PAPER JURNAL ONLINE STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN SAS FM SURAKARTA (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Strategi Komunikasi Pemasaran SAS FM Dalam Menjaga Eksistensi Di Tengah Persaingan Radio Swasta Di Kota Surakarta) Disusun Oleh : RIZKA MAULIDA D0210098 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2015 STRATEGI KOMUNIKASI PEMASARAN SAS FM SURAKARTA (Studi Deskriptif Kualitatif Tentang Strategi Komunikasi Pemasaran SAS FM Dalam Menjaga Eksistensi Di Tengah Persaingan Radio Swasta Di Kota Surakarta ) Rizka Maulida Firdastin Ruthnia Y Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Abstract In the era of digital and openness information, the existence of mass media is something that people search and need. Radio as one of the mass media still becomes people’s choice to get the information quickly and easily every time and everywhere. The people’s high interest in radio makes it still exist in the middle of the other media exposure such as television and internet. Radio is now increasingly sought after, not only among listeners, but also businessmen competing to own the radio. As the growth of private radio in big cities, such as Surakarta, SAS FM realizes that the competition is getting tighter. SAS FM needs to have good marketing communication strategies to be able to sell and build its brand and to maintain its existence. The marketing communication nowadays is not only limited in the advertisement and income profit achievement, but also how to build and strengthen SAS FM identity in the society. This research used descriptive qualitative method and done by deep interview, literature study (document, books and related data), and observation. The validity in this research used triangulation data technique. The conclusion of this research is the marketing communication strategy of SAS FM which are determine the goals and target, arrange the message (event program), and do the marketing mix especially in personal selling. Even though the strategies has been arranged and done, but some obstacles and weaknesses are still found. The lack of human resources in marketing team makes the marketing strategy implementation less optimal. Another reason is that they not yet optimize the use of other resources such as social media to get closer and to capture wider listeners. Keyword: Marketing Communication Strategy, Private Radio Competition. 1 PENDAHULUAN Perkembangan media komunikasi yang kian pesat, mendorong masyarakat lebih selektif dalam memilih media mana yang mereka pilih atau yang mereka konsumsi. Mulai dari media cetak yang kini kian inovatif, hingga media elektronik semacam televisi yang kian hari semakin diminati oleh masyarakat. Keunggulan media eletronik semacam televisi, membuat radio semakin tidak terdengar di kalangan masyarakat. Dengan berbagai macam keunggulan, televisi jika dibandingkan dengan radio, televisi mudah menarik perhatian masyarakat yang kini lebih tertarik pada kemasan audio-visual dibandingkan radio yang cenderung audio saja. Namun di balik kemunculan media komunikasi baru yang dirasa lebih inovatif, radio tetap diminati dan dibutuhkan. Itu karena radio memiliki keunggulan yaitu mudah didengarkan di mana saja. Menurut survei yang dilakukan oleh AC Nielsen (Mei, 2014) konsumsi media di Indonesia, baik di Jawa maupun luar Jawa masih didominasi oleh televisi (95%), disusul internet (33%), radio (20%), suratkabar (12%), tabloid (6%), dan majalah (5%). Namun begitu, radio tetap memiliki sasaran khalayak sendiri. Terbukti dari hasil survei yang sama, masyarakat luar Jawa masih memilih radio (37%), cukup tinggi ketimbang masyarakat Jawa (18%), ( www.nielsen.com ,“Konsumsi Media Lebih Tinggi di Luar Jawa” diakses 30 November 2014 pukul 18.21 WIB). . Saat ini, radio mengalami pergeseran fungsi sebagai media massa. Keberadaan radio siaran ditandai dengan fungsinya yang sangat familiar di tengah masyarakat. Dengan radio, informasi sosial dapat sampai dengan cepat di tengah khalayak. Berita lokal ataupun nasional dapat dipertajam sesuai kebutuhan masyarakat daerah cakupan radio siaran. Begitu pula format stasiun dari masingmasing stasiun penyiaran, program hiburan, menyebabkan khalayak lebih spesifik dalam memilih radio siaran. Varian genre musik, program hiburan, terus diperkaya guna menjaring khalayak segmentasi khusus. 