INTISARI IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERDA ZAKAT

advertisement
INTISARI
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PERDA ZAKAT :
Studi tentang Implementasi Kebijakan pada Perda Zakat No.9 Tahun 2002 Sepanjang
Tahun 2003-2008 di Lombok Timur
Implementasi Hukum Syariat (Zakat) di masyarakat, faktanya, bukanlah semata urusan
teknis yang tertera di dalam kitab suci beserta penjelasannya (text). Yaitu, pada proses
bagaimana menyalurkannya, siapa saja yang berhak untuk menerimanya (mustahiq), hingga
pada persoalan ketentuan-ketentuan perhitungan khusus untuk para pemberi zakat tersebut
(muzakki). Sebagai hukum agama, Hukum Syariat tersebut membutuhkan instrumen bernama
Negara agar dapat ditransformasikan ke dalam bentuk hukum formal dalam bentuk kebijakan
publik yang bersifat legal. Hasil dari transformasi inilah yang di dalam satu dekade
belakangan muncul sebagai Perda Syariat dimana salah satu bentuknya adalah Perda Zakat.
Dalam konteks kebijakan seperti ini, pemaknaan terhadap Perda Zakat – yang mengatur
tentang kewajiban membayar Zakat Profesi – tidak lagi sekadar berada dalam ruang
ideologis, tapi sudah meluas ke arena yang bersifat politis (context) yang penuh dengan
pertimbangan pragmatik-transaksional, atas sebab kompleksitas kebijakan para aktor yang
terlibat sepanjang implementasi perda zakat. Sehingga, dengan kata lain, kehendak Tuhan
(God Will) tersebut juga tidak luput dari kehendak manusia (Human Will) yang penuh
kepentingan di tataran implementasi kebijakan.
Ketika zakat sudah tidak lagi dimaknai sebagai tata aturan baku yang bersifat given,
maka di saat itu pulalah Perda Zakat berada dalam dua dimensi sekaligus pada proses
implementasinya: content dan context . Dengan kata lain, perselisihan tentang Perda Zakat
bukan sekadar dalam hal perbedaan penafsiran (khilafiyah) para agamawan yang berasal dari
nash ayat-ayat menjelaskan tentang Zakat Profesi itu sendir (content), melainkan
meniscayakan untuk meluas ke dalam motif ekonomi-politik dari setiap aktor implementator
Perda Zakat (context). Dalam kerangka berpikir ini, berarti pembahasan mengenai
implementasi Perda Zakat akan berada dalam dalam dua kerangka besar: teks dan konteks,–
sebagaimana Grindle jelaskan dalam teori implementasinya.
Bukti dari adanya implementasi yang tidak berjalan dengan baik tersebut tercermin dari
adanya pengalaman yang terjadi di Lombok Timur pada tahun 2003-2008. Oleh karena itu,
penelitian ini hadir untuk membingkai fakta empiris tersebut ke dalam bentuk riset ilmiah
xvi
sepanjang periode kepemimpinan Bupati Ali BD. Penelitian ini dilakukan melalui metode
case study dengan mengambil sumber data primer dan sekunder, diperkuat dengan teknik
systematic-depth interview sepanjang 1,2 bulan riset lapangan (lived-in). Hasil penelitian ini
didasarkan pada temuan data lapangan, baik yang bersifat primer maupun sekunder, lalu
dianalisa dengan teorisasi tentang Implementasi Kebijakan Publik versi Grindle di atas.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa implementasi Perda Zakat pada tahun 2003-2008
tidak dapat berjalan dengan baik disebabkan karena: persoalan perdebatan hukum Zakat
Profesi serta ambiguitas makna pada Perda Zakat itu sendiri (content); dan persoalan
kontestasi kekuasaan antar aktor implementasi, terutama yang melibatkan tiga institusi utama
dari adanya implementasi kebijakan ini (PGRI Lombok Timur, Bupati Ali BD, dan DPRD
Lombok Timur) yang berkaitan dengan context.
Dengan demikian, dimensi content dan context yang menjelaskan mengapa
implementasi kebijakan Perda Zakat tidak berjalan dengan baik, dapat disimpulkan pada 4
(empat) sebab: persoalan pemahaman zakat profesi dan perda zakat; kontestasi kekuasaan
antara eksekutif dengan legislatif sebagai dampak dari pemilihan bupati oleh DPRD;
minimnya kapasitas komunikasi politik Bupati Ali BD terhadap organisasi baik di internal
maupun eksternal pemerintahanl; dan minimnya tata kelola kelembagaan yang baik pada
institusi BAZDA Lombok Timur
xvii
Download