1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan alat untuk mengkomunikasikan berbagai ide, gagasan, dan pendapat secara jelas (Sutama, 2014: 142). Matematika tidak hanya sebagai ilmu, tetapi juga sebagai dasar logika penalaran dan penyelesaian kuantitatif yang dipergunakan dalam ilmu lain (Trisnawati, 2013). Matematika memegang peranan penting dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga penguasaan matematika sejak dini diperlukan siswa untuk menguasai dan menciptakan teknologi masa depan. Menyadari akan peranan penting matematika dalam kehidupan, matematika merupakan kebutuhan dan menjadi kegiatan yang menyenangkan. Sebagaimana tujuan pembelajaran matematika yaitu melatih siswa berpikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, penemuan, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-coba, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan atau ide melalui tulisan, pembicaraan lisan, catatan, grafik, peta atau diagram (Rohaeti, 2013). Oleh karena itu, matematika perlu diajarkan dalam proses pembelajaran di sekolah untuk mengembangkan kemampuan siswa. Siswa merupakan fokus utama dalam proses pembelajaran matematika. Menurut Assosiation for Educational Communication and Technology (AECT), pembelajaran (instructional) merupakan bagian dari pendidikan (Majid, 2014: 283). Pembelajaran merupakan upaya membuat siswa belajar secara aktif dengan berbagai strategi, metode, atau pendekatan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Tujuan pembelajaran matematika dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah siswa mampu mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media yang memperjelas keadaan atau masalah (Rahmalia, 2012). Siswa di 1 2 tuntut menyelesaikan permasalahan secara mandiri dan dapat berperan aktif dalam proses pembelajaran. Di dalam proses pembelajaran, terjadi proses komunikasi untuk menyampaikan pesan dari pendidik ke peserta didik dengan tujuan agar pesan dapat diterima dengan baik dan berpengaruh terhadap pemahaman serta perubahan tingkah laku (Majid, 2014: 284). Proses komunikasi dalam pembelajaran adalah proses penyampaian message (pesan) dari resources (sumber) kepada receiver (penerima) melalui channel (saluran atau media) tertentu (Majid, 2014: 285). Dengan demikian keberhasilan kegiatan pembelajaran sangat tergantung kepada efektivitas proses komunikasi yang terjadi dalam pembelajaran tersebut. Komunikasi merupakan proses menuangkan permasalahan secara lisan maupun tertulis dalam pembelajaran di kelas sehingga siswa mampu bersifat responsif, aktif bertanya dan menanggapi persoalan yang ada (Trisnawati, 2013). Ketika proses komunikasi berlangsung, terdapat persoalan dalam skala kecil dan skala besar (Trisnawati, 2013). Dalam skala kecil, persoalan yang timbul adalah penggunaan simbol yang tepat, sedang dalam skala besar yaitu penyusunan argumen terhadap suatu pernyataan secara logis (Trisnawati, 2013). Kedua persoalan ini merupakan kemampuan yang harus dikuasai agar pembelajaran matematika menjadi lebih bermakna. Kemampuan komunikasi matematika merupakan suatu hal yang sangat mendukung untuk seorang guru dalam memahami kemampuan siswa dalam pembelajaran matematika (Rahmalia, 2012). Guru dapat mengembangkan kemampuan siswa dalam proses pembelajaran secara langsung. Pengembangan tersebut dapat dilakukan ketika proses belajar mengajar berlangsung secara aktif dan menarik, serta difasilitasi dan di bimbing menggunakan berbagai cara dan bentuk komunikasi. Sutama, Narimo, dan Haryoto (2013: 179) menyebutkan indikator yang menunjukkan komunikasi matematika yaitu: (1) menyatakan ide matematika melalui berbicara atau lisan, (2) mendeskripsikan ide ke dalam model 3 matematika, (3) menulis ide matematika ke dalam bentuk visual, (4) menjelaskan konsep matematika. Berdasarkan observasi di kelas VIII D SMP N 1 Tulung dengan jumlah 30 siswa, kemampuan komunikasi matematika pada siswa sangat bervariasi diperoleh siswa yang mampu menyatakan ide matematika melalui berbicara atau lisan sebanyak 2 siswa (6,67%), siswa yang mampu mendeskripsikan ide ke dalam model matematika sebanyak 3 siswa (10%), siswa mampu menulis ide matematika ke dalam bentuk visual sebanyak 4 siswa (13,33%), dan siswa mampu menjelaskan konsep sebanyak 3 siswa (10%). Rendahnya komunikasi matematika siswa disebabkan siswa cenderung pasif dalam menerima pelajaran, kurangnya rasa tanggung jawab dalam diri siswa. Selain permasalahan rendahnya komunikasi matematika, permasalahan lain dalam pembelajaran matematika yang ditemukan adalah kecenderungan pembelajaran yang berpusat pada guru. Strategi mengajar yang digunakan masih konvensional. Guru masih menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran sehingga terkesan monoton dan kurang menarik perhatian siswa. Sebagai alternatif