21 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Tjitrosoepomo (1988) sistematika tanaman kakao adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Sub divisio : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Malvales Family Sterculiaceae Genus : Theobroma Spesies : Theobroma cacao L. Akar tanaman kakao adalah surface root feeder, artinya sebagian besar akar lateralnya (mendatar) berkembang dekat permukaan tanah, yaitu pada kedalaman tanah (jeluk) 0-30 cm. Menurut Himme (cit. Smyth, 1960), 56 % akar lateral tumbuh pada jeluk 0-10 cm, 26% pada jeluk 11-20 cm, 14% pada jeluk 2130 cm dan hanya 4% tumbuh pada jeluk diatas 30 cm dari permukaan tanah. Jangkauan jelajah akar lateralnya dinyatakan jauh di luar proyeksi tajuk. Ujungnya membentuk cabang-cabang kecil yang susunannya ruwet/intricate (Anonimous, 2004). Tanaman kakao asal biji , setelah mencapai tinggi 0,9-1,5 meter akan berhenti tumbuh dan akan membentuk jorket (jorquette). Jorket adalah tempat percabangan dari pola percabangan ortotrop ke plagiotrop dan khas hanya terdapat pada tanaman kakao. Pembentukan jorker didahului dengan berhentinya Universitas Sumatera Utara 22 pertumbuhan ortotrop karena ruas-ruasnya tidak memanjang. Pada ujung tunas tersebut stipula (semacam sisik yang terdapat pada kuntum bunga) dan kuncup ketiak daun serta tunas daun tidak berkembang. Dari ujung perhentian tersebut kemudian tumbuh 3-6 cabang yang arah pertumbuhannya condong ke samping membentuk sudut 0-60° dengan arah horizontal. Cabang-cabang itu disebut dengan cabang-cabang primer (cabang plagiotrop). Pada cabang primer tersebut kemudian tumbuh pada cabang-cabang lateral (fan) sehingga tanaman membentuk tajuk-tajuk yang rimbun (Soenaryo, 1983). Pada tanaman kakao dewasa sepanjang batang pokok tumbuh wiwilan atau tunas air (chupon). Dalam teknik budidaya yang benar, tunas air ini selalu dibuang, tetapi pada tanaman kakao liar, tunas air tersebut akan membentuk batang dan jorket yang baru sehingga tanaman mempunyai jorket yang tersusun (Mamangkey, 1983). Sama dengan sifat percabangannya, daun kakao juga bersifat dimorfis (dua bentuk percabangan). Pada tunas ortotrop, tangkai daunnya panjang, yaitu 7,5-10 cm sedangkan pada tunas plagiotrop panjang tangkai daunnya hanya sekitar 2,5 cm. Tangkai daunnya berbentuk silinder dan bersisik halus, bergantung pada tipenya (Soenaryo, 1983). Bentuk helaian daun memanjang (oblongus), ujung daun meruncing (acuminatus) dan pangkal daun runcing (acutus). Susunan tulang daun menyirip dan tulang daun menonjol ke permukaan bawah helai daun. Tepi daun rata, daging daun tipis tetapi kuat seperti perkamen. Warna daun dewasa hijau tua bergantung pada kultivarnya. Panjang daun dewasa 30 cm dan lebarnya 10 cm. Permukaan daunlicin dan mengkilap (Anonimous, 2004). Universitas Sumatera Utara 23 Tanaman kakao bersifat kauliflori. Artinya bunga tumbuh dan berkembang dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut semakin lama semakin membesar dan menebal atau biasa disebut dengan bantalan bunga (cushion). Bunga kakao disusun oleh 5 daun kelopak yang bebas satu sama lain, 5 daun mahkota, 10 tangkai sari yang tersusun dalam 2 lingkar yang tersusun dari 5 tangkai sari tetapi