2 Pada tahun 1930-an, ketika radio masih menggunakan gelombang AM, media ini telah menjadi bentuk komunikasi massa yang paling efektif dan menguntungkan. Berikutnya pada tahun 1950-an radio berubah bentuk menjadi media massa baru lewat gelombang FM. Dan sekarang ini, radio sudah menjamah dunia internet dengan mengembangkan inovasi radio online atau radio streaming (Musman, 2011 : 1). Menurut Asosiasi Perusahaan Periklanan Indonesia, pada tahun 2013 pendapatan radio dunia meningkat 7 persen dari total iklan mondial. Ini dilihat dari total jumlah belanja iklan tahun 2013 diperkirakan mencapai 113 triliun. Melihat kondisi persangan yang begitu ketat sudah saatnya industri radio tidak hanya mengandalkan dari musik dan iklan, juga off air. Harus dicari inovasi terbaru untuk memasarkan kembali industri radio. Mengutip dari buku Marketing Media Penyiaran, tujuan utama pemasaran media penyiaran sesungguhnya adalah memiliki pasar, tidak hanya menciptakan dan menjual program. Program acara radio, lebih bermakna saat didengarkan dan memiliki nilai jual saat orang lain mau membeli program tersebut. Pembelian itu salah satu caranya adalah memasang iklan. Untuk mendapatkan hal tersebut, menguasai pangsa pasar merupakan hal yang penting bagi media. Dengan memiliki pangsa pasar, artinya media mendominasi bidang tersebut dan media penyiaran memiliki ciri khas yang memiliki nilai jual. Banyaknya bermunculan radio swasta di kota Solo seperti PTPN, SAS FM, Prambors, dan lain sebagainya tampak bahwa industri radio masih berkembang di kota Solo. Salah satu radio swasta yang ada di kota Solo adalah radio Sasana Adhi Suara atau lebih dikenal dengan SAS FM. SAS FM adalah radio yang memiliki segmentasi pendengar anak muda dengan SES A-B. SAS FM tergabung dalam jaringan radio besar bernama CPP Network. CPP network dalam jaringannya memiliki beberapa radio yaitu PAS FM, SAS FM, POP FM, JPI FM yang cangkupan frekuensinya meliputi Surakarta, Sragen, Wonogiri, dan sekitarnya. Radio tersebut memiliki segmentasi yang berbeda untuk kalangan pendengarnya. 3 Harold Laswell dalam karyanya The Structure and Function of Communication in Society mengatakan bahwa cara yang tepat untuk menjelaskan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan Who Says In Which Channel To Whom With What Effect ? Paradigma Laswell ini sesuai dengan lima komponen komunikasi, yaitu komunikator (communicator, sender, source), pesan (message), media (channel, media), komunikan (communicant, communicatee, receiver, recipient), dan efek (effect, impact, influence) (Effendy, 2003 : 10). Jadi, menurut Laswell komunikasi adalah proses penyampaian pesan tertentu oleh komunikator kepada komunikan lewat media tertentu yang akan menimbulkan efek tertentu. Model Laswell ini mengungkapkan isu efek bukannya makna. Efek secara tak langsung menunjukkan adanya perubahan yang bisa diukur dan diamati pada penerima yang disebabkan unsur-unsur yang dapat diidentifikasi dalam prosesnya (Fiske, 2011 : 46). Berdasarkan komponen komunikasi, penelitian ini masuk dalam studi effect analysis. Effect analysis merupakan penelitian mengenai efek atau dampak yang ditimbulkan oleh komunikasi (Effendy, 2003 : 10). Inilah mengapa penelitian ini masuk dalam effect analysis karena penelitian ini memaparkan tentang bagaimana efek dari komunikasi yang dilakukan oleh SAS FM dalam strategi komunikasi pemasarannya untuk mempertahankan eksistensinya. RUMUSAN MASALAH Bagaimana strategi komunikasi pemasaran yang diterapkan SAS FM dalam mempertahankan eksistensi di tengah persaingan radio swasta di kota Surakarta ? TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisa bagaimana strategi komunikasi pemasaran SAS FM dalam rangka mempertahankan eksistensi di tengah persaingan yang begitu ketat di antara radio swasta lainnya yang ada di kota Surakarta. 