melakukan pelatihan). • Mengenal prosedur dan tanggung jawab lainnya. Selain pelatihan terhadap tenaga penjual, pelatihan terhadap petugas klaim juga diperlukan, karena dengan sistem pemasaran yang baru mereka akan lebih sering berinteraksi dengan nasabah/tertanggung (khususnya dengan dibukanya all risk). Secara tidak langsung, para petugas klaim tersebut juga mengemban fungsi customer service dengan memberikan pelayanan after sales. Konsep-konsep tentang kepuasan pelanggan, kesetiaan pelanggan dan prinsip-prinsip tentang pelanggan lainnya yang sebelumnya tidak dibebankan kepada mereka, harus ditanamkan di dalam budaya kerja para petugas klaim. Sistem Kompensasi Tenaga Penjual Ada empat komponen yang mempengaruhi dalam menentukan kompensasi bagi tenaga penjual, yaitu : • Fixed amount : adanya gaji pokok bagi tenaga penjual sehingga mereka mempunyai pendapatan yang stabil • Variable amount : komisi, bonus, profit sharing, dengan tujuan untuk memotivasi dan menstimulasi usaha tenaga penjual. 92 • Expense allowances : pertanggungan terhadap biaya perjalanan, konsumsi dan biaya entertaining bagi tenaga penjual. • Benefits : liburan gratis yang diberikan oleh perusahaan, tunjangan pensiun, asuransi kesehatan dan lainnya. Pilihan fixed amount memberikan tenaga penjual dengan jaminan pendapatan, yang dapat membuat mereka lebih bersedia untuk melakukan aktivitas diluar penjualan (seperti layanan pelanggan). Pilihan ini juga membuat mereka lebih dapat bekerja sama dengan petugas underwriting, dimana mereka bersedia memilah konsumen berdasarkan prinsip prudent. Dari segi perusahaan, pilihan ini memberikan beban administrasi yang lebih sederhana dan tingkat turnover yang lebih rendah. Sedangkan pilihan variable amount memberikan motivasi lebih tinggi, membutuhkan pengawasan yang lebih rendah dan biaya penjualan yang dapat dikendalikan. Namun, sisi negatif dari pilihan ini adalah adanya kecenderungan bahwa tenaga penjual akan lebih mementingkan angka penjualan ketimbang layanan kepada pelanggan. Pilihan yang disarankan kepada PT. BMI adalah : • Untuk tenaga penjual internal yang melakukan telemarketing, dapat mengkombinasikan sistem kompensasi fixed amount dengan variable amount. Tenaga penjual tersebut menerima gaji pokok ditambah komisi dengan jumlah tetap untuk setiap penjualan yang mereka dapatkan. • Untuk tenaga penjual yang bertugas menjalin relasi dengan distribution channels, dapat menggunakan sistem kompensasi fixed amount yang dikombinasikan dengan variable amount dan expense allowances. Sesuai 92 dengan sifat tugasnya yang terkadang berada di luar lapangan, dimana mereka terkadang perlu bepergian untuk melakukan prospek dan entertaining terhadap calon distribution channels, maka expense allowances dapat diberikan kepada mereka. Untuk setiap mitra rekanan baru yang didapat perusahaan melalui usaha tenaga penjual tersebut, komisi dapat diberikan berdasarkan quota premi yang diterima. Untuk semua divisi pemasaran, perusahaan dapat memberikan benefits kolektif yang akan mereka terima apabila target penjualan perusahaan dalam 1 tahun tercapai, misalnya berupa paket liburan tahunan apabila penjualan polis tahunan mencapai 4.500 polis. Budaya (Organization Culture) Organization culture harus diakui sebagai pengaruh yang meresap dalam kehidupan suatu organisasi, dimana share value & beliefs yang dimiliki bersama dapat membantu pengimplementasian strategi. Share value mendasari sebuah culture dengan menetapkan apa yang sangat penting dan menjadi prioritas organisasi. Share value berikut dapat menjadi acuan dalam pengimplementasian strategi yang telah disebutkan di atas : - Organizational Output : ‘We will deliver 100% customer satisfaction’. - A belief in the importance of people as individuals. - Kemudahan, kecepatan dan kepercayaan. • 92