perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PRAKTEK MANAJEMEN LABA YANG DILAKUKAN PERUSAHAAN : DETEKSI DENGAN MENGGUNAKAN VALUATION ALLOWANCE ACCOUNT (VAA) (Studi Empiris pada Perusahaan non-Manufaktur yang Menyediakan Cadangan Penilaian Aktiva Pajak Tangguhan yang Terdaftar di BEI pada tahun 2007-2009) S SKRIPS Skripsi Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh : DHINA ARFIANA DEWI NIM F0306027 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA commit to user 2011 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PRAKTEK MANAJEMEN LABA YANG DILAKUKAN PERUSAHAAN : DETEKSI DENGAN MENGGUNAKAN VALUATION ALLOWANCE ACCOUNT (VAA) (Studi Empiris pada Perusahaan non-Manufaktur yang Menyediakan Cadangan Penilaian Aktiva Pajak Tangguhan yang Terdaftar di BEI pada tahun 2007-2009) Dhina Arfiana Dewi F0306027 ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi aktivitas manajemen laba melalui akun cadangan penilaian aktiva pajak tangguhan, yang dipengaruhi oleh dua target laba, yaitu melaporkan laba positif dan melaporkan peningkatan laba. Penelitian ini merupakan pengujian hipotesis, dengan jumlah sampel 29 perusahaan non-manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia serta menyediakan cadangan penilaian aktiva pajak tangguhan pada tahun 2007-2009. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data-data yang diperlukan diperoleh melalui website resmi Bursa Efek Indonesia. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linear berganda dengan uji t, uji F dan koefisien determinasi. Hasil pengujian secara simultan menunjukkan bahwa akun cadangan penilaian aktiva pajak tangguhan mampu mendeteksi aktivitas manajemen laba perusahaan. Sedangkan hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa akun cadangan penilaian aktiva pajak tangguhan hanya digunakan untuk menaikkan laba agar perusahaan dapat melaporkan peningkatan laba. Kata kunci : cadangan penilaian aktiva pajak tangguhan, manajemen laba, SFAS No. 109 commit to user ii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PRATICE OF EARNINGS MANAGEMENT IN COMPANY: DETECTION BY USING THE VALUATION ALLOWANCE ACCOUNT (VAA) (Empirical Study on Non-Manufacturing Companies that Provide Deferred Tax Asset –Valuation Allowance Account on Indonesian Stock Exchange in the year of 2007-2009) Dhina Arfiana Dewi F0306027 ABSTRACT The purpose of this research is to detect earnings management activities via deferred tax asset –valuation allowance account, which is influenced by two earnings targets, that is reported a positive earnings and reported an increase earnings. This research is a hypothesis testing, with a total sample of 37 nonmanufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange and provides a deferred tax asset –valuation allowance account in the year of 2007-2009. The sampling process was done purposive sampling method. This research use secondary data. The data are taken from website Indonesia Stock Exchange. Hypothesis test of this research use multiple linear regression with t test, F test, and coefficient determination test. The result of simultaneous test show that deferred tax asset –valuation allowance account can be used to detect earnings management activities. Whereas, the result of partial test show that deferred tax asset –valuation allowance account is only used to raise profits in order to reported increasing earnings. Keyword: valuation allowance account, earnings management, SFAS No. 109 commit to user iii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user iv perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user v perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id MOTTO “Man Jadda, Wajada” (No Name) “I believe in luck. I believe the harder I work, the luckier I get.” (Raditya Dika) “Kecemasan takkan pernah merenggut kesulitan hari esok, ia hanya akan melemahkan hari ini dengan kekuatannya.” (AJ. Cronin) “Mengharap dunia memperlakukanmu baik karena kamu orang baik, itu sama konyolnya dengan mengharap banteng tidak menandukmu karena kamu seorang vegetarian.” (Rosseane Barr) commit to user vi perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PERSEMBAHAN Karya kecil ini kupersembahkan untuk: Bapak, Ibu, dan Kakakku yang selalu mendoakan, memberi dukungan dan semangat di setiap langkahku Adhi Manyu yang selalu memberikan motivasi Almamaterku Masa depanku commit to user vii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, ridho, dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Praktek Manajemen Laba yang Dilakukan Perusahaan: Deteksi dengan Menggunakan Valuation Allowance Account (VAA)”. Penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu dan memberi dukungan, semangat, serta pemikiran baik secara langsung maupun tidak langsung yang berupa saran, kritik, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Wisnu Untoro, M.S., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Drs. Santoso Tri H. M.Si. Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta. 3. Drs. Eko Arief Sudaryono, M.Si., Ak., BKP., selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan sehingga skripsi ini dapat disusun dengan baik dan lancar. 4. Dra. Falikhatun, Msi., Ak., selaku pembimbing akademik yang telah memberikan arahan selama menempuh masa perkuliahan. commit to user viii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 5. Semua dosen dan staf Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah banyak memberikan andil selama penulis menimba ilmu hingga akhirnya tertuang dalam penulisan skripsi ini. 6. Orangtuaku tercinta, yang selalu melimpahiku dengan kasih sayang, perhatian, selalu mendoakanku, memberikan dukungan serta bimbingan dalam setiap langkahku. Terima kasih atas segalanya, aku bangga memiliki orangtua seperti kalian. 7. Kakakku Dhika Arif Hanantyo, yang selalu memberikan dukungan dan bantuan (baik riil maupun materiil, hehe) sampai studiku selesai. Terima kasih ya.. 8. Adhi Manyu Sakti Prabowo yang selalu menemaniku dalam suka dan duka, dan bersedia untuk direpotkan setiap saat, terima kasih atas doa, dukungan, dan perhatiannya. Pake toga bareng yuuuuk.. 9. Kawan-kawanku yang secara tidak langsung sangat membantuku meraih gelar sarjana ini. Tita, Mera, Hanung, dan Denny terima kasih atas bantuan dan kerjasamanya selama masa perkuliahan yang mengesankan ini. Ika dan Ratri, terima kasih supportnya waktu kompre, bantuan dan saransarannya, kalian kok baik banget sih. Partnerku Ririn, terima kasih buat judulnya yang menurutku unpredictable banget hehe, makasih bantuan dan tumpangannya ya. 10. Teman-teman FKIP Seni Rupa, terima kasih telah mewarnai masa kuliahku dengan pengetahuan dan pengalaman baru. 11. Teman-teman akuntansi angkatan 2006, terima kasih buat semuanya. commit to user ix perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 12. Serta semua pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu terima kasih atas semua yang telah diberikan kepada penulis. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh penulis. Oleh karena itu, segala bentuk kritik dan saran sangat diharapkan. Akhir kata penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak di kemudian hari. Surakarta, Oktober 2011 Penulis commit to user x perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI Halaman ABSTRAKSI ................................................................................................... ii ABSTRACT ..................................................................................................... iii HALAMAN PERSETUJUAN ......................................................................... iv HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... v MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi KATA PENGANTAR ..................................................................................... vii DAFTAR ISI .................................................................................................... x DAFTAR TABEL ............................................................................................ xiv DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xvi BAB I. PENDAHULUAN A........................................................................................... Latar Belakang ................................................................................... 1 B. .......................................................................................... Peru musan Masalah ......................................................................... 7 C. .......................................................................................... Tujua n Penelitian ............................................................................... commit to user xi 7 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id D........................................................................................... Manf aat Penelitian ............................................................................ 7 E. .......................................................................................... Siste matika Penulisan ....................................................................... 8 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A........................................................................................... Land asan Teori ................................................................................. 10 1. .................................................................................... Teori Akuntansi Positif ............................................................... 10 2. .................................................................................... Teori Agensi ................................................................................ 12 3. .................................................................................... Mana jemen Laba ........................................................................ 15 4. .................................................................................... PSA K No. 46 ............................................................................ 20 5. .................................................................................... Aktiv a Pajak Tangguhan ............................................................ 22 a. Pengertian ................................................................... 22 b. Pengakuan ................................................................... 23 c. Penilaian Kembali....................................................... 24 6. .................................................................................... VAA Pajak tangguhan ................................................................ commit to user xii 25 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id B. .......................................................................................... Penel itian Terdahulu.......................................................................... 27 C. .......................................................................................... Kera ngka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis......................... 31 1. Kerangka Pemikiran ................................................... 31 2. Pengembangan Hipotesis ............................................ 33 BAB III. METODE PENELITIAN A........................................................................................... Ruan g Lingkup Penelitian................................................................. 37 B. .......................................................................................... Popul asi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel ......................... 37 C. .......................................................................................... Sumb er Data ...................................................................................... 38 D........................................................................................... Defin isi Operasional dan Pengukuran Variabel ................................ 39 1. .................................................................................... Perub ahan Diskresioner VAA .................................................... 39 2. .................................................................................... Targe t Laba ................................................................................. 