hanya 1 tangkai sari yang fertil, dan 5 daun buah yang bersatu. Bunga kakao berwarna putih, ungu atau kemerahan. Warna yang kuat terdapat pada benang sari dan daun mahkota. Warna bunga ini khas untuk setiap kultivar. Tangkai bunga kecil tetapi panjang (1-1,5 cm). Daun mahkotanya panjang 6-8 mm, terdiri atas dua bagian. Bagian pangkal berbentuk seperti kuku binatang (claw) dan biasanya terdapat dua garis merah. Bagian ujung berupa lembaran tipis, fleksibel dan berwarna putih (Hartobudoyo, 1995). Warna buah kakao sangat beragam, tetapi pada dasarnya hanya ada dua macam warna. Buah yang ketika masih muda berwarna hijau atau hijau agak putih jika sudah masak akan berwarna kuning. Sementara itu, buah yang ketika muda berwarna merah, setelah masak berwarna jingga/orange (Tjitrosoepomo, 1988). Kulit buah memiliki 10 alur dalam dan dangkal yang letaknya berselangseling. Pada tipe criollo dan trinitario alur buah kelihatan jelas. Kulit buah tebal tetapi lunak dan permukaannya kasar. Sebaliknya pada tipe forasero, permukaan kulit buah pada umumnya halus (rata), kulitnya tipis tetapi keras dan liat (Hartobudoyo, 1995). Kulit buah tersusun dalam lima baris mengelilingi poros buah. Jumlahnya beragam, yaitu 20-50 butir per buah. Jika dipotong melintang, tampak bahwa biji disusun oleh dua kotiledon yang saling melipat dan bagian pangkalnya menempel Universitas Sumatera Utara 24 pada poros lembaga (embryo axis). Warna kotiledon putih untuk tipe criollo dau ungu untuk tipe forastero (Ananimous, 2004). Menurut Sunanto (1992), tanaman kakao yang akan diambil bibitnya atau benih yang bagus sebaiknya dari kebun induk yang mempunyai sifat-sifat: 1. Kondisinya sehat 2. Pertumbuhannya normal dan kokoh 3. Menghasilkan Produksi tinggi, antara 70-90 tongkol/pohon/tahun 4. Berumur antara 12-18 tahun. Pada umumnya biji diambil dari bagian tengahnya sebagai benih, karena besarnya seragam sehingga diharapkan pertumbuhannya akan seragam. Perlu diketahui biji kakao tidak mempunyai masa istirahat (dormansi), sehingga biji yang disiapkan untuk benih harus segera dikecambahkan atau langsung di polibag (Syamsyulbahri, 1996). Syarat Tumbuh Iklim Pada umumnya kakao diusahakan pada ketinggian kurang dari 300 m dpl. Suhu maksimal untuk kakao sekitar 300 C – 320 C, sedangkan suhu minimum sekitar 180 C – 210 C. bila suhu terlalu tinggi menyebabkan hilangnya dominansi apikal, dan tunas ketiak daun tumbuh menjadi daun kecil – kecil. Sedangkan suhu yang terlalu rendah menyebabkan daun seperti terbakar dan bunga mengering (Anonimous, 2004). Daerah penghasil kakao memiliki kelembaban relatif maksimum 100%, pada malam hari dan 70% - 80% pada siang hari. Kelembaban yang rendah akan Universitas Sumatera Utara 25 mempengaruhi evapotranspirasi menjadi lebih cepat, sedangkan kelembaban yang tinggi mengundang perkembangan senyawa patogen (Tumpal, 1989). Daerah produsen kakao umumnya memiliki curah hujan berkisar antara 1250 – 3000 mm tiap tahun. Curah hujan yang kurang dari 1250 – 3000 mm akan terjadi evapotranspirasi melebihi presipitasi. Di daerah yang keadaan iklimnya demikian dianjurkan tidak menanam kakao kecuali ada irigasi seperti di Colombia dan Peru. Curah hujan yang melebihi dari 2500 