DETEKSI DENGAN MENGGU

advertisement
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PRAKTEK MANAJEMEN LABA YANG DILAKUKAN PERUSAHAAN :
DETEKSI DENGAN MENGGUNAKAN VALUATION ALLOWANCE
ACCOUNT (VAA)
(Studi Empiris pada Perusahaan non-Manufaktur yang Menyediakan
Cadangan Penilaian Aktiva Pajak Tangguhan yang Terdaftar
di BEI pada tahun 2007-2009)
S
SKRIPS
Skripsi
Diajukan untuk Melengkapi Tugas-Tugas dan Memenuhi
Syarat-Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta
Oleh :
DHINA ARFIANA DEWI
NIM F0306027
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
2011
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PRAKTEK MANAJEMEN LABA YANG DILAKUKAN PERUSAHAAN :
DETEKSI DENGAN MENGGUNAKAN VALUATION ALLOWANCE
ACCOUNT (VAA)
(Studi Empiris pada Perusahaan non-Manufaktur yang Menyediakan
Cadangan Penilaian Aktiva Pajak Tangguhan yang Terdaftar
di BEI pada tahun 2007-2009)
Dhina Arfiana Dewi
F0306027
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi aktivitas manajemen laba
melalui akun cadangan penilaian aktiva pajak tangguhan, yang dipengaruhi oleh
dua target laba, yaitu melaporkan laba positif dan melaporkan peningkatan laba.
Penelitian ini merupakan pengujian hipotesis, dengan jumlah sampel 29
perusahaan non-manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia serta
menyediakan cadangan penilaian aktiva pajak tangguhan pada tahun 2007-2009.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Jenis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data-data yang
diperlukan diperoleh melalui website resmi Bursa Efek Indonesia. Pengujian
hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linear berganda dengan uji t,
uji F dan koefisien determinasi. Hasil pengujian secara simultan menunjukkan
bahwa akun cadangan penilaian aktiva pajak tangguhan mampu mendeteksi
aktivitas manajemen laba perusahaan. Sedangkan hasil pengujian secara parsial
menunjukkan bahwa akun cadangan penilaian aktiva pajak tangguhan hanya
digunakan untuk menaikkan laba agar perusahaan dapat melaporkan peningkatan
laba.
Kata kunci : cadangan penilaian aktiva pajak tangguhan, manajemen laba, SFAS
No. 109
commit to user
ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PRATICE OF EARNINGS MANAGEMENT IN COMPANY: DETECTION BY
USING THE VALUATION ALLOWANCE ACCOUNT (VAA)
(Empirical Study on Non-Manufacturing Companies that Provide Deferred Tax Asset
–Valuation Allowance Account on Indonesian Stock Exchange
in the year of 2007-2009)
Dhina Arfiana Dewi
F0306027
ABSTRACT
The purpose of this research is to detect earnings management activities
via deferred tax asset –valuation allowance account, which is influenced by two
earnings targets, that is reported a positive earnings and reported an increase
earnings. This research is a hypothesis testing, with a total sample of 37 nonmanufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange and provides a
deferred tax asset –valuation allowance account in the year of 2007-2009. The
sampling process was done purposive sampling method. This research use
secondary data. The data are taken from website Indonesia Stock Exchange.
Hypothesis test of this research use multiple linear regression with t test, F test,
and coefficient determination test. The result of simultaneous test show that deferred
tax asset –valuation allowance account can be used to detect earnings
management activities. Whereas, the result of partial test show that deferred tax
asset –valuation allowance account is only used to raise profits in order to
reported increasing earnings.
Keyword: valuation allowance account, earnings management, SFAS No. 109
commit to user
iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
“Man Jadda, Wajada”
(No Name)
“I believe in luck. I believe the harder I work, the luckier I get.”
(Raditya Dika)
“Kecemasan takkan pernah merenggut kesulitan hari esok, ia hanya akan
melemahkan hari ini dengan kekuatannya.”
(AJ. Cronin)
“Mengharap dunia memperlakukanmu baik karena kamu orang baik, itu sama
konyolnya dengan mengharap banteng tidak menandukmu karena kamu seorang
vegetarian.”
(Rosseane Barr)
commit to user
vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSEMBAHAN
Karya kecil ini kupersembahkan untuk:
 Bapak, Ibu, dan Kakakku yang selalu mendoakan, memberi
dukungan dan semangat di setiap langkahku
 Adhi Manyu yang selalu memberikan motivasi
 Almamaterku
 Masa depanku
commit to user
vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas limpahan rahmat,
ridho, dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi
yang berjudul “Praktek Manajemen Laba yang Dilakukan Perusahaan: Deteksi
dengan Menggunakan Valuation Allowance Account (VAA)”.
Penulis menyadari banyak pihak yang telah membantu dan memberi
dukungan, semangat, serta pemikiran baik secara langsung maupun tidak langsung
yang berupa saran, kritik, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Wisnu Untoro, M.S., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas
Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. Santoso Tri H. M.Si. Ak., selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs. Eko Arief Sudaryono, M.Si., Ak., BKP., selaku pembimbing skripsi
yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan bantuan sehingga
skripsi ini dapat disusun dengan baik dan lancar.
4. Dra. Falikhatun, Msi., Ak., selaku pembimbing akademik yang telah
memberikan arahan selama menempuh masa perkuliahan.
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Semua dosen dan staf Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret
Surakarta, yang telah banyak memberikan andil selama penulis menimba
ilmu hingga akhirnya tertuang dalam penulisan skripsi ini.
6. Orangtuaku tercinta, yang selalu melimpahiku dengan kasih sayang,
perhatian, selalu mendoakanku, memberikan dukungan serta bimbingan
dalam setiap langkahku. Terima kasih atas segalanya, aku bangga
memiliki orangtua seperti kalian.
7. Kakakku Dhika Arif Hanantyo, yang selalu memberikan dukungan dan
bantuan (baik riil maupun materiil, hehe) sampai studiku selesai. Terima
kasih ya..
8. Adhi Manyu Sakti Prabowo yang selalu menemaniku dalam suka dan
duka, dan bersedia untuk direpotkan setiap saat, terima kasih atas doa,
dukungan, dan perhatiannya. Pake toga bareng yuuuuk..
9. Kawan-kawanku yang secara tidak langsung sangat membantuku meraih
gelar sarjana ini. Tita, Mera, Hanung, dan Denny terima kasih atas bantuan
dan kerjasamanya selama masa perkuliahan yang mengesankan ini. Ika
dan Ratri, terima kasih supportnya waktu kompre, bantuan dan saransarannya, kalian kok baik banget sih. Partnerku Ririn, terima kasih buat
judulnya yang menurutku unpredictable banget hehe, makasih bantuan dan
tumpangannya ya.
10. Teman-teman FKIP Seni Rupa, terima kasih telah mewarnai masa
kuliahku dengan pengetahuan dan pengalaman baru.
11. Teman-teman akuntansi angkatan 2006, terima kasih buat semuanya.
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
12. Serta semua pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu
terima kasih atas semua yang telah diberikan kepada penulis.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna, karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh
penulis. Oleh karena itu, segala bentuk kritik dan saran sangat diharapkan.
Akhir kata penulis berharap, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak di kemudian hari.
Surakarta, Oktober 2011
Penulis
commit to user
x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAKSI ...................................................................................................
ii
ABSTRACT .....................................................................................................
iii
HALAMAN PERSETUJUAN .........................................................................
iv
HALAMAN PENGESAHAN ..........................................................................
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...................................................................
vi
KATA PENGANTAR .....................................................................................
vii
DAFTAR ISI ....................................................................................................
x
DAFTAR TABEL ............................................................................................
xiv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................
xv
DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................
xvi
BAB I.
PENDAHULUAN
A........................................................................................... Latar
Belakang ...................................................................................
1
B. .......................................................................................... Peru
musan Masalah .........................................................................
7
C. .......................................................................................... Tujua
n Penelitian ...............................................................................
commit to user
xi
7
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
D........................................................................................... Manf
aat Penelitian ............................................................................
7
E. .......................................................................................... Siste
matika Penulisan .......................................................................
8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
A........................................................................................... Land
asan Teori .................................................................................
10
1. .................................................................................... Teori
Akuntansi Positif ...............................................................
10
2. .................................................................................... Teori
Agensi ................................................................................
12
3. .................................................................................... Mana
jemen Laba ........................................................................
15
4. .................................................................................... PSA
K No. 46 ............................................................................
20
5. .................................................................................... Aktiv
a Pajak Tangguhan ............................................................
22
a. Pengertian ...................................................................
22
b. Pengakuan ...................................................................
23
c. Penilaian Kembali.......................................................
24
6. .................................................................................... VAA
Pajak tangguhan ................................................................
commit to user
xii
25
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
B. .......................................................................................... Penel
itian Terdahulu..........................................................................
27
C. .......................................................................................... Kera
ngka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis.........................
31
1.
Kerangka Pemikiran ...................................................
31
2.
Pengembangan Hipotesis ............................................
33
BAB III. METODE PENELITIAN
A........................................................................................... Ruan
g Lingkup Penelitian.................................................................
37
B. .......................................................................................... Popul
asi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel .........................
37
C. .......................................................................................... Sumb
er Data ......................................................................................
38
D........................................................................................... Defin
isi Operasional dan Pengukuran Variabel ................................
39
1. .................................................................................... Perub
ahan Diskresioner VAA ....................................................
39
2. .................................................................................... Targe
t Laba .................................................................................
42
E. .......................................................................................... Meto
de Analisis Data ........................................................................
BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
commit to user
xiii
44
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
A........................................................................................... Hasil
Pengumpulan Data....................................................................
49
B. .......................................................................................... Regr
esi Pertama................................................................................
50
C. .......................................................................................... Regr
esi Kedua ..................................................................................
52
1. .................................................................................... Desk
ripsi Data ...........................................................................
52
2. .................................................................................... Peng
ujian Hipotesis ...................................................................
53
a. .............................................................................. Uji
Normalitas ..................................................................
53
b. Uji Asumsi Klasik ......................................................
53
1) ........................................................................ Uji
Multikolinieritas ...................................................
53
2) ........................................................................ Uji
Autokorelasi..........................................................
54
3) ........................................................................ Uji
Heterokedastisitas .................................................
55
c. Uji Hipotesis ...............................................................
56
1) ........................................................................ Uji
Statistik F ..............................................................
commit to user
xiv
56
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2) ........................................................................ Uji
Ketepatan Perkiraan ..............................................
57
3) ........................................................................ Uji
Statistik t ...............................................................
58
D........................................................................................... Pemb
ahasan .......................................................................................
58
BAB V. PENUTUP
A........................................................................................... Kesi
mpulan ......................................................................................
61
B. .......................................................................................... Keter
batasan ......................................................................................
62
C. .......................................................................................... Saran
D........................................................................................... Impli
kasi ............................................................................................
64
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel
commit to user
xv
Halaman
63
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.1
Penelitian Terdahulu .................................................................
27
4.1
Kriteria Pengambilan Sampel ...................................................
49
4.2
Statistik Deskriptif Data Regresi Pertama ................................
50
4.3
Hasil Regresi Pertama ..............................................................
51
4.4
Statistik Deskriptif Data ...........................................................
52
4.5
Hasil Pengujian Normalitas ......................................................
53
4.6
Hasil Pengujian Multikolinieritas .............................................
54
4.7
Hasil Pengujian Autokorelasi ...................................................
55
4.8
Hasil Pengujian Heteroskedastisitas .........................................
56
4.9
Hasil Pengujian Hipotesis.........................................................
57
DAFTAR GAMBAR
Gambar
commit to user
xvi
Halaman
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
2.1
Kerangka Pemikiran .................................................................
32
2.2
Skema Target Laba dan Manajemen Laba ...............................
32
3.1
Premanaged Earnings pada Dua Target Laba .........................
43
DAFTAR LAMPIRAN
commit to user
xvii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
1
Nama dan Kode Perusahaan Sampel
2
Regresi Pertama
a. Keseluruhan Data Diskala dengan Saham yang Beredar
b. Statistik Deskriptif
c. Uji Normalitas
d. Uji Multikolonieritas
e. Uji Heteroskedastisitas
f. Uji Autokorelasi
g. Regresi Berganda
3
Regresi Kedua
a. Variabel Dependen dan Independen
b. Variabel Dummy
c. Statistik Deskriptif
d. Uji Normalitas
e. Uji Multikolonieritas
f. Uji Heteroskedastisitas
g. Uji Autokorelasi
h. Analisis Regresi Berganda
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PRAKTEK MANAJEMEN LABA YANG DILAKUKAN PERUSAHAAN :
DETEKSI DENGAN MENGGUNAKAN VALUATION ALLOWANCE
ACCOUNT (VAA)
(Studi Empiris pada Perusahaan non-Manufaktur yang Menyediakan
Cadangan Penilaian Aktiva Pajak Tangguhan yang Terdaftar
di BEI pada tahun 2007-2009)
Dhina Arfiana Dewi
F0306027
ABSTRAKSI
Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi aktivitas manajemen laba
melalui akun cadangan penilaian aktiva pajak tangguhan, yang dipengaruhi oleh
dua target laba, yaitu melaporkan laba positif dan melaporkan peningkatan laba.