4 TINJAUAN PUSTAKA a. Komunikasi Massa Schramm berpendapat, apabila kita berkomunikasi sebenarnya kita berusaha untuk membangun kebersamaan dengan orang lain. Selain itu, kita berupaya untuk berbagi informasi, ide, ataupun sikap. Proses komunikasi adalah kegiatan yang berlangsung secara keberlanjutan. Dalam Encyclopedia International, mass communication is a process by which a message is transmitted though one more of the mass media (newspaper, radio, television, movies, magazines and books) to an audience that is relatively large and anonymous. Sebagaimana definisi tersebut, para ahli komunikasi menbatasi pengertian komunikasi massa pada komunikasi dengan menggunakan media massa, misalnya surat kabar, majalah, radio, televisi, atau film. Dalam buku Introducing Mass Communication disebutkan bahwa komunikasi Massa memiliki enam karakteristik. Diantaranya adalah komunikasi massa bergantung pada media dalam proses penyampainnya (surat kabar, radio, televisi), memiliki khalayak yang anonim, pesan yang disampaikan diterima oleh khalayak banyak secara serempak (di waktu yang hampir bersamaan). Komunikasi massa tersusun atas organisasi formal, bukan individual. Komunikasi massa dikontrol oleh gatekeepers dan feedback yang diterima tidak dapat secara langsung tersampaikan (Effendy, 2003 : 22). Fungsi komunikasi massa secara khusus, dengan mengutip pendapat DeVito (1997) adalah menyampaikan informasi (to inform), mendidik (to educate), menghibur (to entertain), mempengaruhi (to influence) (Effendy, 2003 : 31). Dalam komunikasi massa, dikenal dengan model komunikasi Laswell. Model Laswell ini berbentuk linear, terdiri dari lima komponen komunikasi yaitu who, says what, in which channel, to whom, with what effect (Fiske, 2011 : 46). Model ini menitik beratkan pada ‘efek’ bukannya makna. Efek menunjukkan perubahan yang dapat diamati dan diukur pada penerima yang disebabkan oleh unsur-unsur yang teridentifikasi dalam prosesnya. 5 b. Strategi Strategi adalah rencana terpilih yang telah dirancang untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Strategi diperlukan sebuah organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Stoner dan Freeman mendefinisikan strategi sebagai program untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi dan mengimplementasikan misinya (Tjiptono, 1997 :3). Strategi dibuat oleh sebuah perusahaan atau organisasi untuk dijalankan dalam kurun waktu tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat J.L. Thomson yang juga mendefinisikan strategi sebagai cara untuk mencapai sebuah hasil akhir yang menyangkut tujuan dan sasaran organisasi (Oliver, 2007 : 2). Menurut Rhenald Kasali, strategi adalah hal-hal yang berkaitan dengan mampu atau tidaknya perusahaan atau organisasi menghadapi tekanan dari dalam maupun luar. Gerry Johnson dan Kevan Scholes dalam bukunya Exploring Corporate Strategy menjelaskan strategi sebagai arah dan cakupan jangka panjang organisasi untuk mendapatkan keunggulan melalui konfigurasi sumber daya alam dan lingkungan yang berubah untuk mencapai kebutuhan pasar dan memenuhi harapan pihak yang berkepentingan (stake holder). Dari definisi tersebut dapat diketahui betapa pentingnya peran strategi bagi sebuah organisasi dalam menghadapi kondisi lingkungannya. Strategi merupakan cara yang digunakan untuk mengatasi berbagai permasalahan yang ada pada organisasi. Pembuatan strategi disesuaikan dengan krisis atau permasalahan yang dihadapi oleh organisasi, strategi yang baik mampu menangani permasalahan yang ada (Effendy, 2003 :32). c. Komunikasi Pemasaran Suatu pemasaran produk tak bisa lepas dari suatu proses komunikasi. Efektivitas dalam suatu pemasaran bergantung pada komunikasi yang dilakukan. Berangkat dari kajian tersebut, maka timbul istilah komunikasi pemasaran yang mana mempresentasikan gabungan semua unsur bauran pemasaran dengan menciptakan suatu arti yang disebarluaskan kepada konsumen. Komunikasi pemasaran ini berguna untuk mempengaruhi kesan konsumen mengenai produk 6 dan kemudian mendorong mereka untuk melakukan pembelian (Swastha, 1985 : 5). Kotler mendefinisikan pemasaran sebagai proses sosial dan manajerial dengan mana seseorang atau kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkandan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk dan nilai. Definisi tersebut didasarkan pada konsep-konsep inti berikut : kebutuhan, keinginan dan permintaan, produk, utilitas, nilai dan kepuasan, pertukaran, transaksi dan hubungan, pasar, pemasaran dan pemasar (Kotler, 1998 : 4). Jika marketing communication lebih menitik beratkan kepada penguatan brand image perusahaan lewat jalinan komunikasi dengan