Fisiologi Penglihatan: Fototransduksi dan

advertisement
Komang Shary K., NPM 1206238633
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
LTM Pemicu 1 Modul Penginderaan
Fisiologi Penglihatan: Fototransduksi dan
Penyampaian Sinyal Visual
Pendahuluan
Fungsi utama mata adalah untuk memfokuskan cahaya kepada retina, khususnya pada sel
kerucut dan sel batang. Kedua sel ini disebut juga sebagai sel fotoreseptor yang mengubah energi
cahaya menjadi energi listrik untuk ditransmisikan ke sistem saraf pusat dalam proses yang
dinamakan fototransduksi.1 LTM ini akan membahas perjalanan energi cahaya mulai dari diterimanya
energi ini di fotoreseptor sampai ke sistem saraf pusat.
Isi
Komponen Pelaksana Fototransduksi
Komponen yang berperan dalam fototransduksi terletak pada retina. Retina merupakan
kelanjutan dari struktur sistem saraf pusat, oleh karena itu struktur memiliki kemampuan untuk
menghasilkan sinyal listrik. Bagian neural retina terdiri atas beberapa lapisan sel:
• Bagian luar (menghadap ke koroid), berisi sel batang dan sel kerucut
• Bagian tengah, berisi sel bipolar sebagai interneuron
• Bagian dalam, berisi sel ganglion yang aksonnya bergabung menjadi nervus opticus
Cahaya akan diteruskan melalui lapisan sel ganglion dan sel bipolar agar dapat mencapai
fotoreseptor. Akan tetapi, hal ini tidak terjadi di fovea, sebuah cekungan pada retina yang tidak
memiliki sel bipolar maupun sel ganglion. Pada daerah ini hanya terdapat sel kerucut, dan pada lokasi
ini pula lah terdapat konsentrasi sel kerucut yang paling tinggi. Pada daerah yang mengelilinginya,
macula lutea, juga terdapat konsentrasi sel kerucut yang tinggi. Karena konsentrasi sel kerucut yang
tinggi ini, fovea dan macula lutea berguna dalam ketajaman penglihatan. Hilangnya fotoreseptor di
daerah macula lutea pada kasus degenerasi makular mengakibatkan pandangan yang menghilang di
tengah-tengah, disebut juga “doughnut vision.”1 Mekanisme yang menyebabkan ketajaman
penglihatan akan dibahas selanjutnya pada LTM ini.
Nervus opticus keluar dari retina melalui daerah yang dinamakan discus opticus atau bintik
buta. Istilah ini diberikan karena titik ini tidak memiliki sel batang maupun sel kerucut sehingga tidak
dapat menerima bayangan objek. 1
1
Gambar 1. Lapisan-lapisan sel pada retina.1
Cahaya diterima oleh sel-sel fotoreseptor yang terdiri atas sel batang dan sel kerucut. Setiap
retina memiliki setidaknya 125 juta fotoreseptor.1 Di dalam fotoreseptor, terdapat fotopigmen yang
berfungsi sebagai penerima cahaya. Fotopigmen ini terdiri dari bagian opsin dan retinal. Retinal
memiliki struktur yang sama untuk semua fotoreseptor, sedangkan opsin terdiri dari 4 jenis (1 untuk
sel batang dan 3 untuk sel kerucut). Retinal merupakan derivat vitamin A yang berfungsi sebagai
pengabsorpsi cahaya, sedangkan variasi struktur opsin memungkinkan absorpsi cahaya dalam
gelombang yang berbeda-beda.2
Sel fotoreseptor terdiri dari 3 bagian. Bagian terluar yang menghadap koroid merupakan
bagian yang berbentuk konus atau batang. Bagian dalam terdiri atas mesin-mesin pemetabolisme sel.
Bagian ketiga, terminal sinaptik, mentransmisikan sinyal ke sel berikutnya dalam jaras visual.1 Bentuk
sel batang yang memungkinkan volume lebih besar daripada sel kerucut memungkinkan sel ini
memiliki lebih banyak fotopigmen daripada sel kerucut. Akibatnya, sel batang lebih sensitif terhadap
cahaya dibanding sel kerucut yang sensitif apabila tersinar cahaya yang terang.2
Mekanisme Fototransduksi
Fototransduksi merupakan proses perubahan stimulus cahaya menjadi sinyal listrik yang akan
diteruskan kepada sistem saraf pusat. Fototransduksi terjadi melalui aktivasi fotopigmen yang terdapat
pada fotoreseptor oleh cahaya. Rangsangan ini akan mengakibatkan perubahan kimiawi yang
menyebabkan terjadinya potensial aksi pada sel ganglion. Keunikan dari potensial aksi pada mata
adalah bahwa potensial aksi ini muncul akibat adanya hiperpolarisasi, bukan depolarisasi.1
Proses fototransduksi adalah sebagai berikut. Mula-mula, pada keadaan gelap, retinal yang
berada dalam konformasi 11-cis-retinal berikatan dengan opsin. Pada saat ini pula, kanal natrium
2
yang berupa chemically-gated Na channel berikatan dengan siklik GMP (cGMP) di dalam sel
sehingga kanal tersebut terbuka. Tidak adanya cahaya mengakibatkan jumlah cGMP meningkat.