Penelitian ini merupakan pengujian hipotesis, dengan jumlah sampel 29
perusahaan non-manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia serta
menyediakan cadangan penilaian aktiva pajak tangguhan pada tahun 2007-2009.
Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling. Jenis data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data-data yang
diperlukan diperoleh melalui website resmi Bursa Efek Indonesia. Pengujian
hipotesis dalam penelitian ini menggunakan regresi linear berganda dengan uji t,
uji F dan koefisien determinasi. Hasil pengujian secara simultan menunjukkan
bahwa akun cadangan penilaian aktiva pajak tangguhan mampu mendeteksi
aktivitas manajemen laba perusahaan. Sedangkan hasil pengujian secara parsial
menunjukkan bahwa akun cadangan penilaian aktiva pajak tangguhan hanya
digunakan untuk menaikkan laba agar perusahaan dapat melaporkan peningkatan
laba.
Kata kunci : cadangan penilaian aktiva pajak tangguhan, manajemen laba, SFAS
No. 109
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PRATICE OF EARNINGS MANAGEMENT IN COMPANY: DETECTION BY
USING THE VALUATION ALLOWANCE ACCOUNT (VAA)
(Empirical Study on Non-Manufacturing Companies that Provide Deferred Tax Asset
–Valuation Allowance Account on Indonesian Stock Exchange
in the year of 2007-2009)
Dhina Arfiana Dewi
F0306027
ABSTRACT
The purpose of this research is to detect earnings management activities
via deferred tax asset –valuation allowance account, which is influenced by two
earnings targets, that is reported a positive earnings and reported an increase
earnings. This research is a hypothesis testing, with a total sample of 37 nonmanufacturing companies listed in Indonesia Stock Exchange and provides a
deferred tax asset –valuation allowance account in the year of 2007-2009. The
sampling process was done purposive sampling method. This research use
secondary data. The data are taken from website Indonesia Stock Exchange.
Hypothesis test of this research use multiple linear regression with t test, F test,
and coefficient determination test. The result of simultaneous test show that deferred
tax asset –valuation allowance account can be used to detect earnings
management activities. Whereas, the result of partial test show that deferred tax
asset –valuation allowance account is only used to raise profits in order to
reported increasing earnings.
Keyword: valuation allowance account, earnings management, SFAS No. 109
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Terdapat dua versi laporan keuangan yang dibuat oleh perusahaan
dalam setiap periodenya, yaitu laporan keuangan komersial yang dihitung
berdasarkan prinsip akuntansi berterima umum dan laporan keuangan fiskal
yang dihitung berdasarkan ketentuan perpajakan yang berlaku. Perbedaan
ketentuan dalam perhitungan laporan tersebut menghasilkan dua laba yang
berbeda, laba sebelum pajak (menurut perhitungan laporan keuangan
komersial) dan penghasilan kena pajak (menurut perhitungan laporan
keuangan fiskal).
Penghasilan kena pajak, yang menjadi dasar perhitungan pajak
penghasilan (PPh), merupakan output dari rekonsiliasi antara laporan
keuangan komersial dengan ketentuan pembukuan pajak menurut undangundang perpajakan. Hal ini berarti bahwa dalam laporan keuangan komersial
terkandung perhitungan PPh berdasarkan penghasilan kena pajak menurut
ketentuan perpajakan (Kiswara, 2009). Penyajian perhitungan PPh tersebut
pada laporan keuangan perusahaan diatur dalam Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 46 yang mengadopsi standar di Amerika,
yaitu Statement of Financial Accounting Standards (SFAS) No. 109,
menggantikan peraturan yang lama, yaitu PSAK No. 16 paragraf 77.
commit to user
1
2
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sejak diterbitkannya SFAS No. 109 pada tahun 1992 dan diadopsi di
Indonesia pada tahun 1997 dalam PSAK No. 46, standar akuntansi ini menjadi
kontroversial (Burgstahler et al, 2002). Standar tersebut mengharuskan
manajer untuk menilai dan mencatat aktiva pajak tangguhan pada tingkat
dimana aktiva pajak tangguhan tersebut memungkinkan (more likely than not)
untuk direalisasi (PSAK No. 46 paragraf 24). Dan apabila aktiva pajak
tangguhan dinilai tidak mungkin untuk direalisasi, maka manajer harus
menurunkan nilai tercatat aktiva pajak tangguhan (PSAK No. 46 paragraf 35)
dengan
membentuk
akun
cadangan
penilaian
(Valuation
Allowance
Account/VAA) pajak tangguhan (SFAS No. 109 paragraph 17e).
Petree et al dalam Burgstahler et al (2002) menyatakan bahwa
pengakuan aktiva pajak tangguhan ini sangat kompleks dan subjektif.
Penilaian dan perkiraan manajemen menjadi peran utama dalam pembentukan
VAA untuk menyesuaikan aktiva pajak tangguhan yang diakui. Pasalnya,
realisasi aktiva pajak tangguhan bergantung pada kemampuan penghasilan
kena pajak masa depan menyediakan pembalikan untuk perbedaan temporer
yang dapat dikurangkan (Kumar dan Visvanathan, 2001). Hal ini berarti
bahwa penyesuaian aktiva pajak tangguhan dan pembentukan penyisihannya
didasarkan pada ekspektasi manajemen tentang penghasilan kena pajak masa
depan.
Keleluasaan
pembentukan
VAA
meningkatkan
kemampuan
manajemen untuk mengatur laba, manajemen memanfaatkan kebijakannya
untuk tujuan manajemen laba (Comiskey dan Mulford, 1994; Peavey dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3
digilib.uns.ac.id
Numberg, 1993; dan Petree et al, 1995 dalam Miller dan Skinner, 1998).
Biasanya pengaplikasian kebijakan pada laporan keuangan menghilangkan
diskresi manajer dan membatasi tindakan manajemen laba, tapi SFAS No. 109
masih mengijinkan diskresi manajer (Frank dan Rego, 2006). VAA dipilih
sebagai alat untuk melakukan manajemen laba karena tidak ada rumus yang
tetap atau aturan yang jelas untuk menentukan tingkat VAA dan tingkat VAA
tergantung pada ekspektasi manajemen tentang laba masa depan, sehingga
pada beberapa perusahaan kebijakan dalam standar akuntansi ini cukup
leluasa bagi manajemen untuk membuat adjustment yang material pada laba
akuntansi, karena perubahan pada VAA berdampak langsung pada laba bersih
perusahaan (Miller dan Skinner, 1998).
Dengan memanfaatkan celah pada kebijakan baik di PSAK No. 46
maupun SFAS No. 109, perusahaan secara oportunistik mengelola labanya
dengan menaikkan atau menurunkan akun cadangan penilaian aktiva pajak
tangguhan (Mulford dan Comiskey 1996, Hirst dan Sevcik 1996, Ciesielski
1998; dalam Bauman et al 2000). Hal ini dikarenakan perubahan besarnya
VAA pajak tangguhan secara langsung dapat berpengaruh pada laba operasi
berjalan (current operating income), dan dalam SFAS No. 109 dijelaskan
mengenai sumber penghasilan kena pajak untuk realisasi aktiva pajak
tangguhan, yang mana di dalamnya terkandung sejumlah subyektivitas
sebagai pertimbangan. Serta adanya hubungan keagenan yang mendorong
manajemen melakukan manajemen laba dengan memanfaatkan VAA pajak
tangguhan agar mendapatkan bonus yang tinggi.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
4
digilib.uns.ac.id
Studi empiris tentang manajemen laba melalui VAA telah banyak
dilakukan (Burgstahler et al, 2002; Phillips et al, 2003; Frank dan Rego, 2006;
Christensen et al, 2008) dengan berbagai model atau rumus. Salah satunya,
rumus yang digunakan oleh Frank dan Rego (2006) yang mengembangkan
model akrual, dimana model ini mengklasifikasikan total akrual kedalam
bentuk discretionary accrual dan non-discretionary accrual dengan dua
tahapan regresi. Rumus yang dikembangkan oleh Frank dan Rego (2006) ini
merupakan model yang paling sesuai untuk meneliti manajemen laba melalui
VAA karena dalam pengklasifikasian akrualnya rumus ini mencakup semua
ketentuan yang tercantum di SFAS No. 109. Empat sumber penghasilan kena
pajak yang diberikan SFAS No. 109 sebagai bahan pertimbangan untuk
menentukan tingkat VAA, dijadikan model perhitungan non-diskresioner
VAA oleh Frank dan Rego (2006).
Tanusdjaja (2006) mengemukakan bahwa sebagian besar penelitian
manajemen laba berusaha menemukan bukti bahwa laba diatur untuk
memenuhi batas pelaporan laba (earnings thresholds). Burgstahler et al
(2002), melakukan penelitian di sekitar
earnings thresholds untuk
mengidentifikasi aktivitas manajemen laba dalam menghindari penurunan laba
dan pelaporan kerugian. Schrand dan Wong (2003) juga melakukan hal yang
sama dalam penelitiannya, mereka meneliti tindakan manajemen laba dalam
mencapai ramalan laba analis dan melaporkan peningkatan laba. Termasuk
penelitian Frank dan Rego (2006), mereka meneliti aktivitas manajemen laba
yang dilakukan perusahaan untuk mencapai earnings thresholds, atau disebut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
5
digilib.uns.ac.id
dalam penelitiannya sebagai earnings targets, yaitu: melaporkan laba positif,
melaporkan peningkatan laba, dan mencapai ramalan laba analis.
Pasar memberikan penilaian positif pada perusahaan yang memenuhi
earnings thresholds (Tanusdjaja, 2006), hal ini menjadi motivasi manajemen
untuk mengelola labanya, selain adanya bonus scheme motivations. Frank dan
Rego (2006) menemukan bukti empiris adanya income smoothing pada
perusahaan yang dilakukan dengan memanfaatkan VAA untuk mencapai
ramalan laba para analis. Temuan ini didukung oleh penelitian Schrand dan
Wong (2003) yang menunjukkan tindakan income smoothing pada kedua
target laba, yaitu melaporkan peningkatan laba dan mencapai ramalan laba
para analis.
Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian Frank dan Rego
(2006) yang meneliti aktivitas manajemen laba dengan detektor perubahan
diskresioner VAA yang dipengaruhi oleh target laba (earnings targets) dengan
proksi premanaged earnings pada 194 perusahaan publik di Amerika Serikat.
Adanya perbedaan dalam penerapan aturan perpajakan dan aturan pasar modal
di setiap negara membuat penelitian ini penting untuk dilakukan, yaitu untuk
mengetahui apakah konsep yang sama dapat diaplikasikan di Indonesia.
Dengan demikian penelitian ini menguji kemampuan VAA untuk mendeteksi
manajemen laba dalam mencapai earnings targets pada perusahaan nonmanufaktur di Indonesia. Faktor-faktor yang akan diuji adalah dua target laba
perusahaan, yaitu target untuk melaporkan laba positif dan target untuk
melaporkan peningkatan laba. Perusahaan non-manufaktur dipilih menjadi
commit to user
6
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sampel dalam penelitian ini karena beberapa penelitian sebelumnya tentang
manajemen laba melalui VAA (Tanusdjaja, 2006; Djamaluddin, 2007) telah
meneliti perusahaan manufaktur di Indonesia, sedangkan semua perusahaan
mempunyai VAA sehingga berpeluang melakukan manajemen laba dengan
VAA tersebut.
Berbeda dengan beberapa penelitian terdahulu tentang manajemen laba
melalui VAA di Indonesia (Djamaluddin, 2007; Rakhmawati dan Zulaikha,
2011) yang menggunakan book-tax difference dan rasio perubahan VAA,
dalam memproksikan tindakan diskresioner manajemen penelitian ini
menggunakan metode yang sama dengan Tanusdjaja (2006), yaitu dengan
menggunakan metode akrual. Tetapi dalam menganalisinya, penelitian ini
melalui dua tahap regresi. Regresi pertama dimaksudkan untuk memisahkan
akrual diskresioner dan akrual non-diskresioner dengan rumus yang
dikembangkan oleh Frank dan Rego (2006), sedangkan regresi kedua menguji
pengaruh antara akrual diskresioner tersebut dengan dua target laba untuk
mengetahui pola manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Berdasarkan
uraian tersebut, maka judul untuk penelitian ini adalah “Praktek Manajemen
Laba yang Dilakukan Perusahaan: Deteksi dengan Menggunakan
Valuation Allowance Account (VAA), (Studi Empiris pada Perusahaan
non-Manufaktur yang Menyediakan Cadangan Penilaian Aktiva Pajak
Tangguhan yang Terdaftar di BEI pada tahun 2007-2009)”.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
7
digilib.uns.ac.id
B. Perumusan Masalah
Atas dasar latar belakang penelitian di atas dan beberapa hasil
penelitian sebelumnya, maka masalah yang hendak dijawab melalui penelitian
ini adalah “Apakah perubahan diskresioner VAA dapat digunakan untuk
mendeteksi aktivitas manajemen laba perusahaan dalam mencapai target
laba?”