42 E. .......................................................................................... Meto de Analisis Data ........................................................................ BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN commit to user xiii 44 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id A........................................................................................... Hasil Pengumpulan Data.................................................................... 49 B. .......................................................................................... Regr esi Pertama................................................................................ 50 C. .......................................................................................... Regr esi Kedua .................................................................................. 52 1. .................................................................................... Desk ripsi Data ........................................................................... 52 2. .................................................................................... Peng ujian Hipotesis ................................................................... 53 a. .............................................................................. Uji Normalitas .................................................................. 53 b. Uji Asumsi Klasik ...................................................... 53 1) ........................................................................ Uji Multikolinieritas ................................................... 53 2) ........................................................................ Uji Autokorelasi.......................................................... 54 3) ........................................................................ Uji Heterokedastisitas ................................................. 55 c. Uji Hipotesis ............................................................... 56 1) ........................................................................ Uji Statistik F .............................................................. commit to user xiv 56 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2) ........................................................................ Uji Ketepatan Perkiraan .............................................. 57 3) ........................................................................ Uji Statistik t ............................................................... 58 D........................................................................................... Pemb ahasan ....................................................................................... 58 BAB V. PENUTUP A........................................................................................... Kesi mpulan ...................................................................................... 61 B. .......................................................................................... Keter batasan ...................................................................................... 62 C. .......................................................................................... Saran D........................................................................................... Impli kasi ............................................................................................ 64 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN DAFTAR TABEL Tabel commit to user xv Halaman 63 perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2.1 Penelitian Terdahulu ................................................................. 27 4.1 Kriteria Pengambilan Sampel ................................................... 49 4.2 Statistik Deskriptif Data Regresi Pertama ................................ 50 4.3 Hasil Regresi Pertama .............................................................. 51 4.4 Statistik Deskriptif Data ........................................................... 52 4.5 Hasil Pengujian Normalitas ...................................................... 53 4.6 Hasil Pengujian Multikolinieritas ............................................. 54 4.7 Hasil Pengujian Autokorelasi ................................................... 55 4.8 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas ......................................... 56 4.9 Hasil Pengujian Hipotesis......................................................... 57 DAFTAR GAMBAR Gambar commit to user xvi Halaman perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 2.1 Kerangka Pemikiran ................................................................. 32 2.2 Skema Target Laba dan Manajemen Laba ............................... 32 3.1 Premanaged Earnings pada Dua Target Laba ......................... 43 DAFTAR LAMPIRAN commit to user xvii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id 1 Nama dan Kode Perusahaan Sampel 2 Regresi Pertama a. Keseluruhan Data Diskala dengan Saham yang Beredar b. Statistik Deskriptif c. Uji Normalitas d. Uji Multikolonieritas e. Uji Heteroskedastisitas f. Uji Autokorelasi g. Regresi Berganda 3 Regresi Kedua a. Variabel Dependen dan Independen b. Variabel Dummy c. Statistik Deskriptif d. Uji Normalitas e. Uji Multikolonieritas f. Uji Heteroskedastisitas g. Uji Autokorelasi h. Analisis Regresi Berganda commit to user xviii perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PRAKTEK MANAJEMEN LABA YANG DILAKUKAN PERUSAHAAN : DETEKSI DENGAN MENGGUNAKAN VALUATION ALLOWANCE ACCOUNT (VAA) (Studi Empiris pada Perusahaan non-Manufaktur yang Menyediakan Cadangan Penilaian Aktiva Pajak Tangguhan yang Terdaftar di BEI pada tahun 2007-2009) Dhina Arfiana Dewi F0306027 ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi aktivitas manajemen laba melalui akun cadangan penilaian aktiva pajak tangguhan, yang dipengaruhi oleh dua target laba, yaitu melaporkan laba positif dan melaporkan peningkatan laba. Penelitian ini merupakan pengujian hipotesis, dengan jumlah sampel 29 perusahaan non-manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia serta menyediakan cadangan penilaian aktiva pajak tangguhan pada tahun 2007-2009. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data-data yang diperlukan diperoleh melalui website resmi Bursa Efek Indonesia. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linear berganda dengan uji t, uji F dan koefisien determinasi. Hasil pengujian secara simultan menunjukkan bahwa akun cadangan penilaian aktiva pajak tangguhan mampu mendeteksi aktivitas manajemen laba perusahaan. Sedangkan hasil pengujian secara parsial menunjukkan bahwa akun cadangan penilaian aktiva pajak tangguhan hanya digunakan untuk menaikkan laba agar perusahaan dapat melaporkan peningkatan laba. Kata kunci : cadangan penilaian aktiva pajak tangguhan, manajemen laba, SFAS No. 109 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id PRATICE OF EARNINGS MANAGEMENT IN COMPANY: DETECTION BY USING THE VALUATION ALLOWANCE ACCOUNT (VAA) (Empirical Study on Non-Manufacturing Companies that Provide Deferred Tax Asset –Valuation Allowance Account on Indonesian Stock Exchange in the year of 2007-2009) Dhina Arfiana Dewi F0306027 ABSTRACT The purpose of this research is to detect earnings management activities via deferred tax asset –valuation allowance account, which is influenced by two earnings targets, that is reported a positive earnings and reported an increase earnings. This research is a hypothesis testing, with a total sample of 37 nonmanufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange and provides a deferred tax asset –valuation allowance account in the year of 2007-2009. The sampling process was done purposive sampling method. This research use secondary data. The data are taken from website Indonesia Stock Exchange. Hypothesis test of this research use multiple linear regression with t test, F test, and coefficient determination test. The result of simultaneous test show that deferred tax asset –valuation allowance account can be used to detect earnings management activities. Whereas, the result of partial test show that deferred tax asset –valuation allowance account is only used to raise profits in order to reported increasing earnings. Keyword: valuation allowance account, earnings management, SFAS No. 109 commit to user perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terdapat dua versi laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan dalam setiap periodenya, yaitu laporan keuangan komersial yang dihitung berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum dan laporan keuangan fiskal yang dihitung berdasarkan ketentuan perpajakan yang berlaku. Perbedaan ketentuan dalam perhitungan laporan tersebut menghasilkan dua laba yang berbeda, laba sebelum pajak (menurut perhitungan laporan keuangan komersial) dan penghasilan kena pajak (menurut perhitungan laporan keuangan fiskal). Penghasilan kena pajak, yang menjadi dasar perhitungan pajak penghasilan (PPh), merupakan output dari rekonsiliasi antara laporan keuangan komersial dengan ketentuan pembukuan pajak menurut undangundang perpajakan. Hal ini berarti bahwa dalam laporan keuangan komersial terkandung perhitungan PPh berdasarkan penghasilan kena pajak menurut ketentuan perpajakan (Kiswara, 2009). Penyajian perhitungan PPh tersebut pada laporan keuangan perusahaan diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 46 yang mengadopsi standar di Amerika, yaitu Statement of Financial Accounting Standards (SFAS) No. 109, menggantikan peraturan yang lama, yaitu PSAK No. 16 paragraf 77. commit to user 1 2 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Sejak diterbitkannya SFAS No. 109 pada tahun 1992 dan diadopsi di Indonesia pada tahun 1997 dalam PSAK No. 46, standar akuntansi ini menjadi kontroversial (Burgstahler et al, 2002). Standar tersebut mengharuskan manajer untuk menilai dan mencatat aktiva pajak tangguhan pada tingkat dimana aktiva pajak tangguhan tersebut memungkinkan (more likely than not) untuk direalisasi (PSAK No. 46 paragraf 24). Dan apabila aktiva pajak tangguhan dinilai tidak mungkin untuk direalisasi, maka manajer harus menurunkan nilai tercatat aktiva pajak tangguhan (PSAK No. 46 paragraf 35) dengan membentuk akun cadangan penilaian (Valuation Allowance Account/VAA) pajak tangguhan (SFAS No. 109 paragraph 17e). Petree et al dalam Burgstahler et al (2002) menyatakan bahwa pengakuan aktiva pajak tangguhan ini sangat kompleks dan subjektif. Penilaian dan perkiraan manajemen menjadi peran utama dalam pembentukan VAA untuk menyesuaikan aktiva pajak tangguhan yang diakui. Pasalnya, realisasi aktiva pajak tangguhan bergantung pada kemampuan penghasilan kena pajak masa depan menyediakan pembalikan untuk perbedaan temporer yang dapat dikurangkan (Kumar dan Visvanathan, 2001). Hal ini berarti bahwa penyesuaian aktiva pajak tangguhan dan pembentukan penyisihannya didasarkan pada ekspektasi manajemen tentang penghasilan kena pajak masa depan. Keleluasaan pembentukan VAA meningkatkan kemampuan manajemen untuk mengatur laba, manajemen memanfaatkan kebijakannya untuk tujuan manajemen laba (Comiskey dan Mulford, 1994; Peavey dan commit to user perpustakaan.uns.ac.id 3 digilib.uns.ac.id Numberg, 1993; dan Petree et al, 1995 dalam Miller dan Skinner, 1998). Biasanya pengaplikasian kebijakan pada laporan keuangan menghilangkan diskresi manajer dan membatasi tindakan manajemen laba, tapi SFAS No. 109 masih mengijinkan diskresi manajer (Frank dan Rego, 2006). VAA dipilih sebagai alat untuk melakukan manajemen laba karena tidak ada rumus yang tetap atau aturan yang jelas untuk menentukan tingkat VAA dan tingkat VAA tergantung pada ekspektasi manajemen tentang laba masa depan, sehingga pada beberapa perusahaan kebijakan dalam standar akuntansi ini cukup leluasa bagi manajemen untuk membuat adjustment yang material pada laba akuntansi, karena perubahan pada VAA berdampak langsung pada laba bersih perusahaan (Miller dan Skinner, 1998). Dengan memanfaatkan celah pada kebijakan baik di PSAK No. 46 maupun SFAS No. 109, perusahaan secara oportunistik mengelola labanya dengan menaikkan atau menurunkan akun cadangan penilaian aktiva pajak tangguhan (Mulford dan Comiskey 1996, Hirst dan Sevcik 1996, Ciesielski 1998; dalam Bauman et al 2000). Hal ini dikarenakan perubahan besarnya VAA pajak tangguhan secara langsung dapat berpengaruh pada laba operasi berjalan (current operating income), dan dalam SFAS No. 109 dijelaskan mengenai sumber penghasilan kena pajak untuk realisasi aktiva pajak tangguhan, yang mana di dalamnya terkandung sejumlah subyektivitas sebagai pertimbangan. Serta adanya hubungan keagenan yang mendorong manajemen melakukan manajemen laba dengan memanfaatkan VAA pajak tangguhan agar mendapatkan bonus yang tinggi. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 4 digilib.uns.ac.id Studi empiris tentang manajemen laba melalui VAA telah banyak dilakukan (Burgstahler et al, 2002; Phillips et al, 2003; Frank dan Rego, 2006; Christensen et al, 2008) dengan berbagai model atau rumus. Salah satunya, rumus yang digunakan oleh Frank dan Rego (2006) yang mengembangkan model akrual, dimana model ini mengklasifikasikan total akrual kedalam bentuk discretionary accrual dan non-discretionary accrual dengan dua tahapan regresi. Rumus yang dikembangkan oleh Frank dan Rego (2006) ini merupakan model yang paling sesuai untuk meneliti manajemen laba melalui VAA karena dalam pengklasifikasian akrualnya rumus ini mencakup semua ketentuan yang tercantum di SFAS No. 109. Empat sumber penghasilan kena pajak yang diberikan SFAS No. 109 sebagai bahan pertimbangan untuk menentukan tingkat VAA, dijadikan model perhitungan non-diskresioner VAA oleh Frank dan Rego (2006). Tanusdjaja (2006) mengemukakan bahwa sebagian besar penelitian manajemen laba berusaha menemukan bukti bahwa laba diatur untuk memenuhi batas pelaporan laba (earnings thresholds). Burgstahler et al (2002), melakukan penelitian di sekitar earnings thresholds untuk mengidentifikasi aktivitas manajemen laba dalam menghindari penurunan laba dan pelaporan kerugian. Schrand dan Wong (2003) juga melakukan hal yang sama dalam penelitiannya, mereka meneliti tindakan manajemen laba dalam mencapai ramalan laba analis dan melaporkan peningkatan laba. Termasuk penelitian Frank dan Rego (2006), mereka meneliti aktivitas manajemen laba yang dilakukan perusahaan untuk mencapai earnings thresholds, atau disebut commit to user perpustakaan.uns.ac.id 5 digilib.uns.ac.id dalam penelitiannya sebagai earnings targets, yaitu: melaporkan laba positif, melaporkan peningkatan laba, dan mencapai ramalan laba analis. Pasar memberikan penilaian positif pada perusahaan yang memenuhi earnings thresholds (Tanusdjaja, 2006), hal ini menjadi motivasi manajemen untuk mengelola labanya, selain adanya bonus scheme motivations. Frank dan Rego (2006) menemukan bukti empiris adanya income smoothing pada perusahaan yang dilakukan dengan memanfaatkan VAA untuk mencapai ramalan laba para analis. Temuan ini didukung oleh penelitian Schrand dan Wong (2003) yang menunjukkan tindakan income smoothing pada kedua target laba, yaitu melaporkan peningkatan laba dan mencapai ramalan laba para analis. Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Frank dan Rego (2006) yang meneliti aktivitas manajemen laba dengan detektor perubahan diskresioner VAA yang dipengaruhi oleh target laba (earnings targets) dengan proksi premanaged earnings pada 194 perusahaan publik di Amerika Serikat. Adanya perbedaan dalam penerapan aturan perpajakan dan aturan pasar modal di setiap negara membuat penelitian ini penting untuk dilakukan, yaitu untuk mengetahui apakah konsep yang sama dapat diaplikasikan di Indonesia. Dengan demikian penelitian ini menguji kemampuan VAA untuk mendeteksi manajemen laba dalam mencapai earnings targets pada perusahaan nonmanufaktur di Indonesia. Faktor-faktor yang akan diuji adalah dua target laba perusahaan, yaitu target untuk melaporkan laba positif dan target untuk melaporkan peningkatan laba. Perusahaan non-manufaktur dipilih menjadi commit to user 6 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id sampel dalam penelitian ini karena beberapa penelitian sebelumnya tentang manajemen laba melalui VAA (Tanusdjaja, 2006; Djamaluddin, 2007) telah meneliti perusahaan manufaktur di Indonesia, sedangkan semua perusahaan mempunyai VAA sehingga berpeluang melakukan manajemen laba dengan VAA tersebut. Berbeda dengan beberapa penelitian terdahulu tentang manajemen laba melalui VAA di Indonesia (Djamaluddin, 2007; Rakhmawati dan Zulaikha, 2011) yang menggunakan book-tax difference dan rasio perubahan VAA, dalam memproksikan tindakan diskresioner manajemen penelitian ini menggunakan metode yang sama dengan Tanusdjaja (2006), yaitu dengan menggunakan metode akrual. Tetapi dalam menganalisinya, penelitian ini melalui dua tahap regresi. Regresi pertama dimaksudkan untuk memisahkan akrual diskresioner dan akrual non-diskresioner dengan rumus yang dikembangkan oleh Frank dan Rego (2006), sedangkan regresi kedua menguji pengaruh antara akrual diskresioner tersebut dengan dua target laba untuk mengetahui pola manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Berdasarkan uraian tersebut, maka judul untuk penelitian ini adalah “Praktek Manajemen Laba yang Dilakukan Perusahaan: Deteksi dengan Menggunakan Valuation Allowance Account (VAA), (Studi Empiris pada Perusahaan non-Manufaktur yang Menyediakan Cadangan Penilaian Aktiva Pajak Tangguhan yang Terdaftar di BEI pada tahun 2007-2009)”. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 7 digilib.uns.ac.id B. Perumusan Masalah Atas dasar latar belakang penelitian di atas dan beberapa hasil penelitian sebelumnya, maka masalah yang hendak dijawab melalui penelitian ini adalah “Apakah perubahan diskresioner VAA dapat digunakan untuk mendeteksi aktivitas manajemen laba perusahaan dalam mencapai target laba?” C. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai manajemen laba dengan menggunakan Valuation Allowance Account (VAA) dan hubungannya dengan earnings targets perusahaan (target untuk melaporkan laba positif dan melaporkan peningkatan laba) pada perusahaan non-manufaktur yang menyediakan cadangan aktiva pajak tangguhan di Indonesia. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak, yaitu sebagai berikut: 1. Bagi Investor Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang tepat mengenai investasinya dengan menggunakan informasi pada laporan keuangan khususnya informasi mengenai laba perusahaan. commit to user 8 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2. Bagi Penyusun Standar Akuntansi Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dari kebijakan yang telah dikeluarkan dan sebagai bahan pertimbangan untuk kebijakan yang akan dikeluarkan. 3. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada manajamen perusahaan mengenai penerapan kebijakan dan aturan dalam pembuatan laporan keuangan agar informatif dan tidak menyesatkan. 4. Bagi Peneliti Selanjutnya Penelitian ini dapat memberikan kontribusi sebagai bahan literature untuk meningkatkan minat dan perkembangan ilmu akuntansi di masa mendatang khususnya mengenai fenomena manajemen laba di Indonesia. E. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan yang digunakan terdiri dari lima bab yang diuraikan sebagai berikut: BAB I Pendahuluan Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. commit to user 9 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB II Tinjauan Pustaka Bab ini membahas mengenai teori-teori yang mendasari penelitian ini, kerangka pemikiran dan pengembangan hipotesis. BAB III Metode Penelitian Bab ini membahas proses pemilihan sampel, pencarian data dan metodologi yang digunakan. BAB IV Analisis Data dan Pembahasan Bab ini membahas mengenai pengolahan data, hasil dari analisis data serta pembahasannya. BAB V Penutup Bab ini berisi kesimpulan yang didapat dari hasil analisis data, keterbatasan, implikasi dan saran bagi penelitian selanjutnya. DAFTAR PUSTAKA commit to user 10 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1. Landasan Teori 1. Teori Akuntansi Positif Teori akuntansi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: a) teori akuntansi normatif, mencakup penjelasan atau penalaran untuk menjustifikasi kelayakan suatu perlakuan akuntansi yang paling sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan, dan b) teori akuntansi positif, mencakup penjelasan atau penalaran untuk menunjukkan secara ilmiah kebenaran pernyataan atau fenomena akuntansi seperti apa adanya sesuai fakta. Menurut Watt dan Zimmerman (1986) dalam Januarti (2004) terdapat tiga kelemahan pendekatan normatif yang mendasari terjadinya pergeseran pendekatan dari normatif ke positif, yaitu: 1. Ketidakmampuan pendekatan normatif dalam menguji teori secara empiris, karena didasarkan pada premis atau asumsi yang salah sehingga tidak dapat diuji keabsahannya secara empiris. 2. Pendekatan normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran investor secara individual daripada kemakmuran masyarakat luas. 3. Pendekatan normatif tidak mendorong atau memungkinkan terjadinya alokasi sumber daya ekonomi secara optimal di pasar modal. Hal ini mengingat bahwa dalam sistem perekonomian yang mendasarkan commit to user 11 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id pada mekanisme pasar, informasi akuntansi dapat menjadi alat pengendali bagi masyarakat dalam mengalokasi sumber daya ekonomi secara efisien. Teori akuntansi positif dikembangkan oleh Watt dan Zimmerman (1986) karena ketidakpuasan terhadap teori akuntansi normatif, yang mana teori akuntansi normatif hanya menunjukkan cara terbaik untuk melakukan sesuatu berdasarkan premis, norma atau standar, sedangkan teori akuntansi positif berusaha menjelaskan atau memprediksi fenomena nyata dan mengujinya secara empiris (Godfrey et al, 1997 dalam Januarti, 2004). Pendekatan positif atau empiris berkaitan dengan usaha menguji atau menghipotesiskan teori dengan pengalaman atau fakta-fakta dunia nyata. Penelitian akuntansi positif difokuskan pada pengujian empiris terhadap asumsi-asumsi yang dibuat oleh teoritis akuntansi normatif. Teori akuntansi positif berusaha menjawab pertanyaan dari sudut pandang ekonomi (Godfrey et al, 1997 dalam Rakhmawati dan Zulaikha, 2011), sebagai berikut: 1. Apakah biaya yang dikeluarkan sebanding dengan manfaat yang diperoleh dalam pemilihan metode akuntansi alternatif? 2. Apakah biaya yang dikeluarkan sebanding dengan manfaat yang diperoleh dalam regulasi dan proses penentuan standar akuntansi? 3. Apa dampak laporan keuangan yang dipublikasikan pada harga saham? commit to user 12 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Untuk menjawab pertanyaan di atas, teori akuntansi positif menggunakan asumsi sebagai berikut: a) manajer, investor, kreditor, dan individu lain bersikap rasional dan berusaha memaksimalkan kepuasaan mereka atau b) manajer memiliki kepuasan untuk memilih metode akuntansi yang memaksimumkan kepuasan mereka atau mengubah kebijakan produksi, investasi dan pendanaan perusahaan untuk memaksimumkan kepuasaan mereka, dan c) manajer mengambil tindakan yang memaksimumkan nilai perusahaan. Teori akuntansi positif berusaha untuk menjelaskan fenomena akuntansi yang diamati berdasarkan pada alasan-alasan yang menyebabkan terjadinya suatu peristiwa. Dengan kata lain, teori akuntansi positif dimaksudkan untuk menjelaskan dan memprediksi konsekuensi yang terjadi jika manajer menentukan pilihan tertentu. Penjelasan dan prediksi dalam teori akuntansi positif didasarkan pada proses kontrak (contracting process) atau hubungan keagenan (agency relationship) antara manajer dengan kelompok lain seperti investor, kreditor, pihak pengelola pasar modal, dan istitusi pemerintah (Watts dan Zimmerman, 1986). 