Akibat pembukaan kanal, banyak ion natrium masuk, menyebabkan depolarisasi. Depolarisasi ini
diteruskan sehingga mengakibatkan pembukaan kanal kalsium di sinaps terminal. Efek ahirnya adalah
pelepasan glutamat yang merupakan neurotransmitter penginhibisi.1,2
Apabila terdapat cahaya, konformasi retinal akan berubah menjadi 11-trans-retinal.
Akibatnya, retinal tidak lagi menempel dengan opsin sehingga mengubah konformasi opsin. Reaksi
ini mengakibatkan aktivasi enzim, degradasi cGMP, dan akhirnya penutupan kanal natrium.
Penutupan kanal natrium menyebabkan hiperpolarisasi dan penurunan pelepasan glutamat. 1
Pelepasan retinal dari opsin menyebabkan opsin menjadi tidak berwarna, sehingga proses ini
disebut juga bleaching (pemutihan). Akan tetapi, trans-retinal kemudian akan dikonversi kembali
menjadi cis-retinal oleh enzim retinal isomerase. Retinal selanjutnya mengalami regenerasi dengan
berikatan dengan opsin. Proses regenerasi dipengaruhi oleh stok vitamin A yang terdapat pada lapisan
pigmen yang dekat dengan fotoreseptor. Apabila terjadi pelepasan retina (retinal detachment), proses
regenerasi akan terganggu.2
Kecepatan regenerasi sel batang dan sel kerucut berbeda. Setelah bleaching, egenerasi
setenagh jumlah rodopsin yang terdapat pada sel batang memakan waktu 5 menit sedangkan untuk
fotopigmen sel kerucut 90 detik. Diperlukan waktu 30 sampai 40 menit agar rhodopsin bisa
beregenerasi sepenuhnya dari bleaching.2
Dalam keadaan cahaya redup,
potensial aksi kecil dan hanya sebentar
sehingga penurunan pelepasan glutamat
terjadi
secara
parsial.
Peniadaan
pelepasan glutamat lebih sempurna terjadi
pada pemberian cahaya yang terang.
Bagaimana
pemrosesan
sinyal
berikutnya? Sel fotoreseptor berhubungan
dengan dua sel bipolar yang berbeda,
yakni
sel
Glutamat
on-center
dapat
hiperpolarisasi
dan
off-center.
memberikan
maupun
efek
depolarisasi,
bergantung pada daerah reseptif mana
yang dirangsang di sel on-center maupun
off-center. Keduanya memiliki efek yang
saling berlawanan. Pemberian cahaya
Gambar 2. Proses bleaching dan regenerasi
fotopigmen.2
3
menyebabkan hiperpolarisasi sel off-center dan
depolarisasi on-center sedangkan keadaan gelap
menyebabkan hiperpolarisasi sel on-center dan
depolarisasi sel off-center. Dampak yang muncul
pada persepsi digambarkan pada diagram berikut.1
Perbedaan ini timbul karena daerah reseptif yang
ada memiliki reseptor yang berbeda.1,3 Cahaya
akan
mengakibatkan
depolarisasi
pada
fotoreseptor apabila berikatan dengan reseptor
metabotropik sedangkan hiperpolarisasi terjadi
pada reseptor ionotropik3. Resultan dari efek
kedua tipe neuron bipolar ini menyebabkan mata
dapat membedakan kontur suatu objek, dengan
mengorbankan informasi tentang keterangan objek
yang absolut.
1
Gambar 3. Perangsangan sel on-center
dan off-center1
Adaptasi Gelap dan Terang
Untuk memahami bagaimana beradaptasi terhadap keadaan gelap dan terang, kita perlu
mengingat beberapa hal mengenai sel batang dan sel kerucut. Terdapat lebih banyak sel batang
daripada sel kerucut pada retina, dengan perbandingan 20:1. Sel batang paling banyak berada di
perifer sedangkan sel kerucut di macula lutea. Sel batang lebih peka terhadap cahaya, sedangkan sel
kerucut hanya teraktivasi pada cahaya terang dan terdiri dari 3 tipe, yaitu sel kerucut merah, hijau, dan
biru. Sel kerucut memiliki fungsi mengabsorpsi warna. Selain itu, sel kerucut memiliki kecepatan
regenerasi yang lebih tinggi daripada sel batang.