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk memperoleh bukti
empiris mengenai manajemen laba dengan menggunakan
Valuation
Allowance Account (VAA) dan hubungannya dengan earnings targets
perusahaan (target untuk melaporkan laba positif dan melaporkan peningkatan
laba) pada perusahaan non-manufaktur yang menyediakan cadangan aktiva
pajak tangguhan di Indonesia.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi
beberapa pihak, yaitu sebagai berikut:
1. Bagi Investor
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam pengambilan keputusan yang tepat mengenai investasinya dengan
menggunakan informasi pada laporan keuangan khususnya informasi
mengenai laba perusahaan.
commit to user
8
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Bagi Penyusun Standar Akuntansi
Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dari
kebijakan yang telah dikeluarkan dan sebagai bahan pertimbangan untuk
kebijakan yang akan dikeluarkan.
3. Bagi Perusahaan
Penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada manajamen
perusahaan mengenai penerapan kebijakan dan aturan dalam pembuatan
laporan keuangan agar informatif dan tidak menyesatkan.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi sebagai bahan literature untuk
meningkatkan minat dan perkembangan ilmu akuntansi di masa
mendatang khususnya mengenai fenomena manajemen laba di Indonesia.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan yang digunakan terdiri dari lima bab yang
diuraikan sebagai berikut:
BAB I
Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika
penulisan.
commit to user
9
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II
Tinjauan Pustaka
Bab ini membahas mengenai teori-teori yang mendasari
penelitian ini, kerangka pemikiran dan pengembangan
hipotesis.
BAB III
Metode Penelitian
Bab ini membahas proses pemilihan sampel, pencarian data
dan metodologi yang digunakan.
BAB IV
Analisis Data dan Pembahasan
Bab ini membahas mengenai pengolahan data, hasil dari
analisis data serta pembahasannya.
BAB V
Penutup
Bab ini berisi kesimpulan yang didapat dari hasil analisis
data, keterbatasan, implikasi dan saran bagi penelitian
selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
10
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Landasan Teori
1. Teori Akuntansi Positif
Teori akuntansi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: a) teori
akuntansi
normatif,
mencakup
penjelasan
atau
penalaran
untuk
menjustifikasi kelayakan suatu perlakuan akuntansi yang paling sesuai
dengan tujuan yang telah ditetapkan, dan b) teori akuntansi positif,
mencakup penjelasan atau penalaran untuk menunjukkan secara ilmiah
kebenaran pernyataan atau fenomena akuntansi seperti apa adanya sesuai
fakta.
Menurut Watt dan Zimmerman (1986) dalam Januarti (2004)
terdapat tiga kelemahan pendekatan normatif yang mendasari terjadinya
pergeseran pendekatan dari normatif ke positif, yaitu:
1.
Ketidakmampuan pendekatan normatif dalam menguji teori secara
empiris, karena didasarkan pada premis atau asumsi yang salah
sehingga tidak dapat diuji keabsahannya secara empiris.
2.
Pendekatan normatif lebih banyak berfokus pada kemakmuran
investor secara individual daripada kemakmuran masyarakat luas.
3.
Pendekatan normatif tidak mendorong atau memungkinkan terjadinya
alokasi sumber daya ekonomi secara optimal di pasar modal. Hal ini
mengingat bahwa dalam sistem perekonomian yang mendasarkan
commit to user
11
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada mekanisme pasar, informasi akuntansi dapat menjadi alat
pengendali bagi masyarakat dalam mengalokasi sumber daya
ekonomi secara efisien.
Teori akuntansi positif dikembangkan oleh Watt dan Zimmerman
(1986) karena ketidakpuasan terhadap teori akuntansi normatif, yang mana
teori akuntansi normatif hanya menunjukkan cara terbaik untuk melakukan
sesuatu berdasarkan premis, norma atau standar, sedangkan teori akuntansi
positif berusaha menjelaskan atau memprediksi fenomena nyata dan
mengujinya secara empiris (Godfrey et al, 1997 dalam Januarti, 2004).
Pendekatan positif atau empiris berkaitan dengan usaha menguji atau
menghipotesiskan teori dengan pengalaman atau fakta-fakta dunia nyata.
Penelitian akuntansi positif difokuskan pada pengujian empiris terhadap
asumsi-asumsi yang dibuat oleh teoritis akuntansi normatif.
Teori akuntansi positif berusaha menjawab pertanyaan dari sudut
pandang ekonomi (Godfrey et al, 1997 dalam Rakhmawati dan Zulaikha,
2011), sebagai berikut:
1.
Apakah biaya yang dikeluarkan sebanding dengan manfaat yang
diperoleh dalam pemilihan metode akuntansi alternatif?
2.
Apakah biaya yang dikeluarkan sebanding dengan manfaat yang
diperoleh dalam regulasi dan proses penentuan standar akuntansi?
3.
Apa dampak laporan keuangan yang dipublikasikan pada harga
saham?
commit to user
12
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Untuk menjawab pertanyaan di atas, teori akuntansi positif
menggunakan asumsi sebagai berikut: a) manajer, investor, kreditor, dan
individu lain bersikap rasional dan berusaha memaksimalkan kepuasaan
mereka atau b) manajer memiliki kepuasan untuk memilih metode
akuntansi yang memaksimumkan kepuasan mereka atau mengubah
kebijakan
produksi,
investasi
dan
pendanaan
perusahaan
untuk
memaksimumkan kepuasaan mereka, dan c) manajer mengambil tindakan
yang memaksimumkan nilai perusahaan.
Teori akuntansi positif berusaha untuk menjelaskan fenomena
akuntansi
yang
diamati
berdasarkan
pada
alasan-alasan
yang
menyebabkan terjadinya suatu peristiwa. Dengan kata lain, teori akuntansi
positif dimaksudkan untuk menjelaskan dan memprediksi konsekuensi
yang terjadi jika manajer menentukan pilihan tertentu. Penjelasan dan
prediksi dalam teori akuntansi positif didasarkan pada proses kontrak
(contracting process) atau hubungan keagenan (agency relationship)
antara manajer dengan kelompok lain seperti investor, kreditor, pihak
pengelola pasar modal, dan istitusi pemerintah (Watts dan Zimmerman,
1986).
2. Teori Agensi
Teori Agensi (agency theory) menjelaskan adanya hubungan
kontraktual antara dua atau lebih orang (pihak), dimana salah satu pihak
disebut prinsipal (pemegang saham) yang menyewa pihak lain disebut
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
13
digilib.uns.ac.id
agen (manajemen) untuk melakukan beberapa jasa atas nama pemilik yang
meliputi pendelegasian wewenang (Jensen dan Meckling, 1976). Prinsipal
mendelegasikan pertanggungjawaban atas decision making kepada agen,
hal ini dapat pula dikatakan bahwa prinsipal memberikan suatu amanah
kepada agen untuk melaksanakan tugas tertentu sesuai dengan kontrak
kerja yang telah disepakati. Wewenang dan tanggungjawab agen maupun
prinsipal diatur dalam kontrak kerja atas persetujuan bersama.
Kontrak kerja yang efisien adalah kontrak yang memenuhi dua
faktor (Indriana, 2009), yaitu :
1. Agen dan pinsipal memiliki informasi yang simetris artinya baik agen
maupun prinsipal memiliki kualitas dan jumlah informasi yang sama
sehingga tidak terdapat informasi tersembunyi yang dapat digunakan
untuk keuntungan dirinya sendiri
2. Risiko yang dipikul agen berkaitan dengan imbal jasanya adalah kecil
yang berarti agen mempunyai kepastian yang tinggi mengenai
imbalan yang diterimanya.
Pada kenyataannya informasi simetris itu tidak pernah terjadi,
karena manajer berada di dalam perusahaan sehingga manajer mempunyai
banyak informasi mengenai perusahaan, sedangkan prinsipal sangat jarang
atau bahkan tidak pernah datang ke perusahaan sehingga informasi yang
diperoleh sangat sedikit. Hal ini menyebabkan kontrak efisien tidak pernah
terlaksana sehingga hubungan agen dan prinsipal selalu dilandasi oleh
asimetri informasi. Agen sebagai pengendali perusahaan pasti memiliki
commit to user
14
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
informasi yang lebih baik dan lebih banyak dibandingkan dengan
prinsipal. Di samping itu, karena verifikasi sangat sulit dilakukan, maka
tindakan agen pun sangat sulit untuk diamati. Dengan demikian, membuka
peluang agen untuk memaksimalkan kepentingannya sendiri dengan
melakukan tindakan yang tidak semestinya, dimana tindakan ini dapat
merugikan
prinsipal,
baik
memanfaatkan
aset
perusahaan
untuk
kepentingan pribadi, maupun perekayasaan kinerja perusahaan.
Oleh karena itu, perlu adanya suatu mekanisme pengawasan untuk
meminimumkan
konflik
kepentingan
antara
agen
dan
prinsipal.
Mekanisme pengawasan ini akan menimbulkan suatu biaya yang disebut
dengan agency cost. Biaya keagenan (agency cost) adalah biaya yang
dikeluarkan pemilik untuk mengatur dan mengawasi kerja para manajer
sehingga mereka berkerja untuk kepentingan perusahaan, Terdapat tiga
jenis biaya keagenan (Jansen dan Meckling, 1976), yaitu:
1. Monitoring Cost
Biaya yang timbul dan ditanggung oleh prinsipal untuk memonitor
perilaku agen, yaitu untuk mengukur, mengamati, dan mengontrol
perilaku agen. Contohnya, biaya audit dan biaya untuk menetapkan
rencana kompensasi manajer, pembatasan anggaran, dan aturan-aturan
operasi.
2. Bonding Cost
Biaya yang ditanggung oleh agen untuk menetapkan dan mematuhi
mekanisme yang menjamin bahwa agen akan bertindak untuk
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
15
digilib.uns.ac.id
kepentingan prinsipal. Contohnya, biaya yang dikeluarkan oleh
manajer untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemegang
saham.
3. Residual Loss
Timbul dari kenyataan bahwa tindakan agen kadangkala berbeda dari
tindakan yang memaksimumkan kepentingan prinsipal.
Teori keagenan (agency theory) ditekankan untuk mengatasi dua
permasalahan yang terjadi dalam hubungan keagenan. (1) Masalah
keagenan yang timbul pada saat keinginan-keinginan atau tujuan-tujuan
prinsipal dan agen saling berlawanan dan merupakan hal yang sulit bagi
prinsipal untuk melakukan verifikasi apakah agen telah melakukan sesuatu
yang tepat. (2) Masalah pembagian dalam menanggung resiko yang timbul
dimana prinsipal dan agen memiliki sikap yang berbeda terhadap resiko.
3. Manajemen Laba (Earning Management)
Terdapat beberapa definisi manajemen laba, misalnya Fischer dan
Rozenzweigg (1995) yang mendefinisikan manajemen laba sebagai,
“ …actions of a manager which serve to increase (decrease)
current reported earnings of the unit which the manager is
responsible without generating a corresponding increase
(decrease) in the long term economics profitability of the unit.”
Healy et al (1999) menyatakan bahwa,
“earnings management occurs when managers use judgment in
financial reporting and in structuring transaction to alter financial
reports to either mis lead some stakeholders about the underlying
economic performance of the company, or to influence contractual
commit
user accounting numbers.”
out comes that depend
on to
reported
16
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pengertian tersebut mempunyai dua aspek, (1) Ada banyak cara dimana
manajemen dapat melakukan judgment untuk mempengaruhi laporan
keuangan
mereka.
Sebagai
contoh,
judgment
dibutuhkan
untuk
mengestimasi sejumlah peristiwa ekonomi di masa mendatang yang
tercermin dalam laporan keuangan, seperti usia manfaat dan nilai sisa
aktiva, kewajiban dana pensiun, pajak tangguhan, dan kerugian dari bad
debts dan asset impairements. Manajemen juga harus memilih diantara
metode akuntansi yang diperbolehkan, seperti metode penyusutan dan
metode pencatatan persediaan. (2) Tujuan dari earnings management
adalah untuk menyesatkan penilaian semua atau sebagian stakeholders
mengenai kinerja keuangan perusahaan. Ini muncul bila manajemen yakin
bahwa stakeholders tidak akan mengetahuinya, atau tidak tersedia
informasi untuk outside stakeholders.