customers, maka IMC (Integrated Marketing Communications) menggabungkan semua elemen komunikasi pemasaran untuk memperoleh tujuan baik branding ataupun penjualan seperti yang ditulis Shakeel-Ul-Rehman dan Dr. M. Syed Ibrahim dalam jurnalnya yang berjudul Integrated Marketing Communication and Promotion 2011: “By integrated marketting comunication consumers learns who make he product, for what purpose or benefit it stands and links the brand to people, place, events, experience, feelings, etc. Integrated marketing communication enhances company ability to reach the right consumer with right message at the right place and in the right time. “ Langkah-langkah yang dilakukan dalam komunikasi pemasaran radio adalah (Kotler, 1998 : 208) : 1. Mengidentifikasi Audiens Sasaran Komunikasi pemasaran haruslah jelas kepada siapa ia ditujukan. Audiens bisa diartikan sebagai calon pembeli atau calon pengguna produk jasa yang ditawarkan. Audiens bisa terdiri dari individu, kelompok, atau masyarakat umum. 2. Menentukan tujuan komunikasi Melakukan kegiatan komunikasi pemasaran pastilah memiliki tujuan tertentu yang ingin disampaikan oleh komunikator kepada audiens. 7 3. Merancang pesan Mengembangkan pesan yang efektif, yang dapat diterima dan menggerakkan audiens untuk melakukan tindakan. 4. Memilih saluran komunikasi Memilih saluran komunikasi yang tepat dan efisien untuk menyampaikan pesan juga harus diperhatikan. 5. Menentukan total anggaran promosi Perusahaan harus menentukan besaran jumlah yang perlu dibelanjakan untuk promosi. 6. Menentukan bauran promosi Total anggaran promosi digunakan untuk penggunaan alat-alat promosi, yaitu periklanan, personal selling, humas, dan promosi penjualan. 7. Mengukur hasil promosi Setelah menerapkan rencana promosi, komunikator harus mengukur dampaknya pada audiens sasaran. 8. Mengelola dan mengkoordinir komunikasi pemasaran yang terintegrasi Alat komunikasi, pesan, dan audiens yang berbeda-beda harus selaras dengan alat komunikasi yang digunakan agar memperoleh hasil yang maksimal. d. Radio Sebagai Media Massa Radio sebagai media komunikasi berjenis-jenis, tetapi hanya radio siaran (radio broadcast) yang merupakan media massa; tidak demikian radio telegrafi, radio telefoni seperti radio CB (citizen band), dan lain-lain yang sifatnya interpersonal. Sejarah penyiaran radio di Indonesia sesungguhnya tidak dapat dilepaskan dari masa penjajahan Belanda di Indonesia, sebab penjajahan itulah yang merasakan adanya kebutuhan untuk berhubungan cepat dengan negara penjajah di Belanda. Hubungan yang cepat itu diperlukan guna menyiarkan peraturan-peraturan, kabar berita, dan undang-undang yang berkaitan dengan 8 negara jajahannya Indonesia untuk disampaikan ke negeri Belanda (Effendy, 1991 : 38). Apabila surat kabar memperoleh julukan sebagai kekuatan keempat, maka radio siaran mendapat julukan kekuatan kelima atau the fifth estate. Hal ini disebabkan radio siaran juga dapat melakukan fungsi kontrol sosial seperti surat kabar, disamping empat fungsi lainnya yakni memberi informasi, menghibur, mendidik dan melakukan persuasi. Ada 3 faktor yang mempengaruhi kekuatan radio siaran (Effendy, 1991 : 62). Radio Siaran bersifat langsung, radio siaran menembus jarak dan rintangan, dan radio siaran mempunyai daya tarik. METODOLOGI Penelitian ini menggunakan metodologi penelitian kualitatif. Jenis penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan fenomena melalui pengumpulan data. Penelitian dilakukan di PT Radio Sasana Adi Swara (SAS FM ) yang beralamat di Jl. Raya Solo Baru AA-19, Surakarta. Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada jumlah atau keterwakilan, melainkan lebih pada kualitas informasi, kredibilitas, dan kekayaan informasi yang dimiliki oleh partisipan. Untuk itu sampel yang diambil dalam penelitian kualitatif ini adalah purposive sampling (Daymon dan Holloway, 2008 : 251). Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik triangulasi data untuk memperoleh keabsahan data. Menurut Patton, triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Peneliti melakukan wawancara, observasi, dan studi dokumen dalam proses pengumpulan data mengenai strategi komunikasi pemasaran SAS FM. Proses ini bersamaan dengan peneliti memisahkan data mana yang akan dipakai di tahap selanjutnya. 