mm tiap tahun akan meningkatkan serangan penyakit busuk buah Phytophtora dan VSD (Vascular Streak Dieback). Di samping itu, akan terjadi pencucian atau leaching yang berat terhadap tanah, sehingga akan menurunkan kesuburan tanah, pH turun dan petukaran kation rendah (Susanto, 1994). Sinar matahari merupakan sumber energi bagi tanaman dalam proses fotosintesa. Namun kebutuhan sinar matahari tergantung dari besar kecilnya tanaman. tanaman muda yang baru ditanam memerlukan sinar matahari sekitar 25% - 35% dari sinar matahari penuh. Sedangkan untuk tanaman dewasa atau yang sudah berproduksi kebutuhan sinar matahari makin besar yaitu 65% - 75%. Hal ini dapat diperoleh dengan cara mengatur tanaman penaung (Soil Improvement Committee 1998). Daun kakao umumnya lebih besar dibandingkan dengan daun kopi, sehingga akan lebih muda rusak bila diterpa angin kencang. Terutama daun yang muda akan mudah robek dan terjadi defoliasi. Hal ini akan lebih berat bila sifat angin itu kering dan kencang, kecepatan angin mulai merusak dan merugikan tanaman kakao apabila lebih dari 4 m tiap detik atau sekitar 15 km tiap jam (Tumpal, 1989). Universitas Sumatera Utara 26 Tanah Tanaman kakao dapat tumbuh pada tanah yang memiliki kisaran pH 4,0 – 8,5. Namun pH yang ideal adalah 6,0 – 7,5 dimana unsur-unsur hara dalam tanah dapat tersedia bagi tanaman. pada pH yang tinggi misalnya lebih dari 8,0 kemungkinan tanaman akan kekurangan unsur hara dan akan keracunan Al, Mn dan Fe pada pH rendah, misalnya kurang dari 4,0 (Susanto, 1994). Tanaman kakao menghendaki tanah yang memiliki kapasitas pertukaran kation minimum sebesar 12 me/100 gram tanah. Di samping itu kejenuhan basa atau persentase kation Ca, Mg, K dan Na yang terdapat pada permukaan partikel tanah minimal 35%. Untuk dapat mencukupi kebutuhan unsur hara yang diserap tanaman, maka unsur hara dalam tanah harus mencapai kadar tertentu (Tumpal, 1989). Tanah yang baik untuk tanaman kakao adalah tanah yang bila musim hujan drainase baik dan pada musim kemarau dapat menyimpan air. Hal ini dapat terpenuhi bila tanah dapat memiliki tekstur sebagai berikut: fraksi pasir sekitar 50%, Fraksi debu sekitar 10% - 20 %, dan fraksi lempung 30% - 40%. Jadi tekstur yang cocok bagi tanaman kakao adalah tanah liat berpasir dan lempung liat berpasir (Anonimous, 1991). Pada tanah ringan atau tanah berpasir walaupum drainasenya baik, tetapi jika kapasitas menyimpan air dan kation basa sangat rendah, maka tanaman akan mengalami kekeringan dan kurus karena kekurangan unsur hara. Sebaliknya, pada tanah lempung yang berat dan drainasenya jelek, maka aerase tanah juga tidak baik. Aerase sangat penting bagi perakaran kakao, yaitu untuk proses respirasi dan penyerapan lengas serta unsur hara tanaman.tanah latosol dengan fraksi liat yang tinggi, kurang baik untuk tanaman kakao. Sedangkan tanah regosol dengan tekstur Universitas Sumatera Utara 27 lempung liat, walaupum mengandung kerikil, masih baik untuk tanaman kakao (Anonimous, 2004). Tanaman kakao dapat tumbuh dan berproduksi pada jenis tanah ultisol yang dikenal dengan solum tanahnya antara 1,3-5,0 m, tanah podsolik merah hingga kuning, teksturnya lempung berpasir sampai lempung liat, gembur, kandungan