Menurut Saputro dan Setiawati (2004), manajemen laba adalah
campur tangan manajemen dalam proses penyusunan laporan keuangan
eksternal guna mencapai tingkat laba tertentu dengan tujuan untuk
menguntungkan dirinya sendiri atau perusahaannya sendiri. Sedangkan
Kusumawati (2009) mendefinisikan earnings management sebagai proses
dengan
sengaja
(dalam
batasan
Generally
Accepted
Accounting
Principles) untuk melaporkan tingkat laba periodik (earnings) sesuai yang
diinginkan.
commit to user
17
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Manajemen laba timbul karena didorong oleh beberapa faktor,
Scott (2000) mengemukakan beberapa motivasi atau insentif manajemen
laba tersebut, antara lain:
a. Bonus Scheme Motivations
Bonus yang hanya didasarkan pada besarnya laba yang dilaporkan
memotivasi manajemen untuk secara opportunistic mengelola laba
tersebut demi memaksimalkan bonus yang mereka dapatkan.
b. Initial Public Offering (IPO)
Informasi keuangan yang disajikan dalam prospektus penawaaran
umum perdana menjadi sumber informasi bagi investor, dan hal ini
menimbulkan kemungkinan manajemen untuk mengatur laba dengan
harapan mendapatkan harga saham yang cukup tinggi.
c. Changes of Chief Executive Officer
CEO yang akan pensiun atau yang akan diganti memiliki motivasi
meningkatkan laba untuk memaksimalkan bonus terakhirnya. Begitu
juga dengan CEO yang kinerjanya buruk, mereka meningkatkan laba
untuk mencegah atau menunda kemungkinan pemecatan.
d. Political Motivations
Perusahaan besar yang aktivitasnya bersinggungan dengan rakyat
banyak, serta perusahaan dalam industri strategis, seperti minyak dan
gas, yang berkaitan dengan isu monopoli cenderung menggunakan
kebijakan dan prosedur akuntansi untuk menurunkan laba yang
commit to user
18
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dilaporkan. Hal ini dilakukan untuk mengurangi visibility mereka atau
dengan kata lain agar perusahaan tidak terlalu disorot publik.
e. Taxation Motivations
Manajemen berusaha mengelola labanya untuk memperoleh tax
saving. Karena semakin besar laba yang diperoleh perusahaan, akan
semakin besar pula pajak yang ditanggung perusahaan tersebut.
f. Other Contractual Motivations
Ada sejumlah kontrak yang memotivasi manajemen untuk melakukan
manajemen laba tetapi yang paling menonjol adalah kontrak pinjaman
jangka panjang. Kontrak pinjaman jangka panjang memiliki perjanjian
(covenants) untuk melindungi para pemberi pinjaman dari tindakan
manajemen yang dapat merugikan mereka, seperti pembagian dividen
yang berlebihan, pinjaman tambahan, dan tindakan lainnya yang
membahayakan kepentingan pemberi pinjaman.
Sedangkan Healy et al (1999) mengklasifikasikannya menjadi tiga
motivasi manajemen laba, yaitu sebagai berikut:
a. Capital Market Motivations
Penggunaan secara luas informasi akuntansi oleh investor dan analisis
keuangan untuk membantu menilai saham dapat menciptakan insentif
bagi manajemen untuk memanipulasi laba dalam usaha mempengaruhi
harga saham.
commit to user
19
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Contracting Motivations
Motivasi ini dibagi menjadi dua, yaitu lending contracts motivations
(sama dengan other contractual motivations) dan management
compensation contracts motivations (sama dengan bonus scheme
motivations).
c. Regulatory Motivations
Motivasi ini terdiri dari: industry regulation motivations, anti-trust dan
other regulations, serta tax planning purposes.
Selanjutnya, dalam melakukan manajemen laba ada berbagai cara,
adapun pola manajemen laba adalah sebagai berikut:
a. Taking a Bath
Manajemen melaporkan kerugian dalam jumlah besar dengan tujuan
melaporkan laba besar di masa yang akan datang, sehingga memeroleh
bonus yang lebih besar (Scott, 2000).
b. Income Minimization
Pola ini hampir sama dengan taking a bath tetapi tidak ekstrim dan
dilakukan dengan menggunakan kebijakan akuntansi yang mengurangi
laba (Scott, 2000).
c. Income Maximization
Pola ini sering dilakukan untuk memaksimalkan laba perusahaan
dengan tujuan agar pihak manajemen mendapat bonus (Scott, 2000).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
20
digilib.uns.ac.id
d. Income Smoothing
Pola meratakan laba dalam rentang bogey (nilai laba minimal tertentu)
dan cap (nilai laba maksimal tertentu) ini bertujuan agar bonus yang
diterima konstan, selain itu investor lebih mnyukai laba yang relatif
stabil (Scott, 2000).
e. Cookie Jar Reverse
Manajemen secara bebas membentuk cadangan di masa booming yang
kemudian digunakan untuk meratakan laba di masa sulit. Di masa
booming tersebut cadangan cenderung diperbesar sehingga dapat
digunakan pada saat perusahaan mengalami kerugian ataupun
penurunan laba agar perusahaan tidak terlihat jelek (C. Mulford dan E.
Commiskey 2002 dalam Yuliana 2007).
f. Revenue Recognition
Penjualan di masa depan diakui sebagai penjualan pada periode
berjalan dan atau menggeser biaya penjualan periode berjalan ke
periode akan datang untuk menghasilkan laba pada tahun berjalan
lebih tinggi atau sebaliknya (C. Mulford dan E. Commiskey 2002
dalam Yuliana 2007).
4. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 46
Pada tahun 1997 Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menerbitkan
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) no. 46 yang mengatur
tentang akuntansi pajak penghasilan (PPh). PSAK no. 46 diberlakukan
commit to user
21
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
secara efektif mulai tanggal 1 Januari 1999 bagi perusahaan publik, dan
mulai tanggal 1 Januari 2001 bagi perusahaan lainnya.
PSAK no. 46 diterbitkan untuk meningkatkan kualitas pelaporan
keuangan yang berkaitan dengan pajak penghasilan. Alokasi pajak antar
periode berdasarkan pada PSAK no. 46 diharapkan dapat menghasilkan
laporan keuangan yang lebih berkualitas dibanding pada peraturan
sebelumnya, yaitu PSAK no. 16 paragraf 77;
“Apabila perusahaan memilih untuk menghitung pajak
penghasilan menurut laba akuntansi, selisih perhitungan tersebut
dengan hutang pajak (yang dihitung menurut laba kena pajak),
yang disebabkan "perbedaan waktu" pengakuan pendapatan dan
beban untuk tujuan akuntansi dengan tujuan pajak, ditampung
dalam akun "pajak penghasilan yang ditangguhkan",
dikelompokkan sebagai bagian dari aktiva lain-lain dan
dialokasikan pada beban kena pajak penghasilan tahun-tahun
mendatang.”
Perbedaan pokok antara PSAK no. 46 dengan PSAK no. 16
paragraf 77 adalah bahwa
PSAK no. 46 mengatur akuntansi pajak
penghasilan menggunakan dasar akrual, yang secara komprehensif
menerapkan pendekatan aktiva-kewajiban (asset-liability approach),
sedangkan alokasi pajak antar periode berdasarkan PSAK no. 16 paragraf
77 dilakukan dengan pendekatan laba-rugi (income-statement approach).
Peraturan pada PSAK no. 46 secara prinsip tidak berbeda dengan
standar yang berlaku di Amerika Serikat, Statements of Financial
Accounting Standard (SFAS) no. 109 (1992) dan di Eropa, International
Accounting Standard (IAS) no. 12 (revisi 1998). Penerapan peraturan baru
commit to user
22
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
ini membawa perubahan fundamental yang cukup signifikan (Tanusdjaja,
2006), yaitu:
a. Perusahaan harus mengakui aktiva (kewajiban) pajak tangguhan
apabila memenuhi kriteria tertentu sebagaimana diatur oleh standar.
b. Perusahaan harus mengungkapkan perbedaan temporer akuntansi dan
fiskal, yang terdiri dari berbagai komponen utama informasi pajak
tangguhan sebagai unsur pembentuk aktiva (kewajiban) pajak
tangguhan.
c. Perusahaan diperbolehkan membentuk akun penyisihan penilaian
(valuation allowance account) aktiva pajak tangguhan apabila besar
kemungkinan aktiva pajak tangguhan tidak dapat direalisasi (more
likely than not).
5. Aktiva Pajak Tangguhan
a. Pengertian
Menurut PSAK no. 46, pajak tangguhan dibedakan menjadi
dua, yaitu:
1) Kewajiban pajak tangguhan (deferred tax liabilities), merupakan
jumlah penghasilan pajak terutang (payable) untuk periode
mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer kena pajak.
2) Aktiva pajak tangguhan (deferred tax asset), merupakan jumlah
pajak
penghasilan
terpulihkan
commit to user
(recoverable)
pada
periode
23
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
mendatang sebagai akibat adanya perbedaan temporer yang boleh
dikurangkan dan sisa kompensasi kerugian.
Perbedaan temporer timbul karena adanya perbedaan peraturan
dalam perhitungan laba komersial/akuntansi dengan laba fiskal.
Perbedaan temporer (temporary differences) adalah perbedaan antara
jumlah tercatat aktiva atau kewajiban dengan DPP-nya (Dasar
Pengenaan Pajak). Perbedaan temporer dapat berupa:
1) Perbedaan temporer kena pajak (taxable temporary differences)
Merupakan perbedaan temporer yang menimbulkan suatu jumlah
kena pajak (taxable amounts) dalam penghitungan laba fiskal
periode mendatang pada saat nilai tercatat aktiva dipulihkan
(recovered) atau nilai tercatat kewajiban tersebut dilunasi (settled).
2) Perbedaan
temporer
yang
boleh
dikurangkan
(deductible
temporary differences)
Merupakan perbedaan temporer yang menimbulkan suatu jumlah
yang boleh dikurangkan (deductible amounts) dalam penghitungan
laba fiskal periode mendatang pada saat nilai tercatat aktiva
dipulihkan (recovered) atau nilai tercatat kewajiban tersebut
dilunasi (settled).
b. Pengakuan
Berdasarkan PSAK No. 46 paragraf 21, aktiva pajak tangguhan
commituntuk
to userseluruh perbedaan temporer yang
(deferred tax assets) diakui
24
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
boleh dikurangkan, sepanjang besar kemungkinan perbedaan temporer
yang
boleh
dikurangkan
tersebut
dapat
dimanfaatkan
untuk
mengurangi laba fiskal pada masa yang akan datang, kecuali aktiva
pajak tangguhan yang timbul dari :
1) goodwill negatif yang diakui sebagai pendapatan tangguhan sesuai
dengan PSAK 22 tentang Akuntansi Penggabungan Usaha; atau
2) pengakuan awal aktiva atau kewajiban pada suatu transaksi yang :
a) bukan transaksi penggabungan usaha; dan
b) tidak mempengaruhi baik laba akuntansi maupun laba fiskal.
c. Penilaian Kembali
Pada setiap tanggal neraca, perusahaan menilai kembali aktiva
pajak tangguhan yang tidak diakui. Perusahaan mengakui aktiva pajak
tangguhan yang sebelumnya tidak diakui apabila besar kemungkinan
bahwa laba fiskal pada masa yang akan datang akan tersedia untuk
pemulihannya.
Sebagai
contoh,
perekonomian
meningkatkan
perbaikan
kemampuan
dalam
perusahaan
kondisi
untuk
menghasilkan laba fiskal dalam jumlah yang memadai pada periode
mendatang aktiva pajak tangguhan yang sebelumnya tidak diakui
menjadi memenuhi kriteria pengakuan (PSAK No. 46 paragraf 28).
Apabila dalam menilai kembali terdapat bukti bahwa laba
fiskal tidak mungkin memadai untuk mengkompensasi sebagian atau
semua aktiva pajak tangguhan, maka perusahaan harus menurunkan
commit to user
25
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
nilai tercatat aktiva pajak tangguhan. Penurunan tersebut harus
disesuaikan kembali apabila besar kemungkinan laba fiskal memadai
(PSAK No. 46 paragraf 35).
6. Valuation Allowance Account (VAA) Pajak Tangguhan
Realisasi aktiva pajak tangguhan (deffered tax asset) akan terjadi di
masa depan. Apabila berdasarkan bukti yang ada, aktiva pajak tangguhan
besar kemungkinannya (lebih dari 50%) tidak dapat direalisasi, maka
harus diturunkan nilainya dengan membentuk penyisihan (allowance)
yang dibebankan pada periode berjalan (SFAS No. 109). Valuation
Allowance Account merupakan akun penyisihan nilai sebagai contra
account aktiva pajak tangguhan, dan digunakan untuk menyesuaikan nilai
tercatat aktiva pajak tangguhan, sesuai dengan besar kemungkinan (more
likely than not) realisasinya (Tanusdjaja, 2006).
Penerapan kriteria “more likely than not” dapat menimbulkan
diskresi manajer, karena standar akuntansi tidak menetapkan secara baku
bagaimana menghitung VAA pajak tangguhan (Frank dan Rego, 2006).
SFAS 109 hanya memberikan pedoman dalam menentukan VAA dengan
mengidentifikasi empat sumber penghasilan kena pajak yang dapat
digunakan untuk merealisasi aktiva pajak tangguhan, diantaranya:
1. Pembalikan kemudian terhadap pos-pos perbedaan temporer yang ada
(future reversals of existing temporary differences)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
26
digilib.uns.ac.id
Sumber ini sangat tergantung pada laba masa depan, tetapi masih
dianggap cukup obyektif karena berbasis perbedaan temporer yang
telah ada pada masa sebelumnya.
2. Potensi penghasilan kena pajak masa depan (future taxable income)
Sumber ini dianggap sangat subyektif karena berdasarkan
justifikasi manajemen terhadap berbagai asumsi seperti, kondisi
ekonomi dan persaingan dalam menyusun proyeksi kinerja laba masa
depan.