2. Teori Agensi Teori Agensi (agency theory) menjelaskan adanya hubungan kontraktual antara dua atau lebih orang (pihak), dimana salah satu pihak disebut prinsipal (pemegang saham) yang menyewa pihak lain disebut commit to user perpustakaan.uns.ac.id 13 digilib.uns.ac.id agen (manajemen) untuk melakukan beberapa jasa atas nama pemilik yang meliputi pendelegasian wewenang (Jensen dan Meckling, 1976). Prinsipal mendelegasikan pertanggungjawaban atas decision making kepada agen, hal ini dapat pula dikatakan bahwa prinsipal memberikan suatu amanah kepada agen untuk melaksanakan tugas tertentu sesuai dengan kontrak kerja yang telah disepakati. Wewenang dan tanggungjawab agen maupun prinsipal diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama. Kontrak kerja yang efisien adalah kontrak yang memenuhi dua faktor (Indriana, 2009), yaitu : 1. Agen dan pinsipal memiliki informasi yang simetris artinya baik agen maupun prinsipal memiliki kualitas dan jumlah informasi yang sama sehingga tidak terdapat informasi tersembunyi yang dapat digunakan untuk keuntungan dirinya sendiri 2. Risiko yang dipikul agen berkaitan dengan imbal jasanya adalah kecil yang berarti agen mempunyai kepastian yang tinggi mengenai imbalan yang diterimanya. Pada kenyataannya informasi simetris itu tidak pernah terjadi, karena manajer berada di dalam perusahaan sehingga manajer mempunyai banyak informasi mengenai perusahaan, sedangkan prinsipal sangat jarang atau bahkan tidak pernah datang ke perusahaan sehingga informasi yang diperoleh sangat sedikit. Hal ini menyebabkan kontrak efisien tidak pernah terlaksana sehingga hubungan agen dan prinsipal selalu dilandasi oleh asimetri informasi. Agen sebagai pengendali perusahaan pasti memiliki commit to user 14 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id informasi yang lebih baik dan lebih banyak dibandingkan dengan prinsipal. Di samping itu, karena verifikasi sangat sulit dilakukan, maka tindakan agen pun sangat sulit untuk diamati. Dengan demikian, membuka peluang agen untuk memaksimalkan kepentingannya sendiri dengan melakukan tindakan yang tidak semestinya, dimana tindakan ini dapat merugikan prinsipal, baik memanfaatkan aset perusahaan untuk kepentingan pribadi, maupun perekayasaan kinerja perusahaan. Oleh karena itu, perlu adanya suatu mekanisme pengawasan untuk meminimumkan konflik kepentingan antara agen dan prinsipal. Mekanisme pengawasan ini akan menimbulkan suatu biaya yang disebut dengan agency cost. Biaya keagenan (agency cost) adalah biaya yang dikeluarkan pemilik untuk mengatur dan mengawasi kerja para manajer sehingga mereka berkerja untuk kepentingan perusahaan, Terdapat tiga jenis biaya keagenan (Jansen dan Meckling, 1976), yaitu: 1. Monitoring Cost Biaya yang timbul dan ditanggung oleh prinsipal untuk memonitor perilaku agen, yaitu untuk mengukur, mengamati, dan mengontrol perilaku agen. Contohnya, biaya audit dan biaya untuk menetapkan rencana kompensasi manajer, pembatasan anggaran, dan aturan-aturan operasi. 2. Bonding Cost Biaya yang ditanggung oleh agen untuk menetapkan dan mematuhi mekanisme yang menjamin bahwa agen akan bertindak untuk commit to user perpustakaan.uns.ac.id 15 digilib.uns.ac.id kepentingan prinsipal. Contohnya, biaya yang dikeluarkan oleh manajer untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemegang saham. 3. Residual Loss Timbul dari kenyataan bahwa tindakan agen kadangkala berbeda dari tindakan yang memaksimumkan kepentingan prinsipal. Teori keagenan (agency theory) ditekankan untuk mengatasi dua permasalahan yang terjadi dalam hubungan keagenan. (1) Masalah keagenan yang timbul pada saat keinginan-keinginan atau tujuan-tujuan prinsipal dan agen saling berlawanan dan merupakan hal yang sulit bagi prinsipal untuk melakukan verifikasi apakah agen telah melakukan sesuatu yang tepat. (2) Masalah pembagian dalam menanggung resiko yang timbul dimana prinsipal dan agen memiliki sikap yang berbeda terhadap resiko. 3. Manajemen Laba (Earning Management) Terdapat beberapa definisi manajemen laba, misalnya Fischer dan Rozenzweigg (1995) yang mendefinisikan manajemen laba sebagai, “ …actions of a manager which serve to increase (decrease) current reported earnings of the unit which the manager is responsible without generating a corresponding increase (decrease) in the long term economics profitability of the unit.” Healy et al (1999) menyatakan bahwa, “earnings management occurs when managers use judgment in financial reporting and in structuring transaction to alter financial reports to either mis lead some stakeholders about the underlying economic performance of the company, or to influence contractual commit user accounting numbers.” out comes that depend on to reported 16 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Pengertian tersebut mempunyai dua aspek, (1) Ada banyak cara dimana manajemen dapat melakukan judgment untuk mempengaruhi laporan keuangan mereka. Sebagai contoh, judgment dibutuhkan untuk mengestimasi sejumlah peristiwa ekonomi di masa mendatang yang tercermin dalam laporan keuangan, seperti usia manfaat dan nilai sisa aktiva, kewajiban dana pensiun, pajak tangguhan, dan kerugian dari bad debts dan asset impairements. Manajemen juga harus memilih diantara metode akuntansi yang diperbolehkan, seperti metode penyusutan dan metode pencatatan persediaan. (2) Tujuan dari earnings management adalah untuk menyesatkan penilaian semua atau sebagian stakeholders mengenai kinerja keuangan perusahaan. Ini muncul bila manajemen yakin bahwa stakeholders tidak akan mengetahuinya, atau tidak tersedia informasi untuk outside stakeholders. Menurut Saputro dan Setiawati (2004), manajemen laba adalah campur tangan manajemen dalam proses penyusunan laporan keuangan eksternal guna mencapai tingkat laba tertentu dengan tujuan untuk menguntungkan dirinya sendiri atau perusahaannya sendiri. Sedangkan Kusumawati (2009) mendefinisikan earnings management sebagai proses dengan sengaja (dalam batasan Generally Accepted Accounting Principles) untuk melaporkan tingkat laba periodik (earnings) sesuai yang diinginkan. commit to user 17 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Manajemen laba timbul karena didorong oleh beberapa faktor, Scott (2000) mengemukakan beberapa motivasi atau insentif manajemen laba tersebut, antara lain: a. Bonus Scheme Motivations Bonus yang hanya didasarkan pada besarnya laba yang dilaporkan memotivasi manajemen untuk secara opportunistic mengelola laba tersebut demi memaksimalkan bonus yang mereka dapatkan. b. Initial Public Offering (IPO) Informasi keuangan yang disajikan dalam prospektus penawaaran umum perdana menjadi sumber informasi bagi investor, dan hal ini menimbulkan kemungkinan manajemen untuk mengatur laba dengan harapan mendapatkan harga saham yang cukup tinggi. c. Changes of Chief Executive Officer CEO yang akan pensiun atau yang akan diganti memiliki motivasi meningkatkan laba untuk memaksimalkan bonus terakhirnya. Begitu juga dengan CEO yang kinerjanya buruk, mereka meningkatkan laba untuk mencegah atau menunda kemungkinan pemecatan. d. Political Motivations Perusahaan besar yang aktivitasnya bersinggungan dengan rakyat banyak, serta perusahaan dalam industri strategis, seperti minyak dan gas, yang berkaitan dengan isu monopoli cenderung menggunakan kebijakan dan prosedur akuntansi untuk menurunkan laba yang commit to user 18 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dilaporkan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi visibility mereka atau dengan kata lain agar perusahaan tidak terlalu disorot publik. e. Taxation Motivations Manajemen berusaha mengelola labanya untuk memperoleh tax saving. Karena semakin besar laba yang diperoleh perusahaan, akan semakin besar pula pajak yang ditanggung perusahaan tersebut. f. Other Contractual Motivations Ada sejumlah kontrak yang memotivasi manajemen untuk melakukan manajemen laba tetapi yang paling menonjol adalah kontrak pinjaman jangka panjang. Kontrak pinjaman jangka panjang memiliki perjanjian (covenants) untuk melindungi para pemberi pinjaman dari tindakan manajemen yang dapat merugikan mereka, seperti pembagian dividen yang berlebihan, pinjaman tambahan, dan tindakan lainnya yang membahayakan kepentingan pemberi pinjaman. Sedangkan Healy et al (1999) mengklasifikasikannya menjadi tiga motivasi manajemen laba, yaitu sebagai berikut: a. Capital Market Motivations Penggunaan secara luas informasi akuntansi oleh investor dan analisis keuangan untuk membantu menilai saham dapat menciptakan insentif bagi manajemen untuk memanipulasi laba dalam usaha mempengaruhi harga saham. commit to user 19 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id b. Contracting Motivations Motivasi ini dibagi menjadi dua, yaitu lending contracts motivations (sama dengan other contractual motivations) dan management compensation contracts motivations (sama dengan bonus scheme motivations). c. Regulatory Motivations Motivasi ini terdiri dari: industry regulation motivations, anti-trust dan other regulations, serta tax planning purposes. Selanjutnya, dalam melakukan manajemen laba ada berbagai cara, adapun pola manajemen laba adalah sebagai berikut: a. Taking a Bath Manajemen melaporkan kerugian dalam jumlah besar dengan tujuan melaporkan laba besar di masa yang akan datang, sehingga memeroleh bonus yang lebih besar (Scott, 2000). b. Income Minimization Pola ini hampir sama dengan taking a bath tetapi tidak ekstrim dan dilakukan dengan menggunakan kebijakan akuntansi yang mengurangi laba (Scott, 2000). c. Income Maximization Pola ini sering dilakukan untuk memaksimalkan laba perusahaan dengan tujuan agar pihak manajemen mendapat bonus (Scott, 2000). commit to user perpustakaan.uns.ac.id 20 digilib.uns.ac.id d. Income Smoothing Pola meratakan laba dalam rentang bogey (nilai laba minimal tertentu) dan cap (nilai laba maksimal tertentu) ini bertujuan agar bonus yang diterima konstan, selain itu investor lebih mnyukai laba yang relatif stabil (Scott, 2000). e. Cookie Jar Reverse Manajemen secara bebas membentuk cadangan di masa booming yang kemudian digunakan untuk meratakan laba di masa sulit. Di masa booming tersebut cadangan cenderung diperbesar sehingga dapat digunakan pada saat perusahaan mengalami kerugian ataupun penurunan laba agar perusahaan tidak terlihat jelek (C. Mulford dan E. Commiskey 2002 dalam Yuliana 2007). f. Revenue Recognition Penjualan di masa depan diakui sebagai penjualan pada periode berjalan dan atau menggeser biaya penjualan periode berjalan ke periode akan datang untuk menghasilkan laba pada tahun berjalan lebih tinggi atau sebaliknya (C. Mulford dan E. Commiskey 2002 dalam Yuliana 2007). 4. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 46 Pada tahun 1997 Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menerbitkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no. 46 yang mengatur tentang akuntansi pajak penghasilan (PPh). PSAK no. 46 diberlakukan commit to user 21 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id secara efektif mulai tanggal 1 Januari 1999 bagi perusahaan publik, dan mulai tanggal 1 Januari 2001 bagi perusahaan lainnya. PSAK no. 46 diterbitkan untuk meningkatkan kualitas pelaporan keuangan yang berkaitan dengan pajak penghasilan. Alokasi pajak antar periode berdasarkan pada PSAK no. 46 diharapkan dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih berkualitas dibanding pada peraturan sebelumnya, yaitu PSAK no. 16 paragraf 77; “Apabila perusahaan memilih untuk menghitung pajak penghasilan menurut laba akuntansi, selisih perhitungan tersebut dengan hutang pajak (yang dihitung menurut laba kena pajak), yang disebabkan "perbedaan waktu" pengakuan pendapatan dan beban untuk tujuan akuntansi dengan tujuan pajak, ditampung dalam akun "pajak penghasilan yang ditangguhkan", dikelompokkan sebagai bagian dari aktiva lain-lain dan dialokasikan pada beban kena pajak penghasilan tahun-tahun mendatang.” Perbedaan pokok antara PSAK no. 46 dengan PSAK no. 16 paragraf 77 adalah bahwa PSAK no. 46 mengatur akuntansi pajak penghasilan menggunakan dasar akrual, yang secara komprehensif menerapkan pendekatan aktiva-kewajiban (asset-liability approach), sedangkan alokasi pajak antar periode berdasarkan PSAK no. 16 paragraf 77 dilakukan dengan pendekatan laba-rugi (income-statement approach). Peraturan pada PSAK no. 46 secara prinsip tidak berbeda dengan standar yang berlaku di Amerika Serikat, Statements of Financial Accounting Standard (SFAS) no. 109 (1992) dan di Eropa, International Accounting Standard (IAS) no. 12 (revisi 1998). Penerapan peraturan baru commit to user 22 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id ini membawa perubahan fundamental yang cukup signifikan (Tanusdjaja, 2006), yaitu: a. Perusahaan harus mengakui aktiva (kewajiban) pajak tangguhan apabila memenuhi kriteria tertentu sebagaimana diatur oleh standar. b. Perusahaan harus mengungkapkan perbedaan temporer akuntansi dan fiskal, yang terdiri dari berbagai komponen utama informasi pajak tangguhan sebagai unsur pembentuk aktiva (kewajiban) pajak tangguhan. c. Perusahaan diperbolehkan membentuk akun penyisihan penilaian (valuation allowance account) aktiva pajak tangguhan apabila besar kemungkinan aktiva pajak tangguhan tidak dapat direalisasi (more likely than not). 