dari permasalahan tersebut, guru diharapkan dapat menerapkan berbagai strategi yang bervariasi agar siswa aktif dan bersemangat dalam belajar matematika. Salah satunya dengan menerapkan Problem Based Learning (PBL). Problem Based Learning (PBL) yaitu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah nyata sebagai suatu konteks sehingga peserta didik dapat belajar berpikir kritis dalam melakukan pemecahan masalah yang ditujukan untuk memperoleh pengetahuan atau konsep yang esensial dari bahan pelajaran (Hanafiah, 2009: 71). Di dalam strategi pembelajaran PBL, tujuan pembelajaran ditentukan oleh siswa sehingga dapat menekankan keterlibatan siswa secara aktif, kemudian guru berperan sebagai fasilitator. Dalam penelitian ini, akan di buat variasi pembelajaran di mana strategi Problem Based Learning (PBL) dipadukan dengan Number Head Together(NHT). 4 Tipe kooperatif Number Heads Together (NHT) merupakan salah satu strategi pembelajaran yang menuntut siswa menjadi aktif. Kartikasasmi dalam Adesty (2014) menuturkan penerapan NHT dalam pembelajaran dapat meningkatkan kreativitas siswa, membuat siswa aktif dalam menyampaikan ide atau pendapat, melibatkan seluruh siswa dalam usaha menyelesaikan tugas, serta meningkatkan tanggung jawab individu terhadap kelompoknya. Pembelajaran NHT menuntut siswa untuk berpikir dan belajar lebih aktif (Adesty, 2014). Siswa tidak hanya mencatat dan mendengarkan penjelasan guru, namun juga berdiskusi, bertanya, dan berpendapat. Selain itu, ketika diskusi berlangsung siswa juga harus yakin bahwa mereka dapat menyelesaikan semua permasalahan yang diberikan oleh guru dengan baik. Siswa belajar menjelaskan dan ketika mereka di tantang untuk berpikir dan memberikan alasan tentang matematika serta mengkomunikasikan hasil pemikiran mereka kepada orang lain. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti akan melakukan penelitian tindakan kelas dengan menerapkan sebuah strategi pembelajaran yang diperkirakan mampu mendukung upaya peningkatan kemampuan komunikasi matematika siswa. Peneliti memperkirakan strategi pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbasis Number Head Together (NHT) menjadi sebuah alternatif model pembelajaran yang cukup efektif untuk meningkatkan komunikasi matematika. B. Perumusan Masalah 1. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran matematika pada pokok bahasan lingkaran melalui strategi pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbasis Number Head Together (NHT). 2. Apakah dengan strategi pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbasis Number Head Together (NHT) dapat meningkatkan komunikasi matematika siswa yang di lihat dari indikator yaitu (1) menyatakan ide matematika melalui berbicara atau lisan, (2) mendeskripsikan ide ke dalam model matematika, (3) menuliskan ide matematika ke dalam bentuk visual, (4) menjelaskan konsep matematika. 5 C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan diatas, penelitian ini bertujuan: 1. Untuk mendeskripsikan proses pembelajaran matematika melalui strategi pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbasis Number Head Together (NHT) pada siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Tulung. 2. Untuk mengukur peningkatan komunikasi matematika siswa kelas VIII D SMP Negeri 1 Tulung dengan strategi pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbasis Number Head Together (NHT), yaitu: (a) menyatakan ide matematika melalui berbicara atau lisan, (b) mendeskripsikan ide ke dalam model matematika, (c) menuliskan ide matematika ke dalam bentuk visual, (d) menjelaskan konsep matematika. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Secara umum hasil penelitian ini diharapkan secara teoritis dapat memberikan sumbangan kepada pembelajaran matematika, terutama untuk meningkatkan komunikasi belajar matematika siswa dengan strategi pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbasis Number Head Together (NHT) dalam pembelajaran matematika. Strategi pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbasis Number Head Together (NHT) dalam pembelajaran matematika di anggap penting dan perannya yang cukup besar dalam hal meningkatkan komunikasi siswa dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu guru dapat menerapkan pada pembelajaran matematika. 2. Manfaat Praktis Secara praktis, penelitian ini memberikan masukan kepada guru agar dapat digunakan untuk memperbaiki pembelajaran khususnya bagi guru SMP dengan alternatif pembelajaran matematika melalui strategi pembelajaran Problem Based Learning(PBL) berbasis Number Head Together (NHT). Bagi siswa yang menjadi objek penelitian diharapkan dapat meningkatkan 6 komunikasi matematika mengenai pembelajaran dengan strategi pembelajaran Problem Based Learning (PBL) berbasis Number Head Together (NHT).