3. Penghasilan kena pajak pada tahun sebelumnya (taxable income in
prior carryback years if carryback is permitted)
Sumber ini dapat dinilai obyektif, karena tidak menggunakan
asumsi laba masa depan, tapi menggunakan transaksi masa lalu yang
terjadi.
4. Strategi perencanaan pajak perusahaan (tax planning strategies)
Sumber ini juga memerlukan banyak pertimbangan subyektif
manajemen dalam strukturisasi transaksi yang dapat menimbulkan
efisiensi perpajakan, sehingga dapat menciptakan laba kena pajak
masa depan untuk merealisasikan aktiva pajak tangguhan tersebut.
Standar akuntansi tersebut juga memberikan contoh bukti positif
dan negatif yang dapat menjadi pertimbangan dalam memperkirakan laba
masa depan (Jung dan Pulliam, 2006). Bukti positif, yang mengurangi
kebutuhan akan VAA, terdiri dari kontrak penjualan dan pesanan yang
commit to user
27
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
masih ada, laba historis yang kuat, dan aset dengan nilai pasar lebih dari
nilai buku. Sedangkan bukti negatif, yang mendorong dibentuknya atau
ditingkatkannya VAA, terdiri dari, kerugian tahun berjalan yang
dipindahkan, sejarah kerugian atau kadaluwarsa rugi fiskal yang masih
berlaku, dan peramalan kerugian terhadap periode-periode mendatang.
Standar akuntansi menyikapi ketentuan yang tidak baku tentang
realisasi aktiva pajak tangguhan dengan mengandalkan pertimbangan
manajer, yang memberikan batasan perkiraan kemampuan laba masa
depan dalam merealisasi aktiva pajak tangguhan. Manajer akan
menggunakan informasinya, di bawah ketentuan standar akuntansi, untuk
membuat pernyataan kemungkinan realisasi aktiva pajak tangguhan dan
untuk menetapkan VAA (Kumar dan Visvanathan, 2001).
2. Penelitian Terdahulu
Secara ringkas, penelitian-penelitian yang telah dilakukan mengenai
manajemen laba melalui VAA disajikan pada tabel di bawah ini:
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Peneliti
Setting dan Variabel
Gregory S. Miller Amerika, 1992-1994.
Motivasi dan Hasil Penelitian
Motivasi:
dan Douglas J.
200 sampel di Compustat. Pemanfaatan VAA untuk tujuan
Skinner.
Variabel:
manajemen laba, di bawah
1998.
Kewajiban dan
peraturan SFAS No. 109.
penyisihan (VAA) pajak
Hasil:
tangguhan, ekspektasi
Menunjukkan bahwa faktor-faktor
commit to user
28
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
penghasilan pajak kena
atau kriteria yang tercantum dalam
pajak, tingkat hutang, dan SFAS No. 109 mempunyai
perubahan laba.
pengaruh yang signifikan terhadap
tingkat VAA perusahaan.
Terdapat bukti yang lemah VAA
digunakan untuk manajemen laba,
ditunjukkan dengan tingkat hutang
dan proksi income smoothing tidak
berpengaruh pada penilaian VAA.
Christine C.
Amerika, 1995-1997.
Motivasi:
Bauman, Mark P. 122 sampel di Fortune
Dugaan VAA sebagai media
Bauman, dan
manajemen laba untuk
500.
Robert F. Halsey.
2000.
menghindari kerugian,
Variabel:
menghindari penurunan laba,
Perubahan VAA dan efek menghindari kesalahan ramalan
laba/penghasilan kena
laba oleh analis (analyst forecast),
pajak.
dan untuk tujuan taking a bath.
Tidak semua perubahan VAA
berpengaruh pada penghasilan
kena pajak, jadi menurutnya ETR
reconciliation proksi paling tepat
untuk mengukur efek perubahan
VAA pada income tax.
Hasil:
Tidak menemukan bukti tindakan
earning management, perubahan
VAA yang dilakukan oleh
perusahaan konsisten pada
ketentuan SFAS No. 109.
commit to user
29
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
David
Amerika, 1993-1998.
Motivasi:
Burgstahler, W.
482 sampel di Compustat. VAA dapat meningkatkan laba
Brooke Elliott,
Variabel:
yang dilaporkan, oleh karena itu
dan Michelle
Perubahan VAA, dan
terdorong untuk melakukan
Hanlon. 2002.
variabel penjelas dalam
penelitian tindakan manajemen
ekspektasi penghasilan
laba dengan menggolongkan
kena pajak masa depan
perusahaan menjadi small scaled
(kewajiban pajak
profits dan small scaled losses.
tangguhan, return on
Hasil:
asset, dan rasio market-
Manajer memanipulasi aktiva
to-book)
pajak tangguhan untuk menaikkan
laba dan menghindari kerugian.
Perusahaan berlaba kecil (small
scaled profit) menurunkan VAA
pada jumlah yang besar untuk
meningkatkan laba. Sedangkan
perusahaan rugi kecil (small
scalled loss) memanipulasi VAA
untuk menghindari kerugian.
Catherine M.
Amerika, 1993.
Schrand dan M.
285 sampel di Compustat. Perbankan mempunyai
H. Franco Wong.
2003.
Motivasi:
kesempatan yang besar untuk
Variabel:
melakukan manajemen laba
Komponen aktiva pajak
melalui VAA karena mempunyai
tangguhan, VAA, CAR,
aktiva pajak tangguhan besar.
dan realisasi laba masa
Hasil:
depan.
Penelitian yang bertujuan menguji
tindakan perataan laba pada
perusahaan berdasarkan dua
insentif capital market based,
commit to user
yaitu analyst forecast dan target
30
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
laba historis, menunjukkan adanya
tindakan perataan laba oleh
perusahaan perbankan yang
dilakukan karena insentif dari
ramalan laba oleh para analis
(analyst forecast).
Hendang
Indonesia, 2000-2003.
Tanusdjaja. 2006. 163 sampel di BEJ.
Motivasi:
Mengembangkan penelitian
Variabel:
tentang hubungan pajak tangguhan
Perubahan VAA, harga
dengan saham, manajemen laba,
saham, arus kas dan laba
dan profitabilitas masa depan.
masa depan, dan
Hasil:
profilabilitas.
Aktiva pajak tangguhan
mempunyai hubungan positif
dengan harga saham.
Perubahan VAA mempunyai
hubungan dengan laba operasi dan
arus kas masa depan.
Perubahan VAA digunakan untuk
melakukan tindakan manajemen
laba untuk memperkecil pelaporan
kerugian dan penurunan laba.
Mary Margaret
Amerika, 1993-2002.
Motivasi:
Frank dan Sonja
194 sampel di Compustat. Menjembatani perbedaan pada
Olhoft Rego.
Variabel:
penelitian terdahulu yang
2006.
Perubahan diskresioner
mempunyai hasil yang berbeda
VAA, laba historis, laba
pada jenis perusahaan yang
saat ini, dan ramalan laba. berbeda, dengan meneliti tindakan
manajemen laba di sekitar tiga
target laba pada berbagai jenis
commit to user
31
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perusahaan.
Hasil:
Menunjukkan tindakan earnings
smoothing hanya dilakukan karena
insentif dari analyst forecast,
tetapi tidak ada bukti bahwa VAA
digunakan untuk perataan laba
pada laba positif dan laba historis.
Theodore E.
Amerika, 1996-1998.
Motivasi:
Christensen,
444 sampel di Compustat. Kemudahan dalam menentukan
Gyung H. Paik,
Variabel:
dan menyesuaikan VAA, memberi
dan Earl K. Stice. VAA, kewajiban pajak
peluang manajemen memperbesar
2007.
tangguhan, laba, market
VAA untuk melakukan big bath
value, dan distress.
menjadi lebih besar.
Hasil:
VAA tidak digunakan untuk
melakukan big bath. Ditunjukkan
bahwa mayoritas perusahaan
menetapkan VAA lebih tinggi dari
yang diperkirakan karena
mempunyai informasi bahwa
kinerja perusahaan pada periode
berikutnya lebih rendah.
3. Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis
1. Kerangka Pemikiran
Sesuai dengan telaah literatur yang telah dikemukakan di atas, dapat
dikembangkan suatu kerangka pemikiran sebagai dasar penentuan
commit to user
32
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
hipotesis, kerangka pemikiran disajikan dalam bentuk diagram skematik
sebagai berikut:
Variabel Independen
Variabel Dependen
Target Laba Perusahaan:
Perubahan Diskresioner
VAA

Laba Positif

Peningkatan Laba
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1 menunjukkan bahwa variabel independen berupa dua target
laba mempengaruhi perubahan diskresioner VAA sebagai variabel
dependennya. Penjelasan lebih lanjut tentang hubungan variabel
independen dan dependen dapat dilihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Skema Target Laba dan Manajemen Laba
Target Laba (Earnings Targets)
Melaporkan laba positif
Melaporkan kenaikan laba
Proksi : PMEPS
Proksi : PM∆EPS
Tindakan Manajemen Laba
(Earnings Management
Behavior)
PMEPS << T
PM∆EPS << T
Jauh di bawah
target laba
↑ VAA, earnings bath
↓ VAA, perataan laba
PMEPS < T
PM∆EPS < T
Di bawah
target laba
↓ VAA, mencapai
target laba
PMEPS >> T
PM∆EPS >> T
Di atas
target laba
↑ VAA, perataan laba
dan cookie jar
Sumber: Penelitian Frank dan Rego (2006)
commit
to user
perpustakaan.uns.ac.id
33
digilib.uns.ac.id
Gambar 2.2 menjelaskan tentang dua target laba perusahaan, beserta
pengklasifikasian perusahaan berdasarkan posisi premanaged earnings,
dan tindakan manajemen laba yang diambil perusahaan untuk mencapai
earnings targets tersebut.
2. Pengembangan Hipotesis
Manajemen laba timbul karena adanya informasi asimetri antara
prinsipal dan agen, yang diantara keduanya memiliki kepentingan yang
berbeda. Manajemen (agen) memiliki informasi lebih banyak tentang
perusahaan karena agen yang diberi wewenang oleh prinsipal untuk secara
langsung mengelola perusahaannya. Manajemen dapat dengan mudah
mengelola laba yang disajikan pada laporan keuangannya untuk
menampilkan kinerja yang baik pada prinsipal, sehingga manajemen
mendapat bonus yang maksimal (Indriana, 2009).
Manajemen laba dicapai melalui kebebasan manajer terhadap
pilihan pengukuran dan pengakuan laba akuntansi dan aliran kas operasi
yang didasarkan pada PABU (Djamaluddin dkk, 2007). SFAS No. 109
menyediakan kebebasan itu pada pembentukan VAA pajak tangguhan.
Pembentukan VAA dilakukan dengan tujuan untuk mengurangi nilai
tercatat aktiva pajak tangguhan yang dinilai manajemen tidak dapat
direalisasi pada periode mendatang. Penilaian dan perkiraan manajemen
tentang realisasi aktiva pajak tangguhan dalam pembentukan VAA harus
mempertimbangkan empat sumber penghasilan kena pajak yang dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
34
digilib.uns.ac.id
digunakan untuk merealisasi aktiva pajak tangguhan, serta bukti positif
dan bukti negatif yang dapat dipertimbangkan dalam memperkirakan laba
masa depan, seperti yang tercantum dalam SFAS No. 109. Namun
ketentuan tersebut mengandung subjektivitas karena tidak ada ukuran yang
pasti dalam menentukan besarnya VAA, standar akuntansi hanya
mengandalkan informasi pribadi manajemen (Kumar dan Visvanathan,
2001). Sesuai dengan asumsi dalam teori akuntansi positif yang
berpendapat bahwa manajemen akan lebih mementingkan untuk
memenuhi kepuasan pribadi daripada orang lain atau perusahaan (Januarti,
2004), maka VAA aktiva pajak tangguhan tersebut dimanfaatkan oleh
manajemen untuk melakukan manajemen laba (Burgstahler et al, 2002;
Schrand dan Wong, 2003; Phillips et al, 2004; Frank dan Rego, 2006).
VAA pajak tangguhan dipandang sebagai peluang terakhir yang
mungkin digunakan manajer untuk aktivitas manajemen laba (Dhaliwal et
al, 2004), karena perubahan VAA berdampak langsung pada laba bersih
(bottom-line earnings) (Miller dan Skinner, 1998). Naiknya VAA berarti
menaikkan beban pajak tangguhan dengan mengurangi keuntungan pajak
sehingga laba menurun, sedangkan penurunan dalam VAA juga
menurunkan beban pajak tangguhan dengan mengurangi biaya pajak, dan
kemudian dapat menaikkan laba akuntansi (Djamaluddin dkk, 2007).
Para peneliti sebelumnya menganggap posisi laba perusahaan di
sekitar batas pelaporan laba (earnings threshold) menjadi insentif
manajemen laba oleh suatu perusahaan. Penelitian ini meneliti manajemen
commit to user
35
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
laba pada dua earnings threshold/earnings targets, yaitu melaporkan laba
positif dan peningkatan laba, yang diukur dengan laba sebelum adanya
manajemen (premanaged earnings). Sesuai dengan penelitian sebelumnya
(Frank dan Rego, 2006) perusahaan diklasifikasikan menjadi tiga
golongan berdasarkan posisi premanaged earnings dalam mencapai
earnings targets, yaitu premanaged earnings jauh di bawah target,
premanaged earnings di bawah targets, dan premanaged earnings di atas
target.