9 Peneliti memilah data mana saja yang akan digunakan. Setelah data lengkap, maka data disajikan untuk dianalisa lebih lanjut dan ditarik kesimpulan apakah strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh SAS FM efektif dalam mempertahankan positioning SAS FM diantara radio swasta lainnya di kota Surakarta. Peneliti juga menggunakan analisa SWOT untuk mengetahui bagaimana dasar perencanaan strategi komunikasi pemasaran SAS FM dalam menjaga eksistensinya di tengah persaingan bisnis radio swasta. SAJIAN DAN ANALISA DATA 1. Identifikasi khalayak : Menentukan target khalayak menjadi langkah pertama yang dilakukan SAS FM dalam menentukan strategi komunikasi. Target khalayak SAS FM dibagi menjadi dua, yaitu target pendengar dan target pengiklan. Untuk target pendengar SAS FM mengklasifikasikan usia pendengar dari 15-40 tahun, dan tingkatan Social Economic Status (SES) cenderung menengah hingga menengah ke atas. Bagaimana cara SAS FM menentukan target khalayak adalah dengan cara melakukan polling secara berkala dan juga monitoring. Target pendengar SAS FM yaitu anak muda dan kalangan usia menengah, sesuai dengan persentase yang ada. Jika dilihat dari SES yaitu golongan B dan C, masing-masing sebesar 29,4 % dan 25,4 %. 2. Menentukan tujuan komunikasi Sumber penghidupan sebuah perusahaan media, hampir separuhnya bergantung pada iklan. Tetapi dengan seiringnya waktu, target untuk menjual brand SAS FM bukan menjadi satu-satunya tujuan perusahaan media ini. Eksistensi di antara radio swasta lainnya kini menjadi perhatian. Menurut SAS FM, ini menjadi hubungan timbal balik yang menguntungkan. dengan masih kuatnya citra dan nama SAS FM di kalangan pendengar radio di kota Solo, menambah kekuatan tim marketing untuk menjual produk jasa kepada calon pengiklan. Karena calon klien lebih yakin untuk memasang iklan di SAS FM karena SAS FM masih menjadi pilihan pertama bagi penggemar pendengar radio. 10 Tujuan jangka pendek dari strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan SAS FM tentu saja untuk mendapatkan profit maksimal. Target pemasukan SAS FM kurang lebih mencapai Rp 80 juta tiap bulannya. Namun kini, SAS FM tak lagi memandang komunikasi pemasaran untuk mendapatkan penghasilan semata. Komunikasi pemasaran juga dilakukan sebagai usaha untuk membentuk citra yang baik di kalangan pendengar dan khalayak umum. Citra yang baik dipercaya SAS FM menjadi kunci eksistensi mereka di tengah persaingan radio swasta lainnya. 3. Merancang pesan SAS FM percaya selain keunggulan SAS FM di bidang marketing, yang secara kuat memberikan kesan kepada pendengar adalah program acara SAS FM. Di sini menjadi kunci penting bagaimana proses merancang pesan dari SAS FM kepada target pendengar dapat tersampaikan dengan jelas. Program acara menjadi yang terpenting untuk menarik perhatian khalayak pendengar. Format musik SAS FM adalah Indonesia dan barat, dengan perbandingan 2 : 1. Untuk persentase masing-masing, sebagai berikut : Pop Indonesia : 65 % Pop barat : 34 % Dangdut dan lainnya : 1% Berdasarkan PP PRSSNI No. 55 tahun 1970 pola siaran mengacu pada pola acara yang dirinci untuk pendidikan 20 %, penerangan 20%, hiburan 45%, dan siaran iklan 15% dari total keseluruhan siarannya. Dari peraturan tersebut, radio berhak menentukan dan mengatur sendiri program acara masing-masing. Program acara SAS FM menitik beratkan pada full request kepada pendengar. SAS FM mengudara selama 21 jam, dimulai dari pukul 04.00 – 01.00 WIB. Jam 04.00-06.00 WIB SAS FM memiliki program siaran nasrani. Jam 06.00-01.00 full request dan penyiar akan membaca sms fans (member SAS FM). Acara sepanjang hari ini bernama : All Day Hits. POPO On The Radio adalah acara lifestyle yang inspiratif. DJ Popo Kusen sangat kuat imagenya dengan 11 konsistensi yang luar biasa di tanah air. Acara ini mengudara di SAS FM pada hari Senin-Jumat pada pukul 17.00-18.00 dan 20.00-21.00 WIB. 4. Memilih saluran komunikasi Lewat media, strategi yang telah mereka susun dan aplikasikan dapat dikomunikasikan kepada target strategi. Media yang digunakan tergantung kebijakan dan kemampuan masing-masing perusahaan. Berdasarkan hasil observasi peneliti, SAS FM cenderung kurang aktif dalam hal beriklan menggunaka media cetak. Media cetak yang bekerja sama dengan SAS FM adalah