Ringkasan Khotbah - 02 September 2012 Kebangunan Rohani Neh. 9:38; 10:28-39 Pdt. Andi Halim, M.Th. Neh. 10 masih menceritakan rangkaian ibadah yang dilakukan bangsa Israel selama beberapa waktu, yang diawali dengan hari raya Pondok Daun, kebaktian pengakuan dosa dan doa. Setelah semua kebaktian tersebut apa yang dilakukan bangsa Israel? Rangkaian ibadah yang dilakukan bangsa Israel ini sama dengan kebaktian kebangunan rohani. Bangsa Israel yang telah dijajah dan diperbudak sekarang kembali ke tanah perjanjian sehingga mereka mengadakan ibadah kebangunan rohani. Apakah arti kebangunan rohani itu? Dalam kebangunan Rohani ada unsur pertobatan. Ada dua macam pertobatan yaitu pertobatan awal dan pertobatan setiap hari. Arti dari repent / pertobatan adalah berbalik arah 180°, yaitu dari arah menuju ke kebinasaan berbalik ke arah hidup bersama dengan Allah. Orang yang mengalami pertobatan awal tujuan hidupnya berubah, dari kedagingan / duniawi menjadi hidup demi kemuliaan Allah. Jika sebelum dan sesudah menjadi Kristen tujuan hidupnya tetap untuk diri sendiri berarti tidak ada pertobatan sejati. Banyak dari kita ingin punya Allah yang menuruti segala keinginan kita. Jika seperti ini kita bukan menyembah Allah tetapi menyembah berhala. Menyembah berhala selalu berorientasi pada kepentingan diri sendiri. Berhala adalah alat untuk memenuhi keinginan seperti jin lampu Aladin. Jika kita menyembah Allah seharusnya kita mempersembahkan hidup bagi-Nya. Seringkali kita perlu diingatkan akan hal ini, karena natur manusia ingin mengutamakan kepentingan diri daripada kepentingan Allah. Pertobatan awal harus diikuti dengan pertobatan setiap hari. Kebangunan rohani bukan hanya terjadi saat kebaktian kebangunan rohani. Jika kita punya konsep seperti ini, bagaimana saat tidak ada kebaktian kebangunan rohani? Apakah iman kita tidur? Kebangunan rohani yang benar harus dialami setiap hari. Setiap saat orang Kristen seharusnya berjalan bersama Tuhan dan bertobat setiap hari. Namun yang terjadi seringkali sebaliknya. Kita berjalan menurut kemauan sendiri dan tidak bertobat. Pertobatan adalah berbalik arah 180°. Seringkali kita keluar dari jalur kemudian firman mengingatkan kita lagi setiap hari. Proses ini disebut pengudusan yang terus menerus (progressive sanctification). Kita masih perlu ditegur dan diingatkan karena kita manusia yang berdosa. Kenapa setelah bertobat kita masih ada kepentingan diri, masih egois, masih punya berhala? Kenapa dosa-dosa tersebut tidak dihilangkan dari diri kita meskipun kita sudah bertobat? Maksud Tuhan adalah supaya orang Kristen benar-benar disadarkan bahwa manusia bukan apa-apa. Manusia hanyalah debu, tidak bisa menyombongkan diri di hadapan Tuhan. Dalam keberdosaan manusia, kita hanya bisa bergantung pada Tuhan. Meskipun setelah bertobat kita tetap berdosa, namun kita terus diperbarui sesuai dengan kehendak Allah. Tidak 1/3 Ringkasan Khotbah - 02 September 2012 ada cara instan untuk menjadi sempurna di hadapan Allah. Kita dewasa melalui pendidikan dan hajaran Allah hingga akhirnya kita menyadari bahwa kita lemah dan tidak berdaya. Dalam 2Kor. 12:7, Paulus menyebutkan mengenai duri dalam daging. Tidak pernah dijelaskan apa duri dalam daging ini, tetapi hal ini merupakan kelemahan Paulus yang menghambat pelayanannya. Paulus pun meminta kepada Tuhan untuk mencabut duri dalam daging tersebut. Tetapi Tuhan menjawab, “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” (2Kor. 12:9). Tuhan ingin kita sadar kita lemah, tidak layak, dan bukan apa-apa supaya kita hanya mengandalkan Tuhan, Sang Penolong sejati. Kesadaran inilah yang ada dalam kebangunan rohani. Kebangunan rohani menyadari kita berdosa, tidak layak, sombong, dan munafik, supaya si aku turun takhta dan Kristus naik takhta di hati kita. Proses ini tidak pernah selesai seumur hidup. Secara de yure memang Yesuslah yang menjadi penguasa hidup orang Kristen, tetapi secara de facto, orang Kristen masih sering berdosa. Kebangunan rohani yang dilakukan bangsa Israel dalam Neh. 8–10 bisa