Perusahaan dengan premanaged earnings jauh di bawah target laba
akan meningkatkan VAA untuk melakukan earnings bath atau
menurunkan VAA untuk meratakan laba (Frank dan Rego, 2006). Menurut
Healy (1985) ketika target laba tidak bisa dicapai dengan meningkatkan
akrual maka akrual diturunkan untuk membentuk earnings bath. Hal itu
didukung oleh pendapat Christensen et al (2008) bahwa perusahaan yang
meningkatkan VAA dengan nominal yang lebih besar dari yang
diperlukan diduga perubahan VAA tersebut digunakan untuk membentuk
big bath. Pola manajemen laba semacam ini biasanya terjadi selama
periode pada saat terjadinya reorganisasi seperti adanya pergantian CEO
baru (Scott, 2000). Jika manajer merasa harus melaporkan kerugian maka
ia akan melaporkan dalam jumlah yang
besar. Dengan tindakan ini,
manajer berharap dapat meningkatkan laba yang akan datang dan
kesalahan atas kerugian perusahaan dapat dilimpahkan kepada manajer
lama.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
36
digilib.uns.ac.id
Perusahaan yang mempunyai premanaged earnings di bawah target
laba akan menurunkan VAA untuk meningkatkan pelaporan laba guna
mencapai target laba (Frank dan Rego, 2006). Perusahaan akan
meningkatkan akrualnya (income-increasing accruals) ketika target laba
dapat dicapai dengan akrual tersebut (Healy, 1985). Pada penelitian
Burgstahler et al (2002) menunjukkan bahwa perusahaan yang mempunyai
laba kecil (small scaled profit) dan rugi kecil (small scaled loss) akan
menurunkan VAA untuk meningkatkan laba dan menghindari kerugian.
Sedangkan perusahaan dengan premanaged earnings di atas target
laba akan meningkatkan VAA untuk meratakan laba (income smoothing)
dan membentuk cookie jar (Frank dan Rego, 2006). Temuan ini didukung
oleh Schrand dan Wong (2003) dalam penelitiannya yang membuktikan
adanya income smoothing dengan menggunakan VAA untuk mencapai
dua target laba, yaitu peningkatan laba dan mencapai ramalan laba analis.
Berdasarkan uraian dan literatur di atas, penelitian yang berfokus
pada tiga tindakan manajemen laba (mencapai target laba, perataan laba,
dan earnings bath) dalam mencapai dua target laba (melaporkan laba
positif dan peningkatan laba), penelitian ini mengembangkan hipotesis
sebagai berikut:
H1 :
Perubahan diskresioner VAA bermanfaat untuk mendeteksi
manajemen laba untuk melaporkan laba positif.
H2 :
Perubahan diskresioner VAA bermanfaat untuk mendeteksi
manajemen laba untuk melaporkan peningkatan laba.
commit to user
37
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian tentang earnings management via VAA ini termasuk jenis
penelitian explanatory dengan pendekatan kuantitatif karena berusaha
menjelaskan hubungan antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis,
sedangkan data yang digunakan secara umum berupa angka-angka yang
dihitung melalui statistik.
Penelitian explanatory menjelaskan hubungan antar variabel dan
pengujian hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya. Oleh karena itu,
jangkauan penelitian ini berusaha memberikan gambaran tentang penggunaan
VAA untuk melakukan manajemen laba dan motivasi tindakan manajemen
laba yang berasal dari target laba perusahaan, yaitu melaporkan laba positif
dan peningkatan laba.
B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel
Populasi adalah kelompok keseluruhan orang, peristiwa atau sesuatu
yang ingin diselidiki oleh peneliti (Sekaran, 2006). Populasi dalam penelitian
ini adalah perusahaan non-manufaktur yang menyediakan cadangan penilaian
aktiva pajak tangguhan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia (BEI) dari
tahun 2007-2009 yang dipublikasikan melalui website www.idx.co.id.
commit to user
38
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sampel merupakan beberapa anggota atau suatu bagian (subset) dari
populasi. Hal ini mencakup sejumlah anggota yang dipilih dari populasi.
Sehingga sebagaian elemen dari populasi merupakan sampel. Teknik
pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan metode
purposive sampling dengan tujuan mendapatkan sampel yang representatif
sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Kriteria perusahaan yang dijadikan
sampel dalam penelitian ini adalah :
1. Perusahaan non-manufaktur yang menyediakan cadangan penilaian aktiva
pajak tangguhan yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia dan
mempublikasikan laporan keuangannya dari tahun 2007-2009
2. Perusahaan menerapkan periode pelaporan akuntansi 01 Januari - 31
Desember
3. Perusahaan
memiliki
pengungkapan
rinci
pajak
tangguhan
dan
komponennya pada laporan keuangan auditan.
4. Perusahaan memiliki akun cadangan penilaian pajak tangguhan dengan
selisih antara periode berjalan dengan periode sebelumnya tidak sama
dengan nol (∆VAA≠0).
C. Sumber Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data
sekunder merupakan sumber data yang mengacu pada informasi yang
dikumpulkan dari sumber yang telah ada (Sekaran, 2006). Sumber data dari
penelitian ini adalah annual report perusahaan dari tahun 2007-2009 yang
commit to user
39
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dipublikasikan melalui website www.idx.co.id dan Indonesian Capital Market
Directory (ICMD).
D. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Penelitian ini menggunakan dua tahapan analisis. Tahap pertama
dilakukan untuk mengetahui apakah manajemen melakukan discretionary
dalam menentukan besarnya perubahan pada valuation allowance account.
Tahap kedua dilakukan untuk mengetahui apakah discretionary tersebut
termotivasi oleh target perusahaan untuk melaporkan laba positif dan
melaporkan peningkatan laba.
1. Perubahan Diskresioner VAA (Discretionary Change in VAA)
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah perubahan
diskresioner VAA (D∆VAA), dengan menggunakan rumus yang
dikembangkan oleh Frank dan Rego (2006). Rumus tersebut tersaji dalam
persamaan regresi sebagai berikut:
∆VAAit = β1∆DTAit + β2∆DTLit + β3∆HEPSit + β4∆EPSit + β5∆FEPSit +
β6HEPSit + β7∆MTBit + εit
Nilai perubahan diskresioner VAA diperoleh dari residu hasil regresi
persamaan di atas.
commit to user
40
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keterangan:
VAAit
=
valuation allowance account perusahaan i pada tahun t,
dibagi CSO
∆VAAit
=
(VAAit – VAAi(t-1)) / CSO
∆DTAit
=
perubahan aktiva pajak tangguhan perusahaan i dari tahun
t-1 ke t, dibagi CSO
∆DTLit
=
perubahan kewajiban pajak tangguhan perusahaan i dari
tahun t-1 ke t, dibagi CSO
∆HEPSit =
(laba sebelum pajakt-1 / CSOt-1) - (laba sebelum pajakt-2 /
CSOt-2) pada perusahaan i
∆EPSit
=
(laba sebelum pajakt / CSOt) - (laba sebelum pajakt-1 /
CSOt-1) pada perusahaan i
∆FEPSit =
(laba sebelum pajakt+1 / CSOt+1) - (laba sebelum pajakt /
CSOt) pada perusahaan i
HEPSit
=
(laba sebelum pajakt-1 / CSOt-1) + (laba sebelum pajakt-2 /
CSOt-2) pada perusahaan i
∆MTBit =
(nilai pasar ekuitast / nilai buku ekuitast) - (nilai pasar
ekuitast-1 / nilai buku ekuitast-1)
Rumus untuk menghitung perubahan diskresioner VAA di atas
dibuat berdasarkan ketentuan yang terdapat pada SFAS 109. Standar
tersebut mewajibkan pembentukan VAA untuk mengurangi aktiva pajak
tangguhan yang kemungkinan besar tidak dapat direalisasi. Oleh karena
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
41
digilib.uns.ac.id
itu, jumlah aktiva pajak tangguhan menjadi dasar penentuan jumlah VAA.
Jadi jika aktiva pajak tangguhan meningkat (∆DTA), maka VAA juga
meningkat (β1 > 0).
Pada rumus tersebut terdapat pengukuran sumber pendapatan kena
pajak yang harus dipertimbangkan manajer dalam mengevaluasi
kemungkinan realisasi DTA sesuai ketentuan standar. Sumber-sumber
tersebut terdiri dari: pembalikan kemudian dari kewajiban pajak
tangguhan, pendapatan kena pajak pada periode sebelumnya, strategi
perencanaan pajak, dan ekspektasi pendapatan kena pajak masa depan.
Pembalikan kemudian dari kewajiban pajak tangguhan diproksikan
dengan perubahan kewajiban pajak tangguhan (∆DTL), peningkatan DTL
diharapkan akan menurunkan VAA (β2 < 0). Pendapatan kena pajak pada
periode sebelumnya diproksikan dengan perubahan laba sebelum pajak
dari tahun t-2 ke t-1 (∆HEPS), peningkatan laba historis ini akan
menurunkan VAA (β3 < 0). Sedangkan perubahan laba sebelum pajak dari
tahun t-1 ke t (∆EPS) dapat memproksikan laba historis dan ekspektasi
manajer terhadap laba masa depan. Perubahan laba sebelum pajak dari
tahun t ke t+1 (∆FEPS) juga memproksikan ekspektasi manajer terhadap
laba masa depan. Peningkatan ekspektasi laba kena pajak masa depan
membuat manajer mengurangi VAA (β4 < 0, β5 < 0).
Karena ekspektasi laba masa depan bersifat subyektif, maka SFAS
109 memberikan contoh bukti yang harus dipertimbangkan manajer dalam
menentikan laba masa depan. Standar tersebut menyebutkan bahwa laba
commit to user
42
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
historis yang kuat dan/atau penilaian asset bersih yang signifikan menjadi
bukti positif bahwa perusahaan tidak membutuhkan VAA. Oleh karena itu,
seperti penelitian sebelumnya (Frank dan Rego, 2006), peneliti
memasukkan rata-rata laba historis (HEPS) sebagai proksi laba historis
perusahaan, dan perubahan rasio market-to-book (∆MTB) sebagai proksi
perubahan nilai asset bersih perusahaan. Jika pengukuran tersebut
meningkat, maka diharapkan VAA akan menurun (β6 < 0, β7 < 0).
2. Target Laba (Earnings Targets)
Variabel independen dalam penelitian ini adalah target laba
perusahaan, yang terdiri dari:
a. Melaporkan laba positif
Laba positif diproksikan dengan premanaged earnings per
share (PMEPS), yaitu laba per lembar saham sebelum perubahan
diskresioner pada VAA, dengan rumus:
PMEPSit = (NIit / CSOit) + D∆VAAit
b. Melaporkan peningkatan laba
Peningkatan laba diproksikan dengan premanaged change in
earnings per share (PM∆EPS), yaitu perubahan laba per lembar saham
sebelum perubahan diskresioner pada VAA, dengan rumus:
PM∆EPSit = [(NIit – NIit-1)/ CSOit] + D∆VAAit
commit to user
43
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
dimana:
NIit
=
laba bersih perusahaan i pada tahun t
CSOit
=
jumlah saham beredar perusahaan i pada tahun t
D∆VAAit =
perubahan diskresioner VAA perusahaan i pada
tahun t
Gambar 3.1 Premanaged Earnings pada Dua Target Laba
Premanaged EPS (PMEPS)
PMEPS << T = 1
-0,05
PMEPS < T = 1
PMEPS >> T = 1
0,05
0
Earning Target Range
Premanaged Change in EPS (PM∆EPS)
PM∆EPS << T = 1
PM∆EPS < T = 1
-0,05
0
PM∆EPS >> T = 1
0,05
Earning Target Range
Sama seperti penelitian terdahulu (Frank dan Rego, 2006), peneliti
mengklasifikasikan premanaged earnings tersebut menjadi tiga (gambar
3.1), yaitu jauh di bawah earnings targets (PMEPS << T, PM∆EPS <<
T), di bawah earnings targets (PMEPS < T, PM∆EPS < T), dan di atas
to user > T).
earnings targets (PMEPS commit
> T, PM∆EPS
perpustakaan.uns.ac.id
44
digilib.uns.ac.id
E. Metode Analisis Data
Dalam pengujian hipotesis yang diajukan dalam penelitian, penulis
menggunakan metode analisis regresi berganda untuk mengetahui pengaruh
antara variabel independen dan variabel dependen. Pengujian hipotesis
dilakukan dengan bantuan program Statistical Product and Service Solution
(SPSS) for windows versi 17.0. Dalam penelitian ini dilakukan beberapa
pengujian, antara lain:
1. Uji Normalitas Data
Tujuan dilakukannya uji normalitas data adalah untuk menguji apakah
variabel dependen dan variabel independen dalam model memiliki
distribusi normal ataukah tidak. Untuk pengujian normalitas, peneliti
menggunakan uji Kolmogorov Smirnov. Kriteria yang digunakan adalah
pengujian dua arah (two tailed test), yaitu dengan membandingkan p value
yang diperoleh dengan taraf signifikansi yang digunakan. Dalam
penelitian ini menggunakan taraf signifikansi 0,05. Jika nilai p value >
0,05 maka data terdistribusi normal.
2. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
ditemukan adanya korelasi antar variabel independen (Ghozali, 2005).
Model yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel
independennya. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas
commit to user
45
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
di dalam model, dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation
Factor (VIF). Tolerance mengukur variabilitas variabel independen
terpilih yang tidak dijelaskan variabel independen lainnya. Nilai
tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF
= 1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan
adanya multikolinieritas adalah nilai Tolerance > 0,1 dan nilai VIF <
10.
b. Uji Autokorelasi
Uji ini digunakan untuk melihat apakah di dalam model linear ada
korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Autokorelasi muncul
karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama
lain. Masalah tersebut timbul karena residual (kesalahan pengganggu)
tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya (Ghozali, 2005).
Model yang baik adalah model yang bebas dari autokorelasi. Untuk
menguji
ada
tidaknya
masalah
autokorelasi,
peneliti
akan
menggunakan uji Durbin-Watson (DW test). Kemudian nilai DurbinWatson hitung (d) yang diperoleh dari hasil pengujian akan
dibandingkan dengan nilai tabel Durbin-Watson.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya
commit to user
46
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
heteroskedastisitas dalam model, peneliti akan melakukan Uji Park
dengan meregresi nilai logaritma dari kuadrat residual (LnU2i)
terhadap variabel independen (Ghozali, 2005).
3. Uji Hipotesis
Analisis regresi linear berganda adalah analisis regresi linear digunakan
untuk menguji hubungan antara dua atau lebih variabel dependen dengan
himpunan variabel independen yang ditampilkan dalam bentuk persamaan
regresi kemudian dilakukan pengujian koefisien regresi secara simultan
(uji F), pengujian ketepatan (Goodness of Fit/R2), dan pengujian koefisien
regresi parsial (uji-t). Sesuai dengan kerangka pemikiran dan pengajuan
hipotesis di atas maka hipotesis akan di uji dengan persamaan regresi
sebagai berikut:
D∆VAAit = β1PMEPS<<Tit + β2PM∆EPS<<Tit + β3PMEPS<Tit +
β4PM∆EPS<Tit + β5PMEPS>>Tit + β6PM∆EPS>>Tit + εit
Dimana:
D∆VAAit
=
PMEPS<<T
= variabel dummy sama dengan 1 jika PMEPS lebih
kecil dari -0,05; sama dengan 0 jika tidak.
perubahan diskresioner VAA perusahaan i pada tahun t
PM∆EPS<<T =
variabel dummy sama dengan 1 jika PM∆EPS lebih
kecil dari -0,05; sama dengan 0 jika tidak.
PMEPS<T
variabel dummy sama dengan 1 jika PMEPS lebih
besar dari -0,05 dan lebih kecil dari 0; sama dengan 0
jika tidak.
=
commit to user
47
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
PM∆EPS<T
= variabel dummy sama dengan 1 jika PM∆EPS lebih
besar dari -0,05 dan lebih kecil dari 0; sama dengan 0
jika tidak.
PMEPS>>T
= variabel dummy sama dengan 1 jika PMEPS lebih
besar dari 0,05; sama dengan 0 jika tidak.
PM∆EPS>>T = variabel dummy sama dengan 1 jika PM∆EPS lebih
besar dari 0,05; sama dengan 0 jika tidak.
β
= Koefisien Regresi
εit
= Koefisien Error
a. Uji Statistik F (Uji F)
Uji statistik F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model memiliki pengaruh secara
bersama-sama terhadap variabel dependen. Kriteria pengujiannya
adalah:
1) H0 diterima dan Ha ditolak yaitu apabila nilai signifikansi lebih dari
nilai alpha 0,05 berarti variabel independen secara bersama-sama
tidak berpengaruh terhadap variabel dependen atau dapat dikatakan
bahwa model regresi tidak signifikan.
2) H0 ditolak dan Ha diterima yaitu apabila nilai signifikansi kurang
dari nilai alpha 0,05 berarti variabel independen secara serentak
dan signifikan bersama-sama berpengaruh terhadap variabel
dependen atau dapat dikatakan bahwa model regresi signifikan.
commit to user
48
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b. Uji Ketepatan Perkiraan (Uji R2)
Uji ketepatan perkiraan bertujuan untuk menilai total variasi variabel
dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen. Hasil dari
pengujian ini adalah koefisien determinasi majemuk disesuaikan (R2
adjusted) yaitu suatu koefisien determinasi yang menunjukkan besaran
variasi dari variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen.
Jika dalam suatu model terdapat lebih dari dua variabel independen,
maka lebih baik menggunakan nilai adjusted R2. Nilai adjusted R2
besarnya berkisar antara lebih besar sama dengan nol dan lebih kecil
sama dengan 1. Jika semakin mendekati 1 maka model semakin baik,
begitu pula sebaliknya.
c. Uji Statistik t (Uji t)
Uji statistik t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh
satu variabel independen secara individual dalam menerangkan variasi
variabel dependen. Kriteri pengujiannya adalah:
1) H0 diterima dan Ha ditolak yaitu apabila nilai signifikansi lebih dari
nilai alpha 0,05 berarti variabel independen secara individual tidak
berpengaruh terhadap variabel dependen.
2) H0 ditolak dan Ha diterima yaitu apabila nilai signifikansi kurang
dari nilai alpha 0,05 berarti variabel independen secara individual
berpengaruh terhadap variabel dependen.
commit to user
49
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan annual report perusahaan non-manufaktur
yang menyediakan cadangan penilaian aktiva pajak tangguhan yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode tahun 2007 sampai tahun
2009. Proses pemilihan sampel adalah sebagai berikut:
Table 4. 1
Kriteria Pengambilan Sampel
Kriteria
Jumlah
Perusahaan yang terdaftar di BEI selama periode 2007-2009
1205
Tahun 2007 :
393 perusahaan
Tahun 2008 :
399 perusahaan
Tahun 2009 :
413 perusahaan
Perusahaan manufaktur
413
Perusahaan non-manufaktur yang tidak menyediakan
759
cadangan penilaian aktiva pajak tangguhan
Perusahaan dengan VAA=0
3
Jumlah sampel penelitian
30
Sumber: International Capital Market Directory (ICMD) dan www.idx.co.id
(website Bursa Efek Indonesia)
commit to user
50
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Regresi Pertama
Regresi pertama ini dilakukan untuk menentukan besarnya nilai
perubahan diskresioner VAA sebagai variabel dependen penelitian ini. Nilai
perubahan diskresioner VAA diperoleh dari nilai residu regresi variabelvariabel di bawah ini. Adapun deskripsi datanya sebagai berikut:
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif Data Regresi Pertama
Variabel
n
Mean
Std. Dev.
Maximum
Minimum
∆VAA
30
0.0007
0.6627
0.1821
-0.2771
∆DTA
30
-0.0032
0.3005
0.6622
-0.1213
∆DTL
30
0.0011
0.0081
0.0335
-0.0149
∆HEPS
30
0.4337
0.1622
0.6224
-0.2415
∆EPS
30
0.1619
0.5329
2.8441
-0.2415
∆FEPS
30
0.2070
0.6732
2.8441
-0.6663
HEPS
30
0.1289
0.1829
0.6546
-0.1796
∆MTB
30
-1.3767
9.5426
8.0454
-49.1996
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Pengujian asumsi klasik untuk regresi pertama ini telah dilakukan
dengan hasil bahwa nilai residu terdistribusi normal, model regresi tidak
terjadi multikolonieritas, autokorelasi, dan heterokidastisitas (tabel uji asumsi
klasik dapat dilihat pada Lampiran).
commit to user
51
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.3
Hasil Regresi Pertama
Variabel
B
SE
t
Sig
Constant
0.113
0.053
2.147
0.043
∆DTA
0.527
0.248
2.121
0.045**
∆DTL
1.044
0.490
2.132
0.044**
∆HEPS
-0.131
0.141
-0.930
0.363
∆EPS
-0.089
0.078
-1.142
0.266
∆FEPS
-0.009
0.087
-0.105
0.918
HEPS
0.094
0.173
0.688
0.499
∆MTB
-0.034
0.025
-1.376
0.183
R Square
0.447
Adj R Square
0.270
F
2.536
0.045**
Sig
*Secara statistik signifikan pada tingkat 0.10
**Secara statistik signifikan pada tingkat 0.05
***Secara statistik signifikan pada tingkat 0.01
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Tabel 4.3 menyajikan hasil regresi ∆VAA dengan faktor-faktor
penentu VAA yang tercantum di SFAS 109. Variabel yang menunjukkan
nilai signifikan pada regresi ini adalah aset pajak tangguhan dan kewajiban
pajak tangguhan.
commit to user
52
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Regresi Kedua
1. Deskripsi Data
Analisis empiris dimulai dengan melakukan analisis deskriptif dari
variabel penelitan. Statistik deskriptif merupakan suatu analisis kualitatif
yang akan menguraikan nilai statistik variabel-variabel yang akan diuji
dalam suatu penelitian. Statistik deskriptif memberikan gambaran atau
deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai minimum, maksimum, rata-rata
(mean), dan standar deviasi.
Statistik deskriptif untuk variabel-variabel dalam penelitian ini
dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut ini.
Tabel 4.4
Statistik Deskriptif Data
Variabel
n
D∆VAA
29
PMEPS
Mean
Std. Dev.
Maximum
Minimum
0.0018
0.0446
0.08
-0.14
29
0.2216
0.5262
2.60
-0.31
PM∆EPS
29
0.1379
0.4312
2.33
0.00
EPS
29
0.2198
0.5251
2.57
-0.34
∆EPS
29
0.1162
0.4383
2.29
-0.24
PM∆EPS<<T
29
0.1724
0.3844
1
0
PM∆EPS<T
29
0
0
0
0
PM∆EPS>>T
29
0.5862
0.5012
1
0
PMEPS<<T
29
0.1724
0.3844
1
0
PMEPS<T
29
0.2069
0.4123
1
0
PMEPS>>T
29
0.3793
0.4938
commit to user
Sumber: Hasil Pengolahan Data
1
0
53
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2. Pengujian Hipotesis
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal
(Ghozali,
2005).
Untuk
menguji
normalitas,
penelitian
ini
menggunakan uji statistic non-parametrik Kolmogorov-Smirnov (K-S)
dengan tingkat signifikansi 5%. Jika nilai asym. sig. lebih besar dari
0.05 maka data terdistribusi normal, sedangkan apabila nilai asym. sig.
lebih kecil dari 0.05 maka data dikatakan tidak terdistribusi normal.
Tabel 4.5 Hasil Pengujian Normalitas
Unstandardized Residual
Kolmogrov-Smirnov Z
0.537
Asymp. Sig. (2-tailed)
0.935
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Berdasarkan tabel tersebut, besarnya nilai Kolmogrov Smirnov
adalah 0,537 dengan nilai signifikansi sebesar 0,935 (lebih besar dari
0,05), dapat disimpulkan data residual terdistribusi normal.
b. Uji Asumsi Klasik
1) Uji Multikolonieritas
Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen
commit to user
54
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(Ghozali, 2005). Multikolonieritas dapat dilihat dari nilai tolerance
dan lawannya, variance inflation factor (VIF). Nilai cutoff yang
umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah
nilai Tolerance ≤ 0,10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10.
Tabel 4.6 Hasil Pengujian Multikolonieritas
Tolerance
VIF
PMEPS<<T=1
0.626
1.597
PMEPS>>T=1
0.465
2.150
PM∆EPS<<T=1
0.681
1.469
PM∆EPS<T=1
0.496
1.573
PM∆EPS>>T=1
0.452
2.017
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Tabel 4.6 menunjukkan tidak ada variabel independen yang
memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,10 yang berarti tidak ada
korelasi antar variabel inependen. Hasil perhitungan VIF juga
menunjukkan hal yang sama, tidak ada variabel yang memiliki
nilai VIF lebih dari 10. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak ada
multikolonieritas antar variabel independen dalam model regresi.
2) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu
commit to user
55
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pada periode t dengan kesalahan pengganggu periode t-1 (Ghozali,
2005). Pengujian autokorelasi pada penelitian ini menggunakan uji
Durbin Waston.
Tabel 4.7 Hasil Pengujian Autokorelasi
Model
R
R Square
1
0.607a
0.368
Adjusted R Std. Error of
Square
the Estimate
0.231
0.039
DurbinWatson
1.967
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Hasil pengujian menunjukkan nilai Durbin Waston sebesar
1,967, nilai tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai du pada
tabel Durbin-Watson dengan menggunakan tingkat signifikansi
0,05, jumlah sampel 29 (n=29), dan jumlah variabel independen 6
(k=6). Karena 1,944 (du) < 1,967 (d) < 2,056 (4 - du), maka dapat
disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi pada model regresi.
