KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa: Keadilan distributif berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan. Hal ini dapat dilihat bahwa keadilan distributif yang adil dengan berfokus pada keseimbangan antara masukan (pengetahuan, keterampilan, kemampuan, pengalaman, kerajinan dan kerja keras) yang karyawan berikan dengan hasil yang karyawan terima (gaji, bonus dan perlakuan ataupun pengakuan) akan menghasilkan emosi positif yang memotivasi karyawan untuk berperilaku dan bersikap jujur, sehingga keadilan distributif yang tinggi dapat menghindari (pressure) dalam diri karyawan tekanan untuk cenderung tidak melakukan kecurangan. Tidak terdapat pengaruh dengan kecenderungan antara keadilan kecurangan. prosedural Dengan adanya ketidakseimbangan keadilan prosedural mengenai proses dan prosedur organisasi keputusan alokasi yang dan digunakan sumber untuk membuat daya dapat menghasilkan tekanan (pressure) dalam diri karyawan dan menimbulkan emosi negatif yang dapat memotivasi karyawan untuk mengubah perilaku, sikap dan ketidakpuasan mereka. Bahkan lebih parah lagi mereka akan berusaha untuk memaksimalkan utilitasnya dengan bertindak yang menguntungkan dirinya dan merugikan organisasi, seperti melakukan kecurangan. Keefektifan pengendalian internal tidak berpengaruh terhadap kecenderungan kecurangan. 1 Sistem pengendalian internal terdiri atas kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk memberikan manajemen kepastian yang layak bahwa perusahan telah mencapai tujuan dan sasarannya. Namun dengan adanya kelemahan di dalam sistem pengendalian internal, maka karyawan mempunyai kuasa atau kemampuan untuk memanfaatkan peluang (opportunity) dari kelemahan sistem pengendalian internal yang ada, untuk cenderung melakukan kecurangan. Budaya etis organisasi berpengaruh negatif terhadap kecenderungan kecurangan. Budaya organisasi yang kuat akan memicu karyawan untuk berfikir, berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai organisasi. Sehingga dengan budaya organisasi yang kuat karyawan akan menghindari sikap pembenaran (rationalization) dalam melakukan perbuatan yang merugikan organisasi seperti kecenderungan untuk melakukan kecurangan, maka semakin etis budaya organisasi, semakin sedikit kecurangan yang akan dilakukan oleh karyawan. Keterbatasan Penelitian Berdasarkan hasil analisis, penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang antara lain: 1. Instrumen yang digunakan dalam riset ini mengadaptasi dalam konteks kecurangan secara umum, kemungkinan beberapa jenis kecurangan tersebut kurang dipahami oleh responden di Timor Leste. 2. Keterbatasan lain yang merupakan kelemahan umum penggunaan metode survey yaitu sulitnya mengendalikan responden. Diduga jawaban responden hanya berdasarkan 2 persepsi dan mungkin terdapat beberapa faktor yang berpengaruh namun tidak dapat ditangkap dalam pertanyaan yang diberikan. Saran untuk penelitian mendatang Dari kesimpulan dan keterbatasan penelitian ini, maka saran yang dapat diberikan untuk penelitian mendatang: 1. Riset yang akan datang dapat menggunakan jenis kecurangan (fraud) yang lain, misalnya asset missappropriation and fraudulent statement. 2. Untuk memperkuat metode survey, misalkan dengan wawancara mendalam (depth interviews). Diharapkan penelitian selanjutnya dapat memperoleh data yang lebih menyeluruh. Implikasi Implikasi teoritis yang didapatkan melalui penlitian ini, kecurangan merupakan sebuah representasi yang salah atau penyembunyian fakta-fakta yang material untuk mempengaruhi seseorang agar mau mengambil bagian dalam suatu hal yang berharga. Penelitian ini menunjukkan pengetahuan tentang pengaruh fraud triangle pada berbagai bentuk kecurangan. Bagaimana fraud triangle bisa digunakan sebagai variabel untuk menjelaskan motivasi individu dalam melakukan kecurangan. Ada tiga kondisi yang menyebabkan kecurangan itu terjadi atau yang sering disebut fraud triangle yaitu tekanan (pressure), kesempatan (opportunity), (rationalization). 3 dan rasionalisasi Selain fraud triangle dapat mempertimbangkan faktor-faktor lain seperti faktor internal yaitu yang berhubungan dengan perilaku yang melekat pada diri seseorang seperti faktor (greed) dan keserakahan kebutuhan (need) dan faktor eksternal seperti lingkungan kerja dan lingkungan masyarakat. Kecenderungan kecurangan perlu dikaji tidak hanya dengan menggunakan fraud triangle melalui pendekatan ilmu akuntansi, tetapi juga perlu mengikut sertakan pendekatan serta teori-teori dari disiplin ilmu yang lain, di antaranya ilmu psikologi dan ilmu manajemen. Dengan adanya pendekatan lintas disiplin ilmu ini diharapkan akan diperoleh solusi teoritik atas kecenderungan kecurangan berikut faktor yang menjadi penyebabnya secara menyeluruh. Temuan hasil penelitian ini dapat menyumbangkan beberapa implikasi terapan ke Ministério dos Transportes e Comunicações-RDTL: 1. Keadilan distributif dalam hal penetapan gaji dan kompensasi lain harus mengambarkan usaha yang dilakukan oleh para pegawai dengan mempertimbangkan masukan (pengetahuan, keterampilan, kemampuan, pengalaman, kerajinan dan kerja keras) yang diberikan dengan hasil yang diterima (gaji, bonus dan perlakuan ataupun pengakuan). Hal ini para pegawai akan merasa adil dalam hal distribusi hasil sehingga keadilan distributif yang tinggi dapat mencegah kecenderungan kecurangan. 2. Kultur organisasi yang baik akan membentuk para pelaku organisasi mempunyai rasa ikut memiliki (sense 4 of belonging) dan rasa bangga sebagai bagian dari suatu organisasi (sense of identity). Dengan demikian budaya etis organisasi merupakan suatu pola tingkah laku, kepercayaan yang telah menjadi suatu panutan bagi semua anggota organisasi. Tingkah laku dimana dapat diterima dengan moral maupun secara hukum. Maka dengan budaya organisasi yang semakin kecenderungan kecurangan. 5 etis dapat menurunkan