haranya rendah, tanah andosol dapat dikenal dengan solum tanah yang tebal antara 1-2 m, berwarna hitam kelabu sampai coklat tua (Widya, 2008). Tekstur tanah yang baik untuk tanaman kakao adalah lempung liat berpasir dengan komposisi 30-40% fraksi liat, 50% pasir, dan 10-20% debu. Susunan demikian akan mempengaruhi ketersediaan air dan hara serta aerasi tanah. Struktur tanah yang remah dengan agregat yang mantap menciptakan gerakan air dan udara di dalam tanah sehingga menguntungkan bagi akar (Siregar, dkk, 1997). Media Tanam Media tanam merupakan tempat melekatnya tanaman. Untuk pertumbuhan akar tanaman yang sempurna, media tanam harus didukung oleh drainase dan aerasi yang baik. Drainase yang baik menjadikan akar-akar tanaman lebih leluasa bernapas sehingga optimal dalam menyerap unsur-unsur hara yang dibutuhkan (Anonimus,2007). Pertumbuhan kakao di lapangan sangat ditentukan oleh pertumbuhan tanaman tanaman selama pembibitan. Media tanam merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman kakao di pembibitan. Penggunaan media tanaman yang banayak mengandung bahan organik sangat menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman kakao. Media tanam yang biasa digunakan dalam Universitas Sumatera Utara 28 pembibitan kakao adalah berupa campuran antara tanah dan pupuk organik (Sudirja dkk, 2005). Ada 4 fungsi media tanah yang harus mendukung pertumbuhan tanaman yang baik yaitu, sebagai tempat unsur hara, harus dapat memegang air yang tersedia bagi tanaman, dapat melakukan pertukaran udara antara atmosfer di atas media, dan terakhir harus dapat menyokong tanaman (Nelson, 1981). Jenis tanah berhubungan sangat erat dengan plastisitas, permeability, kekerasan, kemudahan oleh kesuburan dan produktivitas tanah pada daerah geografik tertentu akan tetapi berhubungan adanya variasi yang terdapat dalam sistem mineralogi fralisi tanah, maka belum berlaku untuk semua jenis tanah di permukaan bumi (Foth, 1984). Agregat tanah dapat terbentuk karena flokulasi (penyusunan partikel tanah secara tidak beraturan tapi saling bersinggungan). Dengan demikian jenis kation yang berada di dalam tanah akan sangat mempengaruhi proses pembentukan tanah. Tanah yang banyak mengandung Ca2+ mempunyai struktur yang baik. Kation Ca2+ dapat memperbaiki stuktur tanah karena Ca mampu memflokulasi koloid tanah. Kalsium juga memperbaiki struktur tanah secara tidak langsung, dalam hal ini kalsium mempengaruhi mikroba tanah dan penguraian bahan organik serta pengikatan antara bahan organik dan liat. Di samping itu kalsium di dalam tanah juga dapat berfungsi langsung sebagai bahan semen atau perekat (Islami dan Utomo, 1995). Universitas Sumatera Utara 29 Subsoil Pada umumnya sub soil adalah merupakan bagian tanah yang lembab yang biasanya bersifat asam dan kurang subur. Pada daerah yang curah hujannya rendah, sub soil biasanya cukup mengandung hara tertentu (Brady, 1984). Horison B atau sub soil disebut juga dengan zona penumpukan. Horison ini memiliki bahan organik yang lebih sedikit dibandingkan dengan horison A, tetapi lebih banyak mengandung unsur hara yang tercuci daripada horison A. Tumpukkan partikel liat yang berbentuk dan bahan mineral seperti Fe, Al, Ca dan