5. Aktiva Pajak Tangguhan a. Pengertian Menurut PSAK no. 46, pajak tangguhan dibedakan menjadi dua, yaitu: 1) Kewajiban pajak tangguhan (deferred tax liabilities), merupakan jumlah penghasilan pajak terutang (payable) untuk periode mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak. 2) Aktiva pajak tangguhan (deferred tax asset), merupakan jumlah pajak penghasilan terpulihkan commit to user (recoverable) pada periode 23 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer yang boleh dikurangkan dan sisa kompensasi kerugian. Perbedaan temporer timbul karena adanya perbedaan peraturan dalam perhitungan laba komersial/akuntansi dengan laba fiskal. Perbedaan temporer (temporary differences) adalah perbedaan antara jumlah tercatat aktiva atau kewajiban dengan DPP-nya (Dasar Pengenaan Pajak). Perbedaan temporer dapat berupa: 1) Perbedaan temporer kena pajak (taxable temporary differences) Merupakan perbedaan temporer yang menimbulkan suatu jumlah kena pajak (taxable amounts) dalam penghitungan laba fiskal periode mendatang pada saat nilai tercatat aktiva dipulihkan (recovered) atau nilai tercatat kewajiban tersebut dilunasi (settled). 2) Perbedaan temporer yang boleh dikurangkan (deductible temporary differences) Merupakan perbedaan temporer yang menimbulkan suatu jumlah yang boleh dikurangkan (deductible amounts) dalam penghitungan laba fiskal periode mendatang pada saat nilai tercatat aktiva dipulihkan (recovered) atau nilai tercatat kewajiban tersebut dilunasi (settled). b. Pengakuan Berdasarkan PSAK No. 46 paragraf 21, aktiva pajak tangguhan commituntuk to userseluruh perbedaan temporer yang (deferred tax assets) diakui 24 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id boleh dikurangkan, sepanjang besar kemungkinan perbedaan temporer yang boleh dikurangkan tersebut dapat dimanfaatkan untuk mengurangi laba fiskal pada masa yang akan datang, kecuali aktiva pajak tangguhan yang timbul dari : 1) goodwill negatif yang diakui sebagai pendapatan tangguhan sesuai dengan PSAK 22 tentang Akuntansi Penggabungan Usaha; atau 2) pengakuan awal aktiva atau kewajiban pada suatu transaksi yang : a) bukan transaksi penggabungan usaha; dan b) tidak mempengaruhi baik laba akuntansi maupun laba fiskal. c. Penilaian Kembali Pada setiap tanggal neraca, perusahaan menilai kembali aktiva pajak tangguhan yang tidak diakui. Perusahaan mengakui aktiva pajak tangguhan yang sebelumnya tidak diakui apabila besar kemungkinan bahwa laba fiskal pada masa yang akan datang akan tersedia untuk pemulihannya. Sebagai contoh, perekonomian meningkatkan perbaikan kemampuan dalam perusahaan kondisi untuk menghasilkan laba fiskal dalam jumlah yang memadai pada periode mendatang aktiva pajak tangguhan yang sebelumnya tidak diakui menjadi memenuhi kriteria pengakuan (PSAK No. 46 paragraf 28). Apabila dalam menilai kembali terdapat bukti bahwa laba fiskal tidak mungkin memadai untuk mengkompensasi sebagian atau semua aktiva pajak tangguhan, maka perusahaan harus menurunkan commit to user 25 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id nilai tercatat aktiva pajak tangguhan. Penurunan tersebut harus disesuaikan kembali apabila besar kemungkinan laba fiskal memadai (PSAK No. 46 paragraf 35). 6. Valuation Allowance Account (VAA) Pajak Tangguhan Realisasi aktiva pajak tangguhan (deffered tax asset) akan terjadi di masa depan. Apabila berdasarkan bukti yang ada, aktiva pajak tangguhan besar kemungkinannya (lebih dari 50%) tidak dapat direalisasi, maka harus diturunkan nilainya dengan membentuk penyisihan (allowance) yang dibebankan pada periode berjalan (SFAS No. 109). Valuation Allowance Account merupakan akun penyisihan nilai sebagai contra account aktiva pajak tangguhan, dan digunakan untuk menyesuaikan nilai tercatat aktiva pajak tangguhan, sesuai dengan besar kemungkinan (more likely than not) realisasinya (Tanusdjaja, 2006). Penerapan kriteria “more likely than not” dapat menimbulkan diskresi manajer, karena standar akuntansi tidak menetapkan secara baku bagaimana menghitung VAA pajak tangguhan (Frank dan Rego, 2006). SFAS 109 hanya memberikan pedoman dalam menentukan VAA dengan mengidentifikasi empat sumber penghasilan kena pajak yang dapat digunakan untuk merealisasi aktiva pajak tangguhan, diantaranya: 1. Pembalikan kemudian terhadap pos-pos perbedaan temporer yang ada (future reversals of existing temporary differences) commit to user perpustakaan.uns.ac.id 26 digilib.uns.ac.id Sumber ini sangat tergantung pada laba masa depan, tetapi masih dianggap cukup obyektif karena berbasis perbedaan temporer yang telah ada pada masa sebelumnya. 2. Potensi penghasilan kena pajak masa depan (future taxable income) Sumber ini dianggap sangat subyektif karena berdasarkan justifikasi manajemen terhadap berbagai asumsi seperti, kondisi ekonomi dan persaingan dalam menyusun proyeksi kinerja laba masa depan. 3. Penghasilan kena pajak pada tahun sebelumnya (taxable income in prior carryback years if carryback is permitted) Sumber ini dapat dinilai obyektif, karena tidak menggunakan asumsi laba masa depan, tapi menggunakan transaksi masa lalu yang terjadi. 4. Strategi perencanaan pajak perusahaan (tax planning strategies) Sumber ini juga memerlukan banyak pertimbangan subyektif manajemen dalam strukturisasi transaksi yang dapat menimbulkan efisiensi perpajakan, sehingga dapat menciptakan laba kena pajak masa depan untuk merealisasikan aktiva pajak tangguhan tersebut. Standar akuntansi tersebut juga memberikan contoh bukti positif dan negatif yang dapat menjadi pertimbangan dalam memperkirakan laba masa depan (Jung dan Pulliam, 2006). Bukti positif, yang mengurangi kebutuhan akan VAA, terdiri dari kontrak penjualan dan pesanan yang commit to user 27 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id masih ada, laba historis yang kuat, dan aset dengan nilai pasar lebih dari nilai buku. Sedangkan bukti negatif, yang mendorong dibentuknya atau ditingkatkannya VAA, terdiri dari, kerugian tahun berjalan yang dipindahkan, sejarah kerugian atau kadaluwarsa rugi fiskal yang masih berlaku, dan peramalan kerugian terhadap periode-periode mendatang. Standar akuntansi menyikapi ketentuan yang tidak baku tentang realisasi aktiva pajak tangguhan dengan mengandalkan pertimbangan manajer, yang memberikan batasan perkiraan kemampuan laba masa depan dalam merealisasi aktiva pajak tangguhan. Manajer akan menggunakan informasinya, di bawah ketentuan standar akuntansi, untuk membuat pernyataan kemungkinan realisasi aktiva pajak tangguhan dan untuk menetapkan VAA (Kumar dan Visvanathan, 2001). 2. Penelitian Terdahulu Secara ringkas, penelitian-penelitian yang telah dilakukan mengenai manajemen laba melalui VAA disajikan pada tabel di bawah ini: Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Peneliti Setting dan Variabel Gregory S. Miller Amerika, 1992-1994. Motivasi dan Hasil Penelitian Motivasi: dan Douglas J. 200 sampel di Compustat. Pemanfaatan VAA untuk tujuan Skinner. Variabel: manajemen laba, di bawah 1998. Kewajiban dan peraturan SFAS No. 109. penyisihan (VAA) pajak Hasil: tangguhan, ekspektasi Menunjukkan bahwa faktor-faktor commit to user 28 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id penghasilan pajak kena atau kriteria yang tercantum dalam pajak, tingkat hutang, dan SFAS No. 109 mempunyai perubahan laba. pengaruh yang signifikan terhadap tingkat VAA perusahaan. Terdapat bukti yang lemah VAA digunakan untuk manajemen laba, ditunjukkan dengan tingkat hutang dan proksi income smoothing tidak berpengaruh pada penilaian VAA. Christine C. Amerika, 1995-1997. Motivasi: Bauman, Mark P. 122 sampel di Fortune Dugaan VAA sebagai media Bauman, dan manajemen laba untuk 500. Robert F. Halsey. 2000. menghindari kerugian, Variabel: menghindari penurunan laba, Perubahan VAA dan efek menghindari kesalahan ramalan laba/penghasilan kena laba oleh analis (analyst forecast), pajak. dan untuk tujuan taking a bath. Tidak semua perubahan VAA berpengaruh pada penghasilan kena pajak, jadi menurutnya ETR reconciliation proksi paling tepat untuk mengukur efek perubahan VAA pada income tax. Hasil: Tidak menemukan bukti tindakan earning management, perubahan VAA yang dilakukan oleh perusahaan konsisten pada ketentuan SFAS No. 109. commit to user 29 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id David Amerika, 1993-1998. Motivasi: Burgstahler, W. 482 sampel di Compustat. VAA dapat meningkatkan laba Brooke Elliott, Variabel: yang dilaporkan, oleh karena itu dan Michelle Perubahan VAA, dan terdorong untuk melakukan Hanlon. 2002. variabel penjelas dalam penelitian tindakan manajemen ekspektasi penghasilan laba dengan menggolongkan kena pajak masa depan perusahaan menjadi small scaled (kewajiban pajak profits dan small scaled losses. tangguhan, return on Hasil: asset, dan rasio market- Manajer memanipulasi aktiva to-book) pajak tangguhan untuk menaikkan laba dan menghindari kerugian. Perusahaan berlaba kecil (small scaled profit) menurunkan VAA pada jumlah yang besar untuk meningkatkan laba. Sedangkan perusahaan rugi kecil (small scalled loss) memanipulasi VAA untuk menghindari kerugian. Catherine M. Amerika, 1993. Schrand dan M. 285 sampel di Compustat. Perbankan mempunyai H. Franco Wong. 2003. Motivasi: kesempatan yang besar untuk Variabel: melakukan manajemen laba Komponen aktiva pajak melalui VAA karena mempunyai tangguhan, VAA, CAR, aktiva pajak tangguhan besar. dan realisasi laba masa Hasil: depan. Penelitian yang bertujuan menguji tindakan perataan laba pada perusahaan berdasarkan dua insentif capital market based, commit to user yaitu analyst forecast dan target 30 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id laba historis, menunjukkan adanya tindakan perataan laba oleh perusahaan perbankan yang dilakukan karena insentif dari ramalan laba oleh para analis (analyst forecast). Hendang Indonesia, 2000-2003. Tanusdjaja. 2006. 163 sampel di BEJ. Motivasi: Mengembangkan penelitian Variabel: tentang hubungan pajak tangguhan Perubahan VAA, harga dengan saham, manajemen laba, saham, arus kas dan laba dan profitabilitas masa depan. masa depan, dan Hasil: profilabilitas. Aktiva pajak tangguhan mempunyai hubungan positif dengan harga saham. Perubahan VAA mempunyai hubungan dengan laba operasi dan arus kas masa depan. Perubahan VAA digunakan untuk melakukan tindakan manajemen laba untuk memperkecil pelaporan kerugian dan penurunan laba. Mary Margaret Amerika, 1993-2002. Motivasi: Frank dan Sonja 194 sampel di Compustat. Menjembatani perbedaan pada Olhoft Rego. Variabel: penelitian terdahulu yang 2006. Perubahan diskresioner mempunyai hasil yang berbeda VAA, laba historis, laba pada jenis perusahaan yang saat ini, dan ramalan laba. berbeda, dengan meneliti tindakan manajemen laba di sekitar tiga target laba pada berbagai jenis commit to user 31 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id perusahaan. Hasil: Menunjukkan tindakan earnings smoothing hanya dilakukan karena insentif dari analyst forecast, tetapi tidak ada bukti bahwa VAA digunakan untuk perataan laba pada laba positif dan laba historis. Theodore E. Amerika, 1996-1998. Motivasi: Christensen, 444 sampel di Compustat. Kemudahan dalam menentukan Gyung H. Paik, Variabel: dan menyesuaikan VAA, memberi dan Earl K. Stice. VAA, kewajiban pajak peluang manajemen memperbesar 2007. tangguhan, laba, market VAA untuk melakukan big bath value, dan distress. menjadi lebih besar. Hasil: VAA tidak digunakan untuk melakukan big bath. Ditunjukkan bahwa mayoritas perusahaan menetapkan VAA lebih tinggi dari yang diperkirakan karena mempunyai informasi bahwa kinerja perusahaan pada periode berikutnya lebih rendah. 3. Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis 1. Kerangka Pemikiran Sesuai dengan telaah literatur yang telah dikemukakan di atas, dapat dikembangkan suatu kerangka pemikiran sebagai dasar penentuan commit to user 32 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id hipotesis, kerangka pemikiran disajikan dalam bentuk diagram skematik sebagai berikut: Variabel Independen Variabel Dependen Target Laba Perusahaan: Perubahan Diskresioner VAA Laba Positif Peningkatan Laba Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Gambar 2.1 menunjukkan bahwa variabel independen berupa dua target laba mempengaruhi perubahan diskresioner VAA sebagai variabel dependennya. Penjelasan lebih lanjut tentang hubungan variabel independen dan dependen dapat dilihat pada gambar 2.2. Gambar 2.2 Skema Target Laba dan Manajemen Laba Target Laba (Earnings Targets) Melaporkan laba positif Melaporkan kenaikan laba Proksi : PMEPS Proksi : PM∆EPS Tindakan Manajemen Laba (Earnings Management Behavior) PMEPS << T PM∆EPS << T Jauh di bawah target laba ↑ VAA, earnings bath ↓ VAA, perataan laba PMEPS < T PM∆EPS < T Di bawah target laba ↓ VAA, mencapai target laba PMEPS >> T PM∆EPS >> T Di atas target laba ↑ VAA, perataan laba dan cookie jar Sumber: Penelitian Frank dan Rego (2006) commit to user perpustakaan.uns.ac.id 33 digilib.uns.ac.id Gambar 2.2 menjelaskan tentang dua target laba perusahaan, beserta pengklasifikasian perusahaan berdasarkan posisi premanaged earnings, dan tindakan manajemen laba yang diambil perusahaan untuk mencapai earnings targets tersebut. 