Jawa Pos Grup. Namun, SAS FM tidak terlalu sering untuk beriklan di media tersebut. Hal ini harusnya menjadi pertimbangan bagi pihak SAS FM karena dengan bantuan media cetak, SAS FM lebih mudah untuk menyampaikan informasi yang dibaca oleh masyarakat. Jika dibandingkan dengan PTPN, Solo Radio, dan Metta FM, selama bulan April-Mei SAS FM belum memasang iklan maupun promosi lainnya di surat kabar lokal. Disamping itu, SAS FM berusaha terus untuk mengikuti perkembangan informasi masa kini, contohnya penggunaan media internet. SAS FM tidak hanya mengajak khalayak lewat media konvensional tetapi juga media sosial seperti facebook dan twitter. 5. Menentukan total anggaran promosi SAS FM menetapkan dasar anggaran jauh sebelum mereka menentukan pilihan kegiatan promosi mana yang menurut mereka tepat. Mereka menetapkan prinsip affordable (terjangkau). Yang menurut Phillip Kotler ada empat metode dalam penganggaran dan salah satunya adalah metode affordable. Artinya, menetapkan anggaran promosi di level yang diangggap manajemen perusahaan mampu untuk mengeluarkan. SAS FM menetapkan 30 persen dari anggaran perusahaan untuk biaya promosi. Namun hal tersebut tidaklah mutlak, anggaran dapat naik turun sesuai dengan kondisi keuangan global manajemen dan kebutuhan tim marketing untuk melakukan kegiatan promosi. Menentukan berapa anggaran yang dikeluarkan 12 selain melihat kondisi keuangan global manajemen, keefektifan kegiatan promosi yang nantinya dilakukan tetap dipertimbangkan. 6. Menentukan bauran promosi Strategi komunikasi pemasaran yang diterapkan di SAS FM antara lain : a. Periklanan (advertising) Tidak hanya mengandalkan program siaran yang apik dan menarik, untuk dapat melakukan kegiatan pemasaran yang efektif dan efisien SAS FM menggunakan media iklan untuk menjadi salah satu strategi mereka mempromosikan program ataupun brand yang mereka punya. Untuk menghemat anggaran, SAS FM kadang melakukan barter yang sifatnya saling menguntungkan. Menggunakan media sosial seperti facebook dan twitter menjadi variasi iklan yang dilakukan oleh SAS FM. Cara untuk barter biasanya kedua belah pihak saling memberikan space untuk promosi tergantung kesepakatan diantara kedua belah pihak. Untuk penerapan biaya iklan, SAS FM didasarkan pada jenis dan durasi iklan tersebut. b. Hubungan masyarakat dan publisitas (Public relations) Kerja sama dengan pihak lembaga dan nonlembaga harus terjalin dan terjaga demi terciptanya situasi yang kondusif bagi SAS FM dalam mempertahankan eksistensi SAS FM diantara kalangan pebisnis radio lainnya juga masyarakat yang mejadi pendengar setianya. Inilah yang akhirnya disadari oleh SAS FM bahwa tidak hanya strategi promosi yang gencar saja, namun kegiatan humas sangat perlu dilakukan demi membangun komunikasi yang sehat antar lembaga. Humas dilakukan dengan aktifnya SAS FM di kegiatan-kegiatan yang sifatnya nonprofit dan biasanya diselenggarakan oleh pemerintah kota Solo. Juga menyediakan slot khusus untuk iklan layanan masyarakat yang dikeluarkan oleh lembaga pemerintahan setempat menunjukkan kepedulian dan dukungan SAS FM pada program-program pemerintah. 13 c. Penjualan personal (Personal selling) Salah satu keunggulan strategi pemasaran yang dilakukan oleh SAS FM adalah kegiatan personal selling. Keuntungan menggunakan strategi personal selling adalah bentuk komunikasi yang terjalin antara kedua belah pihak lebih hidup. Masing-masing pihak dapat mengobservasi reaksi pihak lain secara langsung (Hermawan, 2012: 107). Keuntungan menggunakan strategi personal selling ini dirasakan saat tim marketing menghubungi klien lama untuk menawarkan promo terbaru. d. Pemasaran langsung (direct marketing) Terbatasnya jumlah karyawan di divisi marketing, maka direct marketing digunakan untuk mengatasi kendala tersebut. Menurut definisi resmi dari the Direct Marketing Association- DMA, pemasaran langsung (direct marketing) adalah suatu sistem interaktivitas pemasaran yang menggunakan satu atau lebih media pemasaran untuk menimbulkan efek respons yang terukur dan/atau transaksi pada lokasi manapun (Hermawan, 2012: 185). Demikian yang dilakukan oleh SAS FM, mengoptimalkan penggunaan surat langsung atau e-mail, telefon, atau katalog yang dikirim. Hal ini mempermudah staff marketing untuk mengurangi tingkat mobilitas