S, menjadikan tanah ini menjadi lebih padat (California Fertilizer Association (CFA) (Novizan, 2005). Menurut Sarwono (1994), tanah ultisol memang kurang baik untuk isi pot karena kandungan bahan organiknya sedikit dan kandungan liatnya cukup tinggi. Namun demikian bukan berarti tanah ini tidak bisa dipakai, tetapi perlu penambahan bahan lain. Salah satu cara menggunakan tanah sub soil adalah dengan mencampur tanah ini dengan pasir dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1:1. Sedangkan salah satu kebun pembibitan, menggunakan campuran tanah sub soil, kompos dan sekam. Secara umum PH tanah ultisol yaitu 5,49 dengan kriteria asam, kandungan N 0,18%, KTK 13,13 me/100 g, Aldd 0,02 me/100g. Kriteria tanah ultisol mempunyai sifat-sifat sebagai berikut : - Daya simpan dan daya isap air sangat tinggi - Kapasitas penyangga basa sangat besar - Ada keracunan Al, Fe, dan Mn Universitas Sumatera Utara 30 - Tersediannya fosfat, Mo, Mg, Ca, dan Kreditor rendah - Kegiatan mikroba pengikat menurun - Kandungan P, N dan Mo rendah - Dapat disertai kekurangan S, Cu (Kuswandi, 2005). Pada tanah ultisol kondisi masam, aluminiumnya akan tertarik keluar struktur liat dan menduduki muatan negatif yang kosong. Aluminiumdapat ditukar (Aldd) ini diapsorpsi sangat kuat oleh koloid tetapi berada dalam keseimbangan ion-ion Al3+ dalam larutan tanah. Hidrolisis Al menghasilkan Al-Hidroksida dan ion-ion pengasaman tanah, oleh karena itu sumber utama ion-ion H+ pada tanah ultisol adalah hdrolisis (Hanafiah,2005). Kompos Tandan kosong Kelapa Sawit Kompos tandan kosong sawit (TKS) merupakan salah satu bahan organik yang bahan bakunya tersedia cukup banyak pada pengelolaan perkebunan kelapa sawit. Selain dapat memperbaiki sifat fisik tanah terutama berperan dalam memperbaiki struktur tanah, kompos TKS juga memiliki kandungan hara yang dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Kompos TKS yang halus mempunyai kandungan hara C sebesar 35,1%, N 2,34 %, C/N 15 %, P 0,31 %, K 5,53%, Ca 1,46%, dan Mg 0,96 % (PPKS, 2008). Trichoderma Trichoderma adalah mikro organisme berupa jamur yang banyak terdapat di lahan. Jamur ini juga tersebar luas terutama didaerah perakaran, tetumbuhan, dan kayu yang telah membusuk.Trichoderma merupakan jamur saprofitik yang Universitas Sumatera Utara 31 hidup dalam tanah dan kayu mati. Jamur ini hidup diberbagai tempat. Mudah ditemukan, dan berkembang dengan cepat. Trichoderma dikenal dengan konidia jamur berwarna hijau (Rivai, 1969) Trichoderma merupakan salah satu spesies trichoderma yang banyak dijumpai dilingkungan pertanian sebagai jamur pengurai. Jamur ini merupakan salah satu jamur antagonis dan dapat berguna untuk mengendalikan berbagai jamur patogen lainnya dan telah dikenal semenjak tahun 1930 (Chet, et.al, 2008). Trichokompos Trichokompos merupakan gabungan antara trihoderma dan kompos atau pupuk organik yang mengandung trihoderma. Jamur trichoderma mampu menghambat perkembangan hama dan penyakit pada tanaman, karena berpotensi sebagai agensia hayati yang bersifat antagonis tehadap beberapa patogen tanaman (Dinas Pertanian Jambi, 2009). Trichokompos memiliki kelebihan dibanding dengan kompos biasa karena selain mengandung unsur hara