2. Pengembangan Hipotesis Manajemen laba timbul karena adanya informasi asimetri antara prinsipal dan agen, yang diantara keduanya memiliki kepentingan yang berbeda. Manajemen (agen) memiliki informasi lebih banyak tentang perusahaan karena agen yang diberi wewenang oleh prinsipal untuk secara langsung mengelola perusahaannya. Manajemen dapat dengan mudah mengelola laba yang disajikan pada laporan keuangannya untuk menampilkan kinerja yang baik pada prinsipal, sehingga manajemen mendapat bonus yang maksimal (Indriana, 2009). Manajemen laba dicapai melalui kebebasan manajer terhadap pilihan pengukuran dan pengakuan laba akuntansi dan aliran kas operasi yang didasarkan pada PABU (Djamaluddin dkk, 2007). SFAS No. 109 menyediakan kebebasan itu pada pembentukan VAA pajak tangguhan. Pembentukan VAA dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi nilai tercatat aktiva pajak tangguhan yang dinilai manajemen tidak dapat direalisasi pada periode mendatang. Penilaian dan perkiraan manajemen tentang realisasi aktiva pajak tangguhan dalam pembentukan VAA harus mempertimbangkan empat sumber penghasilan kena pajak yang dapat commit to user perpustakaan.uns.ac.id 34 digilib.uns.ac.id digunakan untuk merealisasi aktiva pajak tangguhan, serta bukti positif dan bukti negatif yang dapat dipertimbangkan dalam memperkirakan laba masa depan, seperti yang tercantum dalam SFAS No. 109. Namun ketentuan tersebut mengandung subjektivitas karena tidak ada ukuran yang pasti dalam menentukan besarnya VAA, standar akuntansi hanya mengandalkan informasi pribadi manajemen (Kumar dan Visvanathan, 2001). Sesuai dengan asumsi dalam teori akuntansi positif yang berpendapat bahwa manajemen akan lebih mementingkan untuk memenuhi kepuasan pribadi daripada orang lain atau perusahaan (Januarti, 2004), maka VAA aktiva pajak tangguhan tersebut dimanfaatkan oleh manajemen untuk melakukan manajemen laba (Burgstahler et al, 2002; Schrand dan Wong, 2003; Phillips et al, 2004; Frank dan Rego, 2006). VAA pajak tangguhan dipandang sebagai peluang terakhir yang mungkin digunakan manajer untuk aktivitas manajemen laba (Dhaliwal et al, 2004), karena perubahan VAA berdampak langsung pada laba bersih (bottom-line earnings) (Miller dan Skinner, 1998). Naiknya VAA berarti menaikkan beban pajak tangguhan dengan mengurangi keuntungan pajak sehingga laba menurun, sedangkan penurunan dalam VAA juga menurunkan beban pajak tangguhan dengan mengurangi biaya pajak, dan kemudian dapat menaikkan laba akuntansi (Djamaluddin dkk, 2007). Para peneliti sebelumnya menganggap posisi laba perusahaan di sekitar batas pelaporan laba (earnings threshold) menjadi insentif manajemen laba oleh suatu perusahaan. Penelitian ini meneliti manajemen commit to user 35 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id laba pada dua earnings threshold/earnings targets, yaitu melaporkan laba positif dan peningkatan laba, yang diukur dengan laba sebelum adanya manajemen (premanaged earnings). Sesuai dengan penelitian sebelumnya (Frank dan Rego, 2006) perusahaan diklasifikasikan menjadi tiga golongan berdasarkan posisi premanaged earnings dalam mencapai earnings targets, yaitu premanaged earnings jauh di bawah target, premanaged earnings di bawah targets, dan premanaged earnings di atas target. Perusahaan dengan premanaged earnings jauh di bawah target laba akan meningkatkan VAA untuk melakukan earnings bath atau menurunkan VAA untuk meratakan laba (Frank dan Rego, 2006). Menurut Healy (1985) ketika target laba tidak bisa dicapai dengan meningkatkan akrual maka akrual diturunkan untuk membentuk earnings bath. Hal itu didukung oleh pendapat Christensen et al (2008) bahwa perusahaan yang meningkatkan VAA dengan nominal yang lebih besar dari yang diperlukan diduga perubahan VAA tersebut digunakan untuk membentuk big bath. Pola manajemen laba semacam ini biasanya terjadi selama periode pada saat terjadinya reorganisasi seperti adanya pergantian CEO baru (Scott, 2000). Jika manajer merasa harus melaporkan kerugian maka ia akan melaporkan dalam jumlah yang besar. Dengan tindakan ini, manajer berharap dapat meningkatkan laba yang akan datang dan kesalahan atas kerugian perusahaan dapat dilimpahkan kepada manajer lama. commit to user perpustakaan.uns.ac.id 36 digilib.uns.ac.id Perusahaan yang mempunyai premanaged earnings di bawah target laba akan menurunkan VAA untuk meningkatkan pelaporan laba guna mencapai target laba (Frank dan Rego, 2006). Perusahaan akan meningkatkan akrualnya (income-increasing accruals) ketika target laba dapat dicapai dengan akrual tersebut (Healy, 1985). Pada penelitian Burgstahler et al (2002) menunjukkan bahwa perusahaan yang mempunyai laba kecil (small scaled profit) dan rugi kecil (small scaled loss) akan menurunkan VAA untuk meningkatkan laba dan menghindari kerugian. Sedangkan perusahaan dengan premanaged earnings di atas target laba akan meningkatkan VAA untuk meratakan laba (income smoothing) dan membentuk cookie jar (Frank dan Rego, 2006). Temuan ini didukung oleh Schrand dan Wong (2003) dalam penelitiannya yang membuktikan adanya income smoothing dengan menggunakan VAA untuk mencapai dua target laba, yaitu peningkatan laba dan mencapai ramalan laba analis. Berdasarkan uraian dan literatur di atas, penelitian yang berfokus pada tiga tindakan manajemen laba (mencapai target laba, perataan laba, dan earnings bath) dalam mencapai dua target laba (melaporkan laba positif dan peningkatan laba), penelitian ini mengembangkan hipotesis sebagai berikut: H1 : Perubahan diskresioner VAA bermanfaat untuk mendeteksi manajemen laba untuk melaporkan laba positif. H2 : Perubahan diskresioner VAA bermanfaat untuk mendeteksi manajemen laba untuk melaporkan peningkatan laba. commit to user 37 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian tentang earnings management via VAA ini termasuk jenis penelitian explanatory dengan pendekatan kuantitatif karena berusaha menjelaskan hubungan antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis, sedangkan data yang digunakan secara umum berupa angka-angka yang dihitung melalui statistik. Penelitian explanatory menjelaskan hubungan antar variabel dan pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Oleh karena itu, jangkauan penelitian ini berusaha memberikan gambaran tentang penggunaan VAA untuk melakukan manajemen laba dan motivasi tindakan manajemen laba yang berasal dari target laba perusahaan, yaitu melaporkan laba positif dan peningkatan laba. B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel Populasi adalah kelompok keseluruhan orang, peristiwa atau sesuatu yang ingin diselidiki oleh peneliti (Sekaran, 2006). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan non-manufaktur yang menyediakan cadangan penilaian aktiva pajak tangguhan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) dari tahun 2007-2009 yang dipublikasikan melalui website www.idx.co.id. commit to user 38 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Sampel merupakan beberapa anggota atau suatu bagian (subset) dari populasi. Hal ini mencakup sejumlah anggota yang dipilih dari populasi. Sehingga sebagaian elemen dari populasi merupakan sampel. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan metode purposive sampling dengan tujuan mendapatkan sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Kriteria perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah : 1. Perusahaan non-manufaktur yang menyediakan cadangan penilaian aktiva pajak tangguhan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia dan mempublikasikan laporan keuangannya dari tahun 2007-2009 2. Perusahaan menerapkan periode pelaporan akuntansi 01 Januari - 31 Desember 3. Perusahaan memiliki pengungkapan rinci pajak tangguhan dan komponennya pada laporan keuangan auditan. 4. Perusahaan memiliki akun cadangan penilaian pajak tangguhan dengan selisih antara periode berjalan dengan periode sebelumnya tidak sama dengan nol (∆VAA≠0). C. Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan sumber data yang mengacu pada informasi yang dikumpulkan dari sumber yang telah ada (Sekaran, 2006). Sumber data dari penelitian ini adalah annual report perusahaan dari tahun 2007-2009 yang commit to user 39 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dipublikasikan melalui website www.idx.co.id dan Indonesian Capital Market Directory (ICMD). D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian ini menggunakan dua tahapan analisis. Tahap pertama dilakukan untuk mengetahui apakah manajemen melakukan discretionary dalam menentukan besarnya perubahan pada valuation allowance account. Tahap kedua dilakukan untuk mengetahui apakah discretionary tersebut termotivasi oleh target perusahaan untuk melaporkan laba positif dan melaporkan peningkatan laba. 1. Perubahan Diskresioner VAA (Discretionary Change in VAA) Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perubahan diskresioner VAA (D∆VAA), dengan menggunakan rumus yang dikembangkan oleh Frank dan Rego (2006). Rumus tersebut tersaji dalam persamaan regresi sebagai berikut: ∆VAAit = β1∆DTAit + β2∆DTLit + β3∆HEPSit + β4∆EPSit + β5∆FEPSit + β6HEPSit + β7∆MTBit + εit Nilai perubahan diskresioner VAA diperoleh dari residu hasil regresi persamaan di atas. commit to user 40 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Keterangan: VAAit = valuation allowance account perusahaan i pada tahun t, dibagi CSO ∆VAAit = (VAAit – VAAi(t-1)) / CSO ∆DTAit = perubahan aktiva pajak tangguhan perusahaan i dari tahun t-1 ke t, dibagi CSO ∆DTLit = perubahan kewajiban pajak tangguhan perusahaan i dari tahun t-1 ke t, dibagi CSO ∆HEPSit = (laba sebelum pajakt-1 / CSOt-1) - (laba sebelum pajakt-2 / CSOt-2) pada perusahaan i ∆EPSit = (laba sebelum pajakt / CSOt) - (laba sebelum pajakt-1 / CSOt-1) pada perusahaan i ∆FEPSit = (laba sebelum pajakt+1 / CSOt+1) - (laba sebelum pajakt / CSOt) pada perusahaan i HEPSit = (laba sebelum pajakt-1 / CSOt-1) + (laba sebelum pajakt-2 / CSOt-2) pada perusahaan i ∆MTBit = (nilai pasar ekuitast / nilai buku ekuitast) - (nilai pasar ekuitast-1 / nilai buku ekuitast-1) Rumus untuk menghitung perubahan diskresioner VAA di atas dibuat berdasarkan ketentuan yang terdapat pada SFAS 109. Standar tersebut mewajibkan pembentukan VAA untuk mengurangi aktiva pajak tangguhan yang kemungkinan besar tidak dapat direalisasi. Oleh karena commit to user perpustakaan.uns.ac.id 41 digilib.uns.ac.id itu, jumlah aktiva pajak tangguhan menjadi dasar penentuan jumlah VAA. Jadi jika aktiva pajak tangguhan meningkat (∆DTA), maka VAA juga meningkat (β1 > 0). Pada rumus tersebut terdapat pengukuran sumber pendapatan kena pajak yang harus dipertimbangkan manajer dalam mengevaluasi kemungkinan realisasi DTA sesuai ketentuan standar. Sumber-sumber tersebut terdiri dari: pembalikan kemudian dari kewajiban pajak tangguhan, pendapatan kena pajak pada periode sebelumnya, strategi perencanaan pajak, dan ekspektasi pendapatan kena pajak masa depan. Pembalikan kemudian dari kewajiban pajak tangguhan diproksikan dengan perubahan kewajiban pajak tangguhan (∆DTL), peningkatan DTL diharapkan akan menurunkan VAA (β2 < 0). Pendapatan kena pajak pada periode sebelumnya diproksikan dengan perubahan laba sebelum pajak dari tahun t-2 ke t-1 (∆HEPS), peningkatan laba historis ini akan menurunkan VAA (β3 < 0). Sedangkan perubahan laba sebelum pajak dari tahun t-1 ke t (∆EPS) dapat memproksikan laba historis dan ekspektasi manajer terhadap laba masa depan. Perubahan laba sebelum pajak dari tahun t ke t+1 (∆FEPS) juga memproksikan ekspektasi manajer terhadap laba masa depan. Peningkatan ekspektasi laba kena pajak masa depan membuat manajer mengurangi VAA (β4 < 0, β5 < 0). Karena ekspektasi laba masa depan bersifat subyektif, maka SFAS 109 memberikan contoh bukti yang harus dipertimbangkan manajer dalam menentikan laba masa depan. Standar tersebut menyebutkan bahwa laba commit to user 42 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id historis yang kuat dan/atau penilaian asset bersih yang signifikan menjadi bukti positif bahwa perusahaan tidak membutuhkan VAA. Oleh karena itu, seperti penelitian sebelumnya (Frank dan Rego, 2006), peneliti memasukkan rata-rata laba historis (HEPS) sebagai proksi laba historis perusahaan, dan perubahan rasio market-to-book (∆MTB) sebagai proksi perubahan nilai asset bersih perusahaan. Jika pengukuran tersebut meningkat, maka diharapkan VAA akan menurun (β6 < 0, β7 < 0). 