3) Uji Heteroskedastisitas
Untuk menguji ada tidaknya heteroskedastisitas dalam
penelitian ini, digunakan uji park. Indikasi heteroskedastisitas
melalui uji park ditunjukkan oleh koefisien parameter beta dari
persamaan regresi tersebut, apakah signifikan atau tidak, jika
signifikan, hal tersebut menandakan adanya heteroskedastisitas
commit to user
pada data model.
56
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.8 Hasil Pengujian Heteroskedastisitas
Significant
PMEPS<<T=1
0.118
PMEPS>>T=1
0.999
PM∆EPS<<T=1
0.142
PM∆EPS<T=1
0.194
PM∆EPS>>T=1
0.134
Sumber: Hasil Pengolahan Data
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa koefisien parameter beta
untuk semua variabel independen tidak ada yang signifikan, jadi
dapat disimpulkan bahwa tidak ada gejala heteroskedastisitas pada
model regresi.
c. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan uji
regresi linear berganda. Hasil pengujian hipotesis dapat dilihat pada
Tabel 4.9.
1) Uji Statistik F (Uji F)
Dari uji F diperoleh nilai Fhitung sebesar 2,682 dengan nilai
signifikansi 0,047. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05
maka dapat disimpulkan bahwa model regresi berganda sangat
baik. Dengan kata lain, variabel independen secara bersama-sama
commit
to user variabel dependen.
dapat digunakan untuk
memprediksi
57
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Tabel 4.9 Hasil Pengujian Hipotesis
Variabel
Constant
B
SE
t
Sig
0.018
0.091
0.978
0.338
PMEPS<<T=1
+/-
-0.021
0.024
-0.850
0.404
PMEPS>>T=1
+
0.013
0.022
0.614
0.545
PM∆EPS<<T=1
+/-
0.021
0.023
0.908
0.373
PM∆EPS<T=1
-
-0.048
0.022
-2.126
0.044**
PM∆EPS>>T=1
+
-0.038
0.021
-1.801
0.085*
R Square
0.368
Adj R Square
0.231
F
2.682
0.047**
Sig
*Secara statistik signifikan pada tingkat 0.10
**Secara statistik signifikan pada tingkat 0.05
***Secara statistik signifikan pada tingkat 0.01
Sumber: Hasil Pengolahan Data
2) Uji Ketepatan Perkiraan (Uji R2)
Angka
adjusted
R
square
menunjukkan
koefisien
determinasi atau peranan variance (variabel independen dalam
hubungan dengan variabel dependen). Angka adjusted R square
sebesar 0,231 menunjukkan bahwa ke enam variabel independen
dapat menjelaskan variabel dependen hanya sebesar 23,1%.
Sedangkan sisanya 76,9% dijelaskan oleh faktor-faktor lain di luar
model regresi.
commit to user
58
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Uji Statistik t (Uji t)
Dari ke enam variabel yang dimasukkan dalam regresi,
hanya PM∆EPS<T yang signifikan, dengan nilai signifikansi
sebesar 0,044 yang signifikan pada 0,05. Sedangkan PMEPS<<T,
PMEPS>>T, PM∆EPS<<T, PM∆EPS>>T tidak signifikan, hal ini
dilihat dari nilai signifikansi untuk PMEPS<<T sebesar 0,404,
PMEPS>>T sebesar 0,545, PM∆EPS<<T sebesar 0,373, dan
PM∆EPS>>T sebesar 0,085. Hasil uji T ini dapat disimpulkan
bahwa
variabel
dependen
Perubahan
Diskresioner
VAA
dipengaruhi oleh variabel PM∆EPS<T.
D. Pembahasan
Pada tabel 4.4 tentang statistik deskriptif menyajikan variabel-variabel
untuk menguji hipotesis penelitian ini yang diperoleh dari hasil residu regresi
pertama. Setelah dilakukan screening data, terdapat satu data outlier yang
harus dihapus, sehingga sampel yang digunakan dalam penelitian ini ada 29.
Mean PMEPS<<T sebesar 0,1724 dengan standar deviasi 0,38
mempunyai arti 17% perusahaan sampel mempunyai EPS sebelum
manajemen laba jauh di bawah target. Mean PMEPS>>T sebesar 0,586
dengan standar deviasi 0,501 mempunyai arti 59% perusahaan sampel
mempunyai EPS sebelum manajemen laba di atas target. Sedangkan, variabel
PMEPS<T tidak mempunyai nilai mean dan standar deviasi, artinya tidak
satupun perusahaan dalam sampel penelitian ini yang mempunyai EPS
commit to user
59
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sebelum manajemen laba di bawah target, sehingga variabel ini terhapuskan
dalam persamaan regresi.
Mean PM∆EPS<<T sebesar 0,172 dengan standar deviasi 0,384
artinya perusahaan yang mempunyai ∆EPS sebelum manajemen laba jauh di
bawah target laba sebanyak 17% perusahaan sampel. Mean PM∆EPS<T
sebesar 0,207 dengan standar deviasi 0,41 artinya perusahaan yang
mempunyai ∆EPS sebelum manajemen laba di bawah target laba sebanyak
20% perusahaan sampel. Sedangkan mean PM∆EPS>>T sebesar 0,379
dengan standar deviasi 0,49 artinya perusahaan yang mempunyai ∆EPS
sebelum manajemen laba di atas target laba sebanyak 38% perusahaan
sampel.
Uji asumsi klasik sebagai syarat wajib sebelum uji hipotesis dengan
tujuan hasil pengujiannya tidak bias, telah berhasil dilalui, yang berarti
bahwa data terdistribusi normal, tidak terjadi multikolonieritas, autokorelasi
dan heteroskedastisitas.
Hasil pengujian hipotesis tersaji pada tabel 4.7. Kedua variabel
PMEPS dalam penelitian ini tidak ada yang menunjukkan nilai yang
signifikan, sehingga hipotesis H1 ditolak yang berarti bahwa tidak ada
aktivitas manajemen laba untuk melaporkan laba positif. Sedangkan salah
satu variabel PM∆EPS menunjukkan nilai yang signifikan, sehingga hipotesis
H2 diterima yang berarti terdapat aktivitas manajemen laba untuk melaporkan
peningkatan laba. Di bawah ini akan diuraikan lebih rinci tentang hasil
pengujian hipotesis.
commit to user
60
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Variabel PMEPS<<T=1 dan PM∆EPS<<T=1 keduanya mempunyai
nilai p-value sebesar -0,021 dan 0,021 dengan nilai signifikansi 0,404 dan
0,373. Hal ini mempunyai arti bahwa perusahaan tidak menggunakan VAA
untuk melakukan manajemen laba berupa earning bath dan perataan laba
untuk melaporkan laba positif dan melaporkan peningkatan laba. Hal ini
konsisten dengan penelitian Frank dan Rego (2006), dan Christensen et al
(2008).
Variabel PM∆EPS<T=1 mempunyai p-value sebesar -0,048 dengan
nilai
signifikansi
0,044.
Hal
ini
menunjukkan
bahwa
perusahaan
menggunakan VAA untuk meningkatkan labanya agar mencapai target laba
yang kedua, yaitu melaporkan peningkatan laba. Hasil penelitian ini
mendukung penelitian Brugstahler et al (2002), namun inkonsisten dengan
hasil penelitian Frank dan Rego (2006) dan Tanusdjaja (2006).
Variabel PMEPS>>T=1 dan PM∆EPS>>T=1 mempunyai nilai p-value
sebesar 0,013 dan -0,038 dengan nilai signifikansi sebasar 0,545 dan 0,085.
Artinya perusahaan tidak menggunakan VAA aktiva pajak tangguhan untuk
melakukan manajemen laba berupa income smoothing dan cookie jar dengan
tujuan melaporkan laba positif maupun melaporkan peningkatan laba. Hasil
penelitian ini konsisten dengan penelitian Miller dan Skinner (1998) dan
Frank dan Rego (2006).
commit to user
61
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAB V
PENUTUP
F. Kesimpulan
Penelitian ini meneliti tentang penggunaan akun cadangan penilaian
aktiva pajak tangguhan untuk melakukan aktivitas manajemen laba dengan
tujuan mencapai dua target laba perusahaan, yaitu melaporkan laba positif dan
melaporkan
peningkatan
laba.
Manajemen
laba
dideteksi
dengan
menggunakan perubahan diskresioner VAA dengan persamaan/rumus yang
dikembangkan oleh Frank dan Rego (2006) yang berdasar pada ketentuan di
SFAS No. 109, sedangkan dua target laba perusahaan diproksikan dengan
premanaged EPS dan premanaged ∆EPS. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini sebanyak 29 perusahaan non-manufaktur yang menyediakan
cadangan penilaian aktiva pajak tangguhan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI) pada periode 2007-2009.
Pengujian
asumsi
klasik,
yang
meliputi
uji
normalitas,
uji
multikolinearitas, uji autokorelasi, dan uji heterokedastisitas telah berhasil
dipenuhi. Semua variabel independen secara simultan berpengaruh terhadap
perubahan diskresioner VAA, meskipun pengaruhnya lemah. Hasil pengujian
hipotesis menunjukkan bahwa hipotesis H2 dalam penelitian ini diterima,
artinya perusahaan yang mengalami penurunan laba sebelum perubahan
diskresioner VAA di bawah target (premanaged ∆EPS < T) akan melakukan
tindakan manajemen laba hanya sebatas meningkatkan labanya dengan
commit to user
62
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menurunkan VAA, dengan tujuan agar laba terlihat meningkat dari periode
sebelumnya (dengan kata lain, mencapai target untuk melaporkan
peningkatan laba). Temuan ini konsisten dengan penelitian Brugstahler et al
(2002) yang memberikan bukti bahwa perusahaan menurunkan VAA untuk
meningkatkan laba.
G. Keterbatasan
Dari hasil penelitian ini terdapat beberapa keterbatasan. Adapun
beberapa keterbatasan yang dapat ditemukan antara lain:
1. Periode penelitian hanya pada rentang waktu tiga tahun, yaitu tahun 20072009, sehingga kemungkinan hasil penelitian tidak konsisten dengan
penelitian sebelumnya.
2. Jumlah sampel dalam penelitian ini kecil, yaitu hanya 30 perusahaan
sampel, yang disebabkan oleh tidak banyaknya perusahaan membentuk
akun VA pajak tangguhan.
3. Model estimasi manajemen laba yang digunakan dalam penelitian ini
hanya satu yaitu dengan rumus yang dikembangkan oleh Frank dan Rego,
sedangkan masih terdapat model pengukuran lain yang mungkin akan
memberikan hasil yang berbeda dalam penilaian manajemen laba.
4. Sampel penelitian hanya terbatas pada perusahaan non-manufaktur,
sehingga hasil penelitian ini tidak dapat digeneralisasi pada jenis industri
lain.
commit to user
63
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5. Variabel target laba hanya diukur menjadi dua target saja (laba positif dan
laba historis) karena terbatasnya data untuk ramalan data para analis
(analyst forecast), sehingga penelitian ini kurang merefleksikan seluruh
target perusahaan.
H. Saran
Berdasarkan kesimpulan dan keterbatasan
di
atas, penelitian
selanjutnya disarankan untuk melakukan hal-hal sebagai berikut:
1. Penelitian yang akan datang sebaiknya menggunakan data dengan periode
tahun yang lebih panjang untuk mendapatkan hasil pengukuran yang lebih
valid.
2. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah jumlah sampel dengan
memperbarui sampel yang digunakan.
3. Penelitian selanjutnya hendaknya menggunakan lebih dari satu model
pengukuran manajemen laba yang diharapkan akan mampu memberikan
perbandingan hasil.
4. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian pada semua
sektor industri, tidak hanya perusahaan manufaktur saja agar hasil yang
didapatkan dapat mewakili semua sektor industri yang terdaftar di Bursa
Efek Indonesia (BEI).
5. Penelitian selanjutnya diharapkan menambah variabel-variabel independen
lainnya agar dapat menjelaskan fenomena manajemen laba dengan
insentif-insentif lainnya.
commit to user
64
digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
I. Implikasi
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terdapat beberapa implikasi
penelitian yang diharapkan dapat bermanfaat, antara lain:
1. Implikasi Teoritis
Penelitian ini menghasilkan kesimpulan mengenai tindakan manajemen
laba yang dilakukan oleh perusahaan dengan menggunakan salah satu
akun akrual pajak, yaitu VAA. Penelitian ini menambah wawasan dan
referensi dalam dunia akademis tentang berbagai praktek manajemen laba
dan jenis media yang digunakan untuk melakukan manajemen laba
(VAA). Penelitian selanjutnya dapat memperluas dan memperdalam
penelitian tentang manajemen laba menggunakan model yang berbeda
dengan memperhatikan faktor-faktor lain, seperti perubahan standar
akuntansi.
2. Implikasi Praktik
Adanya bukti empiris yang ditemukan pada penelitian ini tentang praktek
manajemen laba melalui VAA yang dilakukan oleh perusahaan diharapkan
dapat menjadi bahan pertimbangan bagi: (1) investor, untuk lebih teliti
dalam menilai kinerja suatu perusahaan sebagai dasar keputusan
investasinya, (2) regulator, untuk bahan evaluasi dan pertimbangan pada
regulasi yang telah dan/atau akan dikeluarkan.
commit to user
Download