yang tersedia bagi tanaman untuk menjaga kualitas tanah, juga dapat berfungsi untuk melindungi tanaman dari serangan OPT, dan juga sebagai biokontrol (pengendali hayati) penyakit tanaman yang menyerang tanaman pangan, hortikultura (sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias) dan dapat menghancurkan patogen penyebab penyakit atau mematikan sumber berkembangnya penyakit, mencegah patogen penyebab penyakit membentuk koloni (menyatu) dan berkembang kembali dalam tanah, melindungi perkecambahan biji, dan akar-akar tanaman dari infeksi penyebab penyakit patogen. Selain itu juga dapat bermanfaat sebagai dekomposer ( Dinas Pertanian Jambi, 2009). Universitas Sumatera Utara 32 Trichokompos dapat digunakan dalam pembibitan kelapa sawit dan kakao. Trichokompos merupakan bahan organik yang mengandung unsur hara utama N, P, K dan Mg. Selain diperkirakan mampu memperbaiki sifat fisik tanah, trichokompos diperkirakan mampu meningkatkan efisiensi pemupukan sehingga pupuk majemuk yang digunakan untuk pembibitan kakao dapat dikurangi (Suherman, 2007). Kalium merupakan pengaktif dari sejumlah besar enzim yang penting untuk fotosintesis dan respirasi. Kalium mengaktifkan pula enzim yang diperlukan untuk membentuk pati dan protein. Unsur ini berlimpah jumlahnya sehingga menjadi penentu utama potensial osmotik sel, dan karena itu juga penentu tekanan turgornya (Salisbury dan Ross, 1995). Menurut hasil penelitian PPKS (2008), trichokompos TKKS mampu memperbaiki lingkungan tumbuh tanaman, khususnya kelembaban dan kemampuan tanah mengikat air. Aplikasi trichokompos TKKS meningkatkan pH tanah hingga 6,3-7,0 jika dikombinasikan dengan pupuk standar (500 mg N, 100 mg P, 500 mg K dan 5 mg Mg per kg tanah bobot kering udara/BKU) atau sekitar 7,1-7,6 jika tanpa ada penambahan pupuk standar. Kenaikan pH ini disebabkan oleh pH trichokompos TKKS yang tinggi (mencapai pH 8) sehingga trichokompos TKKS mempunyai potensi digunakan sebagai bahan pembenah keasaman tanah. Demikian juga kenaikan ketersediaan hara lainnya berkaitan erat dengan kandungan hara pada kompos yang relatif tinggi. Keunggulan poses yang dimiliki trichokompos TKKS yaitu proses pengomposannya lebih cepat hanya membutuhkan waktu dua minggu. Cara pembuatan trichokompos ditambahkan jamut trichoderma dengan perbandingan Universitas Sumatera Utara 33 1kg trichoderma untuk 50 kg kompos TKKS, dibiakkna campuran tersebut selama dua minggu, selama dibiakkan ditutup dengan plastik atau daun, setelah dua minggu Trichokompos dapat digunakan sebagai pupuk organik (Djuarnani,2007). Pupuk NPK (16:16:16) Menurut Hasibuan (2009), pupuk majemuk merupakan pupuk yang mengandung lebih dari satu unsur (N,P,K). Pupuk NPK terdiri dari pupuk majemuk tak lengkapdan pupuk majemuk lengkap. Pupuk majemuk tak lengkap adalah kombinasi dari pupuk yang mengandung unsur pupuk seperti NP, Nk dan PK, sedangkan pupuk majemuk lengkap ialah pupuk yang mengandungtiga unsur yakni NPK. Pupuk NPK saat ini sudah sangat luas, berbagai merek, kualitas, dan analisis telah tersedia dipasaran. Kendati harganya relatif lebih mahal, pupuk NPK tetap dipilih karena kandungan haranya lebih lengkap. Efisiensi pemakaian tenaga kerja pada aplikasi pupuk