Apabila seseorang berpindah dari tempat gelap ke tempat yang terang, sensitivitas visualnya
akan menurun. Karena rhodopsin lambat dalam Hal sebaliknya terjadi ketika seseorang berpindah dari
tempat yang terang ke gelap, di mana sistem visual berangsur-angsur meningkatkan sensitivitasnya.
Sebagian faktor yang menyebabkan hal ini adalah peran kecepatan regenerasi fotopigmen. Ketika
cahaya berangsur-angsur semakin banyak, akan terjadi lebih banyak bleaching fotopigmen, tetapi hal
ini dibarengi juga dengan regenerasi fotopigmen. Akan tetapi, karena regenerasi rhodopsin
berlangsung dengan lambat, sel batang kurang berperan dalam hal ini. Sel kerucut yang dapat
beregenerasi dengan cepat justru terus menerus menghantarkan potensial aksi dan berperan dalam
penglihatan dengan cahaya yang sangat terang. Berbeda halnya apabila keadaan tiba-tiba menjadi
gelap. Sel kerucut akan beregenerasi secara cepat, tetapi rhodopsin beregenerasi secara lambat
sehingga sensitivitas terus meningkat sampai foton yang terkecil. Oleh karena itu, pada keadaan
sedikit cahaya, bayangan muncul dalam warna abu-abu karena hanya sel batang yang berfungsi.2
4
Persepsi Warna
Warna yang muncul dari objek yang kita lihat muncul dari spektrum cahaya yang tidak
diabsorpsi objek tersebut. Warna tersebut akan diabsorpsi oleh sel kerucut tertentu, dan persepsi
warna muncul dari perbandingan stimulasi setiap tipe sel kerucut. Keadaan buta warna terjadi ketika
seseorang kehilangan tipe sel kerucut tertentu atau memiliki sel kerucut dengan spektrum absorbansi
yang berbeda.1
Pemrosesan Sinyal
Sebelum memasuki nervus opticus, sinyal diproses terlebih dahulu melalui berbagai neuron
(sel horizontal, sel bipolar, dan sel amakrin). Sinyal juga dapat berkonvergensi maupun berdivergensi,
tetapi umumnya berkonvergensi, mengingat jumlahs el ganglion yang hanya ada 1 juta, jika
dibandingkan jumlah sel fotoreseptor yakni sekitar 125 juta. Sel konus lebih cenderung bersambungan
dengan hanya 1 sel bipolar sehingga memberikan penglihatan yang tajam, sedangkan sel batang
cenderung mengalami konvergensi sehingga meningkatkan sensitivitas cahaya, tetapi sedikit
mengaburkan gambar.2
Setelah melalui nervus opticus, sinyal kemudian sebagian bersilang di kiasma optikum dan
melanjutkan ke traktus optikus lalu masuk ke otak. Neuron kemudian berterminasi di nukleus
geniculatum dari thalamus, lalu bersinaps dengan optic radiations yang kemudian diproyeksikan ke
area visual lobus occipital korteks serebri (area 17). Di korteks serebri, terdapat 3 sistem yang berbeda
untuk mencerna sinyal visual: sistem untuk mencerna bentuk objek, sistem untuk mencerna warna
objek, dan sistem untuk memproses informasi mengenai organisasi spasial, lokasi, dan gerakan.2
Kesimpulan
Fototransduksi melibatkan komponen fotoreseptor pada retina yang mengubah energi cahaya
menjadi energi listrik. Potensial aksi yang muncul dan ditransmisikan merupakan efek hiperpolarisasi
yang berujung pada penurunan pelepasan neurotransmitter glutamat. Setiap jenis foto reseptor
memiliki fungsi yang khas, yakni sel batang yang hanya dapat membedakan intensitas cahaya dan sel
kerucut dapat membedakan berbagai warna dan berperan dalam menghasilkan ketajaman gambar.
Sinyal dari fotoreseptor diteruskan melalui nervus opticus untuk dipersepsikan di otak, tepatnya di
lobus occipital.
Daftar Pustaka:
1. Sherwood L. Human Physiology: From Cells to System, Seventh Edition. Canada:
Brooks/Cole, Cengage Learning; 2010.
2. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of Anatomy and Physiology, 11th Edition. New Jersey:
John Wiley & Sons, Inc.; 2007.
3. Costanzo LS. Physiology, Fifth Edition. Philadelphia: Saunders; 2014.
5
Download