2. Target Laba (Earnings Targets) Variabel independen dalam penelitian ini adalah target laba perusahaan, yang terdiri dari: a. Melaporkan laba positif Laba positif diproksikan dengan premanaged earnings per share (PMEPS), yaitu laba per lembar saham sebelum perubahan diskresioner pada VAA, dengan rumus: PMEPSit = (NIit / CSOit) + D∆VAAit b. Melaporkan peningkatan laba Peningkatan laba diproksikan dengan premanaged change in earnings per share (PM∆EPS), yaitu perubahan laba per lembar saham sebelum perubahan diskresioner pada VAA, dengan rumus: PM∆EPSit = [(NIit – NIit-1)/ CSOit] + D∆VAAit commit to user 43 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id dimana: NIit = laba bersih perusahaan i pada tahun t CSOit = jumlah saham beredar perusahaan i pada tahun t D∆VAAit = perubahan diskresioner VAA perusahaan i pada tahun t Gambar 3.1 Premanaged Earnings pada Dua Target Laba Premanaged EPS (PMEPS) PMEPS << T = 1 -0,05 PMEPS < T = 1 PMEPS >> T = 1 0,05 0 Earning Target Range Premanaged Change in EPS (PM∆EPS) PM∆EPS << T = 1 PM∆EPS < T = 1 -0,05 0 PM∆EPS >> T = 1 0,05 Earning Target Range Sama seperti penelitian terdahulu (Frank dan Rego, 2006), peneliti mengklasifikasikan premanaged earnings tersebut menjadi tiga (gambar 3.1), yaitu jauh di bawah earnings targets (PMEPS << T, PM∆EPS << T), di bawah earnings targets (PMEPS < T, PM∆EPS < T), dan di atas to user > T). earnings targets (PMEPS commit > T, PM∆EPS perpustakaan.uns.ac.id 44 digilib.uns.ac.id E. Metode Analisis Data Dalam pengujian hipotesis yang diajukan dalam penelitian, penulis menggunakan metode analisis regresi berganda untuk mengetahui pengaruh antara variabel independen dan variabel dependen. Pengujian hipotesis dilakukan dengan bantuan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) for windows versi 17.0. Dalam penelitian ini dilakukan beberapa pengujian, antara lain: 1. Uji Normalitas Data Tujuan dilakukannya uji normalitas data adalah untuk menguji apakah variabel dependen dan variabel independen dalam model memiliki distribusi normal ataukah tidak. Untuk pengujian normalitas, peneliti menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Kriteria yang digunakan adalah pengujian dua arah (two tailed test), yaitu dengan membandingkan p value yang diperoleh dengan taraf signifikansi yang digunakan. Dalam penelitian ini menggunakan taraf signifikansi 0,05. Jika nilai p value > 0,05 maka data terdistribusi normal. 2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2005). Model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independennya. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas commit to user 45 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id di dalam model, dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel independen terpilih yang tidak dijelaskan variabel independen lainnya. Nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerance > 0,1 dan nilai VIF < 10. b. Uji Autokorelasi Uji ini digunakan untuk melihat apakah di dalam model linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Masalah tersebut timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya (Ghozali, 2005). Model yang baik adalah model yang bebas dari autokorelasi. Untuk menguji ada tidaknya masalah autokorelasi, peneliti akan menggunakan uji Durbin-Watson (DW test). Kemudian nilai DurbinWatson hitung (d) yang diperoleh dari hasil pengujian akan dibandingkan dengan nilai tabel Durbin-Watson. c. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya commit to user 46 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id heteroskedastisitas dalam model, peneliti akan melakukan Uji Park dengan meregresi nilai logaritma dari kuadrat residual (LnU2i) terhadap variabel independen (Ghozali, 2005). 3. Uji Hipotesis Analisis regresi linear berganda adalah analisis regresi linear digunakan untuk menguji hubungan antara dua atau lebih variabel dependen dengan himpunan variabel independen yang ditampilkan dalam bentuk persamaan regresi kemudian dilakukan pengujian koefisien regresi secara simultan (uji F), pengujian ketepatan (Goodness of Fit/R2), dan pengujian koefisien regresi parsial (uji-t). Sesuai dengan kerangka pemikiran dan pengajuan hipotesis di atas maka hipotesis akan di uji dengan persamaan regresi sebagai berikut: D∆VAAit = β1PMEPS<<Tit + β2PM∆EPS<<Tit + β3PMEPS<Tit + β4PM∆EPS<Tit + β5PMEPS>>Tit + β6PM∆EPS>>Tit + εit Dimana: D∆VAAit = PMEPS<<T = variabel dummy sama dengan 1 jika PMEPS lebih kecil dari -0,05; sama dengan 0 jika tidak. perubahan diskresioner VAA perusahaan i pada tahun t PM∆EPS<<T = variabel dummy sama dengan 1 jika PM∆EPS lebih kecil dari -0,05; sama dengan 0 jika tidak. PMEPS<T variabel dummy sama dengan 1 jika PMEPS lebih besar dari -0,05 dan lebih kecil dari 0; sama dengan 0 jika tidak. = commit to user 47 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id PM∆EPS<T = variabel dummy sama dengan 1 jika PM∆EPS lebih besar dari -0,05 dan lebih kecil dari 0; sama dengan 0 jika tidak. PMEPS>>T = variabel dummy sama dengan 1 jika PMEPS lebih besar dari 0,05; sama dengan 0 jika tidak. PM∆EPS>>T = variabel dummy sama dengan 1 jika PM∆EPS lebih besar dari 0,05; sama dengan 0 jika tidak. β = Koefisien Regresi εit = Koefisien Error a. Uji Statistik F (Uji F) Uji statistik F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model memiliki pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Kriteria pengujiannya adalah: 1) H0 diterima dan Ha ditolak yaitu apabila nilai signifikansi lebih dari nilai alpha 0,05 berarti variabel independen secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel dependen atau dapat dikatakan bahwa model regresi tidak signifikan. 2) H0 ditolak dan Ha diterima yaitu apabila nilai signifikansi kurang dari nilai alpha 0,05 berarti variabel independen secara serentak dan signifikan bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen atau dapat dikatakan bahwa model regresi signifikan. commit to user 48 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id b. Uji Ketepatan Perkiraan (Uji R2) Uji ketepatan perkiraan bertujuan untuk menilai total variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen. Hasil dari pengujian ini adalah koefisien determinasi majemuk disesuaikan (R2 adjusted) yaitu suatu koefisien determinasi yang menunjukkan besaran variasi dari variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen. Jika dalam suatu model terdapat lebih dari dua variabel independen, maka lebih baik menggunakan nilai adjusted R2. Nilai adjusted R2 besarnya berkisar antara lebih besar sama dengan nol dan lebih kecil sama dengan 1. Jika semakin mendekati 1 maka model semakin baik, begitu pula sebaliknya. c. Uji Statistik t (Uji t) Uji statistik t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Kriteri pengujiannya adalah: 1) H0 diterima dan Ha ditolak yaitu apabila nilai signifikansi lebih dari nilai alpha 0,05 berarti variabel independen secara individual tidak berpengaruh terhadap variabel dependen. 2) H0 ditolak dan Ha diterima yaitu apabila nilai signifikansi kurang dari nilai alpha 0,05 berarti variabel independen secara individual berpengaruh terhadap variabel dependen. commit to user 49 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Hasil Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan annual report perusahaan non-manufaktur yang menyediakan cadangan penilaian aktiva pajak tangguhan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode tahun 2007 sampai tahun 2009. Proses pemilihan sampel adalah sebagai berikut: Table 4. 1 Kriteria Pengambilan Sampel Kriteria Jumlah Perusahaan yang terdaftar di BEI selama periode 2007-2009 1205 Tahun 2007 : 393 perusahaan Tahun 2008 : 399 perusahaan Tahun 2009 : 413 perusahaan Perusahaan manufaktur 413 Perusahaan non-manufaktur yang tidak menyediakan 759 cadangan penilaian aktiva pajak tangguhan Perusahaan dengan VAA=0 3 Jumlah sampel penelitian 30 Sumber: International Capital Market Directory (ICMD) dan www.idx.co.id (website Bursa Efek Indonesia) commit to user 50 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id B. Regresi Pertama Regresi pertama ini dilakukan untuk menentukan besarnya nilai perubahan diskresioner VAA sebagai variabel dependen penelitian ini. Nilai perubahan diskresioner VAA diperoleh dari nilai residu regresi variabelvariabel di bawah ini. Adapun deskripsi datanya sebagai berikut: Tabel 4.2 Statistik Deskriptif Data Regresi Pertama Variabel n Mean Std. Dev. Maximum Minimum ∆VAA 30 0.0007 0.6627 0.1821 -0.2771 ∆DTA 30 -0.0032 0.3005 0.6622 -0.1213 ∆DTL 30 0.0011 0.0081 0.0335 -0.0149 ∆HEPS 30 0.4337 0.1622 0.6224 -0.2415 ∆EPS 30 0.1619 0.5329 2.8441 -0.2415 ∆FEPS 30 0.2070 0.6732 2.8441 -0.6663 HEPS 30 0.1289 0.1829 0.6546 -0.1796 ∆MTB 30 -1.3767 9.5426 8.0454 -49.1996 Sumber: Hasil Pengolahan Data Pengujian asumsi klasik untuk regresi pertama ini telah dilakukan dengan hasil bahwa nilai residu terdistribusi normal, model regresi tidak terjadi multikolonieritas, autokorelasi, dan heterokidastisitas (tabel uji asumsi klasik dapat dilihat pada Lampiran). commit to user 51 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Tabel 4.3 Hasil Regresi Pertama Variabel B SE t Sig Constant 0.113 0.053 2.147 0.043 ∆DTA 0.527 0.248 2.121 0.045** ∆DTL 1.044 0.490 2.132 0.044** ∆HEPS -0.131 0.141 -0.930 0.363 ∆EPS -0.089 0.078 -1.142 0.266 ∆FEPS -0.009 0.087 -0.105 0.918 HEPS 0.094 0.173 0.688 0.499 ∆MTB -0.034 0.025 -1.376 0.183 R Square 0.447 Adj R Square 0.270 F 2.536 0.045** Sig *Secara statistik signifikan pada tingkat 0.10 **Secara statistik signifikan pada tingkat 0.05 ***Secara statistik signifikan pada tingkat 0.01 Sumber: Hasil Pengolahan Data Tabel 4.3 menyajikan hasil regresi ∆VAA dengan faktor-faktor penentu VAA yang tercantum di SFAS 109. Variabel yang menunjukkan nilai signifikan pada regresi ini adalah aset pajak tangguhan dan kewajiban pajak tangguhan. commit to user 52 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id C. Regresi Kedua 1. Deskripsi Data Analisis empiris dimulai dengan melakukan analisis deskriptif dari variabel penelitan. Statistik deskriptif merupakan suatu analisis kualitatif yang akan menguraikan nilai statistik variabel-variabel yang akan diuji dalam suatu penelitian. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai minimum, maksimum, rata-rata (mean), dan standar deviasi. Statistik deskriptif untuk variabel-variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini. Tabel 4.4 Statistik Deskriptif Data Variabel n D∆VAA 29 PMEPS Mean Std. Dev. Maximum Minimum 0.0018 0.0446 0.08 -0.14 29 0.2216 0.5262 2.60 -0.31 PM∆EPS 29 0.1379 0.4312 2.33 0.00 EPS 29 0.2198 0.5251 2.57 -0.34 ∆EPS 29 0.1162 0.4383 2.29 -0.24 PM∆EPS<<T 29 0.1724 0.3844 1 0 PM∆EPS<T 29 0 0 0 0 PM∆EPS>>T 29 0.5862 0.5012 1 0 PMEPS<<T 29 0.1724 0.3844 1 0 PMEPS<T 29 0.2069 0.4123 1 0 PMEPS>>T 29 0.3793 0.4938 commit to user Sumber: Hasil Pengolahan Data 1 0 53 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 2. Pengujian Hipotesis a. Uji Normalitas Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal (Ghozali, 2005). Untuk menguji normalitas, penelitian ini menggunakan uji statistic non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S) dengan tingkat signifikansi 5%. Jika nilai asym. sig. lebih besar dari 0.05 maka data terdistribusi normal, sedangkan apabila nilai asym. sig. lebih kecil dari 0.05 maka data dikatakan tidak terdistribusi normal. Tabel 4.5 Hasil Pengujian Normalitas Unstandardized Residual Kolmogrov-Smirnov Z 0.537 Asymp. Sig. (2-tailed) 0.935 Sumber: Hasil Pengolahan Data Berdasarkan tabel tersebut, besarnya nilai Kolmogrov Smirnov adalah 0,537 dengan nilai signifikansi sebesar 0,935 (lebih besar dari 0,05), dapat disimpulkan data residual terdistribusi normal. b. Uji Asumsi Klasik 1) Uji Multikolonieritas Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen commit to user 54 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id (Ghozali, 2005). Multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance dan lawannya, variance inflation factor (VIF). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nilai Tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10. Tabel 4.6 Hasil Pengujian Multikolonieritas Tolerance VIF PMEPS<<T=1 0.626 1.597 PMEPS>>T=1 0.465 2.150 PM∆EPS<<T=1 0.681 1.469 PM∆EPS<T=1 0.496 1.573 PM∆EPS>>T=1 0.452 2.017 Sumber: Hasil Pengolahan Data Tabel 4.6 menunjukkan tidak ada variabel independen yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel inependen. Hasil perhitungan VIF juga menunjukkan hal yang sama, tidak ada variabel yang memiliki nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi. 2) Uji Autokorelasi Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu commit to user 55 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id pada periode t dengan kesalahan pengganggu periode t-1 (Ghozali, 2005). Pengujian autokorelasi pada penelitian ini menggunakan uji Durbin Waston. Tabel 4.7 Hasil Pengujian Autokorelasi Model R R Square 1 0.607a 0.368 Adjusted R Std. Error of Square the Estimate 0.231 0.039 DurbinWatson 1.967 Sumber: Hasil Pengolahan Data Hasil pengujian menunjukkan nilai Durbin Waston sebesar 1,967, nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai du pada tabel Durbin-Watson dengan menggunakan tingkat signifikansi 0,05, jumlah sampel 29 (n=29), dan jumlah variabel independen 6 (k=6). Karena 1,944 (du) < 1,967 (d) < 2,056 (4 - du), maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi pada model regresi. 3) Uji Heteroskedastisitas Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas dalam penelitian ini, digunakan uji park. Indikasi heteroskedastisitas melalui uji park ditunjukkan oleh koefisien parameter beta dari persamaan regresi tersebut, apakah signifikan atau tidak, jika signifikan, hal tersebut menandakan adanya heteroskedastisitas commit to user pada data model. 56 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Tabel 4.8 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas Significant PMEPS<<T=1 0.118 PMEPS>>T=1 0.999 PM∆EPS<<T=1 0.142 PM∆EPS<T=1 0.194 PM∆EPS>>T=1 0.134 Sumber: Hasil Pengolahan Data Tabel 4.8 menunjukkan bahwa koefisien parameter beta untuk semua variabel independen tidak ada yang signifikan, jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada gejala heteroskedastisitas pada model regresi. c. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji regresi linear berganda. Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada Tabel 4.9. 1) Uji Statistik F (Uji F) Dari uji F diperoleh nilai Fhitung sebesar 2,682 dengan nilai signifikansi 0,047. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa model regresi berganda sangat baik. Dengan kata lain, variabel independen secara bersama-sama commit to user variabel dependen. dapat digunakan untuk memprediksi 57 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Tabel 4.9 Hasil Pengujian Hipotesis Variabel Constant B SE t Sig 0.018 0.091 0.978 0.338 PMEPS<<T=1 +/- -0.021 0.024 -0.850 0.404 PMEPS>>T=1 + 0.013 0.022 0.614 0.545 PM∆EPS<<T=1 +/- 0.021 0.023 0.908 0.373 PM∆EPS<T=1 - -0.048 0.022 -2.126 0.044** PM∆EPS>>T=1 + -0.038 0.021 -1.801 0.085* R Square 0.368 Adj R Square 0.231 F 2.682 0.047** Sig *Secara statistik signifikan pada tingkat 0.10 **Secara statistik signifikan pada tingkat 0.05 ***Secara statistik signifikan pada tingkat 0.01 Sumber: Hasil Pengolahan Data 2) Uji Ketepatan Perkiraan (Uji R2) Angka adjusted R square menunjukkan koefisien determinasi atau peranan variance (variabel independen dalam hubungan dengan variabel dependen). Angka adjusted R square sebesar 0,231 menunjukkan bahwa ke enam variabel independen dapat menjelaskan variabel dependen hanya sebesar 23,1%. Sedangkan sisanya 76,9% dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar model regresi. commit to user 58 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 3) Uji Statistik t (Uji t) Dari ke enam variabel yang dimasukkan dalam regresi, hanya PM∆EPS<T yang signifikan, dengan nilai signifikansi sebesar 0,044 yang signifikan pada 0,05. Sedangkan PMEPS<<T, PMEPS>>T, PM∆EPS<<T, PM∆EPS>>T tidak signifikan, hal ini dilihat dari nilai signifikansi untuk PMEPS<<T sebesar 0,404, PMEPS>>T sebesar 0,545, PM∆EPS<<T sebesar 0,373, dan PM∆EPS>>T sebesar 0,085. Hasil uji T ini dapat disimpulkan bahwa variabel dependen Perubahan Diskresioner VAA dipengaruhi oleh variabel PM∆EPS<T. D. Pembahasan Pada tabel 4.4 tentang statistik deskriptif menyajikan variabel-variabel untuk menguji hipotesis penelitian ini yang diperoleh dari hasil residu regresi pertama. Setelah dilakukan screening data, terdapat satu data outlier yang harus dihapus, sehingga sampel yang digunakan dalam penelitian ini ada 29. Mean PMEPS<<T sebesar 0,1724 dengan standar deviasi 0,38 mempunyai arti 17% perusahaan sampel mempunyai EPS sebelum manajemen laba jauh di bawah target. Mean PMEPS>>T sebesar 0,586 dengan standar deviasi 0,501 mempunyai arti 59% perusahaan sampel mempunyai EPS sebelum manajemen laba di atas target. Sedangkan, variabel PMEPS<T tidak mempunyai nilai mean dan standar deviasi, artinya tidak satupun perusahaan dalam sampel penelitian ini yang mempunyai EPS commit to user 59 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id sebelum manajemen laba di bawah target, sehingga variabel ini terhapuskan dalam persamaan regresi. Mean PM∆EPS<<T sebesar 0,172 dengan standar deviasi 0,384 artinya perusahaan yang mempunyai ∆EPS sebelum manajemen laba jauh di bawah target laba sebanyak 17% perusahaan sampel. Mean PM∆EPS<T sebesar 0,207 dengan standar deviasi 0,41 artinya perusahaan yang mempunyai ∆EPS sebelum manajemen laba di bawah target laba sebanyak 20% perusahaan sampel. Sedangkan mean PM∆EPS>>T sebesar 0,379 dengan standar deviasi 0,49 artinya perusahaan yang mempunyai ∆EPS sebelum manajemen laba di atas target laba sebanyak 38% perusahaan sampel. Uji asumsi klasik sebagai syarat wajib sebelum uji hipotesis dengan tujuan hasil pengujiannya tidak bias, telah berhasil dilalui, yang berarti bahwa data terdistribusi normal, tidak terjadi multikolonieritas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. Hasil pengujian hipotesis tersaji pada tabel 4.7. Kedua variabel PMEPS dalam penelitian ini tidak ada yang menunjukkan nilai yang signifikan, sehingga hipotesis H1 ditolak yang berarti bahwa tidak ada aktivitas manajemen laba untuk melaporkan laba positif. Sedangkan salah satu variabel PM∆EPS menunjukkan nilai yang signifikan, sehingga hipotesis H2 diterima yang berarti terdapat aktivitas manajemen laba untuk melaporkan peningkatan laba. Di bawah ini akan diuraikan lebih rinci tentang hasil pengujian hipotesis. commit to user 60 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id Variabel PMEPS<<T=1 dan PM∆EPS<<T=1 keduanya mempunyai nilai p-value sebesar -0,021 dan 0,021 dengan nilai signifikansi 0,404 dan 0,373. Hal ini mempunyai arti bahwa perusahaan tidak menggunakan VAA untuk melakukan manajemen laba berupa earning bath dan perataan laba untuk melaporkan laba positif dan melaporkan peningkatan laba. Hal ini konsisten dengan penelitian Frank dan Rego (2006), dan Christensen et al (2008). Variabel PM∆EPS<T=1 mempunyai p-value sebesar -0,048 dengan nilai signifikansi 0,044. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan menggunakan VAA untuk meningkatkan labanya agar mencapai target laba yang kedua, yaitu melaporkan peningkatan laba. Hasil penelitian ini mendukung penelitian Brugstahler et al (2002), namun inkonsisten dengan hasil penelitian Frank dan Rego (2006) dan Tanusdjaja (2006). Variabel PMEPS>>T=1 dan PM∆EPS>>T=1 mempunyai nilai p-value sebesar 0,013 dan -0,038 dengan nilai signifikansi sebasar 0,545 dan 0,085. Artinya perusahaan tidak menggunakan VAA aktiva pajak tangguhan untuk melakukan manajemen laba berupa income smoothing dan cookie jar dengan tujuan melaporkan laba positif maupun melaporkan peningkatan laba. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Miller dan Skinner (1998) dan Frank dan Rego (2006). commit to user 61 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id BAB V PENUTUP F. Kesimpulan Penelitian ini meneliti tentang penggunaan akun cadangan penilaian aktiva pajak tangguhan untuk melakukan aktivitas manajemen laba dengan tujuan mencapai dua target laba perusahaan, yaitu melaporkan laba positif dan melaporkan peningkatan laba. Manajemen laba dideteksi dengan menggunakan perubahan diskresioner VAA dengan persamaan/rumus yang dikembangkan oleh Frank dan Rego (2006) yang berdasar pada ketentuan di SFAS No. 109, sedangkan dua target laba perusahaan diproksikan dengan premanaged EPS dan premanaged ∆EPS. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini sebanyak 29 perusahaan non-manufaktur yang menyediakan cadangan penilaian aktiva pajak tangguhan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2007-2009. Pengujian asumsi klasik, yang meliputi uji normalitas, uji multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heterokedastisitas telah berhasil dipenuhi. Semua variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap perubahan diskresioner VAA, meskipun pengaruhnya lemah. Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa hipotesis H2 dalam penelitian ini diterima, artinya perusahaan yang mengalami penurunan laba sebelum perubahan diskresioner VAA di bawah target (premanaged ∆EPS < T) akan melakukan tindakan manajemen laba hanya sebatas meningkatkan labanya dengan commit to user 62 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id menurunkan VAA, dengan tujuan agar laba terlihat meningkat dari periode sebelumnya (dengan kata lain, mencapai target untuk melaporkan peningkatan laba). Temuan ini konsisten dengan penelitian Brugstahler et al (2002) yang memberikan bukti bahwa perusahaan menurunkan VAA untuk meningkatkan laba. G. Keterbatasan Dari hasil penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan. Adapun beberapa keterbatasan yang dapat ditemukan antara lain: 1. Periode penelitian hanya pada rentang waktu tiga tahun, yaitu tahun 20072009, sehingga kemungkinan hasil penelitian tidak konsisten dengan penelitian sebelumnya. 2. Jumlah sampel dalam penelitian ini kecil, yaitu hanya 30 perusahaan sampel, yang disebabkan oleh tidak banyaknya perusahaan membentuk akun VA pajak tangguhan. 3. Model estimasi manajemen laba yang digunakan dalam penelitian ini hanya satu yaitu dengan rumus yang dikembangkan oleh Frank dan Rego, sedangkan masih terdapat model pengukuran lain yang mungkin akan memberikan hasil yang berbeda dalam penilaian manajemen laba. 4. Sampel penelitian hanya terbatas pada perusahaan non-manufaktur, sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasi pada jenis industri lain. commit to user 63 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id 5. Variabel target laba hanya diukur menjadi dua target saja (laba positif dan laba historis) karena terbatasnya data untuk ramalan data para analis (analyst forecast), sehingga penelitian ini kurang merefleksikan seluruh target perusahaan. H. Saran Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan di atas, penelitian selanjutnya disarankan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut: 1. Penelitian yang akan datang sebaiknya menggunakan data dengan periode tahun yang lebih panjang untuk mendapatkan hasil pengukuran yang lebih valid. 2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah sampel dengan memperbarui sampel yang digunakan. 3. Penelitian selanjutnya hendaknya menggunakan lebih dari satu model pengukuran manajemen laba yang diharapkan akan mampu memberikan perbandingan hasil. 4. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian pada semua sektor industri, tidak hanya perusahaan manufaktur saja agar hasil yang didapatkan dapat mewakili semua sektor industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). 5. Penelitian selanjutnya diharapkan menambah variabel-variabel independen lainnya agar dapat menjelaskan fenomena manajemen laba dengan insentif-insentif lainnya. commit to user 64 digilib.uns.ac.id perpustakaan.uns.ac.id I. Implikasi Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa implikasi penelitian yang diharapkan dapat bermanfaat, antara lain: 1. Implikasi Teoritis Penelitian ini menghasilkan kesimpulan mengenai tindakan manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan salah satu akun akrual pajak, yaitu VAA. Penelitian ini menambah wawasan dan referensi dalam dunia akademis tentang berbagai praktek manajemen laba dan jenis media yang digunakan untuk melakukan manajemen laba (VAA). Penelitian selanjutnya dapat memperluas dan memperdalam penelitian tentang manajemen laba menggunakan model yang berbeda dengan memperhatikan faktor-faktor lain, seperti perubahan standar akuntansi. 2. Implikasi Praktik Adanya bukti empiris yang ditemukan pada penelitian ini tentang praktek manajemen laba melalui VAA yang dilakukan oleh perusahaan diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi: (1) investor, untuk lebih teliti dalam menilai kinerja suatu perusahaan sebagai dasar keputusan investasinya, (2) regulator, untuk bahan evaluasi dan pertimbangan pada regulasi yang telah dan/atau akan dikeluarkan. commit to user