mereka. Menggunakan direct marketing dirasakan oleh SAS FM lebih hemat biaya. Karena uang transportasi maupun akomodasi saat bertemu dengan klien tidak perlu dikeluarkan. Juga efektivitas saat banyaknya pekerjaan di kantor, pencarian iklan tidak berhenti. Lewat direct marketing kegiatan penjualan dan promosi dapat terus dilakukan tanpa ada hambatan waktu, SDM, dan biaya. e. Promosi penjualan (Sales promotion) Promosi penjualan dapat memberikan nilai tambah suatu produk yang ditawarkan untuk meningkatkan dan mendorong penjualan. Bentuk promosi penjualan yang kerap dilakukan oleh SAS FM adalah memberikan diskon untuk pemasangan iklan di waktu-waktu tertentu. 14 Strategi komunikasi yang dilakukan oleh SAS FM bukan tidak menemui kendala. Kendala utama justru berada di kalangan internal SAS FM sendiri yaitu sumber daya manusia yang kurang memenuhi syarat, terutama tim marketing. Kekurangan SDM di tim marketing membuat tidak semua kegiatan promosi dapat berlangsung sesuai rencana. Tim marketing lebih cenderung mengutamakan target pendapatan mereka. Target yang lainnya mengikuti, seperti imej mereka. Akhirnya SAS FM memutuskan untuk lebih banyak mengadakan media partner dengan berbagai acara agar mempereloh promosi gratis yang tidak perlu tenaga untuk mempromosikan brand SAS FM. 7. Evaluasi Setelah strategi dijalankan, untuk mengetahui apakah target tercapai dan rencana sesuai dengan kondisi lapangan atau tidak perlu diadakan evaluasi. Evaluasi diadakan tiap bulan lewat rapat yang dihadiri seluruh bagian SAS FM. Rapat ini bertujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan dan efektivitas strategi pemasaran yang telah dijalankan dalam kurun waktu sebulan. Evaluasi tidak hanya dibahas melalui rapat dan laporan angka yang dilaporkan oleh tim marketing, tetapi juga secara berkala SAS FM mengadakan polling, melihat rating, dan tidak lupa respon klien. Polling dilakukan biasanya untuk mengukur apakah program acara yang telah dilakukan oleh SAS FM diminati pendengar atau tidak. Polling hanya dilakukan jangka waktu 2-3 bulan sekali. Cara yang tetap dipandang efektif untuk mengukur hasil promosi yang dilakukan adalah rating. Positioning radio terus berubah, berdasarkan rating yang di survei oleh lembaga tertentu. Lewat rating, SAS FM dapat mengetahui seberapa antusiasme masyarakat terhadap acara yang telah disiarkan SAS FM. Rating hanya digunakan untuk membantu radio membaca trend yang sedang berkembang di masyarakat. Ukuran keberhasilan tetap dilihat secara nyata lewat pemasukan dan respon pendengar yang masuk ke SAS FM. Kepuasan klien juga dapat dijadikan indikator. Respon yang didapat dari klien menunjukkan seberapa besar tingkat kepercayaan klien kepada radio tersebut. 15 8. Mengkoordinir komunikasi pemasaran yang terintegrasi Bauran komunikasi pemasaran yang dilakukan secara bersamaan lebih menunjukkan efek yang cepat dan jelas. Dengan terintegrasinya aktivitas komunikasi pemasaran, dampak yang ditimbulkan lebih nampak dan dapat diukur. Berdasarkan pengamatan peneliti di lapangan, koordinasi dan proses integrasi seluruh elemen aktivitas komunikasi pemasaran belum berjalan dengan cukup baik. Hal ini terlihat dari tidak jarang jika rencana strategi yang telah ditetapkan sejak awal bula untuk pedoman mencapai target meleset karena banyaknya acara yang tidak seimbang dengan jumlah tim yang menangani. Beberapa aktivitas juga masih terkesan hanya sekadar dijalankan saja. Kegiatan humas masih belum dijalankan secara maksimal. SAS FM masih menggantungkan kegiatan humas pada bentuk kerjasama sebagai media partner berbagaia acara lembaga maupun nonlembaga. Peneliti menganalisa dengan SWOT (strength, weakness, oppurtunities, and threats). Analisa ini dapat menggambarkan secara lebih jelas dan terperinci apa saja yang telah dilakukan dan keputusan apa yang paling tepat yang diterapkan mengenai strategi pemasaran SAS FM. Analisa SWOT dipilih karena peneliti ingin melihat bagaimana perencanaan strategi komunikasi pemasaran yang telah dijalankan oleh SAS FM dan efektifiitasnya dalam menjaga eksistensi di tengah radio swasta lainnya di kota Surakarta. a. Strength (kekuatan) 1. SAS FM sudah mengudara di kota Solo dan sekitarnya selama kurang lebih 47 tahun. 2. Program on air dan off air yang beraneka ragam. 