Kecenderungan Kecurangan: Dalam Perspektif Fraud Triangle

advertisement
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dan pembahasan,
maka dapat disimpulkan bahwa:
Keadilan
distributif
berpengaruh
negatif terhadap
kecenderungan kecurangan. Hal ini dapat dilihat bahwa keadilan
distributif yang adil dengan berfokus pada keseimbangan antara
masukan (pengetahuan, keterampilan, kemampuan, pengalaman,
kerajinan dan kerja keras) yang karyawan berikan dengan
hasil yang karyawan terima (gaji, bonus dan perlakuan ataupun
pengakuan) akan menghasilkan emosi positif yang memotivasi
karyawan
untuk
berperilaku dan bersikap
jujur, sehingga
keadilan distributif yang tinggi dapat menghindari
(pressure) dalam diri karyawan
tekanan
untuk cenderung tidak
melakukan kecurangan.
Tidak terdapat pengaruh
dengan
kecenderungan
antara keadilan
kecurangan.
prosedural
Dengan
adanya
ketidakseimbangan keadilan prosedural mengenai proses dan
prosedur organisasi
keputusan
alokasi
yang
dan
digunakan
sumber
untuk
membuat
daya dapat menghasilkan
tekanan (pressure) dalam diri karyawan dan menimbulkan emosi
negatif yang dapat memotivasi karyawan untuk mengubah
perilaku, sikap dan ketidakpuasan mereka. Bahkan lebih
parah
lagi
mereka
akan berusaha untuk
memaksimalkan
utilitasnya dengan bertindak yang menguntungkan dirinya dan
merugikan organisasi, seperti melakukan kecurangan.
Keefektifan pengendalian internal tidak berpengaruh
terhadap
kecenderungan
kecurangan.
1
Sistem
pengendalian
internal terdiri atas kebijakan dan prosedur yang dirancang untuk
memberikan manajemen kepastian yang layak bahwa perusahan
telah mencapai tujuan dan sasarannya. Namun dengan adanya
kelemahan di dalam sistem pengendalian internal, maka
karyawan
mempunyai
kuasa
atau
kemampuan
untuk
memanfaatkan peluang (opportunity) dari kelemahan sistem
pengendalian internal yang ada, untuk cenderung melakukan
kecurangan.
Budaya etis organisasi
berpengaruh
negatif terhadap
kecenderungan kecurangan. Budaya organisasi yang kuat akan
memicu karyawan untuk berfikir, berperilaku dan bersikap
sesuai dengan nilai-nilai organisasi. Sehingga dengan budaya
organisasi
yang
kuat
karyawan akan menghindari sikap
pembenaran (rationalization) dalam melakukan perbuatan yang
merugikan organisasi seperti kecenderungan untuk melakukan
kecurangan, maka semakin etis budaya
organisasi, semakin
sedikit kecurangan yang akan dilakukan oleh karyawan.
Keterbatasan Penelitian
Berdasarkan hasil analisis, penelitian ini memiliki beberapa
keterbatasan yang antara lain:
1. Instrumen yang digunakan dalam riset ini mengadaptasi
dalam konteks kecurangan secara umum, kemungkinan
beberapa jenis kecurangan tersebut kurang dipahami oleh
responden di Timor Leste.
2. Keterbatasan lain yang merupakan kelemahan umum
penggunaan metode survey yaitu sulitnya mengendalikan
responden. Diduga jawaban responden hanya berdasarkan
2
persepsi
dan mungkin terdapat beberapa faktor yang
berpengaruh
namun
tidak
dapat
ditangkap
dalam
pertanyaan yang diberikan.
Saran untuk penelitian mendatang
Dari kesimpulan dan keterbatasan penelitian ini, maka
saran yang dapat diberikan untuk penelitian mendatang:
1. Riset yang akan datang dapat menggunakan jenis
kecurangan
(fraud)
yang
lain,
misalnya
asset
missappropriation and fraudulent statement.
2. Untuk memperkuat metode survey, misalkan dengan
wawancara mendalam (depth interviews). Diharapkan
penelitian selanjutnya dapat memperoleh data yang lebih
menyeluruh.
Implikasi
Implikasi teoritis yang didapatkan melalui penlitian ini,
kecurangan merupakan sebuah representasi yang salah atau
penyembunyian fakta-fakta yang material untuk mempengaruhi
seseorang agar mau mengambil bagian dalam suatu hal yang
berharga. Penelitian ini menunjukkan pengetahuan tentang
pengaruh fraud triangle pada berbagai bentuk kecurangan.
Bagaimana fraud triangle bisa digunakan sebagai variabel untuk
menjelaskan motivasi individu dalam melakukan kecurangan.
Ada tiga kondisi yang menyebabkan kecurangan itu
terjadi atau yang sering disebut fraud triangle yaitu tekanan
(pressure),
kesempatan
(opportunity),
(rationalization).
3
dan
rasionalisasi
Selain fraud triangle dapat mempertimbangkan faktor-faktor lain
seperti faktor internal yaitu yang berhubungan dengan perilaku
yang melekat pada diri seseorang seperti faktor
(greed)
dan
keserakahan
kebutuhan (need) dan faktor eksternal seperti
lingkungan kerja dan lingkungan masyarakat.
Kecenderungan kecurangan perlu dikaji tidak hanya
dengan menggunakan fraud triangle melalui pendekatan ilmu
akuntansi, tetapi juga perlu mengikut sertakan pendekatan serta
teori-teori dari disiplin ilmu yang lain, di antaranya ilmu
psikologi dan ilmu manajemen. Dengan adanya pendekatan lintas
disiplin ilmu ini diharapkan akan diperoleh solusi teoritik atas
kecenderungan
kecurangan
berikut
faktor
yang
menjadi
penyebabnya secara menyeluruh.
Temuan hasil penelitian ini dapat menyumbangkan
beberapa implikasi terapan ke Ministério dos Transportes e
Comunicações-RDTL:
1. Keadilan distributif dalam hal penetapan gaji dan kompensasi
lain harus mengambarkan usaha yang dilakukan oleh para
pegawai dengan mempertimbangkan masukan (pengetahuan,
keterampilan,
kemampuan, pengalaman,
kerajinan
dan
kerja keras) yang diberikan dengan hasil yang diterima
(gaji, bonus dan perlakuan ataupun pengakuan). Hal ini para
pegawai akan merasa adil dalam hal distribusi hasil sehingga
keadilan
distributif
yang
tinggi
dapat
mencegah
kecenderungan kecurangan.
2. Kultur organisasi yang baik akan membentuk para pelaku
organisasi mempunyai rasa ikut memiliki (sense
4
of
belonging) dan rasa bangga sebagai bagian dari suatu
organisasi (sense of identity). Dengan demikian budaya etis
organisasi
merupakan suatu
pola
tingkah
laku,
kepercayaan yang telah menjadi suatu panutan bagi semua
anggota
organisasi. Tingkah laku dimana dapat diterima
dengan moral maupun secara hukum. Maka dengan budaya
organisasi
yang
semakin
kecenderungan kecurangan.
5
etis
dapat
menurunkan
Download