NPK juga lebih tinggi dari pada aplikasi pupuk tunggal yang harus diberikan dengan cara campur (Novizan, 2005). Kandungan unsur hara dalam pupuk majemuk NPK dinyatakan dalam 3 angka yang berturut-turut menunjukkan keadaan N, P2O5, dan K2O. Misalnya pupuk majemuk NPK (15-25-10) menunjukkan setiap 100 kg pupuk mengandung 15 kg N + 25 kg P2O5 + 10 kg K2O (Hardjowigeno, 2003). Nitrogen (N) merupakan unsur utama pembentuk protoplasma sel, asam amino, protein, amida, alkaloid, dan klorofil. Kekurangan nitrogen akan menurunkan aktifitas metabolisme tanaman yang dapat menimbulkan klorosis. Pemupukan nitrogen berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi buah. Universitas Sumatera Utara 34 Fosfor (P) berperan dalam setiap proses fisiologis tanaman, baik yang menyangkut pertumbuhan vegetatif maupun generatif. Fungsi lain unsur ini adalah membentuk ikatan fosfolipid dalam minyak. Kekurangan unsur ini akan memperlambat proses fisiologis. Kebutuhan unsur P lebih sedikit dibandingkan dengan N dan K. Untuk menambah produksi buah, unsur P tidak dapat bekerja sendiri, tetapi akan berkombinasi dengan unsur unsur lainnya. Kalium (K) merupakan unsur hara terpenting untuk kakao, karena unsur ini paling banyak ditransfer ke buah. Unsur ini juga berperan sebagai katalisator dalam setiap proses biokimia dan sebagai regulator dalam proses pembentukan minyak. Pada tanaman muda, unsur kalium nyata memperbesar perkembangan batang dan mempercepat panen pertama (Sastrosayono,2005). Pada masa vegetatif tanaman membentuk tubuhnya agar menjadi tanaman yang sehat dan kuat sehingga ia menyerap nutrien atau makanan sebanyak- banyaknya. Pertumbuhan ukuran lingkar batang, panjang dan jumlah tunas batang baru berlangsung dengan cepat. Dalam masa pertumbuhan tanaman, sepeti juga pada manusia dan hewan, membutuhkan protein untuk membangun tubuhnya. Protein diambil dari unsur nitrogen. Contoh pupuk yang banyak dibutuhkan untuk masa vegetatif adalah urea, NPK (16:16:16), pupuk kandang dan humus (Prihmantoro, 1997). Pupuk NPK (nitrogen phosphate kalium) merupakan pupuk majemuk cepat tersedia yang paling dikenal saat ini. Bentuk pupuk NPK yang sekarang beredar di pasaran adalah pengembangan dari bentuk-bentuk NPK lama yang kadarnya masih rendah. Kadar NPK yang banyak beredar adalah 16-16-16 dan 820-15. Kadar lain yang tidak terlalu umum beredar adalah 6-12-15, 12-12-12 atau 20-20-20. Tiga tipe pupuk NPK tersebut juga sangat populer karena kadarnya Universitas Sumatera Utara 35 cukup tinggi dan memadai untuk menunjang pertumbuhan tanaman. (Marsono dan Sigit, 2001). Pupuk majemuk NPK yang satu ini tidak hanya mengandung dua unsur, tetapi tiga unsur sekaligus yang tidak lain dari gabungan pupuk tunggal N, P, K. Itulah sebabnya belakangan ini pupuk NPK sangat digemari petani (Lingga dan Marsono. 2004) Pupuk NPK yang dibutuhkan pada tanaman kakao NPK dengan kandungan 16% N, 16% P, 16% K (16:16:16). Pemberian pupuk diberikan pada usia tanaman kakao di pembibitan berusia 4 minggu. Pupuk NPK yang diberikan sebanyak 2 sampai 4 gram per tanaman, dengan tujuan untuk menyuburkan pertumbuhan, pemberian pupuk NPK dilakukan tiap 1 sampai 4 bulan sekali (Widya. 2008). Universitas Sumatera Utara