bertahan berapa lama? Dalam seluruh Perjanjian Lama, bangsa Israel ditegur dan diingatkan tetapi berulang kali jatuh lagi dalam dosa. Pola jatuh bangun ini terus berulang. Begitu pula dalam Perjanjian Baru, gereja mula-mula tampaknya hebat, tetapi saat kita membaca surat Paulus bagi gereja-gereja, banyak jemaat Tuhan yang tidak sempurna. Misalnya jemaat Korintus terbagi menjadi golongan-golongan dan berselisih satu dengan yang lain. Gambaran ini sama dengan gambaran Gereja masa kini. Banyak Gereja tidak sempurna, fokus pada kepentingan diri sendiri dan tidak memikirkan Kerajaan Allah. Sampai kapan kita mau jatuh bangun seperti ini? Banyak pula gereja yang menyimpang dan sesat dari ajaran Tuhan. Jika kita tidak punya teologi Reformed mungkin kita akan frustasi saat melihat kenyataan ini. Dalam teologi Reformed, kita percaya bahwa semua ini terjadi dalam ketetapan Allah. Bukan berarti kita sedang membenarkan diri dalam keberdosaan tetapi justru menyadari bahwa semua ini adalah proses yang dikehendaki Allah melalui permasalahan yang terjadi dalam hidup supaya kita tetap bersandar pada Kristus, bukan kesempurnaan perbuatan kita. Dalam hidup kita perlu ada komitmen-komitmen. Kebangunan rohani harusnya diikuti dengan tindakan-tindakan nyata. Walaupun nanti orang Kristen akan jatuh lagi ke dalam dosa tetapi tetap perlu adanya komitmen. Jika tidak ada komitmen maka hidup kita tidak akan ada disiplin sama sekali. Dalam Neh. 9:38, bangsa Israel membuat perjanjian secara seremonial. Tuhan kurang menyukai hal yang seremonial karena seharusnya yang kita persembahkan adalah hati yang sungguh-sungguh mau datang kepada Tuhan. Manusia perlu ada ikatan perjanjian dengan Allah, supaya kita kembali lagi kepada-Nya. Meskipun Tuhan sudah naik ke surga, Ia tidak meninggalkan kita sendirian. Roh Kudus menyertai dan memelihara kita, menyadarkan kita akan dosa-dosa sehingga kita tidak bisa terus-menerus menikmatinya. Dalam ketidaklayakan kita di hadapan Tuhan, kita sedang diperbarui terus-menerus. Hidup manusia digambarkan seperti tanah liat yang mudah pecah dan hancur supaya kemuliaan nampak bukan dari apa yang diperbuat manusia tetapi dari Allah. Kemuliaan hanya 2/3 Ringkasan Khotbah - 02 September 2012 bagi Allah saja. Jika bukan Tuhan yang memelihara, kita sama sekali tidak berdaya. Salah satu alasan Tuhan membiarkan kita tetap berdosa adalah karena kemuliaan bukan bagi kita, tetapi bagi Allah. Allah tidak pernah meninggalkan anak-anak-Nya, seperti Allah tidak pernah meninggalkan Israel. Walaupun Israel terus menerus menyeleweng, Allah tetap memelihara dan mendidik. Itulah kasih Allah bagi kita. Sehingga akhirnya kita diselamatkan memang hanya karena anugrah (Soli Deo Gloria). Bangsa Israel berjanji untuk memberikan perpuluhan, menjauhkan diri dari kekafiran, hidup dalam aturan-aturan taurat, mengutamakan rumah Tuhan, dan memberi persembahan bagi pekerjaan-Nya. Inilah tanda pertobatan. Orientasi pada diri sendiri berubah menjadi orientasi pada pekerjaan Tuhan. Teologi Reformed tidak mengajarkan kita untuk menjadi ekstrim, misalnya menyerahkan semua kekayaan kepada Tuhan hingga akhirnya keluarga dan pekerjaan menjadi berantakan. Manusia memang sulit untuk diajar. Kita sulit untuk belajar berhikmat. Hal yang seringkali terjadi adalah kita menjadi pelit dalam memberikan persembahan untuk pekerjaan Tuhan atau sebaliknya kita memberikan semuanya hingga habis-habisan. Orang Reformed harus banyak belajar dan mengerti firman Tuhan. Dalam pelayanan, keluarga dan pekerjaan, manakah yang lebih penting? Menurut Alkitab, ketiga hal ini sama pentingnya. Kita harus punya pemahaman yang integrated dalam hidup kita. Banyak orang menjawab pertanyaan ini dengan berbagai argumentasi tetapi dibalik jawaban itu sebenarnya yang diutamakan adalah kepentingan dirinya sendiri. Seharusnya baik dalam pelayanan, keluarga, pekerjaan atau apapun yang kita lakukan, seharusnya kita memberikan yang terbaik dan bertanggung jawab di hadapan Allah. (Transkrip belum diperiksa oleh pengkhotbah, MD). 3/3