3. SAS FM mengudara selama 21 jam nonstop/hari. 4. Letak yang strategis 5. Personal selling, strategi pemasaran yang identik dengan SAS FM. 6. SAS FM masuk dalam jaringan perusahaan CPP Network. b. Weakness (Kelemahan) 1. SDM yang terbatas. 2. Pelayanan terhadap member SAS FM masih kurang. 16 3. Strategi komunikasi pemasaran belum terintegrasi dengan baik. c. Oppurtunities (Kesempatan) 1. Segmentasi pendengar yang cukup luas. 2. Mengudara selama 45 tahun. d. Threats (Ancaman) yaitu banyaknya radio swasta lainnya yang memiliki segmentasi sama dengan SAS FM. Persaingan radio di kota Surakarta dapat dilihat dan dibandingkan dengan membandingkan kekuatan dan ciri khas masing-masing. SAS FM, Prambors, PTPN, dan Solo Radio memiliki target yang sama. Memiliki networking group yang solid, CPP Network yang bermarkas di Magelang. SAS FM salah satu radio yang masuk dalam CPP Network yang membawahi beberapa radio swasta lainnya di kota Surakarta dan sekitarnya. Sistem networking ini membantu SAS FM dalam kelangsungan usaha organisasi ini, misalnya dalam hal iklan, klien, dan relasi usaha yang luas. KESIMPULAN Kegiatan pemasaran yang dilakukan SAS FM tidak lagi fokus pada isu iklan dan pendapatan, namun membangun brand yang lebih kuat di antara khalayak pendengar. Langkah strategi komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh SAS FM adalah menentukan target khalayak, menentukan tujuan strategi komunikasi pemasaran, menyusun program acara yang kuat dan mampu menyampaikan misi dari strategi SAS FM, menggunakan media sebagai fasilitator. SAS FM dalam menjalankan strategi pemasarannya, juga melakukan berbagai kegiatan namun personal selling dianggap menjadi strategi yang tepat dan sesuai dengan kondisi SAS FM. Untuk mengetahui seberapa efektifnya strategi yang telah dijalankan, maka SAS FM mengadakan evaluasi secara berkala. Kendala yang dihadapi oleh SAS FM adalah terdapat pada kalangan internal SAS FM sendiri yaitu sumber daya manusia yang kurang memenuhi syarat, terutama tim marketing. Kurangnya 17 integrasi kegiatan pemasaran yang telah dilakukan oleh SAS FM. Strategi komunikasi pemasaran yang dijalankan oleh SAS FM selama ini cukup untuk mengimbangi daya jual radio mereka dibandingkan dengan radio swasta lainnya. Kegiatan pemasaran mereka memperkuat posisi SAS FM sebagai salah satu radio swasta di kota Surakarta. SARAN Kurangnya integrasi di bidang marketing, SAS FM harus lebih menetapkan rencana strategi marketing lebih menyeluruh dan mengoptimalkan semua kegiatan marketing (periklanan, personal selling, humas, promosi penjualan). Memperbanyak SDM terutama di bidang marketing. Meningkatkan mutu SDM terutama penyiar. Ujung tombak media radio bukan terletak pada tim marketing saja, tetapi ada di tangan penyiar. Variasi program acara lebih diperbanyak dan sesuai dengan segmentasi pendengar. Memaksimalkan pemanfaatan teknologi untuk menjangkau pendengar agar lebih banyak dan lebih luas. DAFTAR PUSTAKA Daymon, Christine. & Immy Holloway. (2008). Metode-metode Riset Kualitatif dalam Public Relations dan Marketing Communications. Jakarta : Bentang Effendy, Onong Uchjana. (1991). Radio Siaran Teori dan Praktek. Jakarta: CV Mandar Maju. . (2003). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Fiske, John. (2011). Cultural and Communication Studies. Yogyakarta : Jalasutra. Hermawan, Agus. (2012). Komunikasi Pemasaran. Jakarta : Erlangga. Kottler, P. (1998). Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian Jilid 1. Jakarta: Erlangga. Musman, Asti. & Sugeng W.A. (2011). Marketing Media Penyiaran : Bukan Sekadar Jual Kecap. Yogyakarta : Cahaya Atma Pustaka. Swastha, Basu. (1985). Azas-azas Pemasaran. Yogyakarta : Akademi Keuangan dan Bisnis. 18 Tjiptono, Fandy. (2008). Strategi Pemasaran. Yogyakarta : Andy Yogyakarta. Oliver, S. (2007). Strategi Public Relations. Jakarta: PT Gelora Aksara Pratama. Artikel diambil dari press room Nielsen “Konsumsi Media Lebih Tinggi di Luar Jawa” www.nielsen.com diakses 30 November 2014 pukul 18.21 WIB. Artikel website www.marketing.co.id diakses tanggal 30 November 2014 pukul 19.22 WIB. Shakeel Ul Rehman and Dr. M. Syed Ibrahim. 2011. Journal of Arts, Science, & Commerce. Integrated Marketing Communication and Promotion. India : Anna University of Technology, Coimbatore. 19